Anda di halaman 1dari 69

PENERAPAN PEMBERIAN REBUSAN AIR BAWANG PUTIH UNTUK

MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA ANGGOTA KELUARGA


PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIPATANA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Keperawatan

DisusunOleh :

NURUL IMAN N. ARSYAD


NIM. 751440119019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO


KEMENTRIAN KESEHATAN
2022
PENERAPAN PEMBERIAN REBUSAN AIR BAWANG PUTIH UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA ANGGOTA KELUARGA
PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIPATANA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

NURUL IMAN N. ARSYAD


NIM. 751440119019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO


KEMENTRIAN KESEHATAN
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING DAN PENGUJI
KARYA TULIS ILMIAH
PENERAPAN PEMBERIAN REBUSAN AIR BAWANG PUTIH UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA ANGGOTA KELUARGA
PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIPATANA
Disusun Oleh
NURUL IMAN N. ARSYAD
NIM. 751440119019

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada Tanggal Juni 2022


Pembimbing Utama Ketua Dewan Penguji

KARTIN BUHELI, S. Kep, M.Kes KARTIN BUHELI, S. Kep, M.Kep


NIP. 196501051988022001 NIP. 196501051988022001
Anggota

PAULUS PANGALO, SKM, M.Kes


NIP. 196503211984121001
Pembimbing Pendamping Anggota

EKA FIRMANSYAH PRATAMA, S.Kep, Ns, M.Kep YUSRIN ASWAD, SST, M.Kes
NIDN. 4001019301 NIP. 198309292009121005

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Direktur Politeknik Kesehatan Gorontalo

MOHAMAD ANAS NASIRU, SKM, M.Kes


NIP. 198605222009122001

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Program Studi Diploma III Keperawatan


Jurusan Keperawatan

PENERAPAN PEMBERIAN REBUSAN AIR BAWANG PUTIH UNTUK


MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA ANGGOTA KELUARGA
PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIPATANA

Disusun Oleh

NURUL IMAN N. ARSYAD

NIM. 751440119019

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing Utama

KARTIN BUHELI, S. Kep, M.Kes Tanggal, Juni 2022


NIP. 196501051988022001

Pembimbing Pendamping

EKA FIRMANSYAH PRATAMA, S.Kep, Ns, M.Kep Tanggal, Juni 2022


NIDN. 4001019301

iii
BIODATA PENULIS

1. Data Umum

a. Nama lengkap : Nurul Iman N. Arsyad

b. Tempat/Tanggal Lahir : Gorontalo, 05 Desember 2000

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Agama : Islam

e. Status Perkawinan : Belum Menikah

f. Alamat Lengkap : Desa Ilomangga, Kecamatan

Tabongo, Kabupaten Gorontalo

g. Nomor Telfon Rumah/HP : 082290725652

h. Alamat e-mail :nurulimanarsyad@gmail.com

2. Riwayat Pendidikan

a. Sekolah Dasar : SDN 2 Tabongo

b. Sekolah Menengah Pertama : MTS Negeri 2 Kab.Gorontalo

c. Sekolah Menengah Atas : MAN 2 Kab. Gorontalo

d. Perguruan Tinggi : Politeknik Kesehatan Kemenkes

Gorontalo

iv
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandah tangan di bawah ini, saya:

Nama : Nurul Iman N. Arsyad

Nim : 751440119019

Prodi/Jurusan : DIII Keperawatan

Dengan ini menyatakan yang sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah

yang di susun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan

Diploma III Keperawatan merupakan hasil karya sendiri. Adapun bagian-bagian

tertentu yang dalam penulisan yang saya kutip dari hasil karya hasil orang lain

telah dituliskan seumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah, etika

penulisan ilmiah dan pedoman buku Karya Tulis Politeknik Kesehatan Kemenkes

Gorontalo. Apabila Karya Tulis Ilmiah ini bukan hasil karya sendiri atau terdapat

plagiat dalam bagian-bagian tertentu maka saya bersedia menerima sanksi lainnya

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Gorontalo, Juni 2022

Penulis

Nurul Iman N. Arsyad

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan berkat dan rahmat

yangdiberikan-Nyakepada saya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Penerapan Pemberian Rebusan Air Bawang Putih

Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Anggota Keluarga Penderita

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sipatana ”.Karya Tulis Ilmiah ini

disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Studi

Ahli Madya Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari

sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dihadapi, namun berkat petunjuk,

arahan dan bantuan maupun materi serta dorongan dari berbagai pihak, maka

kesulitan itu dapat diatasi,sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dan saya ucapkan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Mohamad Anas Anasiru, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Gorontalo.

2. Hj. Rahmawati Abd, SKM selaku kepala Puskesmas Sipatana Kota

Gorontalo

3. Fatmawati Mohamad, S.Pd, S.Kep, Ns, MPH selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Gorontalo .

4. Ratnawati, S.Pd, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Diploma III

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Gorontalo.

vi
5. Kartin Buheli, S.Kep, M.Kes selaku pembimbing utama yang banyak

memberikan masukan, saran, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta

dalam membimbing saya dalam menyelesaikan meteri Karya Tulis Ilmiah.

6. Eka Firmansyah Pratama, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Pembimbing

pendamping yang telah memberikan masukkan, meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran dalam membimbing penulis selama menyelesaikan penulisan

Karya Tulis Ilmiah.

7. Teristimewa kepada orang tua, Ibu Yusni Arsyad yang membimbing dengan

kasih sayang dan memiliki pengorbanan yang luar biasa bagi penulis untuk

tetap semangat dalam menempuh pendidikan dan selalu mendoakan,

memberikan motivasi dan pengorbanannya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Terima kasih kepada sahabat seluruh khusunya teman-teman kelas A D-III

Keperawatan “Achilles 2019”, serta teman-teman alumni MAN 2 Kab.

Gorontalo 2019, yang selalu mendukung penulis dalam menyelsaikan karya

tulis ilmiah diantaranya Dea, Riski, Inda, Dista, Rinto, Yusrin, Fatma,

Nandhita, Olviani, Sandi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga segala bantuan yang telah

diberikan akan dapat memberikan manfaat yang lebih berguna bagi kita semua

Gorontalo, Juni 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING DAN PENGUJI.........................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
BIODATA PENULIS............................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN.......................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
ABSTRAK...........................................................................................................xiii
ABSTRACT.........................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................5
D. Manfaat......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
A. Konsep Keluarga.......................................................................................7
1. Definisi......................................................................................................7
2. Tujuan dasar Keluarga...............................................................................8
3. Tipe Keluarga............................................................................................8
4. Peran keluarga.........................................................................................12
5. Fungsi Keluarga......................................................................................12
6. Tahapan Perkembangan Keluarga...........................................................14
7. Tugas keluarga........................................................................................18
B. HIPERTENSI..........................................................................................19
1. Definisi....................................................................................................19
2. Klasifikasi................................................................................................20
3. Etiologi....................................................................................................20
4. Manifestasi Klinis....................................................................................23
5. Patofisiologi.............................................................................................23
6. Komplikasi..............................................................................................24

viii
7. Pemeriksaan penunjang...........................................................................26
8. Pencegahan..............................................................................................27
9. Penatalaksanaan Non Farmakologi dan Faramakologis..........................27
C. BAWANG PUTIH..................................................................................29
1. Definisi....................................................................................................29
2. Kandungan Senyawa Organosulfur Bawang Putih.................................30
3. Penyakit yang Dapat Diobati Oleh Bawang Putih..................................31
4. Manfaat....................................................................................................32
5. Pengaruh Rebusan Air Bawang Putih Pada Penderita Hipertensi...........33
6. Pelaksanaan Rebusan Air Bawang Putih.................................................34
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................35
A. Rancangan Studi Kasus...........................................................................35
B. Subyek Studi Kasus.................................................................................35
C. Fokus Studi Kasus...................................................................................35
D. Definisi Operasional................................................................................36
E. Tempat Dan Waktu.................................................................................36
F. Metode Pengumpulan Data.....................................................................36
G. Penyajian Data.........................................................................................37
H. Etika Studi Kasus....................................................................................37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................40
A. Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus....................................................40
B. Hasil Studi Kasus dan Pembahasan.........................................................41
C. Pembahasan Studi Kasus.........................................................................44
BAB V PENUTUP................................................................................................50
A. Kesimpulan..............................................................................................50
B. Saran........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi......................................................................20
Tabel 2.2. Kandungan Gizi Yang Terdapat Dalam 100 gr Bawang Putih........30
Tabel 2.3. Penggunaan Medis Untuk Pengolahan Bawang Putih....................31
Tabel 4.1.Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik Umur, Jenis
Kelamin, Pekerjaan, Pendidikan.......................................................41
Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah……… 42
Tabel 4.3. Hasil Observasi MAP (Mean Arteri Pressure)……………………43

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1. Kurva Rata-Rata Ketiga Responden…………………… 44

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Pengambilan Data Awal


Lampiran 2 Surat Tugas Melaksanakan Studi Kasus Di Puskesmas Sipatana
Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Studi Kasus Di Puskesmas Sipatana
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitan
Lampiran 5 Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 Observasi Tekanan Darah
Lampiran 7 Standar Opersional Prosedur (SOP) Rebusan air bawang Putih
Lampiran 8 Lembar Konsultasi Bimbingan Karya tulis Ilmiah
Lampiran 9 Dokumentasi

xii
ABSTRAK

Penerapan Pemberian Rebusan Air Bawang Putih Untuk Menurunkan


Tekanan Darah Pada Anggota Keluarga Penderita Hipertensi Diwilayah
Kerja Puskesmas Sipatana

