Anda di halaman 1dari 117

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA


BRONKIAL DENGAN PEMBERIAN SEGMENTAL
BRETHING DI SAKIT RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH PEMANGKAT
TAHUN 2023

Diusulkan Oleh :

YUNITA
NIM: 20186123053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIPLOMA III
TAHUN 2022/2023
KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA


BRONKIAL DENGAN PEMBERIAN SEGMENTAL
BRETHING DI SAKIT RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH PEMANGKAT
TAHUN 2023

Diusulkan Oleh :

YUNITA
NIM: 20186123053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIPLOMA III
TAHUN 2022/2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH


STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA
BRONKIAL DENGAN PEMBERIAN SEGMENTAL
BRETHING DI SAKIT RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH PEMANGKAT
TAHUN 2023

Diusulkan Oleh :

YUNITA
NIM. 20186123053

Telah disetujui di Singkawang


Pada tanggal, 12 Januari 2022

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Ns.Raju Kapadia, S.Kep, M.Med.Ed Marsia,S. ST, M.Kes


NIDN. 4018048101 NIDN. 4006066301

Ketua Prodi D-III Keperawatan

Nurbani, S.Kp, M.Kep


NIP.197603282002122001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH


STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA
BRONKIAL DENGAN PEMBERIAN SEGMENTAL
BRETHING DI SAKIT RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH PEMANGKAT
TAHUN 2023

Telah dipersiapkan dan disusun oleh

YUNITA
NIM. 20186123053

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


Pada tanggal 19 Januari 2022

Tim Penguji :
Tanda Tangan

1. Ketua : Wiradianto Putro, S.Kep., MPH …………..


2. Anggota : Marsia, S.ST.M.Kes …………..
3. Anggota : Ns. Raju Kapadia, S.Kep, M.Med.Ed …………..

Singkawang, ………………

Mengetahui :
Ketua Jurusan Ketua Prodi

Ns. Raju Kapadia, S.Kep, Nurbani, S.Kp, M.Kep


M.Med.Ed NIP.197603282002122001
NIP.198104182002121006

iii
BIODATA PENULIS

Nama : Yunita
Tempat, tanggal lahir : SB.Usrat 04 September 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl.Pendidikan Desa Sarang Burung Usrat kec.jawai
Nomor HP : 083151034046
Email : ayuyunita@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK : TK (2006-2007)
2. SD : SDN 22 SB.Usrat (2006-2012)
3. SMP : SMP Negeri 02 SB.Usrat (2012-2015)
4. SMA : SMA Negeri 01 jawai (2015-2018)
5. PT : Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak
Jurusan Keperawatan Singkawang (2018-2022)

iv
ABSTRAK

KARYA TULIS ILMIAH


STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA
BRONKIAL DENGAN PEMBERIAN SEGMENTAL
BRETHING DI SAKIT RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH PEMANGKAT
TAHUN 2023

Yunita ¹, Raju Kapadia², Marsia³


Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak
email: yunitaayu0409@gmail.com

Asma bronkial merupakan penyakit alergi yang masih menjadi masalah kesehatan baik di
negara maju maupun negara berkembang. Prevalensi serta rawat inap asma bronkial
dinegara maju semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan survei pendahuluan
yang dilakukan di Rumah Sakit Pemangkat, jumlah pasien gagal ginjal keseluruhan pada
tahun 2021 sebanyak 70 pasien, tahun 2022 sebanyak 30 pasien, dan pada tahun 2023
sebanyak 31 orang hingga di bulan maret.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana Asuhan
Keperawatan pada Pasien Asma Bronkial di Ruang Penyakit Dalam 2 Rumah Sakit
Pemangkat secara rinci.
Metode dalam pengambilan kasus dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
purposive sampling, yaitu pengambilan kasus sesuai dengan tujuan penelitian kualitatif,
dengan pendekatan studi kasus.
Hasil yang peneliti dapatkan, yaitu sedikit kesenjangan antara teori yang di dapatkan
dengan praktek yang dilakukan pada asuhan keperawatan. Selama 3 hari pengkajian
hingga evaluasi pada Ny. S dan Tn.J mendapatkan tindakan perawatan pasien dengan
Asma Bronkial. Adapun diagnosa yang terdapat pada tinjauan teoritis tidak semuanya ada
dalam tinjauan kasus. Ini disebabkan oleh perbedaan respon individu dan evaluasi respon
klie keduanya tidak jauh berbeda.
Kesimpulan dari asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
dilaksanakan pada asuhan keperawatan yang terdiri dari pengakjian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, saran yang diharapkan dapat memberikan
pelayanan dan mempertahankan hubungan kerjasama yang baik antar tim kesehatan
maupun pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang
optimal.

Kata Kunci : asma bronkial, keperawatan medical bedah, asuhan keperawatan


Daftar Pustaka : 28 daftar pustaka (2015-2022)
Keterangan : 1) Peneliti, 2) Pembimbing Utama, 3) Pembimbing Pendamping

v
ABSTRAC

CASE STUDY SCIENTIFIC PAPERS


OF NURSING CARE IN PATIENTS WITH BRONCHIAL
ASTHMA WITH SEGMENTAL BREATHING
IN REGIONAL PUBLIC HOSPITAL

Yunita ¹, Raju Kapadia², Marsia³


Pontianak Ministry of Health Health Polytechnic
email: yunitaayu0409@gmail.com

Bronchial asthma is an allergic disease that is still a health problem in both developed and
developing countries. The prevalence and hospitalization of bronchial asthma in
developed countries is increasing from year to year. Based on a preliminary survey
conducted at Pemangkat Hospital, the total number of kidney failure patients in 2021 was
70 patients, in 2022 there were 30 patients, and in 2023 there were 31 people until March.
The purpose of this study was to obtain an overview of how the Nursing Care of
Bronchial Asthma Patients in the Internal Medicine Room 2 of Pemangkat Hospital is
detailed.
The method of taking cases in this study was carried out using a purposive sampling
method, namely taking cases in accordance with the objectives of qualitative research,
using a case study approach.
The results that the researchers got, namely a slight gap between the theory obtained and
the practice carried out in nursing care. During the 3 days of assessment to evaluation on
Mrs. S and Mr.J received treatment for a patient with bronchial asthma. The diagnoses
contained in the theoretical review are not all in the case review. This is caused by
differences in individual responses and the evaluation of client responses is not much
different.
Conclusions from nursing care using the nursing process approach implemented in
nursing care which consists of assessment, diagnosis, planning, implementation and
evaluation, suggestions that are expected to provide services and maintain good
cooperative relationships between the health team and patients so as to improve the
quality of nursing care services optimal.

Keywords : bronchial asthma, medical surgical nursing, nursing care


Bibliography : 28 bibliography (2015-2022)
Description : 1) Researcher, 2) Main Supervisor, 3) Associate Advisor

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya
yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada Pasien
Asma Bronkial dengan Pemberian Segmental Breathing di RSUD Pemangkat ”
dapat terselesaikan.
Selanjutnya, ucapan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan
kepada kedua orang tua saya, Bapak Agus salam dan Ibu Ida yang telah
memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan ini.
Dengan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini, perkenankan pula saya untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz, M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Bapak Dr. Yana Sumartana selaku Direktur RSUD Pemangkat yang telah
memberikan izin penelitian.
3. Ibu Nurbani, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
4. Bapak Ns. Raju Kapadia, S.Kep, M.Med.Ed selaku Ketua Prodi D-III
keperawatan sekaligus pembimbing utama dalam proses pembuatan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah, atas bimbingan, saran, dan motivasi yang
diberikan.
5. Ibu Marsia, S.ST.M.Kes, selaku dosen pembimbing II dalam penyusunan
proposal karya tulis ilmiah, atas bimbingan, saran, dan motivasi yang
diberikan.
6. Bapak Wiradianto Putro, S.Kep., MPH atas kesedian untuk menguji Karya
Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh Dosen, Instruktur dan Staf Jurusan Keperawatan serta semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

vii
Penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah
ini. Penulis tetap mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan
Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti
dan pihak lain yang membutuhkan.

Singkawang,

Penulis,

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................
ii..................................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................
iii
BIODATA PENULIS................................................................................................
iv
ABSTRAK.................................................................................................................
v
ABSTRAC.................................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR...............................................................................................
vii
DAFTAR ISI..............................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL......................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
1
B. Rumusan masalah...........................................................................................
5
C. Tujuan penelitian............................................................................................
5
D. Manfaat penelitian..........................................................................................
6
E. Keaslian penelitian.........................................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit.............................................................................................
10....................................................................................................................
1. Pengertian.................................................................................................
10

ix
2. Anatomi fisilogi.......................................................................................
11
3. Klafikasi asma..........................................................................................
13
4. Etiologi.....................................................................................................
13
5. Patofiologi................................................................................................
14
6. Patway......................................................................................................
17
7. Manifestasi klinis.....................................................................................
18
8. Pemeriksaan penunjang............................................................................
19
9. Penatalaksanaan.......................................................................................
20
10. Komplikasi...............................................................................................
22
B. Segmental Breathing......................................................................................
22
1. Pengertian................................................................................................
22
2. Fungsi segmental breathing.....................................................................
23
3. Pengembangan ekpansi thoraks..............................................................
23
4. Indikasi....................................................................................................
24
5. Keuntungan.............................................................................................
24
6. Latihan segmental breathing...................................................................
24

x
C. Konsep asuhan keperawatan..........................................................................
26....................................................................................................................
1. Pengkajian................................................................................................
26..............................................................................................................
2. Diagnosa keperawatan.............................................................................
31..............................................................................................................
3. Intervensi..................................................................................................
32..............................................................................................................
4. Implamentasi............................................................................................
36..............................................................................................................
5. Evaluasi....................................................................................................
36
D. Kerangka teori................................................................................................
37....................................................................................................................
E. Kerangka konsep............................................................................................
37....................................................................................................................
F. Pertanyaan.......................................................................................................
38..............................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain penelitian............................................................................
39....................................................................................................................
B. Partisipan........................................................................................................
39
C. Waktu dan tempat penelitian..........................................................................
40
D. Definisi operasional.......................................................................................
41
E. Metode pengumpulan data.............................................................................
41
F. Prosedur penelitian.........................................................................................
42

xi
G. Instrumen penelitian.......................................................................................
43....................................................................................................................
H. Analisa data....................................................................................................
43
I. Etika penelitian...............................................................................................
44
J. Rencana jadwal penelitian..............................................................................
45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil................................................................................................................
46....................................................................................................................
B. Pembahasan....................................................................................................
89....................................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.....................................................................................................
95....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Data Pasien Asma .............................................................


Tabel 1.2 Keaslian Penelitian........................................................................
.......................................................................................................
Tabel 2.1 Intervensi asma bronkial................................................................
Tabel 3.1 Jadwal penelitian Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada pasien
asma bronkial dengan pemberian segmental brething ..................
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny.S.........................................
Tabel 4.2 Terapi Medis Ny. S........................................................................
Tabel 4.3 Analisis Data Ny. S........................................................................
Tabel 4.4 Tabel Diagnosa Keperawatan Ny. S .............................................
Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan Ny. S ......................................................
Tabel 4.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Ny. S ...........................
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tn.J...........................................
Tabel 4.8 Terapi Medis Tn.J..........................................................................
Tabel 4.9 Analisis Data Tn.J..........................................................................
Tabel 4.10 Tabel Diagnosa Keperawatan Tn.J................................................
Tabel 4.11 Intervensi Keperawatan Tn.J.........................................................
Tabel 4.12 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .....................................

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 anatomi fisiologi.....................................................................................


11
gambar 2.1 patway ....................................................................................................
17
Gambar 2.3 Kerangka Teori.......................................................................................
37................................................................................................................................
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Teori.........................................................................
37
Gambar 4.1 genogram Ny S.......................................................................................
47
Gambar 4.2 genogram Tn.J .......................................................................................
68

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma bronkial merupakan penyakit alergi yang masih menjadi
masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang.
Prevalensi serta rawat inap asma bronkial dinegara maju semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Beberapa faktor resiko perkembangan asma bronkial
adalah sudah diketahui secara pasti yaitu termasuk antara lain : riwayat
keluarga, tingkat sosial ekonomi rendah, etnis, daerah perkotaan, lokasi
geografis, memelihara anjing dan kucing di rumah, dan paparan asap rokok.
Asma adalah penyakit yang dapat terjadi pada semua usia dan dapat
menyerang pria maupun wanita. Dari waktu ke waktu, ada kecenderungan
peningkatan pada pasien ini. Berbagai obat baru telah dikembangkan dan
digunakan untuk mengobati penyakit ini, tetapi kematian akibat penyakit ini
juga ditemukan meningkat di Negara maju.
Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran napas yang
ditandai dengan hipersensitivitas, produksi mucus, dan edema mukosa.
Peradangan ini berkembang menjadi episode pengurangan gejala asma
seperti batuk, sesak dada, mengi, dan dyspnea. Pasien dengan asma dapat
memiliki siklus gejala yang bergantian, dengan beberapa menit, jam, dan
hari terakhir ( Brunner & Suddarth 2017 ). Asma adalah penyakit paru
kronis yang menimbulkan gejala seperti sesak napas, dada sesak, dan batuk
terutama pada dini hari dan malam hari. Penyempitan saluran napas akibat
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu stenosis atau inflamasi
sementara (masriadi 2016).
Berdasarkan laporan World Health Organizatoin, tahun 2020
menyatakan bahwa saat ini ada sekitar 235 juta pasien asma yang masih
hidup. Lebih dari 80% kematian akibat asma terjadi di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. (WHO, 2020). Prevalansi asma pada
tahun 2016 sekitar 235 juta dan angka kematian di negara berkembang lebih
dari 80%. Asma adalah masalah kesehatan global, mempengaruhi sekitar

1
2

118% dari populasi sebagai negara di dunia. Angka kemaian global akibat
asma diperkirakan 250.000 per tahun. Penyakit ini merupakan salah satu
penyakit utama yang memerlukan penanganan pasien baik di rumah sakit
maupun di rumah. (ikwati, 2016).
Prevalensi asma di provensi Kalimantan barat sebesar 3,19% ( kisaran
2,89%-3,52% ), tertinggi terdapat di kota singkawang dan disususl oleh
kabupaten bengkayang, sambas, kayong utara serta terdapat disemua
kabupaten/kota. Diagnosis oleh Nakes sebesar 95%, maka cakupan kasus
asma oleh tenaga medis sebesar 59,61% ( Riskesdas, 2018). Asma
merupakan gangguan heterogen yang ditandai dengan adanya peradangan
saluran kronis pada saluran napas yang diikuti dengan gejala saluran
pernapasan seperti mengi, sesak napas dan batuk yang intensitasnya
bervariasi dan dari waktu ke waktu dengan aliran udara yang terbatas pada
saat ekspirasi. (GINA,2018).
Penelitian yang dilakukan Fernandes, Cukier, dan Feltrim (2011)
menyatakan bahwa latihan pernapasan diafragma selama dua minggu dapat
meningkatkan pola pernapasan dan ventilasi paru pada pasien COPD.
Menurut Aini, Sitorus, dan Budiharto (2008), bahwa latihan pernapasan
diafragma mampu meningkatkan ventilasi alveolar dan membantu
mengeluarkan CO2 pasien PPOK. Widjanegara, et al. (2015) menambahkan
bahwa dengan melakukan latihan pernapasan diafragma sebanyak tiga kali
dalam seminggu, selain dapat meningkatkan saturasi oksigen, dapat
menurunkan frekuensi kekambuhan pada pasien asma. Hasil analisis
didapatkan rata usia kelompok intervensi (46,00±7,98 tahun) dan rata-rata
usia kelompok kontrol (48,07±7,80 tahun). Nilai p yang didapatkan untuk
usia antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol yaitu 0,494 (p>
0,05), berarti tidak ada perbedaan bermakna (homogen) antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol yang berarti kedua kelompok dapat
dibandingkan. Rerata IMT kelompok intervensi didapatkan nilai 21,50±1,35
kg/m² dan rerata IMT kelompok kontrol didapatkan nilai 21,79±0,89 kg/m².
Hasil analisis didapatkan bahwa sebagian besar subjek penelitian dengan
jenis kelamin perempuan baik kelompok intervensi maupun kelompok
3

kontrol dengan persentase kedua kelompok sama yaitu 85,7% (12 orang).
Sebagian besar subjek penelitian dengan riwayat merokok baik kelompok
intervensi maupun kelompok kontrol memiliki persentase yang sama yaitu
85,7% (12 orang) untuk masing-masing kelompok.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa frekuensi serangan asma sebelum
dilakukan intervensi latihan pernafasan diafragma dengan rata-rata (5.20),
standar deviasi (1.190) dan median (5.00) (lihat tabel 1). Dari tabel 2 dapat
dilihat hasil penelitian setelah dilakukan intervensi latihan pernafasan
diafragma diketahui rata-rata (2.52), standar deviasi (1.229) dan median
(2.00). Dari tabel 3 menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian ini < dari
50 sehingga dilakukan uji shapiro-wilk. uji normalitas data dalam penelitian
ini diperoleh nilai p value ≥ 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji paired t test.
Menurut Dinkes tahun 2018 kejadian kekambuhan asma di Kalbar
berjumlah 937 orang sedangkan kejadian asma yang diperoleh dari 28 data
dan tiga RSUD yang ada di kabupaten sambas sebanyak 131 orang, dan
salah satu RSUD pemangkat yang terdapat di kabupaten sambas yang
banyak melayani pasien yang menderitas asma.
Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan peneliti pada laporan
tahunan di RSUD Pemangkat, jumlah pasien dari tahun 2015-2021 adalah
sebagai berikut :
Table 1.1 jumlah pasien dengan diagnosa Asma Bronkial Rawat
Inap RSUD Pemangkat periode tahun 2015-2021.
No Tahun Jumlah Pasien
1. 2015 30 orang
2. 2016 57 orang
3. 2017 70 orang
4. 2018 55 orang
5. 2019 76 orang
6. 2020 70 orang
7. 2021 31 orang
(sumber: RSUD Pemangkat, 2015-2021).
Asuhan keperawatan asma bronkial di ruang inap RSUD Pemangkat
melewati pintu Unit Gawat Darurat. Pasien diterima dengan penanganan
pertama mengukur tanda-tanda vital, pemebrian Ventolin nebulizer,
4

pemasangan oksigen, pemberian cairan intavena, mengajarkan batuk efektif.


Kemuadian paien di observasi, bila stabil dilanjutkan diruang perawatan.
Di RSUD Pemangkat penangan asma bisa dilakukan di ruang inap
penyakait dalam. Perawatan biasanya dilakukan selama 3 hari, dan salah
satu penanganan masalah pernapasan menggunakan oksigen sesuai
kebutuhan pasien. Oksigen adalah salah satu prioritas utama untuk pasien
asma.
Peran perawat untuk merawat pasien dengan asma adalah melalui
pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan
melalui pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan,
implamentasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Perawat juga perlu
memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien dan keluarga agar tetap
tabah,sabar, dan berdoa agar diberikan kesembuhan, serta keluarga dapat
merawat pasien dirumah dengan mengikuti semua anjuran dokter dan
perawat.
Dari data diatas, peneliti tertarik untuk mengali dan ingin mengetahui
dan melaksanakan pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif
pada pasien dengan asma bronkial. Peneliti berencana untuk membuat
asuhan keperawatan pada pasien dengan asma bronkial, namun ditambah
dengan tindakan khusus seperti latihan segmental breathing serta menggali
faktor penyebab kekambuhan. Selain itu, peneliti juga melakukan tindakan
terapi non farmakolgi didalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
penderita asma.
Segmented breathing adalah sebuah tindakan keperawatan mandiri
yang diberikan kepada pasien asma dan berguna untuk membantu
meningkatkan pengembangan ekspansi thoraks dan meningkatkan perluasan
lokal dari paru-paru. Latihan ini merupakan latihan pernapasan dengan
teknik melakukan ekspirasi secara rileks, dengan memberikan stimulasi
pada bagian thoraks yang mengalami penurunan. (Sultanpuramet al.,2016).
Tujuan dari segemental breathing adalah untuk membantu meningkatkan
pengembangan ekspansi thoraks dan meningkatkan perluasan lokal dari
paru-paru. Penurunan aktivitas fungsional pada pasien dapat disebabkan
5

karena adanya sesak napas. Penanganan fisioterapi dengan segmental


breathing dapat membantu mengurangi sesak napas pasien dan gejala
lainnya. Dari hasil pemberian terapi khusus segmental breathing peneliti
ingin mendapatkan perubahan bagi penderita asma.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma Bronkial di RSUD
Pemangkat dengan tindakan mandiri segmented breathing.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma Bronkial di
RSUD Pemangkat?

