Anda di halaman 1dari 132

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DI RSUD dr. KANUDJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN TAHUN 2021

Oleh :
MARIZKA NUR AISYAH
NIM. P07220118085

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2021
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DI RSUD dr. KANUDJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN TAHUN 2021

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) pada


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh :
MARIZKA NUR AISYAH
NIM. P07220118085

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2021

i
SURAT PERNYATAAN

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

TANGGAL, 24
Juli 2021
Oleh
Pembim
bing
Ns. Siti Nuryanti,
S.Kep.,M.Pd
NIDN :
Pembimbing
4023126901
Pendamping

Ns. Rus
Andraini,A.Kp.,
M.PH NIDN :
Mengetahui
4006027101
Ketua Program Studi D III
Keperawatan Samarinda Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Kalimantan Timur

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Anak


dengan Bronkopneumonia di RSUD dr. Kanudjoso
Djatiwibowo 2021
Telah diuji
PANITIA
Pada Tanggal 10 agustus 2021
PENGUJI
Ketua Penguji :
(................................
Ns. Asnah, .................)
Penguji
S.Kep.,M.Pd
Anggota
NIDN. :
1. Ns. Siti (..................................
4018126601
Nuryanti,S.Kep., .................)
M.Pd NIDN.
2. Ns. Rus
4023126901 (..................................
Andraini,A.Kp.,M. .................)
PH NIDN.
4006027101 Menget
ahui,

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi :
1. Nama Lengkap : Marizka Nur Aisyah
2. Tempat Tanggal Lahir : Balikpapan, 17 Maret 2000
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan Tanjung Pura RT.22 NO.14
6. Email : marizkanuraisyah17@gmail.com
B. Identitas Orang Tua :
1. Nama Ayah/Ibu : Talpiko Winardi/Siti Munawaroh
2. Pekerjaan Ayah/Ibu : Guru SD/ Guru PAUD
3. Alamat : Jalan Tanjung Pura RT.22 NO.14
C. Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 2003-2006 : PAUD Wijaya Kusuma
2. Tahun 2006-2012 : SD Negeri 003 Balikpapan Kota
3. Tahun 2012-2016 : SMP Negeri 2 Balikpapan
4. Tahun 2016-2018 : Madrasah Aliyah Negeri Balikpapan
5. Tahun 2018-2021 : Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)

dalam rangka memenuhi persyaratan ujian akhir program Diploma III Keperawatan

Politeknik Kesehatan jurusan Keperawatan Balikpapan dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Anak Dengan Bronkopneumonia di RSUD dr.Kanudjoso

Djatiwibowo tahun 2021” tepat pada waktunya.

Pada penyusunan KTI penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan

akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari berbagai pihak. Dalam

penyusunan KTI ini penulis telah mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan

dari berbagai pihak baik materil maupun moril. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. DR. H. Supriadi B., S.Kp.,M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kaltim

2. Hj. Umi Kalsum,S.Pd.,M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kaltim

3. Ns. Andi Lis Arming Gandini, S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua Prodi DIII

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim

4. Ns. Grace Carol Sipasulta,M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku penanggungjawab Prodi

DIII Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim

5. Ns. Siti Nuryanti,S.Kep.,M.Pd, selaku Pembimbing I dalam menyelesaikan KTI

vi
6. Ns. Rus Andraini,A.Kp.,M.PH selaku Pembimbing II dalam menyelesaikan

KTI

7. Para dosen dan seluruh staf Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kaltim yang telah membimbing dan mendidik penulis dalam masa pendidikan

8. Talpiko Winardi dan Siti Munawaroh selaku orang tua dari penulis.

9. Teman – teman Angkatan 7 Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim

Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat

banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kiranya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan nantinya akan

digunakan untuk perbaikan dimasa mendatang

Samarinda, 19 Juli 2021

Penulis

vii
ABSTRAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DI RSUD dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN TAHUN 2021”
Latar Belakang : Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit
pneumonia. Bronkopneumonia (pneumonia lobaris) adalah infeksi saluran
pernapasan akut bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan
bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak – bercak (Patchy
distribution) yang disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur, dan benda asing. Bronkopenumonia dapat dijumpai pada bayi dan
anak dibawah usia 6 tahun. Bronkopneumonia sebagai kematian tertinggi balita,
melebihi penyakit – penyakit lain seperti campak, malaria, sera Acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Tujuan penelitian ini untuk memberikan
gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien anak dengan
bronkopneumonia.
Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik
dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi keperawatan
Hasil dan Pembahasan: Berdasarkan pengkajian, penegakkan diagnosa,
intervensi, implementasi dan hasil evaluasi, didapatkan data dari masing – masing
klien dengan keluhan demam, batuk dan pilek. Pada klien 1 dan 2 terdapat
persamaan diagnosa yang muncul yaitu bersihan jalan napas tidak efektif,
hipertermia, resiko jatuh dan resiko infeksi. Kemudian 1 diagnosa yang hanya
muncul pada klien 2 yaitu defisit pengetahuan.
Kesimpulan dan Saran : Pada klien 1 terdapat 4 diagnosa aktual yang teratasi
yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, hipertermia dan 2 diagnosa resiko yang
tidak terjadi yaitu resiko jatuh dan resiko infeksi. Pada anak 2 terdapat 3 diagnosa
aktual yang teratasi yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, hipertermia, defisit
nutrisi dan 2 diagnosa resiko yang tidak terjadi yaitu resiko jatuh dan resiko infeksi.
Dari hasil penelitian ini diharapkan perawat lebih mampu melakukan asuhan
keperawatan secara komprehensif dan pengetahuan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien Bronkopneumonia

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Anak, Bronkopneumonia

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM DAN PRASYARAT ...........................................i

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN ...............................................................................................xiv

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

C. Tujuan .................................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7

A. Konsep Dasar Bronkopneumonia .......................................................... 7

1. Definisi ............................................................................................. 7

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan ............................................. 7

3. Etiologi ........................................................................................... 10
ix
4. Klasifikasi ...................................................................................... 10

5. Manifestasi Klinik .......................................................................... 11


DAFTAR ISI
6. Patofisiologi ................................................................................... 12

7. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 13

8. Penatalaksanaan ............................................................................. 14

9. Komplikasi ..................................................................................... 15

B. Masalah Keperawatan .......................................................................... 15

1. Pengertian Masalah Keperawatan .................................................. 15

2. Komponen Masalah Keperawatan ................................................. 16

3. Pathway Bronkopneumonia ........................................................... 18

C. Asuhan Keperawatan pada Bronkopneumonia .................................... 27

1. Pengkajian Keperawatan ................................................................ 27

2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 28

3. Intervensi Keperawatan.................................................................. 29

4. Implementasi Keperawatan ............................................................ 37

5. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 37

D. Konsep Keperawatan Anak .................................................................. 38

1. Pertumbuhan dan Perkembangan ................................................... 38

2. Paradigma Keperawatan Anak ....................................................... 41

3. Prinsip Keperawatan Anak............................................................. 44

4. Batasan Usia Anak ......................................................................... 46

5. Peran Perawat Anak ....................................................................... 46

6. Hospitalisasi ................................................................................... 49

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 52

A. Pendekatan/Desain Penelitian ......................................................... 52


x
B. Subyek Penelitian ............................................................................ 52

C. Batasan Istilah ................................................................................. 52


DAFTAR ISI
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 53

E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 53

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................... 54

G. Keabsahan Data ............................................................................... 54

H. Analisis Data ................................................................................... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 56

A. Hasil Penelitian ................................................................................ 56

1. Gambaran Lokasi Penelitian .................................................... 56

2. Hasil Asuhan Keperawatan ...................................................... 56

a Pengkajian ............................................................................. 56

b Diagnosa Keperawatan ......................................................... 68

c Intervensi Keperawatan......................................................... 71

d Implementasi Keperawatan ................................................... 76

e Evaluasi Keperawatan ........................................................... 86

B. Pembahasan ..................................................................................... 97

1. Pengkajian ................................................................................ 97

2. Diagnosa Keperawatan ............................................................ 99

3. Intervensi Keperawatan.......................................................... 105

4. Implementasi Keperawatan .................................................... 107

5. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 109

BAB V HASIL DAN KESIMPULAN ............................................................. 111

A. Kesimpulan ....................................................................................... 111

1. Pengkajian .................................................................................. 111


xi
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 111

3. Intervensi Keperawatan .............................................................. 112


DAFTAR ISI
4. Implementasi Keperawatan ........................................................ 112

5. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 112

B. Saran ................................................................................................. 112

1. Bagi Peneliti ............................................................................... 112

2. Bagi Tempat Penelitian .............................................................. 113

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan ..................................... 113

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 114

LAMPIRAN – LAMPIRAN

xi
i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologis Sistem Pernapasan ............................................... 7

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway Bronkopneumonia ................................................................ 18

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Anamnesa Klien Anak dengan Bronkopneumonia ..................... 56

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Klien Anak dengan Bronkopneumonia ......... 62

Tabel 4.3 Skala Resiko Jatuh Humpty Dumpty Klien Anak dengan
Bronkopneumonia ................................................................................ 65
Tabel 4.4 Pemeriksaan Penunjang Klien Anak dengan Bronkopneumonia ......... 67

Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Klien Anak dengan Bronkopneumonia........... 68

Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan Klien Anak dengan Bronkopneumonia .......... 71

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Klien Anak dengan Bronkopneumonia .... 76

Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan Klien Anak dengan Bronkopneumonia ............ 86

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed consent Klien 1


Informed consent Klien 2
Lampiran 2 Lembar Konsultasi

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan

pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia

bermain toddler (1-3 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11-18

tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar

belakang anak berbeda. Pada anak terdapat perubahan pertumbuhan dan

perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses berkembang anak

memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial

(yuniarti, 2016).

Anak adalah sebagai individu yang mempunyai kebutuhan sesuai tahap

perkembangannya. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya

pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan (Maha, 2019).

Bronkopneumonia dapat dijumpai pada bayi dan anak dibawah usia 6

tahun. Istilah untuk bronkopneumonia digunakan dalam menggambarkan

pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu

atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru

(Smeltzer & Bare, 2013)

Bronkopneumonia merupakan radang yang menyerang paru – paru

dimana daerah konsolidasi atau area putih pada paru – paru terdapat cairan atau

seluler yang tersebar luas disekitar bronkus dan bukan bercorak lobaris (Wijaya

& Putri, 2013)


2

Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang

terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia

merupakan salah satu bagian dari penyakit pneumonia. Bronkopneumonia

(pneumonia lobaris) adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bagian

bawah dari parenkim paru yang melibatkanbronkus/bronkiolus yang berupa

distribusi berbentuk bercak – bercak (patchy distribution) yang disebabkan oleh

bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing

(Samuel, 2015).

Bronkopneumonia biasanya sering ditemui pada anak dan bayi, karena

pad anak dan bayi sistem imun tubuhnya belum kuat inilah yang menyebabkan

virus, bakteri, jamur, protozoa dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh.

bronkopneumonia biasanya sering disebabkan oleh bakteri Sterptococcus

pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua pertiga

dari hasil isolasi. Bronkopneumonia ditandai dengan gejala demam tinggi,

gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal (adanya ronkhi basah), muntah, diare,

batuk kering dan produktif (Alexander & Angraeni, 2017)

Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 800.000 hingga 2

juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat bronkopneumonia. Bahkan United

Nation Children’s Fund (UNICEF) dan WHO menyebutkan Bronkopneumonia

sebagai kematian tertinggi balita, melebihi penyakit – penyakit lain seperti

campak, malaria serta Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), Pada

tahun 2017 bronkopneumonia setidaknya membunuh 808.694 anak dibawah

usia 5 tahun (WHO, 2019)


3

Pada profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018, lima provinsi yang

mempunyai insiden bronkopneumonia balita tertinggi adalah DKI Jakarta

(95.53%), Sulawesi Tengah (71.82%), Kalimantan Utara (70.91%), Banten

(67.60%) dan Nusa Tenggara Barat (63.64%) sedangkan prevelensi di

Kalimantan Timur (29.02%) (KEMENKES, 2018)

Menurut profil kesehatan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2018

jumlah kasus bronkopneumonia balita yang ditemukan dan di tangani tertinggi

pada kota Bontang (138.9%) kota Balikpapan sebesar (92.15%) dan Penajam

Paser Utara (63,64%). (Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, 2018)

Proses peradangan dari penyakit bronkopneumonia menimbulkan

manifestasi klinis yang ada sehingga muncul beberapa masalah, salah satunya

bersihan jalan napas tidak efektif yaitu ketidak mampuan membersihkan sekret

atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

Masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif bila tidak ditangani

secara cepat dapat menimbulkan masalah yang lebih berat seperti pasien akan

mengalami sesak yang hebat dan bisa menimbulkan kematian (PPNI, 2017)

Masalah keperawatan yang sering muncul pada anak yang mengalami

bronkopneumonia adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas, gangguan

pertukaran gas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

intoleransi aktivitas, resiko ketidakseimbangan elektrolit (Nurafif & Kusuma,

2016)

Kasus anak yang mengalami bronkopneumonia menunjukkan

pentingnya pemberian intervensi yang tepat untuk menangani permasalahan


4

yang ditimbulkan oleh bronkopneumonia. Bronkopneumonia pada anak

berfokus pada pengkajian dan pemeriksaan fisik untuk melihat tanda dan gejala

adanya gangguan pernapasan yaitu diagnosa keperawatan bersihan jalan napas

tidak efektif yang ditandai dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,

sputum berlebih, bunyi napas mengi, wheezing, ronchi, gelisah sianosis,

frekuensi napas berubah, pola napas berubah (PPNI, 2017)

Upaya yang penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat

merupakan tindakan utama dalam menghadapi pasien bronkopneumonia untuk

mencegah komplikasi yang lebih fatal dan pasien dapat segera sembuh. Agar

perawatan berjalan sesuai yang diharapakan maka diperlukan kerja sama yang

baik dengan tim kesehatan lainnya, serta melibatkan keluarga dan tentunya pad

pasien (Nurafif & Kusuma, 2016)

Berdasarkan dengan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan studi kasus penelitian tentang “Asuhan Keperawatan pada Klien

Anak dengan Bronkopneumonia di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibo Balikpapan

tahun 2021”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan

Bronkopneumonia di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibo Balikpapan tahun 2021”?


5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan dalam penelitian ini

dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan

pada Klien Anak dengan Bronkopneumonia di RSUD dr.Kanudjoso

Djatiwibowo Balikpapan.

2. Tujuan Khusus

a Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien anak

dengan bronkopneumonia di RSUD dr.Kanudjoso Djatiwibowo

Balikpapan

b Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien anak dengan

bronkopneumonia di RSUD dr.Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan

c Mampu menyusun intervensi asuhan keperawatan pada klien anak

dengan bronkopneumonia di RSUD dr.Kanudjoso Djatiwibowo

Balikpapan.

d Mampu melaksanakan intervensi asuhan keperawatan pada klien anak

dengan bronkopneumonia di RSUD dr.Kanudjoso Djatiwibowo

Balikpapan.

e Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien anak dengan

bronkopneumonia di RSUD dr.Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peniliti

Hasil penelitian ini diharapkan penliti dapat menegakkan diagnosa

keperawatan, menentukan intervensi dengan tepat untuk klien dengan

masalah keperawatan pada sistem pernapasan, khususnya dengan klien anak

dengan bronkopneumonia.

2. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dalam upaya pengembangan asuhan keperawatan khususnya

asuhan keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu dan

teknologi terapan bidang keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bronkopneumonia

1. Definisi

Bronkopneumonia merupakan radang yang menyerang paru – paru

dimana daerah konsolidasi atau area putih pada paru – paru terdapat cairan

atau seluler yang tersebar luas disekitar bronkus dan bukan bercorak lobaris

(Wijaya & Putri, 2013).

Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang

terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih

sering dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh

bakteri streptococus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering

ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi. (samuel, 2014)

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Gambar 2.1
Anatomi Fisiologis Sistem Pernapasan
Sumber : Syaifuddin (2016)
8

a Anatomi

Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan

oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidanya.

Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dan jaringan

memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri proses

metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan

dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O) dihilangkan (Pearce,

2016).

Menurut Syaifuddin (2016) sistem pernapasan terdiri atas :

1) Hidung

Merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan

(respirasi) dan indera penciuman (pembau).

2) Faring

Suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara basis

kranii dan vertebrae servikalis VI.

3) Laring

Merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi dengan otot,

membran, jaringan ikat, dan ligamentum.

4) Trakea

Tabung berbentuk pipa seperti huruf O, yang dibentuk oleh tulang –

tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara

vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoldea

vertebra torakalis V. Panjang nya kurang lebih 13 cm dan diamet 2.5


9

cm, dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding fibroelastis yang

tertanam dalam balok – balok hialin yang mempertahankan trakea

tetap terbuka.

5) Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea, yang terdiri atas dua percabangan

kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada

bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah dan bawah,

sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang

berjalan dari lobus atas dan bawah.

6) Bronkiolus

Bronkiolus merupakan percabangan setelah bronkus

7) Paru – paru

Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru

terletak dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan

diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh

pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oelh cairan

pleura yang berisi surfaktan. Paru kanan terdiri dari tiga lobus dan

paru kiri dua lobus.

Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua bagian, yaitu paru

kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung

beserta pembuluh darah yang berbentuk bagian puncak disebut

apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elasti berpori, serta


10

berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida yang dinamakan alveolus.

3. Etiologi

Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme

pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan

sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubu terhadap organ pernapasan

yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan

silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral

setempat (nurafif & kusuma, 2016).

Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,

protozoa, mikrobakteri, mikoplasma dan riketsia. Antara lain :

1) Bakteri : streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

2) Virus : lagionella Pneumoniae

3) Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans

4) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru

– paru

5) Terjadi kongesti paru yang lama.

4. Klasifikasi

Menurut (rahajoe & nastitie, 2010) klasifikasi bronkopneumonia dapat

dibedakan berdasarkan :

a Brnkopneumonia sangat berat : bila terjadi sianosis, sentral dan anak

tidak sanggup minum, makan anak harus dirawat di rumah sakit dan

diberi antibiotik.
11

b Bronkopneumonia berat : bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan

masih sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan

diberi antibiotik.

c Bronkopneumonia : bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernapasan

yang cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan, >50

x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun >40 x/menit pada anak usia 1

– 5 tahun.

d Bukan bronkopneumonia : hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda

seperti di atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik.

5. Manifestasi klinik

Menurut Wijayaningsih (2013) tanda dan gejala penyakit

bronkopneumonia sebagai berikut :

a Biasanya didahului infeksi pernapasan atas

b Demam, kadang disertai kejang karna demam tinggi

c Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk – tusuk,

yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk

d Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan

sianosis sekitar hidung dan mulut

e Disertai muntah dan diare

f Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, wheezing

g Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia

h Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mukus yang

menyebabkan atelectasis absorbs


12

6. Patofisiologi

bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikoorganisme penyebab

terhisap ke paru parifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan

berupa edema yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman.

Bronkopneumonia dalam perjalanan penyakitnya akan menjalani beberapa

stadium (samuel, 2014) yaitu :

a Stadium kongesti (4 – 12 jam pertama).

Mengacu pada peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah

baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah

dan permeabilitas kapiler. Ini terjadi akbiat pelepasan mediator

peradangan dari sel mast. Mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur

komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk

melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas

kapiler paru. Hal ini menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke

dalam ruang interstitial sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar

kapiler dan alveolus, yang meningkatkan jarak yang harus ditempuh

oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini paling

berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen

hemoglobin.

b Satdium hepasitasi merah (48 jam berikutnya)

Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat tidak mengandung udara,

warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus
13

didapatkan fibrin, leukosit netrofil, eksudat, dan banyak sekali eritrosit

dan kuman.

c Stadium hepatisasi kelabu (3 – 8 hari)

Lobus masih tetap padat dan warna merah berubah menjadi pucat kelabu

terjadi karena sel – sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang

terinfeksi. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin dan

leukosit, tempat terjadi fagositosit pneumococcus, kapiler tidak lagi

kongsetif.

d Stadium resolusi (7 – 11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan

peradangan mereda, sisa – sisa sel fibrin dan eksudasi lisis. Eksudat

berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit

mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresobsi dan

menghilang. Proses kerusakan yang terjadi dapat dibatasi dengan

pemberian antibiotik sedini mungkin agar sistem bronkopulmonal yang

tidak terkena dapat diselamatkan.

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (nurafif & kusuma, 2016) pemeriksaan penunjang yang

dilakukan pasien bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

a Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah

2) Pemeriksaan sputum

3) Analisa gas darah


14

4) Kultur darah

5) Sampel darah, sputum, urine

b Pemeriksaan Radiologi

1) Rontgenogram

2) Laringoskopi/ bronkoskopi

8. Penatalaksanaan

menurut (nurafif & kusuma, 2016) penatalaksanaan yang dapat

diberikan pada pasien bronkopneumonia antara lain :

a Menjaga kelancaran pernapasan

b Kebutuhan istirahat

Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua

kebutuhan pasien harus ditolong ditempat tidur

c Kebutuhan nutrisi dan cairan

Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan

yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan

cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah

dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa

5% dan NaCl 0.9%

d Mengontrol suhu tubuh

e Pengobatan

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan

tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya

maka biasanya diberikan penisilin ditambah dengan Cloramfenikol


15

atau diberikan antibiotik yang mempunya spektrum luas seperti

Ampisilin.

9. Komplikasi

Menurut Wijayaningsih (2013) komplikasi dari penyakit

bronkopneumonia sebagai berikut :

a Atelektasis adalah pengembangan paru – paru yang tidak sempurna atau

kolaps paru yang tidak sempurna.

b Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam

rongga pleura terdapat disatu tempat atau seluruh anggota pleura.

c Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang

meradang.

d Infeksi sistemik.

e Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

f Maningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

B. Masalah Keperawatan

1. Pengertian Masalah keperawatan

Masalah keperawatan atau diagnosis merupakan suatu penilaian klinis

mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,

keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(PPNI, 2017)
16

2. Komponen Masalah Keperawatan

Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu masalah

(problem), atau label diagnosis dan indikator diagnostik. Masing – masing

komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut :

1) Masalah (problem)

Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan

inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses

kehidupannya.

2) Indikator Diagnostik

Terdiri atas penyebab, tanda/gejala dan faktor risiko dengan uraian

sebagai berikut :

1) Penyebab (etiologi) merupakan faktor – faktor yang mempengaruhi

perubahan status kesehatan. Etiologi dapat mencakup empat

kategori yaitu : a) fisiologis, biologis, atau psikologis; b) efek

terapi/tindakan; c) situasional (lingkungan atau personal) dan d)

maturasional.

2) Tanda (sign) dan gejala (symptom). Tanda merupakan data objektif

yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium dan prosedur diagnostik, sedangkan gejala merupakan

data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis. Tanda/gejala

dikelompokkan menjadi dua kategori :

a) Mayor : tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% untuk

validasi diagnosis
17

b) Minor : tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika

ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis.


18

- Penderita yang Jamu


Infeksi
dirawat di RS Saluran Saluranr
Proses Kuman Kuman
Pernapasan Pernapasa
- peradan
Penderita berlebih terbawa,
yang Bawah n Atas
gan disaluran disaluran
mengalamibronkus cerna V
supresi sistem i
pertahanan r
tubuh u
- Kontaminasi s
peralatan rs ,

B
a
k
t
e
r
i
,

P
r
o
t
o
z
o
a
19

Menurut PPNI (2017) masalah keperawatan pada bronkopneumonia

antara lain:

a Diagnosa Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan spasme jalan napas (D.0001)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan, maka jalan

napas meningkat (L.01001)

Kriteria hasil :

1) Batuk efektif

2) Produksi sputum menurun

3) Wheezing menurun

4) Dispnea menurun

5) Sianosis menurun

6) Gelisah menurun

7) Frekuensi napas membaik

8) Pola napas membaik

Intervensi keperawatan : Manajemen Jalan Napas (I.01011)

observasi

1) Monitor pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas)

2) Monitor bunyi napas tambahan ( mis. Gurgling, mengi, whezing,

ronkhi kering)

3) Monitor sputum

Teraupetik

1) Pertahankan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw


20

thrust jika curiga trauma servikal)

2) Posisikan semi fowler dan fowler

3) Berikan minum hangat

4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

5) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

6) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi

2) Ajarkan teknik batuk efektif

b Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan

dengan perubahan membran alveolus – kapiler (D.0003)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka pertukaran

gas meningkat (L.01003)

Kriteria hasil :

1) Dispnea menurun

2) Bunyi napas tambahan menurun

3) Gelisah menurun

4) Napas cuping hidung menurun

5) Pola napas membaik

Intervensi keperawatan : Pemantauan Respirasi (I01014)

Observasi :

1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas


21

2) Monitor pola napas ( mis, bradipnea, takipnea, hiperventilasi,

kussmaul)

3) Monitor kemampuan batuk efektif

4) Monitor adanya produksi sputum

5) Monitor adanya sumbatan jalan napas

6) Auskultasi bunyi napas

7) Monitor saturasi oksigen

8) Monitor hasil X-ray thoraks

Teraupetik

1) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

2) Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

c Diagnosa Keperawatan: defisit nutrisi berhubungan dengan

kurangnya asupan makanan (D.0019)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka status nutrisi

membaik (L.03030)

Kriteria hasil :

1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

2) Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat

3) Perasaan cepat kenyang menurun


22

4) Berat badan membaik

5) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik

6) Frekuensi makan membaik

7) Nafsu makan membaik

Intervensi keperawatan : Manajemen Nutrisi (I.03119)

Observasi

1) Identifikasi status nutrisi

2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3) Identifikasi makanan yang disukai

4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

6) Monitor asupan makanan

7) Monitor berat badan

8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Teraupetik

1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

2) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis, piramida makanan)

3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

4) berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5) berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

6) berikan suplemen makanan, jika perlu

Edukasi

1) anjurkan posisi duduk, jika mampu


23

2) ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

1) kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda

nyeri, antiemetik), jika perlu

2) kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

d Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen dan

kelemahan (D. 0056)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka toleransi

aktivitas meningkat (L.05047)

Kriteria hasil :

1) Frekuensi nadi meningkat

2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – hari meningkat

3) Keluhan lelah menurun

4) Dispnea saat aktivitas menurun

5) Dispnea setelah aktivitas menurun

6) Warna kulit membaik

7) Frekuensi napas membaik

Intervensi keperawatan : Manajemen Energi (I.05178)

observasi

1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


24

2) Monitor kelelahan fisik dan emosional

3) Monitor pola dan jam tidur

4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Teraupetik

1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,

suara, kunjungan)

2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif

3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau

berjalan

Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan

tidak berkurang

4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan

e Diagnosa Keperawatan : hipertermi berhubungan dengan proses

penyakit (D. 0130)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka


25

termoregulasi membaik (L.14134)

Kriteria hasil :

1) Menggigil menurun

2) Kulit merah menurun

3) Kejang menurun

4) Pucat menurun

5) Takikardia menurun

6) Suhu tubuh membaik

7) Suhu kulit membaik

Intervensi keperawatan : Manajemen Hipertemia (I. 15506)

Observasi

1) Identifikasi penyebab hipertermia

2) Monitor suhu tubuh

3) Monitor kadar elektrolit

4) Monitor keluaran urine

5) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Teraupetik

1) Sediakan lingkungan yang dingin

2) Longgarkan atau lepaskan pakaian

3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4) Berikan cairan oral

5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami

hiperhidrosis (keringat berlebih)


26

6) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau

kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

8) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

f Diagnosa Keperawatan : resiko ketidakseimbangan elektrolit ditandai

dengan ketidakseimbangan cairan dan diare (D.0037)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka fungsi

gastrointestinal membaik (L.03019) dan keseimbangan cairan

meningkat (L.03020)

Kriteria hasil :

1) Mual menurun

2) Muntah menurun

3) Dispepsia menurun

4) Peristaltik usus membaik

5) Asupan cairan meningkat

Intervensi keperawatan

Observasi

1) Identifikasi penyebab diare


27

2) Monitor mual, muntah, dan diare

Teraupetik

1) Berikan asupan cairan oral

Edukasi

1) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

C. Asuhan Keperawatan pada Bronkopneumonia

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di

berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah –

kaidah keperawatan keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu

dan kiat keperawatan bersifat humanistik, dan berdasarkan pada kebutuhan

objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien serta dilandasi kode

etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab

keperawatan. Dalam proses keperawatan, asuhan keperawatan dibagi menjadi

5 tahap yaitu :

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data

dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien.

Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan

dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data ang cukup utnuk
28

menentukan strategi perawatan. Dikenal dua jenis data pada pengkajian

yaitu data objektif dan subjektif. Perawatan perlu memahami metode

memperoleh data. Dalam memperdalam data tidak jarang terdapat masalah

yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data hasil pengkajian perlu

didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Abdul, 2016).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu

atau kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah. Diagnosa keperawatan

adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat

sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual

atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan

rencana tindakan asuhan keperawatan, sangat perlu untuk

didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Abdul, 2016).

a Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan

napas (D.0001).

b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolus – kapiler (D.0003).

c Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

(D.0019).

d Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


29

suplei dan kebutuhan oksigen dan kelemahan (D.0056).

e Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).

f Risiko ketidakseimbangan elektrolit ditandai dengan

ketidakseimbangan cairan dan diare (D.0038)

3. Intervensi Keperawatan

Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, intervensi adalah

gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah

keperawatan yang dihadapi pasien. Adapun intervensi yang sesuai dengan

penyakit bronkopneumonia sebagai berikut : (PPNI, Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia, 2018)

a Diagnosa Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan

dengan spasme jalan napas (D.0001)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan, maka jalan

napas meningkat (L.01001)

Kriteria hasil :

1) Batuk efektif

2) Produksi sputum menurun

3) Wheezing menurun

4) Dispnea menurun

5) hSianosis menurun

6) Gelisah menurun

7) Frekuensi napas membaik

8) Pola napas membaik


30

Intervensi keperawatan : Manajemen Jalan Napas (I.01011)

observasi

1) Monitor pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas)

2) Monitor bunyi napas tambahan ( mis. Gurgling, mengi, whezing,

ronkhi kering)

3) Monitor sputum

Teraupetik

1) Pertahankan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust

jika curiga trauma servikal)

2) Posisikan semi fowler dan fowler

3) Berikan minum hangat

4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

5) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

6) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi

2) Ajarkan teknik batuk efektif

3)

b Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan membran alveolus – kapiler (D.0003)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka pertukaran gas

meningkat (L.01003)

Kriteria hasil :
31

1) Dispnea menurun

2) Bunyi napas tambahan menurun

3) Gelisah menurun

4) Napas cuping hidung menurun

5) Pola napas membaik

Intervensi keperawatan : Pemantauan Respirasi (I01014)

Observasi :

1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas

2) Monitor pola napas ( mis, bradipnea, takipnea, hiperventilasi,

kussmaul)

3) Monitor kemampuan batuk efektif

4) Monitor adanya produksi sputum

5) Monitor adanya sumbatan jalan napas

6) Auskultasi bunyi napas

7) Monitor saturasi oksigen

8) Monitor hasil X-ray thoraks

Teraupetik

1) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

2) Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu


32

c Diagnosa Keperawatan: defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya

asupan makanan (D.0019)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka status nutrisi

membaik (L.03030)

Kriteria hasil :

1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

2) Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat

3) Perasaan cepat kenyang menurun

4) Berat badan membaik

5) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik

6) Frekuensi makan membaik

7) Nafsu makan membaik

Intervensi keperawatan : Manajemen Nutrisi (I.03119)

Observasi

1) Identifikasi status nutrisi

2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3) Identifikasi makanan yang disukai

4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

6) Monitor asupan makanan

7) Monitor berat badan

8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Teraupetik
33

1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

2) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis, piramida makanan)

3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

4) berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5) berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

6) berikan suplemen makanan, jika perlu

Edukasi

1) anjurkan posisi duduk, jika mampu

2) ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

1) kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,

antiemetik), jika perlu

2) kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

d Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen dan kelemahan

(D. 0056)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka toleransi

aktivitas meningkat (L.05047)

Kriteria hasil :

1) Frekuensi nadi meningkat

2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – hari meningkat


34

3) Keluhan lelah menurun

4) Dispnea saat aktivitas menurun

5) Dispnea setelah aktivitas menurun

6) Warna kulit membaik

7) Frekuensi napas membaik

Intervensi keperawatan : Manajemen Energi (I.05178)

observasi

1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

2) Monitor kelelahan fisik dan emosional

3) Monitor pola dan jam tidur

4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Teraupetik

1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,

suara, kunjungan)

2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif

3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau

berjalan

Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan

tidak berkurang
35

4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan

e Diagnosa Keperawatan : hipertermi berhubungan dengan proses

penyakit (D. 0130)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka termoregulasi

membaik (L.14134)

Kriteria hasil :

1) Menggigil menurun

2) Kulit merah menurun

3) Kejang menurun

4) Pucat menurun

5) Takikardia menurun

6) Suhu tubuh membaik

7) Suhu kulit membaik

Intervensi keperawatan : Manajemen Hipertemia (I. 15506)

Observasi

1) Identifikasi penyebab hipertermia

2) Monitor suhu tubuh

3) Monitor kadar elektrolit

4) Monitor keluaran urine


36

5) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Teraupetik

1) Sediakan lingkungan yang dingin

2) Longgarkan atau lepaskan pakaian

3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4) Berikan cairan oral

5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami

hiperhidrosis (keringat berlebih)

6) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau

kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

8) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

f Diagnosa Keperawatan : resiko ketidakseimbangan elektrolit ditandai

dengan ketidakseimbangan cairan dan diare (D.0037)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka fungsi

gastrointestinal membaik (L.03019) dan keseimbangan cairan

meningkat (L.03020)

Kriteria hasil :

1) Mual menurun
37

2) Muntah menurun

3) Dispepsia menurun

4) Peristaltik usus membaik

5) Asupan cairan meningkat

Intervensi keperawatan

Observasi

1) Identifikasi penyebab diare

2) Monitor mual, muntah, dan diare

Teraupetik

1) Berikan asupan cairan oral

Edukasi

1) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang telah

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah implementasi keperawatan

terhadap pasien secara urut sesuai prioritas masalah yang sudah dibuat

dalam rencana tindakan asuhan keperawatan, termasuk didalamnya nomor

urut dan waktu ditegakkannya suatu pelaksanaan asuhan keperawatan

(Basri, utami, & Mulyadi, 2020)

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian

ulang rencana keperawatan. Evaluasi menilai respon pasien yang meliputi


38

Subjek, Objek, Pengkajian kembali (Assesment), Rencana tindakan

(Planning).

