Anda di halaman 1dari 21

Tugas Makalah

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ANEMIA


PADA ANAK

Disusun oleh:

Indrianingsi Harmain (751440119009)

Salwiya Igirisa (751440119025)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TA. 2020-2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah membantu penulis menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu dengan judul “Asuhan Keperawatan Penyakit anemia pada
anak” yang merupakan tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Kami menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai
penyempurnaan makalah ini, sehingga dikemudian hari makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua mahasiswa di Poltekkes Kemenkes Gorontalo. Kiranya isi dari Makalah memberikan
manfaat dan dapat menjadi masukan dan acuan yang berguna bagi pembaca yang
membutuhkannya.

Gorontalo, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................1
C. TUJUAN...........................................................................................................................1
D. MANFAAT.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................

A. KONSEP DASAR PENYAKIT......................................................................................3


A) PENGERTIAN..........................................................................................................3
B) KALSIFIKASI...........................................................................................................3
C) ETIOLOGI.................................................................................................................4
D) TANDA GEJALA.....................................................................................................5
E) PATHWAY................................................................................................................6
F) PATOFISIOLOGI.....................................................................................................7
G) PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................9
H) PENATALAKSAAN.................................................................................................9
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................10
1. PENGKAJIAN...........................................................................................................10
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN..............................................................................11
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN.....................................................................12

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................17

A. KESIMPULAN................................................................................................................17
B. SARAN ............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah keadaan yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah,
kadar hemoglobin, dan hematocrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan suatu
penyakit tunggal, melainkan merupakan pencerminan terhadap keadaan suatu penyakit
atau gangguan pada fungsi tubuh.Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkat oksigen kejaringan. Prevalensi anemia
di Indonesia menurut kelompok populasi paling sering terjadi pada populasi wanita
dewasa hamil dengan prevalensi 50-70%, diikuti wanita dewasa tidak hamil 30-40%,laki-
laki dewasa 20-30%, dan anak-anak usia sekolah 25-35% (Handayani.,Haribowo. 2008).
Kejadian anemia bervariasi tetapi diperkiakan sekitar 30% penduduk dunia
mederita anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di Negara-negara sedang
berkembang. Prevalensi anemia adalah sekitar 8-44%, dengan prevalensi tertinggi pada
laki-laki usia 85 tahun atau lebih. Dari beberapa hasil studi lainya dilaporkan bahwa
prevalensi anemia pada laki-laki adalah 27-40% dan wanita adalah 16-21%. Sebagai
penyebab tersering anemia pada adalah anemia kronik dengan prevalensinya sekitar 35%,
diikuti oleh anemia defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainya yaitu defisiensi viamin
B12, defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik. Pada
lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhan
penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhanya akan semakin lama
(Handayani.,Haribowo. 2008).Berbagai sebab penyakit anemia defisiensi Fe antara lain
adalah faktor kekurangan nutrisi, kegagalan sumsum tulang, perdarahan hemolisis dan
kehilangan sel darah merah. Apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda gejala muncul,
maka depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan
sempurna dan irreversibel. Oleh karena itu perawat sangat penting dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien anemia defisiensi Fe, serta diharapkan tidak hanya
terhadap keadaan fisiknya saja tetapi juga psikologis penderita.Berdasarkan latar
belakang diatas, laporan pendahuluan ini dibuat bertujuan untuk mengetahui pengertian,
etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pathway, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan fokus intervensi dari
anemia.Diharapkan dengan adanya laporan pendahuluan ini, dapat membantu dalam
pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan diagnosa anemia.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan laporan kasus ini adalah“Bagaimana
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pasien Anemia pada anak.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan penyakit anemia.
2. Tujuan Khusus

1
a) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan penyakit anemia pada
anak.
b) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan penyakit anemia pada
anak.
c) Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan penyakit anemia pada
anak.
d) Mahasiswa mampu membuat implementasi keperawatan penyakit anemia pada
anak.
e) Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan penyakit anemia pada anak.
D. Manfaat
1. Teoritis
Meningkatkan pengetahuan pembaca tentang anemia dan sebagai wacana untuk
mengetahui pelaksanaan proses asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia.
2. Praktis
a) Bagi Rumah Sakit
Dapat diigunakan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia.
b) Bagi Tim Kesehatan
Dapat digunakan sebagai masukan bagi tim kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku dalam upaya peningkatan asuhan keperawatan
serta pencegahan komplikasi pada pasien dengan anemia.
c) Bagi Instansi Akademik
Dapat digunakan sebagai referensi institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu
pendidikannya di masa yang akan datang.
d) Bagi Pasien dan Keluarga
Menambah informasi tentang gambaran umum penyakit anemia sehingga dapat
menumbuhkan kesadaran untuk meningkatkan kesehatannya serta mampu
melakukan perawatan yang tepat bagi keluarganya.
e) Bagi Pembaca
Dapat digunakan sebagai referensi serta informasi terkait gambaran umum anemia
dan proses asuhan keperawatannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
(Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu status penyakit
atau perubahan fungsi tubuh. Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau
masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar
hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal (Handayani.,Haribowo.
2008). Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria WHO
pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
 Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
 Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
 Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
 Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
 Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani.,Haribowo. 2008).

 Hb < 10 gr/dl
 Hematokrit < 30%
 Eritrosit < 2,8 juta/m

Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai
adalah (Handayani.,Haribowo. 2008):

 Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dlRingan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl


 Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl
 Berat Hb < 6 gr/dl

B. Klasifikasi
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008)., klasifikasi anemia adalah:
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada prekusor sel-sel
sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak. Anemia ini dapat disebabkan
oleh kongenital atau didapat, idiopati akibat dari infeksi tertentu, obat-obatan dan zat
kimia, serta kerusakan akibat radiasi. Penyembuhan sempurna dan cepat mungkin
dapat diantisipasi jika pemajanan pada pasien dihentikan secara dini.Jika pemajanan
tetap berlangsung setelah terjadi tanda-tanda hipoplasi, depresi sumsum tulang
hampir dapat berkembang menjadi gagal sumsum tulang dan irreversible.
3
2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh menurun
dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan berkurangnya
sintesis Hb sehingga menghambat proses pematangan eritrosit. Ini merupakan tipe
anemia yang paling umum.Anemia ini dapat ditemukan pada pria dan wanita pasca
menopause karena perdarahan (misal, ulkus, gastritis, tumor gastrointestinal),
malabsopsi atau diit sangat tinggi serat (mencegah absorpsi besi). Alkoholisme kronis
juga dapat menyebabkan masukan besi yang tidak adekuat dan kehilangan besi
melalui darah dari saluran gastrointestinal.
3. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam Folat)
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang dan darah perifer yang
identik.Defisiensi vitamin B12 sangat jarang terjadi tetapi dapat terjadi akibat
ketidakadekuatan masukan pada vegetarian yang ketat, kegagalan absorpsi saluran
gastrointestinal, penyakit yang melibatkan ilium atau pankreas yang dapat merusak
absorpsi vitamin B12. Tanpa pengobatan pasien akan meninggal setelah beberapa
tahun, biasanya akibat gagal jantung kongesti sekunder akibat dari anemia.
Sedangkan defisiensi asam folat terjadi karena asupan makanan yang kurang gizi
asam folat, terutama dapat ditemukan pada orang tua. individu yang jarang makan
sayuran dan buah,alkoholisme, anoreksia nervosa, pasien hemodialisis.
4. Anemia
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh efek molekul
Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri.Anemia ini ditemukan terutama pada orang
Mediterania dan populasi di Afrika, serta terutama pada orang-orang kulit
hitam.Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif otosom yang disebabkan oleh
pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis, satu buah dari masing-masing orang
tua.Hemoglobin yang cacat itu disebut hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan
membentuk konfigurasi seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
5. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis, yaitu
pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. Anemia hemolitik
adalah jenis yang tidak sering dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan
diagnostik yang tepat. Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh anemia sel
sabit,malaria,penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.

C. Etiologi
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008).penyebab anemia dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi
Fe,Thalasemia,dan anemi infeksi kronik.

4
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan
anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan anemia
aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara
mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)
Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan
eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit misalnya,
ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada Bahan baku yang dimaksud adalah
protein , asam folat, vitamin B12, dan mineral Fe. Sebagian besar anemia anak
disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat,B12)
yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga
disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.

D. Tanda Gejala
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008), tanda dan gejala dari anemia,meliputi:
1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat. Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala
anemia dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1) Gejala umum anemia
 Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah
gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah
menurun di bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat
diklasifikasikan menurut organ yang terkena, yaitu:Sistem
kardiovaskuler:lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
 Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang
kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
 Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
 Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,serta
rambut tipis dan halus.

5
2) Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:
 Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis,keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
 Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
 Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
 Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3) Gejala akibat penyakit yang mendasari Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit
yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang
disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti
pembesaran parotis dan telapak tangan berwatna kuning seperti jerami.

E. PATHWAY

6
F. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak
diketahui.Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo
endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses
tersebut,bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan memasuki aliran darah. Apabila sel
darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul
dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma,
makan hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada
dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena

7
berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme
kompensasi tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan
gejala yang disebut sindrom anemia (Handayani, 2008).Berdasarkan proses patofisiologi
terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga kelompok (Handayani.,Haribowo. 2008)
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel darah
merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik.Hal ini terjadi akibat adanya
abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan
agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang
mengakibatkan anemia ini antara lain sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang
dan stem cell,anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan
kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses
eritropoesis.
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap
tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga
menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara
lain:
a. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, ataubeberapa jenis
makanan.
c. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis.
d. Autoimun.
e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,paparan
kimiawi,hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis.

3. Anemia akibat kehilangan darah


Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada perdarahan
yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis umumnya muncul akibat
gangguan gastrointestinal (misal ulkus,hemoroid, gastritis, atau kanker saluran
pencernaan), penggunaan obat-obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal
OAINS),menstruasi, dan proses kelahiran.

8
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosis anemia adalah
(Handayani, 2008):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
 Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia.Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen
komponen,seperti kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan
MCHC), asupan darah tepi.
 Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah
(LED),hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
 Pemeriksaan sums2um tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan diagnosis
definitif meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
 Faal ginjal
 Faal endokrin
 Asam urat
 Faat hati
 Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
 Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
 Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
 Pemeriksaan sitogenetik.
 Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction,FISH:
fluorescence in situ hybridization).

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya,dapat
dilakukan dengan (Handayani.,Haribowo. 2008) :
1. Anemia Aplastik
 Transplantasi sumsum tulang.
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
 Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
 Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah
merah dan trombosit.
 Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan orang-
orang yang menderita infeksi
2. Anemia defisiensi besi
 Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.

9
 Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
 Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
 Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
 Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat)Anemia
defisiensi vitamin B12 :
 Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege tarian
ketat).
 Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak terdapatnya
faktor-faktor instriksik.
 Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia
pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.Anemia defisiensi
asam folat
 Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
 Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
 Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal).
4. Anemia sel sabit
 Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
 Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
 Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
 Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih ringan.
 Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak responsive
terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah sabit, dan kadang-
kadang setengah dari masa kehamilan untuk mencegah krisis.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif
(data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data
objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Biasanya data fokus yang
didapatkan dari pasien penderita anemia/keluarga seperti pasien mengatakan lemah,
letih dan lesu, pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering
haus.Sementara data objektif akan ditemukan pasien tampak lemah, berat badan
menurun, pasien tidak mau makan/tidak dapat menghabiskan porsi makan, pasien
tampak mual dan muntah, bibir tampak kering dan pucat, konjungtiva anemis serta
anak rewel.Menurut Muscari (2005:284-285) dan Wijaya (2013:138) penting untuk
mengkaji riwayat kesehatan pasien yang meliputi:
1) Keluhan utama/alasan yang menyebabkan pasien pergi mencari pertolongan
profesional kesehatan. Biasanya pada pasien anemia, pasien akan mengeluh
lemah, pusing, adanya pendarahan, kadang-kadang sesak nafas dan penglihatan
kabur

10
2) Kaji apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien atau di dalam keluarga ada yang menderita penyakit hematologis
3) Anemia juga bisa disebabkan karena adanya penggunaan sinar-X yang berlebihan,
penggunaan obat-obatan maupun pendarahan. Untuk itu penting dilakukan
anamnesa.
4) Riwayat penyakit terdahulu.
Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan juga
pemeriksaan penunjang pada anak dengan anemia agar dapat mendukung data
subjektif yang diberikan dari pasien maupun keluarga.
5) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara yaitu inspeksi,auskultasi, palpasi dan
perkusi secara head to toe sehingga dalam pemeriksaan kepala pada anak dengan
anemia didapatkan hasil rambut tampak kering, tipis, mudah putus, wajah tampak
pucat, bibir tampak pucat, konjungtiva anemis, biasanya juga terjadi perdarahan
pada gusi dan telinga terasa berdengung.
 Pada pemeriksaan leher dan dada ditemukan jugular venous pressure akan
melemah, pasien tampak sesak nafas ditandai dengan respiration rate pada
kanak-kanak (5-11 tahun) berkisar antara 20-30x per menit.
 Untuk pemeriksaan abdomen akan ditemukan perdarahan saluran
cerna,hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali. Namun untuk
menegakkan diagnosa medis anemia, perlunya dilakukan.
 pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan
fungsi sumsum tulang.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil pengkajian di atas dapat disimpulkan diagnosa keperawatan sebagai
berikut:
1) Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan(mis,kelembapan
lingkungan sekitar,suhu lingkungan,pencahayaan,kebisingan,bau tidak
sedap,jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan).
2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis.stres,keengganan
untuk makan)
3) Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin

11
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN
Gangguan pola tidur b/d Setelah dilakukan Dukungan Tidur:
hambatan lingkungan tindakan keperawatan Tindakan:
(mis,kelembapan lingkungan selama 1x24 jam, Observasi
sekitar,suhu diharapkan pola tidur  Identifikasi pola aktivitas
lingkungan,pencahayaan,kebisi membaik dengan dan tidur
ngan,bau tidak sedap,jadwal kriteria hasil:  Identifikasi faktor
pemantauan/pemeriksaan/tinda • Keluhan sulit pengganggu tidur (fisik
kan). tidur membaik dan/atau psikologis)
Ditandai dengan • Keluhan sering  Identifikasi makanan dan
DS: terjaga membaik minuman yang mengganggu
- Pasien mengeluh sulit • Keluhan tidak tidur
tidur. puas tidur (mis.kopi,teh,alkohol,makan
- Pasien mengeluh sering membaik mendekati tidur,minum
terjaga . • Keluhan pola banyak air sebelum tidur)
- Pasien mengeluh tidak tidur berubah  Identifikasi obat tidur yang
puas tidur membaik dikonsumsi
- Pasein mengeluh pola • Keluhan istirahat Terapeutik
tidur berubah. tidak cukup  Modifikasi lingkungan
- Mengeluh istirahat membaik (mis.pencahayaan,kebisinga
tidak cukup. n,suhu,matras,dan tempat
DO: tidur)
Tidak tersedia  Batasi waktu tidur
siang,jika perlu
 Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis.pijat,pengaturan
posisi,terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
 Anjurkan menempati

12
kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
(mis.pskilogis,gaya
hidup,sering berubah shift
bekerja)
 Ajarkan relaksasi obat
autogenik atau cara
nonfrmakologi lainnya
Defisit nutrisi b/d faktor Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi:
psikologis(mis.stres,keenggana tindakan keperawatan Tindakan:
n untuk makan) . selama 1x24 jam, Observasi
Ditandai dengan diharapkan status nutrisi  Identifikasi status nutrisi
DS: membaik dengan  Identifikasi alergi dan
- Nafsu makan menurun kriteria hasil: interloransi makanan
DO: • Berat badan  Identifikasi makanan yang
- Berat badan menurun membaik disukai
minimal 10% di bawah • Frekuensi makan  Identifikasi kebutuhan kalori
rentang ideal membaik dan jenis nutrien
- Membran mukosa pucat • Nafsu makan  Identifikasi perlunya
membaik penggunaan selang
• Membran nasogastrik
mukosa  Monitor asupan makanan
membaik  Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan,jika perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.piramida
makanan)
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang

13
sesuai
 Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
kontipasi
 Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan,jika perlu
 Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk,jika
mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis.pereda
nyeri,antiemetik),jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan,jika perlu
Perfusi perifer tidak efektif b/d Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi:
penurunan konsentrasi tindakan keperawatan Tindakan:
hemoglobin. selama 1x24 jam, Observasi
Ditandai dengan diharapkan perfusi  Periksa sirkulasi perifer
DS: perifer meningkat (mis. nadi
- Nyeri ekstremitas dengan kriteria hasil: perifer,edema,pengisian
(klaudikasi) • penyembuhan kapiler,warna,suhu,anklebra
DO: luka meningkat chial index)
- Warna kulit pucat • nyeri ekterimtas  Identifikasi faktor risiko
- Penyembuhan luka menurun gangguan sirkulasi
lambat • Turgor kulit (mis.diabetes,perokok,orang
membaik tua,hipertensi dan kadar
kolestrol tinggi)
 Monitor
panas,kemerahan,nyeri,atau
bengakak pada ekstremitas

14
Terapeutik
 Hindari pemasangan infus
atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas
dengan ketebatasan perfusi
 Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area yang cedera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan
kuku
 Lakukan hidrasi
Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahrga rutin
 Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
 Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah,antikoagulan,dan
penurunan kolestrol. jika
perlu
 Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
 Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat
beta
 Anjurkan perawatan kulit
yang
tepat(mis.melembapkan
kulit kering pada kaki)
 Anjurkan program
rehabilitasi vascular
 Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
(mis.rendah lemak
jenuh,minyak ikan omega 3)
 Informasikan tanda dan
15
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis.rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat,luka tidak
sembuh,hilangnya rasa)

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu
a) Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
(Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu status
penyakit atau perubahan fungsi tubuh.
b) Tanda dan gejala
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008), tanda dan gejala dari anemia,meliputi:
Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).Sering mengeluhkan pusing dan mata
berkunang-kunang .Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan
telapak tangan menjadi pucat.
c) Diagnosa keperawatan yaitu gangguan pola tidu,defisit nutrisi,dan perfusi perifer
tidak efektif.

B. SARAN
Dari kesimpulan diatas, maka kelompok kami dapat mengambil kesimpulan
bahwa penyakit anemia dipengaruhi oleh adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum tulang dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang
tidak diketahui.

17
DAFTAR PUSTAKA

Handayani.,Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Sistem Gangguan Haemotologi. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, A. (2002). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius. Jakarta.
FKUI.

Tjokroprawiro, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Suarabaya: Airlangga


Universitas Press.

Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDIKI)

Buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)

Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI)

18

Anda mungkin juga menyukai