Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DAN

PENATALAKSANAAN ANEMIA

DISUSUN OLEH:

1. FITRIYA ANGGRAINI_1130021051
2. CHANTIKA ROSDIANA PUTRI_1130021057
3. AZIZAH PUTRI PARAMITHA_1130021058
4. M. RIZAL ALFIANSYAH_1130021060

DOSEN FASILITATOR:
RAHMADANIAR ADITYA PUTRI, S.Kep.Ns.,M.Tr.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
DAN PENATALAKSANAAN ANEMIA” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam
mata kuliah Pengantar Antropologi. Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Surabaya,17 Maret 2022


DAFTAR ISI

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DAN ................................................. 1


PENATALAKSANAAN ANEMIA .......................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 5
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 6
BAB II .......................................................................................................................... 7
TINJAUAN TEORI .................................................................................................... 7
2.1 Definisi ............................................................................................................... 7
2.1.1 Etiologi ........................................................................................................ 7
2.1.2 Patofisiologi ................................................................................................ 7
2.1.3 WOC ........................................................................................................... 8
2.1.4 Tanda dan Gejala ........................................................................................ 8
2.1.5 Manifestasi Klinis....................................................................................... 9
2.1.6 Komplikasi .................................................................................................. 9
2.1.7 Penatalaksanaan .......................................................................................... 9
2.2 Asuhan Keperawatan Teori ............................................................................ 10
2.2.1 Pengkajian................................................................................................. 10
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 13
2.2.3 Intervensi Keperawatan............................................................................ 13
2.2.4 Implementasi Keperawatan ..................................................................... 16
2.2.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 16
2.3 Aplikasi Teori .................................................................................................. 17
2.4 Pembahasan ..................................................................................................... 17
BAB III ...................................................................................................................... 18
PENUTUP ................................................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 18
3.2 Saran................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia yaitu suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin dalam tubuh.
Hemoglobin yaitu metaloprotein di dalam sel darah merah yang mengandung
zat besi yang fungsinya sebagai pengangkut oksigen dari paru - paru ke seluruh
tubuh(Malikussaleh, 2019 ). Menurut (Yustisia et al., 2020) Anemia bukan
merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan gejala awal
suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Gejala yang sering dialami antara
lain: lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat. Anemia
merupakan suatu penyakit yang tidak bisa diabaikan, jika tidak ditangani
dengan baik akan mengakibatkan dampak negative bagi kesehatan tubuh. Salah
satu dampaknya antara lain jika hemoglobin ( Hb ) dan sel darah merah sangat
rendah dapat mengakibatkan kinerja pengangkutan oksigen menjadi berkurang.
Kondisi ini yang dapat mengakibatkan kerja organ-organ penting , salah satunya
otak (Yustisia et al.,2020).

1.2 Rumusan Masalah


Melihat banyaknya jumlah peningkatan demam thypoid dan penyebab kematian
tersebut di Indonesia, maka kelompok tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan dan
Penatalaksanaan Anemia”.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari Asuhan Keperawatan ini adalah memberikan
pemahaman kepada penulis agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah
dalam menguraikan dan membahas asuhan keperawatan gangguan dan
penatalaksanaan anemia.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Menjelaskan konsep dasar medis anemiaantara lain pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, komplikasi
dan penatalaksanaan medis.
b. Menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan
Anemia antara lain; pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi dan
evaluasi.

1.4 Manfaat
1. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi ilmiah, untuk menambah wawasan bagi mahasiswa
dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan anemia khususnya
mahasiswa keperawatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
2. Profesi Keperawatan
Diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan
dan menambah literatur baru yang dapat dijadikan sebagai rujukan
penelitian selanjutnya.
3. Lahan Praktik
Dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga dengan klien Anemia.
4. Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat untuk lebih mengetahui informasi
kesehatan maupun penyakit Anemia dengan memanfaatkan media massa
atau elektronik, dan tenaga kesehatan agar memperoleh wawasan mengenai
kesehatan diri, pencegahan, dan penanggulangan pada penyakit khususnya
pada Anemia.
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari
normal mengakibatkan jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh
berkurang (Brunner & Suddarth, 2013). Anemia adalah suatu kondisi medis
dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar
hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan.
Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin
kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang
dari 12,0 gram/100ml.

