LIA ANDRIANI
NIM. 202006080074
LIA ANDRIANI
NIM. 202006080074
SKRIPSI
Oleh:
LIA ANDRIANI
NIM. 202006080074
Pembimbing I
Pembimbing II
SKRIPSI
Oleh:
LIA ANDRIANI
NIM. 202006080074
Tanda Tangan
Ketua : Bdn. Rahma Kusuma Dewi, ST., S.ST., MPH
NIDN. 0727038002
(………………...)
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji kepada Allah SWT, atas kesempatan dan kekuatan yang diberikan,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan
Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Dan Pengetahuan Tentang Anemia
Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Trimester III
Di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah Tahun 2022”.
Skripsi ini terselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai
2. Sri Haryuni, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Bdn. Rahma Kusuma Dewi, ST., S.ST., MPH, selaku penguji I yang
skripsi ini.
6. Dosen dan staff pendidikan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri yang
7. Keluargaku yang telah memberi do’a, kasih sayang, semangat dan dukungan
v
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu yang telah
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnan penelitian
Peneliti
vi
RINGKASAN
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ......................................................................................................vii
ABSTRACT .........................................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus .....................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................6
ix
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil .......................... 15
2.1.4 Kondisi Kehamilan Trimester III ...................................................... 17
2.2 Kunjungan Antenatal Care (ANC) ……………………….............. 18
2.2.1 Pengertian ANC ............................................................................... 18
2.2.2 Tujuan ANC ..................................................................................... 20
2.2.3 Kebijakan ANC ................................................................................ 21
2.2.4 Tipe Pelayanan dalam ANC ............................................................. 23
2.2.5 Tindakan Bidan Setiap Kali Kunjungan ANC .................................. 24
2.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ANC ……………. 25
2.3 Konsep Pengetahuan ......................................................................... 27
2.3.1 Pengertian Pengetahuan ................................................................... 27
2.3.2 Tingkat Pengetahuan ........................................................................ 28
2.3.3 Kriteria Tingkat Pengetahuan ........................................................... 29
2.3.4 Cara Memperoleh Pengetahuan ........................................................ 30
2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................. 31
2.4 Kajian Mengenai Tablet Zat Besi (Fe) ............................................. 33
2.4.1 Fungsi, Absorpsi, Transportasi, dan Penyimpanan Zat besi ............ 33
2.4.2 Pengertian Tablet Besi ...................................................................... 36
2.4.3 Dampak dari Kekurangan Zat Besi ................................................... 37
2.4.4 Pengertian Anemia Defisiensi Besi .................................................. 39
2.4.5 Program Penanggulangan Anemia ................................................... 40
2.4.6 Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi ................................. 41
xi
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 65
6.2 Saran .................................................................................................. 65
LAMPIRAN ........................................................................................................ 71
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Status gizi serta kesehatan ibu sebelum dan selama hamil, hingga saat
manusia. Konsumsi gizi ibu hamil yang tidak mencukupi kebutuhannya dalam
waktu tertentu dapat menyebabkan terjadinya masalah gizi kurang (Paath dkk.,
2015). Anemia defisiensi besi adalah masalah gizi mikro utama bagi semua
kelompok umur dengan prevalensi tertinggi pada ibu hamil yaitu sekitar 70%
(Supariasa dkk., 2019). Secara global, prevalensi terjadinya anemia pada kehamilan
dari tahun 2018-2020 mencapai 41,8% atau dialami oleh 56,4 juta ibu hamil (WHO,
2020).
Anemia menjadi salah satu penyebab tak langsung kematian ibu selain
karena kekurangan energi kronis (KEK), usia terlalu muda dan terlalu tua, terlalu
rapat jarak melahirkan serta terlalu banyak anak (Saifuddin dkk., 2016). Anemia
umumnya dialami oleh ibu hamil di Indonesia dapat dicegah melalui peningkatan
gizi dan suplementasi tablet besi secara teratur untuk membangun cadangan besi,
sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot (Manuaba, 2010; Kusmiyati dkk.,
2010). Sampai saat ini, pemberian 90 tablet besi selama kehamilan masih
1
terkait dengan antenatal care (Kemenkes RI, 2010). Kebutuhan zat besi selama
relatif terjadi anemia fisiologis akibat peningkatan volume darah total sehingga
2019). Diharapkan ibu hamil dapat mengkonsumsi minimal 90 tablet besi selama
kehamilan dan harus diminum secara teratur. Namun pada kenyataannya dari hasil
laporan riskesdas tahun 2020 menyebutkan bahwa di Sulawesi Tengah, ibu hamil
yang mengkonsumsi tablet besi dengan jumlah hari minum 0–30 hari (33,5%), 31–
59 hari (3,5%), 60–89 hari (9,9%), 90 hari atau lebih (25,8%), tidak tahu (15,5%),
dan 11,8% yang tidak minum tablet besi tersebut (Kemenkes RI, 2020).
mengunjungi petugas kesehatan sedini mungkin sejak merasa hamil agar mendapat
asuhan antenatal (Saifuddin dkk., 2006). Asuhan antenatal (antenatal care [ANC])
merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan guna
menghindari gangguan atau segala sesuatu membahayakan bagi kesehatan ibu dan
sesuai standar kebijakan program yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester
II, dan 2 kali pada trimester III. Pada pelaksanaan ANC, istilah K1 (kunjungan
2
pertama kali ibu hamil) dan K4 (kunjungan ibu hamil empat kali) digunakan untuk
Berdasarkan data tahun 2020, secara nasional ibu hamil yang melakukan
ANC 4 kali sebanyak 87,37% namun belum mencapai target renstra 2020 sebesar
90%. Sulawesi Tengah termasuk provinsi yang masih belum mencapai target
Kabupaten Banggai, cakupan K1 mencapai 87,81% dari 12.179 sasaran ibu hamil
hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ANC tidak meneruskan hingga
kunjungan keempat pada trimester III sehingga kehamilannya dapat lepas dari
dari Nuri Subekti (2018) menyatakan adanya hubungan antara frekuensi kunjungan
antenatal care dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe, dimana nilai p = 0,001 (p <
0,05).
Selain itu, tingkat pengetahuan tentang gizi maupun kesehatan juga sering
tablet besi karena efek samping yang ditimbulkan, sehingga menurunkan kepatuhan
selama kehamilan, tubuh memerlukan tambahan zat besi (Arisman, 2010). Budi
3
Iswanto, dkk. (2019) menyebutkan bahwa dari penelitian yang dilakukan
menunjukkan adanya hubungan antara kedua hal tersebut dengan nilai p = 0,001 (p
< 0,05).
Kabupaten Banggai dengan jumlah sasaran ibu hamil pada tahun 2021 mencapai
385 orang. Dari jumlah tersebut, cakupan K1 sebesar 83,26% dan cakupan K4
sebesar 82,19%. Sedangkan untuk distribusi tablet besi sudah cukup baik yaitu
sebanyak 347 (90,12%) ibu hamil mendapatkan tablet Fe1 (30 tablet) dan 361
(93,76%) ibu hamil telah mendapatkan tablet Fe3 (90 tablet). Namun, dari hasil
pengukuran kadar Hb pada 20 ibu hamil terdapat 12 orang (60%) dengan nilai kadar
Hb < 11 gr%. Hal ini dapat saja terjadi karena banyak ibu hamil yang tidak patuh
angka kematian ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup serta angka
kematian bayi (AKB) sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup yang tinggi di Indonesia
(SDKI, 2020). Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil
juga dapat menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun banyak faktor lain
care dan pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe)
pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi
Tengah.
4
1.2 Rumusan Masalah
pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu
pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu
kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil trimester III.
kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil trimester III.