Nurul Iman N. Arsyad (2022)

Program Studi Diploma III Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo
Pembimbing Utama Kartin Buheli, S.Kep, M.Kep
Pembimbing Pendamping Eka Firmansyah Pratama, S.Kep, Ns, M.Kep

Kata Kunci :Hipertensi, Rebusan Air Bawang Putih

xiv + 53 halaman + 7 tabel + 9 lampiran


Daftar pustaka 19 buah (2013-2021)

Latar Belakang Masalah: Hipertensi atau tekanan darah tinggi ialah suatu
peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Dimana tekanan yang abnormal tinggi
dalam arteri menyebabkan peningktan reisiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, dan kerusakan ginjal.Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat
ditengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan
kabur, dan telinga berdenging. Tujuan: Menggambarkan manfaat dan penerapkan
rebusan air bawang putih untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Metode: Rancangan dalam studi kasus ini dilakukan dengan deskriptif
dengan melukan pemeriksaan tekanan darah seblum dan sesudah mengonsumsi
rebusan air bawang putih. Hasil: Terdapat penurunan takanan darah pada ketiga
responden antara seblum dan sesudah mengonsumsi rebusan air bawang putih
selama 3x dalam 1 minggu. Kesimpulan: Mengonsumsi rebusan air bawang putih
yang di berikan selam 3x dalam 1 minggu dapat menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi yang berada Di wilayah Pusat Kesehatan Masyarakat

xiii
ABSTRACT

Application of Giving Garlic Water Decoction to Lower Blood Pressure in


Family Members with Hypertension in the Work Area of the Sipatana
Health Center

Nurul Iman N. Arsyad (2022)

Diploma III Nursing Study Program


Health Polytechnic of the Ministry of Health of Gorontalo
Main Advisor Kartin Buheli, S.Kep, M.Kep
Advisor Eka Firmansyah Pratama, S.Kep, Ns, M.Kep
Keywords: Hypertension, Garlic Water Boil

xiv + 53 page + 7 tables + 9 Appendixes


Reference 19 buah (2013-2021)

Background of the problem: Hypertension or high blood pressure is an increase


in blood pressure in the arteries. Where abnormally high pressure in the arteries
causes an increased risk of stroke, aneurysm, heart failure, and kidney damage.the
symptoms are headache/heaviness in the neck, nausea (vertigo), heart palpitations,
fatigue, blurred vision, and ringing in the ears. Objective: To describe the benefits
and application of boiled garlic water to reduce blood pressure in patients with
hypertension. Methods: The design in this case study was carried out
descriptively by checking blood pressure before and before consuming boiled
garlic water. Results: There was a decrease in blood pressure in the three
respondents between before and before consuming boiled garlic water for 1 day
1x in 1 week. Conclusion: Consuming boiled garlic water given 3 times a week
can reduce blood pressure in people with hypertension who are at the Community
Health Center.

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut (Yasril et al., 2020) Hipertensi atau tekanan darah tinggi ialah

suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri.Dimana tekanan yang

abnormal tinggi dalam arteri menyebabkan peningktan reisiko terhadap stroke,

aneurisma, gagal jantung, dan kerusakan ginjal. Hipertensi merupakan silent

killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir

sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit

kepala/rasa berat ditengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah

lelah, penglihatan kabur,dan telinga berdenging.

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah

satu penyebab utama kematian prematur didunia. World Health

Organinization (WHO) saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar

22% dari total penduduk dunia. Hanya kurang dari seperlima yang melakukan

upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. Peningkatan

prevalensi Hipertensi berdasarkan cara pengukuran juga terjadi hampir

diseluruh Provinsi Indonesia. (Kemenkes RI, 2019)

Berdasarkan Riskesda (2018), menunjukan bahwa Provinsi

KalimantanSelatan memiliki prevalensi tertinggi sebesar (44,13%), di ikuti

oleh jawa barat sebesar (39,6%), Kalimantan timur sebesar (39,3%)

sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%), diikuti oleh Maluku utara

sebesar (24,65%) dan sumatara barat sebesar (25,16%).Provinsi Gorontalo

1
2

urutan ke 20 sebesar (29,64%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44

tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari

prevalensi Hipertensi sebesar 34,1% orang yang terdiangnosis Hipertensi tidak

minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukan bahwa

sebagian basar Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi

sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan penderita Hipertensi tidak

minum obat antara lain karena penderita merasa sehat (59,8%), kunjungan

tidak teratur di fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%),

menggunakan terapi lain (12,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek

samping obat (4,5%) dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menujukan bahwa

Hipertensi di Provinsi Gorontalo cukup tinggi.Berdasarkan dari tahun 2019

penderita Hipertensi mencapai 17.465 kasus.Pada tahun 2020 meningkat

menjadi 15.430 kasus.Pada tahun 2021 meningkat menjadi 56,820 kasus.

Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Sipatana pada tahun 2020 penderita

Hipertensi mencapai 100 kasus, sedangkan pada tahun 2021 penderita

Hipertensi di Puskemas Sipatana meningkat menjadi 284 kasus.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Gorontalo pada tahun 2020

penderita Hipertensi berjumlah 7.758 jiwa. Pada tahun 2021 berjumlah 7,758

jiwa, dengan rincian diantaranya diwilayah Kota Gorontalo yaitu 10

Puskesmas yang berada diwilayah Kota Gorontalo.Puskesmas Kota Barat

sebanyak 1281 kasus, Puskesmas Kota Tengah sebanyak 1051 kasus,

Puskesmas Kota Selatan sebanyak 986 kasus, Puskesmas Hulondalangi


3

sebanyak 972 kasus, Puskesmas Kota Timur sebanyak 882 kasusPuskesmas

Kota Selatan sebanyak 986 kasus, Puskesmas Hulondalangi sebanyak 972

kasus, Puskesmas Kota Timur sebanyak 882 kasus, Puskesmas Dumbo Raya

sebanyak 833 kasus, Puskesmas Sipatana sebanyak 571 kasus,

PuskesmasKota Utara sebanyak 531 kasus, Puskesmas Dungingi sebanyak

330 kasus dan Puskesmas Pilolodaa sebanyak 321 kasus.

Menurut penelitan Wijayakusuma(2013), dalam jurnal Taktakan &

Serang(2021), terapi koplementer adalah salah satu penanganan secara non

farmakologi dalam mengatasi hipertensi. Terapi komplementer bersifat ilmiah,

diantaranya dengan terapi herbal.Terapi herbal banyak digunakan

masyarakatdalam mengatasi penyakit hipertensi dikarenakan memiliki efek

samping yang sedikit. Beberapa contoh tumbuhan herbal yang di percayai

dapat menurunkan tekanan darah tinggi antara lain bawang putih(Allium

sativum), alang-alang, bayam beduri, belimbing manis, kayu manis, kumis

kucing, mengkudu, mentimun, pegagan, papaya, daun seledri, tapak dara, dan

lain sebagainya.

Menurut penelitian Meilina(2013), dalam jurnal Taktakan & Serang

(2021), Bawang putih yang dikenal sebagai bumbu dapur mempunyai efek

anti Hipertensi yang sudah dapat dibuktikan oleh penelitian medis. Efek anti

vasospastik bawang putih dapat mengurangi spasme arteri kecil serta

mencegah pembentukan dan perkembangan bekuan darah.Bawang putih juga

mempunyai efek anti mikroba, karsinogesik, dan hipolipidemik.Bawang putih

mengandung banyak kandungan kimia.


4

Dalam jurnal Yasril et al (2020), bawang putih (Allium satium),

mempunyai sejumlah khasiat yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Salah

satunya khasiat bawang putih adalah dapat menurunkan tekanan darah

tinggi.Bawang putih merupakan obat alami penurun tekanan darah karena

bawang putih memiliki senyawa aktif yang diketahui berpengaruh terhadap

ketersediaan ion untuk kontraksi otot polos pembuluh darahyang berasal dari

kelompok.

Dalam jurnal Nufita Setianti et al (2018), dalam penelitian Andereto

(2015), Ketika bawang putih dimemerkan atau dihaluskan, zat aliin yang

sebenarnya tidak berbau akan terurai. Dengan dorongan enzim alinase aliin

terpecah manjadi alisin, amonia dan asam purivat.Bau tajam alisin

disebabkan karena kandungan zat belerang.Aroma khas ini bertambah

menyengat ketika zat belerang dalam alisin diterbangkan ammonia ke udara,

sebab ammonia mudah menguap.Senyawa alisin dalam bawang putih

berkhasiat menghancurkan pembentukan pembekuan darah dalam arteri,

mengurangi gajala Diabetes dan mengurangi tekanan darah.

Upaya petugas kesehatan khususnya di Puskesmas handaknya

senantiasa memberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan

Hipertensi untuk menjaga kestabilan tekanan darah, serta dapat memberikan

pendidikan kesehatan tentang terapi herbal khususnya mengonsumsi bawang

putih sebagai salah satu alternatif pengobatan non-medis bagi penderita

hipertensi yang berkunjung ke puskesmas.


5

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik mengangkat

judul tentang “Penerapan Pemberian Rebusan Air bawang Putih Untuk

Menurunkan Tekkanan Darah Pada Anggota Keluarga Penderita Hipertensi

DiWilayah Kerja Puskesmas Sipatana”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis

merumuskan masalah adalah “Bagaimana penerapan pemberian rebusan air

bawang putih untuk menurunkan tekanan darah pada anggota keluarga

penderita Hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Sipatana?”

C. Tujuan

Menggambarkan manfaat dan penerapkan rebusan air bawang

putih untuk menurunkan tekanan darah pada anggota keluarga penderita

Hipertensi di wilayah kerja puskesmas sipatana.

D. Manfaat

1. Bagi masyarakat

Diharapkan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai sumber

informasi bagi masyarakat agar tahu cara untuk menangani pasien dengan

Hipertensi, dengan cara merebus air bawang putih.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Diharapkan studi kasus ini dapat memberikan manfaat terhadap

pelayanan keperawatan dengan memberikan gambaran dan menjadikan

acuan dalam melakukan penatalaksanaan non-farmakologi dengan

pemberian rebusan air bawang putih untuk pasien Hipertensi.


6

3. Bagi penulis

Diharapkan dapat menambah wawasan penulis tentang

penerapan pemberian rebusan air bawang putih untuk paasien dengan

Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

E. Definisi

Dalam buku Andarmoyo(2012), Menurut Spradley dan Allender

(1996), satu atau lebih individu yang tinggal bersama sehinggga

mempunyai ikatan emosional dan mengendalikan dalam intelerasi sosial,

peran dan tugas. Sedangkan menurut Salvicion dan ara Celis dalam

bukuDion Yohanes(2013), keluarga adalah dua atau lebih dari dua

individu yang terganggu karena hubungan darah, hubungan perkawinan

atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam satu rumah tangga

berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Dari pengertian tentang keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik keluaraga adalah.

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi.

b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka

tetap memperhatikan satu sama lain.

c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial: yaitu sebagai suami, istri, anak, kakak dan

adik.

7
8

d. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya dan

meningkatkan perkembangan fisik, psikologi dan sosial para anggota.

F. Tujuan dasar Keluarga

Tujuan dasar pembetukan keluarga adalah:

a. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap

perkembangan invidu.

b. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota

keluarga dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat

c. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota

keluarga dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi

dan kebutuhan seksual

d. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan

identitas seorang individu dan perasaan harga diri.

G. Tipe Keluarga

Dalam sosiologi keluarga, berbagai bentuk keluarga digolongkan

menjadi dua bagian besar yaitu bentuk tradisional dan non-tradisional atau

sebagian bentuk normative dan non-normative serta bentuk keluarga

varian.Bentuk keluarga varian digunakan untuk menyebut bentuk keluarga

yang merupakan variasi dari bentuk normatif yaitu semua bentuk deviasi

dari keluarga inti tradisional.

a. Keluarga Tradisional

Tradisional Nuclear/keluarga intimerupakan satu bentuk

keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.Keluarga inti adalah


9

keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, tingggal dalam satu

rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah

tangga.

Varian keluarga inti adalah:

1) Keluarga Pasangan Suami Istri Bekerja

Keluarga pasangan suami istri bekerja adalah keluarga

dimana pasangan suami isti keduanya bekerja diluar

rumah.Keluarga ini merupakan pengembangan varian

nontradisional dimana pengambilan keputusan dan pembagian

fungsi keluarga ditetapkan secara bersama-sama oleh kedua orang

tua.Meskipun demikian, beberapa keluarga masih tetap menganut

bahwa fungsi kerumah tanggaan tetap dipegang oleh istri.

2) Keluarga Tanpa Anak/Dyadic Nuclear

Keluarga tanpa anak/dyadic nuclear adalah keluarga

dimana suami-istri sudah berumur, tetapi tidak mempunyai anak,

keluarga tanpa anak.Keluarga tanpa anak dapat diakibatkan oleh

ketidak mampuan pasangan suami-istri untuk menghasilkan

keturunan ataupun ketidak sanggupan untuk mempunyai anak

akibat kesibukan dari kariernya. Biasanya keluarga ini akan

mengadopsi anak.

3) Commuter Family

Commuter family adalah keluarga dengan pasangan suami-

istri terpisah dengan tempat tinggal secara sukarela karena tugas


10

dan pada kesempatan tertentu keduannya bertemu dalam satu

rumah.

4) Reconstitude Nuclear

Reconstitude nuclear adalah pembentukan keluarga baru

dari keluarga inti melalui perkawainan kembali suami/istri, tinggal

dalam satu rumah dengan anaknya, baik anak bawaan dari

perkawinan lama maupun hasil perkawinan baru.Pada umumnya,

bentuk keluargaini terdiri dari ibu dengan anaknya tinggal dan

tinggal bersama ayah tiri.

5) Keluarga Besar/Extended Family

Extended family/keluarga besar adalah satu bentuk keluarga

dimana pasangan suami istri sama-sama melakukan dan

pengaturan dan belanja rumah tangga dengan orang tua, anak

saudara, atau kerabat dekat lainnya. Dengan demikian anak

dibesarkan oleh beberapa generasi dan memliki pilihan terhadap

model-model yang akan menjadi pola perilaku bagi anak-anak.

6) Keluarga Dengan Orang Tua Tunggal/Single Parent

Keluarga dengan orang tua tunggal/single parent adalah

bentuk keluarga yang didalamnya hanya terdapat satu orang kepala

rumah tangga yaitu ayah atau ibu.Varian tradisional keluarga ini

adalah bentuk keluarga dimana kepala keluarga adalah janda

karena carai atau ditinggal mati suaminnya, sedangkan varian non-

tradisional dari keluarga ini adalah Singel Adult yaitukepala


11

keluarga seorang perempuan atau laki-laki yang belum menikah

dan tinggal sendiri.

b. Keluarga Non-tradisional

Bentuk-bentuk varian keluarga non-tradisional meliputi

bentuk-bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama lain baik dalam

struktur maupun dinamika, meskipun lebih memiliki persamaan satu

sama lain dalam hal tujuan dan niai dari pada keluarga inti tradisional.

1) Communal/CommuneFamily

Communal/commune familyadalah keluarga dimana dalam

satu rumah terdiri dari dua atua lebih pasangan yang monogamy

tanpa pertalian keluarga dengan anak-anaknya dan bersama-sama,

dalam menyediakan fasilitas.Tipe keluarga ini biasanya terjadi

pada daerah perkotaan dimana penduduknya padat.

2) Unmarried Parent and Child

Unmarried parent and child adalah keluarga yang terdiri

dari ibu-anak tidak ada perkawinan anak dari hasil adopsi.

3) Cohibing Couple

Cohibing coupleadalah keluarga yang terdiri dari dua orang

atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

4) Institusional

Institusional adalah keluarga yang terdiri dari anak-anak

atau orang-orang dewasa yang tinggal bersama-sama dalam

panti.Sebenarnya kelurga ini tidak cocok disebut sebagai sebuah


12

keluarga, tetapi mereka sering mempunyai anak saudara yang

mereka anggap sebagai keluarga sehingga sebenarnya terjadi

jaringan yang berupa kerabat.

H. Peran keluarga

Dalam buku Dion Yohanes(2013), Berbagai peran formal dalam

keluarga adalah(Nasrul Effendy, 1998):

a. Peran ayah: sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman.

Juga sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.

b. Peran ibu: sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anak berperan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi

anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, serta

sebagai anggota masyarakat dan lingkungan disamping dapat berperan

pula sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.

c. Peran anak adalah melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental sosial dan spiritual.

I. Fungsi Keluarga

Dalam buku Sagung (2012), fungsi keluarga merupakan hasil

dari konsekuensi dari struktur kelurga atau sesuatu tentang apa yang

dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut

penelitian Friedman (1998) ; Setiawati &Dermawan (2005) yaitu:


13

a. Fungsi Efektif

Fungsi efektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi

kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga.

Merupakan respon dari keluarga tahapan kondisi dan situasi yang di

alami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat

bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalam malakukan pembinaan

sosialisasi pada anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan

tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

c. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi

keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota

keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik,

mental dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota

keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti

sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan

sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi

kebutuhan keluarga, pengaturan penghasialan keluarga dan menabung

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


14

e. Fungsi Biologis

Fungsi biologis, bukan hanya digunakan untuk meneruskan

keturunan untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan

generasi selanjutnya.

f. Fungsi Psikologis

Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan

kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota,

membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan

identitas keluarga.

g. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka

memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak,

mempersiap anak untuk kehidupan dewasa dan mendidik anak sesuai

dengan tingkat perkembangan.

J. Tahapan Perkembangan Keluarga

Tahapan perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun

waktu tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak

pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja, dalam (Susanto, 2012).

a. Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru)

Tugas perkembangan pasangan baru (keluarga baru), dengan

tahap perkembangan :
15

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan keluarga dengan keluarga lain, teman

kelompok sosial

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Tahap II. Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)

Tugas perkembangan Keluarga “Child-bearing” (kelahiran

anak pertama)dengan tahap perkembangan :

1) Persipan menjadi orang tua

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi,

hubungan seksual dan kegiatan

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

c. Tahap III Keluarga Dengan Tahap Anak Prasekolah

Tahap perkembangan keluarga dengan anak prasekolah dengan

tugas perkembangan :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman

2) Membantu anak untuk bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan

anak yang lain juga harus terpenuhi

4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik dalam maupun diluar

keluarga (keluarga lain dalam lingkungan sekitar)

5) Pembagian waktu dan individu, pasangan dan anak (tahap paling

repot)
16

6) Pembegian tanggung jawab anggota keluarga

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Tahap IV. Keluarga Dengan Anak Sekolah

Tahap perkembangan keluarga dengan anak prasekolah, tugas

perkembangan.

1) Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin

meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan

anggota keluarga

e. Tahap V.Keluarga Dengan Anak Remaja

Tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja, tugas

perkembangan :

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab

mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat

otonominya

2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang.

4) Hindari perdebatan, permusuhan dan kacurigaaan

5) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga

f. Tahap VI. Keluarga Dengan Anak Dewasa (Pelepasan)

Tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa


17

(pelepasan) tugas perkembangan:

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki

masa tua

4) Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat

5) Penatalaksanaan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Tahap VII. Keluarga Usia Pertengahan

Tahap perkembangan keluarga usia pertengahan dengan tugas

perkembangan :

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuasakan dengan teman

sebaya dan anak-anak

3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut

Tahap perkembangan keluarga lanjut usia dengan tugas

perkembangan :

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan

fisikdan pendapatan

3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial dimasyarakat

5) Melakukan life review


18

K. Tugas keluarga

Sagung(2012), mencantumkan lima tugas keluarga sebagai

paparan etiologi/penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat

penjagaan tahap II bila ditemukan data meladaptif pada keluarga. Lima

tugas keluarga yang di maksut :

a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk

bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit,

pengertian, tanda dan gejala faktor penyebab serta persepsi keluarga

terhadap masalahyang dialami keluarga.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh

mana keluarga mengertimengenai sifat dan luasnya masalah,

bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau

tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap

akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah

kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan yang dilakukan

keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan

perkembangan perawatan yang dilakukan, sumber yang ada dalam

keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti

pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit

yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang


19

dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata

lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan

keluarga.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

dan fasilitas pelanyanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan

yang ada, keuntungan keluarga terhadap kegunaan fasilitas kesehatan,

apakah pelayanan kesehatan keterjangkau oleh keluarga,adakah

pengalaman yang kuat baikyang dipersepsikan keluarga.

B. HIPERTENSI

1. Definisi

Tekanan darahadalah gaya yang diberikan darah terhadap dinding

pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding

arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar

tekanan bervariasi tergantung pada pembuluh darah dan denyut

jantung.Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi

(tekanan sistolik). Pada keadaan Hipertensi, tekanan darah meningkat yang

di timbulkan karena darah dipompak melalui pembuluh darah dengan

kekuatan berlebih (Nuraini, 2015).

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah

dengan sistolik lebih dari sama dengan 140 mHg diastolik lebih dari sama

dengan 90 mmHg. Setelah dua kali pengukuran terpisah. Hepertensi dapat

diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu Hipertensi primer atau asensial


20

yang penyebabnya tidak diketahui dan Hipertensi sekunder yang dapat di

sebabkan oleh penyakit ginjal, endokrin, penyakit jantung dan gangguan

anak ginjal (Nuraini, 2015)

B. Klasifikasi

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi

No Klasifikasi Sistolik Diastolik


1 Optimal ≤120 mmHg ≤ 80 mmHg
2 Normal ≤130 mmHg ≤ 85 mmHg
3 Normal tinggi 130- 139 mmHg 85-89 mmHg
4 Hipertensi ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg
5 Hipertensi sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHg
6 Hipertensi berat ≥ 180 mmHg ≥ 110 mmHg
Sumber : ( Anam, 2017)
Tekanan Darah Normal

Tekanan darah setiap orang bervariasi setiap hari, tergantung pada

keadaan dan dan dipengaruhi oleh aktivitas seseorang, jadi tekanan darah

normalpun bervariasi (Anam, 2017)

C. Etiologi

Menurut (Anam, 2017) ada 2 macam Hipertensi yaitu

asensial/primer dan sekunder.

a. Hipertensi primer/asensial adalah Hipertensi yang tidak atau belum

diketahui penyebabnya, disebut juga Hipertensi idiopaik. Terdapat

95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik,

lingkungan, hiperaktivitis susunan simpatis, sistem reninangiotensis,


21

efek dalam ekskresi, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko

seperti obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia.

b. Hipertensi sekunder terdapat sekitar 5% kasus, penyebab spesifiknya

diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, Hipetensi

fascularrena, Hiperaldosteonisme primer dan sindrom,

feokromositomo, Koarktasio aorta, Hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan.

Beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya Hipertensi

a. Faktor Yang Tidak Dapat Diubah

1) Keturunan

Faktor ini tidak bisa dikendali, jika seseorang memiliki

orang tua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka

kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar (Anam,

2017)

2) Usia

Faktor ini tidak bisa dikendalikan, penelitian menunjukan

bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan

meningkat. Anda tidak dapat mengaharapkan bahwa tekanan darah

anda saat muda akan sama ketika anda bartambah tua (Anam,

2017)

b. Faktor Yang Dapat Diubah

1) Garam

Faktor ini bisa dikedalikan, garam dapat meningkatkan


22

tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi

penderita Diabetes, penderita Hipertensi ringan, orang dengan usia

tua dan merekan dengan yang berkulit hitam.

2) Kolestrol

Faktor ini bisa di kendalikan, kandungan lemak yang

berlebihan dalam darah anda dapat menyebabkan timbunan

Kolestrol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat

pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan

meningkat.

3) Obesitas/Kegemukan

Faktor ini bisa dikendalikan, orang yang memiliki berat

badan diatas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan

lebih besar menderita tekanan darah tinggi.

4) Stress

Faktor ini bisa dikendalikan, stress dan kondisi emosi yang

tidak stabil jugadapat memicu tekanan darah tinggi

5) Rokok

Faktor ini bisa dikendalikan, merokok juga dapat

meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi.Kebiasaan merokok

dapat meningkatkan risiko Diabetes, Serangan jantung dan Stroke.

6) Kafein

Faktor ini bisa dikendalikan, kafein yang terdapat pada

kopi, teh maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan


23

tekanan darah.

7) Alkohol

Faktor ini bisa dikendalikan, konsumsi alkohol secara

berlebihan juga menyebabkan tekanan darah tinggi.

8) Kurang olahraga

Faktor ini bisa dikendalikan, kurang olahraga dan bergerak

bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat

D. Manifestasi Klinis

Dalam jurnal Siauta et al(2020), pada penelitian Triyanto

(2014),Tekanan darah yang terjadi akan mengakibatkan terjadinya

komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal.

Penderita Hipertensi tidak menyadari bahwa komplikasi yang dialami

adalah efek dari Hipertensi yang tidak tertangani dengan baik dan sejak

awal. Manifestasi klinis Hipertensi yang sering terjadi pada penderita

Hipertensi yaitu berupa pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar

tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-

kunang akan dirasakan pada tekanan darah yang tinggi pada angka

tertentu.

E. Patofisiologi

Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral

resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut

yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya

Hipertensi. Tubuh memliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan


24

tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan

mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang.Sistem

pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari

sistem seraksi cepat seperti reflex kerdiovaskuler melalui sistem saraf,

reflex kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari

atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian

reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan

rongga intertisial yang dikontrol oleh hormonangiotensin dan vasopressin.

Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang

yang dipertahankan oleh sistem pengatur jumlah cairan tubuh yang

melibatkan berbagai organ (Nuraini, 2015)

F. Komplikasi

a. Otak

Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang

diakibatkan oleh hipertensi.Stroke timbul karena perdarahan, tekanan

intra kranial yang meninggi, atauakibat embolus yang terlepas dari

pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi

pada Hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak

mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah kedaerah-

daerah yang diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang

mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma.


25

Ansefalopati juga dapat terjadi terutama pada Hipertensi

maligna atau Hipertensi dengan onset cepat.Tekanan yang tinggi pada

kelainan tersebut menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga

mendorong cairan masuk kedalam ruang intersitium diseluruh susunan

saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan neuron-neuron disekitarnya

kolap dan terjadi koma bahkan kematian(Nuraini, 2015).

b. Kardiovaskular

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner mengalami

arterosklerosis atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat

aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga

miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia

jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark (Nuraini, 2015).

c. Ginjal

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif

akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal yang glamerolus.

Kerusakan glomerulusakan mengakibatkan darah mengalir keunit-unit

fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut

menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus

juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering

dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma

yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada

Hipertensikronik(Nuraini, 2015).
26

d. Retinopati

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan

pembuluh darah pada retina.Makin tinggi tekanan darah dan makin

lama Hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula

kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang

terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optic neuropati

atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk,

oklusiarteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada

arteri dan vena retina. Penderita retinopati Hipertensi pada awalnya

tidak menunjukan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan

pada stadium akhir (Nuraini, 2015)

G. Pemeriksaan penunjang

Dalam buku Setiati siti (2015), Pemeriksaan penunjang pasien

Hipertensi terdiri dari: tes darah rutin, glukosa darah (sebaiknya puasa),

Kolestrol total serum, Kolestrol LDL dan HDL serum, trigliserida serum

(puasa), Asam urat serum, Kreatinin serum, Kalium serum, Hemoglobin

dan Hematokrit, Urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin),

elektrokardiogram.Beberapa pedoman penanganan Hipertensi

menganjurkan tes lain seperti: eloktrodiagram, USG karotis (femoral), C-

reactif protein, mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin

urin, proteinuria kuantitatif (jika uji carik positif); funduskopi (pada

Hipertensi berat).Evaluasi pasien Hipertensi juga diperlukan untuk

menentukan adanya penyakit penyerta sistemik,


27

yaitu:Aterosklerosis(melalui pemeriksaan profil lemak), Diabetes

(terutama pemeriksaan gula darah), fungsi ginjal (dengan pemeriksaan

proteinuria, kreatinin seru, serta memperkirakan laju filtrasi glomelurus)

H. Pencegahan

Pencegahan ini sangat perlu diperhatikan untuk menghidari

terjadinya peningkatantekanan darah. Terdapat terapiyang dapat dilakukan

pada pasien Hipertensi ada dua cara yaitu terapi farmakologi dan terapi

non-farmokolgi. Terapi non-farmakologi berupa perubahan gaya hidup

meliputi pola diet, aktivitas fisik, larangan merokok, dan pembatasan

mengkonsumsi alkohol. Sedangkan terapi farmakologi dapat diberikan anti

Hipertensi tunggal maupun kombinasi, pemilihan obat anti Hipertensi

dapat didasari adatidaknya kondisi khusus (komorbid maupun komplikasi)

(Machsus et al., 2020).

I. Penatalaksanaan Non Farmakologi dan Faramakologis

Terapi non-farmakologi untuk penanganan Hipertensi berupa

anjuran modifikasi gaya hidup. Pola hidup sehat dapat menurunkan darah

tinggi.Pemberian terapi farmakologi dapat ditunda pada pasien Hipertensi

1 dengan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular rendah. Jika dalam 4-

6 bulan tekanan darah belum mencapai target atau terdapat faktor risiko

penyakit kardiovaskular lainnya maka pemberian medikamentosa

sebaiknya dimulai. Rekomendasi terkait gaya hidup adalah sebagai berikut

(Machsus et al., 2020) :

a. Penurunan berat badan, target penurunan berat badan perlahan hingga


28

mencapai berat badan ideal dengan cara terapi nutrisi medis dan

peningkatan aktivitas fisik dengan latihan jasmani.

b. Mengurangi asupan garam, diet tinggi garam akan meningkatkan

retensi cairan tubuh. Asupan garam sebaiknya tidak melebihi 2 gr/

hari.

c. Diet DASH, ini merupakam salah satu diet yang direkomendasikan.

Diet ini pada intinya mengandung makanan kaya sayur dan buah, serta

produk rendah lemak. Pemerintah merekomendasikan diet Hipertensi

berupa pembatasan pemakaian garam dapur 2 ½sendok teh per hari

dan penggunaan bahan makanan yang mengandung natrium seperti

soda kue.

d. Olahraga, rekomendasi terkait olahraga yakni olahraga secara teratur

sebanyak 30 menit/hari, minimal 3 hari/minggu.

e. Mengurangi konsumsi alkohol, pembatasan konsumsi alkohol tidak

lebih dari 2 gelas/hari pada pria atau 1 gelas/hari pada wanita dapat

menurunkan Hipertensi.

f. Berhenti merokok, merokok termasuk faktor risiko penyakit

kardiovaskular. Oleh karena itu penderita Hipertensi dianjurkan untuk

berhenti merokok demi menurunkan risiko komplikasi penyakit

kardiovaskular.

Farmakologis

Pencegahan Hipertensi bisa di atasi dengan dua cara yaitu dengan

farmakologi atau dengan obat-obatan anti Hipertensi dengan jangka


29

panjang bahkan seumur hidup, seperti Diuretik, (Tablet

Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide). Adapun obat non-

farmakologi atau obat tradisional adalah mengkudu , daun salam, rumput

laut, bawang putih labu siam dan tumbuhan lainnya (Depkes RI, 2008).

J. BAWANG PUTIH

1. Definisi

Bawang putih mengandung zat alisin dan hydrogen sulfida. Zat

tersebut memliki efek selayaknya obat darah tinggi, yakni memperbesar

pembuluh darah dan membuat pembuluh darah tidak kaku sehingga

tekanan darah akan turun. Kemampuan bawang putih untuk secara

signifikan mengurangi resiko Hipertensi dapat dikaitkan dengan kehadiran

zat aktif yang di kenal sebagai allicin dan sulfide. Allicin merupakan zat

yang bekerja untuk merelaksasikan pembuluh darah, mengurangi tekanan

dan kerusakan yang mempengaruhi darah. (Janaedi, 2013 dalam Mohanis).

Efek terhadap sistem kardiovaskuler, Menurut observasi klinis

pada 114 kasus hipertensi dan aterosklerosis (penebalan dan pengerasan

dinding arteri), bawang putih secara mencolok mengurangi tekanan darah

sistolik sebanyak 0,5 sampai 2,7 kPa dan efek hipotensi ini tidak bisa

dihentikan dengan vagotomi bilateral atau dengan injeksi atropina.(Untari,

2010).

Menurut penelitian Kuswardani (2016), dalam jurnal

Rahayuningrum & Herlina(2018), Bawang putih mengandung beberapa

senyawa yang bersifat anti Hipertensi, seperti allisin dan alil-metil-


30

sulfida.Karenanya, bawang putih bisa digunakan sebagai penurun tekanan

darah bagi para penderita Hipertensi. Sekaligus mencegah tekanan darah

tinggi bagi orang-orang yang tekanan darahnya normal.

B. Kandungan Senyawa Organosulfur Bawang Putih


Tabel 2.2
Kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram bawang putih

No Gizi Jumlah
1. Air 58,58
2. Energi 149
3. Protein 6,36
4. Total lipit 0,50
5. Karbohidrat 33,06
6. Serat 2,1
7. Total gula 1,00
8 Allisin 1,5
Mineral
9. Kalsium 181
10. Besi 1,70
11. Magnesium 25
12. Fosfor 153
13. Potassium 401
14. Sodium 17
15. Zinc 1,16
Lipid
16. Total asam lemak jenuh 0,089
17. Total asam lemak tidak jenuh-mono 0,011
18. Total asam lemak tidak jenuh-poly 0.249
19. Total asam lemak trans 0.000
20. Kolestrol 0
Vitamin
21. Vit. C 31,2
22. Tiamin 0.200
23. Riboflavin 0.110
24. Niacin 0.700
25. Vit. B6 1.235
26. Folat 3
27. Vit. B12 0.00
28. Vit. A. RAE 0
29. Vit. A. IU 9
31

30. Vit. E 0.08


31. Vit. D (D2+D3) 0.0
32. Vit. D 0
33. Vit. K 1.7
Sumber : (Moulia et al., 2018)

C. Penyakit yang Dapat Diobati Oleh Bawang Putih

Dari beberapa penelitian, dapat diuraikan berbagai penyakit yang

dapat diobati, diantarnya adalah penyakit menular maupun penyakit yang

tidak menular, berikut penggunaan medis untuk pengolahan bawang putih

(Stephen F. At all, hal : 96-97)

Tabel 2.3
Penggunaan Medis Untuk Pengolahan Bawang Putih

Bagian- Penggunaan umum Penggunaan terbatas


bagian tubuh
Dada dan Bronchitis Demam, batuk-batuk,
kepala Katarak infeksi telinga, radang
Radang tenggorokan dalam selaput lendir
Gangguang tenggorokan (dilubang rongga hidung)
Radang amandel
Mulut Infeksi pada gusi
Bengkak bernanah pada
mulut
System Diare Radang lambung perut
pencernaan Disentri keracunan Radang usus besar
makanan Sembelit/bawasir
Gangguan pencernaan

Penyakit Candidiasis
kelamin Cystitis
Sariawan
Penyakit Vagina
Kulit Bisul dan bengkak Jerawat
bernanah Penyakit kurap/kadas
Penyakit kaki karena kutu Luka bernanah
air Borok/bisul
Infeksi seperti ragi
Sirkulasi Atherosclerosis Tekanan darah tinggi
32

darah dan Kolestrol tinggi Gula darah tinggi


metabolisme Lemak darah tinggi
Kecendurungan trombosa
Pembuluh darah
Lain-lain Kerasunan akibat loga Sengatan lebah
berat serta beberapa racun Kelelahan
lainnya Rasa sakit pada waktu
Keracunan bakteri dan bangun pagi akibat terlalu
jamur banyak minuman keras
Masalah gigi secara umum Kutu rambut
Cacing pita Cacing gelang
Gigitan yang tidak Mengatasi masalah rambut
berbisa/mematikan dan kulit
Sumber: (Untari, 2010)

D. Manfaat

Dalam jurnal (Untari, 2010) menurut penelitian Tim

Redaksi(2007), Pemanfaatan bawang putih dimasyarakat masih belum

maksimal. Pada kenyataannya bawang putih hanya diambil manfaat

sebagai bumbu dapur yang hanya digunakan untuk memberikan rasa sedap

dan mantap disetiap masakan.Sehingga bawang putih atau Allium sativum

sudah menjadi bahan dapur wajib saat memasak karena aroma dan rasa

yang dihasilkannya menambah sedap setiap resep.

Dalam jurnal Izzati & Luthfiani(2017), bahwa bawang putih sangat

bermanfaat dan mempunyai khasiat yang baik untuk tubuh salah satuanya

untuk menurunkan tekanan darah tinggi karena bawang putih adalah obat

alami yang memliki zat-zat yang diketahui berpengaruh terhadap ion

untuk kontraksi otot polos pembuluh darah dan selain itu juga bawang

putih juga sangat mudah didapatkan dan tidak memakan banyak biaya

untuk memperolehnya.

Dari manfaat bawang putih yang terbukti mampu menyembuhkan


33

berbagai penyakit yang ada, berikut beberapa contoh uraian manfaat

bawang putih sebgai obat penyembuh atau mencegah berbagai macam

penyakit menurut (Yuhua dan Eddy S: 15-16 dan Stephen F., At all.,:27-

80). Yaitu: penyakit Hipertensi, Asma, Sakit Kepala, Sakit kuning

(jaundice pada hepatitis), Ambeien, Sembelit, Luka memar, Luka kena

benda tajam, mempercepat matangnya bengkak abses atau bisul, diare.

E. Pengaruh Rebusan Air Bawang Putih Pada Penderita Hipertensi

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mohanis (2015) dalam

jurnalIzzati & Luthfiani(2017), dengan judul pemberianair seduhan

bawang putih terhadap penurunan tekanan darah terlihat perbedaan antara

tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemberian seduhan bawang

putih yaitu sebesar 11,33 mmHg dengan standar deviasi 0,8 mmHg dengan

terhitung 12,588 sedangkan perbedaan tekanan darah diastolik sebelum

dan sesudah yaitu 2,66 mmHg dengan standar deviasi 3,878 mmHg

dengan terhitung 14,492 mmHg dengan p-value sebesar 0.000 di mana

α=≤ 0,05 maka H0 ditiolak, artinya ada pengaruh pemberian rebusan ari

bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi

dusun juwet Desa Megersari Kecamatan Plimpang Kabutapen Tubanda.

Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah

sistolik dan diastolik sebelum dengan sesudah diberikan seduhan bawang

putih.

Sesuai dengan hasil penelitian Chaterine Hood pada tahun 2010 di

Australia, dalam jurnal (Izzati & Luthfiani, 2017) tentang pemberian air
34

seduhan bawang putih rutin setiap selama 7 hari berturut-turut dapat

menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic sebesar 6-10 mmHg dan

tekanan diastolic 6-9 mmHg, yang artinya ada pengaruh pemberian air

seduhan bawang putih terhadap tekanan darah pada pesien hipertensi.

Dengan mengonsumsi bawang putih dapat mencegah arterosklerosis,

arterosklerosis merupakn penyempitan pembuluh darah arteri yang

disebabkan oleh penumpukan lemak dan kolestrol yang dapat

mempengaruhi tekanan darah, menyebabkan stroke dan serangan jantung.

Oleh karena itu, sangat bagus bagi pasien hipertensi untuk mengonsumsi

bawang putih karena sangat berperan penting dalam memperbesar

pembuluh darah.

F. Pelaksanaan Rebusan Air Bawang Putih

Sebelum merebus air bawang putih, terlebih dahulu mengukur

tekanan darah klien kemudian posisikan klien senyaman mungkin. Siapkan

2-4 siung bawang putih, kemudian cuci sampai bersih, setelah itu rebus

bawang putih dengan menambahkan 300 cc air, selanjutnya didinginkan

tuangkan ke dalam gelas lalu di minum, dilakukan dalam 3x selama 1

minggu

D. Hasil Penelitian Terkait Dengan Pengaruh Bawang Putih Terhadap

Penurunan Tekanan Darah

Berdasarkan hasil penelitian (Mohanis, 2015)didapatkan rata-rata

untuk tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum pemberian seduhan


35

bawang putih yaitu 165,33 dan 96,66 mmHg dengan standar deviasi 9,9

mmHg dan 16,858 mmHg.Berdasarkan hasil didapatkan nilai rata-ratauntuk

tekanan darah sistolik dan diastolik setelah pemberian seduhan bawang putih

yaitu 154 mmHg dan 94 mmHg dengan standar deviasi 9,1 mmHg dan 12,98

mmHg.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Studi kasus ini adalah studi yang mengeksplorasi sesuatu masalah

dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan

menyertakan berbagai sumber informasi.Studi kasus ini mengarahkan penulis

untuk meninjau bagaimana gambaran Penerapan Pemberian Rebusan Air

Bawang Putih Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Anggota Keluarga

Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sipatana.Hasil dari studi

kasus ini dideskripsikan berdasarkan hasil observasi.

B. Subyek Studi Kasus

Karakteristik yang dijadikan sebagai subjek atau responden studi kasus

yaitu terdiri dari:3 responden, Seseorang yang menderita penyakit hipertensi,

Berumur 40 sampai 60 tahun, Bersedia menjadi responden, Tinggal

Diwilayah Kerja Puskesmas Sipatana, Penderita hipertensi grade 1

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi dalam kasus ini adalah melakukan Penerapan Pemberian

Rebusan Air Bawang Putih Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Anggota

Keluarga Penderita Hipertensi DiWilayah Kerja Puskesmas Sipatana.

35
36

D. Definisi Operasional

1. Penurunan tekanan darahKondisi di mana terjadinya perubahan atau

penurunan tekanan darah setelah subjek melakukan perebusan air bawang

putih.

2. Rebusan air Bawang putih

Bawang putih mengandung beberapa senyawa yang bersifat anti

Hipertensi, seperti allisin dan alil-metil-sulfida. Karenanya, bawang putih

bisa digunakan sebagai penurun tekanan darah bagi para penderita

hipertensi dengan cara siapkan 2-4 siung bawang putih kemudian cuci

sampai bersih rebus bawang putih dengan menambahkan 300 cc air

selanjutnya di dinginkan tuangkan kedalam gelas lalu minum. di lakukn

setiap 3x dalam 1 minggu

E. Tempat Dan Waktu

Studi kasus dilakukan di PuskesmasSipatana yang terletak di Jln.

Tondano Kelurahan Bulotadaa Barat Kecamatan Sipatana Kabupaten kota

Gorontalo.Waktu pelaksanaan dilakukan selama 3x dalam 1 minggu mulai

tanggal 30 Mei - 05Juni 2022.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Sumber data didapatkan melalui wawancara untuk mendapatkan

data dari klien berupa pengukuran tekanan darah.Data primer selanjutnya

didapatkan melalui observasi pasien dengan mengecek tekanan darah

sebelum dan sesudah.


37

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas Sipatana, Dinas Kesehatan

Kota Gorontalo, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Kementrian

Kesehatan RI.

3. Rebusan air Bawang putih

Bawang putih mengandung beberapa senyawa yang bersifat anti

Hipertensi, seperti allisin dan alil-metil-sulfida. Karenanya, bawang putih

bisa digunakan sebagai penurun tekanan darah bagi para penderita

hipertensi dengan cara siapkan 2-4 siung bawang putih kemudian cuci

sampai bersih rebus bawang putih dengan menambahkan 300 cc air

selanjutnya di dinginkan tuangkan kedalam gelas lalu minum. dilakukan

dalam 3x dalam 1 minggu

G. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan penyajian tekstular/narasi yang

dituangkan dengan penggambaran hasil dan deskripsi dari Penerapan

Pemberian Rebusan Air Bawang Putih Untuk Menurunkan Tekanan Darah

Pada Anggota Keluarga Penderita Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas

Sipatana.

H. Etika Studi Kasus

Menurut Nursalam(2016), secara garis umum prinsip etika dalam

penelitian dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu prinsip manfaat, prinsip

menghargai hak-hak subjek dan prinsip keadilan.

1. Prinsip Manfaat
38

a. Bebas dari penderitaan.

b. Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

c. Bebas dari eksploitasi.

d. Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa

partisipasinya dalam penelitian tidak akan dipergunakan dalam hal-hal

yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apa pun.

e. Risiko.

f. Penelitian harus berhati-hati mempertimbangkan risiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect human digniy)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek atau pun tidak,

tanpa adanya sang siapa pun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya jika mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disclosure) Seorang peneliti harus memberikan penjelasan

secara rinci serta bertanggungjawab jika ada sesuatu yang terjadi

kepada subjek.

c. Informed consent
39

d. Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi untuk menolak menjadi responden. Pada informed

consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaanya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy) Sebjek mempunyai hak

untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk

itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality).


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus

Puskesmas Sipatana adalah suatu organisasi yang di berikan

kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kota Gorontalo untuk

melakukan tugaas operasional pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan

Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo. Berdasarkan data statistic tahun 2020,

Wilayah Kerja Sipatana memiliki luas sebesar 4.87 Km². Secara geografis

Wilayah Kerja Sipatana berada pada ketinggian 6 Meter di atas permukaan

laut yang terletak pada 1°LU dan 123°BT.

Secara administratif wilayah Kerja Puskesmas Sipatana Kecamatan

Sipatana terdiri dari 5 kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kota Utara

Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo.

2. Sebelah Selatan berbatasan Sebelah utara berbatasan dengan Wilayah

Kerja Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango.

3. Dengan wilayah kerja Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Bolango Kabupaten Gorontalo.

Secara administratif Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo Terdiri 5

Kelurahan dari 12 RW dan 27 RT dengan batas-batas wilayah sebegai

berikut:

a. Kelurahan Bulotadaa Barat

b. Kelurahan Bulotadaa Timur

40
41

c. Kelurahan Molosipat-U

d. Kelurahan Tapa

e. Kelurahan Tanggikiki

B. Hasil Studi Kasus dan Pembahasan

Studi kasus ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas sipatana

Kota Gorontalo pada tanggal 30 Mei 2022 sampai dengan tanggal 5 Juni 2022

dimana subjek Studi kasus ini ditemukan beberapa hasil yang menunjang

pelaksanaan Studi kasus. Berikut hasil distribusi responden berdasarkan

karakteristik umur, jenis kelamin, pekerjaan

1. Karakteristik Responden Berdasarkan KarakteristikUmur, Jenis Kelamin,

Pendidikan dan Pekerjaaan di Wilayah Kerja Puskesmas Sipatana Kota

Gorontalo.

Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik Umur, Jenis Kelamin
Pendidikan dan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Sipatana Kota
Gorontalo

Responden
Karakteristik
Ny. J.K Ny. M.H Tn. S.H
Usia 54 60 49
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Laki-Laki
Pendidikan SMA SD SMA
Pekerjaan IRT IRT Wiraswasta

Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik di atas responden berjenis kelamin

2 perempuan dan 1 laki-laki dengan rentang usia 49-60 tahun dengan

memiliki tingkat pendidikan SD-SMA.


42

2. Hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah pelaksanaan

intervensi pemberian rebusan air bawang putih pada hari pertama, kedua,

ketiga, keempat, kelima, keenam, ketuju.

Tabel 4.2
Hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah pelaksanaan
pemberian rebusan air bawang putih pada hari pertama, kedua,
ketiga.

N Inisial Pemberian 1 Pemberian 3 Pemberian 5


o Respnden
pre Post pre post pre post

1 Ny.J.K 140/95 135/90 150/90 145/80 140/90 130/80

2 Ny.M.H 140/100 135/90 140/90 135/90 140/95 130/80

3 Tn. S.H 155/100 150/90 140/95 130/85 150/100 140/90

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa penelitian yaitu

tekanan darah yang terendah setelah dilakukan intervensi selama 3 kali

yaitu Ny J.K dan Ny. M.H dengan hasil 130/80 mmHg dan hasil tekanan

darah setelah intervensi yaitu pada Tn S.H dengan hasil 140/90 mmHg.
43

Tabel 4.3
Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Pelaksanaan
rebusan air bawang putih Pada Hari Pertama, kedua, dan ketiga menggunakan
perhitungan Mean Arterial Pressure (MAP).

No Inisial Pemberian 1 Pemberian 3 Pemberian 5


Respnden
Pre post pre post pre post

1 Ny. J.K 110 105 110 101 106 96

2 Ny.M.H 113 105 106 103 110 96

3 Tn. S.H 118 110 110 100 116 106

Rata-rata 113 106 108 101 110 99

Berdasarkan hasil tabel 4.3. menunjukkan bahwa memiliki penurunan

hasil rata-rata di setiap harinya dengan hasil rata-rata pada pemberian pertama

sebelum intervensi 113 mmHg dan sesudah intervensi 106 mmHg. pada

pemberian ketiga hasil rata-rata sebelum intervensi 108 mmHg dan sesudah

intervensi 101 mmHg, pada pemberian kelima hasil rata-rata sebelum

intervensi 110 mmHg dan sesudah intervensi 99 mmHg. Dengan demikian

intervensi pemberian rebusan air bawang putih terjadi penurunan yang

signifikan terhadap penurunkan tekanan darah pada responden yang

mengalami penyakit hipertensi dan dapat kita lihat melalui gambar 1.1 Kurva

hasil intervensi pemberian selama 3x dalam 7 hari menggunakan perhitungan

Mean Arterial Pressure (MAP).


44

Gambar 4.1 kurva rata-rata ketiga responden

Rata-Rata Ketiga Responden


115
113
110 110
108
106 pre
105
pos
101
100
99

95

90
pemberian 1 pemberian 3 pemberian 5

C. Pembahasan Studi Kasus

1. Sebelum Pemberian Rebusan Air Bawang Putih

Penerapan pemberian rebusan air bawang putih dapat menurunkan

tekanan darah, hal ini dibuktikan pada hasil studi kasus yakni hasil

pengukuran tekanan darah 3x dalam 1 minggu sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi pemberian rebusan air bawang putih. Berdasarkan hasil

pengukuran Tekanan darah selama 3x pemberian pada tabel 4.3

menunjukkan rata-rata tekanan darah pada pemberian pertama sebebelum

intervensi diberikan 113 mmHg, pada pemberian ketiga hasil rata-rata

sebelum intervensi 108 mmHg, pada pemberian kelima hasil rata-rata

sebelum intervensi 110 mmHg.

Seiring dengan bertambahnya usia menurut Sugiharto (2007)

menyatakan bahwa umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan

kejadian hipertensi dan merupakan salah satu faktor risiko hipertensi


45

Semakin tua umur, semakin berisiko terserang hipertensi. Sejalan dengan

Penelitian yang dilakukan oleh Indrawati, Wedhasari, dan Yudi (2009) juga

menyatakan bahwa umur adalah faktor risiko yang paling tinggi

pengaruhnya terhadap kejadian hipertensi. umur terjadi secara alami sebagai

proses menua dan didukung oleh beberapa faktor eksternal. Hal ini

berkaitan dengan perubahan struktur dan fungsi kardiovaskuler. Seiring

dengan bertambahnya umur, dinding ventrikel kiri dan katub jantung

menebal serta elastisitas pembuluh darah menurun. Atherosclerosis

meningkat, terutama pada individu dengan gaya hidup tidak sehat. Kondisi

inilah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik maupun

diastolik yang berdampak pada peningkatan tekanan darah.

Analisis penulis sejalan dengan disebabkan karena semakin tua umur

seseorang kemungkinan seseorang menderita hipertensi semakin besar,

karena hilangnya elastisitas jaringan pembuluh darah dan arterisklerosis

akibat proses menua, serta adanya pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan penulis (Zulfitri, 2006 dalam Yenni, 2011) bahwa antara

laki-laki dan perempuan mempunyai respon yang berbeda dalam

menghadapi masalah. Dimana laki-laki cenderung kurang peduli, tidak mau

menjaga, mengontrol ataupun memeriksakan kesehatan secara rutin ke

Puskesmas sehingga hipertensi pada perempuan lebih banyak ditemukan

dari hipertensi pada laki-laki.

Berdasarkan analisis penulis rata perempuan akan mengalami

peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah menopause


46

yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan yang belum menopause dilindungi

oleh hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High

Density Lipopotein (HDL).

Menurut (Anggara & Prayitno 2012). Tingginya risiko terkena

hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan disebabkan karena

kurangnya pengetahuan pada pasien yang berpendidikan rendah terhadap

kesehatan dan sulit atau lambat menerima informasi (penyuluhan) yang

diberikan oleh petugas sehingga berdampak pada prilaku/pola hidup sehat.

Analisis penulis bahwa sebagian besar reponden berpendidikan SMA

dimana reponden memiliki dukungan kelurga sehingga responden dan

keluarga mampu mengetahui tentang penyakitnya dan bagaimana cara

mengontrol tekanan darahnya secara rutin ke puskesmas dan mengikuti pola

hidup sehat yang baik.

2. Sesudah Pemberian Rebusan Air Bawang Putih

Dari hasil studi kasus menunjukan dari ketiga responden yang

diberikan rebusan air bawang putih ketiga responden terdapat mengalami

penurunan tekanan darah dengan rata-rata pada pemberian pertama setelah

intervensi 106 pada saat pemberian ketiga setelah intervensi 101 dan pada

pemberian terakhir yaitu pada pemberian kelima setelah intervensi 99.

Pada pemberian ketiga yaitu pada Ny J.K didapati hasil sebelum

diperlakukan tekanan darah 150/90 mmHg dan Pada Tn S,H pada pemberian

kelima didapati sebelum dilakukan intervensi 150/100 mmHg, pada saat itu

ke dua reponden mengantakan semalam responden mengonsumsi makanan


47

yang bersantan dan Tn.S.H mengkonsumsi minuman keras sehingga tekanan

darah Tn. S.H mengalami peningkatan.

Penelitan di atas sejalan dangan penelitian Sugiharto (2007) yang

menunjukan bahwa mengonsumsi makanan berlemak mempunyai hubungan

bermakna dengan kejadian hipertensi. Dan menurut Ruus (2018) bahwa

mngonsumsi alkohol berhubungan dengan terjadinya hipertensi. Pada

penelitan Jayanti (2017) didapatkan P-value=0,0001 yang berarti terdapat

hubungan yang signifikan antara pola konsumsi minuman beralkohol dengan

kejadian hipertensi.

Menurut penulis mengonsumsi makanan yang berlemak dan

mngonsumsi minuman beralokohol dapat meningkatkan tekanan darah

sehingga darah menjadi kental dan jantung di paksa untuk memompa

darah.selain itu mnginsumsi minuman beralkohol dengan berlebihan dapat

dalm jangka panjang akan berpengaruh pada peningktan kadar kortisol dalam

darah.

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan rebusan air bawang putih

selama 3x dalam 1 minggu dengan selisih sesudah pemberian 15 menit

memimum rebusan air bawang putih kemudian dilakukan pengukuran

tekanan darah kembali. Hasil selisih penurunan tekanan darah sebelum dan

sesudah perlakuan dengan nilai sistolik maksimum 10 mmHg dan maksimal 5

mmHg.Sampai hari ketiga tidak di temukan efek samping dari ketiga

responden. Dengan mengonsumsi bawang putih ini dapat mencegah

penyempitan pembuluh darah arteri, karena adanya penumpukan lemak dan


48

kolestrol yang bisa mempengaruhi tekanan darah hingga dapat menyebabkan

stroke dan serangan jantung.

Hasil studi kasus sejalan dengan penilitan Siti Rochmah (2021)bahwa

rata-rata tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi sebelum

mengkonsumsi bawang putih adalah 169,55 mmHg, sedangkan tekanan darah

sistolik sesudah mengkonsumsi bawang putih adalah 136,82 mmHg. Rata-

rata tekanan darah diastolik pada penderita hipertensi sebelum mengkonsumsi

bawang putih adalah 99,55 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik

sesudah mengkonsumsi bawang putih adalah 85,00 mmHg.

Penelitian ini di dukung oleh teori Yuhua & Eddy, hal 7-8) Efek

terhadap sistem kardiovaskuler, Menurut observasi klinis pada 114 kasus

hipertensi dan aterosklerosis (penebalan dan pengerasan dinding arteri),

bawang putih secara mencolok mengurangi tekanan darah sistolik sebanyak

0,5 sampai 2,7 mmHg dan efek hipotensi ini tidak bisa dihentikan dengan

vagotomi bilateral atau dengan injeksi atropine.

Menurut Junaedi (2013) dalam jurnal (Mohanis, 2015) Senyawa alisin

dalam bawang putih berkhasiat menghancurkan pembentukan pembekuan

darah dalam arteri, mengurangi gejala diabetes dan mengurangi tekanan

darah. Bawang putih juga mengandung zat alisin dan hidrogen sulfida. Zat

tersebut memiliki efek selayaknya obat darah tinggi, yakni memperbesar

pembuluh darah dan membuat pembuluh darah tidak kaku sehingga tekanan

darah akan turun. Kemampuan bawang putih untuk secara signifikan

mengurangi risiko hipertensi dapat dikaitkan dengan kehadiran zat aktif yang
49

dikenal sebagai allicin dan sulfida. Allicin merupakan zat yang bekerja untuk

merelaksasi pembuluh darah, mengurangi tekanan apa pun, dan kerusakan

yang mempengaruhi darah.

Mekanisme kerja bawang putih dalam menurunkan tekanan darah

berhubungan dengan efek vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan

tertutupnya kanal dan terbukanya kanal hingga terjadinya hiperpolarisasi

dengan demikian otot akan mengalami relaksasi tingginya konsentrasi ion

intraseluler menyebabkan vasokontraksi yang berdampak terhadap terjadinya

kondisi hipertensi. Senyawa allisin yang terkandung dalam bawang putih

berkhasiat menghancurkan pembekuan darah dalam arteri, mengurangi gejala

diabetes dan mengurangi tekanan darah (Hernawan, U. E. & A. D. Setyawan,

2011).

D. Keterbatasan Studi Kasus

Keterbatasan yang merupakan hambatan dalam penelitian diantaranya

1. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi peneliti.

2. Penulis tidak dapat melihat langsung aktivitas dan pola makan sehari-hari

subjek.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan yang telah dipaparkan

oleh pelaksana studi kasus, dapat di simpulkan bahwa penerapan pemberian

rebusan air bawang putih dapat menurunkan tekanan darah pada penderita

Hipertensi. Dibuktikan dengan hasil rata-rata pengukuran tekanan darah 3x

selama 7 hari terjadi penurunan yang signifikan.Nilai rata-rata tekanan darah

sebelum intervensi 113 mmHg dan setelah mengonsumsi rebusan air bawang

putih 99 mmHg dengan demikian terjadi penurunan tekanan darah rata-rata

sebesar 14 mmHg.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Sipatana

Kiranya dapat menerapkan Terapi pemberian rebusan air bawang

putih untuk menurunakan Tekanan Darah pada pasien Hipertensi,

sehingga pasien Hipertensi tidak lagi ketergantungan terhadap pengobatan

secara farmakologis atau menggunakan obat-obatan yang akan

menimbulkan efek ketergantungan dan efek samping lainnya dan akan

memilih untuk menggunakan terapi non-farmakologis untuk mengatasi

masalah kesehatannya.

50
51

2. Bagi Masyarakat

Dengan hasil studi kasus ini diharapkan dapan menjadi bahan

informasi serta pengalaman bagi masyarakat dalam meningkatkan

kemandirian dalam mengatasi masalah kesehatan tekanan darah tinggi

melalui terapi non-farmakologis rebusan air bawang putih sebagai upaya

untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

3. Bagi Pelaksana Studi Kasus

Sebagai pembelajaran dan pengalaman baru dalam pemberian

rebusan air bawang putih dalam menurunkan tekanan darah tinggi pada

pasien hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Anam, K. (2017). Gaya Hidup Sehat Mencegah Penyakit Hipertensi. Jurnal


Langsat, 3(2), 97–102.
https://www.rumahjurnal.net/index.php/langsat/article/view/15
Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga (1st ed.). GRAHA ILMU.
Dion Yohanes, B. Y. (2013). Asuhan Keperawatan KELUARGA Konsep dan
Praktik (haikhi (ed.)).
Izzati, W., & Luthfiani, F. (2017). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang
Putih Terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi. Afiyah, 4(2), 48–54.
Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 1–5.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
infodatin-hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf
Machsus, A. L., Anggraeni, A., Indriyani, D., Anggraini, D. S., Putra, D. P.,
Rahmawati, D., Nurfazriah, F., Azizah, H., Lestari, I., Syafitri, L., Fauziah,
N. S., Lailah, N. N., & Z, N. N. (2020). Pengobatan Hipertensi Dengan
Memperbaiki Pola Hidup Dalam Upaya Pencegahan Meningkatnya Tekanan
Darah. Journal of Science, Technology, and Entrepreneurship, 2(2), 51–56.
https://online-journal.unja.ac.id/jkmj/article/download/12396/10775/33174
Mohanis. (2015). Pemberian Air Seduhan Bawang Putih Terhadap. IPTEK
Terapan, 9(1), 124–135.
Moulia, M. N., Syarief, R., Iriani, E. S., Kusumaningrum, H. D., & Suyatma, N.
E. (2018). Antimikroba Ekstrak Bawang Putih. Jurnal Pangan, 27(1), 55–66.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.
Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan ( lestari puji Peni (ed.);
4th ed.). Salemba Medika.
Rahayuningrum, D. C., & Herlina, A. (2018). PENGARUH PEMBERIAN AIR
PERASAN BAWANG PUTIH (ALLIUMSATIVUM) TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI. Jurnal Kesehatan
Saintika Meditory, 1(2), 79–88.
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/meditory/article/view/244
Rochmah, S., Suprihatin, & Siauta, J. A. (2021). PENGARUH KONSUMSI
BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA WANITA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TAKTAKAN KOTA SERANG. Jurnal Penelitian
Dan Kajian Ilmiah Kesehatan, 7(2), 153–160.
Sagung, S. (2012). APLIKASI PRAKTIK ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
(Mariyam (ed.)).
Setianti, S. N., & Fitria, C. N. (2018). Manfaat Air Seduhan Bawang Putih
Terhadap Penurunan Hipertensi. PROFESI (Profesional Islam), 16(1), 30–
36.
Setiati siti. (2015). BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM (N. H. Gunawan
(ed.)). InternalPunlishing.
Siauta, M., Embuai, S., & Tuasikal, H. (2020). Efektifitas terapi walking exercise

52
53

terhadap penurunan tekanan darah pada klien hipertensi. Jurnal


Keperawatan, 12(4), 735–742.
Susanto, T. (2012). KEPERAWATAN KELUARGA Aplikasi Teori Pada Praktik
Asuhan Keperawatan Keluarga (F. W. Nugrah (ed.); 1st ed.). CV. Trans Info
Media.
Untari, I. (2010). BAWANG PUTIH SEBAGAI OBAT PALING MUJARAB
BAGI KESEHATAN. GASTER, 7(1), 547–554.
Yasril, A. I., Putri, M. A., & Idahyanti, A. (2020). Pengaruh Bawang Putih
(Rubah) Terhadap Tekanan Darah Di Padang Gamuak Kelurahan Tarok
Dipo Tahun 2020. Empowering Society Journal, 1(2), 77–88.

Anda mungkin juga menyukai