2.1.1 Etiologi
Menurut Syafruddin (2011) anemia dapat terjadi bila tubuh kita tidak
membuat sel darah merah secukupnya, anemia juga dapat disebabkan
kehilangan atau kerusakan pada sel tersebut. Ada beberapa faktor yang
dapat menyebabkan anemia meliputi :
a. Kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam folat.
b. Anemia megaloblastik disebabkan kekurangan asam folat.
c. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam satu siklus haid pada
perempuan.
d. Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik) 16
e. Infeksi, misalnya infeksi HIV dan infeksi oportunistik terkait
penyakit HIV.
f. Obat-obatan, seperti obat yang dipakai untuk mengobati HIV dan
infeksi terkait yang menyebabkan anemia.
g. Kehamilan, pada kehamilan terjadi proses hemodilusi (pengenceran
darah) yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.

2.1.2 Patofisiologi
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan
sum – sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua
nya. Kegagalan sum – sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan
dekstruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagostik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati
dan limpa. Sebagai efek samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam
fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma. Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5
mg/dL akan mengakibatkan interik pada sklera.

2.1.3 WOC

2.1.4 Tanda dan Gejala


(Haribowo, 2008) Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom
anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau syndrom anemia
adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin
yang sudah menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini
timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila
diklasifikasikan menurut organ yang terkena.
1. Sistem kardiovaskular: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
2. Sistem saraf sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang,kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas.
3. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun. Epitel: warna
pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut
tipis dan halus.

2.1.5 Manifestasi Klinis


Semua anemia menyebabkan terjadinya gejala klasik dari penurunan
Oxygen Carrying Capacity, yaitu lelah, kelemahan, sesak napas, terutama
dyspnea saat beraktivitas

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi sebagai dampak dari pemeriksaan diagnostik
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Gagal jantung akibat anemia berat.
2. Kematian akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain ikut terkena.

2.1.7 Penatalaksanaan
Medis :
1. Memperbaiki penyebab dasar.
2. Suplemen nutrisi (vitamin B12, asam folat, besi)
3. Transfusi darah. Faktor-faktor penyebab : penyakit kronis, faktor
keturunan, kurang nutrisi, kehilangan darah.
Terapis:
1. Terapi gawat darurat
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung,
maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah
merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah
jantung tersebut.
2. Terapi khas untuk masing-masing anemia
Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya
preparat besi untuk anemia defisiensi besi.
3. Terapi kausal
Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang
menjadi penyebab anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi yang
disebabkan oleh infeksi cacing tambang harus diberikan obat anti-
cacing tambang.
4. Terapi ex-juvantivus (empiris)
Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika
terapi ini berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi ini hanya
dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada
pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi dengan ketat. Jika
terdapat respons yang baik, terapi diteruskan, tetapi jika tidak terdapat
respons, maka harus dilakukan evaluasi kembali.