5
1.4 Manfaat Penelitian
peningkatan pengetahuan gizi kehamilan dan memberi motivasi pada ibu untuk
hamil dalam mengkonsumsi 90 tablet besi yang diperoleh dengan dosis 1 kali
sehari. Selain itu, dapat menjadi bahan masukan untuk senantiasa membantu
besi pada ibu hamil. Bagi peneliti lain yang membutuhkannya, dapat dijadikan
6
BAB 2
TINJAUAN TEORI
tubuh yang dimulai dari pembuahan hingga kelahiran bayi (Tiran, 2006).
Pembuahan adalah serangkaian proses yang berpuncak pada penyatuan gamet pria
(sperma) dan gamet wanita (oosit) untuk membentuk zigot diploid (Coad &
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang
ukuran hari, kehamilan akan berakhir sesudah 266 hari, atau 38 minggu
pascaovulasi, atau kira-kira 40 minggu dari akhir hari pertama haid terakhir, atau
9,5 bulan dalam hitungan kalender (Arisman, 2010). Menurut Manuaba (2010),
persalinan dan masa laktasi. Perubahan dimulai pada fase luteal siklus haid,
7
dari korpus luteum (Arisman, 2010). Umumnya kehamilan berkembang dengan
normal dan dapat dilahirkan bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun
keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi serta penggunaan zatzat
gizi tersebut, atau keadaan fisiologis akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler
yang akan diserap dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Terdapat
sejumlah zat gizi yang sebagian diantaranya bersifat esensial (tidak dapat disintesis
sendiri oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan sehari-hari). Zat-zat
gizi esensial tersebut meliputi vitamin, mineral, asam amino, asam lemak, dan
karbohidrat sebagai energi. Sedangkan golongan zat-zat gizi yang tidak esensial
adalah zat-zat gizi yang dapat disintesis (dibentuk) dalam tubuh dari senyawa atau
zat gizi tertentu walaupun kesemuanya ini juga dapat bersumber dari hidangan yang
dikonsumsi sehari-hari. Zat gizi secara garis besar dibedakan dalam dua bentuk,
yaitu makronutrien (zat gizi makro) dan mikronutrien (zat gizi mikro) (Paath dkk.,
2005).
8
Pada prinsipnya gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang
gizi ibu hamil untuk menghindari masalah pada saat hamil, melahirkan bayi yang
sehat, dan memperlancar air susu ibu (ASI). Gizi juga ikut berperan dalam proses
akan merasa mual, muntah dan nafsu makan menurun. Di pertengahan kehamilan
nafsu makan ibu hamil kembali meningkat, sedangkan menjelang persalinan nafsu
kebutuhan gizi selama hamil berbeda-beda untuk setiap individu yang juga
asupan pada salah satu zat akan mengakibatkan kebutuhan terhadap suatu gizi
terganggu, serta kebutuhan gizi tidak konstan selama kehamilan yang sedikit
berubah pada trimester pertama dan paling banyak selama trimester akhir. Tidak
semua kebutuhan gizi selama hamil meningkat secara proporsional dan sebaiknya
Umumnya kebutuhan gizi ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%, asam
folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200–300% (Arisman, 2010).
2.1.2.1 Energi
janin maupun perubahan pada tubuh ibu hamil tersebut (Paath dkk., 2005).
Kebutuhan energi pada trimester I sedikit sekali meningkat. Setelah itu, sepanjang
trimester II dan III kebutuhan akan terus meningkat sampai pada akhir kehamilan.
9
(penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan
pertumbuhan janin dan plasenta. Banyaknya energi yang harus disiapkan hingga
kehamilan berakhir sekitar 80.000 kkal atau kira-kira 300 kkal tiap hari di atas
kebutuhan wanita tidak hamil. Nilai ini dihitung berdasarkan kesetaraan dengan
protein dan lemak yang tertimbun untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu
(Arisman, 2010).
Energi dalam protein diperkirakan sebanyak 5.180 kkal dan lemak 36.337
kkal. Agar dapat tersimpan menjadi cadangan, masih dibutuhkan tambahan energi
sebanyak 26.244 kkal untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi
energi yang dapat dimetabolisir. Dengan demikian, jumlah total energi yang harus
kkal/hari (trimester II dan III) (Arisman, 2010). Sementara itu menurut Angka
Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004, seorang ibu hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi tambahan energi sebesar 100 kkal/hari (trimester I), 300 kkal/hari
(trimester II), 300 kkal/hari (trimester III) dengan catatan tambahan ini bisa
2.1.2.2 Protein
penambahan volume darah. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir
10
kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu,
plasenta, serta bayi. Jika Protein Efficiency Ratio (PER) dianggap 70%, rata-rata
pertambahan protein ialah 8,5 gr/hari. Sedangkan jika koefisien variabilitas sebesar
WHO menganjurkan tambahan protein ibu hamil adalah 0,75 gr/kgBB dan
asupan protein harus mencukupi tetapi tidak boleh berlebihan karena selain tidak
protein > 20% energi total dapat memundurkan pertumbuhan janin, kelahiran bayi
memberatkan kerja ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan
secara bersamaan dengan kekurangan energi dan hal ini merupakan salah satu
kehamilan dengan catatan tambahan ini bisa dipenuhi dalam 3 trimester berturut-
turut (Kemenkes RI, 2010a). 2.1.2.3 Zat Besi (Fe) Kebutuhan Fe ibu hamil
meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200–300%.
Perkiraan besaran zat besi yang perlu disimpan selama hamil ialah 1.040 mg (200
mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang). Jumlah
sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet. Sehingga suplementasi
zat besi perlu diberikan, bahkan pada wanita yang berstatus gizi baik. Penambahan
asupan besi baik lewat makanan dan/atau pemberian suplemen, mampu mencegah
11
penurunan kadar Hb akibat hemodulasi (Arisman, 2010). Menurut Angka
Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004, tambahan kebutuhan zat besi pada ibu hamil
trimester II, dan 13 mg/hari pada trimester III (Kemenkes RI, 2010a).
sebanyak dua kali lipat selama hamil. Sekitar 24–60% wanita di negara berkembang
maupun negara maju, mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam
folat dalam makanan sehari-hari tidak cukup memenuhi kebutuhan ibu hamil. Pada
kehamilan, kadar folat darah turun karena tingginya laju sintesis DNA dan
pembelahan sel. Setiap faktor yang menurunkan sintesis DNA, RNA, dan ptotein
dengan BBLR, ablasio plasenta, dan neural tube defect (NTD) (Arisman, 2010).
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004, ibu hamil dianjurkan
mengkonsumsi asam folat sebanyak 200 µg/hari (Kemenkes RI, 2010a). Preparat
suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari
pertama kehamilan karena otak dan sumsum tulang belakang dibentuk pada minggu
makanan yang mengandung asam folat atau suplementasi asam folat 400 µg/hari,
Defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa disertai dengan rasa
letih yang parah. Diantara golongan vitamin B kompleks, vitamin B12 memang
12
unik karena sangat jarang didapat dari tanaman, tetapi banyak di dalam daging
(produk olahan dari binatang). Bersama asam folat, vitamin ini menyintesis DNA
tulang, sistem persarafan, dan saluran cerna. Tubuh dapat menyimpan vitamin B12
di hati dalam jumlah adekuat untuk persediaan selama 5 tahun. Defisiensi vitamin
B12 yang berat jarang terjadi. Asupan yang dianjurkan sekitar 3 µg/hari (Arisman,
2010).