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Bagaimana “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma Bronkial
di RSUD Pemangkat.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan proses pelaksanaan pengkajian keperawatan pada
pasien asma bronkial melalui laporan kasus.
b. Mendeskripsikan proses pelaksanaan dan menetapkan diagnose
keperawatan pada pasien asma bronkial.
c. Mendeskripsikan dan perencanaan intervensi keperawatan pada pasien
asma bronkial.
d. Mendeskripsikan dan pelaksanaan tentang implamentasi keperawatan
pada pasien asma bronkial.
e. Mendeskripsikan dan proses evaluasi keperawatan pada pasien asma
bronkial.
f. Mendeskripsikan proses pelaksanaan latihan nafas segmental
breathing pada pasien dengan asma bronkial.
6

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
Manfaat bagi penulis adalah untuk menambah pengetahuan, wawasan
dan pengalaman dalam penerapan serta pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada Pasien Asma Bronkial.
2. Manfaat Bagi Mahasiswa Jurusan Keperawatan Singkawang
Untuk tambahan referensi dan masukkan sebuah penelitian keperawatan
terutama tentang asma bronkial dan sebagai tambahan informasi di dalam
pembelajaran khususnya keperawatan medical bedah.
3. Manfaat Bagi Partisipan dan Keluarga Partisipan
Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang asma bronkial serta dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien penderita asma bronkial.
4. Manfaat bagi RSUD Pemangkat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan rujukan
metode pelaksanaan tindakan dan meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan pada pasien dengan asma bronkial di ruang penyakit dalam
RSUD Pemangkat.

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.2 Keaslian Penelitian.
Judul Metode
NO Peneliti Tahun Hasil Tujuan
Penelitian penelitian
1 DIAPHRAGM Kiki Jurnal Hasil penelitian Penelitian ini Jenis penelitian
BREATHING Oktaviani Vokasi ini diketahui bertujuan yang digunakan
EXERCISE 1, Marlin Keperawata bahwa frekuensi untuk dalam penelitian
INFLUENCE Sutrisna 2 n (JVK) serangan asma mengetahui ini adalah
ON Volume 4 sebelum untuk melatih penelitian
BRONCHIAL No 2 dilakukan cara bernapas kuantitatif
ASTHMA Desember intervensi latihan yang benar, dengan desain
ATTACKS IN 2021 pernafasan melenturkan penelitian quasy
BENGKULU Program diafragma dengan dan eksperiment
Study of rata-rata (5.20), memperkuat design dengan
Nursing standar deviasi otot pendekatan pre
Universitas (1.190) dan pernapasan, test-post test one
median (5.00) group design.
(lihat tabel 1).
2 Analisis Marisa 1 Hasil yang Karya Ilmiah Penelitian ini
Praktik Klinik Ahni1 , Mahasiswa didapat pada Akhir Ners ini menggunakan
7

Judul Metode
NO Peneliti Tahun Hasil Tujuan
Penelitian penelitian
Keperawatan Ramdh Program analisa dari bertujuan penelitian pra
pada Pasien any Studi ketiga pasien untuk eksprimen
Asma dengan Ismah Profesi Ners adalah adanya melakukan dengan desain
Terapi Teknik mudi2 STIKES penurunan analisa one group
Pernapasan Muhammad keluhan sesak terhadap kasus pretestpostest
Buteyko di iyah napas yang kelolaan design.teknik
Ruang Instalasi Samarinda 2 dirasakan klien dengan pengambilan
Gawat Darurat Dosen dan adanya penggunaan sampel
RSUD Abdul Program peningkatan terapi penelitian
Wahab Studi kemampuan pernapasan eksperimen
Sjahranie Profesi Ners menahan napas buteyko pada minimal 15
Samarinda STIKES pada setiap pasien asma di responden yang
Muhammad latihan. Ruang instalasi dianalisis dengan
iyah Penerapan gawat darurat uji Wilcoxon.
Samarinda. intervensi inovasi (IGD) RSUD
Tahun 2015 perlu dilakukan Abdul Wahab
di ruang Instalasi Sjahranie
Gawat Darurat Samarinda
agar pasien dapat
mengontrol
pernapasan saat
serangan asma
terjadi.
3 Latihan Dian 1. School of penelitian untuk Pada Tabel 1 Penelitian ini
Pernapasan Kartikasar Health menguji pengaruh hasil analisis merupakan
Diafragma i1 , Ikhlas Sciences of latihan didapatkan penelitian
Meningkatkan Muhamm Muhammad pernapasan rerata usia kuantitatif
Arus Puncak ad Jenie2 , iyah diafragma kelompok menggunakan
Ekspirasi Yanuar Pekajangan terhadap intervensi metode true
(Ape) Dan Primanda Pekalongan, peningkatan Arus (46,00±7,98 eksperimen
Menurunkan 3 Central Java Puncak Ekspirasi tahun) dan dengan bentuk
Frekuensi 51172, (APE) dan rerata usia pretest-posttes
Kekambuhan Indonesia 2. penurunan kelompok with control
Pasien Asma Faculty of frekuensi kontrol group di mana
Medicine kekambuhan (48,07±7,80 pada kelompok
and Health pasien asma tahun). Nilai p pertama
Sciences yang diberikan obat
Universitas didapatkan asma dan
Muhammad untuk usia tambahan
iyah antara intervensi latihan
Yogyakarta, kelompok pernapasan
Yogyakarta intervensi dan diafragma dan
55183, kelompok kelompok kedua
Indonesia 3. kontrol yaitu adalah kelompok
Nursing 0,494 (p> kontrol yang
Master 0,05), berarti diberikan obat
Program tidak ada asma
Universitas perbedaan
Muhammad bermakna
iyah (homogen)
8

Judul Metode
NO Peneliti Tahun Hasil Tujuan
Penelitian penelitian
Yogyakarta, antara
Yogyakarta kelompok
55183, intervensi dan
Indonesia kelompok
kontrol yang
berarti kedua
kelompok
dapat
dibandingkan.
Rerata IMT
kelompok
intervensi
didapatkan
nilai
21,50±1,35
kg/m² dan
rerata IMT
kelompok
kontrol
didapatkan
nilai
21,79±0,89
kg/m². Hasil
analisis
didapatkan
bahwa
sebagian besar
subjek
penelitian
dengan jenis
kelamin
perempuan
baik kelompok
intervensi
maupun
kelompok
kontrol dengan
persentase
kedua
kelompok
sama yaitu
85,7% (12
orang).
Sebagian besar
subjek
penelitian
dengan riwayat
merokok baik
kelompok
intervensi
9

Judul Metode
NO Peneliti Tahun Hasil Tujuan
Penelitian penelitian
maupun
kelompok
kontrol
memiliki
persentase
yang sama
yaitu 85,7%
(12 orang)
untuk masing-
masing
kelompok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Asma


1. Pengertian
Asma bronkial adalah penyakit pernapasan kronis. Kondisi ini
disebabkan oleh peradangan saluran udara, menyebabkan hipersentivitas
bronkus terhadap peradangan dan penyumbatan saluran udara. Gejala klinis
asma, biasanya berupa mengi, sesak napas, nyeri dada, dan batuk. Ini
berubah dari waktu ke waktu dengan aliran udara pernafasan terbatas.
Gejala ini biasanya diperparah saat terpapar allergen debu,asap rokok dan
lain-lain. Ini terjadi pada malam hari atau saat orang mengalami demam atau
penyakit lain. ( Global Initiative of Asthma,2018 ).
Asma adalah salah satu penyakit pernapasan yang paling umum pada
anak-anak dan orang dewasa. Menurut global initiative for asthma (GINA)
tahun 2015, asma didefinisikan sebagai” penyakit heterogen yang ditandai
dengan adanya peradangan kronis pada saluran udara”. Hal ini ditentukan
dengan adanya gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, dada terasa
sesak, dan batuk. Gejala-gejala ini bervariasi dalam waktu dan intensitas,
diikuti oleh pembatasan aliran dan pernafasan.(kementrian kesehatan RI,
2017).
Asma bronkial adalah penyakit pernafasan yang disebabkan oleh
rangsangan spesifik yang menyerang trakea dan bronkus. Asma bronkial
dapat terjadi pada semua kelompok umur, dari anak-anak hingga
dewasa,dan paling sering terjadi pada anak-anak, dengan sebagian besar dari
kematian terjadi pada orang dewasa. Pasien yang mengalami pola
pernafasan tidak efektif mengalami actual atau potensi penurunan ventilasi
yang disebabkan oleh perubahan pola pernapasan. Faktor yang
mempengaruhi asma bronkial antara lain faktor alergi, faktor non alergi,
faktor psikologis, faktor genetik, dan faktor lingkungan. Ketidakefejtifan
pola pernapasan ditandai dengan suara siulan,sesak napas, dan penggunaan
otot bantu napas. ( Bintari Retna,2018).

10
11

2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 anatomi fisiologi


a. Hidung
Hidung adalah saluran udara yang mempunyai dua lubang yang
dipisahkan oleh sekat hidung yang dilapisi selaout lendir semua sinus
yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung, daerah
pernapaan dilapisi dengan epithelium silender dan sel epitel berambut
yang mengandung sel cangkir atau sel lendir.
b. Faring ( tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorang
sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang
rawan krikoid, tempat persimpangan antara jalan napas dan makanan
terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut
sebelah depat dan terdapat buah tonsil kiri dan kanan dari tekak.
c. Laring ( tenggorokan )
Laring terdapat dibagian terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebrata, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrata
servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. Laring merupakan
saluran yang bertindak sebagai pembentukkan suara.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan mempunyai panjang sekitar 9-11
cm, dibentuk oleh 16-22 cicin yang terdiri dari tulang –tulang rawan
12

yang berbentuk seperti huruf C. Trakea dilapisi selaput lendir yang


terdiri atas epitalium bersilia dan sel cangkir. Sel bersilia berguna untuk
mengeluarkan benda asing yang masuk bernama udara pernapasan.
Tulang rawan berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka,
e. Bronkus
Lanjutan dari trakea, ada dua buah yang terdapat pada ketinggian
vertebral torakalis ke IV dan V. Bronkus kanan lebih pendek dan besar
dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang.,
bronkus kiri lebih panjang dan ramping dari bronkus kanan terdiri dari
9-12 cincin mempunyai dua cabang bronkus, bercabang-cabang, cabang
yang kecil disebut bronchioles . pada bronchioles terdapat gelombang
paru satu, gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru
mengisi rongga dada. Terletak disebalah kanan dan kiri dan ditengah
dipisahkan oleh jantung beserta oleh pembuluh darah besarnya dan
struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.
Paru-paru adalah organ berbentuk kerucut dengan apeks diatas dan
muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula didalam dasar leher. Paru-
paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan
dalam yang memuat tampuk paru-paru, sisi belakang menyetuh tulang
belakang, dan bagian depan menutupi sebagian sisi depan jantung.
Paru-paru mempunyai 10 segmen, 5 segmen pada lobus superior
dan 5 segmen lobus inferior. Segmen ini terbagi menjadi belahan yang
bernama lobus, dalam tiap-tiap lobus terdapat sebuah bronchioles.
Di dalam bronkhioles bercabang-cabang banyak sekali dan disebut
duktus alveolus.
Fungsi paru-paru sebagai
a. Pertukaran Gas
b. Proses Difusi
c. Transpor Oksigen
13

3. Klasifikasi Asma
Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat obat
yang digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal ini dapat
dinilai jika pasien telah menggunakan obat pengontrol untuk beberapa
bulan. Yang perlu dipahami adalah bahwa keparaham asma bukanlah
bersifat statis, namun bisa berubah dari waktu-waktu, dari bulan ke bulan,
atau dari tahun ke tahun, ( GINA,2015).
Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
a. Asma Ringan
Asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau tahap 2, yaitu
terapi pelega bila perlu saja, atau dengan obat pengontrol dengan
intesitas rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau antagonis
leukotriene, atau kromon
b. Asma Sedang
Asma terkotrol dengan pengobatan tahap 3, yaitu terapi dengan obat
pengotrol kombinasi steroid dosis rendah plus long acting beta agonist (
LABA ).
c. Asma Berat
Asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi obat
dengan pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long acting beta
agonist (LABA) untuk menjadi terkontrol, atau asma yang tidak
terkontrol meskipun telah mendapat terapi.
Perlu dibedakan antara asma berat dan asma terkontrol. Asma yang
tidak terkontrol biasanya disebabkan karena teknik inhalasi yang kurang
tepat, kurangnya kepatuhan, paparan alegen yang berlebih, atau ada
komorbiditas. Asma yang tidak terkontrol relatif bisa membaik dengan
pengobatan. Sedangkan asma berat merujuk pada kondisi asma yang
walaupun mendapatkan pengobatan yang adekuat tetapi yang sulit
mencapai kontrol yang baik.

4. Etiologi
Menurut Global Initiative fir Asthma tahun 2016, faktor resiko
penyebab asma bronchial di abgi menjadi tiga kelompok yaitu :
14

a. Faktor genetic
1) Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya.
2) Hipereaktivitas bronkus
Saluran napas sensitive terhadap berbagai rangsangan allergen
maupun iritan.
3) Jenis kelamin
Anak laki-laki sangat berisiko terkena asma bronkial sebelum usia
14 tahun, prevelensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali
dibandingkan anak perempuan.
4) Ras/etnik
5) Obisitas
Obisitas atau peningkatan/body mas index (BMI), merupakan
faktor resiko asma.
b. Faktor lingkungan
1) Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa,
serpihan kulit binatang seperti angjing, kucing, dan lain
sebagainya).
2) Allergen luar rumah (serbuk sar dan spora jamur).
3) Faktor lain
a) Alegen dari makanan
b) Alergen dari obat-obatan tertentu
c) Exercise-indoced asthma.

5. Patofisiologi
Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan
penyakit yang disebabkan karena adanya penyempitan bronkus saja,
sehingga terapi utama pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti
betaegonis dan golongan metil ksantim saja. Namun, para ahli
mengemukankan konsep baru yang kemudian digunakan hingga kini, yaitu
bahwa asma merupakan penyakit inflamasi pada saluran pernafasan, yang
ditandai dengan bronkokonstriksi, inflamasi, dan respon yang berlebihan
15

terhadap rangsangan (hiperresponsiveness). Selain itu juga terdapat


penghambatan terhadap aliran udara dan penurunan kecepatan aliran udara
akibat penyempitan bronkus. Akibatnya terjadi hiperinflasi distal, perubahan
mekanis paru-paru, dan meningkatnya kesulitan bernafas. Selain itu juga
dapat terjadi peningkatan sekresi mulus yang berlebihan (zullies,2016).
Secara klasik, asma dibagi dalam dua katagori berdasarkan faktor
pemicunya, yaitu asma ekstrinsik mengacu pada asma yang disebabkan
karena menghirup allergen, yang biasanya terjdi pada anak-anak yang
memiliki riwayat penyakit alergi ( baik eksim,utikaria atau hay fever). Asma
intrinsic mengacu pada asma yang disebabkan oleh karena faktor-faktor
diluar mekanisme imunitas, dan umumnya dijumpai pada orang dewasa.
Disebut juga asma non alergik, dimana pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Beberapa faktor yang memicu terjadinya asma antara lain: udara dingin,
obat-obatan,stress, dan olahraga.
Seperti yang dikatakan diatas, asma adalah penyakit inflamasi saluran
napas. Meskipun ada berbagai cara untuk menimbulkan suatu respon
inflamasi, baik pada asma ekstrinsik maupun intrinsic, tetapi kerakteristik
inflamasi pada asma pada umumnya sama, yaitu terjadinya inflamasi
eosinophil dan limfosit serta terjadinya pengelupasan sel-sel epithelial pada
saluran nafas dan peningkatan pemeabilitas mukosa. Kejadian ini bahkan
dapat dijumpai juga pada penderita asma yang ringan. Pada pasien
meninggal karena serangan asma, secara histologis terlihat ada sumbatan
yang terdiri dari mucus glikoprotein dan eksudat protein plasma yang
memperangkap debris yang berisi se-sel epithelial yang terkelupas dan sel-
sel inflamasi. Selain itu terlihat adanya penebalan lapisan subepitelial
saluran nafas. Respon inflamasi ini terjadi hamper di sepanjang saluran
napas, dan trakea sampai ijung bronkiolus. Juga terdiri hyperplasia dari
kelenjar-kelenjar sel goblet yang menyebabkan hiperserkesi mukus yang
kemuadian turut menyumbat saluran napas.
Penakit asma melibatkan intraksi yang kompleks antara sel-sel
inflamasi, mediator inflamasi, dan jaringan pada saluan napas. Sel-sel
inflamasi utama yang turut berkontribusi pada rangkaian kejadian pada
serangan asma antara lain adalah sel mast, limfosit, dan eosinophil,
16

sedangkan mediator inflamasi utama yang terlibat dalam asma adalah


histamine, leokotrein, faktor kemotaktik eosinophil dan beberapa siokin
yaitu interleukin.
Pada asma alergi atau atopic, bronkuspasme terjadi akbat dari
meningkatnya responsivitas otot polos bronkus terhadap adanya rangsangan
dari luar, yang disebut alergen. Rangsangan ini kemudian akan memicu
pelepasan berbagai senyawa entogen dari sel mast yang merupakan
mediator inflamasi, yaitu histamine dan leukorien, dan faktor kemotaktik
eosinophil. Histamine dan leukotriene merupakan bronkokonsriktor yang
poten, sedangkan faktor kemotaktik eosinophil bekerja menarik secara
kimiawi sel-sel eosinophil menuju tempat terjadinya peradangan yaitu
bronkus ( zullies,2016)
17

6. Patway

Asma
Bronkial

Faktor intrinsik
Faktor ekstrinsik Alergan/non alergan
Polusi
Inhalasi alergen
udara,emosional
(debu,serbuk-serbuk,
fisik, infeksi, iritan
dan bulu binatang
Merangsang respom
imun untuk menjadi
aktif

Merangsang
Vosokontriksi nervus
broncopasme Merangsang Ig E otot polos

Ventilasi Menempel Peningkatan


menurun pada sel mast Bronkho kontriksi produksi HCL
dan edema

Perubahan
Gangguan perfusi Pelepasan histamine, Gastresional
status
jaringan bradikinan, dan bronckhospasme
kesehatan
prostagladin
Mual
Kurangnya Hipoksia Obstruksi jalan naps muntah
Pembentukan mukus
informasi
tentang
penyakitnya Metabolisme Ketidakefektifan Defisit
menurun Akumulasi secret di
trachea dan bronkus jalan napas nutrisi
Mekanisme
koping tidak Defisit
efektif perawatan diri Bersihan jalan Media pertumbuhan
napas tidak efektif bakteri

Ansietas
sesak Resiko tinggi hipertermi
infeksi

dispnea

Intoleransi
aktivitas

Gambar 2.2 patway (SDKI, 2017)


18

7. Manifestasi klinis
Menurut ( Nurarif dan Kusuma,2015) gejala asma bronkial
disebabkan oleh penyempitan saluran udara di paru-paru, trakea, bronkus
dan bronkioli. Ini terjadi karena dinding saluran udara meradang dan
bengkak, otot-otot dalam dinding berkontraksi, dan lendir lebih banyak
diproduksi.
Gejala klinis yang muncul pada penderita asma antara lain :
a. Sesak napas
Sesak napas yang dialami oleh penderita asma terjadi setelah berpaparan
dengan bahan-bahan alergen dan menetap beberapa saat.
b. Batuk
Batuk yang terjadi pada penderita asma merupakan respon dari tubuh
dalam usaha saluran pernafasan untuk mengurangi penumpukan mukus
yang berlebihan pada saluran pernafasan dan partikel asing melalui
gerakan silia mukus yang ritmik keluar. Batuk yang terjadi pada
penderita asma ini akan terdengar pada saat ekspirasi.
c. Pucat
Pada penderita asma, pucat sangat tergantung pada tingkat penyempitan
karena kadar karbondioksida yang ada lebih tinggi dari kadar oksigen
jaringan.
d. Lemah
Oksigen didalam tubuh digunakan untuk respirasi sel yang akan
digunakan untuk metabolisme sel termasuk bentukan energy yang
bersifat aerobik seperti glikolisis. Kalau jumlah oksigen berkurang maka
proses pembentukan energy akan menurun. Jika terjadi penyempitan di
bronkus, maka metabolisme akan terhambat karena kurangnya suplai
oksigen kedalam tubuh yang disebabkan oleh penyempitan bronkus pada
penderita asma. Jika suplai oksigen ke dalam tubuh kurang maka pasien
akan mengalami kelemahan yang disebabkan oleh pembentukan energi
secara metabolic menurun.
Selama serangan asma parah, gejala meliputi :
1) Nafas sulit dan berisik
Penderita asma mengalami nafas sulit dan berisik karena terdapat
19

penyempitan saluran napas yang dipicu oleh berbagai rangsangan


seperti alergi,debu, bulu binatang, asap, udara dingin hingga
olahraga.
2) Kesulitan berbicara
Penderita asma mengalami kesulitan bicara karena sesak yang sangat
hebat.
3) Mengantuk
Karena suplai oksigen ke otak pada penderita asma berkurang,
sehingga menyebabkan rasa ngantuk
4) Tidur terganggu
Sesak napas pada pasien asma bronkial menyebabkan kesulitan
dalam tidur.
5) Bibir dan lidah kebiruan
Proses bernapas yang cepat pada penderita asma menyebabkan bibi
biru/ sianosis
6) Menolak makan dan minum
Sesak napas pada penderita asma menyebabkan menurunya nafsu
makan dan minum.

8. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa yang dilakukan pada penderita asma bronkial
diantaranya (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015):
a. Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler),
positif jika peningkatan VEP/ KVP> 20%.
b. Sputum
Eosinophil meningkat
c. RO dada
Patologis paru/komplikasi asma
d. AGD
Terjadi pada asma berat, pada fase awalterjadi hipoksemia dan
hipokapria (PCO2 turun) kemudian pada fase lanjut nomokapria dan
hiperkapria (PCO2 naik).
20

e. Uji alergi, IgE

9. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol
manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma yang terkontrol (Putri K,D Eds,2016).
Penanganan asma :
a. Agonis beta : untuk mendilatasi otot-otot bolos bronkial dan
meningkatkan gerakan sililaris, contoh obat : epineftrin, albutenol, meta
profenid, iso proteronoliissoetharini, dan terbutaline. Obat-obat ini bisa
digunakan secara parenteral dan inhalasi.
b. Bronkodilator, merilekskan oto-otot polos, dan meningkatkan gerakan
mukus dalam jalan napas, contoh obat: aminophyliin, teophyllin,
diberikan secara IV dan oral.
c. Antikolinergik, contoh obat : atropine,efeknya : bronkodilator, diberikan
secara inhalasi.
d. Kontrikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor.
Contoh obat : hidrokortison, dexamethasone, prednisone, dapat
diberikan secara IV dan oral.
e. Inhibitor sel mast, contoh obat : natrium kromalin, diberikan melalui
inhalasi untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan napas.
f. Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55
mmHg.
g. Fisioterapi dada, teknik pernafasan dilakukan untuk mengontrol dyspnea
dan batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan napas, perkusu dan
postural drainage dilakukan hanya pada pasien dengan pruduksi sputum
yang banyak.
Pertologan pertama pada penderita asma :
a. Jangan panic dan tenangkan diri anda dan penderita diri asma
tersebut sampai benar-benar rileks.
b. Bawa penderita ke tempat yang nyaman dengan udara yang bersih
21

serta sirkulasi baik. Hindari penderita dar alergen yang mungkin


memicu asma
c. Atur posisi duduk yang nyaman pada pasien
d. Bantulah penderita untuk menghirup inhaler-nya
e. Sarankan penderita untuk bernapas dalam dan perlahan
f. Jika serangan asma berhenti dalam 5-10 menit, sarankan agar
penderita untuk menghirup kembali 1 dosis inhaler.
g. Hubungi dokter jika serangan asma tersebut adalah serangan yang
pertama kali dialami
h. Jika inhaler tidak berfungsi dan serangan asma tidak terhenti dalam
5-10 menit, segera bawa penderita ke rumah sakit terdekatnya.
i. Jika penderita berhenti bernapas atau kehilangan kesadaran, periksa
pernapasan serta peredaran darahnya. Lalu lakukan resusitasi pada
penderita.
Penatalaksanaan medis :
a. Oksigen 4-6 liter/menit
b. Pemenuhan hidrasi via infus
c. Terbutaline 0,25mg/ 6 jam secara subkutan (SC).
d. Bronkodilator / antibronkospasme dengan cara :
1) Nebulizer ( via inhalsi ) dengan golonganterbutaline 0,25mg
( bricasma), fenoterol HBr 0,1 % solution (berotec), orciprenaline
sulfur 0,75mg (allpent).
2) Intravena dengan golongan theophylline ethilenediamine
(Aminophillin) bolus IV 5-6 mg/kg BB
3) Peroral dengan aminofilin 3x150mg tablet, agonis B2
(salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbutaline 10 mg )
4) Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan golongan
kortikosteroid, deksamethasone 4mg IV setiap 8 jam
5) Mukolitik dan ekspektoran:
a) Bronhexime HCL 8 mg per oral 3 x 1
b) Nebulizer ( via inhalsi ) dengan golongan bronhexime HCL 8
mg di campu dengan aquades steril ( Nugroho,T.2016 ).
22

10. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita asma diantaranya
(Kurniawan Adi Utomo, 2015) :
a. Pneumonia
Adalah peradangan pada jaringan yang ada pada salah satu atau kedua
paru – paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi.
b. Atelektasis
Adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru – paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus).
c. Gagal nafas
Terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru –
paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan terjadi
pembentukan karbondioksida dalam sel – sel tubuh.
d. Bronkhitis
Adalah kondisi dimana lapisan bagian dalam dari saluran pernafasan di
paru – paru yang kecil (bronkiolus) mengalami bengkak. Selain bengkak
juga terjadi peningkatan lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa
perlu batuk berulang – ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang
berlebihan.
e. Fraktur iga
Adalah patah tulang yang terjadi akibat penderita terlalu sering bernafas
secara berlebihan pada obstruksi jalan nafas maupun gangguan ventilasi
oksigen.

B. Segmental Breathing
1. Pengertian
Segmental Breathing merupakan latihan pernapasan dengan teknik
melakukan inspirasi secara dalam dan melakukan ekspirasi secara rileks,
dengan memberikan stimulus pada bagian thoraks yang mengalami
penurunan. (sultanpuran et al.,2016).
Segmental beathing digunakan untuk meningkatkan ekspansi sangkar
thoraks dengan cara terapis memberikan tekanan pada saat pasien
melakukan inspirasi dan ekspirasi pada segmen paru apical, sternum upper
23

costal, dan posterior costal. Tujuan nya untuk membantu meningkatkan


pengembangan eskpansi thoraks, meningkatkan fungsi paru-paru,
mengurangi sesak napas, dan meningkatkan aktivitas fungsional.
Latihan segmental breathing exercise diberikan kepada pasien dengan
tujuan untuk menimbulkan penurunan lokal tekanan intra pleura sehingga
meningkatkan tekanan gradien transpulmonory yang menghasilkan ekspansi
sangkar thoraks. (solomen,2015).
Segmental breathing adalah suatu latihan napas pada segmen paru
tertentu dengan tujuan melatih pengembangan paru persegmen.prosedurnya
saat ingin memberikan pengembangan segmen paru tertentu, maka terapis
memberikan tekanan saan pasien penyakit paru akut dan kronik perlu
diajarkan untuk mengontrol aktifitas pernapasannya untuk meningkatkan
efesiensi dan mengurangi kerja respirasi.
2. Fungsi segmental breathing
Segmental breathing berfungsi untuk membantu untuk meningkatkan
pengembangan ekspansi thoraks dan meningkatkan perluasan local dari
paru-paru. Sedangkan, pernapasan diafragma berfungsi untuk menguatkan
diafragma, menurunkan kerja pernapasan, dan mengurangi usaha atau energi
saat bernapas. Selain pemberian modalitas diatas, terapis juga memberikan
edukasi kepada pasien agar pasien mengurangi aktivitas sehari-hari yang
sekiranya mampu menambah terjadinya sesak napas, sehingga diharapkan
hasil terapi yang didapatkan maksimal.
3. Pengembangan Ekspansi Thoraks dengan Segmental Breathing
Saat pemeriksaan awal pasien mengalami penurunan ekspansi thoraks
dengan selisih tiap segmen yaitu, pada batas axilla 2 cm, nipple 1 cm, dan
xiphi sternum 1 cm. setelah dilakukan latihan segmental breathing sebanyak
3 kali, didapatkan hasil pasien mengalami peningkatan ekspensi thoraks.
Hasil selisih ekspensi thoraks selama terapi yaitu T1 mengalami
peningkatan dengan selisih pada batas axsilla 2 cm, nipple 1 cm, xiphi
sternum 2 cm. hasil T2 yaitu selisih pada batas axsilla 2 cm, nipple 2 cm,
xiphi sternym 2 cm. hasil T3 yaitu selisih pada batas axilla 2 cm, nipple 2
cm, dan xiphi sternum 3 cm.
Mekanisme latihan segmental breathing yaitu pada saat inspirasi yang
24

dalam mengarah ke fasilitasi kontraksi otot intercostalis yang menyebabkan


peregangan. Kontraksi otot tersebut membantu inspirasi mengarah ke
ekspansi dada dan terjadi peningkatan ekspansi paru. Tujuan dilakukan
segmental breathing untuk meningkatkan pengembangan ekspansi thoraks
dan meningkatkan fungsi paru. (gunjal ,2015).
4. Indikasi Segmental Breathing
a. Pasca tarakotomi
b. Trauma pada dinding dada
c. Pneumonia
d. Bekas luka mastektomi
e. Gangguan local fungsi pernapasan
f. Skolosis
g. Gangguan pleurae
h. Fibrotic local
i. Asma
5. Keuntungan
a. Mencegah akumulasi cairan pleura
b. Mencegah akumulasi sekresi
c. Mengurangi pernapasan paradox
d. Menurunkan kepanikan
e. Meningkatkan mobilitas dada
6. Latihan pernapasan yang bertujuan untk mengembangkan dada secara
segmental pada kasus penyakit paru restriksi. Macam macamnya :
Prosedur pelaksanaan segmental breathing
a. posisikan pasien senyaman mungkin bisa duduk maupun semi duduk dan
kepala dalam keadaan menoleh kesamping.
b. Terapis berdiri didepan pasien, terapis memberikan tekanan pada saat
pasien melakukan inspirasi dan ekspirasi pada segmen paru apial,
sternal,upper costal, dan posterior costal.
Lakukan latihan selama 18-20 kali napas dalam satu sesi. ( 6 napas /menit)
a. Lateral costal expantion
Prosedur :
Pasisi pasien : berbaring atau duduk
25

Posisi terapis : disamping / dibelakamg pasien


Letakkan tangan anda di lateral bawah iga kiri-kanan untuk
memfiksasi daerah yang akan terjadi gerakan
Pasien diminta ekspirasi dan dirasakan iga bergerak downward &
inward
Ketika pasien ekspirasi beri tekanan pelan pada iga dengan kedua
tangan anda
Pada akhir ekspirasi berikan tekanan dengan cepat downward &
inward
Pasien diminta tarik napas dalam dengan mengembangkan dada
bagian bawah
Beri tahanan pelan-pelan pada iga bawah
Selanjutnya pasien ekspirasi dan diberi tekanan downward & inwar
pada iga bagian bawah.
Cara lain:
a) subjek tidur, duduk dibed atau half lying.
b) terapis di depan subyek, letakkan telapak tangan terapis disisi
lateral costae teakhir
c) lakukan prosedur pernapasan segmental
d) ajarkan pernapasan, pasif,assisted, aktif atau resisted.
e) gerakan pasif: bantu dorong kebawah pada costae terakhir ke
dalam saat ekspirasi dan lepas saat inspirasi.
f) selanjutnya latihan dapan dilakukan oleh pasien dengan
meletakkan tagannya sendiri.
b. Posterior basal expansion
1. Posisi pasien duduk dengan di ganjal bantal dan pinggul sedikit
menekuk
2. Letakkan tangan terapis pada aspek posterior dibawah tulang iga
3. Ikut prosedur yang sama seperti pada prosedur lateral costal
expansion
c. Right middle lobe atau lingual expansion
1. Pasien duduk, tepatkan tangan disisi kiri atau kanan dada pasien
dibawah axsila
26

2. Ikut prosedur yang sama dengan lateral costal expansion.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan memiliki karakteristik unit yang memungkinkan
respon terhadap perubahan status kesehatan klien. Karakteristik ini meliputi
sifat proses keperawatan yang siklis dan dinamis, berpusat pada klien,
berfokus pada penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan, gaya
interpersonal dan kolaborasi, dapat diterapkan secara universal, dan
penggunaan berfikir kritis (Kozier, Berman, & Snyder, 2011).
1. Pengkajian
1. Identitas
Pada pengkajian identitas hal yang perlu dikaji diantaranya, nama atau
inisial klien, umur, nomor register, agama, alamat, pendidikan terakhir,
pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis (Nixson
Manurung, 2016).
2. Keluhan Utama
Pada pengkajian keluhan utama ini dibagi menjadi dua yaitu, keluhan
utama saat masuk rumah sakit dan keluhan utama saat pengkajian. Pada
pasien asma keluhan utama yang dirasakan adalah sesak nafas pada saat
belum diberikan oksigen (Nixson Manurung, 2016).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang, kita perlu mengkaji bagaimana kondisi
klien saat dirumah, apa yang dirasakan, tindakan apa yang sudah
dilakukan dan sampai akhirnya di bawa ke rumah sakit. Pada pasien
asma, klien mengeluhkan nafasnya berbunyi, sesak nafas, batuk yang
timbul secara tiba –tiba dan dapat hilang secara spontan atau dengan
pengobatan (Nixson Manurung, 2016).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu, kita perlu mengkaji adanya riwayat
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya. Pada pasien asma,
riwayat penyakit dahulu antara satu orang berbeda dengan orang yang
lain. Ada yang menderita asma sejak kecil, ada juga yang baru
menderita asma dalam beberapa waktu terdekat (Nixson Manurung,
27

2016).
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada riwayat penyakit keluarga, kita perlu mengkaji adanya riwayat
penyakit menular maupun menurun yang diderita oleh keluarga klien.
Pada pasien asma, riwayat penyakit keluarganya juga 23 tidak sama
antara satu orang dengan orang yang lain. Ada yang salah satu anggota
keluarganya mempunyai asma, ada juga yang anggota keluarganya
tidak mempunyai riwayat penyakit asma.Sehingga pada pasien tersebut,
asma nya disebabkan oleh fakor alergen ataupun yang lainnya (Nixson
Manurung, 2016).
6. Riwayat Psikososial
Pada riwayat psikososial, kita perlu mengkaji cara yang biasa
digunakan pasien untuk menangani stress. Perawat meninjau tentang
keyakinan pasien, ritual dan praktik keagamaan. Pengkajian perubahan
psikologi yang disebabkan oleh adanya ketidakefektifan bersihan jalan
nafas antara lain klien merasa pasrah terhadap penyakit yang
dideritanya, merasa cemas, dan terdapat perubahan perilaku. Pada pola
interaksi, klien dapat berkomunikasi dengan baik walaupun dengan
suara yang pelan karena merasakan sesak pada dadanya. Sedangkan
pada pola nilai dan kepercayaan klien jarang melakukan ibadah
dikarenakan setiap kali bergerak klien merasakan sesak dan lemas,
sehingga menyebabkan klien menjadi malas untuk melakukan aktivitas.
Adanya keterbatasan mobilitas fisik dan keterbatasan mempertahankan
suara karena distress pernafasan (Nixson Manurung, 2016).
7. Pola Kesehatan Sehari-hari
1) Nutrisi
Pasien makan 3x sehari, tetapi terjadi penurunan nafsu makan
sehingga hanya habis setengah porsi saja, ada beberapa pasien yang
mempunyai alergi tethadap makanan seperti, udang, abon, dll.
Adanya mual atau muntah, dan penurunan berat badan.Pasien juga
minum air putih kurang dari 8 gelas perhari.
2) Eliminasi
Pada pasien asma tidak ada kesulitan maupun keluhan saat BAK
28

maupun BAB.Pasien BAB 1 kali sehari dan BAK 5 – 6 kali sehari


dengan bantuan keluarga karena terjadi kelemahan mobilitas fisik
yang disebabkan oleh adanya rasa sesak pada dada.
3) Istirahat
Adanya keletihan, kelemahan, ketidakmampuan untuk tidur, perlu
tidur dalam posisi duduk tinggi karena merasakan sesak nafas dan
sering terbangun apabila merasakan sesak di malam hari.
4) Personal Hygiene
Terjadi penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan untuk
melakukan aktivitas sehari – hari. Kebersihan buruk, bau badan
tidak sedap.
5) Aktivitas
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari karena
sulit bernafas. Selama beraktivitas dibantu oleh keluarga maupun
perawat karena merasa badannya lemas dan takut apabila rasa
sesaknya kambuh.
8. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Klien
Keadaan umum pada pasien asma yaitu compas metis, lemah, dan
sesak nafas.
2) Pemeriksaan kepala dan muka
Inspeksi : pemerataan rambut, berubah/tidak, simetris, bentuk
wajah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak rontok, tidak ada oedema.
3) Pemeriksaan telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
4) Pemeriksaan mata
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, konjungtiva
anemis, reflek cahaya normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5) Pemeriksaan mulut dan farink
Inspeksi : mukosa bibir lemah, tidak ada lesi disekitar mulut,
29

biasanya ada kesulitan dalam menelan. 22 Palpasi : tidak ada


pembesaran tonsil.
6) Pemeriksaan leher
Inspeksi : simetris, tidak ada peradangan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
7) Pemeriksaan payudara dan ketiak
Inspeksi : ketiak tumbuh rambut/tidak, kebersihan ketiak, ada
lesi/tidak,ada benjolan/tidak.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
8) Pemeriksaan thorak
a) Pemeriksaan paru
Inspeksi : batuk produktif/nonproduktif, terdapat sputum yang
kental dan sulit dikeluarkan, dengan menggunakan otot-otot
tambahan, sianosis). Mekanika bernafas,pernafasan cuping
hidung, penggunaan oksigen,dan sulit bicara karena sesak nafas.
Palpasi : bernafas dengan menggunakan otot-otot tambahan.
Takikardi akan timbul diawal serangan, kemudian diikuti
sianosis sentral (Djojodibroto, 2016).
Perkusi : lapang paru yang hipersonor pada perkusi (kowalak,
Welsh, & Mayer, 2012).
Auskultasi : respirasi terdengar kasar dan suara mengi
(wheezing) pada fase respirasi semakin menonjol (Somantri,
2019).
b) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : ictuscordis tidak tampak.
Palpasi : ictus cordis terdengar di ICS V mid clavicula kiri.
Perkusi : pekak. Auskultasi : BJ 1dan BJ 2 terdengar tunggal,
ada suara tambaha/tidak.
9) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk tidak simetris.
Auskultasi : bising usus normal (5-30x/menit). Palpasi : tidak ada
nyeri tekan. Perkusi : tympani.
30

10) Pemeriksaan integumen


Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada
oedema.
Palpas : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan. k. Pemeriksaan
anggota gerak (ekstermitas)
Inspeksi : otot simetri, tidak ada fraktur. Palpasi : tidak ada nyeri
tekan.
11) Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada benjolan, rambut pubis
merata. Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
12) Pemeriksaan Penunjang
a) Pengukuran Fungsi Paru (spirometri) Pengukuran ini dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerososl
golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
b) Tes Provokasi Bronkus Tes ini dilakukan pada spirometri
internal. Penurunan Fev sebesar 20% atau lebih setelah tes
provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum dianggap
bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 105 atau lebih.
c) Pemeriksaan Kulit Untuk menunjukkan antibody IgE
hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
d) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup): hanya dilakukan pada
serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,
hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
(2) Sputum: adanya badan kreola adalah karakteristik untuk
serangan asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat
saja yang menyebabkan trensudasi dari edema mukosa,
sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitelnya dari
perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melihat
adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji
resistensi terhadap antibiotik.
(3) Sel eosinofil: pada klien dengan status asmatikus dapat
31

mencapai 1000-1500/mm3 baik asma instrinsik maupun


ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinosil normal antara
100-200/mm3 .
(4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia: jumlah sel leukosit yang
lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi SGOT
dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat
hipoksia dan hiperkapnea.
e) Pemeriksaan radiologi: hasil pemeriksaan radiologi pada klien asma
bronkial biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru
atau komplikasiasmasepertipneumothoraks, pneumomediastinum,
atelektasis.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
b. Gangguan pertukaran gas
c. Pola napas tidak efektif
d. Intoleransi aktivitas
e. Defisit nutrisi
f. Hipertermi
g. Ansietas
32

3. Intervensi keperawatan
Tabel 2.1 intervensi keperawatan menurut SDKI,SLKI,SIKI.
PPNI 2016-2018
No Diagnose Tujuan/kriteria intervensi Rasional
1 Bersihan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas Observasi
jalan napas tindakan dilakukan Observasi 1.mengetahui ada tidaknya
tidak efektif asuhan 1. monitor pola napas perbakan respirasi/napas
keperawatan 3x24 2. monitor bunyi napas spontan
jam, maka 3. monitor sputum 2.mengetahui ada tidaknya
diharapkan Terpeutik bunyi napas tambahan seperti
bersihan jalan 1. posisikan semi fowler mengi atau weezing
napas membaik 2. berikan minuman hangat 3.mengetahui ada tidaknya
dengan kriteria 3. lakukan penghisapan dahak
hasil : lendir kurang dari 15 detik Terapeutik
-Produk sputum: 4. berikan oksigen 1.meningkatkan ekspansi
menurun Edukasi paru,ventilasi maksimal dan
-mengi:menurun 1. Anjurkan asupan cairan peningkatan gerakan secret
wheezing:menurun 2000 ml/hari,jika tidak 2.air hangat akan mempermudah
-sianosis:menurun komtraindikasi mengencerkan mukus melalui
-gelisah:menurun 2. Ajarkan teknik batuk mukus melalui proses konduksi
-frekuensi efektif 3.memberikan kenyamanan
napas :membaik Kolaborasi pada pasien
Pola 1. kolaborasi pemberian 4.membantu pasien dalam
napas:membaik bronkodilator, ekspektoran, respirasi
mukolitik,jika perlu Edukasi
1.agar asupan cairan pasien
terpenuhi
2.membantu untuk mengeluarka
sputum,napas dalam membantu
ventilasi maksimal
Kolaborasi
1.mengencerkan
dahak,memperlebar/meningkatk
an saluran udara/bronkus
Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi Observasi
2 pertukaran tindakan asuhan Observasi 1.mempertahankan
gas keperawatan 3x24 1.monitor frekuensi, irama, meningkatkan oksigen
jam,maka kedalaman, dan upaya napas 2. mengetahui ada tidaknya
ekspektasi 2.Monitor pola napas perbakan respirasi/napas
meningkat dengan 3.Monitor kemampuan spontan
kriteria hasil: batuk efektif 3.membantu mengeluarkan
-Dispnea:menurun 3.monitor adanya reproduksi sputum
-pusing:menurun sputum 3.mengetahui adanya dahak
-napas cuping 4.Monitor adanya sumbatan 4.mengetahui adanya benda
hidung:menurun jalan napas asing dalam pernapasana
-pola 5.Auskultasi bunyi napas 5.mengetahui adanya bunyi
napas:membaik Terapeutik napas tambahan
-warna 1.Dokumentasi hasil Terapeutik
kulit:membaik pemantauan 1.mengetahui hasil dari
Edukasi pemantauan respirasi pada
1.Jelaskan tujuan dan pasien
33

No Diagnose Tujuan/kriteria intervensi Rasional


prosedur pemantauan Edukasi
2.Informasikan hasil 1.agar keluarga kalien bisa
pemantauan mengetahui tujuan dan
prosedur pemantauan
2.mengetahui hasil
pemantauan
3 Pola napas Setelah dilakukan Manajemen jalan napas Observasi
tidak efektif tindakan asuhan Observasi 1. mengetahui ada tidaknya
keperawatan 3x24 1. monitor pola napas perbakan respirasi/napas
jam,maka pola Terpeutik spontan
napas membaik 1. posisikan semi fowler Terapeutik
dengan kriteria 2. berikan minuman hangat 1.meningkatkan ekspansi
hasil: Edukasi paru,ventilasi maksimal dan
- Ventilasi semenit 2. Ajarkan teknik batuk peningkatan gerakan secret
: meningkat efektif 2.air hangat akan
- Tekanan Observasi mempermudah
ekspirasi : 1.monitor frekuensi, irama, mengencerkan mukus
meningkat kedalaman, dan upaya napas melalui mukus melalui
- Tekanan 2.Monitor pola napas proses konduksi
inspirasi : 3.Monitor adanya sumbatan Edukasi
meningkat jalan napas 2. membantu untuk
- penggunaan otot 4.Auskultasi bunyi napas mengeluarka sputum,napas
bantu napas : Terapeutik dalam membantu ventilasi
menurun 1.Dokumentasi hasil maksimal
- pernapasan pemantauan Observasi
cuping hidung : Edukasi 1.mempertahankan
menurun 1.Jelaskan tujuan dan meningkatkan oksigen
- Frekuensi napas : prosedur pemantauan 2. mengetahui ada tidaknya
membaik perbakan respirasi/napas
- Kedalaman spontan
napas : membaik 3.mengetahui adanya benda
asing dalam pernapasana
4.mengetahui adanya bunyi
napas tambahan
Terapeutik
1.mengetahui hasil dari
pemantauan respirasi pada
pasien
Edukasi
1.agar keluarga kalien bisa
mengetahui tujuan dan
prosedur pemantauan
2.mengetahui hasil
pemantauan
4 Intoleransi Setelah dilakuakan Manajemen energy Observasi
aktivitas tindakan 3x24 jam Observasi 1.membantu menentukan derajat
maka diharapkan 1.Identifikasi gangguan kerusakan dan kesulitan
aktivitas mandiri fungsi tubuh yang terhadap keadaan yang dialami
membaik dengan mengakibatkan kelelahan 2.mengidentifikasi
kriteria hasil: 2.Monitor kelelahan fisik kekuatan/kelemahan dan dapat
- Frekuensi dan emosional memberikan informasi
34

No Diagnose Tujuan/kriteria intervensi Rasional


nadi:meningkat 3.Monitor pola dan jam tidur
mengenai pemulihan
-saturasi 4.Monitor lokasi dan 3.Mengkaji perlunya
oksigen:meningkat tidakkenyamanan selama mengidentifikasi intervensi yang
-kemudahan melakukan aktivitas tepat
melakukan Terapeutik 4.mengidentifikasi
aktivitas sehari- 1.lakukan latihan rentang kekuatan/kelemahan dan dapat
hari:meningkat gerak pasif dan /aktif memberikan informasi
-kekuatan tubuh 2.Fasilitasi duduk di sisi mengenai pemulihan
bagian atas dan tempat tidur Terapeutik
bawah:meningkat Edukasi 1.mencegah kekuatan
-keluhan 1.Anjurkan tirah baring sendi,kontraktur,kelelahan otot,
lelah:menurun 2.Anjurkan melakukan meningkatkan kembalinya
Dyspnea saat dan aktivitas secara bertahap aktivitas secara dini
setelah 3.Ajarakan strategi koping 2.mengoptimalkan energy yang
aktivitas:menurun untuk mengurangi kelelahan belum digunakan
-tekanan Kolaborasi Edukasi
darah:membaik 1.Kolaborasi dengan ahli 1.meningkatkan
gizi tentang cara kenyamananistirahat serta
meningkatkan asupan dukungan fisiologi/psikologis
makanan 2.meminimalkan atrofi
otot,meningkatkan
sirkulasi,mencegah terjadinya
kontraktur
3.mengidentifikasi
kekuatan/kelemahan dan dapat
memberikan informasi
mengenai pemulihan
Kolaborasi
1.mempercepat proses
penyembuhan
5 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas Observasi
tindakan asuhan Observasi 1.mengetahui tingkatan
keperawatan 3x24 1.Identifikasi saat tingkat perubahan ansietas pasien
jam.maka ansietas berubah 2.agar dapat membandingkan
diharapkan 2.Identifikasi kemampuan pengambilan keputusan
ansietas membaik mengambil keputusan pasien awal dan saat ini
dengan kriteria 3.Monitor tanda-tanda 3.untuk dapat
hasil: ansietas memperhatikan kondisi
verbalisasi:menrun Terapeutik pasien
-verbalisasi 1.ciptakan suasana Terapeutik
khawatir akibat terapeutik untuk 1.Agar pasien dapat
kondisi yang menumbuhkan merasakan kenyamanan saat
dihadapi:menurun kepercayaan mengungkapkan perasaannya
-perilaku 2.gunakan pendekatan yang 2.agar pasien merasa
gelisah:menurun tenang memberikan diperhatikan
-perilaku kenyamana 3.untuk memfasilitasi
tegang:menurun 3.Motivasi kenyamanan pasien
Konsentrasi:memb mengidentifikasi situasi Edukasi
aik yang memicu kecemasan 1.agar pasien tidak merasa
-pola Edukasi kesepian dan selalu
berkemih:membaik 1.Anjurkan keluarga untuk mendapatkan support
35

No Diagnose Tujuan/kriteria intervensi Rasional


tetap bersama pasien 2.untuk memberi rasa
2.latih teknik relaksasi nyaman pada pasien
Kolaborasi Kolaborasi
1.kolaborasi pemberian 1.untuk mengurangi rasa
obat antiansietas cemas pasien

6 Defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi Observasi


nutrisi tindakan asuhan Observasi 1.pengkajian penting
keperawatan 3x24 1.Identifikasi status nutrisi dilakukan untuk mengetahui
jam ,maka 2.Identifikasi makanan status nutrisi klien sehingga
diharapkan nafsu yang disukai menentukan intervensi yang
makan membaik 3.monitor asupan makanan diberikan
dengan kriteria 4.monitor berat badan 2.mengetahui makanan yang
hasil: Terapeutik disukai klien
-porsi makanan 1.sajikan makanan secara 3.mengetahui gizi makanan
yang menarik dan sushu yang klien
dihabiskan:mening sesuia 4.mengetahui berat badan
kat 2.berikan suplemen klien
-perasaan capek makanan Terapeutik
dan Kolaborasi 1.agar nafsu klien bertambah
kenyang:menurun 1.Kolaborasi dengan ahli 2.memberikan nafsu makan
-berat gizi untuk menentukan yang baik untuk klien
badan :membaik jumlah kalori dan jenis Kolaborasi
-Frekuensi nutrient yang Untuk pemenuhan gizi klien
makan:membaik dibutuhkan,jika perlu
-nafsu
makan :membaik

7 Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen hipertermia Observasi


tindakan asuhan Observasi 1.mengetahui penyebab
keperawatan 3x24 1.Identifikasi penyebab hipertemia
jam.maka hipertemia 2.mengetahui sushu tubuh
diharapkan suhu 2.Monitor sushu tubuh 3.mengetahui komplikasi akibat
tubuh normal 3.monitor komplikas hipertemia
dengan kriteria akibat hipertermia Terapeutik
hasil: Terapeutik 1.proses konveksi yang
-pucat:meningkat 1.longgarkan atau lepaskan terhalang pakaian yang longgar
-suhu pakaian 2.memberikan obat secara oral
tubuh:membak 2.Berikan cairan oral terhadap pasien
-suhu 3.Berikan oksigen 3.agar respirasi klien normal
kulit:membaik Edukasi Edukasi
- Anjurkan tirah baring 1.memberikan kenyaman pada
ventilasi :membaik Kolaborasi klien
-tekanan 1.Kolaborasi pemberian Kolaborasi
darah:membaik cairan dan elektrolit 1.memberikan kebutuhan cairan
intravena,jika perlu pada klien
36

4. Implamentasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus
implementasi diantaranya, mempertahankan daya tahan tubuh,
menemukan perubahan sistem tubuh, mencegah komplikasi, memantapkan
hubungan klien dengan lingkungan (Nurul Sri Wahyuni, 2016).
5. Evaluasi
Menurut Nurul Sri Wahyuni (2016), Evaluasi atau tahap penilaian
adalah perbandingan sistematis dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan
dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatannya. Tujuan
evaluasi ini adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang
diinginkan dengan kriteria hasil pada perencanaan.
Format yang dipakai adalah format SOAP :
a. S : Data Subjektif Perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa
yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
b. O : Data Objektif Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh
perawat atau tim kesehatan lain.
c. A : Analisis Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah berkembang ke arah kebaikan atau kemunduran.
d. P : Perencanaan Rencana penanganan klien yang didasarkan pada
hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan
sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
37

D. Kerangka Teori

Asma Bronkial Definisi Patofisiologo


Anotomi Fisiologi Patway
Etiologi Manifestasi klinis
1.Faktor geneti 1. Sesak napas
a. Alergi 2. Batuk
b. Hiperaktivitas genetic 3. Terdapat bunyi tambahan
c. Jenis kelamin suara napas
d. Ras Pemeriksaan Penunjang
e. Obisitas Penatalaksaaan
2.Faktor lingkungan

Komplikasi
1. Pnaumonia
2. Atelektasis
3. Gagal napas
4. Bronkitis
5. Fraktur iga
Latiham khusus segmental breathing

Asuhan Keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI


1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implamentasi
5. Evaluasi

Gambar 2.3 kerangka teori

E. Kerangka Konsep

Konsep penyakit Konsep asuhan Pasien dengan Asma


Asna Bronkial keperawatan Asma Bronkial
Latihan khusus Bronkial
segmental
breathing

Studi kasus Asuhan


Keperawatan Asma
Bronkial

Gambar 2.4 kerangka konsep


38

F. Pertayaan Penelitian
1. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial di
ruang penyakit dalam RS Pemangkat pada tahun 2022?
2. Apa saja diagnose asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial di ruang
penyakit dalam RS Pemangkat pada tahun 2022?
3. Bagaimana intervensi asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial di
ruang penyakit dalam RS Pemangkat pada tahun 2022?
4. Bagaimana implamentasi asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial di
ruang penyakit dalam RS Pemangkat pada tahun 2022?
5. Bagaimana hasil evaluasi asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial di
ruang penyakit dalam RS Pemangkat pada tahun 2022?
6. Bagaimana latihan khusus segmental breathing pada pasien asma bronkial di
ruang penyakit dalam RS Pemangkat pada tahun 2022?

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Desain penelitian adalah menggunakan metode studi kasus. Studi kasus
merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif. Sangat penting untunk mengetahui variabel yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Rancangan suatu studi kasus
bergantung pada keadaan kasus namun tetap mempertimbangkan faktor
penelitian waktu. Riwayat dan pola perilaku sebelumnya biasanya dikaji
secara terperinci. Keuntungan yang paling besar dari rancangan ini adalah
pengkajian secara terperinci meskipun jumlah respondenya sedikit, sehingga
akan didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas
39

(Nursalam,2015).
Pada studi kasus ini, desain penelitian kualitatif yang akan diterapkan
adalah menggambarkan proses secara menyeluruh dan mendalam mulai dari
pengkajian, perumusan dianogsa keperawatan rencana keperawatan
implementasi dan evaluasi pada pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
dengan Asma Bronkial dengan pemberian segmental breathing di RSUD
Pemangkat studi ini juga akan menekankan pada kelengkapan persiapan dan
integrasi tindakan keperawatan pada pasien Asma Bronkial.

B. Partisipan
1. Partisipan
Partisipan adalah orang ikut berperan serta dalam suatu penelitian.
partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan yang merupakan pasien
dengan Asma Bronkial dengan pemberian segmental breathing di ruang
penyakit dalam RSUD Pemangkat yang memenuhi kriteria inklusi berikut :
a. Pasien Asma Bronkial di ruang penyakit dalam
b. Pasien dirawat inap mnimal 3 hari.
c. Pasien mengalami ketidakefektifan pola napas
d. Pasien bersedia untuk menjadi subjek penelitian Partisipan
2. Metode Pengumpulan Kasus/ penelitian partisipan
Pengumpulan kasus dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive
samping yaitu suatu metode pemilihan sampel yang ditentukan berdasarkan
maksud dan tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti ) Dharma,2011).
Pada studi ini kasus yang diambil adalah pasien dengan Asma Bronkial dan
dilakukan rawat inap selama 3 hari bertururt-turut.
3. Jumlah Partisipan
Jumlah partisipan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu 2
orang pasien Asma Bronkial yang sesuai dengan kriteria peneliti.

C. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian


1. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari pengajuan judul sampai
40

penelitian selesai. Dilakukan mulai dari bulan Oktober 2021 sampai bulan
Maret 2022.
a. Penyusunan proposal
Sebelum memulai penyusunan proposal, peneliti melakukan
pengambilan data awal pada bulan Oktober 2021. Penyusunan
proposal dilakukan selama 3 bulan.
b. Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada bulan Januari 2022
dan disesuaikan dengan ada tidaknya pasien dengan asma brokial di
ruang penyakit dalam RSUD Pemangkat Pengolahan data, analisis,
dan penyusunan laporan.
Pelaporan dan penyusunan karya tulis ilmiah akan dilakukan pada
bulan Januari sampai bulan Maret 2022.
2. Tempat penelitian
Rencana penelitian dilaksanakan di ruang penyakit dalam RSUD
Pemangkat pada tahun 2022.

D. Definisi Operasional
1. Asma bronkial adalah penyakit pernapasan kronis. Kondisi ini disebabkan
oleh peradangan saluran udara, menyebabkan hipersentivitas bronkus
terhadap peradangan dan penyumbatan saluran udara. Gejala klinis asma,
biasanya berupa mengi, sesak napas, nyeri dada, dan batuk. Ini berubah
dari waktu ke waktu dengan aliran udara pernafasan terbatas. Gejala ini
biasanya diperparah saat terpapar allergen debu,asap rokok dan lain-lain.
Ini terjadi pada malam hari atau saat orang mengalami demam atau
penyakit lain.
2. Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara lansung kepada klien/ pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
3. Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan
41

yang terdiri dari beberapa tahapan diantaranya pengumpulan data,


pengelompokan data dan menganalisis data.
4. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat,jelas dan
pasti tentang status atau masalah kesehatan pada anak dengan demam
typhoid yang perlu ditanggulangi.
5. Intervensi adalah pengembangan dari pencatattan rencana keperawatan
rencana keperawatan dan menentukan pendekatan yang digunakan untuk
mencegah masalah atau mengurangi masalah klien.
6. Implementasi yaitu pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
klien.
7. Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan klien.

E. Metode Pengumpulan Data


Pada penelitian ini penulis melakukan beberapa tahap pengumpulan
data yang berhubungan dengan tujuan penelitian, variabel yang akan diukur
dan instrumen yang digunakan, yaitu:
1. Pengumpulan data primer
Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
melakukan metode wawancara baik allo maupun auto anamnesa.
Wawancara dilakukan baik secara langsung ke pasien ataupun keluarganya
untuk menggali identitas pasien, identitas keluarga, dan riwayat kesehatan
pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
Data diperoleh dari melakukan observasi serta pemeriksaan fisik
dengan menggunakan alat pemeriksaan fisik yaitu tensimeter, pengukur
berat badan, stetoskop, thermometer, reflek hamer, handscoon pada dua
pasien Asma Bronkial serta menggunakan format pengkajian dan lembar
format evaluasi untuk mengetahui kondisi atau keadaan partisipan yang
dijadikan sample penelitian.
3. Pengumpulan data sekunder
Data sekunder diperoleh dari RSUD Pemangkat yang mendukung
42

untuk penelitian yaitu catatan medis dan catatan keperawatan berupa


lembar data yang telah terekomendasikan.

F. Prosedur penelitian
1. Mengajukan permohonan izin kepada insitusi pendidikan poltekkes
kemenkes pontianak prodi DIII jurusan keperawatan singkawang
2. Mengirimkan permohonan izin penelitian kepada derektur, kepala bidang
keperawatan, kepala bidang rekemadik dan kepala ruang rawat penyakit
dalam RSUD Pemangkat..
3. Mendapatkan balasan surat izin diperoleh dari RSUD Pemangkat.
4. Menjelaskan kepada calon partisipan beserta kelurga calon partisipan
tentang tujuan dan manfaat penelitian
5. Keluarga pasien yang bersedia, kemudian pasien menandatangani lembar
persetujuan penelitian tentang Asma Bronkial.
6. Data yang di peroleh merupaan hasil asuhan keperaatan yang di lakukan
terhadap partisipan dengan kasus Asma Bronkial .
7. Melakukan pengelolahan data asuhan keperawatan yang sudah diperoleh
selama dilakukan penelitian.
8. Tahap penulisan laporan dan penyusunan laporan hasil penelitian
G. Instrumen penelitian
Instrumen penelitan merupakan alat yang digunakan peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Data yang diperoleh
dari suatu pengukuran yang kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai bukti
dari suatu penelitian (Dharma, 2011).
1. Format pengkajian keperawatan medikal bedah
Format pengkajian kmb adalah catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan
pasien. Pengkajian yang komprehensif atau menyeluruh, sistematis yang
logis akan mengarah dan mendukung pada identifikasi masalah-masalah
pasien. Masalah-masalah ini dengan menggunakan data pengkajian
sebagai dasar formulasi yang dinyatakan sebagai diagnosa keperawatan.
43

Dari prodi DIII keperawatan Singkawang dikembangkan menjadi beberapa


aspek,yaitu:
a. Identitas Pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat keperawatan
d. Genogram
e. Pengkajian Fisik
f. Pola kebutuhan Gordon
g. Pemeriksaan penunjang
h. Terapi medis
2. Jenis alat yang digunakan untuk mendapatkan data meliputi format
pengkajian, format analisa data, format rencana keperawatan, format
implementasi, format evaluasi, Nursing Kit.

H. Analisa data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
kualitatif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, dimana
landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai
dengan fakta di lapangan. Setelah mengumpulkan data melalui observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi selanjutnya menggunakan analisis data.
Analisis data dilakukan sejak peneliti didalam penelitian, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Teknik analisis
dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan jawaban-jawaban dari penelitian
yang di peroleh dari hasil dari wawancara yang dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah.
Lalu dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
menghasilkan data untuk selanjutnya dikumpulkan oleh peneliti, data yang
dikumpulkan tersebut dapat berupa data subjektif dan data objektif. Data
subjektif adalah data yang didapatkan dari klien berupa suatu pendapat
terhadap suatu situasi atau kejadian. Sedangkan data objektif adalah data yang
dapat diobservasi dan diukur, yang diperoleh menggunakan panca indera
(melihat, mendengar, mencium, dan meraba) selama pemeriksaan fisik. Dari
44

data tersebut, selanjutnya peneliti menegakkan diagnosa keperawatan.


Kemudian peneliti menyusun intervensi atau rencana keperawatan,
melakukam implementasi atau pelaksanaan serta melakukan evaluasi asuhan
keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

I. Etika penelitian
1. Menghormati hakekat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat subjek
penelitian, maka peneliti sebaiknya mempersiapkan formulir persetujuan
(inform concent) yang mencakup :
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan manfaat yang didapat
c. Persetujuan subjek untuk menandatangani formulir informed consent,
jika ia menyetujui ikut serta dalam penelitian
d. Jaminan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang diberikan
oleh partisipan
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy an confidentiality )
3. Menghormati keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for
justice an inclusiveness )
Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa
penelitian dilakukan secara jujur,tepat,cermat, hati-hati dan dilakukan
secara professional.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan ( balancing
harms and benefits )
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap peneliti harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian
dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (beneficience).

J. Rencana Jadwal penelitian

Waktu
No Kegiatan
2021 2022
45

Okt Nov Des Jan Feb Mar


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perizinan
Pembuatan
2
proposal
Seminar
3
proposal
Revisi
4
proposal
Pengumpula
5
n data
6 Analisa data
Pembuatan
7
laporan
Penyajian
8
hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Pada bab ini menyajikan tentang hasil laporan kasus “Asuhan
Keperawatan dengan Klien Asma Bronkial dengan pemberian Segmental
Breathing pada Ny S. dan Tn. J di Rumah Sakit Pemangkat.” Prinsip dari
pembahasan ini dengan memperhatikan teori proses keperawatan yang terdiri
dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas,
perencanaan atau intervensi, penatalaksanaan atau implementasi, serta
evaluasi keperawatan untuk masalah yang menjadi prioritas. Pengkajian mulai
dilakukan tanggal 10-12 maret 2023 pada Ny. S dan tanggal 13-15 maret 2023
pada Tn.J .
1. Hasil studi kasus pada klien Ny. S
a. Pengkajian
1) Data Demografi Pasien
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 22 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Ds. Sebatuan kec pemangkat
Tanggal Masuk RS : 9 maret 2023
Tanggal Pengkajian : 10 maret 2023
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
2) Riwayat kesehatan yang di dapatkan oleh peneliti selama
pengkajian kepada pasien adalah sebagai berikut :

46
47

a) Keluhan Utama
Klien mengatakan sudah 3 hari mengalami sesak sebelum
masuk rumah sakit. Klien mengalami sesak semakin parah
pada malam hari ketika cuaca hujan dengan kondisi
lingkungan dingin.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat masuk rumah sakit klien mengeluh sesak disertai
dengan demam kurang lebih 3 hari .klien juga mengalami
batuk berdahak dengan secret bewarna putih kental yang sulit
dikeluarkan .klien mengatakan sering sesak pada malam hari
dengan kondisi cuaca dingin. Klien mengatakan saat sesak nya
kambuh klien mengalami kesulitan untuk tidur dan
beraktivitas. Klien tampak gelisah dan pucat.
c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Ny.S mengatakan mempunyai riwayat penyakit asma
kurang lebih 6 tahun. Ny S mengatakan belum pernah operasi.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny, S mengatakan ibu dan adiknya juga ada penyakit asma
sama seperti pasien. Ny S mengatakan keluarga tidak memiliki
riwayat penyakit Dm, Hipertensi.

3) Genogram

Tn.M Ny.F Riwayat asma Tn.D Ny.K

Ny.S An.A An. S Riwayat asma Tn.J Ny.f Tn.J Tn.D


asma

By.D
48

Ket :

: Pasien

: Perempuan

: Laki-laki

x : Perempuan Meninggal

x : Laki-laki Meninggal

: Tinggal Satu Rumah

Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara,klien


sudah menikah dan mempunyai satu anak berjenis kelamin
laki-laki berumur 1 tahun. Klien mengatakan ibu dan adik
perempuannya memiliki riwayat asma seperti dengannya, dan
klien menderita asma sejak 6 tahun yang lalu . Kedua orang tua
pasien dan suami pasien masih ada dan sehat.
4) Pola fungsi kesehatan
a) Pola Nutrisi dan Cairan
SMRS : Ny. S mengatakan sebelum sakit klien makan
dengan teratur 3x/hari dengan porsi 1 piring habis
dan minum air putih 7-8 gelas /hari.
Klien mengatakan tidak mengalami alergi makanan
namun klien mengalami sesak saat kondisi
lingkungan dingin.
MRS :Ny.S mengatakan selama di rumah sakit klien tidak
mengalami pernurunan makan atau pun minun
dengan makan 3x/ hari. Dan minu 5-6 gelas/ hari.
b) Pola Eliminasi
SMRS : Ny. S mengatakan klien BAB 1x/hari dengan
konsistensi padat dan berwarna kuning, tidak ada
nyeri. BAK 1-3x/hari dengan warna kuning keruh,
total urine yang dikeluarkan perhari adalah 250 ml.
MRS : Pasien selama sakit BAB nya normal tetapi
49

konsistensi nya lembek dan berwarna kuning. BAK


1-3x/hari dengan warna kuning keruh, total urine
yang dikeluarkan per hari adalah 250 ml.
c) Pola Istirahat dan Tidur
SMRS :Ny.S mengatakan biasa tidur 5-6 jam, tidur siang
sekitar 1 jam dan tidur malam 5-6 jam.
MRS : Ny.S mengatakan sulit tidur karena sesak ,sulit
untuk bernapas.klien hanya bisa tertidur 3-4 jam,
tidur siang sekitar 3 jam dan tidur malam 1 jam.
Klien bisa tidur siang hingga 3 jam karena ada
keluarga yang memijit klien. Klien mengatakan
posisi tidur yang nyaman dengan posisi setengah
duduk/ semi fowler.
d) Pola Aktivitas
SMRS : Ny.S aktivitas dibantu sebagian oleh keluarga
MRS :Ny. S mengatakan aktivitas dibantu sebagian oleh
keluarga.Klien mengatakan minta bantuan seperti ke
wc,ganti pakaian, dan memposisikan dirinya dengan
nyaman.
e) Pola Personal Hygiene
SMRS :Ny.S mengatakan klien rutin mandi 2x/hari di pagi
dan sore hari, menggosok gigi setiap mandi dan
keramas 2 hari sekali, memotong kuku seminggu
sekali.
MRS : Ny.S mengatakan selama di RS klien hanya di
mandi 1x/hari, menggosok gigi 2x/hari dan tidak
keramas.
f) Pola Kognitif Presepsi
SMRS : Ny. S berbicara dengan jelas dan baik.
MRS : Ny. S berbicara jelas dan berbicara dengan baik
dengan orang lain.
50

g) Pola Coping dan Stress


MRS : Ny. S mengatakan sesaknya berulang, dan
semakin parah jika hujan dengan kondisi cuaca
dingin. klien merasa gelisah,cemas dan kepikiran
dengan keadaannya.
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Lemah
GCS : E4 V5 M6
Nilai Total : 15
Tanda-tanda Vital : TD : 90/70 mmHg
N : 82x/menit
RR : 26x/menit
S : 38°C
SpO2 : 98%
Tinggi Badan : 152 cm
Berat Badan : 38 kg

b) Pemeriksaan Head to Toe


Kepala dan Rambut
Inspeksi : Bentuk kepala bulat dan simetris, tidak ada
lesi, rambut berwarna hitam,pendek dan
lurus.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,
Mata
Inspeksi : Simetris, konjungtiva tampak anemis,
sklera putih.
Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi dan polip. Pasien
tampak diberikan oksigen dengan cuping
hidung.
51

Palpasi : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada


nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris, fungsi
pendengaran baik, telinga sedikit serumen
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : Membran mukosa kering, tidak ada tanda-
tanda peradangan pada mulut klien, klien
tidak mengalami sariawan dan pasien tidak
mengalami kesulitan menelan.
Leher
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat lesi.
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar
tiroid dan vena jugularis teraba.
Pernapasan
Inspeksi : pernapasan terlihat cepat, dan tulang rusuk
naik turun. Di bantu otot bantu perut. Pasien
terlihat lebih enak dengan posisi duduk atau
semi fowler
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan. Vocal fremitus
menurun akibat udara yang terperangkap
dan penurunan densitas prenkim paru.
Perkusi :terdengar bunyi resonan
Auskultasi : terdengar suara tambahan wheezing

Dada (Jantung)
Inspeksi : Simetris dan tidak terdapat lesi, terdapat
edema di dada sebelahkiri iktus cordis tidak
terlihat.
Palpasi : terdapat nyeri tekan di dada kiri Iktus
cordis teraba di RIC V.
52

Perkusi : Pekak, batas jantung 1 jari dibawah RIC


VI.
Auskultasi : takikkardi dan tidak terdapat bunyi
tambahan.
Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi,
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
Auskultasi : Bising usus 18x/menit
Perkusi : Terdengar suara pekak
Genetalia
Tidak ada keluhan dan kelainan pada genetalia klien.
Muskuloskeletal
Inspeksi : Kedua kaki simetris, tidak terdapat lesi
pada kedua kaki klien.
Palpasi : Akral hangat.
Neurologis
Secara kualitatif kesadaran klien compos mentis atau kesadaran
penuh.
Integument
Inspeksi : Tidak terlihat ada.
Palpasi : CRT > 3 detik, turgor kulit elastis
Ekstermitas

5555 5555
5555 5555

6) Psikososial
Status Emosi : Pasien tampak tenang dan tidak panik
Konsep Diri : Pasien tidak merasa rendah diri dan
menganggap bahwa penyakit ini hanyalah
cobaan dari tuhan untuk dirinya dan sebagai
penghapus dosa.
53

Pola Koping : Dalam mengambil keputusan pasien selalu


dibantu keluarga, karena apapun masalah
harus dimusyawarahkan, upaya yang
dilakukan dalam menghadapi penyakitnya
sekarang ini adalah berobat dan berdoa.
7) Pemeriksaan Penunjang
a) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny. S
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
RAPID TEST SWAB
ANTIGEN SARS Cov-2 NEGATIF - Negatif
Antigen
HEMATOLOGI 13.1 g/dl 10.9-14.9
HEMOGLOBIN 40.2 vol% 34.0-45.1
HEMATOKRIT 246 10^3/ul 216-451
LOMBOSIT 9.70 10^3/ul 4.79-11.34
LEUKOSIT
KIMIA KLINIK 15.0 mg/dl 10.0-50.0
UREUM 0.64 mg/dl 0.60-1.10
KREATININ 85.0 mg/dl 70-140
LUKOSA SEWAKTU STIK
NEOROLOGI
WIDAL (+ 1/200 Titer <1/160
SALMONELLA TYPHI H (+ 1/400 atau titer
SALMONELLA TYPHI O <4x titer
<1/160
atau
kenaikan
titer <4x
54

8) Terapi Medis
Tabel 4.2 Terapi Medis Ny. S
Obat oral Dosis
PCT 3x650 g
Maxigesic 1x1/2
Aspilets 1x80 g
CPG 1x75 g
simvastati 1x10 g
Miozidin 2x1
NAC 3x1

Obat Injeksi Dosis


IV cairan RL 8 tpm
Cefoperazone 2x1 g
Methylprednisolone 1x40 g
Omeprazole 1x62,5

Obat inhalasi/nebu Dosis interval


Nebu combipen 3x1

b. Analisa Data
Tabel 4.3 Analisis Data Ny. S
No. Datasim Etiologi Masalah
1. Ds: Spasma jalan napas Bersihan jalan
- Klien mengeluh sesak napas tidak efektif
- Klien mengatakan batuk
dan dahak sulit untuk di
keluarkan
- Klien mengatakan sesak
ketika beraktivitas
terlalu berat atau
kecapean.
- Klien mengatakan sesak
ketika cuaca dingin.
Do:
- Klien tampak sulit
bernapas
- Klien tampak bernapas
menggunakan cuping
hidung
- Terdengar suara
tambahan wheezing
- Klien tampak gelisah
- Tanda-tanda Vital:
TD : 90/70 mmHg
N: 82x/m
RR: 26x/m
55

2. Ds: Aktivitas berlebihan Hipertermia


- Klien mengatakan
demam dan badan terasa
panas
- Klien mengatakan
demam ilang timbul
- Klien mengatakan
demam tinggi terjadi 3
hari yang lalu.

Do:
- klien tampak lemah
- Suhu :38C
- Nadi: 82x/menit
- RR:28x/menit
3. Ds : Kurang kontrol tidur Gangguan pola
- Klien mengatakan tidur
kesulitan untuk tidur
- Klien mengatakan tidur
hanya 2-3 jam pada
mlam hari.
Do:
- Klien tampak pucat
- Klien tampak lemah
- Klien tampak kesulitan
untuk tidur
- Klien tampak gelisah
- Tanda-tanda Vital:
TD: 90/70 mmHg
N: 82x/m
RR: 26x/m
4. Ds: Ketidak seimbangan Intoleransi
- Klien mengatakan jika antara suplai dan aktivitas
terlalu beraktivitas berat kebutuhan oksigen
klien merasa sesak dan
mudah sakit
Do:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak sesak jika
beraktivitas terlalu berat.

c. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.4 Tabel Diagnosa Keperawatan Ny. S
No. Diagnosa Ditemukan Teratasi
1. Bersihan jalan napas tidak 10 maret 2023
efektif (D.0001) berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk
56

batuk secara efektif


2. Hipertemia (D.0130)
10 maret 2023
berhubungan dengan proses
penyakit
3. Gangguan pola tidur(D.0055) 10 maret 2023
berhubungan dengan kurang
kontrol tidur
4. Intolenransi aktivitas (D.0056)
10 maret 2023
berhubungan dengan kelemahan

Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan Ny. S


No. SDKI SLKI SIKI
1. Bersihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas dan
jalan napas dilakukan asuhan keperawatan Latihan batuk efektif
tidak 3x24 jam, maka diharapkan Observasi
efektif bersihan jalan napas membaik 1. Monitor pola napas
dengan kriteria hasil :
2. Idenfikasi kemampuan
- Produk sputum : menurun batuk
- mengi : menurun 3. monitor adanya retensi
- wheezing : menurun sputum
- sianosis : menurun Terpeutik
- gelisah : menurun 1. posisikan semi fowler
- frekuensi napas : membaik
2. berikan minuman hangat
3. lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
4. berikan oksigen
Edukasi
1. anjurkan untuk Tarik
napas dalam
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
mukolitik dan ekspektoran
2. hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
asuhan keperawatan 3x24 Observasi
jam. maka diharapkan suhu 1. Identifikasi penyebab
tubuh normal dengan kriteria hipertemia
hasil:
- Pucat : meningkat 2. Monitor sushu tubuh
- suhu tubuh : membak 3. monitor komplikas akibat
- suhu kulit : membaik hipertermia
- ventilasi : membaik
- tekanan darah : membaik Terapeutik
1. longgarkan atau lepaskan
pakaian
2. Berikan cairan oral
57

3. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena,jika per
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I.09265)
pola tidur keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam diharapkan pola tidur - Identifikasi pola aktivitas
(L.05045) membaik, dengan dan tidur
kriteria hasil :
- Identifikasi faktor
- Keluhan sulit tidur pengganggu tidur
menurun
- Identifikasi makanan dan
- Keluhan sering terjaga minuman yang
menurun mengganggu tidur
- Keluhan tidak puas tidur - Identifikasi obat tidur
menurun yang dikonsumsi
- Keluhan pola tidur
berubah menurun Terapeutik
- Keluhan istirahat tidak - Modifikasi lingkungan
cukup menurun
- Batasi waktu tidur siang,
- Kemampuan beraktivitas jika perlu
meningkat
- Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur
rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
- Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunang
siklus tidur terjaga

Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan
obat tidur yang
mengandung supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
58

tidur
- Ajarkan relaksasi obat
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya.
4. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I.
aktivitas keperawatan selama 3x24 jam 05178) :
ditemukan kriteria hasil : Observasi
Toleransi Aktivitas 1. Identifikasi gangguan
(L.05047) fungsi tubuh yang
1. Frekuensi nadi meningkat mengakibatkan kelelahan
2. Saturasi oksigen (Mis. Penurunan O2)
meningkat 2. Monitor kelelahan fisik
3. Kemudahan dalam dan emosional (observasi
melakukan aktivitas kemampuan pasien
sehari-hari meningkat melakukan aktivitas dan
4. Kecepatan berjalan respon pasien dalam
meningkat menghadapi penyakitnya)
5. Jarak berjalan meningkat 3. Monitor pola tidur dan
6. Kekuatan tubuh bagian jam tidur (apakah < 8
bawah meningkat jam/harinya)
7. Toleransi dalam menaiki 4. Monitor lokasi dan
tangga meningkat ketidaknyamanan selama
8. Keluhan lelah menurun melakukan aktivitas
Terapeutik
9. Dyspnea saat aktivitas
menurun 1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
10. Dyspnea setelah aktivitas
stimulus (Mis. Cahaya,
menurun
suara kunjungan)
11. Perasaan lemah menurun
2. Lakukan latihan rentang
12. Aritmia saat aktivitas gerak pasif atau aktif
menurun
(Pasif : untuk pasien yang
13. Sianosis menurun belum bisa mandiri,
14. Warna kulit membaik aktif : perawat hanya
15. Tekanan darah membaik membimbing)
16. Frekuensi napas membaik
17. EKG iskemia membaik Edukasi
1. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
2. Anjurkan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi diet yang tepat untuk
pasien
59

d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Ny. S
Diagnosa 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif (D. 0001)
Tanggal dan Jam Implementasi dan Hasil Evaluasi
10 maret 2023 Manajemen jalan napas (I. S:
01011) dan latih batuk efektif - Klien mengatakan
1. Memonitor pola napas terasa sesak
R/ klien mengatakan sulit - Klien mengatakan
untuk bernapas dahak sulit untuk
RR: 28x/menit dikeluarkan
2. Mengidentifikasi kemampuan Klien- mengatakan
batuk lebih nyaman dengan
posisi setengah duduk
R/ klien mengatakan sering
- Klien mengatakan
batuk tetapi dahak tidak
mengerti cara batuk
bisa dikeluarkan
efektif
3. Memonitor bunyi napas
- Klien mengatakan
H/bunyi suara napas klien kurang memahami
terdengar wheezing dengan terapi
4. Memonitor sputum segmental breathing
R/ klien mengatakan
sputum sulit untuk keluar O :
5. memposisikan semi fowler - Klien tampak sesak
R/ klien mengatakan lebih - Klien tampak gelisah
nyaman dengn posisi ini - Klien terpasang nasal
6. Memberikan minuman hangat kanul ke dua lubang
H/agar mempermudah dahak dihing pasien
keluar. - Klien tampak nyaman
7. Memberikan oksigen dengan posisi semi
H/ klien terpasang nasal fowler
kanul ke dua lubang - Klien belum
hidung pasien memahami teknik
8. Mengajarkan teknik batuk terapi segmental
efektif breathing.
- TTV: TD 90/70
R/ klien mengatakan akan mmhg
melakukannya dengan - Suhu: 38C
rutin. - RR:28x/menit
9. Mengajarkan cara terapi A : Masalah pola naps
segmental breathing tidak efektif (D. 0005)
R/ klien mengatakan belum teratasi
memahami sedikit teknik - P: Manajemen jalan
terapi segmental reathing napas (I. 01011)
60

11 maret 2023 Manajemen jalan napas(I. 01011) S :


dan latih batuk efektif - Klien mengatakan
1. Memonitor pola napas merasa nyaman
R/ klien mengatakan sulit karena terpasang
untuk bernapas oksigen nasal kanul
RR: 24x/menit - Klien mengatakan
2. Memonitor sputum setiap pagi meminum
R/ klien mengatakan sputum air hangat dan
sulit untuk keluar melakukan teknik
3. Memposisikan semi fowler batuk efektif
- Klen mengatakan
R/ klien mengatakan lebih
setelah melakukan
nyaman dengn posisi ini.
terapi segmental
4. Memberikan minuman hangat
breathing, merasa
H/agar mempermudah nyaman dan sesak
dahak keluar. berkurang
5. Memberikan oksigen
H/ klien terpasang nasal O :
kanul ke dua lubang - Kien tampak tenang
hidung pasien - Klien tampak
6. Mengajarkan teknik batuk menerapkan yang
efektif diajarkan cara batuk
R/ klien mengatakan akan efektif
melakukannya dengan - Klien memahami
rutin. dengan terapi
7. Mengajarkan cara terapi segmental breathing
segmental breathing dan pasien
R/ klien mengatakan menerapkannnya
memahami teknik terapi dengan mandiri
segmental breathing - RR: 24x/menit
- Suhu :37,8C
A: Masalah pola napas
tidak efektis(D. 0005)
teratasi sebagian

P: Intervensi
Manajemen jalan naps
(I. 01011 dilanjutkan
12 maret 2023 Manajemen jalan napas(I. 01011) S:
1. Memonitor pola napas - Klien mengatakan
R/ klien mengatakan sulit sesak berkurang
untuk bernapas berkurang - Klien mengatakan
RR: 22x/menit akan menerapkan
2. Memposisikan semi fowler terapi segmental
R/ klien mengatakan lebih breathing di rumah
nyaman dengn posisi ini. nanti.
3. Memberikan minuman hangat - Klien mengatkan
tenang dan senang
H/agar mempermudah dahak
61

keluar. saat kondisi membaik.


4. Memberikan oksigen O:
H/ klien tidak lagi terpasang - Klien tampak tenang
nasal kanul - Klien tampak bahagia
- Klien tampak
5. Mengajarkan teknik batuk
mempratekkan terapi
efektif segmental breathing
R/ klien mengatakan akan - TTV
melakukannya dengan rutin.
6. Mengajarkan cara terapi
segmental breathing
R/ klien mengatakan dengan
di terapkan dengan teknik ini,
klien merasa nyaman dan
sesak berkurang.

Diagnosa 2 : Hipertermi (D. 0130)


Tanggal dan Jam Implementasi dan Hasil Evaluasi
10 maret 2023 S:
Manajemen Hipertermi (I.)
- Klien mengatakan
1. Mengidentifikasi penyebab demam ilang timbul dan
hipertemia demam tinggi sejak 3
R/ klien mengatakan sesak dan hari yang lalu
demam ilang timbul - Klien mengatakan sesak
2. Memonitor suhu tubuh dan demam timbul
H/ suhu tubuh klien 38C - Klien mengatakan
3. Memonitor komplikasi akibat badan terasa lemas
hipertermia O:
R/ klien mengatakan terasa - Klien tampak lemah
mengganggu di seluruh tubuhnya - Badan klien panas
4. Melonggarkan atau lepaskan - Klien di berikan cairan
pakaian infus Rl
R/ klien mengatkan memakai - Klien terpasang nasal
baju yang longgar kanul
5. Memberikan oksigen - TTV
H/ klien terpasang nasal kanul di TD:90/70
lubang hidung pasien RR:28x/menit
6. Menganjurkan tirah baring Suhu:38 C
H/klien tampak istirahat - Klien tampak pucat
7. Mengkolaborasi pemberian A: Masalah Hipertermia
cairan dan elektrolit (D. ) belum teratasi
intravena,jika perlu P: Intervensi Manajemen
Hipertermia (I.)
H/ cairan infus Rl
dilanjutkan
11 maret 2023 Manajemen hipertemia (I. ) S:
1. Memonitor suhu tubuh - Klien mengatakan
H/ suhu tubuh klien 37C badannya terasa
2. Melonggarkan atau lepaskan
62

pakaian nyaman
R/ klien mengatkan memakai - Klien mengatakan tidak
baju yang longgar terasa panas lagi
3. Memberikan oksigen O:
H/ klien terpasang nasal kanul - Klien tampak sehat
di lubang hidung pasien - Klien tampak segar
4. Menganjurkan tirah baring - Mukosa tampak
H/klien tampak istirahat kemerahan
5. Mengkolaborasi pemberian
- Klien tampak duduk
cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
- TTV
TD :100/70
H/ cairan infus Rl
N :80x/menit
RR :22x/menit
Suhu : 37C
A: Masalah Hipertermia
(D. ) teratasi
P: Intervensi Manajemen
Hipertermia (I.)
dihentikan

Diagnosa 3 : Gangguan pola tidur (D. 0055)


Tanggal dan Jam Implementasi dan Hasil Evaluasi
10 maret 2023 Dukungan tidur(I) S:
Dukungan Tidur (I. 09265) - klien mengatakan tidur
hanya 2-3 jam pada
1. Mengidentifikasi pola dan
malam hari, tidur suang
aktivitas tidur
2 jam
R/ klien mengatakan sebelum
masuk rumah sakit klien tidur 6- - Klien mengatakan tidak
7 jam dengan durasi tidur siang ada makanan ataupun
selama 2 jam dan tidur malam minuman yang
dengan durasi 4-5 jam sehari mengganggu tidur klien
R/ setelah masuk rumah sakit klien - Klien mengatakan klien
mengatakan kesulitan tidur di tidak mengkonsumsi
malam hari , tidur hanya 2-3 obat tidur apapun
jam pada malam hari - Klien dan keluarga
2. Mengidentifikasi faktor mengaku memahami
pengganggu tidur pentingnya tidur cukup
R/ Klien mengatakan karena sesak selama sakit setelah
dan nyeri di ulu hati perawat memberikan
3. Mengidentifikasi makanan dan pendidikan kesehatan
minuman yang mengganggu - Klien dan keluarga
tidur mengatakan akan mulai
R/ Klien mengatakan tidak ada menjadwalkan pola
makanan ataupun minuman tidur siang maupun
yang mengganggu tidur klien malam klien
4. Mengidentifikasi obat tidur - Klien dan keluarga
yang dikonsumsi mengaku memahami
R/ Klien mengatakan klien tidak faktor yang
mengkonsumsi obat tidur berkontribusi dalam
apapun gangguan pola tidur
63

R/ Klien tampak tidak diresepkan setelah dijelaskan oleh


obat tidur oleh dokter perawat
5. Menjelaskan pentingnya tidur - Klien mengaku tidak
cukup selama sakit mampu melakukan
R/ Klien dan keluarga mengaku teknik relaksasi otot
memahami pentingnya tidur autogenik
cukup selama sakit setelah O:
perawat memberikan - Klien tampak tidak
pendidikan kesehatan diresepkan obat tidur
6. Menganjurkan menepati oleh dokter
kebiasaan tidur A: Masalah Gangguan
R/ Klien dan keluarga mengatakan Pola Tidur (D. 0055)
akan mulai menjadwalkan pola belum teratasi
tidur siang maupun malam klien P: Intervensi Dukungan
7. Mengajarkan faktor-faktor yang Tidur (I. 09265)
berkontribusi terhadap dilanjutkan
gangguan pola tidur
R/ Klien dan keluarga mengaku
memahami faktor yang
berkontribusi dalam gangguan
pola tidur setelah dijelaskan
oleh perawat
8. Mengajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
R/ Klien mengaku tidak mampu
melakukan teknik relaksasi otot
autogenik

11 maret 2023 Dukungan tidur (I)


S:
Dukungan Tidur (I. 09265) - Klien mengatakan
1. Mengajarkan relaksasi otot sudah memahami cara
autogenik atau cara melakukan relaksasi
otot autogenik akan
nonfarmakologi lainnya
tetapi klien kesulitan
R/ Klien mengatakan sudah
dalam menerapkannya
memahami cara melakukan
O:
relaksasi otot autogenik akan
A: Masalah Gangguan
tetapi klien kesulitan dalam
Pola Tidur (D. 0055)
menerapkannya
teratasi sebagian
P: Intervensi Dukungan
Tidur (I. 09265)
dilanjutkan
12 maret 2023 Dukungan tidur(I. )
Dukungan Tidur (I. 09265) S:
1. Mengajarkan relaksasi otot - Klien mengatakan klien
autogenik atau cara sudah mulai
nonfarmakologi lainnya menerapkan relaksasi
R/ Klien mengatakan klien otot autogenik yang
sudah mulai menerapkan sudah diajarkan oleh
relaksasi otot autogenik yang perawat
64

sudah diajarkan oleh perawat O:


A: Masalah Gangguan
Pola Tidur (D. 0055)
teratasi sebagian
P: Intervensi Dukungan
Tidur (I. 09265)
dihentikan
Diagnosa 4 : Intoleransi Aktivitas (D.)
Tanggal dan Jam Implementasi dan Hasil Evaluasi
10 maret 2023 Manajemen Energi (I. 05178) S:
1. Mengidentifikasi gangguan - Klien mengatakan jika
fungsi tubuh yang sesak datang klien
mengakibatkan kelelahan (Mis. suslit untuk beraktivitas
Penurunan O2) - Klien mengatakansulit
R/ klien mengatakan jika sesak untuk tidur jika sesak
datang ,klien sulit untuk kanbuh
beraktivitas. - Klien mengatakan
2. 2.memonitor kelelahan fisik dan hanya pekerjaan ibu
emosional (observasi rumah tangga yg bisa
kemampuan pasien melakukan dilakukannya
aktivitas dan respon pasien O:
dalam menghadapi penyakitnya) - Klien tampak lemah
R/ klien mengatakan jika - Klien tampak berbaring
beraktivitas terlalu berat, - Klien tampak lelah dan
penyakit asma terganggu. pucat
R/ klien mengatakan hanya ibu TTV
rumah tangga yang bisa TD: 110/70
dilakukannya N:82x/menit
3. Memonitor pola tidur dan jam RR:28x/menit
tidur (apakah < 8 jam/harinya) Suhu:38C
R/ klien mengatakan jika sesak
datang klien kesulitan untuk A. masalah intoleransi
tidur aktivitas belum teratasi
4. Memonitor lokasi dan P: manajemen energy
ketidaknyamanan selama dilanjutkan
melakukan aktivitas
R/klien mengatakan dada terasa
sesak jika melakukan
aktivitas berat.
5. Menganjurkan aktivitas secara
bertahap
R/ klien mengatakan biasa
berjalan ke wc .
11 maret 2023 Manajemen energi(I. )
S:
1. Mengidentifikasi gangguan - Klien mengatakan sesak
fungsi tubuh yang berkurang , dan klien
mengakibatkan kelelahan (Mis. beraktivitas seperti
Penurunan O2) menggosok gigi
R/ klien mengatakan jika sesak - Klien mengatakan tidur
datang ,klien sulit untuk nyenyak dan
65

beraktivitas. sesakberkurang
2. Memonitor kelelahan fisik dan - Klien mengatakan
emosional (observasi hanya pekerjaan ibu
kemampuan pasien melakukan rumah tangga yg bisa
aktivitas dan respon pasien dilakukannya
dalam menghadapi O:
penyakitnya) - Klien tampak lemah
R/ klien mengatakan jika - Klien tampak berjalan
beraktivitas terlalu berat, ke wc
penyakit asma terganggu. - Klien tampak segar
R/ klien mengatakan hanya ibu TTV
rumah tangga yang bisa TD: 110/70
dilakukannya N:82x/menit
3. Memonitor pola tidur dan jam RR:24x/menit
tidur (apakah < 8 jam/harinya) Suhu:37,6C
R/ klien mengatakan jika sesak
datang klien kesulitan untuk A. masalah intoleransi
tidur aktivitas teratasi sebagian
4. Memonitor lokasi dan P: manajemen energy
ketidaknyamanan selama dilanjutkan
melakukan aktivitas
R/klien mengatakan dada terasa
sesak jika melakukan
aktivitas berat.
5. Menganjurkan aktivitas secara
bertahap
R/ klien mengatakan biasa
berjalan ke wc .

12 maret 2023 Manajemen energi(I.)


1. Mengidentifikasi gangguan S:
fungsi tubuh yang - Klien mengatakan bisa
mengakibatkan kelelahan (Mis. beraktivitas seperti
Penurunan O2) biasa karena sesak
R/ klien mengatakan jika sesak berkurang
datang ,klien sulit untuk - Klien mengatakan tidur
beraktivitas. nyenyak dan tidak ada
2. Memonitor kelelahan fisik dan gangguan
emosional (observasi - Klien mengatakan
kemampuan pasien melakukan hanya pekerjaan ibu
aktivitas dan respon pasien rumah tangga yg bisa
dalam menghadapi dilakukannya
penyakitnya) O:
R/ klien mengatakan jika - Klien tampak tenang
beraktivitas terlalu berat, - Klien tampak berjalan
penyakit asma terganggu. dan mandi
R/ klien mengatakan hanya ibu - Klien tampak lsegar dan
rumah tangga yang bisa tidak pucat
dilakukannya TTV
3. Memonitor pola tidur dan jam TD: 100/70
tidur (apakah < 8 jam/harinya) N:82x/menit
R/ klien mengatakan jika sesak RR:22x/menit
66

datang klien kesulitan untuk Suhu:37C


tidur
4. Memonitor lokasi dan A. masalah intoleransi
ketidaknyamanan selama aktivitas teratasi
melakukan aktivitas P: manajemen energy
R/klien mengatakan dada terasa dihentikan.
sesak jika melakukan
aktivitas berat.
5. Menganjurkan aktivitas secara
bertahap
R/ klien mengatakan biasa
berjalan ke wc .

2. Hasil studi kasus pada klien Tn.J


a. Pengkajian
1) Data Demografi Pasien
a) Identitas Pasien
Nama : Tn.J
Umur : 50 thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu
Pekerjaan : petani
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Desa Bentunai Kec Selakau
Tanggal Masuk RS : 13 maret 2023
Tanggal Pengkajian : 13 maret 2023
Diagnosa Medis : asma bronkial
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Umur : 38thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : petani
Alamat : Desa Bentunai Kec. Selakau
Hubungan sebagai : istri
67

2) Riwayat kesehatan yang di dapatkan oleh peneliti selama


pengkajian kepada pasien adalah sebagai berikut :
a) Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak kurang lebih 3 bulan yang lalu,dan
mengalami sesaknya parah sudah satu minggu,klien sesak
dengan kondisi cuaca dingin.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat masuk rumah sakit klien mengeluh sesak kurang
lebih 3 bulan tetapi yang parah sesaknya 1 minngu ini, sesak
kuat terjadi saat cuaca dingin, klien mengatakan batuk teru
menerus kurang lebih 5 bulan dan pernah masuk ruang isolasi
selama 1 minggu . klien mengatakan ini yang ke 3 kalinya
masuk ke rumah sakit Pemangkat. Klien tampak gelisah dan
pucat. TTV yang di dapat klien dengan TD: 148/106 mmhg,
Suhu: 36C, RR: 28x/menit, Nadi: 113x/menit.
c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi kurang lebih
3 tahun yang lalu,dan klien berobat ke puskesmas.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan ke dua orgtua klien mempunya riwayat
sesak sama dengan dirinya.
3) Genogram
Pasien merupakan anak kedua dari 4 bersaudara, klien sudah
kurang lebih 3 bulan menderita asma dan batuk kurang lebih 5
bulan . Dari genogram diatas, didapatkan ada anggota keluarga
yang mengalami penyakit yang serupa (ASMA). Ibu klien
meninggal karena asma, dan klien diam sama istri dan satu
anaknya. Orangtua istri bapak nya meninggal karena sakit Dm.
68

hipertensi dan asma demam

Tn.A Ny.K DM Tn.P Ny.A

Ny.c Tn.J Tn.H Ny.a Ny. Tn.A Ny.L


T

An. K

Ket:

: Pasien

: Perempuan

: Laki-laki

X : Perempuan Meninggal

X : Laki-laki Meninggal

: Tinggal Satu Rumah

4) Pola fungsi kesehatan


a) Pola Nutrisi dan Cairan
SMRS : Klien mengatakan sebelum sakit klien makan 3x/hari
dengan menu nasi laok pauk dan tidak ada pantangan,
dengan porsi makan 1 porsi, klien minum air putih
700-800 ml/hari.
Klien tidak mempunyai alergi makanan, tetapi klien
mempunyai alergi cuaca saat dingin
MRS : Klien mengatakan selama di rumah sakit klien hanya
makan 3x/hari dengan porsi makan1 porsi dan klien
minum air putih yang dikonsumsi klien sekitar 500-
600ml/hari.
b) Pola Eliminasi
SMRS : Klien mengatakan klien BAB 1x/hari dengan
69

konsistensi padat dan berbau khas, tidak ada nyeri yg


dirasakan klien. Klien BAK 5-6x/hari dengan warna
kuning jernih, untuk total urine yang dikeluarkan
klien, keluarga mengaku tidak tahu dan tidak
menghitung.
MRS : Klien mengatakan selama di rumah sakit klien belum
ada BAB dan klien BAK sebanyak 6-7x/hari, dengan
total urine yg dikeluarkan dalam sehari ialah 250-300
ml/hari.
c) Pola Istirahat dan Tidur
SMRS : Klien mentakan klien tidur 6-7 jam sehari dan tidak
mengalami kesulitan tidur. Keluarga klien
mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien tidur
siang 2 jam dan tidur malam 4-5 jam. Setelah masuk
rumah sakit klien tidur 4-5 jam sehari. Keluarga klien
mengatakan klien tidur siang 3 jam dan tidur malam
1-2 jam.
MRS : Klien mengatakan klien sulit tidur karena sesak, klien
tidur 4-5 jam sehari.
d) Pola Aktivitas
SMRS : Klien mengatakan klien melakukan segala
aktivitasnya secara mandiri.
MRS : Klien mengatakan setelah masuk rumah sakit semua
aktivitas klien dilakukan diatas tempat tidur karena
klien merasa lemah dan dalam memenuhi
kebutuhannya klien dibantu oleh keluarga.
e) Pola Personal Hygiene
SMRS : Klien mengatakan klien mandi 2x/hari di pagi dan
sore hari, menggosok gigi setiap kali mandi dan
keramas 2 hari sekali, memotong kuku seminggu
sekali.
MRS : Klien mengatakan selama di rumah sakit klien hanya
70

di sekali 1x/hari dan tidak menggosok gigi ataupun


keramas. Klien hanya menggunakan obat umur setiap
kali sehabis makan.
f) Pola Kognitif Presepsi
SMRS : klien mengatakan sebelum sakit klien sadar penuh dan
berbicara dengan baik
MRS : Klien mengatakan klien bisa berbicara dengan baik
dengan orang lain.
g) Pola Coping dan Stress
MRS : klien mengatakan sesaknya terjadi berulang ulang
dank lien merasa cemas dan khawatir dengan
keadaannya.
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Lemah
GCS : E4 V5 M6
Nilai Total : 15
Tanda-tanda Vital : TD : 148/106 mmHg
R : 28x/menit
N : 88x/menit
S : 36,8°C
Tinggi Badan : 163 cm
Berat Badan : 63 kg
b) Pemeriksaan Head to Toe
Kepala dan Rambut
Inspeksi : Kepala klien berbentuk bulat dan
simetris, tidak ada lesi, rambut
berwarna hitam bercampur uban,
pendek.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
71

Mata
Inspeksi : Simetris, konjungtiva anemis, sklera
putih,
Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi dan polip. Klien
terpasang cuping hidung.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan edema.
Telinga
Inspeksi : Telinga kiri dan kanan klien simetris,
fungsi pendengaran klien baik dan
terdapat sedikit serumen.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
Mulut
Inspeksi : Membran mukosa kering,. Klien tidak
mengalami kesulitan menelan.
Leher
Inspeksi : Normal dan tidak terdapat lesi.
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran pada
kelenjar tiroid dan vena jugularis klien
teraba.
Pernapasan
Inspeksi : Pernapasan klien terlihat cepat klien
terpasang cuping hidung dan dibantu
otot perut
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,fokal fremitus
menurun
Perkusi : suara resonan ke dua paru pasien
Auskultasi : terdengar suara tambahan wheezing
Dada (Jantung)
Inspeksi : Dada klien terlihat simetris, tidak
terdapat lesi, iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ruang intercostal
72

2 linea dekstra sinistra


Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan dan
suara jantung S1 lup dan S2 dup
Perkusi : Terdengar suara redup pada batas
jantung.
Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidal ada nyeri tekan.
Auskultasi : Bising usus 25x/menit
Perkusi : Terdengar suara pekak
Genetalia
Tidak ada kelainan dan keluhan pada genetalia klien
Muskuloskeletal
Inspeksi : Kedua kaki simetris, tidak terjadi
pembengkakan di kaki klien dan tidak
terdapat luka.
Palpasi : Akral teraba hangat dan kaki tidak ada
kelainan.
Neorologis
Secara kualitatif kesadaran pasien compos mentis, yaitu
kesadaran penuh.
Integument
Inspeksi : Tidak terlihat adanya lesi maupun luka
hanya saja kulit klien tampak pucat,
akral teraba dingin, dan turgor kulit >2
detik
Palpasi : CRT > 2 detik,
Ekstermitas

5555 5555
5555 5555
73

6) Psikososial
Status Emosi : Klien tampak termenung dengan penyakitnya
Konsep Diri : Klien mengatakan klien hanya saja klien
mencoba ikhlas dengan takdir yang sudah tuhan
rencanakan.
Pola Koping : Dalam mengambil keputusan klien selalu
dibantu keluarga, karena apapun masalah harus
dimusyawarahkan, upaya yang dilakukan dalam
menghadapi penyakitnya sekarang ini adalah
berobat dan berdoa.
7) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tn. J
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
RAPID TEST SWAB ANTIGEN
SARS Cov-2 Antigen NEGATIF - Negatif
HEMATOLOGI
HEMAGLOBIN H 17.4 g/dl 13.4-17.3
HEMATOKRIT H 52.9 vol% 39.9-51.1
TROMBOSIT 271 10^3/ul 185-398
LEUKOSIT 7.50 10^3/ul 5.07-11.10
DIFF COUNT (3 DIIF
LIMFOSIT 25 % 25-40
MONOSIT H 10 % 2-8
SEGMEN 65 % 50-70
KIMIA KLINIK
SGOT (AST 14 u/L <50
SGPT(ALT 13 u/L <50
UREUM 25.8 mg/dl 10.0-50.0
CREATINI L 0.85 mg/dl 0.90-130
GLUKOSA DARAH SEWAKTU 134 mg/dl 70-140
SEROLOGI
WIDAL
SALMONELLA TYPHI H (+ 1/200 Titer< 1/160
SALMONELLA THIPY O (+ 1/200 atau kenaikan
titer <4x titer
<1/160 atau
kenaikan titer
<4x
74

8) Terapi Medis
a) Terapi medis Tn. J
Tabel 4.8 Terapi Medis Tn.J
Obat oral Dosis internal
Vectrini 3x1
Ceftrizine 1x10mg
Digoxin 3x1 c
Candesartan 1x8 mg
ISDN 1x5 mg
Sukcralfate sy 3x1 c
Mirasic 3x650 mg
Obat injeksi Dosis internal
Iv FD RL stip 20 tpm
Ranitidine 2x1
Asering 500 cc 2x1
Mp 62,5 mg 2x 62,5 mg
Ceptriaxone 2x1 gr
Furosemide 1x1
Drip ami nofnilin Extra
240 mg dlm NS 500 cc
Obat inhalasi/nebu Dosis internal
Nebu Budesma 1x1
Nebu Budesma 2x1
Nebu Farbiuant 2x1

b) Analisa Data
Tabel 4.9 Analisa Data Tn.J
No. Data Etiologi Masalah
1. Ds: Spasma jalan Bersihan jalan
- Klien mengatakan sesak napas napas tidak
- Klien mengatakan sesak efektif
sudah 3 bulan
- Klien mengatakan
tenggorokan terasa sempit
saat bernapas
- Klien mengatakan batuk
terus menerus kurang lebih 5
bulan tidak hilang-hilang
- Klien mengatakan dahak
sulit untuk keluar
Do:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak sulit bernapas
- Napas klien cepat
TTV
TD:148/106 mmhg
75

Nadi : 113x/menit
RR :28x/menit
Suhu:35,7 C
Spo:93%
2. Ds: Kurang kontrol Gamgguan
- Klien mengeluh sulit tidur tidur pola tidur
Do:
- Klien tampak kelelahan
- Mata klien tampak cekung
- Lingkaran di sekitar mata
klien tampak hitam
- SMRS: 2 jam tidur siang, 4-
5 jam tidur malam
MRS: 3 jam tidur siang, 1-2
jam tidur malam
3. Ds: Ketidakseimba Intoleransi
- Klien mengatakan jika ngan antara aktivitas
terlalu beraktivitas berat suplai dan
klien merasa sesak dan oksigen
mudah sakit
Do:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak sesak jika
beraktivitas terlalu berat.
4. Ds: Kurang ansietas
- Klien mengatakan tidak tau terpapar
dengan penyakitnya informasi
- Klien mengatakan kurang
pahan tentang penyakitnya
- Klien mengatakan pusing
Do:
- Klien tampak bingung
dengan penyakitnya
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
- Klien merasa khawatir
dengan kondisinya
TTV
TD:148/106 mmhg
Nadi : 113x/menit
RR :28x/menit
76

c) Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.10 Diagnosa Keperawatan Tn. J
No. Diagnosa Ditemukan Teratasi
1. Bersihan jalannapas tidak 13 maret 2023
efektif (D.0001)
berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk
batuk secara efektif
2. Gangguan Pola Tidur 13 maret 2023
(D.0055) berhubungan
dengan Kurang Kontrol
Tidur
3. Intoleransi 13 maret 2023
aktivitas(D.0056)
berhubungan dengan
kelelahan.
4. ansietas (D.0088) 13 maret 2023
berhubungan dengan
Kurang terpapar informasi.

d) Intervensi Keperawatan
Tabel 4.11 Intervensi Keperawatan Tn.J
No. SDKI SLKI SIKI
1. Bersihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
jalan napas dilakukan asuhan dan Latihan batuk efektif
tidak efektif keperawatan 3x24 jam, maka Observasi
diharapkan bersihan jalan
1. Monitor pola napas
napas membaik dengan
kriteria hasil : 2. Idenfikasi kemampuan
- Produk sputum : menurun batuk
- Mengi : menurun 3. Monitor adanya retensi
- Wheezing : menurun sputum
- Sianosis : menurun Terpeutik
- Gelisah : menurun 1. posisikan semi fowler
- frekuensi napas : membaik
2. berikan minuman
hangat
3. lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
4. berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan untuk Tarik
napas dalam
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
77

Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
mukolitik dan
ekspektoran
2. (D.0055) Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur
keperawatan selama 3 x 24 (I.09265)
jam diharapkan pola tidur Observasi
(L.05045) membaik, dengan - Identifikasi pola
kriteria hasil: aktivitas dan tidur
- Keluhan sulit tidur - Identifikasi faktor
menurun pengganggu tidur
- Keluhan sering terjaga - Identifikasi makanan
menurun dan minuman yang
- Keluhan tidak puas tidur mengganggu tidur
menurun - Identifikasi obat tidur
- Keluhan pola tidur berubah yang dikonsumsi
menurun Terapeutik
- Keluhan istirahat tidak - Modifikasi lingkungan
cukup menurun - Batasi waktu tidur siang,
- Kemampuan beraktivitas jika perlu
meningkat - Fasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur
rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
- Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk
menunang siklus tidur
terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan
obat tidur yang
mengandung supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur
- Ajarkan relaksasi obat
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya.
78

3. (D.) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I.


keperawatan selama 3x24 05178) :
jam ditemukan kriteria hasil: Observasi
Toleransi Aktivitas 1. Identifikasi gangguan
(L.05047) fungsi tubuh yang
1. Frekuensi nadi mengakibatkan
meningkat kelelahan (Mis.
2. Saturasi oksigen Penurunan O2)
meningkat 2. Monitor kelelahan
3. Kemudahan dalam fisik dan emosional
melakukan aktivitas (observasi kemampuan
sehari-hari meningkat pasien melakukan
4. Kecepatan berjalan aktivitas dan respon
meningkat pasien dalam
5. Jarak berjalan meningkat menghadapi
6. Kekuatan tubuh bagian penyakitnya)
bawah meningkat 3. Monitor pola tidur dan
7. Toleransi dalam menaiki jam tidur (apakah < 8
tangga meningkat jam/harinya)
8. Keluhan lelah menurun 4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
9. Dyspnea saat aktivitas
selama melakukan
menurun
aktivitas
10. Dyspnea setelah aktivitas Terapeutik
menurun
1. Sediakan lingkungan
11. Perasaan lemah menurun nyaman dan rendah
12. Aritmia saat aktivitas stimulus (Mis.
menurun Cahaya, suara
13. Sianosis menurun kunjungan)
14. Warna kulit membaik 2. Lakukan latihan
15. Tekanan darah membaik rentang gerak pasif
16. Frekuensi napas atau aktif (Pasif :
membaik untuk pasien yang
belum bisa mandiri,
aktif : perawat hanya
membimbing)
Edukasi
1. Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
2. Anjurkan aktivitas
secara bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi diet yang
tepat untuk pasien
79

4. (D.0088) Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas


asuhan keperawatan 3x24 Observasi
jam.maka diharapkan 1. Identifikasi saat
ansietas membaik dengan tingkat ansietas
kriteria hasil: berubah
verbalisasi:menrun 2. Identifikasi kemam-
- verbalisasi khawatir akibat puan mengambil
kondisi yang keputusan
dihadapi:menurun 3. Monitor tanda-tanda
- perilaku gelisah:menurun ansietas
- perilaku tegang:menurun Terapeutik
- Konsentrasi:membaik 1. ciptakan suasana
- pola berkemih:membaik terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Gunakan pendekatan
yang tenang
memberikan
kenyamana
3. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
1. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
2. latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas
80

e) Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.12 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa 1 : bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)
Tanggal dan Jam Implementasi dan Hasil Evaluasi
13 maret 2023 Manajemen jalan napas (I. S:
01011) Latihan batuk efektif - Klien mengatakan terasa
1. Memonitor pola napas sesak
R/ klien mengatakan sulit - Klien mengatakan dahak
untuk bernapas sulit untuk dikeluarkan
RR: 28x/menit - Klien mengatakan lebih
2. Idenfikasi kemampuan batuk nyaman dengan posisi
R/klien mengatakan batuk setengah duduk
terus-menerus tetapi - Klien mengatakan
dahak sulit untuk keluar mengerti cara batuk
3. Memonitor bunyi napas efektif
H/ bunyi suara napas klien
- Klien mengatakan kurang
terdengar wheezing
memahami dengan terapi
4. Memonitor sputum
segmental breathing.
R/ klien mengatakan sputum
O:
sulit untuk keluar
- Klien tampak sesak
5. Memposisikan semi fowler
R/ klien mengatakan lebih - Klien tampak gelisah
nyaman dengn posisi - Klien terpasang nasal
ini. kanul ke dua lubang
6. Memberikan minuman dihing pasien
hangat - Klien tampak nyaman
H/agar mempermudah dengan posisi semi fowler
dahak keluar. - Klien belum memahami
7. Memberikan oksigen teknik terapi segmental
H/ klien terpasang nasal breathing.
kanul ke dua lubang - TTV: TD 148/106 mmhg
hidung pasien Suhu: 35,7C
8. Mengajarkan teknik batuk RR:28x/menit
efektif
R/ klien mengatakan akan A: Masalah pola naps tidak
melakukannya dengan efektif (D. 0005) belum
rutin. teratasi
9. Mengajarkan cara terapi
segmental breathing P: Manajemen jalan napas (I.
R/ klien mengatakan 01011)
memahami sedikit
teknik terapi segmental
breathing.
14 maret 2023 Manajemen pola napas (I. ) S
1. Memonitor pola napas - Klien mengatakan merasa
R/ klien mengatakan sulit nyaman karena terpasang
untuk bernapas oksigen nasal kanul
RR: 24x/menit - Klien mengatakan setiap
2. Memonitor sputum pagi meminum air hangat
R/ klien mengatakan sputum dan melakukan teknik
sulit untuk keluar
81

3. Memposisikan semi fowler batuk efektif


R/ klien mengatakan lebih - Klen mengatakan setelah
nyaman dengn posisi melakukan terapi
ini. segmental breathing,
4. Memberikan minuman merasa nyaman dan sesak
hangat berkurang
H/agar mempermudah O:
dahak keluar. - Kien tampak tenang
5. Memberikan oksigen - Klien tampak menerapkan
H/ klien terpasang nasal yang diajarkan cara batuk
kanul ke dua lubang efektif
hidung pasien - Klien memahami dengan
6. Mengajarkan teknik batuk terapi segmental breathing
efektif dan pasien
R/ klien mengatakan akan menerapkannnya dengan
melakukannya dengan mandiri
rutin.
- RR: 24x/menit
7. Mengajarkan cara terapi
segmental breathing
- Suhu :35,8C
A: Masalah pola napas tidak
R/ klien mengatakan
efektis(D. 0005) teratasi
memahami teknik terapi
sebagian
segmental breathing.
P: Intervensi Manajemen
jalan naps (I. 01011
dilanjutkan
15 maret 2023 Manajemen pola S:
napas(I.01011 ) - Klien mengatakansesak
1. Memonitor pola napas berkurang
R/ klien mengatakan sulit - Klien mengatakan akan
untuk bernapas menerapkan terapi
berkurang segmental breathing di
RR: 22x/menit rumah nanti.
2. Memposisikan semi fowler - Klien mengatkan tenang
R/ klien mengatakan lebih dan senang saat kondisi
nyaman dengn posisi ini. membaik.
3. Memberikan minuman O:
hangat - Klien tampak tenang
H/agar mempermudah
- Klien tampak bahagia
dahak keluar.
4. Memberikan oksigen
- Klien tampak
mempratekkan terapi
H/ klien tidak lagi terpasang
segmental breathing
nasal kanul
5. Mengajarkan teknik batuk - TTV
efektif TD: 130/90
R/ klien mengatakan akan RR:22x/menit
melakukannya dengan Suhu:36C
rutin.
6. Mengajarkan cara terapi A: Masalah pola napas tidak
segmental breathing efektif (D. 0005) teratasi
R/ klien mengatakan dengan
di terapkan dengan P: Manajemen jalan naps(I.
teknik ini ,klien merasa 01011)di hentikan
nyaman dan sesak
82

berkurang.
Diagnosa 2 : Gangguan Pola Tidur (D. 0055)
Tanggal dan Implementasi dan Hasil Evaluasi
Jam
13 maret 2023 Dukungan Tidur (I. 09265) S:
1. Mengidentifikasi pola dan - klien mengatakan
aktivitas tidur sebelum masuk rumah
R/ klien mengatakan sakit klien tidur 6-7 jam
sebelum masuk rumah dengan durasi tidur siang
sakit klien tidur 6-7 selama 2 jam dan tidur
jam dengan durasi tidur malam dengan durasi 4-5
siang selama 2 jam dan jam sehari.
tidur malam dengan - Klien mengatakan tidak
durasi 4-5 jam sehari. ada makanan ataupun
2. Mengidentifikasi faktor minuman yang
pengganggu tidur mengganggu tidur klien
R/ Klien mengatakan - Klien mengatakan klien
karena sesak dan nyeri tidak mengkonsumsi obat
di ulu hati tidur apapun
3. Mengidentifikasi makanan - Klien dan keluarga
dan minuman yang mengaku memahami
mengganggu tidur pentingnya tidur cukup
R/ Klien mengatakan tidak selama sakit setelah
ada makanan ataupun perawat memberikan
minuman yang pendidikan kesehatan
mengganggu tidur - Klien dan keluarga
klien mengatakan akan mulai
4. Mengidentifikasi obat tidur menjadwalkan pola tidur
yang dikonsumsi siang maupun malam
R/ Klien mengatakan klien klien
tidak mengkonsumsi - Klien dan keluarga
obat tidur apapun mengaku memahami
R/ Klien tampak tidak faktor yang berkontribusi
diresepkan obat tidur dalam gangguan pola
oleh dokter tidur setelah dijelaskan
5. Menjelaskan pentingnya oleh perawat
tidur cukup selama sakit - Klien mengaku tidak
R/ Klien dan keluarga mampu melakukan teknik
mengaku memahami relaksasi otot autogenik
pentingnya tidur cukup O:
selama sakit setelah - Klien tampak tidak
perawat memberikan diresepkan obat tidur oleh
pendidikan kesehatan dokter
6. Menganjurkan menepati A: Masalah Gangguan Pola
kebiasaan tidur Tidur (D. 0055) belum
R/ Klien dan keluarga teratasi
mengatakan akan mulai P: Intervensi Dukungan
menjadwalkan pola Tidur (I. 09265) dilanjutkan
tidur siang maupun
malam klien
7. Mengajarkan faktor-faktor
83

yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur
R/ Klien dan keluarga
mengaku memahami
faktor yang
berkontribusi dalam
gangguan pola tidur
setelah dijelaskan oleh
perawat
8. Mengajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
R/ Klien mengaku tidak
mampu melakukan
teknik relaksasi otot
autogenik
14 maret 2023 Dukungan Tidur (I. 09265) S:
1. Mengajarkan relaksasi otot - Klien mengatakan sudah
autogenik atau cara memahami cara
nonfarmakologi lainnya melakukan relaksasi otot
R/ Klien mengatakan sudah autogenik akan tetapi
memahami cara klien kesulitan dalam
melakukan relaksasi menerapkannya
otot autogenik akan O:
tetapi klien kesulitan A: Masalah Gangguan Pola
dalam menerapkannya Tidur (D. 0055) teratasi
sebagian
P: Intervensi Dukungan
Tidur (I. 09265) dilanjutkan
15 maret 2023 Dukungan Tidur (I. 09265) S:
1. Mengajarkan relaksasi otot - Klien mengatakan klien
autogenik atau cara sudah mulai menerapkan
nonfarmakologi lainnya relaksasi otot autogenik
R/ Klien mengatakan klien yang sudah diajarkan oleh
sudah mulai perawat
menerapkan relaksasi O:
otot autogenik yang A: Masalah Gangguan Pola
sudah diajarkan oleh Tidur (D. 0055) teratasi
perawat sebagian
P: Intervensi Dukungan
Tidur (I. 09265) dihentikan
84

Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas (D. 0056)


Tanggal dan Implementasi dan Hasil Evaluasi
Jam
13 maret 2023 1. Mengidentifikasi gangguan S:
fungsi tubuh yang - Klien mengatakan jika
mengakibatkan kelelahan sesak datang klien sulit
(Mis. Penurunan O2) untuk beraktivitas
R/ klien mengatakan jika - Klien mengatakan sulit
sesak datang ,klien untuk tidur jika sesak
sulit untuk beraktivitas. kambuh
2. Memonitor kelelahan fisik - Klien mengatakan hanya
dan emosional (observasi pekerjaan sebagai petani
kemampuan pasien O:
melakukan aktivitas dan - Klien tampak lemah
respon pasien dalam - Klien tampak berbaring
menghadapi penyakitnya) - Klien tampak lelah dan
R/ klien mengatakan jika pucat
beraktivitas terlalu Tanda-tanda vital
berat, penyakit asma TD: 148/106
terganggu. N:113x/menit
R/ klien mengatakan hanya RR:28x/menit
ibu rumah tangga yang Suhu:35,7C
bisa dilakukannya
3. Memonitor pola tidur dan A. masalah intoleransi
jam tidur (apakah < 8 aktivitas belum teratasi
jam/harinya) P: manajemen energy
R/ klien mengatakan jika dilanjutkan
sesak datang klien
kesulitan untuk tidur
4. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
R/klien mengatakan dada
terasa sesak jika
melakukan aktivitas
berat.
5. Menganjurkan aktivitas
secara bertahap
R/ klien mengatakan biasa
berjalan ke wc .
14 maret 2023 1. Mengidentifikasi gangguan S:
fungsi tubuh yang - Klien mengatakan sesak
mengakibatkan kelelahan berkurang , dan klien
(Mis. Penurunan O2) beraktivitas seperti
R/ klien mengatakan jika menggosok gigi
sesak datang ,klien - Klien mengatakan tidur
sulit untuk beraktivitas. nyenyak dan sesak
2. Memonitor kelelahan fisik berkurang
85

dan emosional (observasi - Klien mengatakan hanya


kemampuan pasien sebagai petani
melakukan aktivitas dan O:
respon pasien dalam - Klien tampak lemah
menghadapi penyakitnya) - Klien tampak berjalan ke
R/ klien mengatakan jika wc
beraktivitas terlalu - Klien tampak segar
berat, penyakit asma TTV
terganggu. TD: 130/100
R/ klien mengatakan hanya N:82x/menit
ibu rumah tangga yang RR:24x/menit
bisa dilakukannya Suhu:35,6C
3. Memonitor pola tidur dan
jam tidur (apakah < 8 A. masalah intoleransi
jam/harinya) aktivitas teratasi sebagian
R/ klien mengatakan jika P: manajemen energy
sesak datang klien dilanjutkan
kesulitan untuk tidur
4. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
R/klien mengatakan dada
terasa sesak jika
melakukan aktivitas
berat.
5. menganjurkan aktivitas
secara bertahap
R/ klien mengatakan biasa
berjalan ke wc .
15 maret 2023 1. Mengidentifikasi gangguan S:
fungsi tubuh yang - Klien mengatakan bisa
mengakibatkan kelelahan beraktivitas seperti biasa
(Mis. Penurunan O2) karena sesak berkurang
R/ klien mengatakan jika - Klien mengatakan tidur
sesak datang ,klien nyenyak dan tidak ada
sulit untuk beraktivitas. gangguan
2. Memonitor kelelahan fisik - Klien mengatakan hanya
dan emosional (observasi pekerjaan petani
kemampuan pasien O:
melakukan aktivitas dan - Klien tampak tenang
respon pasien dalam - Klien tampak berjalan dan
menghadapi penyakitnya) mandi
R/ klien mengatakan jika - Klien tampak segar dan
beraktivitas terlalu tidak pucat
berat, penyakit asma TTV
terganggu. TD: 120/100
R/ klien mengatakan hanya N:82x/menit
ibu rumah tangga yang RR:22x/menit
bisa dilakukannya Suhu:37C
3. Memonitor pola tidur dan
jam tidur (apakah < 8 A. masalah intoleransi
jam/harinya) aktivitas teratasi
86

R/ klien mengatakan jika P: manajemen energy


sesak datang klien dihentikan
kesulitan untuk tidur
4. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
R/klien mengatakan dada
terasa sesak jika
melakukan aktivitas
berat.
5. Menganjurkan aktivitas
secara bertahap
R/ klien mengatakan biasa
berjalan ke wc

Diagnosa 4 Ansietas (D.0088)


Tanggal Implamentasi dan hasil Evaluasi
13 Maret 2023 Reduksi ansietas S:
1. Mengidentifikasi saat
- Klien mengatakan tidak
tingkat ansietas berubah
tau apa-apa dengan
R/ klien mengatakan tidak
penyakitnya
memahami dengan
penyakit yang - Klien mengatakan tidak
dideritanya. mengerti dengan
penyakitnya
2. Mengidentifikasi
kemampuan mengambil - Klien mengatakan cemas
keputusan dengan penyakitnya
H/ klien tampak O:
kebingungan saat - Klien tampak cemas
mengambil keputusan - Klien tampak bingung
3. Memonitor tanda-tanda - Klien tampak geliasah
ansietas TTV
H/ klien tidak tau tentang TD: 148/106 mmhg
penyakitnya RR: 28x/ menit
H/klien tidak tau apa yang N: 113x/menit
harus dilakukannya Suhu: 36C
4. Menciptakan suasana
terapeutik untuk A: Masalah ansietas belum
menumbuhkan teratasi
kepercayaan
H/ klien mau berbicaara P: Reduksi ansietas
dengan perawat apa dilanjutkan
yang dialaminya
5. Menggunakan pendekatan
yang tenang memberikan
kenyamana
H/ perawat melakukan
pendekatan dengan
pasien,
6. Memotivasi
87

mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
R/keluarga klien selalu
memberikan motivasi
untuk klien.

7. Menganjurkan keluarga
untuk tetap bersama pasien
R/ keluarga klien
mengatakan selalu
bersama klien
8. Melatih teknik relaksasi
H/ perawat mengajarkan
teknik relaksasi pada
pasien.
14 Maret 2023 Reduksi ansietas S:
1. Menciptakan suasana
terapeutik untuk - Klien mengatakan
menumbuhkan kepercayaan memahami sedkit tentang
H/ klien mau berbicaara penyakitnya
dengan perawat apa - Klien mengatakan
yang dialaminya cemasnya berkurang
2. Menggunakan pendekatan - Klien mengatakan selalu
yang tenang memberikan menerapkan teknik
kenyamana relaksasi saat cemas
H/ perawat melakukan O:
pendekatan dengan - Klien tampak tenang
pasien, - Klien tampak memahami
H/ klien mampu berbicara apa yang dijelaskan
dengan baik dan jelas perawat.
3. Memotivasi TTV:
mengidentifikasi situasi TD: 130/100 mmhg
yang memicu kecemasan RR: 24x/menit
R/keluarga klien selalu Nadi: 82x/menit
memberikan motivasi A:Masalah redusi ansietas
untuk klien . teratasi sebagian
4. Menganjurkan keluarga P: Reduksi ansietas
untuk tetap bersama pasien dilanjutkan
R/ keluarga klien
mengatakan selalu
bersama klien
5. Melatih teknik relaksasi.
R/ klien mengtakan
selalu melakukan
teknik relaksi saat
cemas datang
15 maret 2023 Reduksi ansietas S:
1. Memotivasi mengidentifi- - Klien mengatakan
kasi situasi yang memicu memahi tentang
kecemasan penyakitnya
R/keluarga klien selalu - Klien mengatakan tidak
memberikan motivasi cemas lagi dengan
88

untuk klien . penyakitnya


2. Menganjurkan keluarga - Klien mengatakan selalu
untuk tetap bersama pasien melakukan teknik
R/ keluarga klien relaksasi saat cemas
mengatakan selalu datang
bersama klien
3. Melatih teknik relaksasi O:
H/ perawat mengajarkan - Klien tampak tidak cemas
teknik relaksasi pada - Klien tampak tenang
pasien. TTV
R/ klien selalu TD: 120/100 mmhg
menerapakan teknik Nadi: 80x/menit
relaksasi saat cemas RR: 22x/menit
datang A:Masalah ansietas teratasi
P:Redusi ansietas dihentikan.
89

B. Pembahasan
Bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang penulis
dapatkan antara tinjauan teoritis pada bab II dengan tinjauan kasus pada bab
IV, untuk mendapatkan pembahasan yang sistematis maka penulis membahas
langkah-langkah proses perawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada Ny S. dan Tn. J
yang aiaala Asma Bronkial Dengan Pemberian Segmental Breathing di
Rumah Sakit Umum Daerah Pemangkat.
1. Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua pasien,
penulis menemukan ada kesamaan antara tinjauan kasus dengan tinjauan
teori mengenai faktor penyebab Asma Bronkial dengan Pemberian
Segmental Breathing. Pada tinjauan teoritis menyebutkan bahwa faktor
resiko penyebab Asam Bronial adalah faktor genetika meliputi : alergi,
saluran napas sensitif, jenis kelamin, ras/etnik,dan obisitas. Da juga faktor
lingkungan yaitu, alegen dalam rumah seperti: debu rumah, atau binatang
seperti kucing. Alegi bisa terjadi di luar rumah seperti: serbuk sar dan
spora jamur. Faktor makanan, obat obatan dan cuaca dingin. Hal ini sama
dengan tinjauan kasus yang ditemukan penulis dilapangan.
Pada pasien 1 yaitu Ny. S yang menjadi faktor penyebabnya adalah
faktor cuaca dingin, faktor aktivitas dan faktor genetik. Sedangkan pada
pasien 2 yaitu Tn. J yang menjadi faktor penyebabnya adalah memiliki
riwayat penyakit keluarga atau faktor genetik, cuaca dan faktor usia .
Sedangkan pada tinjauan teori, faktor penyebab yang tidak muncul antara
kedua pasien adalah faktor imunologi, gaya hidup atau pola makan yang
salah,obisitas,. Setelah di analisa bahwa penyebab terjadinya asma
bronkial yaitu gejala faktor utamanya adalah akibat cuaca dingin yang
dijelaskan pada tinjauan teori sama dengan tinjauan kasus ditemukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan data yang kemudian
dianalisis, diidentifikasi menjadi data fokus untuk menunjang timbulnya
diagnosa pada klien Asma Bronkial.
90

Dalam tinjauan teoritis terdapat lima diagnosa utama, yaitu, bersihan


jalan napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan batuk
secara efektif, , hipertermia berhubungan dengan proses penyakit,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,ansietas berhubungan
dengan kurang terpapar infomasi.
Dari hasi penelitian kedua pasien yaitu Ny.S dan Tn. J ditemukan
persamaan diagnosa utama yaitu bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Bersihan jalan
napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan membersihakan secret atau
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. Ada
pun gejala yang ditemukan adalah batuk tidak efektif, sputum berlebihan,
dan suara napas wheezing. Kedua pasien mengatakan sesak datang karena
cuaca hujan dan lingkungan yang terlalu dingin.Penulis menegakkan
diagnosa ini pada pasien 1 dan 2 karena pasien mengatakan sesak dan
susah dalam bernapas sehingga pasien tampak terpasang O2 nasal kanul.
Adapun diagnosa kedua sama-sam mengalami gangguan pola tidur
berhubungan dengan kurang kontrol tidur. Gangguan pola tidur
merupakan gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal. Penulis menegakkan diagnos ini pada pasien 1 dan 2 karena
pasien mengeluh sulit tidur, istirahat tidak cukup. Pasien mengatakan tidur
malam hanya 1-2 jam karena pasien sesak. Pada diagnosa ketiga yaitu
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Intoleransi aktivitas
merupakan ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Penulis menegakkan diagnose ini pada pasien 1 dan 2 karena pasien 1 dan
2 mengeluh tidak dapat beraktivitas akibat asma yang dideritanya.
Dari penelitian ke dua pasie terdapat perbedaan diagnosa yaitu
hipertemia berhubungan dengan proses penyakit. Hipertermia merupakan
kondisi suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh. Penulis
menegakkan diagnose ini pada pasien 1 karena pasien mengalami panas
tinggi dengan Suhu : 38C. Diagnose kedua yaitu ansietas berhungan
dengan kurang terpapar informasi. Ansietas merupakan kondisi emosi
yang mengalami subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan
91

spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan


tindakan untuk menghadapi ancaman. Penulis menegakkan pada pasien 2
karena pasien merasa cemas dengan penyakitnya dan pasien tidak tahu
apa-apa dengan penyakitnya.
3. Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan yang terdapat pada tinjauan teori yang dibuat
meliputi penentuan prioritas masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil,
dan rencana keperawatan, mengidentifikasi tindakan keperawatan yang
tepat untuk mencapai tujuan serta menerapkan kriteria hasil yang
diharapkan. Perencanaan keperawatan ini dibuat sesuai kebutuhan klien
dan sesuai dengan teori yang ada.
Akan tetapi tidak semua perencanaan tinjauan teoritis diterapkan
pada tinjauan kasus, dikarenakan oleh faktor peneliti yang masih terbatas
serta ada sedikit penambahan walaupun demikian intervensi yang telah
dibuat peneliti masih sesuai dengan Ny. S dan Tn. J terdapat beberapa
persamaan dalam perencanaan untuk melakukan tindakan dan masalah
yang dialami oleh Ny. S dan Tn. J. Adapun indikasi dari pemberian
segmental breathing ini adalah pasca terakotomi, trauma pada dinding
dada, pneumonia, bekas luka mastektomi, pneumonia, gangguan pleurae,
asma. Kontraindikasi Segmental Breathing ini adalah rasa sakit dan
tidaknyamanan akibat cedera, cedera kepala dan leher, paisen memiliki
sayatan diperut, post op di bagiab dada, sumbatan jalan napas, diagfragma
dan kelemahan otot interkostal.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tergantung pada beberapa
faktor seperti, sarana dan prasarana, kondisi klien, kerjasama antara
perawat dengan klien. Secara garis besar, peneliti sudah melaksanakan
empat tindakan, yaitu tindakan mandiri, pendidikan kesehatan, observasi
dan kolaborasi. Peneliti tidak mengalami hambatan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan karena ditunjang oleh referensi yang penulis rasa
cukup tersedia selain keluarga yang sangat kooperatif, serta kerjasama
dengan petugas dan tim kesehatan lain yang sangat mendukung
92

pelaksanaan asuhan keperawatan.


Adapun tindakan keperawatan yang telah direncanakan dari
diagnosa yang telah ditegakkan adalah sebagai berikut:
a. Diagnosa 1: bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan batuk secara efektif. Implementasi yang dilakukan
yaitu memonitor pola napas kedua pasien , melatih batuk efektif
memonitor bunyi napas pasien yang terdengan suara whezeeng pada
kedua pasien, memposisikan semi fowler adalah salah satu
kenyamanan pada kedua pasien karena dengan posisi ini pasien
merasa nyaman, memberikan oksigen, dan mengajarkan cara terapi
segmental breathing. Segmental breathing adalah suatu latihan napas
pada segmen paru tertentu dengan tujuan melatih pengembangan paru
persegmen. Peneliti memberikan implamentasi utama yaitu terapi
dengan segmental breathing pada kedua pasien dari hasil yang didapat
setelah dilakukan kedua pasien . pertama di ttv saturasi pasien 1 yaitu
93% menjadi 95% dan pasien kedua saturasie pertama sbelum
dilakukan terapi segmental brething yaitu 94% menjadi 96%. Setelah
dilakukan terapi ini peneliti mengevaluasi perasaan pasien 1 dan dua,
dan klien mengatakan sesaknya berkurang. Jadi peneliti melakukan
terapi ini selama 3 hari dengan waktu 10 menit.
b. Diagnosa 2: Hipertermia berhungan dengan proses penyakit.
Implementasi yang dilakukan yaitu mengidentifikasi penyebab
hipertermia, memonitor suhu tubuh, melonggarkan pakaian atau
lepaskan, memberikan oksigen, menganjurkan tirah baring,
mengkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena.
c. Diagnosa 3: Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol
tidur. Implementasi yang dilakukan yaitu mengidentifikasi pola dan
aktivitas tidur, mengidentifikasi faktor pengganggu tidur,
mengidentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur,
mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi, menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit, dan menganjurkan menepati kebiasaan tidur.
93

d. Diagnosa 4: intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


Implamentasi yang dilakukan mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh
yag mengakibatkan kelelahan, memonitor kelelahan fisik dan
emosional, memonitor pola tidur dan jam tidur, memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan aktivitas berat, menganjurkan aktivitas secara
bertahap.
e. Diagnosa 5: ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Implamentasi yang dilakukan yaitu mengidentifikasi saat tingkat
ansietas berubah, mengidentifikasi saat mengambil keputusan,
memonitor tanda-tanda nasietas, menciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan keperayaan, menggunakan pendekatan yang
tentang memberikan kenyamanan, menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, melatih teknik relaksasi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tolak ukur keberhasilan suatu tindakan, pada
kasus Ny. S dan Tn. J, evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi formatif,
yang dilakukan secara terus-menerus pada setiap tindakan yang
disesuaikan dengan permasalah klien, sedangkan evaluasi sumatif
dilakukan dengan cara mengevaluasi hasil tindakan secara keseluruhan
sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Berdasarkan implementasi yang telah diberikan, pada tahap ini
penulis akan menguraikan beberapa hasil dari evaluasi yang ditetapkan
setelah memberi asuhan keperawatan selama tiga hari pada Ny.S dan Tn.J.
Berdasarkan diagnosa yang pertama yaitu bersihan jalan napas tidak
efektif hasil evaluasi pada Ny.S dan Tn.J sama-sama teratasi. Dengan
hasil evaluasi yaitu pasien mengatakan saat pemberian segmental brething
sesak juga berkurangdan pasien 1 dan 2 pulang. Adapun respon ke dua
pasien setelah diberikan terapi segmental Breathing ke dua pasien
mengatakan setelah diberikan terapi tersebut sesak berkurang, spo klien
yang awal 95% menjadi 98%.
Berdasarkan diagnosa ke keduayaitu hipertermia hasil evaluasi pada
Ny.S teratasi. Dengan hasil evaluasi yaitu pasien mengatakan demam
94

turun yang suhu pertama 38C di hari ke tiga suhu pasien 36,5 C.
Berdasarkan diagnosa ke tiga yaitu gangguan pola tidur hasil
evaluasi pada Tn.J teratasi. Dengan hasil evaluasi yaitu pasien mengatakan
rasa kurang istirahat berkurang, yang awal tidur hanya 1-2 jam, dan
sekarang menjadi 4-5 jam pada malam hari.
Berdasarkan diagnose ke empat yaitu intoleransi aktivitas hasil
evaluasi pada Ny. S dam Tn. J teratasi sebagian. Denga hasil evaluasi
yaitu pasien mengatakan sesak berkurang dan aktivitas bisa dilakukan
walaupun sebagian minta bantuan keluarga.
Berdasarkan diagnose ke lima yaitu ansietas hasil evaluasi pada Tn.
J teratasi. Dengan hasil evaluasi yaitu pasien mengatakan pasien tidak ada
rasa cemas lagi dengan penyakitnya dan pasien memahami dengan
penyakitnya tersebut.
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan pada Ny.S dan Tn.J
Ama Bronkial Dengan Pemberian Segmental Breathing selama 3x24 jam
didapatkan hasil :
1. Pengkajian
Pada tahap ini perawat melakukan anamneses dan pemeriksaan fisik
sebagai data awal melalui wawancara dan observasi, mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki diperoleh data subyektif dan obyektif.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap ini sudah menemukan tujuh masalah keperawatan yang
terdiri dari tiga diagnosa keperawatan yang sama yaitu pola napas tidak
efektif berhubungan dengan penurunan ekspensi paru, Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera biologis,intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan. Sedangkan empat diagnosa yang berbeda
yaitu hipertermia berhubngan dengan proses penyakit pada Ny.S. dan
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol
tidur, ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi pada Tn. J.
3. Intervensi
Intervensi adalah melakukan tindakan keperawatan selama tiga hari
kepada pasien sesuai dengan intervensi yang direncanakan yaitu
memonitor pola napas,latihan batuk efektif, memonitor hipertermia,
Dukungan tidur, Manajemen energi, Reduksi ansietas, dan memberikan
terapi Segmental Breathing.
4. Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan keperawatan selama tiga
hari kepada pasien sesuai dengan intervensi yang direncanakan yaitu
memonitor pola napas, pemantauan reespirasi, memonitor hipertermia,
Dukungan tidur, Manajemen energi, Reduksi ansietas, dan memberikan
terapi Segmental Breathing.

95
96

5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengukur hasil akhir dari tindakan yang diberikan
oleh perawat, adapun masalah keperawatan yang muncul yaitu sesak
napas, sputum sulit keluar, demam tinggi, kesulitan tidur, kesulitas
beraktivitas atau lemah akibat sesak, kecemasan dan tidak memahami
tentang penyakitnya.

B. Saran
1. Bagi Instansi Pendidikan
Sehubungan dengan pembuatan Karya Tulis Ilmiah maka
diharapkan adanya kelanjutan dari penelitian yang telah dilakukan dan
diharapkan juga agar pendidikan dapat menyediakan bahan untuk referensi
berupa buku-buku terkait dengan judul penelitian sehingga mempermudah
dalam penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya serta diharapkan hasil
penelitian ini sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Jurusan
Keperawatan Singkawang dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah serta
untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pada Ruang Penyakit Dalam RSUD Pemangkat, dapat
menegakkan disiplin waktu berkunjung agar dipatuhi pengunjung, dan
diharapkan agar selalu menjaga dan mempertahankan kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan dengan melengkapi sarana dan prasarana yang
dapat menunjang kelengkapan pemeriksaan diagnostik untuk pasien
sehingga menegakkan diagnosa secara tepat. Dan menerapakan terapi
berupa terapi Segmental Breathing.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan kepada pasien dan keluarga dapat menambah informasi
dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada Pasien Asma Bronkial
Dengan Pemberian Segmental Breathing , sehingga keluarga bisa
melakukan terapi tersebut di rumah.
97

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Dapat melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan Asuhan
Keperawatan pada Pasien Asma Bronkial Dengan Pemberian Terapi
Segmental Breathing yang lebih spesifik dengan metode penelitian yang
lebih baik dan hasil yang lebih maksimal lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Amin huda nurarif, & Hardhi kusuma, (2015). aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic noc (jilid 3). penerbit
mediaction jogja.

Bintari, Retna. 2017. Asuhan Keperawatan Pasein yang Mengalami Asma


Bronkial dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di IGD RSUD
Karanganyar. KTI D III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Brunner & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth


Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Diunduh dari http :
//www.ginasthma.org/local/uploads/files/GINABurdenReport_1.pdf 16
November 2016.

Djojodibroto, D. (2016). Respirologi (Respiratory Medecine). (J. Suyono & E.


Melinda, Eds.) (2nd ed.). Jakarta: EGC.

GINA (Global Initiative for Astma), 2015, Pocket Guide For Asthma
Management and Prevention.

GINA. 2018. Global Strategy for Asthma Management and Prevention (2018
update). http://ginasthma.org - Diakses Januari 2019.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri


kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Kusuma Husada Surakarta (tidak dipublikasikan) . Surakarta : Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

Manurung, nixon. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory


Jakarta : CV. Trans Info Media

Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : CV.Trans Info


Media.

Nugroho, T & Putri T.B (Eds). 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Nursalam. (2015). Metodologi ilmu keperawatan, edisi 4, Jakarta: Salemba


Medika.

PPNI ( 2016 ). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI ( 2018 ). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI ( 2018 ). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Solomon, Michael. R. 2015. Consumer Behavior: Buying, Having and Being,


11th Edition. New Jersey: Prentice-Hall.

Utomo, Adi Kurniawan. 2015. Pengalaman Pasien Dengan Serangan Asma di


IGD RSUD Karanganyar.Diakses Tanggal 8 November 2018.

Zullies. 2016. Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan.yogyakarta


Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3

FOTO DOKUMENTASI
PEMBERIAN TERAPI SEGMENTAL BREATHING PADA Tn. J

FOTO DOKUMENTASI
PEMBERIAN TERAPI SEGMENTAL BREATHING PADA Ny. S

Anda mungkin juga menyukai