D. Konsep Keperawatan Anak

1. Pertumbuhan dan Perkembangan

a Pengertian

Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan perubahan dalam

besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu

yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) ukuran

panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik

(retensi, kalsium, dan nitrogen tubuh). dalam pengertian lain

dikatakan bahwa pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran fisik

(anatomi) dan struktur tubuh baik sebagian maupun seluruhnya karena

adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel – sel tubuh dan juga

karena bertambah besarnya sel (Soetjiningsih, 2012).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya

kemampuan serta struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai

hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan

sistem organ yang terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa

sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal ini

perkembangan juga termasuk perkembangan emosi, intelektual dan

perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Depkes RI, 2006).


39

b Ciri – Ciri Pertumbuhan

Pertumbuhan mempunyai ciri sebagai berikut :

1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan

dewasa.

2) Hilangnya ciri – ciri lama dan timbulnya ciri – ciri baru. Perubahan

ini ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi

permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbuknya

tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.

3) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan

adanya masa – masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung

cepat yang terjadi pada masa prenatal, bayi dan remaja.

Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa pra sekolah dan masa

sekolah.

c Ciri – ciri Perkembangan

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak bersifat individual. Pola

perkembangan setiap anak mempunyai ciri – ciri yang sama yaitu :

1) Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.

Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya

perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai

pertumbuhan otak dan serabut saraf.

2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya.
40

Seorang anak tidak bisa melewati satu tahap perkembangan

sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Contoh : seorang anak

tidak akan bisa berjalan sebelum ia berdiri dan ia tidak bisa berdiri

jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan

fungsi anak terhambat. Perkembangan awal ini merupakan masa

kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda.

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga mempuyai

keceatan yang berbeda – beda baik dalam pertumbuhan fisik

maupun perkembangan fungsi organ. Kecepatan pertumbuhan dan

perkembangan setiap anak juga berbeda – beda.

4) Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan.

Pada saat pertumbuhan berlangsung, maka perkemanganpun

mengikuti. Terjadi peningkatan kemampuan mental, memori,

daya nalar, asosiasi dan lain – lain pada anak, sehingga pada anak

sehat seiring bertambahnya umur maka bertambah pula tinggi dan

berat badannya begitupun kepandaiannya.

5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut hukum yang

tetap, yaitu :

a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, keudia

menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).


41

b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak

kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari – jari yang

mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).

6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap perkembagan seorang anak mengikuti pola yang

teratur dan berurutan. Tahap – tahap tersebut tidak bisa terjadi

terbalik, misalnya anak mampu berjalan dahulu sebelum bisa

berdiri.

2. Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berfikir

dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Landasan berfikir tersebut terdiri

dari empat kompenen, empat kompenen tersebut sebagai berikut (Yuliastati

& nining, 2016) :

a Manusia

Dalam keperawatan anak yang menjadi individu adalah anak yang

diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari 18 (delapan belas)

tahun dalam masa tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu

kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual.

Anak merupakan individu yang berada dalam satu

rentangperubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep

diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik pada semua anak tidak

mungkin pertumbuhan fisiknya sama, demikian pula pada


42

perkembangan kognitif adakalanya cepat atau lambat. Perkembangan

konsep diri sudah ada sejak bayi akan tetapi belum terbentuk sempurna

dan akan mengalami perkembangan seiring bertambahnya usia anak.

Pola koping juga sudah terbentuk sejak bayi di mana bayi akan

menangis saat lapar.

Perilaku sosial anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk

mulai bayi seperti anak mau diajak orang lain. Sedangkan respons emosi

terhadap penyakit bervariasi tergantung pada usia dan pencapaian tugas

perkembangan anak, seperti pad bayi saat perpisahan dengan orang tua

maka responsnya akan menangis, berteriak, menarik diri dan menyerah

pada situasi yaitu diam.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu diutamakan,

mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses

kematangan yang berbeda dibanding orang dewasa karena struktur fisik

anak dan dewasa berbeda mulai dari besarnya ukuran hingga aspek

kematangan fisik. Proses fisiologis anak dengan dewasa mempunyai

perbedaan dalam hal fungsi tubuh dimana orang dewasa cenderung

sudah mencapai kematangan. Kemampuan berfikir anak dengan dewasa

berbeda dimana fungsi otak dewasa sudah matang sedangkan anak

masih dalam proses perkembangan. Demikian pula dalam hal tanggapan

terhadap pengalaman masa lalu berbeda, pada anak cenderung kepada

dampak psikologis yang apabila kurang mendukung maka akan

berdampak pada tumbuh kembang anak sedangkan pada dewasa


43

cenderung sudah mempunyai mekanisme koping yang baik dan matang.

b Sehat – sakit

Rentang sehat – sakit merupakan batasan yang dapat diberikan

bantuan pelayanan keperawatan pada anak adalah suatu kondisi anak

berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal,

sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur

dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap

waktu. Selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan

bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti

apabila anak dalam rentang sehat maka upaya perawat untuk

meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf kesejahteraan

baik fisik, sosial maupun spiritual. Demikian sebaliknya apabila anak

dalam kondisi kritis atau meninggal makaperawat selalu memberikan

bantuan dan dukungan pada keluarga. Jadi batasan sehat secara umum

dapat diartikan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan

sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.

c Lingkungan

Lingkungan paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah

lingkungan eksternal maupun internal yang berperan dalam perubahan

status kesehatan anak. Lingkungan internal seperti anak lahir dengan

kelainan bawaan maka dikemudian hari akan terjadi perubahan status

kesehatan yang cenderung sakit, sedang lingkungan eksternal seperti

gizi buruk, pesan orang tua, saudara, teman sebaya dan masyarakat akan
44

mempengaruhi status kesehatan anak.

d Keperawatan

Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang

diberikan kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga. Upaya

tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan langsung pada keluarga

mengingat keluarga merupakan sistem terbuka yang anggotanya dapat

dirawat secara efektif dan keluarga sangat berperan dalam menentukan

keberhasilan asuhan keperawatan, disamping keluarga mempunyai

peran sangat penting dalam perlindungan anak dan mempunyai peran

memenuhi kebutuhan anak. Peran lainnya adalah mempertahankan

kelangsungan hidup bagi anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak

dan mensejahterakan anak untuk mencapai masa depan anak yang lebih

baik, melalui interaksi tersebut dalam terwujud kesejahteraan anak.

3. Prinsip Keperawatan Anak

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak tentu berbeda

dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak perbedaan – perbedaan yang

diperhatikan dimana harus disesuaikan dengan usia anak serta pertumbuhan

dan perkemabangan karena perawatan yang tidak optimal akan berdampak

tidak baik secara fisiologis maupun psikologis anak itu sendiri.

Prinsip keperawatan anak yaitu sebagai berikut (Yuliastati & nining,

2016) :

a Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,
45

artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja

melainkan sebagai individu yang unik yang mempunyai pola

pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.

b Anak adalah seagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan

sesuai tahap perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak

memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai

tumbuh kembang. Kebutuhan fisiologis seperti nutrisi dan cairan,

aktivitas, eliminasi, tidur dan lain – lain, sedangkan kebutuhan

psikologis, dan spiritual yang akan terlihat sesuai tumbuh kembangnya.

c Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak mengingat anak

adalah peneruss generasi bangsa.

d Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus

pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggungjawab secara

komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Dalam

mensejahterakan anak maka keperawatan selalu mengutamakan

kepentingan anak dan upayanya tidak terlepas dari peran keluarga

sehingga selalu melibatkan keluarga.

e Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga

untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan

kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang

sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek atin (legal).


46

f Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk meningkatkan

maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai

makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan

masyarakat. Upaya kematangan anak adalah dengan selalu

memperhatikan lingkungan yang baik.

g Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus

pada ilmu tumbuh kembang, sebab ini yang akan mempelajari aspek

kehidupan anak.

4. Batasan Usia Anak

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak

adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. berdasarkan

Konvensi Hak – hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan

Bangsa – bangsa yang dimaksud anak adalah setiap orang yang berusia

dibawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang – undang yang berlaku bagi

anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal (Soediono, 2014).

5. Peran Perawat Anak

Beberapa peran perawat antara lain (Yuliastati & nining, 2016) :

a Sebagai pendidik

Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung dengan

memberi penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua maupun


47

secara tidak langsung dengan menolong orang tua/anak memahami

pengobatan dan perawatan anaknya. Kebutuhan orang tua terhadap

pendidikan kesehatan dapat mencakup pegertian dasar penyakit

anaknya, perawatan anak selama dirawat dirumah sakit, serta perawatan

lanjut untuk persiapan pulang ke rumah. Tiga domain yang dapat

dirubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan,

keterampilan serta sikap keluarga dalam hal kesehatan khususnya

perawatan anak sakit.

b Sebagai konselor

Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan

psikologis berupa dukungan/dorongan mental. Sebagai konselor,

perawat dapat memberikan konseling keperawatan ketika anak dan

keluarganya membutuhkan. Hal ini yang membedakan layanan

konseling dnegan pendidikan kesehatan. Dengan cara mendengarkan

segala keluhan, melakukan sentuhan dan hadir secara fisik maka

perawat dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan orang tua

tantang masalah anak dan keluarganya dan membantu mencarikan

alternatif pemecahannya.

c Melakukan koordinasi atau kolaborasi

Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi

dan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain dengan tujuan

terlaksananya asuhan yang holistik dan komprehensif. Perawat berada

pada posisi kunci untuk menjadi koordinator pelayanan kesehatan


48

karena 24 jam berada di samping pasien. Keluarga adalah mitra perawat,

oleh karena itu kerjasama dengan keluarga juga harus terbina dengan

baik tidak hanya saat perawat membutuhkan informasi dari keluarga

saja. Melainkan seluruh rangkaian proses perawatan anak harus

melibatkan keluarga secara aktif.

d Sebagai pembuat keputusan etik

Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan

etik dengan berdasarkan pada nilai normal yang diyakini dengan

penekanan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal

– hal yang merugikan pasien dan keuntungan asuhan keperawatan yaitu

meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat juga harus terlibat dalam

perumusan rencana pelayanan kesehatan ditingkat kebijakan. Perawat

harus mempunyai suara untuk didengar oleh para pemegang kebijakan

dan harus aktif dalam gerakan yang bertujuan untuk meningkat

kesejahteraan anak. Perawat yang paling mengerti tentang pelayanan

pemegang kebijakan bahwa usulan tentang perencanaan pelayanan

keperawatn yang diajukan dapat memberi dampak terhadap peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan anak.

e Sebagai peneliti

Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh

dalam upaya menemukan masalah – masalah keperawatan anak yang

harus diteliti, melaksanakan penelitian langsung dan menggunakan hasil

penelitian kesehatan/keperawatan anak dengan tujuan meningkatkan


49

kualitas praktik/asuhan keperawatan pada anak. Pada peran ini

diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam melihat fenomena yang

ada dalam layanan asuhan keperawatan anak sehari – hari dan

menelusuri penelitian yang telah dilakukan serta menggunakan literatur

untuk memvalidasi masalah penelitian yang ditemukan. Pada tingkat

kualifikasi tertentu, perawat harus dapat melaksanakan penelitian yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan anak.

6. Hospitalisasi

a Pengertian

Hospitalisasi merupakan keadaan yang mengharuskan anak tinggal

di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan karena suatu alasan yang

berencana maupun kondisi darurat. Tinggal dirumah sakit dapat

menimbulkan stress bagi anak – anak, remaja dan keluarga mereka.

Tinggal di rumah sakit bisa sulit bagi anak pada usia berapapun.

Penyakit dan rumah sakit berpotensi besar membuat anak mengalami

stress. Proses hospitalisasi dapat dikatakan mengganggu kehidupan

anak dan dapat mengganggu perkembangan normal. Ketika anak – anak

menjalani perawatan di rumah sakit, mereka mungkin kehilangan teman

– teman dan keluarga. Mereka mungkin bosan atau takut. Anak – anak

mungkin tidak mengerti mengapa mereka berada di rumah sakit atau

mereka mungkin memiliki keyakinan yang salah tentang apa yang

terjadi (Mendiri & Prayogi, 2016)


50

b Dampak Hospitalisasi

Proses hospitalisasi dapat menjadi pengalaman yang

membingungkan dan menegangkan bagi anak – anak, remaja, dan

keluarga mereka. Proses hospitalisasi mempengaruhi anak – anak

dengan cara yang berbeda, tergantung pada usia, alasan untuk rawat inap

mereka, dan temperamen.

Anak akan menunjukkan berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap

pengalaman hospitalisasi. Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat

bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman

sebelumnya terhadap usia perkembangan anak, pengalaman

sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan

kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya reaksi anak

terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan dengan keluarga

dan teman, berada di lingkungan baru, menerima investigasi dan

perawatan, serta kehilangan kontrol diri.

Kecemasan karena perpisahan dengan keluarga dan teman

berpengaruh pada terganggunya aktivitas bersama teman, rutinitas yang

dijalani bersama keluarga, hubungan teman sebaya, dan prestasi

disekolah. Anak yang berada di lingkungan baru selama proses

hospitalisasi juga merasa takut pada orang asing yang merawatnya

maupun lingkungan rumah sakit yang terasa asing. Selain itu,

ketidaksukaan anak pada lingkungan rumah sakit juga disebabkan oleh

rumah sakit yang ramai, lingkungan yang panas, fasilitas permainan


51

yang tidak memadai, dan makanan rumah sakit yang mungkin terasa

hambar dan tidak enak.

Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh

pasien anak yang mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang sering

dialami seperti menangis, dan takut pada orang baru. Banyaknya

stressor yang alami anak ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan

dampak negative yang mengganggu perkembangan anak. Lingkungan

rumah sakit dapat merupakan penyebab stress dan kecemasan pada anak

(utami, 2014)
52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan pada Klien Anak dengan

Bronkopneumonia. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subyek penelitian

Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan ini adalah

2 klien anak yang dirawat di rumah sakit. Kriteria untuk sample dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Subyek anak terdiri dari 2 orang anak baik laki – laki maupun perempuan

2. Anak dengan diagnosa medis bronkopneumonia

3. Anak yang berusia 1 bulan sampai 14 tahun

C. Batasan istilah (Definisi Operasional)

Definisi operasional karya tulis ini adalah :

1. Bronkopneumonia

Bronkopneumonia merupakan kondisi medis dimana pada bronkiolus

terdapat radang atau infeksi. Pada kasus ini untuk menentukan


53

bronkopneumonia adalah berdasarkan diagnosis yang dapat dilihat di rekam

medis pasien.