2.1.2.6 Vitamin D
metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Gangguan ini berupa hipokalsemia dan
tetani pada bayi baru lahir, hipoplasia enamel gigi bayi, dan osteomalasia pada ibu.
vitamin D umumnya kerap dialami ibu hamil yang bermukim di daerah yang hanya
sedikit bersentuhan dengan sinar matahari sehingga sintesis vitamin D di kulit tidak
2.1.2.7 Kalsium
Kadar kalsium dalam darah ibu hamil berkurang hingga 5% daripada wanita
dengan kecepatan 7 mg (trimester I), 110 mg (trimester II), dan 350 mg (trimester
III). Asupan anjuran ialah sekitar 1.200 mg/hari bagi ibu hamil berusia di atas 25
tahun, dan 800 mg/hari bagi ibu hamil berusia lebih muda. Sumber utama kalsium
adalah susu dan hasil olahannya, serta beberapa bahan makanan nabati (sayuran
warna hijau tua). Bayam dan kentang sebaiknya jangan dijadikan sumber kalsium
13
karena kandungan oksalat atau fitatnya dapat menghambat proses penyerapan
(Arisman, 2010).
2.1.2.8 Yodium
akibat hipotiroidisme yang terjadi pada akhir kehamilan tidak separah jika hal ini
dilakukan sebelum atau selama 3 bulan pertama kehamilan. Anjuran asupan yodium
untuk ibu hamil dan menyusui adalah sebesar 200 µg/hari, dalam bentuk pemberian
garam beryodium (Arisman, 2010). Fortifikasi garam dapur dengan yodium pada
hamil akan dapat menimbulkan masalah pada ibu maupun janin seperti berikut:
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada
ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara
2. Terhadap Persalinan
meningkat.
14
3. Terhadap Janin
janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum, bayi lahir
Menurut Paath dkk. (2005), gizi ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
1. Umur
Lebih muda umur seorang wanita yang hamil, maka akan lebih banyak
2. Berat Badan
Berat badan yang lebih atau kurang daripada berat badan rata-rata untuk
umur tertentu merupakan faktor penentu jumlah zat makanan yang harus
hamil sekitar 10–12 kg (Depkes RI, 2007). Jika ibu kekurangan gizi dengan
pertambahan hanya 7–8 kg, dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR).
3. Suhu Lingkungan
maka tubuh melepaskan sebagian panasnya yang harus diganti dengan hasil
metabolisme tubuh. Maka lebih besar perbedaan suhu tubuh dan lingkungan
15
4. Aktivitas
dilakukan maka semakin banyak pula energi yang diperlukan oleh tubuh.
5. Status Kesehatan
hamil yang berpenyakit kronis memerlukan zat gizi bukan hanya untuk
(Arisman, 2010).
tentang zat gizi. Ngidam adalah pertanda bahwa di dalam tubuh ibu hamil
ada perubahan besar yang menyangkut susunan enzim dan hormon. Dengan
demikian tubuh menjadi lebih efisien menyerap zat gizi dari makanan
sehari-hari. Bila mual dan muntah, upayakan porsi kecil tetapi frekuensinya
ditambah.
8. Status Ekonomi
16
2.1.4 Kondisi Kehamilan Trimester III
Trimester III adalah trimester terakhir dari kehamilan dan sering disebut
sebagai periode penantian. Periode ini merupakan saat yang tepat untuk
trimester III, janin sedang dalam tahap penyempurnaan dan akan semakin
bertambah besar sampai memenuhi seluruh rongga rahim. Sangat penting untuk
seimbang dan menjaga asupan cairan. Ketidaknyamanan yang dapat terjadi pada
trimester ini antara lain peningkatan frekuensi BAK, sesak karena tekanan di
Pada tubuh ibu hamil, pembesaran uterus terus bertambah. Pada minggu ke-
28 fundus uteri berada pada 3 jari di atas pusat. Pada minggu ke-32, fundus uteri
berada pada pertengahan antara pusat dan processus xiphoideus (px). Pada minggu
ke-36, fundus uteri mencapai 3 jari di bawah processus xiphoideus (px). Payudara
terasa penuh dan lunak. Sering buang air kecil (BAK) kembali terjadi. Sekitar
minggu ke-38 janin mulai masuk kedalam rongga panggul. Sakit punggung dan
frekuensi BAK meningkat akibat tekanan uterus terhadap kandung kemih. Tidur
mungkin akan menjadi sulit. Terasa kontraksi Braxton Hicks (his palsu) yang
meningkat. Sedangkan pada tubuh janin, diakhir minggu ke-32 beratnya mencapai
1700–1800 gram dengan panjang 40–43 cm, permukaan kulit merah dan keriput
seperti orang tua. Pada akhir minggu 36–40, jika ibu hamil mendapat gizi yang
cukup baik, berat janin dapat berkisar antara 3000–3500 gram dengan panjang 46–
17
2.1.4.2 Perubahan Psikologis
Trimester III disebut sebagai periode menunggu dan waspada, sebab pada
saat ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran janinnya. Gerakan janin dan
membesarnya perut merupakan dua hal penting yang terkadang membuat ibu
sering kali merasa takut jika janin yang dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan
ibu juga akan bersikap melindungi janinnya dan menghindari orang atau benda apa
saja yang dianggap membahayakan. Seorang ibu juga mungkin mulai merasa takut
akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada saat proses melahirkan. Rasa
tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu yang merasa dirinya
aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai mersa sedih karena akan berpisah dari
Pada trimester inilah ibu sangat memerlukan ketenangan dan dukungan dari
suami, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tugas dari pemberi pelayanan antenatal
bukan untuk menghilangkan rasa takut, tetapi membantu ibu untuk mengatasinya.
Dengarkan dengan sabar agar ibu dapat mencurahkan isi hati, berikan pengertian
dan jalan keluar masalahnya. Selain itu, pengertian terhadap keadaan calon ibu dari
18
kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah
kesehatan dapat teratasi. Antenatal care adalah salah satu upaya pelayanan
kesehatan dasar bagi ibu dan anak yang dilakukan guna menghindari gangguan atau
perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya sesuai pedoman yang ada dengan
titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Istilah kunjungan ibu hamil tidak
hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas kesehatan,
tetapi setiap kontak dengan tenaga kesehatan atau mendapat akses (di Posyandu,
Pondok Bersalin Desa, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan
19
pelayanan antenatal sesuai standar. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari
mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit (minimal)
empat kali kunjungan. Apabila ada kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 yang
cukup besar, hal tersebut berarti masih banyak ibu hamil yang telah melakukan
keempat pada trimester III, sehingga kehamilannya dapat lepas dari pemantauan
masyarakat serta melakukan KIE yang intensif pada ibu hamil dan keluarganya,
agar memeriksakan kehamilan secara rutin sesuai standar (Dinkes Jatim, 2011).
dan bayi
20
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif
kehamilan, yaitu:
Namun jika terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah,
pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan (Depkes RI, 2007). Ibu hamil yang
≥ 4 kali kunjungan, kurang teratur jika pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan
dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali
usia kehamilan maka risiko pun akan semakin besar, antara lain makin banyaknya
hamil muda, risiko lebih sedikit dan perkembangan janin masih lambat.
Pemeriksaan empat minggu sekali dianggap sudah memadai. Kecuali jika ada
keluhan dari ibu hamil sehingga petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan
21
lebih sering. Ibu hamil memerlukan tenaga kesehatan agar bisa bertanya tentang
kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi (Saifuddin
dkk., 2006).
setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama
22
2. Melakukan deteksi dini komplikasi dan melakukan penatalaksanaan awal
terjadi komplikasi
rutin yang selama ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan
1. Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA,
dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas
Ibu Hamil
pada umumnya, Kusmiyati dkk. (2010) menyebutkan bahwa ibu hamil juga
23
Menurut Kusmiyati dkk. (2010), tipe pelayanan dalam asuhan kebidanan
tim yang kegiatannya dilakukan secara bersama atau sebagai salah satu
sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya bidan menerima rujukan
lain
1. Trimester Pertama
24
h. Menjadwalkan kunjungan berikutnya dan mendokumentasikan
asuhan
2. Trimester Kedua
3. Trimester Ketiga
janin dan kondisi lain kontraindikasi bersalin di luar rumah sakit. Apabila
1. Gravida
Gravida adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh seorang wanita
(Manuaba, 2007). Ibu hamil kedua dan seterusnya, atau yang sudah pernah
2. Usia/umur
Ibu hamil usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang
matang), introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain), perasaan dan
25
emosi tidak stabil dalam menghadapi kehamilan sehingga ibu hamil tidak
3. Sikap
4. Kondisi Ekonomi
tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi
sehari-hari, sehingga hampir tidak ada penyisihan dana untuk kesehatan. Ibu
5. Sosial – budaya
26
memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat
6. Letak Geografis
et al., 2004). Jarak yang terjangkau dan tersedianya fasilitas memadai akan
7. Perolehan Informasi
8. Dukungan
Dukungan yang bisa diberikan pada ibu hamil adalah dukungan sosial dari
al., 2004).
27
2.3 Konsep Pengetahuan
penciuman, raba dan rasa. Namun, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang sangat penting
1. Tahu (Know)
kembali (recall) sesuatu yang spesifik atau bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat
pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
2. Memahami (Comprehension)
tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
28
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan
3. Menerapkan/aplikasi (Application)
menggunakan materi yang telah dipelajari pada waktu, situasi atau kondisi
4. Analisis (Analysis)
antar bagian yang masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
29
objek berdasarkan kriteria sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada
sebelumnya.
Kategori baik : Apabila skor > 80% dari total jawaban yang benar.
Kategori cukup : Apabila skor 60% – 80% dari total jawaban yang benar.
Kategori kurang : Apabila skor < 60% dari total jawaban yang benar.
b. Secara Kebetulan
30
2. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara modern atau ilmiah melalui proses penelitian yang lebih sistematis dan
logis. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian
pokok yaitu:
a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan
b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul
1. Pendidikan
31
2. Minat
3. Pengalaman
4. Usia/umur
aspek fisik dan psikologis. Pertumbuhan pada aspek fisik secara garis
ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru) yang terjadi akibat pematangan
fungsi organ. Pada aspek psikologis taraf berpikir semakin matang dan
32
kedewasaannya, karena pengalaman dan kematangan jiwanya
(Notoatmodjo, 2003).
5. Kondisi Ekonomi
(Notoatmodjo, 2003).
6. Perolehan Informasi
sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain)
7. Lingkungan
33
pengetahuannya akan lebih baik daripada orang yang hidup di
Zat Besi Besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat
di dalam tubuh, yaitu sebanyak 3–5 gram (manusia dewasa). Besi mempunyai
beberapa fungsi esensial di dalam tubuh: sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru
ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian
terpadu reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Dalam keadaan tereduksi, besi
kehilangan dua elektron dan mempunyai dua sisa muatan positif. Besi dalam bentuk
dua ion bermuatan positif ini adalah bentuk ferro (Fe++). Dalam keadaan
teroksidasi, besi kehilangan tiga elektron, sehingga mempunyai sisa tiga muatan
positif yang dinamakan bentuk ferri (Fe+++). Karena dapat berada dalam dua
bentuk ion ini, besi berperan dalam proses respirasi sel, yaitu sebagai kofaktor
dalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik, seperti protein. Sebagian besar
besi dalam bentuk ferri direduksi menjadi bentuk ferro yang terjadi dalam suasana
asam di lambung dengan adanya HCl dan vitamin C dari makanan. Absorpsi
terutama dibagian atas usus halus (duodenum) dengan bantuan alat angkut-protein
khusus yang terdapat di dalam sel mukosa usus halus untuk membantu penyerapan
34
Transferin merupakan protein yang disintesis di dalam hati, terdapat dalam
dua bentuk. Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna kemudian
transferin mukosa kembali ke rongga salauran cerna untuk mengikat besi lain
tubuh (Almatsier, 2009). Dua ion ferri diikatkan pada transferin untuk dibawa ke
Terdapat dua bentuk besi yaitu besi-hem seperti dalam hemoglobin dan mioglobin
dalam sel mukosa sebagai kompleks porfirin utuh. Cincin porfirin di dalam sel
dibebaskan. Besi-hem dan nonhem kemudian melewati alur yang sama dan
meninggalkan sel mukosa dalam bentuk yang sama dengan menggunakan alat
angkut yang sama. Absorpsi besi-hem tidak banyak dipengaruhi oleh komposisi
makanan dan sekresi saluran cerna serta oleh status besi seseorang (Almatsier,
2009). Sedangkan besi-nonhem agar dapat diabsorpsi di dalam usus halus harus
berada dalam bentuk terlarut. Besi-nonhem diionisasi oleh asam lambung, direduksi
menjadi bentuk ferro dan dilarutkan dalam cairan pelarut seperti asam askorbat,
gula dan asam amino yang mengandung sulfur. Pada suasana pH hingga 7 di dalam
duodenum, sebagian besar besi bentuk ferri akan mengendap kecuali dalam
keadaan terlarut. Besi ferro lebih mudah larut pada pH 7, oleh karena itu dapat
diabsorpsi. Taraf absorpsi besi diatur oleh mukosa kebutuhan tubuh. Transferin
35
mukosa yang dikeluarkan ke dalam empedu berperan sebagai alat angkut-protein
yang bolak-balik membawa besi ke permukaan sel usus halus untuk diikat oleh
transferin reseptor dan kembali ke rongga saluran cerna untuk mengangkut besi
lain. Di dalam sel mukosa, besi dapat mengikat apoferitin dan membentuk feritin
sebagai simpanan besi sementara dalam sel, kemudian apoferitin dan feritin tersebut
Penyebaran besi dari sel mukosa ke sel-sel tubuh berlangsung lebih lambat
daripada penerimaannya dari saluran cerna, bergantung pada simpanan besi dalam
tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Laju penyebaran diatur oleh jumlah dan
mampu-ikat besi totalnya (Total-Iron Binding Capacity/ TIBC). Bila besi tidak
dibutuhkan, reseptor transferin berada dalam keadaan jenuh dan hanya sedikit besi
yang diserap dari sel mukosa. Transferin yang ada di dalam sel kemudian
dikeluarkan bersama sel mukosa yang umurnya hanya dua hingga tiga hari. Bila
besi dibutuhkan, transferin pada sel mukosa ini tidak jenuh, dan dapat lebih banyak
mengikat besi untuk disalurkan ke dalam tubuh. Sebagian besar transferin darah
membawa besi ke sumsum tulang dan bagian tubuh lain (Almatsier, 2009).
merupakan bagian dari sel darah merah. Sisanya dibawa ke jaringan tubuh yang
sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati (30%), sumsum tulang
belakang (30%), dan selebihnya di dalam limpa serta otot. Dari simpanan besi
36
simpanan besi di dalam tubuh. Pengukuran feritin di dalam serum merupakan
indikator penting untuk menilai status besi. Feritin dapat dengan cepat dibentuk dan
hemosiderin dibentuk bila besi darah terlalu tinggi dan pemecahannya berlangsung
lebih lambat (Almatsier, 2009). 2.4.2 Pengertian Tablet Besi Tablet besi (Fe) yang
sering dikatakan dengan istilah tablet tambah darah (TTD) merupakan tablet yang
mengandung Fe dan asam folat, baik yang berasal dari program maupun mandiri.
TTD program adalah tablet yang mengandung 60 mg elemental besi dan 0,25 mg
asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara gratis pada ibu
hamil. Sedangkan TTD mandiri adalah TTD atau multi vitamin dan mineral,
minimal mengandung elemental besi dan asam folat yang diperoleh secara mandiri
Tablet zat besi dalam bentuk ferro lebih mudah diserap daripada bentuk
ferri. Sediaan yang banyak tersedia, mudah didapat dan murah, serta khasiatnya
yang paling efektif adalah ferro sulfat, ferro glukonat, dan ferro fumarat (Arisman,
2010). Suplemen zat besi lebih baik dikonsumsi di antara waktu makan atau pada
saat lambung kosong untuk memaksimalkan absorpsi (Paath dkk., 2005). Tablet
besi dikonsumsi selama trimester II kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan
zat besi sangat tinggi dan “morning sickness” sudah mulai menghilang. Efek
samping tablet zat besi berupa rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, diare, dan
terkadang juga konstipasi (Arisman, 2010). Pemberian tablet besi lebih bisa
ditoleransi jika dikonsumsi pada saat sebelum tidur malam. Zat besi dapat
pembentukan sel darah merah yang juga meningkatkan kebutuhan tubuh terhadap
37
asam folat, serta dapat pula menurunkan absorpsi zink dan kalsium. Usus hanya
mampu menyerap 40-60 mg zat besi/hari. Suplementasi zat besi di atas 70 mg/hari
jarang diperlukan pada kehamilan. Dosis yang lebih tinggi hanya akan
maksimal oksigen yang dapat dibawa oleh darah (Jordan, 2004). Defisiensi besi
merupakan defisiensi gizi paling umum, baik di negara maju maupun di negara
ibu hamil dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Secara klasik
defisiensi besi dikaitkan dengan anemia gizi besi. Kekurangan zat besi dapat
kekebalan. Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang
seimbang atau gangguan absorpsi besi. Disamping itu kekurangan besi dapat terjadi
menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya
(Almatsier, 2009).
Kekurangan besi terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama, terjadi bila
simpanan besi berkurang yang terlihat dari penurunan feritin dalam plasma hingga
12 µg/L. Hal ini dikompensasikan dengan peningkatan absorpsi besi yang terlihat
38
Capacity/TIBC). Pada tahap ini belum terlihat perubahan fungsional pada tubuh.
Tahap kedua, terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya jenuh transferin
hingga < 16% pada orang dewasa dan meningkatnya protoporfirin, yaitu bentuk
pendahulu (precursor) hem. Nilai hemoglobin di dalam darah masih berada pada
95% nilai normal. Hal ini dapat menganggu metabolisme energi sehingga
gizi besi, dimana kadar hemoglobin total turun di bawah nilai normal. Anemia gizi
besi berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil (mikrositosis) dan nilai
hemoglobin rendah (hipokromia). Oleh sebab itu, anemia gizi besi juga dinamakan
dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan
(Arisman, 2010).
2010)
jumlah sel darah merah yang lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari
defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan esensial yang dapat
39
disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat
gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan
mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh,
serta vitamin E yang mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah. Anemia
gizi merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Sebagian besar anemia gizi
adalah anemia gizi besi (anemia defisiensi besi). Penyebab anemia gizi besi
terutama karena makanan yang dimakan kurang mengandung besi, terutama dalam
bentuk besi hem. Di samping itu pada wanita kehilangan darah karena haid dan
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok (disamping anak usia pra
sekolah, anak usia sekolah, serta bayi) yang diprioritaskan dalam program
suplementasi tablet besi. Kebutuhan zat besi selama kehamilan memang mengalami
40
Anemia defisiensi besi yang umumnya dialami oleh ibu hamil di Indonesia
dapat dicegah melalui peningkatan gizi dan pemberian suplemen tablet tambah
darah (zat besi) secara teratur untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah
merah, dan sintesa darah otot (Manuaba, 2010; Kusmiyati dkk., 2010).
pada pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Kemenkes
relatif terjadi anemia fisiologis akibat peningkatan volume darah total sehingga
dua kali, yaitu pada trimester I dan trimester III (Manuaba, 2010). Sejauh ini, empat
2. Pendidikan dan upaya yang berkaitan dengan peningkatan asupan zat besi
melalui makanan
(Iswanto dkk., 2011). Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi
penanggulangan anemia gizi di Indonesia (Depkes RI, 1998). Ibu hamil diharapkan
41
dapat mengkonsumsi 90 tablet besi secara rutin selama kehamilannya sesuai dengan
yang telah dikonsumsi dibandingkan dengan jumlah tablet besi yang diperoleh ibu
hamil (yang seharusnya dikonsumsi ibu hamil sesuai resep pemberian). Ibu hamil
dikatakan patuh apabila hasil presentase skor ≥ 90%, sedangkan dikatakan tidak
patuh apabila hasil presentase skor < 90% (Ordenes & Bongga, 2006). Hal-hal
2. Dukungan Keluarga
sebagai faktor dasar penting yang ada berada disekeliling ibu hamil dengan
42
3. Antenatal care (ANC)
merupakan suatu pelayanan medik dasar yang sangat strategis dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil dan janinnya, serta juga sebagai
RI, 2007). Cakupan pemberian tablet besi terkait erat dengan ANC
yang meliputi timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas, ukur tekanan
darah, ukur tinggi fundus uteri, hitung denyut jantung janin, tentukan
seperti golongan darah, kadar hemoglobin darah, protein dalam urin, kadar
4. Pengetahuan
misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus
pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat
43
5. Sikap Ibu Hamil
Sikap ibu hamil seperti adanya rasa malas, bosan, seringnya lupa, tidak suka
menggambarkan suka atau tidak suka. Sikap seseorang terhadap suatu objek
(Azwar, 2008).
44
BAB 3
• Informasi
• Sikap
• Ekonomi Dukungan
Keluarga
• Sosial –
budaya
• Letak
geografis Frekuensi
Antenatal Care Kepatuhan
• Konsumsi Tablet
Besi (Fe)Pada
• Pendidikan Ibu Hamil
• Usia/umur Pengetahuan
Trimester III
• Lingkungan
• Minat
• Pengalaman Sikap
Ibu Hamil
• Ekonomi
45
Setiap kehamilan memerlukan perawatan yang baik untuk optimalisasi
kondisi ibu serta janinnya. Antenatal care yang dilakukan secara rutin sesuai standar
kebijakan program (minimal empat kali) diharapkan dapat memantau kondisi ibu
dan janin sehingga menghindarkan dari gangguan kesehatan. Bila tidak terpantau
dkk., 2008). Segala informasi yang diperoleh saat antenatal care dapat menentukan
perilaku ibu dalam menyikapi kehamilan, sama halnya seperti tingkat pengetahuan
tersebut terkait dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi yang
tablet besi karena efek samping yang ditimbulkan sehingga menurunkan kepatuhan
Frekuensi antenatal care yang dilakukan oleh ibu hamil dapat dipengaruhi
antenatal care dan pengetahuan, terdapat pula beberapa faktor lain yang dapat
46
defisiensi besi pada ibu hamil sampai saat ini masih terfokus pada pemberian 90
tablet tambah darah (zat besi [Fe]) selama kehamilan (Kemenkes RI, 2010c).
Suplementasi zat besi perlu diberikan dan harus diminum secara teratur, bahkan
pada ibu hamil yang berstatus gizi baik. Karena jumlah kebutuhan zat besi selama
tentang anemia terhadap kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil
trimester III.
H0 : tidak ada ada hubungan antara frekuensi kunjungan antenatal care dan
pengetahuan tentang anemia terhadap kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu
47
BAB 4
METODE PENELITIAN
yang diperoleh melalui pengamatan pada suatu subjek tanpa dilakukan perlakuan
Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan study case control. Dimana
4.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil trimester III yang
4.2.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu hamil trimester III yang
Tengah. Adapun beberapa kriteria berikut yang telah ditentukan oleh peneliti untuk
mengambil sampel.
48
Kriteria inklusi :
Kriteria Eksklusi
2. Ibu hamil yang menderita anemia, penyakit kronis, malaria, cacingan, atau
infeksi
N
𝑛=
1 + N (𝑑 2 )
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
51
n=
1 + 51 (0,052 )
51
n=
1 + 0,1275
49
51
n=
1,1275
n = 45,23 ≈ 46
sebanyak 46 orang.
Kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil trimester III
50
Pengetahuan Pengukuran sejauh mana Dalam analisis Ordinal
tentang anemia tingkat pengetahuan ibu dikategorikan:
hamil tentang anemia • Jawaban benar < 60%
(meliputi pengertian, (kurang)
penyebab, cara mengatasi, • Jawaban benar 60% –
dan akibat) serta tentang 80% (cukup)
tablet besi • Jawaban benar > 80%
(baik) (Khomsan, 2000)
Frekuensi Jumlah kunjungan Dalam analisis Ordinal
kunjungan antenatal care yang dikategorikan:
antenatal care dilakukan ibu hamil • < 2 kali (tidak teratur)
selama kehamilannya • 2–3 kali (kurang
(sejak trimester I sampai teratur)
III) • ≥ 4 kali (teratur)
1. Data primer
tingkat pengetahuan ibu tentang anemia, dan jumlah tablet besi yang telah
2. Data sekunder
setempat.
2. Kuesioner
51
3. Alat tulis
Tengah dan dilaksanankan pada bulan Desember 2022 sampai Januari 2023.
Universitas Kadiri.
7. Data terkait tanggal mendapat tablet besi dan tanggal semestinya tablet
besi habis dikonsumsi (90 hari) diperoleh dari pengisian kuesioner atau
52
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi diperoleh dengan
diolah menggunakan program SPSS for Windows dengan tujuan mengubah data
1. Tahap editing, yaitu mengedit data yang tersedia. Setelah data dikumpulkan
2. Tahap coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
3. Tahap entry, yaitu memasukkan data yang berupa kode kedalam program
4. Tahap cleaning, yaitu memeriksa kembali semua data dari setiap sumber
53
4.10 Analisis Data
dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi square yaitu uji hipotesis
beda dua proporsi, karena kedua variabel merupakan data kategorik, dengan tingkat
hubungan antara kedua variabel adalah nilai p, jika nilai p < 0,05 berarti terdapat
54
BAB 5
55
Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, dari 46 ibu
dengan rentang usia 20–25 tahun, 41 orang (89,1%) menikah pada saat berusia
sebagai ibu rumah tangga, 26 orang (56,5%) memiliki jenjang pendidikan terakhir
3 kali ANC), dan tidak ada responden yang melakukan pemeriksaan kehamilan
56
5.1.3 Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia
Tabel 5.4 Distribusi Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Ibu Hamil di Puskesmas
Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Frekuensi Presentase (%)
Patuh 31 67,4
Tidak Patuh 15 32,6
Total 46 100
Sedangkan sekitar 32,6% responden tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet besi
57
5.1.5 Hubungan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care dengan Kepatuhan
antenatal care dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi.
Dari Tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa ibu hamil dengan kunjungan
antenatal care kurang teratur sejumlah 2 orang dan ibu hamil dengan kunjungan
antenatal care teratur dan patuh dalam mengkonsumsi tablet besi sejumlah 29
orang.
yang signifikan antara frekuensi kunjungan antenatal care dengan kepatuhan ibu
hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, dimana nilai signifikansi tersebut (p-value)
adalah 0,014 dan lebih kecil daripada α = 0,05 sehingga menunjukkan adanya
pengaruh positif yang bermakna antara kedua variabel tersebut (0,014 < 0,05).
58
5.1.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan
Dari Tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 15 ibu hamil yang tidak
kurang dan 4 orang memiliki pengetahuan yang cukup tentang anemia. Sedangkan
ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang anemia seluruhnya patuh dalam
yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu
hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, dimana nilai signifikansi tersebut (p-value)
adalah 0,000 dan lebih kecil daripada α = 0,05 sehingga menunjukkan adanya
pengaruh positif yang bermakna antara kedua variabel tersebut (0,000 < 0,05).
5.2 Pembahasan
Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Lobu
59
Antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
bidan, perawat) dan pemberian asuhan kepada ibu hamil selama kehamilannya
sesuai pedoman yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan
preventif. Istilah kunjungan ibu hamil tidak hanya mengandung arti bahwa ibu
hamil yang berkunjung ke fasilitas kesehatan, tetapi setiap kontak dengan tenaga
Health, ANC merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dalam membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk
menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam usaha
menurunkan angka kesakitan serta kematian ibu dan bayi. Diharapkan ibu hamil
memperhatikan kesehatan dirinya selama hamil dan bayi yang dikandungnya serta
60
maka kondisi kesehatan ibu dan janin akan semakin terpantau seperti misalnya
Sulawesi Tengah melakukan kunjungan ANC secara teratur serta telah mendapat
pelayanan berupa pengukuran tinggi dan berat badan, tekanan darah, lingkar lengan
atas, tinggi rahim, penentuan letak dan perhitungan denyut jantung janin,
pemeriksaan kadar hemoglobin dan status imunisasi tetanus toksoid. Selain itu,
pada saat ANC responden juga mendapatkan informasi tambahan seperti cara hidup
sehat dan menjaga kebersihan diri bagi wanita hamil, pemenuhan gizi selama hamil,
signifikan antara frekuensi kunjungan ANC dengan kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi. Hasil penelelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh
perilaku kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet zat besi (Fe). Ibu hamil dengan
kunjungan Antenatal care tidak teratur berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil
dalam mengonsumsi Fe. Ibu hamil yang tidak teratur kunjungan ANC, akan
mendapatkan jumlah tablet zat besi yang tidak sesuai sehingga berhubungan dengan
kepatuhan konsumsi Fe. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ahmad (2019) yang menyatakan ada hubungan frekuensi kunjungan
61
ANC terhadap perilaku kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet Fe. Sama halnya
penelitian yang dilakukan oleh Erwinda (2020) yang mengatakan ada hubungan
Pelayanan ANC merupakan kunci utama bagi wanita hamil untuk menerima
(TBC), infeksi menular seksual dan imunisasi tetanus toxoid (Hendrayani, Anak
Agung, Mangku, 2013). Hal ini juga sesuai dengan penelitian Subarda, dkk
(2021), di Kabupaten Asahan diperoleh ibu hamil dalam minum tablet besi
6,251) yang berarti ibu hamil dengan pelayanan ANC yang tidak baik mempunyai
peluang 3,125 kali lebih tinggi untuk tidak patuh minum tablet besi
dibandingkan ibu hamil dengan pelayanan ANC baik setelah dikontrol variabel
dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet besi. Pelayanan ANC dalam
kepatuhan ibu hamil dalam minum tablet besi, namun pelayanan ANC dalam
Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Lobu
62
Tingkat pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh
seseorang terkait dengan objek. Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang
penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pengetahuan tentang anemia adalah
segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil (responden) terkait dengan
pengertian, penyebab, cara mengatasi, dan akibat anemia pada kehamilan, serta
pengetahuan tersebut yaitu lingkungan tempat ibu hamil paling sering melakukan
dan hanya 4,4% responden berpengetahuan dalam kategori baik. Hal tersebut
darah (anemia) sama dengan penyakit tekanan darah rendah karena belum
darah tinggi tidak bertekanan darah rendah hanya mengkonsumsinya saat merasa
lelah sebagai obat penambah darah dan pemulih kondisi stamina tubuh.
63
Berdasarkan uji analisis data hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan kepatuhan konsumsi tablet besi pada ibu hamil, yang berarti semakin
baik pengetahuan ibu hamil tentang anemia maka akan semakin patuh dalam
mengkonsumsi tablet besi. Tindakan yang disadari oleh pengetahuan akan lebih
teratur daripada tindakan yang tidak disadari oleh pengetahuan. Hasil tersebut
sejalan dengan penelitian Budi Iswanto, dkk. (2021) yang menyatakan bahwa
hamil dalam mengkonsumsi tablet besi. Begitu pula dengan hasil penelitian
konsumsi tablet besi karena efek samping yang ditimbulkan, sehingga menurun-
Agar dapat lebih mengerti para ibu hamil harus diberikan konseling/informasi/
edukasi yang tepat, misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat
anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah
defisiensi zat besi (Arisman, 2010). Pengetahuan ibu hamil tidak hanya diperoleh
melalui pendidikan formal, tetapi juga dapat diperoleh dimana saja baik dari
64
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
kehamilan.
care dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil trimester
dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil trimester III di
6.2 Saran
tablet besi disarankan untuk meninjau dari berbagai variabel atau faktor
65
lainnya yang belum diungkapkan dalam penelitian ini sehingga bisa lebih
menambah informasi.
3. Dari hasil penelitian ini, ibu hamil diharapkan dapat lebih aktif bertanya
kurang jelas dan tidak menutupi permasalahan atau keluhan yang terjadi
lebih efektif.
66
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Risqi Dewi, Aida Rusmariana, Dian Mujiati. 2015. Frekuensi Kunjungan
ANC (Antenatal Care) Pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Ilmiah
Kesehatan: STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.
Alifah, Rizqi Nur. 2016. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil
Mengkonsumsi Tablet tambah darah di Puskesmas Gamping 2. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Depkes. 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan
Wanita Usia Subur. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyrakat Depkes RI.
_______.1999. Pedoman Pemberian Tablet Besi-Folat dan Sirup Besi Bagi Petugas.
Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI.
Dian, R, dkk. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi di desa sokaraja tengah, kecamatan sokaraja,
kabupaten, banyumas. Jurnal keperawatan Universitas jenderal soedirman
purwokerto.
67
Erwinda. Kepatuhan Ibu Hamil Trimester III Mengkonsumsi Tablet Sulfas Ferrosus
Pada Diwilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang. 2020;8(1):2-7.
Soraya, Maulida Nur. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada
Ibu Hamil Dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) Di
Puskesmas Keeling II Kabupaten Jepara. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Intan Nur. 2017. Prevalensi Anemia dan Faktor Yang Mempengaruhi Kadar
Hemoglobin Pada Wanita Hamil di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha
Afiah Depok. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kautshar, Namchar, Suriah dan Nurhaedar Jafar. (2013). Kepatuhan Ibu Hamil
Dalam Mengonsumi Tablet Zat Besi (Fe) di Puskesmas Bara-baraya. Gizi
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
68
Kemenkes RI. 2014. Standar Tablet Tambah Darah Bagi Wanita Usia Subur dan
Ibu Hamil. Kemenkes RI. Available: http://sinforeg.litbang.depkes.go.id
/upload/regulasi/PMK_No._88_ttg_Tablet_Tambah_Darah_.pdf.
Oktaviani, Indah, Linda Makalew, dan Sesca D. 2016. Profil Haemoglobin Pada
Ibu Hamil Dilihat Dari Beberapa Faktor Pendukung. Jurnal Ilmiah Bidan.
69
Rezeki, dkk. 2015. Hubungan Kepatuhan Minum Tablet Besi dan Status Gizi Ibu
Hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir di UPT Puskesmas Gondosari
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Fakultas Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
Silvia, Voni. 2012. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil
Mengonsumsi Tablet Tambah Darah di Wilayah Puskesmas Muaralembu
Kab. Kuantan Singingi Propinsi Riau. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Siti Misaroh dan Atikah Proverawati. 2010. Nutrisi Janin dan Ibu Hamil.
Yogyakarta: Nuha Medika. Supriyanto, Wahyu dan Iswandiri, Rini. 2017.
Kecenderungan Sivitas Akademika dalam Memilih Sumber Referensi
untuk Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Perguruan Tinggi. Berkala Ilmu
Perpustakaan dan Informasi.
Susiloningtyas, I. 2012. Pemberian Zat Besi (Fe) dalam Kehamilan. Jurnal Majalah
Ilmiah Sultan Agung. Vol 50. Diunduh dari:
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/vi
e s/74/68.
70
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Kegiatan Penelitian “Hubungan Antara Frekuensi Kunjungan Antenatal Care dan
Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Trimester III
Di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah Tahun 2022”
71
Lampiran 2 Lembar Informasi
Peneliti,
Lia Andriani
72
Lampiran 3 Lembar Informed Consent
1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar persetujuan
bersedia*) untuk ikut serta menjadi salah satu subyek penelitian yang
Tentang Anemia dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu
73
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Kode : ________
I. DATA RESPONDEN
1. Inisial nama ibu :
2. Usia saat ini : tahun
3. Usia saat menikah : tahun
4. Suku :
a. Jawa
b. Bali
c. Batak
d. Minang
e. Lain-lain, sebutkan ………………………………….
5. Agama :
a. Islam
b. Katolik
c. Protestan
d. Hindu
e. Budha
6. Pendidikan :
a. SD
b. SMP
c. SMA / SMK
d. Perguruan Tinggi
e. Tidak bersekolah
74
7. Pekerjaan :
a. Pedagang
b. Pegawai Negeri / TNI / POLRI
c. Pegawai Swasta / Honorer
d. Ibu Rumah Tangga
e. Lain-lain, sebutkan
8. Pendapatan keluarga Rp ………………………….. /bulan
9. Umur kehamilan : …………… minggu
10. Hamil ke- : ………
11. Paritas (jumlah kelahiran) :
a. 1 – 2 orang
b. 3 – 4 orang
c. Lebih dari 4 orang
* kosongkan bila hamil pertama
12. Kepemilikan buku KIA :
a. Punya
b. Tidak punya
75
5. Selama kehamilan ini, apakah ibu pernah menderita anemia?
a. Pernah
b. Tidak pernah
6. Jika pernah, sudah berapa lama ibu menderita penyakit tersebut?
……………………………………………………………...........
76
4. Apa saja yang sudah pernah ibu dapatkan pada pemeriksaan kehamilan?
(bisa lebih dari 1 jawaban)
a. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk ibu hamil
c. Tablet zat besi (Fe) tablet Apakah ibu mengkonsumsi tablet tersebut
secara rutin setiap hari nya?
a. Ya
b. Tidak, alasan ……………………………………………………
Berapa jumlah tablet besi yang telah ibu konsumsi hingga saat ini?
…….. Tablet
5. Apakah ibu mendapat informasi tambahan saat melakukan pemeriksaan
kehamilan?
a. Tidak
b. Iya, sebutkan: (bisa lebih dari 1 jawaban)
a. Cara hidup sehat bagi wanita hamil dan cara menjaga kebersihan
diri
b. Pemenuhan gizi selama kehamilan, anemia dalam kehamilan,
serta pencegahan konsumsi alkohol dan rokok
c. Cara mengatasi ketidaknyamanan dan mengenali tanda bahaya
kehamilan
d. Persiapan menghadapi persalinan dan kelahiran bayi, serta
kegawatdaruratan
e. Lain-lain ………………………………………………………
6. Jika ibu mendapatkan informasi tambahan tentang gizi saat melakukan
pemeriksaan kehamilan, siapa yang paling sering memberikan
informasinya? (lewati pertanyaan ini jika ibu belum pernah mendapat
informasi tersebut)
a. Dokter
b. Bidan
c. Ahli Gizi
d. Perawat
e. Lain-lain, sebutkan ……………………………………………………..
77
7. Biasanya berapa lama jarak pemeriksaan kehamilan yang ibu lakukan?
a. 2 minggu sekali
b. setiap bulan
c. 2 – 3 bulan sekali
d. Tidak tentu, alasan ……………………………………………………
e. Hanya pada saat ada masalah di kehamilan
78
c. Pemeriksaan kadar hemoglobin
d. Pemeriksaan tekanan darah
6. Berikut ini yang bukan merupakan penyebab dari anemia defisiensi besi
adalah......
a. Kurangnya asupan zat besi
b. Tekanan darah yang tinggi
c. Penyakit infeksi cacing
d. Perdarahan berlebihan
7. Makanan/minuman dibawah ini yang dapat mempermudah penyerapan zat
besi dalam tubuh adalah......
a. Kopi dan the
b. Garam kalsium
c. Susu dan antasida
d. Buah yang mengandung vitamin C
8. Sedangkan makanan/minuman dibawah ini yang dapat menghambat
penyerapan zat besi dalam tubuh adalah......
a. Kopi dan the
b. Tahu dan tempe
c. Daging dan ikan
d. Buah yang mengandung vitamin C
9. Ibu hamil yang dikatakan anemia, apabila cek darah ke laboratorium dengan
hasil pemeriksaan kadar Hb......
a. Kurang dari 10 gr%
b. Kurang dari 11 gr%
c. Kurang dari 12 gr%
d. Kurang dari 13 gr%
10. Pengobatan anemia dapat dilakukan dengan......
a. Konsumsi sayuran hijau
b. Konsumsi tablet tambah darah
c. Konsumsi suplemen besi
d. Semua benar
11. Apakah tablet zat besi itu?
79
a. Tablet tambah darah yang berwarna merah
b. Tablet untuk kekebalan tubuh
c. Tablet penambah nafsu makan
d. Tablet untuk menjaga stamina tubuh
12. Berapa total jumlah tablet besi yang harus dikonsumsi ibu selama masa
kehamilan?
a. 30 tablet
b. 40 tablet
c. 60 tablet
d. 90 tablet
13. Efek samping dari tablet besi umumnya berupa......
a. Nyeri perut
b. Mual dan muntah
c. Kepala pusing
d. Kulit menjadi kemerahan
14. Untuk mengurangi efek samping dari tablet besi sebaiknya diminum pada
saat.....
a. Pagi hari ketika bangun tidur
b. Siang hari setelah beraktivitas
c. Sore hari setelah makan
d. Malam hari sebelum tidur
15. Fungsi dari pemberian zat besi untuk ibu hamil adalah......
a. Menambah nafsu makan dan mengurangi mual
b. Meningkatkan pembentukan sel darah merah
c. Untuk menjaga kondisi dan stamina tubuh
d. Untuk kesehatan bayi dan sebagai vitamin
80
Lampiran 5 Surat Permohonan Penelitian
81
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian
82
Lampiran 7 Tabulasi Hasil Penelitian
ANTENATAL CARE*
SUMBER
SKOR KONSUMSI TABLET
USIA GRAVIDA PENDIDIKAN PEKERJAAN INFORMASI
KODE USIA TEMPAT FREK. PENGETAHUAN BESI
MENIKAH GIZI
KUNJUNGAN KUNJUNGAN
Karyawan
6 28 th 23 th Muli SMA RS 6 Teratur Dokter 9 Cukup 90 Patuh
Swasta
10 35 th 23 th Primi SMA Pedangang Praktek Dokter 4 Teratur Dokter 5 Cukup 67 Tidak Patuh
Karyawan
11 28 th 21 th Primi SD PKM 4 Teratur Bidan 9 Kurang 90 Patuh
Swasta
83
12 20 th 19 th Multi SMP IRT PKM 5 Teratur Bidan 9 Kurang 90 Patuh
13 20 th 20th Sekundi SMA IRT BPM 6 Teratur Bidan 7 Kurang 72 Tidak Patuh
Kurang
20 22 th 22 th Primi SD IRT BPM 3 Bidan 9 Cukup 85 Patuh
Teratur
Karyawan
22 33 th 31 th Sekundi PT PKM 6 Teratur Ahli Gizi 7 Kurang 58 Tidak Patuh
Swasta
23 22 th 21 th Primi SMP IRT Praktek Dokter 7 Teratur Dokter 8 Kurang 71 Tidak Patuh
84
26 29 th 20 th Multi SMA IRT PKM 4 Teratur Bidan 11 Cukup 90 Patuh
Kurang
37 35 th 21 th Sekundi SMP IRT BPM 3 Bidan 9 Cukup 90 Patuh
Teratur
85
40 33 th 24 th Sekund SMA IRT PKM 6 Teratur Bidan 10 Cukup 60 Tidak Patuh
* Catatan: Pada saat ANC, responden di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.telah mendapat pelayanan berupa pengukuran tinggi dan berat badan,
tekanan darah, lingkar lengan atas, tinggi rahim, penentuan letak dan perhitungan denyut jantung janin, pemeriksaan kadar hemoglobin dan status imunisasi tetanus
toksoid, serta beberapa informasi tambahan seperti cara hidup sehat dan menjaga kebersihan diri bagi wanita hamil, pemenuhan gizi selama hamil, anemia dalam
kehamilan, pencegahan konsumsi alkohol dan rokok, cara mengatasi ketidaknyamanan dan mengenali tanda bahaya kehamilan, persiapan menghadapi persalinan dan
kelahiran bayi, serta kegawatdaruratan.
86
Lampiran 8 Hasil Analisis Data
Uji Chi-square
Konsumsi
Patuh Tidak Patuh Total
Frekuensi Kurang Teratur Count 2 0 2
% within Frekuensi 100.0% .0% 100.0%
Teratur Count 29 15 44
% within Frekuensi 65.9% 34.1% 100.0%
Total Count 31 15 46
% within Frekuensi 67.4% 32.6% 100.0%
Symmetric Measures
87
Pengetahuan Anemia * Kepatuhan Konsumsi Fe
Konsumsi
Patuh Tidak Patuh
Total
Pengetahuan Baik Count 2 0 2
% within Pengetahuan 100.0% .0% 100.0%
Cukup Count 25 4 29
% within Pengetahuan 86.2% 13.8% 100.0%
Kurang Count 4 11 15
% within Pengetahuan 26.7% 73.3% 100.0%
Total Count 31 15 46
% within Pengetahuan 67.4% 32.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
(2-sided)
Value df
Pearson Chi-Square 2 .000
16.960a
Likelihood Ratio 17.420 2 .000
N of Valid Cases 46
Symmetric Measures
88
Uji Contingency Coefficient
Konsumsi
Patuh Tidak Patuh
Frekuensi Total
Kurang Teratur Pengetahuan Cukup Count 2 2
% within Pengetahuan 100.0% 100.0%
Total Count 2 2
% within Pengetahuan 100.0% 100.0%
Teratur Pengetahuan Baik Count 2 0 2
% within Pengetahuan 100.0% .0% 100.0%
Cukup Count 23 4 27
% within Pengetahuan 85.2% 14.8% 100.0%
Kurang Count 4 11 15
% within Pengetahuan 26.7% 73.3% 100.0%
Total Count 29 15 44
% within Pengetahuan 65.9% 34.1% 100.0%
Asymp. Sig.
(2-sided)
Frekuensi Value df
Kurang Teratur Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 2
Teratur Pearson Chi-Square 15.780b 2 .000
Likelihood Ratio 16.414 2 .000
N of Valid Cases 44
Symmetric Measures
89
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian
90
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Penguji I
UNIVERSITAS KADIRI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
91
Lampiran 11 Lembar Konsultasi Penguji II
UNIVERSITAS KADIRI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
92
Lampiran 12 Lembar Konsultasi Penguji III
UNIVERSITAS KADIRI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
93