2.2 Asuhan Keperawatan Teori


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2. Anamnesa
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan, pusing.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Klien dengan anemia datang ke rumah sakit, biasanya dengan
keluhan berupa: adanya keletihan, kelemahan, malaise umum,
membutuhkan waktu tidur dan istirahat yang banyak, sakit
kepala, nyeri mulut dan lidah, anoreksia, BB menurun, serta sulit
untuk berkonsentrasi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Klien memiliki riwayat konsumsi obat-obatan yang
mempengaruhi sumsum tulang dan metabolisme asam folat,
adanya riwayat hehilangan darah kronis, misalnya perdarahan
GI kronis, menstruasi berat,angina, CHF. Selain itu terdapat juga
riwayat penyakit antara lain endokarditis, pielonefritis, gagal
ginjal,riwayat TB, abses paru, kanker. Riwayat penyakit hati,
masalah hematoligi, pembedahan dan penggunaan anti
konvulsan masa lalu atau sekarang juga akan mempengaruhi
anemia.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Kesehatan keluarga yang berhubungan dengan anemia, sperti
kecendrungan keluarga untuk anemia, adanya anggota keluarga
yang menderita anemia. Apakah anggota keluarga pasien
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes militus,
penyakit jantung, struk?.
f. Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku,
perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
g. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda – tanda vital. Pucat, keletihan,
kelemahan, nyeri kepala, demam, dispnea, vertigo, sensitif
terhadap dingin, berat badan menurun.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, adakah gangguan pendengaran.
3) Sistem integumen
Turgor kulit kering,kuku rapuh.
4) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Sistem
kardiovaskuler Takikardi, hipotensi, kardiomegali, gagal
jantung.
5) Sistem gastrointestinal
Anoreksia.
6) Sistem urinary
Pada pola ini, biasanya bisa terjadi diare atau konstipasi,
serta bisa terjadi penurunan haluaran urine.
7) Sistem muskuloskeletal
Nyeri pinggang, nyeri sendi.
8) Sistem neurologis
Nyeri kepala, binggung, mental depresi, cemas.
h. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan adalah :
a. Tes penyaring
1. Kadar hemoglobin
2. Indeks eritrosit (MCV,MCH, dan MCHC)
3. Hapusan darah tepi.
b. Pemeriksaan rutin
1. Laju endap darah
2. Hitung deferensial
3. Hitung retikulosit
c. Pemeriksaan sumsum tulang
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus
1. Anemia defesiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi
transferin
2. Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit,
vitamin B12
3. Anemia hemolitik : tes Coomb, elektroforesis Hb
4. Leukemia akut : pemeriksaan sitokimia
5. Diatesa hemoragik : tes faal hemostasis
e. Pemeriksaan laboratorium non hematologi
Pemeriksaan faal ginjal, hati, endokrin, asam urat, kultur
bakteri
f. Pemeriksaan penunjang lainnya
1. Biopsy kelenjar à PA
2. Radiologi : Foto Thoraks, USG, CT-Scan

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut Wijaya (2013) dari hasil pengkajian di atas dapat disimpulkan
diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan inadekuat intake makanan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Kecemasan orang tua berhubungan dengan proses penyakit anak.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar dengan
informasi.
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh sekunder
menurun (penurunan Hb), prosedur invasif.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Rencana keperawatan pada anemia menurut Taylor (2010) untuk diagnosa
keperawatan pertama dan diagnosa kedua dan keenam menurut Betz and
Swoden (2009), diagnosa ketujuh menurut Ngastiyah (2012) sebagai
berikut :
Diagnosa 1: ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan suplai O2 ke jaringan dengan intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital.
2) Observasi adanya emboli.
3) Tingkatkan aktivitas untuk cegah pengumpulan darah.
4) Berikan penkes tentang terapi antikoogulan.
5) Monitor tanda-tanda perdarahan.
6) Monitor adanya data laboratorium terkait dengan kehilangan darah
(misalnya hemoglobin, hematokrit).
7) Anjurkan pasien untuk konsumsi sayur-sayuran yang hijau.
8) Observasi nadi perifer setiap 4 jam.
9) Kaji warna kulit dan tekstur kulit setiap 4 jam.
10) Berikan produk darah yang diresepkan dokter.
11) Kolaborasi pemberian terapi antikoagulan.
Diagnosa 2: Resiko cedera berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
O2 ke jaringan dengan Intervensi:
1) Kaji ulang keberadaan faktor resiko cedera.
2) Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman.
3) Ajarkan klien tentang upaya penundaan cedera.
4) Kolaborasi dengan dokter tentang penatalaksanaan cedera.
Diagnosa 3: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh
sekunder menurun (penurunan HB), prosedur invasif. Intervensi:
1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
2) Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan untuk istirahat yang cukup.
3) Anjurkan keluarga untuk cucitangan sebelum dan setelah kontak dengan
klien.
4) Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan.
5) Lakukan cucitangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
6) Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindun.
7) Pertahankan lingkungan yang aseptic selama pemasangan alat.
8) Lakukan perawatan luka dan dressing infus.
9) Tingkatkan intake nutrisi, dan cairan yang adekuat berikan antibiotic
sesuai program.
Diagnosa 4: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen. Intevensi:
1) Kaji status fisiologi pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai denga
konteks usia dan perkembangan.
2) Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami, Perbaiki defisit status fisiologi sebagai
prioritas utama.
3) Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga
ketahanan, Monitor asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi
yang adekuat.
4) Catat waktu dan lama istirahat/tidur pasien. 5) Monitor sumber dan
ketidak nyamanan /nyeri yang dialami pasien selama aktivitas.
Diagnosa 5: Keletihan fisik berhubungan dengan menurunya imunitas
tubuh. Intevensi:
1) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, dorong
anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan.
2) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
3) Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat, monitor respon
kardfiovaskuler terhadap aktivitas.
4) Monitor pola tidur dan lamanya tidur.
5) Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkap kanperasaanya.