2. Asuhan keperawatan anak dengan bronkopneumonia

Asuhan keperawatan pada anak bronkopneumonia adalah suatu proses atau

tahap – tahap kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan langsung

kepada pasien anak dengan bronkopneumonia dalam berbagai tatanan

pelayanan kesehatan meliputi metode askep atau asuhan keperawatan yang

ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus – menerus serta berkesinambungan

dalam pemecahan masalah kesehatan pasien anak dengan

bronkopneumonia. Asuhan keperawatan di mulai dengan adanya tahapan

pengkajian (pengumpulan data, analisis dataa, dan penegakkan masalah)

diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian/evaluasi tindakan

keperawatan.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi kasus ini dilakukan selama 3 hari perawatan pada Klien 1 tanggal 27

mei – 29 mei 2021, pada Klien 2 tanggal 2 juni – 4 juni 2021. Adapun tempat

dilaksanakan Asuhan Keperawatan di ruang keperawatan anak RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penulisan diawali dengan penyusunan proposal penulisan dan

menggunakan metode studi kasus. Setelah disetujui oleh tim penguji proposal
54

maka penulisan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data menggunakan

pendekatan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa

keperawatan, membuat rencana tindakan, melakukan pelaksanaan, evaluasi dan

dokumentasi terhadap kasus yang dijadikan subyek penelitian.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode dan instrumen pengumpulan data untuk penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada studi kasus asuhan keperawatan

pada anak dengan bronkopneumonia antara lain yaitu observasi, seperti a)

pemeriksaan fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi); b)

pengukuran tanda – tanda vital; c) dokumentasi asuhan keperawatan

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian

Asuhan Keperawatan pada Anak sesuai ketentuan yang berlaku di

lingkungan prodi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim.

G. Keabsahan Data

1. Data primer

Sumber data yang dikumpulkan dari klien yang dapat memberikan

informasi secara lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang

dihadapinya.
55

2. Data sekunder

Sumber data yang dikumpulkan dari orang terdekat klien, seperti orang tua.

3. Data tersier

Catatan riwayat penyakit lainnya.

H. Analisis Data

Analisa data dilakukan sejak pengumpulan data sampai semua data

terkumpul. Dilakukan mulai awal pengkajian dan dilakukan pendokumentasian

pada setiap hari untuk mengetahui perkembangan klien. Analisa data dilakukan

dengan cara mengemukakan fakta. Selanjutnya membandingkan dengan teori

yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Tekhnik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban –

jawaban dari data yang diperoleh. Selanjutnya diinterpretasikan oleh penulis

dan dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut.


56

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai

gambaran lokasi penelitian dan hasil asuhan keperawatan pada kedua klien anak

dengan diagnosa medis bronkopneumonia. Pengambilan data dilakukan dengan

studi kasus asuhan keperawatan anak dengan bronkopneumonia di RSUD

dr.Kanudjoso Djatiwibowo. Hasil penelitian sebagai berikut :

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penyusunan studi kasus

pada klien 1 dan klien 2 dilakukan di ruang perawatan anak RSUD

dr.kanujoso djatiwibowo yang terletak di Jalan M.T.Haryono No.656

Kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan

Kalimantan Timur.

2. Hasil Asuhan Keperawatan

a Pengkajian

1) Anamnesa

Tabel 4.1
Hasil Anamnesa Klien Anak dengan Bronkopneumonia

IDENTITAS
NO KLIEN 1 KLIEN 2
KLIEN
1 Nama An. C An. F
2 Tanggal Lahir 4 mei 2020 ( 12 22 februari 2020
bulan ) ( 15 bulan )
3 Jenis kelamin Perempuan Perempuan
57

4 Nama Ayah Tn. J Tn. I


Nama Ibu Ny. M Ny. N
5 Umur Ayah 40 thn 21 thn
Umur Ibu 28 thn 20 thn
6 Pekerjaan Ayah Karyawan swasta Karyawan swasta
Pekerjaan Ibu Perawat Ibu Rumah Tangga
7 Pendidikan D III SMA
Ayah D III SMA
Pendidikan Ibu
8 Alamat Perumahan puri Jl. Samratulangi
ratu kencana B3 No. 20 Kariangau
sepinggan
9 Agama Protestan Islam
10 Suku Medan Jawa
11 Keluhan Utama Demam Demam
12 Riwayat ibu An.c ibu An.F
Penyakit mengatakan mengatakan bahwa
Sekarang anaknya demam An.F mengalami
naik turun sejak demam naik turun
hari selasa pagi sudah satu minggu
tanggal 25 mei disertai batuk dan
2021, kemudian pilek, dibawa ke
pasien dibawa ke puskesmas
puskesmas, terdekat lalu ibu
namun ibu An.C mengatakan anak
mengatakan demam nya tidak
demam tidak kunjung turun
kunjung sembuh dibawa lagi ke
hingga tanggal 26 puskesmas dan
mei 2021, diberi rujukan
kemudian An.C untuk ke rumah
mengalami pilek sakit. Setelah di-
dan batuk pada tanganin di IRD
tanggal 26 mei RSUD dr
2021 sejak siang Kanujoso Djatiwi-
hari. Karena itu bowo pasien An.F
ibu membawa dipindahkan ke ru-
An.C ke IRD ang perawatan
RSUD dr. Flamboyan C un-
Kanujoso Djati- tuk mendapatkan
wibowo pada perawatan lebih
tanggal 26 mei lanjut
sore hari. Setelah
ditangani di IRD
pasien An.C
dipindah ke ruang
58

perawatan anak
Melati untuk
menjalani
perawatan lanju-
tan.
13 Riwayat Ibu mengatakan Ibu mengatakan
Kehamilan dan masa kehamilan masa kehamilan
Kelahiran cukup bulan, cukup bulan, pada
- Prenatal selama kehamilan masa kehamilan
ibu tidak ibu tidak
merasakan merasakan mual,
keluhan, berat muntah, ibu
badan ibu mengalami
bertambah 10 kg, penambahan berat
ibu rajin badan 7 kg, obat
meminum obat yang dikonsumsi
folavit dan asam ibu selama masa
folat dan selalu kehamilan
melakukan kalsium, asam
pemeriksaan folat, Vit.A HB
secara rutin
- Natal Ibu mengatakan Ibu mengatakan
lama persalinan lama persalinan
12 jam, ditolong selama 1 hari 1
oleh bidan dan malam, persalinan
tidak ada ditolong oleh
komplikasi bidan, dan tidak
ada komplikasi
pada ibu dan bayi
- Post natal Ibu mengatakan Ibu mengatakan
kondisi bayi kondisi An. F
sehat, bayi aktif, sehat, bayi aktif
setelah lahir bayi setalah lahir bayi
menangis. BB : menangis, BB :
3080 gram dan 3035 PB : 51
PB : 48 cm
- Neonatal Ibu mengatakan Ibu mengatakan
diklini selaman 2 diklinik selama 3
hari, tidak ada hari, bayi tidak
perawatan mengalami
pendukung, masalah dan tidak
perubahan BB membutuhkan
waktu lahir tidak perawatan
ada, bayi BAK pendukung, tidak
selama 4 kali ada perubahan BB
dalam sehari dan waktu lahir, An. F
59

BAB selama 1 BAB 1 kali sehari


kali sehari dan BAK 5 kali
sehari
14 Riwayat Ibu mengatakan Ibu mengatakan
Penyakit Dahulu An. C tidak An. F pernah
mempunyai dirawat di RS satu
penyakit masa tahun yang lalu
lalu, ibu karena operasi
memberikan ASI penyempitan pada
Ekslusif hingga usus An. F, obat
umur sekarang, yang diberikan
dan memberikan Laktulax.
makanan Ibu memberikan
tambahan sejak ASI ekslusif
umur 6 bulan hingga sekarang
dengan jenis nasi, dan mendapatkan
sayur, lauk yang makanan
dihaluskan, anak tambahan sejak
tidak memiliki umur 6 bulan jenis
riwayat alergi, nya nasi dan lauk
dan riwayat yang dihaluskan
imunisasi dasar dan An.F tidak
lengkap menyukai sayuran.
Tidak memiliki
riwayat alergi dan
riwayat imunisasi
dasar lengkap
15 Riwayat Ibu mengatakan Ibu mengatakn
Penyakit tidak ada penyakit tidak memiliki
Keluarga turunan dari riwayat penyakit
keluarga keluarga
16 Riwayat BB An. C tidak BB : 7.2 kg
Tumbuh mengalami PB : 60 cm
Kembang, penurunan, LK : 47 cm
Antropometri BB : 9 kg LLA : 15.2
(TB,BB,LK,LL TB : 68
A) LK : 48
LLA : 15.7 cm
- Personal ibu mengatakan Ibu mengatakan
sosial An.C sudah bisa An.F bisa me-
tepuk tangan jika makai dan mem-
ada yang buka pakaiannya
menyuruhnya sendiri, dan An.F
tepuk tangan dia bisa makan
akan tepuk menggunakan
tangan, dan juga sendok walau
60

An.c jika makannya berham-


menginginkan buran
sesuatu akan
bilang
- Motorik Ibu mengatakan Ibu An.F menga-
kasar An.C bisa berdiri takan jika anaknya
tetapi tidak lama, melihat alat tulis
jika An.c berdiri An.F langsung
dengan berpegan- mencoret – coret
gan benda disekitarnya
terutama dinding
rumah
- Bahasa Ibu mengatakan Ibu mengatakan
An.C sudah bisa An.F bisa ngo-
mengatakan 1 – 2 mong 2 – 3 kata
kata tetapi tidak tetapi tidak terlalu
terlalu jelas dan jelas
jika
menginginkan
sesuatu dia akan
bilang
- Motorik Ibu mengatakan Ibu mengatakan
halus An.C sudah bisa An.C sudah bisa
memegang benda berjalan namun be-
dengan ibu jari lum seimbang bisa
dan jari tangan berdiri sendiri
tanpa bantuan
17 Pola Kesehatan Ibu mengatakan Ibu mengatakan
sehari – hari An. C menyukai An. F menyukai
- Pola nutrisi buah – buahan, makanan yang
dan selera makan manis, An.F susah
metabolik An.C bagus dan makan dan tidak
tidak memilih – menyukai sayuran
milih makanan,
hanya saja selama
sakit kurang
selera makan dan
suka memilih –
milih makanan
18 - Pola Ibu mengatakan Ibu mengatakan
aktivitas An.C adalah anak An.F adalah anak
yang aktif, dan yang sedikit
lebih sering pemalu saat
bermain pada saat bertemu orang
sore hari baru dan An.F
bermain didalam
61

rumah bersama
kakak sepupunya
saat pagi dan sore
hari
19 - Pola tidur Ibu mengatakan Ibu mengatakan
An.C tidur saat An.F tidur 11 jam
malam selama 10 pada saat malam
jam dan 3 jam dan 4 jam saat
untuk tidur saat tidur siang, tetapi
siang hari selama dirawat
kadang tidurnya
tidak nyenyak
20 - Pola Ibu klien Ibu mengatakan
eliminasi mengatakan An. An.F BAB sehari
C untuk BAK 2 sekali dan BAK 3
kali ganti diapers kali ganti diapers
dan BAB 1 kali
sehari
21 - Pola Ibu mengatakan Ibu mengatakan
kebersihan An. C mandi An.F mandi dua
diri sehari dua kali kali sehari pada
pada pagi hari pagi hari dan sore
dan sore hari hari

Berdasarkan tabel diatas, klien 1 berjenis kelamin

perempuan berumur 1 tahun. Klien 1 keluhan utama adalah demam,

dan ada batuk serta pilek. Pada klien 1 nafsu makan menurun tetapi

tidak ada penurunan berat badan BB 9 kg PB 68 cm LK 48 cm dan

LLA 15.7 cm. klien 1kebersihan badannya baik mandi 2 kali sehari

pada pagi dan sore hari, BAB 1 kali sehari dan BAK 2 kali ganti

diapers.

Klien 2 berjenis kelamin perempuan berumur 1 tahun 3

bulan dengan keluhan utama demam serta ada batuk berdahak dan

pilek selama 1 minggu. Klien 2 pernah dirawat dengan diagnosa


62

penyempitan pada usus. Klien 2 BB 7.2 PB 60 cm LK 47 cm LLA

15.2 cm. klien 2 tidak menyukai sayuran, kebersihan badan klien baik

mandi sehari dua kali, BAK 3 kali ganti diapers dan BAB 1 kali sehari.

2) Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Fisik Klien Anak dengan
Bronkopneumonia

IDENTITAS
NO KLIEN 1 KLIEN 2
KLIEN
1 Keadaan Sakit sedang Sakit sedang
umum
2 Kesadaran Composmentis Composmentis
3 Pemeriksaan Suhu : 38oC Suhu : 37.8oC
Tanda – SpO2 : 97% Nadi : 100 x/menit
tanda vital Nadi : 125 x/menit Respirasi : 42 x/menit
Respirasi :
35x/menit
4 Pemeriksaan Kepala : Kepala :
Kepala Wajah simetris, Ubun – ubun besar
penyebaran rambut menutup. Kulit
tidak merata, ubun kepala bersih, rambut
– ubun tertutup, hitam penyebaran
kulit kepala tidak merata, wajah
tampak bersih. tampak simetris
Telinga : Telinga :
Telinga tampak Tidak terdapat
bersih tidak serumen dan tidak
terdapat seruman ada kelainan
dan tidak terdapat Mata :
kelainan. Tidak cekung,
Mata : konjungtiva tidak
Sklera putih dan anemis, sklera tidak
tidak ikterik, ikterik
konjungtiva tidak Hidung :
anemis Terdapat
Hidung : penyumbatan jalan
Terdapat napas karna sekret
penyumbatan jalan berlebih, terdapat
napas karena pernapasan cuping
sekret berlebih hidung
63

Rongga mulut Rongga mulut dan


dan lidah : lidah :
Bibir tidak kering, Bibir tidak kering,
tidak ada caries tidak ada caries pada
pada gigi, lidah gigi, lidah tidak kotor
bersih
5 Pemeriksaan Kelenjar getah Kelenjar getah bening
Leher bening teraba, teraba, kelenjar tiroid
kelenjar tiroid tidak teraba dan tidak
tidak teraba, posisi ada kelainan
trakea ditengah
dan tidak ada
kelainan
6 Pemeriksaan Inspeksi : Inspeksi :
Thorax Bentuk dada sime- Bentuk dada simetris,
tris, frekuensi na- frekuensi napas 42
pas 35 x/menit, x/menit, irama napas
irama napas tidak tidak teratur cepat dan
teratur, cepat dan dangkal, terdapat cup-
dangkal, ing hidung saat berna-
penggunaan otot pas, menggunakan
bantu napas, otot bantu napas,
terpasang nasal menggunakan alat
kanul 1 lpm. bantu napas 2 lpm
Palpasi : Palpasi :
Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri tekan,
tekan, paru kiri saat getaran lemah pada
mengembang lebih kedua paru
rendah dibanding- Perkusi :
kan paru kanan Redup pada kedua
Perkusi : paru
redup pada paru Auskultasi :
sinistra Terdapat suara ronchi
Auskultasi : pada paru
terdapat suara ron-
chi
7 Pemeriksaan Inpeksi : Inpeksi :
Jantung CRT < 2 detik, CRT < 2 detik, tidak
tidak ada sianosis ada sianosis
Palpasi : Palpasi :
Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri tekan
tekan Perkusi :
Perkusi : Batas atas ICS II line
Batas atas ICS II sternal dextra
line sternal dextra
64

Batas bawah ICS V Batas bawah ICS V


line midclavicula line midclavicula sin-
sinistra istra
Batas kanan ICS Batas kanan ICS III
III line sternal dex- line sternal dextra
tra Batas kiri ICS III line
Batas kiri ICS III sternal sinistra
line sternal sinistra Auskultasi :
Auskultasi : Bunyi jantung reguler
Bunyi jantung reg- terdengar lubdub,
uler terdengar lub- tidak ada kelainan
dub, tidak ada ke-
lainan
8 Pemeriksaan Inspeksi : Inpeksi :
Abdomen Bentuk perut datar, Bentuk perut datar,
mengikuti gerak mengikuti gerak saat
saat bernapas bernapas, terdapat
Palpasi : bekas luka operasi
Tidak ada pem- Palpasi :
besaran, tidak ada Tidak terdapat massa,
nyeri tekan nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Perkusi :
Timpani, tidak ada Timpani, tidak ada
nyeri ketuk nyeri ketuk
Auskultasi : Auskultasi :
Terdapat bising Bising usus 10
usus 8 x/menit x/menit
9 Pemeriksaan Tidak ada pem- Tidak ada pem-
muskuloskel bengkakan, perge- bengkakan, perge-
etal dan rakan sendi bebas, rakan sendi bebas,
integumen tidak ada kelainan tidak ada kelainan
pada ekstermitas, pada ekstermitas, tur-
kulit teraba hangat, gor kulit baik, kulit
turgor kulit baik teraba hangat
10 Pemeriksaan Kebersihan pada Kebersihan genetalia
Genetalia genetalia bersih bersih serta tidak
dan anus tidak terdapat ke- terdapat kelainan
lainan serta tidak pada anus dan rektum
ada kelainan pada
anus dan rektum
Berdasarkan tabel diatas, klien 1 dan klien 2 keadaan

umumnya sedang. Kedua klien kesadarannya composmentis dengan

E4V5M6 pemeriksaan tanda – tanda vital pada klien 1 suhu :38oC,


65

Nadi :125 x/menit, respirasi 35 x/menit dan SpO2 : 97%. Sedangkan

pada klien 2 suhu :37.8oC, nadi : 100 x/menit, respirasi : 42 x/menit.

