ANEMIA
Disusun Oleh:
1. Adista Nur R. (P1337431219076)
2. Ais Ulfi Laila (P1337431219103)
3. Shinta Dwi Hartanu S. (P1337431219062)
4. Irina Astri Nugrahani (P1337431219064)
5. Rima Anggun F. (P1337431219095)
Kelompok 7
D4 Reg B
i
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
E. Manfaat .................................................................................................................. 2
F. Batasan Masalah .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Anemia .................................................................................................... 3
B. Macam-Macam Anemia ........................................................................................ 3
C. Tanda atau Gejala .................................................................................................. 4
D. Penyebab ............................................................................................................... 5
F. Faktor Risiko.......................................................................................................... 5
G. Penanganan Anemia....................................................................................... ....... 6
H. Pencegahan Anemia. ............................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14
iii
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari normal.
Kadar Hb normal pada remaja putri adalah >12 g/dl. Remaja putri dikatakan anemia jika
kadar Hb <12 gr/dl. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak
berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pada umumnya, anemia lebih sering
terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria, yang sangat disayangkan
adalah kebanyakan penderita tidak tahu atau tidak menyadarinya, bahkan ketika tahu pun
masih menganggap anemia sebagai masalah sepele. Anemia pada remaja putri sampai saat
ini masih cukup tinggi, menurut World Health Organization (WHO), prevalensi anemia
dunia berkisar 40-88%. Menurut WHO, angka kejadian anemia pada remaja putri di
Negara-Negara berkembang sekitar 53,7% dari semua remaja putri, anemia sering
menyerang remaja putri disebabkan karena keadaan stress, haid, atau terlambat makanan.
Kekurangan besi pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan
menurunnya konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain: tingkat pendidikan orang tua,
tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri, konsumsi Fe,
Vitamin C, dan lamanya menstruasi. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di
Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan. Selain
itu, berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%
1
dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur
15-24 tahun.
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa
prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar
45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%.
Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri. Angka
prevalensi anemia di Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita
usia subur sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0%
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
D. Manfaat
1. Bagi masyarakat
E. Batasan Masalah
Masalah dalam penulisan makalah ini hanya dibatasi pada pembahasan tentang
3
II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anemia
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin atau hematokrit di bawah normal (Brunner & Suddarth, 2000:22).
Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai normal
(Emma, 1999).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah
dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%, pada pria atau Hb < 12 g/dL dan
Ht < 37% pada wanita (Mansjoer,1999:547).
B. Macam-macam Anemia
Macam-macam anemia ada lebih dari 400 jenis, dengan masing-masing penyebab dan
penanganan yang berbeda. Namun dari sekian banyak jenis anemia, ada lima macam
4
kandungan kedua vitamin tersebut. Selain itu, anemia kekurangan vitamin juga bisa
terjadi karena tubuh sulit atau gagal menyerap folat ataupun vitamin B12. Kondisi ini juga
disebut anemia pernisiosa. Penanganan anemia ini umumnya berupa perubahan pola
makan, serta pemberian suplemen vitamin B12 dan asam folat untuk mencukupi
kebutuhan tubuh akan kedua asupan tersebut.
3. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi saat kerusakan sel darah merah terjadi lebih cepat daripada
kemampuan tubuh untuk menggantinya dengan sel darah sehat yang baru. Penyebab
anemia hemolitik cukup beragam, mulai dari penyakit keturunan, seperti thalasemia dan
G6PD, penyakit autoimun, infeksi, efek samping obat, hingga gangguan pada katup
jantung. Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan penyebab terjadinya
anemia hemolitik. Penanganan yang diberikan bisa berupa transfusi darah, pemberian
obat-obatan kortikosteroid, atau operasi.
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik merupakan anemia yang perlu diwaspadai karena berisiko tinggi
mengancam nyawa. Kondisi ini terjadi saat tubuh tidak dapat menghasilkan sel darah
merah dalam jumlah cukup akibat gangguan di sumsum tulang, yaitu produsen sel darah
di dalam tubuh. Anemia aplastik dapat diturunkan dari orang tua, namun bisa juga terjadi
akibat infeksi, efek samping obat-obatan, penyakit autoimun, terapi radiasi pada kanker,
serta paparan zat beracun. Kondisi ini umumnya diatasi dengan pemberian antibiotik dan
antivirus jika terdapat infeksi, transfusi darah, transplantasi sumsum tulang, atau
pemberian obat penekan daya tahan tubuh.
1. Kelelahan
5
Orang dengan kondisi kurang darah atau anemia, biasanya mengalami ciri-ciri
kelelahan yang tidak biasa. Gejala ini merupakan yang paling umum dan pasti dialami
oleh orang dengan anemia. Kelelahan atau kecapekan terjadi karena tubuh Anda
membutuhkan zat besi untuk membuat protein darah yang disebut hemoglobin.
Hemoglobin merupakan bagian dalam sel darah merah yang bertugas membawa
oksigen ke seluruh tubuh.
2. Pucat
Kulit yang pucat menjadi salah satu ciri-ciri atau gejala umum dari anemia. Darah
mempunyai warna merah karena mengandung hemoglobin. Itu sebabnya, ketika
jumlah hemoglobin dalam sel darah merah sedikit, kulit akhirnya berwarna pucat.
Biasanya, kulit yang pucat ini bisa terlihat di seluruh bagian tubuh atau pada area
tertentu saja. Bagian kulit yang biasanya mudah pucat adalah di wajah, gusi, bagian
dalam bibir, kelopak mata bawah, hingga kuku. Seseorang yang tubuhnya pucat
biasanya sudah mengalami gejala anemia sedang hingga berat.
4. Sesak napas
6
Sama seperti yang lainnya, kurangnya kadar hemoglobin di dalam darah berimbas
pada kurangnya pasokan oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi ini membuat otot tak
mendapat cukup oksigen untuk bisa melakukan aktivitas normal sehari-hari, seperti
berjalan, naik turun tangga, hingga saat berolahraga ringan. Ketika kadar oksigen tak
mencukupi, laju pernapasan menjadi meningkat. Ini merupakan salah satu cara tubuh
dalam mendapatkan oksigen secara cukup Akibatnya, pada gejala anemia ini akan
menyebabkan dada akan merasa sesak meski hanya melakukan aktivitas ringan.
7
8. Tangan dan kaki dingin
Saat tubuh mengalami gejala kurang darah akibat kadar zat besi yang rendah,
secara otomatis tangan dan kaki akan terasa dingin. Hal ini disebabkan karena
minimnya suplai oksigen yang dialirkan ke kedua bagian tersebut. Sebagian orang
bahkan lebih mudah merasa dingin pada hari tertentu dibandingkan hari biasanya
karena penyakit ini. Seberapa parah atau seringnya gejala muncul biasanya berkaitan
dengan tingkat keparahan anemia yang Anda alami. Orang yang mengalami ciri-ciri
anemia ringan akibat kekurangan zat besi ringan, misalnya, mungkin tidak memiliki
gejala sama sekali. Sementara, orang dengan anemia berat bisa saja memiliki gejala
yang lebih sering muncul dan terus ada.
Anemia tidak hanya satu jenis. Umumnya jenis-jenis anemia akan dibagi
berdasarkan kondisi tubuh yang menyebabkan seseorang kekurangan darah. Perlu
diketahui, bahwa beda jenis anemia, berbeda pula-pula ciri-cirinya. Berikut adalah
jenis anemi serta gejala khasnya masing-masing:
8
mencukupi. Selain berbagai gejala umum yang telah disebutkan di atas tadi, anemia
aplastik juga ditandai dengan:
1) Mual
2) Ruam pada kulit
3) Ada darah dalam urine
4) Perut dan kaki yang membengkak.
4. Anemia fanconi
Kondisi ini merupakan penyakit keturunan yang mencegah sumsum tulang
menghasilkan ketiga jenis sel darah yang diperlukan. Akibatnya, pertumbuhan dan
perkembangan seseorang akan terhambat, baik dari kemampuan belajarnya maupun
fisik. Gejala anemi fanconi dapat menyebababkan seseorang mengalami gejala yang
tidak biasa. Misalnya sebagai berikut:
1) Punya bentuk atau ukuran jari-jari yang abnormal.
2) Mengalami masalah pada jantung, ginjal, dan tulang
3) Ukuran tubuh, kepala, dan mata yang lebih kecil dari normal.
5. Anemia hemolitik
Kondisi anemia ini terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat membuat sel darah
merah baru dalam jumlah yang cukup. Jumlah yang cukup ini diperlukan untuk
menggantikan sel darah merah yang telah dihancurkan tubuh sebelum waktunya. Jika
Anda mengakami ciri-ciri anemia hemolitik, kemungkinan And akan mengalami
berbagai gejala seperti:
1) Mengalami penyakit kuning (jaundice)
2) Ada borok, biasanya di bagian kaki
3) Limpa bengkak
4) Bagian perut atas terasa sakit
6. Anemia pernisiosa
Ini adalah jenis anemia yang ini disebabkan oleh defisiensi vitamin B12. Tubuh
orang anemia yang tidak mampu menyerap atay memiliki cukup vitamin B12,
umumnya dapat memunculkan gejala seperti:
1) Adanya saraf dalam tubuh yang rusak
2) Merasa kebingungan
3) Demensia
4) Gampang lupa
5) Depresi
9
6) Mual atau kadang mulas
7) Berat badan menurun
7. Anemia sel sabit
Nyeri tiba-tiba seluruh tubuh adalah ciri khas dari jenis penyakit darah yang satu
ini. Kondisi ini terjadi karena tubuh membuat sel darah merah berbentuk seperti sabit
(atau bentuk “C”) bukan bentuk cakram sempurna. Kondisi ini juga akrab disebut
sebagai anemia sickle cell.
Eritrosit yang berbentuk tidak normal dapat menggumpal dan kemudian
menghalangi aliran darah di banyak organ. Kondisi isi menyebabkan nyeri krisis sel
sabit. Akibat, Anda akan mengalami pembengkakan pada tangan dan kaki dan
kerusakan limpa juga gejala dari penyakit darah yang satu ini.
D. Etiologi (Penyebab)
Penyakit anemia pada dasarnya disebabkan karena tubuh kekurangan sel darah
merah. Perlu diketahui, bahwa banyak organ tubuh yang membantu membuat sel-sel darah
merah, namun sebagian besar pekerjaan ini dilakukan pada sumsum tulang. Sumsum
tulang adalah jaringan lunak di tengah tulang yang membantu membentuk semua sel
darah.
Sel-sel darah merah yang masih muda umumnya dapat bertahan antara 90 dan 120
hari. Lalu secara alami, tubuh akan menghapus sel-sel darah tua dan sudah rusak. Proses
ini semua diatur oleh sebuah hormon yang disebut erythropoietin (EPO). hormon ini dibuat
di ginjal dengan memberikan sinyal kepada sumsum tulang Anda untuk membuat lebih
banyak sel darah merah.
Nah, pada kebanyakan kasus orang anemia, di dalam darahnya tidak terdapat
kadar hemoglobin yang cukup. Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen dalam sel
darah merah. Protein ini memberikan sel darah merah warna merah.
E. Faktor Risiko
1) Pola makan kurang vitamin tertentu seperti makan makanan yang rendah
zat besi, vitamin B-12, dan folat secara menerus meningkatkan risiko
kekurangan darah merah.
10
2) Gangguan usus dapat memengaruhi penyerapan nutrisi di usus kecil Anda
(seperti penyakit celiac dan penyakit Crohn) membuat Anda berisiko
kekurangan sel darah merah.
3) Menstruasi juga membuat wanita berisiko lebih besar mengalami anemia
defisiensi zat besi daripada laki-laki dan wanita pasca menopause. Ini
disebabkan karena menstruasi menyebabkan hilangnya sel darah merah.
4) Kehamilan dapat menyebabkan Ibu mengalami kekurangan zat besi
karena zat besi Anda harus membantu peningkatan volume darah. Zat
besi juga serta menjadi sumber hemoglobin untuk bayi Anda agar dapat
tumbuh.
5) Punya penyakit kronis seperti kanker, ginjal atau gagal hati, berisiko
anemia mengalami kondisi kekurangan darah merah.
6) Riwayat keluarga yang memiliki sejarah kekurangan darah merah dapat
diturunkan ke Anda, misalnya seperti jenis anemia sel sabit.
7) Faktor-faktor lain seperti pernah mengalami infeksi tertentu, penyakit
darah, gangguan autoimun, alkoholisme, paparan bahan kimia beracun,
juga dapat menurunkan produksi sel darah merah
F. Penanganan Anemia
Penanganan dari anemia bergantung dari penyebab yang mendasarinya. Terdapat beberapa
jenis penanganan pada anemia, di antaranya:
1) Anemia defisiensi besi. Penanganan pada anemia jenis ini umumnya mencakup
konsumsi suplementasi zat besi dan perubahan diet. Apabila penyebab dari anemia
defisiensi besi yang terjadi adalah kehilangan darah, selain akibat menstruasi,
sumber perdarahan harus diinvestigasi lebih lanjut dan dihentikan.
2) Anemia defisiensi vitamin tertentu. Penanganan untuk defisiensi asam folat dan
vitamin B12 mencakup suplementasi gizi dan menambah asupan nutrisi tersebut di
dalam diet sehari-hari.
3) Anemia penyakit kronis. Pada anemia jenis ini, penanganan difokuskan terhadap
kondisi yang mendasarinya.
Apabila terjadi perburukan gejala, transfusi darah atau injeksi eritropoietin
(hormon yang diproduksi oleh ginjal) sintetik dapat membantu menstimulasi
produksi sel darah merah dan mengurangi rasa lelah.
11
4) Anemia aplastik. Penanganan anemia jenis ini dapat mencakup transfusi darah
untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Apabila sumsum tulang mengalami
gangguan dan tidak dapat memproduksi sel darah yang sehat, dapat dibutuhkan
transplantasi sumsum tulang.
5) Anemia terkait penyakit sumsum tulang. Penanganan untuk sekelompok kondisi
tersebut dapat mencakup pengobatan, kemoterapi, atau transplantasi sumsum
tulang.
6) Anemia hemolitik. Menangani anemia hemolitik dapat dilakukan dengan beberapa
cara, termasuk menghindari konsumsi dari pengobatan yang dicurigai
menyebabkan kondisi tersebut, menangani infeksi yang terkait, dan mengonsumsi
pengobatan yang dibutuhkan.
7) Anemia sel sabit. Penanganan untuk anemia jenis ini dapat mencakup pemberian
oksigen, pengobatan anti-nyeri, serta cairan oral dan intravena, untuk mengurangi
nyeri dan mencegah komplikasi.
Dokter juga dapat merekomendasikan untuk dilakukan transfusi darah, suplementasi
asam folat, dan pemberian antibiotik apabila dinilai dibutuhkan.
G. Pencegahan Anemia
Sebagian jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, untuk sebagian jenis lainnya, beberapa
strategi pencegahan yang dapat diterapkan adalah:
1) Mengonsumsi diet yang kaya vitamin dan mineral. Sebagai contoh, anemia
defisiensi besi dan anemia defisiensi vitamin dapat dihindari dengan mengonsumsi
diet yang mencakup berbagai vitamin dan zat gizi, termasuk zat besi (daging,
kacang-kacangan, sereal yang difortifikasi zat besi, dan sayuran hijau), asam folat
(buah-buahan, jus buah, sayuran hijau, kacang polong, kacang-kacangan, serta
produk gandum seperti roti, sereal, pasta, dan nasi), vitamin B12 (daging, produk
susu, sereal yang difortifikasi, dan produk kedelai), dan vitamin C (buah sitrus,
brokoli, tomat, melon, dan stroberi).
2) Mempertimbangkan konseling genetik. Pada orang yang memiliki riwayat keluarga
dengan anemia yang diturunkan, seperti anemia sel sabit atau talasemia,
mendiskusikan risiko untuk mengalami dan menurunkan kondisi tersebut dengan
dokter atau konselor genetik dapat merupakan salah satu pilihan.
3) Mengindari tertular malaria. Anemia dapat menjadi salah satu komplikasi dari
malaria. Seseorang yang berencana untuk bepergian ke area di mana malaria sering
12
terjadi disarankan untuk berdiskusi dengan dokter terkait perlunya konsumsi obat-
obatan preventif dan hal-hal yang dapat dilakukan untuk membatasi paparan
terhadap nyamuk.
13
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
kita harus mampu mengenali tanda – tanda anemia dan memberikan penanganan yang cepat
jika sudah didiagnosa penyakit anemia. Selain itu, diharapkan kesadaran akan bahaya
penyakit anemia sehingga bisa mengantisipasi dengan mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi.
DAFTAR PUSTAKA
14