Diagnosa 6: Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan


dengan menurunnya imunitas tubuh. Intervensi:

1) Anak akan menunjukan tanda-tanda keseimbangan dan elektrolit yang


ditandai dengan membrane mukosa lembab.
2) Pengisian kembali kapiler 3-5 detik.
3) Anak akan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal.
4) Anak tidak menunjukan perdarahan dan infeksi.
5) Anak akan menunjukan status nutrisi yang adekuat yang ditandai
dengan nafsu makan baik dan berat badan sesuai.
Diagnosa 7: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan kekurangan
asupan nutrisi esensial. Intervensi:
1) Anjurkan pasien untuk tidak konsumsi makanan berbumbu dan bergas
2) Penkes tentang diet tinggi zat besi dan kurangi makanan berserat.
3) Berikan makanan yang menarik sambil bercerita saat makan
4) Berikan makanan yang hangat dan menarik sesuai kesukaan pasien.
5) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
6) Timbang BB.
7) Ajarkan pasien tidak konsumsi makanan berbumbu dab bergas.
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian suplimen, vitamin, zat besi
dan folat.
9) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk rubah makan TKTP.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah diterapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, dan menilai data yang baru. Dalam pelaksanaan
membutuhkan keterampilan kognitif, interpersonal, psikomotor (Rohmah,
2010).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Menurut Capernito, 1999:28) Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik
atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di
tetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi pada pasien dengan
anemia adalah infeksi tidak terjadi, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi,
pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan aktivitas, 27 peningkatan
perfusi jaringan perifer, dapat mempertahankan integritas kulit, pasien
mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostik dan rencana
pengobatan.
2.3 Aplikasi Teori
(Cynara, 2020) Teori Health Belief Model dapat menentukan seseorangkan
berperilaku seperti apa dalam menentukan asupan gizi yang dikonsumsi
setiap hari, terutama makanan yang mampu mencegah anemia. Program
pemberian tablet tambah darah dan faktor intrapersonal dan sosial mampu
mempengaruhi asupan gizi pencegahan anemia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh program pemberian tablet tambah darah, faktor
intrapersonal dan sosial terhadap asupan gizi pencegahananemia.

2.4 Pembahasan
(STEFANI VERONA INDI ANDANI, 2019)
Teori Health Belief Model(HBM) menjelaskan bagaimana factor persepsi
dapat memengaruhi perilaku pencegahan individu. Remaja putri rentan
mengalami anemia defisiensi zat besi karena siklus menstruasi maupun
kehilangan basal sehingga memerlukan asupan zat besi cukup dari makanan
yang dikonsumsi sehari-hari. Konsep Health Belief Model yang terdiri dari
perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived
barrier, self efficacy dan perceived threat mendorong untuk melakukan
tindakan pencegahan anemia. Aplikasi Health Belief Model dapat
membentuk perubahan perilaku gizi melalui rasa terancam akan bahaya
suatu penyakit.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari materi ini adalah aplikasi Health Belief Model dapat
meningkatkan pengetahuan serta komponen HBM untuk mendorong
perubahan perilaku pencegahan anemia melalui peningkatan konsumsi
makanan sumber zat besi. Pada penelitian lebih lanjut disarankan agar dapat
memperhatikan faktor perancu yang mempengaruhi kadar hemoglobin di
dalam tubuh dan mengupayakan inovasi produk makanan sebagai substitusi
tablet tambah darah untuk meningkatkan penerimaan remaja putri.

3.2 Saran
Penyakit Anemia adalah masalah kesehatan yang terjadi saat jumlah sel darah
merah dalam tubuh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah normalnya.
Tak hanya itu, anemia juga bisa terjadi saat hemoglobin yang terkandung
dalam sel darah merah tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuh, seperti
halnya protein kaya zat besi yang memberi warna merah pada darah.
Protein tersebut akan membantu sel darah merah membawa oksigen ke
seluruh tubuh. Inilah mengapa, tubuh yang tidak mendapatkan cukup asupan
darah yang tinggi oksigen akan rentan mengalami anemia. Kondisi tersebut
mengakibatkan tubuh mudah lelah dan lemah. Selain itu, kamu juga bisa
merasakan sakit kepala dan sesak napas. Untuk pencegahannya adalah
dengan cara mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
dan asam folat. Kami sebagai penulis berharap kepada pembaca, agar dapat
sedikit menambah wawasan mengenai penyakit Anemia tersebut. Dikarnakan
kita tahu sendiri mengenai setiap anak sebaiknya mencukupi untuk zat besi
apalagi untuk remaja putri yang setiap bulannya menstruasi dan rentan
mengalami anemia sehingga memerlukan asupan zat besi yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA

Cynara, A. C. (2020) ‘Pengaruh Program Pemberian Tablet Tambah Darah, Faktor


Intrapersonal dan Sosial Terhadap Asupan Gizi Pencegahan Anemia pada Remaja
Putri SMA/MAN di Yogyakarta: Aplikasi Health Belief Model’. Available at:
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/82159/Pengaruh-Program-Pemberian-Tablet-
Tambah-Darah-Faktor-Intrapersonal-dan-Sosial-Terhadap-Asupan-Gizi-
Pencegahan-Anemia-pada-Remaja-Putri-SMAMAN-di-Yogyakarta-Aplikasi-
Health-Belief-Model (Accessed: 15 September 2022).
Haribowo, N. W. H. S. K. dan dr. A. S. (2008) Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Dgn Gangguan Sistem Hematologi - Google Buku. Available at:
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=PwLdwyMH9K4C&oi=fnd&pg=
PT70&dq=asuhan+keperawatan+gangguan+dan+penataksanaan+anemia&ots=-
D7G2KcQN6&sig=YlQhnn4e6pZXx8mF27ypBeOvrQY&redir_esc=y#v=onepag
e&q=asuhan keperawatan gangguan dan penataksanaan anemia&f=false
(Accessed: 12 September 2022).
STEFANI VERONA INDI ANDANI, 101511233013 (2019) ‘APLIKASI
HEALTH BELIEF MODEL TERHADAP PENINGKATANPENGETAHUAN
GIZI, POLA KONSUMSI ZAT BESI DAN NILAIHEMOGLOBIN SISWI SMAK
SANTO STANISLAUS’. Available at: http://lib.unair.ac.id (Accessed: 15
September 2022).

Anda mungkin juga menyukai