Hasil pemeriksaan fisik pada klien 1 ditemukan penggunaan otot

bantu napas, irama napas tidak teratur cepat dan dangkal, dengan

frekuensi napas 35 x/menit, paru kiri saat mengembang lebih rendah

dibandingkan paru kanan, terdengar bunyi napas tambahan yaitu

ronchi. Sedangkan pada hasil pemeriksaan fisik klien 2 ditemukan

terdapat pernapasan cuping hidung pada saat bernapas, menggunakan

otot bantu pernapasan, irama napas tidak teratur cepat dan dangkal,

frekuensi napas 42 x/menit. Kedua pasien terpasang nasal kanul, pada

klien 1 terpasang nasal kanul 1 lpm sedangkan klien 2 terpasang nasal

kanul 2 lpm.

Tabel 4.3
Skala Resiko Jatuh Humpty Dumpty Klien anak dengan
Bronkopneumonia

KLIEN KLIEN
Parameter Kriteria Nilai
1 2
Usia < 3 tahun 4
3 – 7 tahun 3
4 4
7 – 13 tahun 2
>13 tahun 1
Jenis Kelamin Laki – laki 2
1 1
Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi
(diagnosis
respiratorik,
3
dehidrasi, anemia,
1 1
anoreksia, sinkop,
pusing)
Gangguan Perilaku /
2
psikiatri
Diagnosis lainnya 1
66

Klien Klien
Parameter Kriteria Nilai
1 2
Gangguan Tidak menyadari
3
Kognitif keterbatasan dirinya
Lupa akan adanya
2 3 3
keterbatasan
Orientasi baik
1
terdahap diri sendiri
Faktor Riwayat jatuh/bayi
lingkungan diletakkan di tempat 4
tidur dewasa
Pasien menggunakan
alat bantu / bayi
diletakkan dalam 3
2 2
tempat tidur bayi/
perabot rumah
Pasien diletakkan di
2
tempat tidur
Area diluar rumah
1
sakit
Pembedahan/ Dalam 24 jam 3
sedasi/ Dalam 48 jam 2
Anestesi > 48 jam atau tidak
menjalani 1 1
pembedahan / sedasi / 1
anestesi

Penggunaan Penggunaan
medikamentos multiple : sedatif,
a obat hipnosis,
barbiturat, fenotiazin, 3
anti depresan,
pencahar, diuretik,
narkose 1 1
Penggunaan salah
2
satu obat diatas
Penggunaan medikasi
lainnya / tidak ada 1
medikasi
Jumlah 12 12
Keterangan :
Skor 7 – 11 : resiko rendah
Skor > 12 : resiko tinggi

Berdasarkan tabel diatas, dilakukan penilaian resiko jatuh

berdasarkan humpty dumpty dan didapatkan skor 12 dengan resiko

jatuh tinggi pada kedua klien.


67

3) Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4.4
Hasil Pemeriksaan Penunjang Klien Anak dengan
Bronkopneumonia

TINDAKAN KLIEN 1 KLIEN 2


Pemeriksaan Laboratorium Laboratorium
penunjang 1. leukosit : 14.5 1. hemoglobin : 10,3 g/dl
2. eritrosit : 3,3 2. leukosit : 15.1
3. hemoglobin : 9.3 g/dl 3. Eritrosit : 4.36
4. Hematokrit : 28 4. hematokrit : 31,7%
5. trombosit : 302 5. Trombosit : 377

Rontgen Thorax Rontgen Thorax


Kesan : Kesan :
bronkopneumonia bronkopneumonia
sinistra
Rapid antigen :
Rapid antigen : Negatif
Negatif

Berdasarkan pada tabel diatas klien 1 dilakukan pemeriksaan

labpratorium dengan hasil leukosit 14.5, eritrosit 3.3, hemoglobin

9.3 g/dl, hematokrit 28, trombosit 302, dan dilakukan pemeriksaan

rontgen thorax dengan kesan bronkopneumonia sinistra serta hasil

rapid antigen klien 1 negatif. Sedangkan pada klien 2 dilakukan

pemeriksaan laboratorium dengan hasil hemoglobin 10.3 g/dl,

leukosit 15.1, eritrosit 4.36, hematokrit 31.7%, trombosit 377, dan

dilakukan pemeriksaan rontgen thorax dengan kesan

bronkopneumonia serta hasil rapid antigen klien 2 negatif.


68

b Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.5
Daftar diagnosa Keperawatan Klien Anak dengan
Bronkopneumonia

NO KLIEN 1 KLIEN 2
Tanggal Diagnosa Tanggal Diagnosa
ditemukan Keperawatan ditemukan Keperawatan
1 27/mei/21 Bersihan jalan 2/juni/2021 Bersihan jalan na-
napas tidak pas tidak efektif
efektif b.d b.d hipersekresi
sekresi yang DS:
tertahan  Ibu menga-
DS : takan An.F su-
 ibu An.C dah seminggu
menga- batuk ber-
takan anak- dahak dan
nya batuk pilek
 ibu menga-
takan An.c DO :
batuk tetapi  frekuensi na-
tidak bisa pas 42
mengeluar- x/menit,
kan dahak-  irama napas
nya tidak teratur
DO : cepat dan
 pernapasan dangkal
cepat dan  terdapat cup-
dangkal, ing hidung
irama saat bernapas,
pernapasan  menggunakan
tidak tera- otot bantu na-
tur pas
 penggunaa  terdengar
n otot bantu suara napas
pernapasan ronchi
 frekuensi
napas 35
x/menit
 terdengar
suara napas
ronchi pada
paru kiri
 An.c tidak
mampu
69

mengeluar-
kan dahak-
nya secara
mandiri

2 27/mei/21 Hipertermia 2/juni/2021 Hipertermia b.d


b.d proses pen- proses penyakit
yakit DS :
DS :  Ibu menga-
 Ibu An.c takan An.F
menga- ada demam
takan An.c naik turun se-
badannya jak 29 mei
demam DO :
naik turun  Kulit teraba
sejak hari hangat
selasa tgl  Suhu : 38oC
25 mei  Nadi : 100
DO x/menit
 Suhu badan
An.c 38oc
 Nadi : 125
x/menit
 Kulit An.c
teraba
hangat
3 27/mei/21 Resiko jatuh 2/juni/2021 Defisit penge-
d.d anak usia < tahuan tentang
2 tahun keamanan fisik
DS : anak b.d kurang
 - terpapar infor-
DO : masi DS :
 Usia anak <  Ibu An.F
3 tahun mengatakan
 Jenis ke- khawatir ter-
lamin per- hadap kondisi
empuan putrinya,
 Anak dile- karna awalnya
takkan hanya demam,
ditempat batuk dan
tidur de- pilek
wasa  Ibu An.F
 Jumlah mengatakan
skor kadang me-
penilaian rasa bingung
dengan
70

resiko jatuh keadaan pu-


humpty trinya yang se-
dumpty 12 dang sakit
(resiko  Ibu menga-
tinggi) takan An.F
selama di
rawat kadang
tidur nya ku-
rang nyenyak
DO:
 An.F tampak
lesu
4 27/mei/21 Resiko infeksi 2/juni/2021 Resiko jatuh d.d
d.d efek anak usia < 2 ta-
prosedur inva- hun
sive DS : -
DS : DO :
 -  Usia anak < 3
DO : tahun
 Anak  Jenis kelamin
terpasang perempuan
infus di-  Anak diletak-
tangan kan ditempat
kanan tidur dewasa
 Balutan in-  Jumlah skor
fus bersih penilaian
namun resiko jatuh
sedikit humpty
longgar dumpty 12
 Tidak ada (resiko tinggi)
tanda –
tanda in-
feksi

5 2/juni/2021 Resiko infeksi d.d


efek prosedur in-
vasive
DS : -
DO :
 Anak
terpasang in-
fus ditangan
kanan
 Balutan infus
bersih namun
71

sedikit long-
gar
 Tidak ada
tanda – tanda
infeksi

Berdasarkan tabel diatas, pada klien 1 ditegakkan 4 diagnosa

sedangkan pada klien 2 ditegakkan 5 diagnosa. Adapun diagnosa yang

ditegakkan sama pada klien 1 dan 2 yaitu bersihan jalan napas tidak

efektif, hipertermia, resiko jatuh dan resiko infeksi. Sedangkan diagnosa

yang berbeda yaitu Defisit pengetahuan.

c Intervensi Keperawatan

Tabel 4.6
Intervensi Keperawatan Klien Anak dengan Bronkopneumonia

NO Tanggal Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Ditemukan Keperawatan Hasil Keperawatan
Klien 1
1 27 mei 21 Bersihan Setelah dil- 1.1 monitor
jalan napas akukan tinda- pola napas
tidak efektif kan keperawa- (frekuensi,
b.d sekresi tan 3 x 24 jam kedalaman,
yang diharapkan usaha napas)
tertahan bersihan jalan 1.2 monitor
napas mening- bunyi napas
kat dengan tambahan
kriteria hasil : 1.3 posisikan
1. dispnea semi fowler
menurun atau fowler
2. produksi 1.4 berikan mi-
sputum numan hangat
menurun 1.5 lakukan fisi-
3. frekuensi oterapi dada,
napas mem- jika perlu
baik dalam 1.6 berikan
oksigen, jika
perlu
72

rentang nor- 1.7 pemberian


mal (20 – 35 obat inhalasi
x/menit)
2 27 mei 21 Hipertermia Setelah dil- 2.1 Monitor
b.d proses akukan tinda- suhu tubuh
penyakit kan keperawa- 2.2 berikan
tan 3 x 24 jam cairan oral
termoregulasi 2.3 berikan
membaik kompres pada
dengan kriteria lipat paha dan
hasil : aksila
1. suhu tubuh 2.4 anjurkan
membaik da- tirah baring
lam batas nor- 2.5 kolaborasi
mal pemberian
2. tidak ada cairan dan el-
perubahan ektrolit in-
warna kulit travena, jika
3. tidak terjadiperlu
kejang 2.6 pemberian
obat
3 27 mei 21 Resiko jatuh Setelah dil- 3.1 identifikasi
d.d anak usia akukan tinda- perilaku dan
< 2 tahun kan keperawa- faktor yang
tan 3 x 24 jam mempengaruhi
diharapkan resiko jatuh
tingkat jatuh 3.2 identifikasi
menurun karakteristik
dengan kriteria lingkungan
hasil : yang dapat
1. tidak ada meningkatkan
kejadian jatuh potensi untuk
2. perilaku jatuh
pencegahan 3.3 memasang
jatuh : tinda- pagar pengaman
kan orang tua tempat tidur
atau pemberi 3.4 meren-
asuhan untuk dahkan posisi
meminimalkan tempat tidur
faktor resiko 3.5 jelaskan
yang memicu kepada keluarga
jatuh pasien tentang
faktor resiko
yang memicu
jatuh
73

4 27 mei 21 Resiko in- Setelah dil- 4.1 monitor


feksi d.d akukan tinda- tanda dan gejala
efek kan keperawa- infeksi
prosedur in- tan 3 x 24 jam 4.2 batasi
vasive diharapkan jumlah
masalah in- pengunjung,
feksi menurun jika perlu
dengan kriteria 4.3. mencuci
hasil : tangan sebelum
1. tidak ada dan sesudah
tanda infeksi kontak dengan
2. menunjuk- pasien dan ling-
kan perilaku kungan pasien
hidup sehat
Klien 2
1 2 juni 21 Bersihan Setelah dil- 1.1 monitor
jalan napas akukan tinda- pola napas
tidak efektif kan keperawa- ( frekuensi,
b.d tan 3 x 24 jam kedalaman, dan
hipersekresi diharapkan usaha napas)
bersihan jalan 1.2 monitor
napas mening- bunyi napas
kat dengan tambahan
kriteria hasil :1.3 monitor
1. dispnea adanya sputum
menurun 1.4 posisikan
2. produksi semo fowler
sputum atau fowler
menurun 1.5 berikan mi-
3. suara napas num hangat
vesikuler 1.6 lakukan fisi-
4. frekuensi oterapi dada,
napas mem- jika perlu
baik dalam 1.7 berikan
rentang nor- oksigen, jika
mal (20 – perlu
35 x/menit) 1.8 pemberian
obat inhalasi
2 2 juni 21 Hipertermia Setelah dil- 2.1 monitor
b.d proses akukan tinda- suhu tubuh
penyakit kan keperawa- 2.2 sediakan
tan 3 x 24 jam lingkungan
termoregulasi yang dingin
membaik 2.3 longgarkan
dengan kriteria atau lepaskan
hasil : pakaian
74

1. suhu tubuh 2.4 lakukan


membaik da- pendingan ek-
lam batas nor- sternal (kom-
mal pres dingin
2. tidak ada pada leher atau
perubahan aksila)
warna kulit 2.5 kolaborasi
3. tidak terjadipemberian
kejang cairan dan el-
ektrolit in-
travena, jika
perlu
2.6 pemberian
obat intravena
3 2 juni 21 Defisit Setelah dil- 3.1 identifikasi
pengetahuan akukan tinda- kesiapan dan
tentang kea- kan keperawa- kemampuan
manan fisik tan 2 x 24 jam menerima infor-
anak b.d ku- tingkat penge- masi
rang terpa- tahuan 3.2 sediakan
par infor- meningkat materi dan me-
masi dengan kriteria dia pendidikan
hasil : kesehatan
1. pertanyaan 3.3 jadwalkan
tentang masa- pendidikan
lah yang kesehatan
dihadapi sesuai kesepa-
menurun katan
2. persepsi ke- 3.4 berikan kes-
liru terhadap empatan untuk
masalah bertanya
menurun 3.5 ajarkan per-
ilaku hidup ber-
sih dan sehat
4 2 juni 21 Resiko jatuh Setelah dil- 4.1 identifikasi
d.d anak usia akukan tinda- perilaku dan
< 2 tahun kan keperawa- faktor yang
tan 3 x 24 jam mempengaruhi
diharapkan resiko jatuh
tingkat jatuh 4.2 identifikasi
menurun karakteristik
dengan kriteria lingkungan
hasil : yang dapat
1. tidak ada meningkatkan
kejadian jatuh potensi untuk
jatuh
75

2. perilaku 4.3 memasang


pencegahan pagar pengaman
jatuh : tinda- tempat tidur
kan orang tua 4.4 meren-
atau pemberi dahkan posisi
asuhan untuk tempat tidur
meminimalkan 4.5 jelaskan
faktor resiko kepada keluarga
yang memicu pasien tentang
jatuh faktor resiko
yang memicu
jatuh
5 2 juni 21 Resiko in- Setelah dil- 5.1 monitor
feksi d.d akukan tinda- tanda dan gejala
efek kan keperawa- infeksi
prosedur in- tan 3 x 24 jam 5.2 batasi
vasif diharapkan jumlah
masalah in- pengunjung,
feksi menurun jika perlu
dengan kriteria 5.3. mencuci
hasil : tangan sebelum
1. tidak ada dan sesudah
tanda infeksi kontak dengan
2. menunjuk- pasien dan ling-
kan perilaku kungan pasien
hidup sehat

Tabel diatas menjelaskan mengenai intervensi yang akan dilakukan

pada klien 1 dan klien 2 selama masa perawatan sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang ditegakkan. Perencanaan pada kedua klien sudah

menggunakan buku standar intervensi keperawatan indonesia yang

meliputi observasi, teraupetik, edukasi dan kolaborasi.


76

d Implementasi Keperawatan

Tabel 4.7
Implementasi Keperawatan Klien Anak dengan
Bronkopneumonia

NO Tanggal/ Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan


Jam
KLIEN 1
HARI 1
1 27/5/21 4.3 melakukan mencuci - mencuci tangan 6
08:40 tangan sebelum dan langkah
sesudah kontak dengan - tangan tampak
pasien dan lingkungan bersih
pasien

2 08:45 1.1 memonitor pola na- - RR : 35 x/menit


pas An.C (frek- - SpO2 : 97%
uensi napas, kedalaman - Irama napas tidak
dan usaha bernapas) teratur
- An.c terlihat
sesak
- Pernapasan cepat
dan dangkal

3 08:50 1.2 mendengarkan suara - Suara napas


napas terdengar ronchi

4 08:55 2.1 mengukur tanda – - Suhu : 38oC


tanda vital - Nadi : 125
x/menit

1.6 memasang oksigen ke - Terpasang nasal


An.C kanul 1 lpm

5 09:00 3.2 mengidentifikasi - Pagar pengaman


karakteristik lingkungan tempat tidur
yang dapat meningkatkan terpasang
potensi untuk jatuh - Anak diletakkan
di tempat tidur de-
wasa
77

3.1 mengidentifikasi per- - Posisi tempat


ilaku dan faktor yang tidur terlalu tinggi
mempengaruhi resiko
jatuh - Anak aktif berge-
rak
- Skor humpty
dumpty : 12
1.3 mengatur posisi men-
jadi semi fowler - Mengatur posisi
tempat tidur men-
jadi semi fowler
dan anak terlihat
tenang
6 10:00 1.7 memberikan terapi - Anak merasa risih
nebulizer saat diberikan
uap, setelah
diberikan uap
An.c lebih mudah
bernapas

7 10:25 2.3 memberikan kompres - An.C awalnya


pada aksila menolak tetapi
setelah diberi
pengertian
akhirnya An.c
mau di kompres

8 10:30 3.5 menjelaskan kepada - Orang tua


orang tua An.C tentang mengerti faktor
resiko yang memicu resiko yang bisa
jatuh menyebabkan
jatuh

3.3 memasang pagar - Pagar pengaman


pengaman sudah terpasang

3.4 merendahkan posisi - Tempat tidur su-


tempat tidur dah direndahkan

9 10:45 4.1 memonitor tanda dan - Tidak ada tanda –


gejala infeksi tanda infeksi pada
An.c
10 10:50 4.3 mencuci tangan sebe- - Mencuci tangan 6
lum dan sesudah kontak langkah
dengan pasien dan ling- - Tangan tampak
kungan pasien bersih
78

HARI 2
1 28/5/202 4.3 mencuci tangan sebe- - Mencuci tangan 6
1 lum kontak dengan langkah
09:00 pasien - Tangan bersih

2 09:05 4.1 melihat apakah ada - Balutan infus


tanda dan gejala infeksi An.c bersih dan
pada balutan infus tidak ada tanda –
tanda infeksi
- Orang tua menga-
4.2 menyarankan orang takan akan
tua untuk membatasi melakukan saran
pengunjung yang diberikan

3 09:30 1.2 memonitor suara na- - Suara napas


pas masih terdengar
ronchi pada paru
sinistra

4 09:35 1.1 memonitor pola na- - Frekuensi napas


pas (frekuensi, kedala- 34 x/menit
man, usaha napas - SpO2 : 98%
- Irama napas cepat
dan dangkal
- Pola napas tidak
teratur

5 09:40 2.1 mengukur tanda – - Suhu : 36.8


tanda vital - Nadi : 110
x/menit
- RR : 36 x/menit

6 09:45 3.1 mengidentifikasi per- - An.c sedang aktif


ilaku dan faktor yang dan lagi rewel
mempengaruhi resiko maunya minta
jatuh gendong keluar
3.2 mengidentifikasi - Pagar pengaman
lingkungan yang dapat terpasang
meningkatkan potensi
untuk jatuh

7 10:20 2.6 memberikan parace- - Obat telah diberi-


tamol 100mg melalui kan dan tidak ada
oral efek samping
79

8 14:30 1.3 merubah posisi - Merubah posisi


An.c menjadi
semi fowler dan
An.c terlihat nya-
man

9 14:35 1.7 memberikan terapi - An.c rewel dan


nebulizer ingin melepaskan
maskernya

10 14:50 1.5 melakukan fisioterapi - Tindakan telah


dada dilakukan dan ibu
mengatakan ada
dahak keluar sedi-
kit

11 15:30 4.3 mencuci tangan - Tangan bersih


setelah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
HARI 3
1 29/5/202 4.3 mencuci tangan sebe- Tangan bersih
1 lum kontak dengan
09:10 pasien

2 09:15 1.1 memonitor pola na- - RR : 28 x/menit


pas ( frekuensi, kedala- - SpO2 : 99%
man, upaya napas) - Irama Napas tera-
tur
- Tidak
menggunakan otot
bantu pernapasan
- Suhu : 36.3oC
- Nadi : 95 x/menit

1.2 memonitor suara na- - Tidak ada lagi


pas tambahan suara napas tam-
bahan

3 09:20 4.1 memonitor tanda dan - Tidak ada tanda –


gejala infeksi tanda infeksi pada
balutan infus
An.C

4 09:25 3.1 mengidentifikasi per- - An.c lagi aktif


ilaku dan faktor yang bergerak
80

mempengaruhi resiko
jatuh

3.2 mengidentifikasi - Posisi tempat


karakteristik lingkungan tidur rendah
yang dapat meningkatkan - Pagar pengaman
potensi jatuh terpasang
Ibu selalu memas-
tikan pagar tem-
pat tidur An.c
selalu terpasang

5 09:30 1.3 mengatur posisi - Mengatur posisi


pasien menjadi fowler,
anak dipangku
oleh ibunya

1.7 pemberian nebulizer - An.c menangis


dan ingin melepas
maskernya

6 09:50 4.3 mencuci tangan Tangan bersih


setelah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
KLIEN 2
HARI 1
1 2/juni/20 5.3 mencuci tangan sebe- - Mencuci tangan 6
21 lum kontak dengan langkah
08 : 40 pasien - Tangan bersih

2 08:45 1.1 mengkaji pola napas - Frekuensi napas 42


(frekuensi, kedalaman, x/menit
dan usaha napas)
- irama napas tidak
teratur cepat dan
dangkal
- terdapat pernapasan
cuping hidung

3 08:50 1.2 monitor bunyi napas - suara napas


tambahan terdengar ronchi
pada kedua paru
1.3 monitor adanya spu- - terdapat sputum
tum
81

4 08:55 2.1 melakukan pen- - Suhu : 38oc


gecekan tanda – tanda vi- - Nadi : 100
tal x/menit
- RR : 42 x/menit

5 09:00 1.7 memberikan oksigen - Terpasang nasal


kanul 2 lpm

6 09:05 3.1 mengidentifikasi - Ibu An.F bersedia


kesiapan dan kemampuan menerima infor-
menerima informasi masi yang diberi-
kan

7 09:10 1.4 mengatur posisi - Posisi pasien


pasien menjadi semi
fowler
1.8 memberikan terapi - An.F menangis
nebulizer pada saat
dipasang masker
dan selalu be-
rusaha ingin
melepas

8 09:30 4.1 mengidentifikasi per- - An.F tidak terlalu


ilaku dan faktor yang aktif bergerak
mempengaruhi resiko - Skor humpty
jatuh dumpty 12
(resiko)

4.2 mengidentifikasi - Pagar pengaman


karakteristik lingkungan terpasang hanya
yang dapat meningkatkan sebagian
potensi untuk jatuh - Anak diletakkan
ditempat tidur de-
wasa
- Posisi tempat
tidur terlalu tinggi

9 09:35 4.5 menjelaskan kepada - Orang tua


keluarga pasien tentang mengerti tentang
faktor resiko yang mem- faktor resiko jatuh
icu jatuh

10 09:40 4.3 memasang pagar - Pagar pengaman


pengaman terpasang
82

4.4 merendahkan posisi - Tempat tidur telah


tempat tidur direndahkan

11 09:50 2.3 melonggarkan paka- - Pakaian telah di-


ian longgarkan

2.4 melakukan kompres - An.F menangis


pada axila An.F menolak, namun
diberi pengertian
akhirnya An.f
tidak menolak dil-
akukan kompres
tetapi masih me-
nangis

12 10:15 5.1 monitor tanda dan - Tidak ada tanda –


gejala infeksi tanda infeksi pada
balutan infus
pasien

13 10:20 3.3 menjadwalkan pen- - Orang tua An.F


didikan kesehatan sesuai mau diberi pen-
kesepakatan didikan kesehatan
mengenai penya-
kit anaknya
14 10:25 5.3 mencuci tangan - Tangan bersih
setelah kontak dengan
pasien dan ling-
kungannya
HARI 2
1 3/juni/20 5.3 mencuci tangan sebe-  Mencuci tangan 6
21 lum kontak dengan langkah
09 : 00 pasien  Tangan bersih

2 09:05 2.1 monitor tanda – tanda  Suhu : 37.6oC


vital  Nadi :125 x/menit
 RR :39 x/menit
3 09:10 1.1 monitor pola napas  Frekuensi napas
(frekuensi, kedalaman 39 x/menit
dan upaya napas)  Irama napas tidak
teratur, cepat dan
dangkal

1.2 monitor bunyi napas  Suara napas


tambahan masih terdengar
83

 ronchi
4 09:20 1.3 monitor adanya spu-  Dahak sudah
tum tidak banyak

5 09:25 5.1 melihat adanya tanda  Tidak ada tanda


dan gejala infeksi gejala infeksi di
balutan infus
An.F

6 09:30 5.2 memberitahu orang  Orang tua me-


tua untuk membatasi mahami untuk
pengunjung membatasi
pengunjung ter-
lebih dimasa pan-
demi

7 09:40 3.2 menyediakan materi  Materi mengenai


dan media pendidikan penyakit bronko-
kesehatan pneumonia
 Media pendidikan
berupa leaflet

8 09:50 3.4 memberikan kesem-  Keluarga menan-


patan untuk bertanya yakan “apakah
jika sudah pernah
terkena penyakit
ini lalu sembuh,
apa bisa terinfeksi
lagi?”

9 10:00 3.5 mengajarkan perilaku  Keluarga mampu


hidup bersih dan sehat mengikuti dan
mengulang
(mencuci tangan 6  kembali cara
langkah) mencuci tangan

10 10:05 2.6 pemberian Paraceta-  Obat telah di-


mol 105ml melalui in- masukan dan
travena tidak ada efek
samping
11 10:10 4.1 mengidentifikasi per-  Anak lagi sedikit
ilaku dan faktor yang rewel
mempengaruhi resiko
jatuh
84

4.2 mengidentifikasi
karakteristik lingkungan Posisi tempat
tidur rendah
yang dapat meningkatkan  Pagar pengaman
potensi untuk jatuh tempat tidur
terpasang

12 10:15 2.2 menyediakan ruangan  Ruangan kamar
yang dingin menggunakan AC
dengan suhu ru-
ang 22oC

13 10:20 1.4 Mengatur posisi  Mengatur posisi


An.F dengan po-
sisi fowler

1.8 memberikan terapi  Anak menolak


nebulizer untuk dipakaikan
simple mask,
tetapi ibu me-
magang tangan
anak untuk tidak
melepas mask-
ernya
14 10:45 1.5 menganjurkan untuk  Ibu mengatakan
minum air hangat selalu memberi
anaknya minum
air hangat selama
An.F sakit

5.3 mencuci tangan Tangan bersih


setelah kontak dengan
pasien dan ling-
kungannya
HARI 3
1 4/juni/20 5.3 mencuci tangan sebe-  Mencuci tangan 6
21 lum kontak dengan langkah
09 : 20 pasien

2 09:25 2.1 mengkaji tanda –  Suhu : 37.9oC


tanda vital  Nadi : 120
x/menit
 RR : 32 x/menit
SpO2 : 98%
85

3 09:30 1.1 monitor pola napas  Frekuensi napas


(frekuensi, kedalaman, 34 x/menit
dan upaya napas)  An.F tidak
menggunakan
oksigen lagi
 Ibu mengatakan
anaknya tidak
sesak lagi
 Tidak ada perna-
pasan cuping
hidung

1.2 monitor bunyi napas  Tidak ada suara


tambahan napas tambahan
 suara napas bersih
1.3 monitor adanya spu-  dahak sudah tidak
tum ada lagi

4 09:45 4.1 mengidentifikasi per-  anak mulai aktif


ilaku dan faktor yang sudah tidak rewel
mempengaruhi resiko
jatuh  posisi tempat
tidur rendah

4.2 mengidentifikasi  pagar pengaman
karakteristik lingkungan tempat tidur
yang dapat meningkatkan terpasang
potensi untuk jatuh

5 09:55 5.1 monitor tanda dan  tidak ada tanda –


gejala infeksi tanda infeksi yang
terjadi
6 10:50 2.6 memberikan obat pa- - obat telah diberi-
racetamol melalui in- kan dan tidak ada
travena efek samping

7 10:10 5.3 mencuci tangan tangan bersih


setelah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
86

Berdasarkan tabel diatas bahwa implementasi yang dilakukan

berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat.

Implementasi pada klien 1 dilakukan selama 3 hari dirumah sakit pada

tanggal 27 mei – 29 mei 2021. Sedangkan pada klien 2 dilakukan selama

3 hari dirumah sakit pada tanggal 2 juni – 4 juni 2021.

e Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.8
Evaluasi Keperawatan Klien Anak dengan Bronkopneumonia

Hari / Diagnosa Evaluasi (SOAP)


Jam Keperawatan
Klien 1
Hari ke 1
15 : 00 Bersihan S:
jalan napas  Ibu mengatakan An.C masih sulit
tidak efektif bernapas
 Ibu mengatakan An.C masih batuk ber-
dahak
 Ibu mengatakan An.C Tidak bisa
mengeluarkan dahaknya
O:
 Auskultasi bunyi napas terdengar ron-
chi pada paru kiri
 RR : 35 x/menit
 SpO2 : 98%
 Menggunakan otot bantu pernapasan
A:
 Bersihan jalan napas belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
 1.1 monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas
 1.2 monitor bunyi napas tambahan
 1.3 posisikan semi fowler atau fowler
 1.5 lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 1.6 berikan oksigen jika perlu
 1.7 pemberian obat inhalasi
87

15 : 05 Hipertermi S:
 Ibu mengatakan badan anak demam
O:
 Badan An.c teraba hangat
 Suhu : 37.8oC
 Nadi : 102 x/menit
 Anak sedikit rewel
A:
 Hipertermi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 2.1 monitor suhu tubuh
 2.3 berikan kompres pada lipat paha
dan aksila
 2.4 anjurkan tirah baring
 2.5 kolaborasi pemberian cairan dan el-
ektrolit intravena, jika perlu
15 : 10 Resiko jatuh S:-
O:
 Pagar pengaman terpasang
 Tidak ada kejadian jatuh
 Posisi tempat tidur rendah
 Skor humpty dumpty 12 (resiko)
A:
 Resiko jatuh tidak terjadi
P : intervensi dipertahankan
 3.1 mengidentifikasi perilaku dan
faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
 3.2 identifikasi karakterististik ling-
kungan yang dapat meningkatkan po-
tensi jatuh
 3.3 memasang pagar pengaman tempat
tidur
15:15 Resiko in- S:-
feksi O:
 Terpasang infus ditangan kanan
 Balutan tampak bersih
 Tidak ada bengkak ditangan yang di-
infus
A:
 Resiko infeksi tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
 4.1 monitor tanda dan gejala infeksi
 4.2 batasi jumlah pengunjung, jika
perlu
88

 4.3 mencuci tangan sebelum dan


sesudah kontak dengan pasien dan ling-
kungan pasien
Hari ke 2
19 : 40 Bersihan S
jalan napas  Ibu mengatakan An.c sesak nya sudah
tidak efektif mulai berkurang
 Ibu An.c mengatakan batuk anaknya
masih berdahak dan masih sulit menge-
luarkan dahaknya
O:
 Saat auskultasi bunyi napas masih
terdengar ronchi pada paru kiri
 RR : 34 x/menit
 SpO2 :98%
 Masih terdapat otot bantu napas
A:
 Bersihan jalan napas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 1.1 monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
 1.2 monitor bunyi napas tambahan
 1.3 posisikan semi fowler atau fowler
 1.4 berikan minum hangat
 1.6 berikan oksigen, jika perlu
 1.7 pemberian obat inhalasi (Nebulizer)
19 : 45 Hipertermia S
 Ibu mengatakan badan An.c sudah
tidak demam lagi
O:
 Badan teraba tidak panas lagi
 Suhu : 36.8oC
 Nadi : 110 x/menit
 Anak tidak terlalu rewel lagi
A:
 Hipertermi teratasi
P:
 intervensi dihentikan
19 : 50 Resiko jatuh S:-
O:
 Tidak ada kejadian jatuh
 Pagar pengaman tempat tidur terpasang
 Posisi tempat tidur rendah
 Skor humpty dumpty 12 (resiko)
89

A:
 Masalah tidak terjadi
P:
 3.1 mengidentifikasi perilaku dan
faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
 3.2 identifikasi karakteristik lingkungan
yang dapat meningkatkan potensi untuk
jatuh
20 : 00 Resiko in- S:-
feksi O:
 Terpasang infus ditangan kanan
 Balutan infus bersih
 Tidak ada tanda – tanda infeksi
A:
 Masalah tidak terjadi
P : Intervensi dipertahankan
 4.1 monitor tanda dan gejala infeksi
 4.3 mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Hari ke 3
12 : 00 Bersihan S:
jalan napas  Ibu mengatakan anaknya sudah tidak
tidak efektif sesak lagi
 Ibu mengatakan An.c sudah tidak ber-
dahak lagi
O:
 Tidak ada bunyi napas tambahan
 RR : 28 x/menit
 SpO2 : 99%
 Nadi :95 x/menit
 Tidak ada otot bantu pernapasan
A:
 Masalah teratasi
P:
 Intervensi dihentikan
12: 05 Resiko jatuh S:-
O:
 Tidak ada kejadian jatuh
 Pagar pengaman tempat tidur terpasang
 Posisi tempat tidur rendah
A:
 Masalah tidak terjadi
P:
90

 Intervensi dihentikan pasien rencana


KRS
12 : 10 Resiko in- S:-
feksi O:
 Tidak ada tanda – tanda infeksi
 Balutan infus sudah terlepas
A:
 Masalah tidak terjadi
P:
 Intervensi dihentikan karena pasien
rencana KRS

Klien 2
Hari ke 1
14:50 Bersihan S:
jalan napas  ibu mengatakan masih sulit bernapas
tidak efektif  ibu mengatakan ada dahak
O:
 frekuensi 42 x/menit
 irama napas tidak teratur cepat dan
dangkal
 terdapat pernapasan cuping hidung
 terpasang nasal kanul 2 lpm
A:
 bersihan jalan napas belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
 1.1 monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, upaya napas)
 1.2 monitor bunyi napas tambahan
 1.3 monitor adanya sputum
 1.4 posisikan semo fowler atau fowler
 1.5 berikan minum hangat\
 1.6 lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 1.7 berikan oksigen, jika perlu
 1.8 pemberian obat inhalasi (nebulizer)

14 : 55 Hipertermia S:
 Ibu mengatakan anak masih demam
 Ibu mengatakan badan anak masih
hangat
O:
 Suhu : 38oC
 Nadi : 105 x/menit
 RR : 40 x/menit
91

 Badan masih teraba hangat


A:
 Hipertermi belum teratasi
P : lanjutkan Intervensi
 2.1 monitor suhu tubuh
 2.2 sedikan lingkungan yang dingin
 2.3 longgarkan atau lepaskan pasien
 2.4 lakukan kompres pada axila
 2.5 pemberian cairan atau elektrolit,
jika perlu
 2.6 pemberian obat melalui inravena
15:00 Defisit S:
pengetahuan  Orang tua pasien mengatakan bersedia
jika akan dilakukan pendidikan
kesehatan
O:
 Keluarga menerima jika dilakukan pen-
didikan kesehatan
A:
 Ansietas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 3.2. sediakan materi dan kemampuan
menerima informasi
 3.4 memberikan kesempatan untuk ber-
tanya
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
15 : 05 Resiko jatuh S:-
O:
 Tidak ada kejadian jatuh
 Pagar pengaman terpasang
 Skor humpty dumpty 12 (resiko)
 Tempat tidur dalam posisi yang terlalu
tinggi
A:
 Masalah tidak terjadi
P : pertahankan intervensi
 4.1 mengidentifikasi perilaku dan
faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
 4.2 identifikasi karakteristik lingkungan
yang dapat meningkatkan potensi untuk
jatuh
 4.3 memasang pagar pengaman
 4.4 merendahkan posisi tempat tidur
15.10 Resiko in- S:-
feksi O:
92

 Tidak ada tanda – tanda infeksi


 Balutan infus bersih
A:
 Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
 5.1 monitor tanda dan gejala infeksi
 5.2 batasi jumlah pengunjung, jika
perlu
 5.3 mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien dan ling-
kungan pasien
Hari ke 2
20 : 10 Bersihan S:
jalan napas  Ibu mengatakan anak masih sesak
tidak efektif  Ibu mengatakan An.F batuknya sudah
berkurang
O:
 Frekuensi napas 39 x/menit
 Irama napas tidak teratur cepat dan
dangkal
 Suara napas terdengar ronchi
 dahak sudah berkurang
A:
 bersihan jalan napas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 1.1 monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, upaya napas)
 1.2 monitor bunyi napas tambahan
 1.3 monitor adanya sputum
 1.4 posisikan semi fowler dan fowler
 1.5 berikan minum hangat
 1.6 lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 1.7 berikan oksigen, jika perlu
 1.8 pemberian obat inhalasi (nebulizer)
20 :15 Hipertermia S:
 Ibu mengatakan An.F masih demam
naik turun
 Ibu mengatakan badan An.F masih
hangat
O:
 Suhu : 37.6
 Nadi : 100 x/menit
 RR : 39 x/menit
 Badan teraba hangat
93

A:
 Hipertermi belum teratasi
P:
 2.1 monitor suhu tubuh
 2.2 sediakan lingkungan yang dingin
 2.3 longgarkan atau lepaskan pakaian
 2.4 lakukan kompres pada axila
 2.6. pemberian obat intravena

20 : 20 Defisit S:
pengetahuan  Orang tua mengatakan mengerti setelah
diberikan pendidikan kesehatan
O:
 Orang tua sudah tidak khawatir ter-
hadap kesehatan anak nya
 Orang tua sudah tidak keliru dengan
penyakit anaknya
A:
 Defisit pengetahuan teratasi
P:
 Intervensi dihentikan

20 : 25 Resiko jatuh S:-


O:
 Tidak ada kejadian jatuh
 Pagar pengaman terpasang
 Skor humpty dumpty 12 (resiko)
 Tempat tidur dalam posisi yang terlalu
tinggi
A:
 Masalah tidak terjadi
P : pertahankan intervensi
 4.1 mengidentifikasi perilaku dan
faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
 4.2 identifikasi karakteristik lingkungan
yang dapat meningkatkan potensi untuk
jatuh
 4.3 memasang pagar pengaman
 4.4 merendahkan posisi tempat tidur

20 : 30 Resiko in- S:-


feksi O:
 Tidak ada tanda – tanda infeksi
 Balutan infus bersih
A:
94

 Masalah tidak terjadi


P : Pertahankan intervensi
 5.1 monitor tanda dan gejala infeksi
 5.2 batasi jumlah pengunjung, jika
perlu
 5.3 mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien dan ling-
kungan pasien
Hari ke 3
20 : 15 Bersihan S:
jalan napas  Ibu mengatakan An.F sudah tidak sesak
tidak efektif  Ibu mengatakan An.F sudah tidak batuk
lagi
O:
 Frekuensi napas 30 x/menit
 SpO2 : 98%
 Tidak ada suara napas tambahan
 An.F sudah tidak menggunakan oksi-
gen lagi
 Tidak ada pernapasan cuping hidung
A:
 Bersihan jalan napas teratasi
P:
 Intervensi dihentikan
20:20 Hipertermia S:
 Ibu mengatakan An.F sudah tidak
demam lagi
 Ibu mengatakan badan An.F sudah
tidak hangat lagi
O:
 Suhu : 36.7oC
 Nadi : 120 x/menit
 Badan teraba sudah tidak hangat
A:
 Hipertermi teratasi
P:
 Intervensi dihentikan
20:25 Resiko jatuh S:-
O:
 Tidak ada kejadian jatuh
 Pagar pengaman tempat tidur terpasang
 Posisi tempat tidur rendah
A:
 Masalah tidak terjadi
95

P:
 Intervensi tidak dilanjutkan pasien
rencana KRS
20 : 30 Resiko in- S:-
feksi O:
 Tidak ada tanda – tanda infeksi
 balutan infus bersih
 tidak ada pembengkakan
A:
 masalah tidak terjadi
P:
 intervensi tidak dilanjutkan pasien
rencana KRS

Tabel diatas menjelaskan bahwa pada klien 1 dilakukan asuhan

keperawatan selama 3 hari, evaluasi pada klien 1 menunjukkan

hipertermia teratasi pada hari kedua, 1 diagnosa teratasi pada hari ketiga

yaitu bersihan jalan napas sedangkan 2 diagnosa tidak terjadi yaitu

resiko jatuh dan resiko infeksi.

Pada klien 2 dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, evaluasi

pada klien 2 menunjukkan defisit pengetahuan, 2 diagnosa teratasi pada

hari ketiga yaitu bersihan jalan napas dan hipertermia, sedangkan 2

diagnosa tidak terjadi yaitu resiko jatuh dan resiko infeksi.

B. Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan melihat tentang adanya

kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada

klien 1 dan klien 2 dengan kasus bronkopneumonia yang telah dilakukan oleh

peneliti di RSUD dr.Kanujoso Djatiwibowo. Kegiatan yang dilakukan meliputi


96

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Hasil dari pengkajian didapatkan beberapa data yang ada pada kedua

klien. Pengkajian pada klien 1 dilakukan pada hari kamis tanggal 27 mei

2021, klien 1 berusia 1 tahun dengan hasil secara biologis diantaranya :

keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, pemeriksaan tanda-

tanda vital suhu :38oC, Nadi :125 x/menit, respirasi 35 x/menit dan SpO2 :

97%, dengan keluhan utama demam, lalu ada batuk dan pilek, nafsu makan

menurun tetapi tidak ada penurunan berat badan BB 9 kg PB 68 cm LK 48

cm dan LLA 15.7 cm CRT < 2 detik, turgor kulit baik, tidak memiliki

riwayat alergi, penggunaan otot bantu napas, irama napas tidak teratur cepat

dan dangkal, dengan frekuensi napas 35 x/menit, paru kiri saat mengembang

lebih rendah dibandingkan paru kanan, terdengar bunyi napas tambahan

yaitu ronchi, terpasang nasal kanul 1 lpm, skor humpty dumpty 12 (resiko

jatuh).

Pengkajian pada klien 2 dilakukan pada hari rabu tanggal 2 juni

2021, klien 2 berusia 1 tahun 3 bulan dengan hasil secara biologis

diantaranya : keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis,

pemeriksaan tanda – tanda vital suhu :37.8oC, nadi : 100 x/menit, respirasi :

42 x/menit, turgor kulit baik, CRT<2 detik, memiliki riwayat operasi

penyempitan pada usus terdapat pernapasan cuping hidung pada saat

bernapas, menggunakan otot bantu pernapasan, irama napas tidak teratur


97

cepat dan dangkal, frekuensi napas 42 x/menit, terpasang nasal kanul 2 lpm,

skor skala jatuh humpty dumpty 12 (resiko jatuh).

Pada saat pengkajian, klien 1 dan 2 ditemukan keluhan yang sama

yaitu mengalami demam, batu berdahak, dan pilek. Serta adanya pernapas

cepat dan dangkal, hal ini sesuai dengan teori Wijayaningsih (2013) bahwa

ketika mikroorganisme (bakteri, virus dan jamur) yang masuk ke tubuh

dapat masuk kesaluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis

dari tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan dimana ketika terjadi

peradangan tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada

penderita. Reaksi peradangan ini juga dapat menimbulkan sekret semakin

menumpuk dibronkus dan aliran bronkus menjadi semakin sempit sehingga

pasien merasa sesak.

Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Menurut wijayaningsih

(2013) tanda dan gejala dari bronkopneumonia yaitu demam, anak gelisah,

adanya bunyi napas tambahan seperti rochi, pernapasan cepat dan dangkal

disertai dengan pernapasan cuping hidung, sianosis di sekitar hidung dan

mulut dan kadang – kadang disertai muntah dan diare. Pada klien 1 tidak

ditemukan pernapasan cuping hidung, sianosis muntah dan diare, sedangkan

pada klien 2 tidak ditemukan sianosis, muntah dan diare.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis


98

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(PPNI, 2017).

Menurut PPNI (2017) tanda dan gejala dikelompokkan menjadi dua

kategori yaitu mayor dan minor. Data mayor sekitar 80% - 100% untuk

validasi diagnosis, sedangkan data minor tidak harus ditemukan namun jika

ditemukan dapat mendukung penegakkan diagnosis. Berdasarkan hal

tersebut penelitian dalam kasus asuhan keperawatan pada klien anak dengan

bronkopneumonia menegakkan masalah keperawatan berdasarkan hasil

pengkajian dan data yang didapatkan.

Menurut PPNI (2017) masalah keperawatan yang lazim muncul

pada anak bronkopneumonia adalah bersihan jalan napas tidak efektif b.d

spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas, benda asing dalam jalan napas,

sekresi yang tertahan dan proses infeksi; gangguan pertukaran gas b.d

perubahan membran alveolus-kapiler; hipertermia b.d proses penyakit

(infeksi); defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan; intoleransi aktivitas

b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan kelemahan;

dan resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan dan

diare.

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat 4 diagnosa

keperawatan yang ditegakkan pada klien 1 yaitu bersihan jalan napas tidak

efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan, hipertermia berhubungan

dengan proses penyakit, resiko jatuh ditandai dengan anak usia < 2 tahun,
99

resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif. Sedangkan pada klien

2 ditemukan 5 diagnosa yaitu bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan hipersekresi, hipertermia berhubungan dengan proses

penyakit, defisit pengetahuan berhubungan dengan kekhawatiran keluarga

mengalami kegagalan, resiko jatuh ditandai dengan anak usia < 2 tahun,

resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif..

Berikut pembahasan diagnosa yang muncul sesuai teori pada klien

1 dan klien 2 :

a Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan, hipersekresi.

Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan

membersihan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan

jalan napas tetap paten (PPNI, 2017). Diagnosa yang diperoleh pada

klien 1 yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

sekresi yang tertahan sedangkan pada klien 2 bersihan jalan napas tidak

efektif berhubungan dengan hipersekresi. Menurut PPNI (2017)

diagnosa yang sesuai yaitu bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan hipersekresi jalan napas.

Menurut Nurafif & Kusuma (2016) Mikroorganisme yang masuk

kesaluran pernapasan dapat memicu peradangan yang menimbulkan

sekret yang semakin lama semakin menumpuk dibronkus sehingga

aliran bronkus menjadi sempit dan pasien sesak


100

Berdasarkan PPNI (2017) gejala dan tanda mayor muncul yaitu

batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum berlebih dan adanya

suara napas tambahan. Gejala dan tanda minornya yaitu dispnea, sulit

berbicara, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas

berubah dan pola napas berubah, pada klien 1 dibuktikan klien batuk

tetapi tidak mengeluarkan dahaknya, suara napas ronchi, pernapasan

cepat dan dangkal, frekuensi napas 35 x/menit. Sedangkan pada klien 2

dibuktikan dengan frekuensi napas 42 x/menit, irama napas tidak teratur

cepat dan dangkal suara napas ronchi, batuk produktif.

b Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Hipertermia adalah suhu tubuh meningkat di atas rentang normal

tubuh (PPNI, 2017). Diagnosa yang diperoleh pada klien 1 dan klien 2

yaitu hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. Menurut PPNI

(2017), diagnosa yang sesuai yaitu hipertermia berhubungan dengan

proses penyakit.

Menurut Nurafif & Kusuma (2016) sebagian besar timbulnya

bronkopneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (Bakteri, Jamur,

Virus). Mikroorganisme masuk melalui droplet, invasi ini dapat masuk

kesaluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari

tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi

peradangan tubuh akan menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam

pada penderita.
101

Berdasarkan PPNI (2017), gejala dan tanda mayor yang muncul

yaitu suhu tubuh diatas nilai normal, gejala dan tanda minor yaitu kulit

merah, kejang, takikardia, takpnea, kulit terasa hangat. Pada klien 1

didapatkan data berdasarkan hasil pengkajian yaitu klien mengalami

demam suhu tubuh :38oC, Nadi :125 x/menit, respirasi 35 x/menit dan

badan teraba hangat, sedangkan klien 2 suhu tubuh 37.8oC, nadi : 100

x/menit, respirasi : 42 x/menit dan kulit teraba hangat.

Berikut pembahasan diagnosa yang berbeda dengan teori pada klien

1 dan klien 2 :

a Defisit pengetahuan tentang keamanan fisik anak berhubungan dengan

kurang terpapar informasi

Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi

kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (PPNI, 2017). Diagnosa

yang diperoleh pada klien 2 yaitu defisit pengetahuan tentang keamanan

fisik anak berhubungan dengan kurang terpapar informasi sudah

berdasarkan PPNI (2017)

Berdasarkan PPNI (2017) gejala dan tanda mayor pada diagnosa

defisit pengetahuan yaitu menanyakan masalah yang dihadapi,

menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang

keliru terhadap masalah. Pada klien 2 diagnosa defisit pengetahuan

berdasarkan data ibu mengatakan khawatir terhadap kondisi putrinya,

karna awalnya hanya demam, batuk dan pilek, ibu mengatakan kadang

merasa bingung dengan keadaan putrinya yang sedang sakit,ibu


102

mengatakan selama dirawat anak kurang nyenyak tidurnya, klien

tampak lesu.

Menurut Yuliastati dan Nining (2016) Perawat berperan sebagai

pendidik, baik secara langsung dengan memberi penyuluhan/pendidikan

kesehatan pada orang tua maupun secara tidak langsung dengan

menolong orang tua/anak memahami pengobatan dan perawatan

anaknya. Menurut Notoatmodjo (2012). Pengetahuan dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

Faktor yang mempengaruhi defisit pengetahuan pada orang tua klien 2

karena ini kali pertama anaknya masuk rumah sakit dengan diagnosa

medis bronkopneumonia, sehingga belum pernah terpapar informasi

mengenai bronkopneumonia.

b Resiko jatuh dibuktikan dengan anak usia kurang 2 tahun atau kurang

Resiko jatuh adalah berisiko mengalami kerusakan fisik dan

gangguan kesehatan akibat terjatuh (PPNI, 2017) faktor resiko yang

sesuai dengan kasus tersebut yaitu anak usia < 2 tahun. diagnosa yang

diperoleh pada klien 1 dan klien 2 yaitu resiko jatuh dibuktikan dengan

anak usia 2 tahun atau kurang berdasarkan PPNI (2017). Dari hasil

pengkajian didapatkan data bahwa klien 1 dan klien 2 memiliki masalah

resiko jatuh yang didukung dengan data objektif yaitu anak usia kurang

dari 2 tahun, anak ditempatkan ditempat tidur orang dewasa, pagar

tempat tidur tidak terpasang dan jumlah skor penilaian humpty dumpty

12 (resiko tinggi).
103

Menurut Dewi dan Noprianti (2018). Kejadian jatuh merupakan

masalah serius dirumah sakit terutama pada pasien rawat inap karena

kejadian pasien jatuh merupakan salah satu indikator keselamatan

pasien dan mutu rumah sakit. Sesuai dengan teori, usia anak berkaitan

dengan resiko yang memicu jatuh karena usia anak 2 tahun atau kurang

sangatlah aktif bergerak namun tidak mengenal bahaya disekitarnya.

Berdasarkan hasil study dilapangan selama perawatan tidak ada

kejadian jatuh, penulis berasumsi pada pasien anak usia 2 tahun atau

kurang sangatlah perlu kewaspadaan ekstra bagi orang tua, perawat,

maupun tenaga medis lainnya untuk meminimalisir faktor resiko agar

anak terhindar dari kejadian jatuh.

c Resiko infeksi

Resiko infeksi adalah berisiko mengalami peningkatan terserang

organisme patogenik (PPNI, 2017). Faktor resiko yang sesuai dengan

kasus tersebut yaitu efek prosedur invasif. Dari hasil pengkajian

didapatkan data bahwa klien 1 dan klien 2 terpasang infus ditangan

kanan

Masalah resiko infeksi penulis menyusun intervensi dan melakukan

tindakan keperawatan diantaranya mencuci tangan sebelum dan sesudah

kontak dengan pasien, membatasi jumlah pengunjung dan monitor tanda

dan gejala infeksi. Hasil evaluasi setelah dilakukan perawatan selama 3

hari pada klien 1 dan klien masalah resiko infeksi tidak terjadi.
104

3. Intervensi Keperawatan

Tahapan ketiga dari proses keperawatan adalah intervensi. Intervensi

keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang

didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran

(outcome) yang diharapkan (PPNI, Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia, 2018).

Penulis telah membuat intervensi keperawatan sesuai dengan buku

Standar Intervensi keperawatan Indonesia (SIKI). Menurut buku SIKI,

terdapat empat tindakan dalam intervensi keperawatan yaitu terdiri dari

observasi, teraupetik, edukasi dan kolaborasi.

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan oleh peneliti pada klien 1

dengan diagnosa keperawatan bersihan jalan napas berhubungan dengan

sekresi yang tertahan yaitu observasi : monitor pola napas ( frekuensi,

kedalaman, usaha napas), monitor bunyi napas tambahan, teraupetik :

posisikan semi fowler atau fowler, berikan minum hangat, lakukan

fisioterapi dada, berikan oksigen, kolaborasi : pemberian obat inhalasi.

Pada klien 2 dengan diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan hipersekresi jalan napas yaitu, observasi : monitor pola

napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas), monitor bunyi napas

tambahan, monitor adanya sputum, teraupetik : posisikan semi fowler atau

fowler, berikan minum hangat, lakukan fisioterapi dada, berikan oksigen,

kolaborasi : pemberian obat inhalasi.

Pada diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, pada


105

klien 1 yaitu observasi : monitor suhu tubuh, teraupetik : berikan cairan oral,

berikan kompres pada lipat paha dan aksila, edukasi : anjukan tirah baring,

kolaborasi : pemberian cairan dan elektrolit intravena, pemberian obat .

Pada klien 2 dengan diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses

penyakit yaitu observasi : monitor suhu tubuh, teraupetik : sediakan

lingkungan yang dingin, longgarkan atau lepaskan pakaian, lakukan

pendinginan eksternal, kolaborasi : pemberian cairan dan elektrolit

intravena, pemberian obat intravena

Pada diagnosa defisit pengetahuan tentang keamanan fisik berhubungan

dengan kurang terpapar informasi, pada klien 2 yaitu observasi identifikasi

dan kemampuan menerima informasi, teraupetik : sediakan materi dan

media pendidikan kesehatan, jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

kesepakatan, berikan kesempatan untuk bertanya, edukasi : ajarkan perilaku

hidup bersih dan sehat.

Pada diagnosa resiko jatuh dibuktikan dengan anak usia 2 tahun atau

kurang, pada klien 1 yaitu observasi : identifikasi perilaku dan faktor yang

mempengaruhi resiko jatuh, identifikasi karakteristik lingkungan yang

dapat meningkatkan potensi untuk jatuh, teraupetik : memasang pagar

pengaman tempat tidur, merendahkan posisi tempat tidur, jelaskan kepada

kelurga pasien tentang faktor resiko yang meicu jatuh. Pada klien 2 dengan

diagnosa resiko jatuh dibuktikan dengan anak usia 2 tahun atau kurang

intervensinya yaitu observasi : identifikasi perilaku dan faktor yang

mempengaruhi resiko jatuh, identifikasi karakteristik lingkungan yang


106

dapat meningkatkan potensi untuk jatuh, teraupetik : memasang pagar

pengaman tempat tidur, merendahkan posisi tempat tidur, jelaskan kepada

kelurga pasien tentang faktor resiko yang meicu jatuh.

Pada diagnosa resiko infeksi resiko infeksi dibuktikan dengan efek

prosedur invasif pada klien 1 intervensinya yaitu, observasi : monitor tanda

dan gejala infeksi, teraupetik : cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

keperawatan, batasi pengunjung. Pada klien 2 dengan diagnosa resiko

infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif intervensinya yaitu,

observasi : monitor tanda dan gejala infeksi, teraupetik : cuci tangan

sebelum dan sesudah tindakan keperawatan, batasi pengunjung.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang telah

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah implementasi keperawatan

terhadap pasien secara urut sesuai prioritas masalah yang sudah dibuat

dalam rencana tindakan asuhan keperawatan, termasuk didalamnya nomor

urut dan waktu ditegakkannya suatu pelaksanaan asuhan keperawatan

(Basri, utami, & Mulyadi, 2020)

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2

dilakukan diwaktu yang berbeda yaitu pada klien 1 dilakukan pada tanggal

27 mei s/d 29 mei 2021 dan klien 2 pada tanggal 2 juni s/d 4 juni 2021.

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat dan di

sesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditemukan pada klien.


107

Berdasarkan perencanaan yang dibuat peneliti melakukan tindakan

keperawatan yang telah disusun sebelumnya untuk mengatasi masalah

bersihan jalan napas tidak efektif pada klien 1 yaitu melakukan : monitor

pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas), monitor bunyi napas

tambahan, posisikan semi fowler atau fowler, berikan minum hangat,

lakukan fisioterapi dada, berikan oksigen, pemberian obat inhalasi.

Sedangkan pada klien 2 monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan

usaha napas), monitor bunyi napas tambahan, monitor adanya sputum,

posisikan semi fowler atau fowler, berikan minum hangat, lakukan

fisioterapi dada, berikan oksigen, pemberian obat inhalasi.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah hipertermia pada klien

1 yaitu monitor suhu tubuh, berikan cairan oral, berikan kompres pada lipat

paha dan aksila, anjukan tirah baring, pemberian cairan dan elektrolit

intravena, pemberian obat . Pada klien 2 yaitu monitor suhu tubuh, sediakan

lingkungan yang dingin, longgarkan atau lepaskan pakaian, lakukan

pendinginan eksternal, pemberian cairan dan elektrolit intravena, pemberian

obat intravena

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah defisit pengetahuan

pada klien 2 yaitu identifikasi dan kemampuan menerima informasi,

sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, jadwalkan pendidikan

kesehatan sesuai kesepakatan, berikan kesempatan untuk bertanya, ajarkan

perilaku hidup bersih dan sehat.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah resiko jatuh pada klien


108

1 dan klien 2 yaitu identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi

resiko jatuh, identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan

potensi untuk jatuh, memasang pagar pengaman tempat tidur, merendahkan

posisi tempat tidur, jelaskan kepada kelurga pasien tentang faktor resiko

yang meicu jatuh.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah resiko infeksi pada

klien 1 dan klien 2 yaitu monitor tanda dan gejala infeksi, cuci tangan

sebelum dan sesudah tindakan keperawatan, batasi pengunjung.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa

keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan meliputi data

Subjek (S), data objektif (O), analisa permasalahan (A) klien berdasarkan S

dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa data diatas.

Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses, semua itu dicatat pada formulir

catatan perkembangan (progress note) (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, &

Chairani, 2013)

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama 3

hari pada klien 1 dan klien 2, yaitu bersihan jalan napas pada klien 1 teratasi

pada hari ke 3 tanggal 29 mei 2021 dengan hasil ibu mengatakan anaknya

sudah tidak sesak lagi, ibu mengatakan An.C sudah tidak berdahak lagi,

tidak ada bunyi napas tambahan, RR 28 x/menit, SpO2 99% Nadi 95

x/menit, tidak terdapat otot bantu pernapasan. Sedangkan pada klien 2

teratasi pada hari ke 3 tanggal 4 juni 2021 dengan hasil ibu mengatakan anak
109

sudah tidak batuk lagi, ibu mengatakan anak sudah tidak sesak lagi,

frekuensi napas 30 x/menit, SpO2 98%, tidak ada suara napas tambahan,

tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak menggunakan oksigen lagi

Evaluasi untuk masalah hipertermia pada klien 1 teratasi pada hari

ke 2 pada tanggal 28 mei 2021 dengan hasil ibu mengatakan anaknya sudah

tidak demam lagi, badan teraba tidak panas lagi, suhu 36.8oC, nadi 110

x/menit anak tidak terlalu rewel lagi. Sedangkan pada klien ke 2 hipertermia

teratasi pada hari ke 3 pada tanggal 4 juni 2021 dengan hasil ibu mengatakan

anaknya sudah tidak demam lagi, ibu mengatakan badan anaknya suda tidak

hangat lagi, suhu 36.7oC, nadi 120 x/menit, badan teraba sudah tidak hangat.

Evaluasi untuk masalah defisit pengetahuan pada klien 2 teratasi

pada hari ke 2 pada tanggal 3 juni 2021 dengan hasil orang tua anak

mengatakan mengerti setelah diberikan pendidikan kesehatan, orang tua

sudah tidak khawatir terhadap kesehatan anaknya, orang tua sudah tidak

keliru dengan penyakit anaknya.

Evaluasi untuk masalah resiko jatuh dan resiko infeksi pada klien 1

dan klien 2 selama 3 hari perawatan yaitu masalah tersebut tidak terjadi

sampai pasien pulang.


110

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB

IV penulis mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Hasil pengkajian antara klien 1 dan klien 2 terdapat persamaan dan

perbedaan. Pada kasus ditemukan data kedua klien mengalami keluhan

utama demam, lalu ada batuk dan pilek. Sedangkan perbedaannya yaitu

Pada klien 1 tidak ditemukan pernapasan cuping hidung, sianosis muntah

dan diare, sedangkan pada klien 2 tidak ditemukan sianosis, muntah dan

diare.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien bronkopneumonia

menurut teori pada bab dua terdapat 6 diagnosa. Pada klien 1 dan klien 2

terdapat 2 diagnosa yang muncul sesuai teori yaitu bersihan jalan napas dan

hipertermia. Terdapat 2 diagnosa yang berbeda dengan teori pada klien 1

yaitu resiko jatuh dan resiko infeksi, sedangkan pada klien 2 terdapat 3

diagnosa yang berbeda dengan teori yaitu defisit pengetahuan, resiko jatuh

dan resiko infeksi.


111

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien 1 dan klien 2

sesuai dengan diagnosa yang muncul. Intervensi yang diberikan pada klien

1 dan klien disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan klien.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

yang telah penulis susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada

klien 1 dan klien 2 sesuai dengan intervensi yang telah direncakan sesuai

dengan kebutuhan klien anak dengan bronkopneumonia.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil

menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari

tindakan. Evaluasi keperawatan yang dilakukan peneliti dibuat dalam

bentuk SOAP. Evaluasi pada klien 1 dan klien 2 semua masalah teratasi.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian yang peneliti dapatkan dapat menjadi bahan acuan

dan menjadi bahan pembanding pada paneliti selanjutnya dalam melakukan

penelitian pada klien anak dengan bronkopneumonia.


112

2. Bagi Tempat Penelitian

Studi kasus pada klien 1 dan klien 2 dengan asuhan keperawatan

pada klien anak dengan bronkopneumonia dapat menjadi acuan bagi

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan

komprehensif.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan agar selalu menambah ilmu pengetahuan

dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia secara

komprehensif dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan yang terbaru.


113

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, D., & Angraeni, w. (2017). Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia pada


Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek.

Basri, B., utami, T., & Mulyadi, E. (2020). Konsep Dasar Dokumentasi Keperawa-
tan. Bandung: CV. Media Sains Indonesia.

Depkes RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Dirjen
Binkesmas.

Dewi, T., & Noprianty, R. (2018). Phenomenologi study: Risk Factors Related To
Faal Incidence In Hospitaliced Pediatric Patient With Theory Faye G. Ab-
dillah.

Dinarti, Aryani, Nurhaeni, & Chairani. (2013). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:


Trans Info Media.

Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. (2018). Profil Kesehatan Kalimantan Timur


2017. samarinda.

Dinas Kesehatan Kota Balikpapan. (2017). profil kesehatan. balikpapan.

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

KEMENKES. (2018). Health Statistic. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.

Maha, n. (2019). konsep dan Proses Dasar Keperawatan Terhadap Pasien Anak,
3-4.

Mendiri, & Prayogi. (2016). Asuhan Keperawatan Anak & Bayi Resiko Tinggi.
Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

mubarak. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas 2 : Konsep dan Aplikasi. Jakarta:


Salemba Medika.
114

Notoatmodjo. (2012). konsep perilaku dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Nurafif, a. h., & Kusuma, h. (2016). asuhan keperawatan. jogjakarta: Mediaction


Jogja.

nurafif, a. h., & kusuma, h. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. jogjakarta.

padila. (2012). buku ajar : Keperawatan Keluarga. yogyakarta: nuha medika.

Pearce, E. C. (2016). ANATOMI DAN FISIOLOGIS UNTUK PARAMEDIS. Jakarta:


PT. Gramedia Pustaka Utama.

PPNI. (2017). Buku standar diagnosa keperawatan indonesia. Jakarta.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. jakarta selatan: dewan


pengurus pusat PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan: dewan


pengurus pusat PPNI.

rahajoe, & nastitie. (2010). buku ajar respirologi anak. jakarta: badan penerbit
IDAI.

Samuel, a. (2015). bronkopneumonia on pediatric patient, 1.

Setiadi. (2012). konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan teori dan
praktik. Jakarta: Graha Ilmu.

Smeltzer, s. c., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
jakarta: Brunner & Suddarth, EGC.

Soediono. (2014). Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak di Indonesia. ja-


karta: Kementerian Kesehatan RI.

Soetjiningsih. (2012). pertumbuhan dan perkembangan anak. Jakarta: EGC.


115

utami, y. (2014). Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak.

WHO. (2019). Geneva : World Health Organizatition. Pneumonia.

Widyanto. (2014). Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijaya, A., & Putri, Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. yogyakarta: Nuha
Medika.

Wijayaningsih. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.

Yuliastati, & nining. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

yuniarti, s. (2016). Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi, Balita dan Anak Pra-
sekolah. Bandung: PT Refika Aditama.

Yustiana, O., & Abdul, G. (2016). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kemen-


terian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai