Anda di halaman 1dari 108

SKRIPSI

HUBUNGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DAN


PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN
KONSUMSI TABLET BESI (Fe) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
DI PUSKESMAS LOBU KABUPATEN BANGGAI, SULAWESI TENGAH
TAHUN 2022

PENELITIAN ANALITIK OBSERVASIONAL

LIA ANDRIANI
NIM. 202006080074

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2023
SKRIPSI

HUBUNGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DAN


PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN
KONSUMSI TABLET BESI (Fe) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI
PUSKESMAS LOBU KABUPATEN BANGGAI, SULAWESI TENGAH
TAHUN 2022

PENELITIAN ANALITIK OBSERVASIONAL

LIA ANDRIANI
NIM. 202006080074

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2023
ii
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DAN


PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN
KONSUMSI TABLET BESI (Fe) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI
PUSKESMAS LOBU KABUPATEN BANGGAI, SULAWESI TENGAH
TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh:

LIA ANDRIANI
NIM. 202006080074

Disetujui Tanggal Desember 2022

Pembimbing I

Sri Haryuni, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIDN. 0701058301

Pembimbing II

Bdn. Fauzia Laili, S.ST., M.Keb.


NIDN. 0730048301
iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI

HUBUNGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DAN


PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN
KONSUMSI TABLET BESI (Fe) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI
PUSKESMAS LOBU KABUPATEN BANGGAI, SULAWESI TENGAH
TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh:

LIA ANDRIANI
NIM. 202006080074

Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan disahkan

Pada tanggal : Februari 2023

Tanda Tangan
Ketua : Bdn. Rahma Kusuma Dewi, ST., S.ST., MPH
NIDN. 0727038002
(………………...)

Anggota : 1. Sri Haryuni, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIDN. 0701058301
(………………...)

2. Bdn. Fauzia Laili, S.ST., M.Keb.


NIDN. 0730048301
(………………...)

iv
UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji kepada Allah SWT, atas kesempatan dan kekuatan yang diberikan,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan
Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Dan Pengetahuan Tentang Anemia
Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Trimester III
Di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah Tahun 2022”.
Skripsi ini terselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai

pihak, melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ir. Djoko Rahardjo, MP., selaku Rektor Universitas Kadiri.

2. Sri Haryuni, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Kadiri serta penguji II/pembimbing I yang selalu sabar

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bdn. Rahma Kusuma Dewi, ST., S.ST., MPH, selaku penguji I yang

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Fauzia Laili, S.ST., M.Keb., selaku Ketua Program Studi S1 Kebidanan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri serta penguji III/pembimbing II

yang selalu sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Kepala Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dosen dan staff pendidikan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri yang

telah memberikan dukungan selama proses penyusunan skripsi.

7. Keluargaku yang telah memberi do’a, kasih sayang, semangat dan dukungan

baik moril maupun spiritual selama penulis menyelesaikan pendidikan di

Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri.

v
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu yang telah

membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnan penelitian

selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kediri, Februari 2023

Peneliti

vi
RINGKASAN

Perkembangan kehamilan dipengaruhi oleh status gizi serta kesehatan


ibu yang juga berdampak pada janin. Anemia defisiensi besi adalah masalah gizi
mikro utama pada ibu hamil. Terjadinya anemia dalam kehamilan dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin. Untuk memenuhi
kebutuhan zat besi selama kehamilan, pemerintah memberikan suplemen zat
besi secara gratis pada semua ibu hamil akan tetapi manfaat pemberian tablet
besi tersebut sering terhambat oleh kepatuhan ibu dalam mengkonsumsinya.
Kepatuhan merupakan perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari
luar maupun dari dalam diri individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan frekuensi kunjungan antenatal care dan pengetahuan tentang anemia
dengan kepatuhan konsumsi tablet besi pada ibu hamil trimester III di Puskesmas
Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan desain
cross sectional dengan teknik pengambilan sampel secara purposive meliputi 46
responden. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square dan Contingency
Coefficient. Hasil analisis data menunjukkan p-value dari frekuensi kunjungan
antenatal care adalah 0,014 (p-value < 0,05) dan pengetahuan tentang anemia
memiliki p-value 0,000 (p-value < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan bermakna antara frekuensi kunjungan antenatal care dan pengetahuan
tentang anemia dengan kepatuhan konsumsi tablet besi pada ibu selama kehamilan.

Kata kunci: frekuensi antenatal care, pengetahuan tentang anemia, kepatuhan


mengkonsumsi tablet besi, ibu hamil, anemia defisiensi besi

vii
ABSTRACT

The development of pregnancy is influenced by the nutritional status and health of


the mother which also has an impact on the fetus. Iron deficiency anemia is a major
micronutrient problem in pregnant women. The occurrence of anemia in pregnancy
can increase maternal and fetal morbidity and mortality. To meet the need for iron
during pregnancy, the government provides free iron supplements to all pregnant
women, but the benefits of giving iron tablets are often hampered by the compliance
of mothers in consuming them. Compliance is a behavior that can be influenced by
factors from outside and from within the individual. This study aims to determine
the relationship between the frequency of antenatal care visits and knowledge about
anemia with adherence to iron tablet consumption in third trimester pregnant
women at the Lobu Health Center, Banggai Regency, Central Sulawesi. This study
used a cross-sectional design with a purposive sampling technique covering 46
respondents. The statistical tests used are Chi-square and Contingency Coefficient.
The results of data analysis showed that the p-value of the frequency of antenatal
care visits was 0.014 (p-value <0.05) and knowledge about anemia had a p-value
of 0.000 (p-value <0.05). So it can be concluded that there is a significant
relationship between the frequency of antenatal care visits and knowledge about
anemia with adherence to iron tablet consumption in mothers during pregnancy.

Keywords: frequency of antenatal care, knowledge about anemia, adherence to


consuming iron tablets, pregnant women, iron deficiency anemia

viii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL LUAR .....................................................................................................i

SAMPUL DALAM ................................................................................................ii

PRASYARAT GELAR ........................................................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................iv

LEMBAR PENETAPAN PENGUJI ....................................................................v

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................vi

RINGKASAN ......................................................................................................vii

ABSTRACT .........................................................................................................viii

DAFTAR ISI .........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus .....................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Kehamilan .............................................................................. 7
2.1.1Pengertian Kehamilan ......................................................................... 7
2.1.2 Kebutuhan Gizi Selama Hamil ........................................................... 8

ix
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil .......................... 15
2.1.4 Kondisi Kehamilan Trimester III ...................................................... 17
2.2 Kunjungan Antenatal Care (ANC) ……………………….............. 18
2.2.1 Pengertian ANC ............................................................................... 18
2.2.2 Tujuan ANC ..................................................................................... 20
2.2.3 Kebijakan ANC ................................................................................ 21
2.2.4 Tipe Pelayanan dalam ANC ............................................................. 23
2.2.5 Tindakan Bidan Setiap Kali Kunjungan ANC .................................. 24
2.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ANC ……………. 25
2.3 Konsep Pengetahuan ......................................................................... 27
2.3.1 Pengertian Pengetahuan ................................................................... 27
2.3.2 Tingkat Pengetahuan ........................................................................ 28
2.3.3 Kriteria Tingkat Pengetahuan ........................................................... 29
2.3.4 Cara Memperoleh Pengetahuan ........................................................ 30
2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................. 31
2.4 Kajian Mengenai Tablet Zat Besi (Fe) ............................................. 33
2.4.1 Fungsi, Absorpsi, Transportasi, dan Penyimpanan Zat besi ............ 33
2.4.2 Pengertian Tablet Besi ...................................................................... 36
2.4.3 Dampak dari Kekurangan Zat Besi ................................................... 37
2.4.4 Pengertian Anemia Defisiensi Besi .................................................. 39
2.4.5 Program Penanggulangan Anemia ................................................... 40
2.4.6 Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi ................................. 41

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL


3.1 Kerangka Konseptual ..........................................................................45
3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................................47

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 48
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan
Sampel ……………………………………………………………..…… 48
4.2.1 Populasi ............................................................................................ 48
x
4.2.2 Sampel .............................................................................................. 48
4.2.3 Besar Sampel .................................................................................... 49
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................ 50
4.3 Variabel Penelitian ……………………………................................ 50
4.3.1 Variabel Dependent .......................................................................... 50
4.3.2 Definisi Independent ........................................................................ 50
4.4 Definisi Operasional ……………………….………………………. 50
4.5 Bahan Penelitian ................................................................................ 51
4.6 Instrumen Penelitian ......................................................................... 51
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 52
4.8 Prosedur Pengambilan Data ............................................................. 52
4.9 Teknik Pengolahan Data ................................................................... 53
4.10 Teknik Analisis Data ....................................................................... 54

BAB 5 HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN


5.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 55
5.1.1 Karakteristik Responden ................................................................. 55
5.1.2 Frekuensi Kunjungan Antenatal Care ............................................. 56
5.1.3 Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia ........................................... 57
5.1.4 Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Ibu Hamil ................................. 57
5.1.5 Hubungan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi Tablet Besi ..................................................................... 58
5.1.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi Tablet Besi ..................................................................... 59
5.2 Pembahasan ………………………………………………..……... 59
5.2.1 Hubungan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care dengan Kepatuhan
Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Lobu
Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah ................................................... 59
5.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan
Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Lobu
Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah .................................................... 62

xi
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 65
6.2 Saran .................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 67

LAMPIRAN ........................................................................................................ 71

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional ....................................................................................... 50


Tabel 5.1 Karakteristik Responden ............................................................................... 55
Tabel 5.2 Frekuensi Kunjungan Antenatal Care ........................................................... 56
Tabel 5.3 Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia ......................................................... 57
Tabel 5.4 Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Ibu Hamil ............................................... 57
Tabel 5.5 Hubungan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi Tablet Besi ......................................................................... 58
Tabel 5.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi Tablet Besi ........................................................................ 59

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian .......................................................45

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian .........................................................................71

Lampiran 2 : Lembar Informasi ……………………………………………....72

Lampiran 3 : Lembar Informed Consent ……………………………………...73

Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian ……………………………………………74

Lampiran 5 : Surat Permohonan Penelitian …………………………….……. 81

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian …………………………………….…….. 82

Lampiran 7 : Tabulasi Hasil Penelitian ………………………………….….. 83

Lampiran 8 : Hasil Analisis Data ……………………………………….…... 87

Lampiran 9 : Dokumentasi Penelitian ……………………………….….….. 90

Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Penguji I …................................................ 91

Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Penguji II .................................................. 92

Lampiran 12 : Lembar Konsultasi Penguji III ................................................. 93

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status gizi serta kesehatan ibu sebelum dan selama hamil, hingga saat

menyusui merupakan periode penting karena menentukan kualitas sumber daya

manusia. Konsumsi gizi ibu hamil yang tidak mencukupi kebutuhannya dalam

waktu tertentu dapat menyebabkan terjadinya masalah gizi kurang (Paath dkk.,

2015). Anemia defisiensi besi adalah masalah gizi mikro utama bagi semua

kelompok umur dengan prevalensi tertinggi pada ibu hamil yaitu sekitar 70%

(Supariasa dkk., 2019). Secara global, prevalensi terjadinya anemia pada kehamilan

dari tahun 2018-2020 mencapai 41,8% atau dialami oleh 56,4 juta ibu hamil (WHO,

2020).

Anemia menjadi salah satu penyebab tak langsung kematian ibu selain

karena kekurangan energi kronis (KEK), usia terlalu muda dan terlalu tua, terlalu

rapat jarak melahirkan serta terlalu banyak anak (Saifuddin dkk., 2016). Anemia

pada kehamilan merupakan masalah nasional yang mencerminkan nilai

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan berpotensi membahayakan ibu serta

anaknya, sehingga memerlukan perhatian serius. Anemia defisiensi besi yang

umumnya dialami oleh ibu hamil di Indonesia dapat dicegah melalui peningkatan

gizi dan suplementasi tablet besi secara teratur untuk membangun cadangan besi,

sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot (Manuaba, 2010; Kusmiyati dkk.,

2010). Sampai saat ini, pemberian 90 tablet besi selama kehamilan masih

difokuskan untuk menanggulangi masalah tersebut dan cakupan pemberiannya

1
terkait dengan antenatal care (Kemenkes RI, 2010). Kebutuhan zat besi selama

kehamilan mengalami peningkatan karena digunakan untuk pertumbuhan janin,

plasenta, dan pertambahan volume darah (Arisman, 2010).

Pemberian tablet besi didasarkan pada hal bahwa kehamilan umumnya

relatif terjadi anemia fisiologis akibat peningkatan volume darah total sehingga

menyebabkan terjadinya hemodulasi (pengenceran) yang puncaknya pada

kehamilan 32–34 minggu (Manuaba, 2010). Kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi tablet besi merupakan salah satu indikator perkembangan dan

keberhasilan program penanggulangan anemia defisiensi besi (Kemenkes RI,

2019). Diharapkan ibu hamil dapat mengkonsumsi minimal 90 tablet besi selama

kehamilan dan harus diminum secara teratur. Namun pada kenyataannya dari hasil

laporan riskesdas tahun 2020 menyebutkan bahwa di Sulawesi Tengah, ibu hamil

yang mengkonsumsi tablet besi dengan jumlah hari minum 0–30 hari (33,5%), 31–

59 hari (3,5%), 60–89 hari (9,9%), 90 hari atau lebih (25,8%), tidak tahu (15,5%),

dan 11,8% yang tidak minum tablet besi tersebut (Kemenkes RI, 2020).

Setiap kehamilan memiliki kemungkinan terjadi masalah atau komplikasi,

sehingga ibu memerlukan pemantauan selama kehamilannya dan dianjurkan segera

mengunjungi petugas kesehatan sedini mungkin sejak merasa hamil agar mendapat

asuhan antenatal (Saifuddin dkk., 2006). Asuhan antenatal (antenatal care [ANC])

merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan guna

menghindari gangguan atau segala sesuatu membahayakan bagi kesehatan ibu dan

janinnya. Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan

sesuai standar kebijakan program yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester

II, dan 2 kali pada trimester III. Pada pelaksanaan ANC, istilah K1 (kunjungan

2
pertama kali ibu hamil) dan K4 (kunjungan ibu hamil empat kali) digunakan untuk

mengetahui cakupan pemeriksaan yang dilakukan selama masa kehamilan (Dinkes

Sulawesi Tengah, 2018).

Berdasarkan data tahun 2020, secara nasional ibu hamil yang melakukan

ANC 4 kali sebanyak 87,37% namun belum mencapai target renstra 2020 sebesar

90%. Sulawesi Tengah termasuk provinsi yang masih belum mencapai target

renstra dengan cakupan K4 sebesar 88,82% (Kemenkes RI, 2020). Khususnya di

Kabupaten Banggai, cakupan K1 mencapai 87,81% dari 12.179 sasaran ibu hamil

dan cakupan K4 mencapai 80,33% (Dinkes Kabupaten Banggai, 2020).

Kesenjangan antara cakupan K1 dengan cakupan K4 menunjukkan bahwa ibu

hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ANC tidak meneruskan hingga

kunjungan keempat pada trimester III sehingga kehamilannya dapat lepas dari

pemantauan petugas kesehatan (Dinkes Kabupaten Banggai, 2020). Hasil penelitian

dari Nuri Subekti (2018) menyatakan adanya hubungan antara frekuensi kunjungan

antenatal care dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe, dimana nilai p = 0,001 (p <

0,05).

Selain itu, tingkat pengetahuan tentang gizi maupun kesehatan juga sering

dihubungkan pengaruhnya terhadap kondisi ibu hamil, karena pengetahuan

merupakan domain penting dalam membentuk perilaku seseorang (Notoatmodjo,

2013). Pengetahuan kesehatan terutama tentang anemia dapat berkaitan dengan

kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi. Sering terjadinya penolakan konsumsi

tablet besi karena efek samping yang ditimbulkan, sehingga menurunkan kepatuhan

selama pengobatan berlangsung sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan bahwa

selama kehamilan, tubuh memerlukan tambahan zat besi (Arisman, 2010). Budi

3
Iswanto, dkk. (2019) menyebutkan bahwa dari penelitian yang dilakukan

menunjukkan adanya hubungan antara kedua hal tersebut dengan nilai p = 0,001 (p

< 0,05).

Puskesmas Lobu merupakan salah satu puskesmas di Kecamatan Lobu

Kabupaten Banggai dengan jumlah sasaran ibu hamil pada tahun 2021 mencapai

385 orang. Dari jumlah tersebut, cakupan K1 sebesar 83,26% dan cakupan K4

sebesar 82,19%. Sedangkan untuk distribusi tablet besi sudah cukup baik yaitu

sebanyak 347 (90,12%) ibu hamil mendapatkan tablet Fe1 (30 tablet) dan 361

(93,76%) ibu hamil telah mendapatkan tablet Fe3 (90 tablet). Namun, dari hasil

pengukuran kadar Hb pada 20 ibu hamil terdapat 12 orang (60%) dengan nilai kadar

Hb < 11 gr%. Hal ini dapat saja terjadi karena banyak ibu hamil yang tidak patuh

mengkonsumsi tablet besi akibat kurangnya pemantauan kehamilan atau masih

rendahnya pengetahuan, sehingga memperbesar risiko anemia defisiensi besi

(Hernawati dan Jaya, 2020).

Kehamilan dan persalinan yang aman diharapkan mampu menurunkan

angka kematian ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup serta angka

kematian bayi (AKB) sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup yang tinggi di Indonesia

(SDKI, 2020). Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil

juga dapat menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun banyak faktor lain

yang harus diperhatikan. Dari pemaparan tersebut, penulis termotivasi untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan antara frekuensi kunjungan antenatal

care dan pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe)

pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi

Tengah.

4
1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara frekuensi kunjungan antenatal care dan

pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu

hamil trimester III di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi kunjungan antenatal care dan

pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu

hamil trimester III di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi frekuensi kunjungan antenatal care yang telah dilakukan

oleh ibu selama kehamilan.

2. Mengidentifikasi sejauh mana pengetahuan ibu hamil tentang anemia.

3. Mengidentifikasi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi

yang telah diperoleh saat melakukan pemeriksaan kehamilan.

4. Mengetahui hubungan antara frekuensi kunjungan antenatal care dengan

kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil trimester III.

5. Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang anemia dengan

kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil trimester III.

5
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Menambah sumber kepustakaan maupun jurnal keilmiahan, dan memberi

informasi yang dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi

mahasiswa kesehatan khususnya kebidanan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Tenaga kesehatan memperoleh informasi tambahan dari hasil penelitian ini

sehingga dapat lebih mengefektifkan KIE ataupun penyuluhan sebagai upaya

peningkatan pengetahuan gizi kehamilan dan memberi motivasi pada ibu untuk

tetap rutin memeriksakan kehamilannya, serta selalu memastikan kepatuhan ibu

hamil dalam mengkonsumsi 90 tablet besi yang diperoleh dengan dosis 1 kali

sehari. Selain itu, dapat menjadi bahan masukan untuk senantiasa membantu

kelancaran program pemerintah dalam menanggulangi masalah anemia defisiensi

besi pada ibu hamil. Bagi peneliti lain yang membutuhkannya, dapat dijadikan

sebagai referensi tambahan untuk melakukan penelitian lanjutan.

6
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan keadaan bertumbuhnya embrio atau janin di dalam

tubuh yang dimulai dari pembuahan hingga kelahiran bayi (Tiran, 2006).

Pembuahan adalah serangkaian proses yang berpuncak pada penyatuan gamet pria

(sperma) dan gamet wanita (oosit) untuk membentuk zigot diploid (Coad &

Dunstall, 2007). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Saifuddin dkk., 2008).

Kehamilan normal berlangsung selama 38–40 minggu. Jika dihitung dengan

ukuran hari, kehamilan akan berakhir sesudah 266 hari, atau 38 minggu

pascaovulasi, atau kira-kira 40 minggu dari akhir hari pertama haid terakhir, atau

9,5 bulan dalam hitungan kalender (Arisman, 2010). Menurut Manuaba (2010),

kehamilan dibagi dalam tiga trimester yaitu sebagai berikut:

1. Trimester pertama (0 sampai 12 minggu).

2. Trimester kedua (13 sampai 28 minggu)

3. Trimester ketiga (29 sampai 42 minggu)

Selama masa kehamilannya, fisiologi ibu mengalami beberapa perubahan

untuk menunjang perkembangan janin serta mempersiapkan ibu menjalani proses

persalinan dan masa laktasi. Perubahan dimulai pada fase luteal siklus haid,

sebelum pembuahan dan implantasi, seiring dengan dimulainya sekresi progesteron

7
dari korpus luteum (Arisman, 2010). Umumnya kehamilan berkembang dengan

normal dan dapat dilahirkan bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun

terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Saifuddin dkk., 2006).

2.1.2 Kebutuhan Gizi Selama Hamil

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi. Sedangkan keadaan gizi merupakan keadaan akibat

keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi serta penggunaan zatzat

gizi tersebut, atau keadaan fisiologis akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler

tubuh (Supariasa dkk., 2012).

Zat-zat gizi adalah senyawa-senyawa kimia terkandung dalam makanan

yang akan diserap dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Terdapat

sejumlah zat gizi yang sebagian diantaranya bersifat esensial (tidak dapat disintesis

sendiri oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan sehari-hari). Zat-zat

gizi esensial tersebut meliputi vitamin, mineral, asam amino, asam lemak, dan

karbohidrat sebagai energi. Sedangkan golongan zat-zat gizi yang tidak esensial

adalah zat-zat gizi yang dapat disintesis (dibentuk) dalam tubuh dari senyawa atau

zat gizi tertentu walaupun kesemuanya ini juga dapat bersumber dari hidangan yang

dikonsumsi sehari-hari. Zat gizi secara garis besar dibedakan dalam dua bentuk,

yaitu makronutrien (zat gizi makro) dan mikronutrien (zat gizi mikro) (Paath dkk.,

2005).

8
Pada prinsipnya gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang

harus dikonsumsi ibu selama masa kehamilannya. Manfaat pemenuhan kebutuhan

gizi ibu hamil untuk menghindari masalah pada saat hamil, melahirkan bayi yang

sehat, dan memperlancar air susu ibu (ASI). Gizi juga ikut berperan dalam proses

perubahan fisiologis kehamilan. Di minggu-minggu awal kehamilan, ibu hamil

akan merasa mual, muntah dan nafsu makan menurun. Di pertengahan kehamilan

nafsu makan ibu hamil kembali meningkat, sedangkan menjelang persalinan nafsu

makan ibu mulai mengalami penurunan (Paath dkk., 2005).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama kehamilan yaitu,

kebutuhan gizi selama hamil berbeda-beda untuk setiap individu yang juga

dipengaruhi oleh riwayat kesehatan serta status gizi sebelumnya, kekurangan

asupan pada salah satu zat akan mengakibatkan kebutuhan terhadap suatu gizi

terganggu, serta kebutuhan gizi tidak konstan selama kehamilan yang sedikit

berubah pada trimester pertama dan paling banyak selama trimester akhir. Tidak

semua kebutuhan gizi selama hamil meningkat secara proporsional dan sebaiknya

perencanaan tersebut mengacu pada Recommended Dietary Allowance (RDA).

Umumnya kebutuhan gizi ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%, asam

folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200–300% (Arisman, 2010).

2.1.2.1 Energi

Tambahan energi selama hamil diperlukan untuk pembentukan komponen

janin maupun perubahan pada tubuh ibu hamil tersebut (Paath dkk., 2005).

Kebutuhan energi pada trimester I sedikit sekali meningkat. Setelah itu, sepanjang

trimester II dan III kebutuhan akan terus meningkat sampai pada akhir kehamilan.

Energi tambahan selama trimester II digunakan untuk pemekaran jaringan ibu

9
(penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan

lemak). Sedangkan selama trimester III energi tambahan digunakan untuk

pertumbuhan janin dan plasenta. Banyaknya energi yang harus disiapkan hingga

kehamilan berakhir sekitar 80.000 kkal atau kira-kira 300 kkal tiap hari di atas

kebutuhan wanita tidak hamil. Nilai ini dihitung berdasarkan kesetaraan dengan

protein dan lemak yang tertimbun untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu

(Arisman, 2010).

Energi dalam protein diperkirakan sebanyak 5.180 kkal dan lemak 36.337

kkal. Agar dapat tersimpan menjadi cadangan, masih dibutuhkan tambahan energi

sebanyak 26.244 kkal untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi

energi yang dapat dimetabolisir. Dengan demikian, jumlah total energi yang harus

tersedia selama kehamilan adalah 74.537 kkal. National Academy of Sciences

(NAS) menggenapkannya menjadi 80.000 kkal (Arisman, 2010). WHO

menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal/hari (trimester I) dan 350

kkal/hari (trimester II dan III) (Arisman, 2010). Sementara itu menurut Angka

Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004, seorang ibu hamil dianjurkan untuk

mengkonsumsi tambahan energi sebesar 100 kkal/hari (trimester I), 300 kkal/hari

(trimester II), 300 kkal/hari (trimester III) dengan catatan tambahan ini bisa

dipenuhi dalam 3 trimester berturut-turut (Kemenkes RI, 2010a).

2.1.2.2 Protein

Kebutuhan protein ibu hamil meningkat hingga 68%. Peningkatan

kebutuhan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin,

pembentukan plasenta dan cairan amnion, pertumbuhan jaringan maternal dan

penambahan volume darah. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir

10
kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu,

plasenta, serta bayi. Jika Protein Efficiency Ratio (PER) dianggap 70%, rata-rata

pertambahan protein ialah 8,5 gr/hari. Sedangkan jika koefisien variabilitas sebesar

15%, tambahan ini meningkat menjadi 10 gr/hari (Arisman, 2010).

WHO menganjurkan tambahan protein ibu hamil adalah 0,75 gr/kgBB dan

sebaiknya pemberian tersebut sebesar 10–15% dari total kalori. Penambahan

asupan protein harus mencukupi tetapi tidak boleh berlebihan karena selain tidak

bermanfaat, kelebihan protein akan membahayakan. Pemberian suplementasi

protein > 20% energi total dapat memundurkan pertumbuhan janin, kelahiran bayi

prematur, dan kematian neonatal (Arisman, 2010). Kelebihan protein dapat

memberatkan kerja ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan

kelebihan nitrogen. Sedangkan terjadinya kekurangan protein sering ditemukan

secara bersamaan dengan kekurangan energi dan hal ini merupakan salah satu

masalah gizi di Indonesia (Almatsier, 2009).

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004, ibu hamil

dianjurkan untuk mengkonsumsi tambahan protein sebesar 17 gr/hari selama

kehamilan dengan catatan tambahan ini bisa dipenuhi dalam 3 trimester berturut-

turut (Kemenkes RI, 2010a). 2.1.2.3 Zat Besi (Fe) Kebutuhan Fe ibu hamil

meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200–300%.

Perkiraan besaran zat besi yang perlu disimpan selama hamil ialah 1.040 mg (200

mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang). Jumlah

sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet. Sehingga suplementasi

zat besi perlu diberikan, bahkan pada wanita yang berstatus gizi baik. Penambahan

asupan besi baik lewat makanan dan/atau pemberian suplemen, mampu mencegah

11
penurunan kadar Hb akibat hemodulasi (Arisman, 2010). Menurut Angka

Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004, tambahan kebutuhan zat besi pada ibu hamil

bervariasi yaitu pada trimester I belum membutuhkan tambahan, 9 mg/hari pada

trimester II, dan 13 mg/hari pada trimester III (Kemenkes RI, 2010a).

2.1.2.4 Asam Folat

Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat

sebanyak dua kali lipat selama hamil. Sekitar 24–60% wanita di negara berkembang

maupun negara maju, mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam

folat dalam makanan sehari-hari tidak cukup memenuhi kebutuhan ibu hamil. Pada

kehamilan, kadar folat darah turun karena tingginya laju sintesis DNA dan

pembelahan sel. Setiap faktor yang menurunkan sintesis DNA, RNA, dan ptotein

meningkatkan risiko malformasi kongenital. Kekurangan asam folat berkaitan

dengan BBLR, ablasio plasenta, dan neural tube defect (NTD) (Arisman, 2010).

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004, ibu hamil dianjurkan

mengkonsumsi asam folat sebanyak 200 µg/hari (Kemenkes RI, 2010a). Preparat

suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari

pertama kehamilan karena otak dan sumsum tulang belakang dibentuk pada minggu

pertama kehamilan. Strategi pencegahan kekurangan asam folat dengan konsumsi

makanan yang mengandung asam folat atau suplementasi asam folat 400 µg/hari,

atau keduanya (Arisman, 2010).

2.1.2.5 Kobalamin (Vitamin B12)

Vitamin B12 sangat penting dalam pembentukan sel darah merah.

Defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa disertai dengan rasa

letih yang parah. Diantara golongan vitamin B kompleks, vitamin B12 memang

12
unik karena sangat jarang didapat dari tanaman, tetapi banyak di dalam daging

(produk olahan dari binatang). Bersama asam folat, vitamin ini menyintesis DNA

dan memudahkan pertumbuhan sel. Vitamin B12 penting bagi

pertumbuhkembangan normal sel darah merah, keberfungsian sel-sel sumsum

tulang, sistem persarafan, dan saluran cerna. Tubuh dapat menyimpan vitamin B12

di hati dalam jumlah adekuat untuk persediaan selama 5 tahun. Defisiensi vitamin

B12 yang berat jarang terjadi. Asupan yang dianjurkan sekitar 3 µg/hari (Arisman,

2010).

2.1.2.6 Vitamin D

Kekurangan vitamin D selama hamil dapat menimbulkan gangguan

metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Gangguan ini berupa hipokalsemia dan

tetani pada bayi baru lahir, hipoplasia enamel gigi bayi, dan osteomalasia pada ibu.

Insidensi dapat ditekan dengan pemberian 10 µg (400 IU) perhari. Kekurangan

vitamin D umumnya kerap dialami ibu hamil yang bermukim di daerah yang hanya

sedikit bersentuhan dengan sinar matahari sehingga sintesis vitamin D di kulit tidak

terjadi (Arisman, 2010).

2.1.2.7 Kalsium

Kadar kalsium dalam darah ibu hamil berkurang hingga 5% daripada wanita

yang tidak hamil. Secara kumulatif, janin menimbun kalsium sebanyak 30 gr

dengan kecepatan 7 mg (trimester I), 110 mg (trimester II), dan 350 mg (trimester

III). Asupan anjuran ialah sekitar 1.200 mg/hari bagi ibu hamil berusia di atas 25

tahun, dan 800 mg/hari bagi ibu hamil berusia lebih muda. Sumber utama kalsium

adalah susu dan hasil olahannya, serta beberapa bahan makanan nabati (sayuran

warna hijau tua). Bayam dan kentang sebaiknya jangan dijadikan sumber kalsium

13
karena kandungan oksalat atau fitatnya dapat menghambat proses penyerapan

(Arisman, 2010).

2.1.2.8 Yodium

Kekurangan yodium selama hamil dapat mengakibatkan janin menderita

hipotiroidisme, yang selanjutnya berkembang menjadi kretinisme. Kerusakan saraf

akibat hipotiroidisme yang terjadi pada akhir kehamilan tidak separah jika hal ini

terjadi diawal kehamilan. Koreksi terhadap kekurangan yodium sebaiknya

dilakukan sebelum atau selama 3 bulan pertama kehamilan. Anjuran asupan yodium

untuk ibu hamil dan menyusui adalah sebesar 200 µg/hari, dalam bentuk pemberian

garam beryodium (Arisman, 2010). Fortifikasi garam dapur dengan yodium pada

bahan makanan merupakan salah satu cara penanggulangan kekurangan yodium

dan sudah diwajibkan di Indonesia (Almatsier, 2009).

Menurut Waryana (2010), bila ibu mengalami kekurangan gizi selama

hamil akan dapat menimbulkan masalah pada ibu maupun janin seperti berikut:

1. Terhadap Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada

ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara

normal dan terkena penyakit infeksi.

2. Terhadap Persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan

persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur),

perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi semakin

meningkat.

14
3. Terhadap Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan

janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian

neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum, bayi lahir

dengan berat badan yang rendah (BBLR)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil

Menurut Paath dkk. (2005), gizi ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain:

1. Umur

Lebih muda umur seorang wanita yang hamil, maka akan lebih banyak

energi yang diperlukan.

2. Berat Badan

Berat badan yang lebih atau kurang daripada berat badan rata-rata untuk

umur tertentu merupakan faktor penentu jumlah zat makanan yang harus

diberikan agar kehamilan berjalan lancar. Pertambahan berat badan selama

hamil sekitar 10–12 kg (Depkes RI, 2007). Jika ibu kekurangan gizi dengan

pertambahan hanya 7–8 kg, dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

(BBLR).

3. Suhu Lingkungan

Suhu tubuh dipertahankan pada 36,5–37C untuk metabolisme yang

optimum. Dengan adanya perbedaan suhu antara tubuh dan lingkungan,

maka tubuh melepaskan sebagian panasnya yang harus diganti dengan hasil

metabolisme tubuh. Maka lebih besar perbedaan suhu tubuh dan lingkungan

berarti lebih besar pula masukan energi yang diperlukan.

15
4. Aktivitas

Setiap aktivitas memerlukan energi, semakin banyak aktivitas yang

dilakukan maka semakin banyak pula energi yang diperlukan oleh tubuh.

5. Status Kesehatan

Status/riwayat kesehatan diperlukan dalam penyiapan gizi khusus. Ibu

hamil yang berpenyakit kronis memerlukan zat gizi bukan hanya untuk

mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk kehamilan yang sedang dijalani

(Arisman, 2010).

6. Pengetahuan Zat Gizi Dalam Makanan

Di dalam perencanaan dan penyusunan makanan, baik ibu atau wanita

dewasa sangat berperan penting. Banyak faktor yang mempengaruhi antara

lain kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan

tentang zat gizi. Ngidam adalah pertanda bahwa di dalam tubuh ibu hamil

ada perubahan besar yang menyangkut susunan enzim dan hormon. Dengan

demikian tubuh menjadi lebih efisien menyerap zat gizi dari makanan

sehari-hari. Bila mual dan muntah, upayakan porsi kecil tetapi frekuensinya

ditambah.

7. Kebiasaan dan Pandangan Wanita Terhadap Makanan

Pada umumnya kaum wanita lebih memberikan perhatian khusus pada

keluarga dan anak-anaknya.

8. Status Ekonomi

Baik status ekonomi maupun status sosial sangat mempengaruhi seorang

wanita dalam memilih makanannya.

16
2.1.4 Kondisi Kehamilan Trimester III

Trimester III adalah trimester terakhir dari kehamilan dan sering disebut

sebagai periode penantian. Periode ini merupakan saat yang tepat untuk

mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran (Kusmiyati dkk., 2010). Pada

trimester III, janin sedang dalam tahap penyempurnaan dan akan semakin

bertambah besar sampai memenuhi seluruh rongga rahim. Sangat penting untuk

memperhatikan tanda-tanda kegawatan serta harus mengkonsumsi asupan gizi yang

seimbang dan menjaga asupan cairan. Ketidaknyamanan yang dapat terjadi pada

trimester ini antara lain peningkatan frekuensi BAK, sesak karena tekanan di

diafragma, dan heartburn (Admin, 2009).

2.1.4.1 Perubahan Fisik

Pada tubuh ibu hamil, pembesaran uterus terus bertambah. Pada minggu ke-

28 fundus uteri berada pada 3 jari di atas pusat. Pada minggu ke-32, fundus uteri

berada pada pertengahan antara pusat dan processus xiphoideus (px). Pada minggu

ke-36, fundus uteri mencapai 3 jari di bawah processus xiphoideus (px). Payudara

terasa penuh dan lunak. Sering buang air kecil (BAK) kembali terjadi. Sekitar

minggu ke-38 janin mulai masuk kedalam rongga panggul. Sakit punggung dan

frekuensi BAK meningkat akibat tekanan uterus terhadap kandung kemih. Tidur

mungkin akan menjadi sulit. Terasa kontraksi Braxton Hicks (his palsu) yang

meningkat. Sedangkan pada tubuh janin, diakhir minggu ke-32 beratnya mencapai

1700–1800 gram dengan panjang 40–43 cm, permukaan kulit merah dan keriput

seperti orang tua. Pada akhir minggu 36–40, jika ibu hamil mendapat gizi yang

cukup baik, berat janin dapat berkisar antara 3000–3500 gram dengan panjang 46–

50 cm (Depkes RI, 2007).

17
2.1.4.2 Perubahan Psikologis

Trimester III disebut sebagai periode menunggu dan waspada, sebab pada

saat ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran janinnya. Gerakan janin dan

membesarnya perut merupakan dua hal penting yang terkadang membuat ibu

merasa khawatir bahwa janinnya akan lahir sewaktu-waktu, sehingga menyebabkan

peningkatan kewaspadaan terhadap timbulnya tanda dan gejala persalinan. Ibu

sering kali merasa takut jika janin yang dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan

ibu juga akan bersikap melindungi janinnya dan menghindari orang atau benda apa

saja yang dianggap membahayakan. Seorang ibu juga mungkin mulai merasa takut

akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada saat proses melahirkan. Rasa

tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu yang merasa dirinya

aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai mersa sedih karena akan berpisah dari

janinnya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.

Pada trimester inilah ibu sangat memerlukan ketenangan dan dukungan dari

suami, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tugas dari pemberi pelayanan antenatal

bukan untuk menghilangkan rasa takut, tetapi membantu ibu untuk mengatasinya.

Dengarkan dengan sabar agar ibu dapat mencurahkan isi hati, berikan pengertian

dan jalan keluar masalahnya. Selain itu, pengertian terhadap keadaan calon ibu dari

pihak keluarga terutama suami sangatlah diperlukan (Depkes RI, 2007).

2.2 Kunjungan Antenatal Care (ANC)

2.2.1 Pengertian ANC

Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang penting

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan

18
kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah

kesehatan dapat teratasi. Antenatal care adalah salah satu upaya pelayanan

kesehatan dasar bagi ibu dan anak yang dilakukan guna menghindari gangguan atau

segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin dikandungannya

(Dinkes Jatim, 2011).

Menurut Saifuddin dkk. (2008), asuhan antenatal adalah upaya preventif

program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan

neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yaitu:

1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

2. Mengupayakan kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya

3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi

5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan dan merawat bayi

6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan

membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan,

perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya sesuai pedoman yang ada dengan

titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Istilah kunjungan ibu hamil tidak

hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas kesehatan,

tetapi setiap kontak dengan tenaga kesehatan atau mendapat akses (di Posyandu,

Pondok Bersalin Desa, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan

19
pelayanan antenatal sesuai standar. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari

cakupan pelayanan K1 dan K4 (Dinkes Jatim, 2011).

Cakupan K1 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan

kunjungan/akses pertama ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pelayanan

antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang

mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit (minimal)

empat kali kunjungan. Apabila ada kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 yang

cukup besar, hal tersebut berarti masih banyak ibu hamil yang telah melakukan

kunjungan pertama pelayanan antenatal tidak meneruskan hingga kunjungan

keempat pada trimester III, sehingga kehamilannya dapat lepas dari pemantauan

petugas kesehatan dan harus diantisipasi dengan meningkatkan penyuluhan ke

masyarakat serta melakukan KIE yang intensif pada ibu hamil dan keluarganya,

agar memeriksakan kehamilan secara rutin sesuai standar (Dinkes Jatim, 2011).

2.2.2 Tujuan ANC

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu

dan bayi

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin

20
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

eksklusif

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi

agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin dkk., 2006)

2.2.3 Kebijakan ANC

2.2.3.1 Kebijakan Program

Pelaksanaan kunjungan antenatal care dilakukan minimal empat kali selama

kehamilan, yaitu:

1. Satu kali pada trimester pertama (K1)

2. Satu kali pada trimester kedua (K2)

3. Dua kali pada trimester ketiga (K3 & K4)

Namun jika terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah,

keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak, dan lain-lain maka frekuensi

pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan (Depkes RI, 2007). Ibu hamil yang

pemeriksaan kehamilan dikatakan teratur jika melakukan pemeriksaan kehamilan

≥ 4 kali kunjungan, kurang teratur jika pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan

dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali

kunjungan (WHO, 2006).

Adanya perbedaan jumlah kunjungan di tiap trimester karena semakin tua

usia kehamilan maka risiko pun akan semakin besar, antara lain makin banyaknya

komplikasi sehingga pemeriksaan harus lebih sering dilakukan. Sebaliknya, waktu

hamil muda, risiko lebih sedikit dan perkembangan janin masih lambat.

Pemeriksaan empat minggu sekali dianggap sudah memadai. Kecuali jika ada

keluhan dari ibu hamil sehingga petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan

21
lebih sering. Ibu hamil memerlukan tenaga kesehatan agar bisa bertanya tentang

segala hal yang ingin dan harus diketahui (Solihah, 2005).

Menurut Kemenkes RI (2010b), penerapan pelayanan antenatal care yang

berkualitas sesuai standar terdiri dari:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur tekanan darah

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LLA)

4. Ukur tinggi fundus uteri

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan

7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8. Tes laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tatalaksana/penanganan kasus 10. Temu wicara (konseling), termasuk

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta KB pasca

persalinan Pelayanan/asuhan antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga

kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi (Saifuddin

dkk., 2006).

2.2.3.2 Kebijakan Teknis

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi

setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama

kehamilannya. Penatalaksanaan untuk ibu hamil secara keseluruhan menurut

Saifuddin dkk. (2006) meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

1. Mengupayakan kehamilan yang sehat

22
2. Melakukan deteksi dini komplikasi dan melakukan penatalaksanaan awal

serta rujukan bila diperlukan

3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika

terjadi komplikasi

Menurut Depkes RI (2009), beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal

rutin yang selama ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan

antara lain meliputi:

1. Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA,

dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas

Ibu Hamil

2. Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan

Bidan dan Dukun

3. Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah

4. Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu

2.2.4 Tipe Pelayanan dalam ANC

Dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil, sebagaimana hak pasien

pada umumnya, Kusmiyati dkk. (2010) menyebutkan bahwa ibu hamil juga

mempunyai hak-hak yang sama dengan hak pasien antara lain:

1. Wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yang

diberikan secara bermartabat dan dengan rasa hormat

2. Asuhan harus dapat dicapai, diterima, serta terjangkau untuk semua

perempuan dan keluarga

3. Wanita berhak memilih dan memutuskan tentang kesehatannya

23
Menurut Kusmiyati dkk. (2010), tipe pelayanan dalam asuhan kebidanan

meliputi layanan kebidanan primer, layanan kebidanan kolaborasi, dan layanan

kebidanan rujukan, dengan uraian sebagai berikut:

1. Layanan kebidanan primer merupakan pelayanan kebidanan yang

sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan

2. Layanan kebidanan kolaborasi merupakan layanan bidan sebagai anggota

tim yang kegiatannya dilakukan secara bersama atau sebagai salah satu

urutan proses kegiatan layanan

3. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan bidan dalam rangka rujukan ke

sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya bidan menerima rujukan

dari dukun, juga layanan horizontal maupun vertikal ke profesi kesehatan

lain

2.2.5 Tindakan Bidan Setiap Kali Kunjungan ANC

Menurut Kusmiyati dkk. (2010), tindakan yang dilakukan setiap kunjungan:

1. Trimester Pertama

a. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu hamil

b. Mendeteksi masalah dan mengatasinya

c. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan

d. Mengajari ibu cara mengatasi ketidaknyamanan

e. Mengajarkan dan mendorong perilaku yang sehat

f. Memberikan imunisasi tetanus toksoid (TT) dan tablet besi

g. Mulai mendiskusikan mengenai persiapan untuk kelahiran bayi dan

kesiapan menghadapi kegawatdaruratan

24
h. Menjadwalkan kunjungan berikutnya dan mendokumentasikan

asuhan

2. Trimester Kedua

Sama seperti trimeseter pertama, kemudian ditambahkan kewaspadaan

khusus terhadap preeklampsia (mengenai gejala preeklampsia, serta pantau

tekanan darah, evaluasi edema, dan periksa untuk proteinuria)

3. Trimester Ketiga

Sama seperti trimester kedua dan ketiga, ditambahkan dengan palpasi

abdominal untuk mengetahui adakah kehamilan ganda, serta deteksi letak

janin dan kondisi lain kontraindikasi bersalin di luar rumah sakit. Apabila

ibu hamil mengalami masalah atau komplikasi atau kegawatdaruratan,

diberikan pertolongan awal sesuai dengan masalah yang timbul.

2.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ANC

1. Gravida

Gravida adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh seorang wanita

(Manuaba, 2007). Ibu hamil kedua dan seterusnya, atau yang sudah pernah

melahirkan mempunyai pengalaman tentang antenatal care, sehingga dari

pengalaman terdahulu akan kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan

kehamilan selanjutnya (Bobak et al., 2004).

2. Usia/umur

Ibu hamil usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang

tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan. Sedangkan ibu

hamil dengan usia sangat muda memiliki kepribadian immature (kurang

matang), introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain), perasaan dan

25
emosi tidak stabil dalam menghadapi kehamilan sehingga ibu hamil tidak

berminat untuk melaksanakan antenatal care (Rukiyah dkk., 2009).

3. Sikap

Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi keteraturan kunjungan antenatal care.

Adanya sikap baik tentang pelaksanaan antenatal care, mencerminkan

kepedulian ibu hamil pada kesehatan dirinya maupun janin dikadungannya

(Bobak et al., 2004).

4. Kondisi Ekonomi

Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan

tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi

pemeriksaan kehamilan (Bobak et al., 2004). Penghasilan masyarakat

Indonesia (75–100%) digunakan untuk membiayai keperluan hidup.

Pendapatan keluarga umumnya hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan

sehari-hari, sehingga hampir tidak ada penyisihan dana untuk kesehatan. Ibu

hamil jarang diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak ada biaya

(Yulifah dan Yuswanto, 2009).

5. Sosial – budaya

Di berbagai wilayah Indonesia terutama dalam masyarakat yang masih

memegang teguh budaya tradisional (patrilineal), suami lebih dominan

dalam mengambil keputusan untuk menentukan tindakan yang akan

dilakukan pada istrinya sehingga mempengaruhi ibu hamil dalam

melaksanakan antenatal care (Yulifah dan Yuswanto, 2009). Perilaku

keluarga yang tidak mengijinkan ibu hamil meninggalkan rumah untuk

26
memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat

keteraturan kunjungan ibu hamil tersebut dalam memeriksakan kehamilan

(Bobak et al., 2004).

6. Letak Geografis

Letak geografis menentukan terhadap pelayanan kesehatan. Di tempat

terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, karena transportasi

yang sulit menjangkau sampai tempat pelayanan kesehatan tersebut (Bobak

et al., 2004). Jarak yang terjangkau dan tersedianya fasilitas memadai akan

memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan dan

bisa melaksanakan antenatal care, sehingga jika terdapat keadaan gawat

darurat dapat segera ditangani (Rukiyah dkk., 2009).

7. Perolehan Informasi

Informasi tentang antenatal care yang pernah didapatkan dari tenaga

kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan

pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care,

sehingga dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care selama

kehamilan (Bobak et al., 2004).

8. Dukungan

Dukungan yang bisa diberikan pada ibu hamil adalah dukungan sosial dari

keluarga terutama dukungan suami. Dukungan sosial ini bisa diwujudkan

dalam bentuk materi berupa kesiapan finansial, dukungan informasi, serta

dukungan psikologis seperti menemani saat periksa kehamilan (Bobak et

al., 2004).

27
2.3 Konsep Pengetahuan

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan

terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, raba dan rasa. Namun, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior), sehingga pengetahuan

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku.

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dapat dibagi menjadi enam

tingkatan sebagai berikut:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik atau bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat

pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

yaitu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

28
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan

meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.

3. Menerapkan/aplikasi (Application)

Menerapkan atau aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada waktu, situasi atau kondisi

nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-

rumus, metode, konsep, prinsip, prosedur, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menguraikan atau menjabarkan

sesuatu kedalam bentuk komponen atau bagian-bagian, serta hubungan

antar bagian yang masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun atau menghubungkan

bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, seperti

menyusun,merencanakan, meringkas, menyesuaikan suatu teori atau

rumusan masalah yang ada. Dengan kata lain, sintesis merupakan

kemampuan untuk merumuskan suatu pola/struktur baru, berdasarkan

dengan formasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk

melakukan justifikasi atau membuat penilaian terhadap suatu materi atau

29
objek berdasarkan kriteria sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada

sebelumnya.

2.3.3 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Khomsan (2000), kriteria pengetahuan dikelompokkan menjadi:

Kategori baik : Apabila skor > 80% dari total jawaban yang benar.

Kategori cukup : Apabila skor 60% – 80% dari total jawaban yang benar.

Kategori kurang : Apabila skor < 60% dari total jawaban yang benar.

2.3.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, menurut Notoatmodjo (2010) dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah

Cara tradisional atau nonilmiah yakni cara memperoleh suatu kebenaran

pengetahuan tanpa melalui penelitian ilmiah, antara lain:

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

b. Secara Kebetulan

c. Cara Kekuasaan atau Otoritas

d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

e. Cara Akal Sehat (Common Sense)

f. Kebenaran Melalui Wahyu

g. Kebenaran secara Intuitif

h. Melalui Jalan Pikiran

i. Induksi dan deduksi

30
2. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara modern atau ilmiah melalui proses penelitian yang lebih sistematis dan

logis. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian

(research methodology) dengan pencatatan yang mencakup beberapa hal

pokok yaitu:

a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat

dilakukan pengamatan

b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul

pada saat dilakukan pengamatan

c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yakni gejala-gejala yang

berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu Berdasarkan hasil

pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri-ciri atau unsurunsur yang pasti

ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar

pengambilan kesimpulan atau generalisasi.

2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi,

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

pendidikan yang kurang akan dapat menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal (Notoatmodjo, 2003).

31
2. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat dapat membuat seseorang mencoba dan

menekuni suatu hal sehingga diperoleh pengetahuan lebih mendalam

(Mubarak dkk., 2007).

3. Pengalaman

Pengalaman adalah sumber pengetahuan atau suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Pengalaman seseorang

tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan

dalam proses pengembangan. Orang yang berpengalaman akan

mempunyai pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan orang yang

tidak berpengalaman dalam segi apapun (Notoatmodjo, 2003).

4. Usia/umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek fisik dan psikologis. Pertumbuhan pada aspek fisik secara garis

besar ada empat kategori perubahan (ukuran, proporsi, hilangnya ciri-

ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru) yang terjadi akibat pematangan

fungsi organ. Pada aspek psikologis taraf berpikir semakin matang dan

dewasa (Mubarak dkk., 2007). Semakin cukup umur dan tingkat

kematangan seseorang maka dapat lebih matang dalam berpikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan

lebih dipercaya daripada yang belum cukup tinggi tingkat

32
kedewasaannya, karena pengalaman dan kematangan jiwanya

(Notoatmodjo, 2003).

5. Kondisi Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan

status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding dengan

keluarga status ekonomi rendah. Hal ini mempengaruhi pemenuhan

kebutuhan tentang informasi yang termasuk sebagai kebutuhan

sekunder. Jadi, status ekonomi dapat mempermudah seseorang dalam

memperoleh pengetahuan sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas

(Notoatmodjo, 2003).

6. Perolehan Informasi

Kemudahan memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk mendapatkan pengetahuan yang baru

(Mubarak dkk., 2007). Melalui media cetak maupun elektronik berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang

sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain)

akan memperoleh informasi lebih banyak dibandingkan dengan

seseorang yang jarang terpapar media (Notoatmodjo, 2003).

7. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

seseorang atau kelompok. Lingkungan adalah input kedalam seseorang

sehingga sistem adaptif melibatkan banyak faktor internal maupun

eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan berpikiran luas maka

33
pengetahuannya akan lebih baik daripada orang yang hidup di

lingkungan berpikiran sempit (Notoatmodjo, 2003).

2.4 Tablet Zat Besi (Fe)

2.4.1 Fungsi, Absorpsi, Transportasi, dan Penyimpanan

Zat Besi Besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat

di dalam tubuh, yaitu sebanyak 3–5 gram (manusia dewasa). Besi mempunyai

beberapa fungsi esensial di dalam tubuh: sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru

ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian

terpadu reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Dalam keadaan tereduksi, besi

kehilangan dua elektron dan mempunyai dua sisa muatan positif. Besi dalam bentuk

dua ion bermuatan positif ini adalah bentuk ferro (Fe++). Dalam keadaan

teroksidasi, besi kehilangan tiga elektron, sehingga mempunyai sisa tiga muatan

positif yang dinamakan bentuk ferri (Fe+++). Karena dapat berada dalam dua

bentuk ion ini, besi berperan dalam proses respirasi sel, yaitu sebagai kofaktor

enzim-enzim yang terlibat di dalam reaksi oksidasi-reduksi (Almatsier, 2009).

Tubuh sangat efisien dalam penggunaan zat besi. Sebelum diabsorpsi, di

dalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik, seperti protein. Sebagian besar

besi dalam bentuk ferri direduksi menjadi bentuk ferro yang terjadi dalam suasana

asam di lambung dengan adanya HCl dan vitamin C dari makanan. Absorpsi

terutama dibagian atas usus halus (duodenum) dengan bantuan alat angkut-protein

khusus yang terdapat di dalam sel mukosa usus halus untuk membantu penyerapan

besi, yaitu transferin dan feritin.

34
Transferin merupakan protein yang disintesis di dalam hati, terdapat dalam

dua bentuk. Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna kemudian

memindahkannya ke transferin reseptor yang ada di dalam sel mukosa, dan

transferin mukosa kembali ke rongga salauran cerna untuk mengikat besi lain

sedangkan transferin reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan

tubuh (Almatsier, 2009). Dua ion ferri diikatkan pada transferin untuk dibawa ke

jaringan-jaringan tubuh. Banyaknya reseptor transferin yang terdapat pada

membran sel bergantung pada kebutuhan tiap sel.

Kekurangan besi pertama dapat dilihat pada tingkat kejenuhan transferin.

Terdapat dua bentuk besi yaitu besi-hem seperti dalam hemoglobin dan mioglobin

makanan hewani, dan besi-nonhem dalam makanan nabati. Besi-hem diabsorpsi ke

dalam sel mukosa sebagai kompleks porfirin utuh. Cincin porfirin di dalam sel

mukosa kemudian dipecah oleh enzim khusus (hemoksigenase) dan besi

dibebaskan. Besi-hem dan nonhem kemudian melewati alur yang sama dan

meninggalkan sel mukosa dalam bentuk yang sama dengan menggunakan alat

angkut yang sama. Absorpsi besi-hem tidak banyak dipengaruhi oleh komposisi

makanan dan sekresi saluran cerna serta oleh status besi seseorang (Almatsier,

2009). Sedangkan besi-nonhem agar dapat diabsorpsi di dalam usus halus harus

berada dalam bentuk terlarut. Besi-nonhem diionisasi oleh asam lambung, direduksi

menjadi bentuk ferro dan dilarutkan dalam cairan pelarut seperti asam askorbat,

gula dan asam amino yang mengandung sulfur. Pada suasana pH hingga 7 di dalam

duodenum, sebagian besar besi bentuk ferri akan mengendap kecuali dalam

keadaan terlarut. Besi ferro lebih mudah larut pada pH 7, oleh karena itu dapat

diabsorpsi. Taraf absorpsi besi diatur oleh mukosa kebutuhan tubuh. Transferin

35
mukosa yang dikeluarkan ke dalam empedu berperan sebagai alat angkut-protein

yang bolak-balik membawa besi ke permukaan sel usus halus untuk diikat oleh

transferin reseptor dan kembali ke rongga saluran cerna untuk mengangkut besi

lain. Di dalam sel mukosa, besi dapat mengikat apoferitin dan membentuk feritin

sebagai simpanan besi sementara dalam sel, kemudian apoferitin dan feritin tersebut

membentuk pool besi (Almatsier, 2009).

Penyebaran besi dari sel mukosa ke sel-sel tubuh berlangsung lebih lambat

daripada penerimaannya dari saluran cerna, bergantung pada simpanan besi dalam

tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Laju penyebaran diatur oleh jumlah dan

tingkat kejenuhan transferin. Tingkat kejenuhan transferin biasanya sepertiga dari

mampu-ikat besi totalnya (Total-Iron Binding Capacity/ TIBC). Bila besi tidak

dibutuhkan, reseptor transferin berada dalam keadaan jenuh dan hanya sedikit besi

yang diserap dari sel mukosa. Transferin yang ada di dalam sel kemudian

dikeluarkan bersama sel mukosa yang umurnya hanya dua hingga tiga hari. Bila

besi dibutuhkan, transferin pada sel mukosa ini tidak jenuh, dan dapat lebih banyak

mengikat besi untuk disalurkan ke dalam tubuh. Sebagian besar transferin darah

membawa besi ke sumsum tulang dan bagian tubuh lain (Almatsier, 2009).

Di dalam sumsum tulang, besi digunakan untuk membuat hemoglobin yang

merupakan bagian dari sel darah merah. Sisanya dibawa ke jaringan tubuh yang

membutuhkan. Kelebihan besi yang dapat mencapai 200–1500 mg, disimpan

sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati (30%), sumsum tulang

belakang (30%), dan selebihnya di dalam limpa serta otot. Dari simpanan besi

tersebut hingga 50 mg sehari dapat dimobilisasi untuk keperluan tubuh seperti

pembentukan hemoglobin. Feritin yang bersirkulasi di dalam darah mencerminkan

36
simpanan besi di dalam tubuh. Pengukuran feritin di dalam serum merupakan

indikator penting untuk menilai status besi. Feritin dapat dengan cepat dibentuk dan

dipecah untuk memenuhi kebutuhan tubuh segera akan besi. Sedangkan

hemosiderin dibentuk bila besi darah terlalu tinggi dan pemecahannya berlangsung

lebih lambat (Almatsier, 2009). 2.4.2 Pengertian Tablet Besi Tablet besi (Fe) yang

sering dikatakan dengan istilah tablet tambah darah (TTD) merupakan tablet yang

mengandung Fe dan asam folat, baik yang berasal dari program maupun mandiri.

TTD program adalah tablet yang mengandung 60 mg elemental besi dan 0,25 mg

asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara gratis pada ibu

hamil. Sedangkan TTD mandiri adalah TTD atau multi vitamin dan mineral,

minimal mengandung elemental besi dan asam folat yang diperoleh secara mandiri

sesuai anjuran (Kemenkes RI, 2012).

Tablet zat besi dalam bentuk ferro lebih mudah diserap daripada bentuk

ferri. Sediaan yang banyak tersedia, mudah didapat dan murah, serta khasiatnya

yang paling efektif adalah ferro sulfat, ferro glukonat, dan ferro fumarat (Arisman,

2010). Suplemen zat besi lebih baik dikonsumsi di antara waktu makan atau pada

saat lambung kosong untuk memaksimalkan absorpsi (Paath dkk., 2005). Tablet

besi dikonsumsi selama trimester II kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan

zat besi sangat tinggi dan “morning sickness” sudah mulai menghilang. Efek

samping tablet zat besi berupa rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, diare, dan

terkadang juga konstipasi (Arisman, 2010). Pemberian tablet besi lebih bisa

ditoleransi jika dikonsumsi pada saat sebelum tidur malam. Zat besi dapat

meningkatkan kebutuhan terhadap mikronutrien lain dengan menstimulasi

pembentukan sel darah merah yang juga meningkatkan kebutuhan tubuh terhadap

37
asam folat, serta dapat pula menurunkan absorpsi zink dan kalsium. Usus hanya

mampu menyerap 40-60 mg zat besi/hari. Suplementasi zat besi di atas 70 mg/hari

jarang diperlukan pada kehamilan. Dosis yang lebih tinggi hanya akan

meningkatkan efek samping pada gastro-intestinal (Jordan, 2004).

2.4.3 Dampak dari Kekurangan Zat Besi

Defisiensi besi akan mengakibatkan anemia yang menurunkan jumlah

maksimal oksigen yang dapat dibawa oleh darah (Jordan, 2004). Defisiensi besi

merupakan defisiensi gizi paling umum, baik di negara maju maupun di negara

berkembang yang terutama menyerang golongan rentan, seperti anak-anak, remaja,

ibu hamil dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Secara klasik

defisiensi besi dikaitkan dengan anemia gizi besi. Kekurangan zat besi dapat

berpengaruh terhadap produktivitas kerja, penampilan kognitif, dan sistem

kekebalan. Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang

seimbang atau gangguan absorpsi besi. Disamping itu kekurangan besi dapat terjadi

karena pendarahan akibat cacingan atau luka, dan penyakit-penyakit yang

menganggu absorpsi, seperti penyakit gastro intestinal. Kekurangan besi umumnya

menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya

kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh,

menurunnya kemampuan mengatur suhu tubuh, dan gangguan penyembuhan luka

(Almatsier, 2009).

Kekurangan besi terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama, terjadi bila

simpanan besi berkurang yang terlihat dari penurunan feritin dalam plasma hingga

12 µg/L. Hal ini dikompensasikan dengan peningkatan absorpsi besi yang terlihat

dari peningkatan kemampuan mengikat-besi total (Total–Iron Binding

38
Capacity/TIBC). Pada tahap ini belum terlihat perubahan fungsional pada tubuh.

Tahap kedua, terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya jenuh transferin

hingga < 16% pada orang dewasa dan meningkatnya protoporfirin, yaitu bentuk

pendahulu (precursor) hem. Nilai hemoglobin di dalam darah masih berada pada

95% nilai normal. Hal ini dapat menganggu metabolisme energi sehingga

menyebabkan menurunnya kemampuan bekerja. Pada tahap ketiga, terjadi anemia

gizi besi, dimana kadar hemoglobin total turun di bawah nilai normal. Anemia gizi

besi berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil (mikrositosis) dan nilai

hemoglobin rendah (hipokromia). Oleh sebab itu, anemia gizi besi juga dinamakan

anemia hipokromik mikrositik (Almatsier, 2009).

2.4.4 Pengertian Anemia Defisiensi Besi

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit,

dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan

(Arisman, 2010).

Jenis-jenis anemia antara lain:

1. Anemia defisiensi besi/anemia gizi besi (kekurangan zat besi)

2. Anemia megaloblastik (kekurangan vitamin B12)

3. Anemia hemolitik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentukan)

4. Anemia hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah) (Manuaba,

2010)

Anemia gizi adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit, dan

jumlah sel darah merah yang lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari

defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan esensial yang dapat

mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2010). Anemia gizi

39
disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan

hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat

gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan

sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam hemoglobin, vitamin C yang

mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh,

serta vitamin E yang mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah. Anemia

gizi merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Sebagian besar anemia gizi

adalah anemia gizi besi (anemia defisiensi besi). Penyebab anemia gizi besi

terutama karena makanan yang dimakan kurang mengandung besi, terutama dalam

bentuk besi hem. Di samping itu pada wanita kehilangan darah karena haid dan

persalinan (Almatsier, 2009).

Menurut Manuaba (2010) batasan kadar Hb dalam menegakkan diagnosis

anemia kehamilan dengan pemeriksaan Sahli, sebagai berikut:

1. Hb 11 gr% : tidak anemia

2. Hb 9–10 gr% : anemia ringan

3. Hb 7–8 gr% : anemia sedang

4. Hb < 7 gr% : anemia berat

2.4.5 Program Penanggulangan Anemia

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok (disamping anak usia pra

sekolah, anak usia sekolah, serta bayi) yang diprioritaskan dalam program

suplementasi tablet besi. Kebutuhan zat besi selama kehamilan memang mengalami

peningkatan untuk memasok kebutuhan janin, pertumbuhan plasenta, dan

peningkatan volume darah ibu (Arisman, 2010).

40
Anemia defisiensi besi yang umumnya dialami oleh ibu hamil di Indonesia

dapat dicegah melalui peningkatan gizi dan pemberian suplemen tablet tambah

darah (zat besi) secara teratur untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah

merah, dan sintesa darah otot (Manuaba, 2010; Kusmiyati dkk., 2010).

Penanggulangan masalah ibu hamil dengan anemia defisiensi besi terfokus

pada pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Kemenkes

RI, 2010c). Pemberian tersebut berdasarkan bahwa pada kehamilan umumnya

relatif terjadi anemia fisiologis akibat peningkatan volume darah total sehingga

menyebabkan terjadinya hemodulasi (pengenceran) yang puncaknya pada

kehamilan 32–34 minggu. Pemeriksaan darah saat kehamilan dilakukan minimal

dua kali, yaitu pada trimester I dan trimester III (Manuaba, 2010). Sejauh ini, empat

pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi besi yaitu:

1. Pemberian tablet/suntikan zat besi

2. Pendidikan dan upaya yang berkaitan dengan peningkatan asupan zat besi

melalui makanan

3. Pengawasan penyakit infeksi

4. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi (Arisman, 2010)

2.4.6 Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi

Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi adalah ketaatan ibu hamil dalam

mengkonsumsi tablet besi sesuai dengan jumlah yang seharusnya diminum

(Iswanto dkk., 2011). Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi

merupakan salah satu indikator perkembangan dan keberhasilan program

penanggulangan anemia gizi di Indonesia (Depkes RI, 1998). Ibu hamil diharapkan

41
dapat mengkonsumsi 90 tablet besi secara rutin selama kehamilannya sesuai dengan

yang telah diprogramkan (Kemenkes RI, 2010c.

Kepatuhan diukur berdasarkan presentase perhitungan jumlah tablet besi

yang telah dikonsumsi dibandingkan dengan jumlah tablet besi yang diperoleh ibu

hamil (yang seharusnya dikonsumsi ibu hamil sesuai resep pemberian). Ibu hamil

dikatakan patuh apabila hasil presentase skor ≥ 90%, sedangkan dikatakan tidak

patuh apabila hasil presentase skor < 90% (Ordenes & Bongga, 2006). Hal-hal

berikut dapat mempengaruhi kepatuhan konsumsi tablet besi, antara lain:

1. Peran Tenaga Kesehatan

Peran tenaga kesehatan sebagai ujung tombak dalam memberikan asuhan

dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat mempengaruhi

kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi, dimana terdapat

kecenderungan ibu yang patuh karena tenaga kesehatan mampu

memberikan penyuluhan gizi dengan baik dan selalu memotivasi untuk

mengkonsumsi tablet besi sampai habis (Kautshar dkk., 2013).

2. Dukungan Keluarga

Upaya yang dilakukan dengan mengikutkan peran serta keluarga adalah

sebagai faktor dasar penting yang ada berada disekeliling ibu hamil dengan

memberdayakan anggota keluarga terutama suami untuk ikut membantu

para ibu hamil dalam meningkatkan kepatuhannya mengkonsumsi tablet

besi, karena merasa ada yang memantau serta mengingatkan dalam

keseharian di rumah (Puspasari, 2008).

42
3. Antenatal care (ANC)

Antenatal care (ANC) sebagai perawatan kehamilan secara berkala

merupakan suatu pelayanan medik dasar yang sangat strategis dalam upaya

meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil dan janinnya, serta juga sebagai

pelayanan untuk mencegah terjadinya masalah selama kehamilan (Depkes

RI, 2007). Cakupan pemberian tablet besi terkait erat dengan ANC

(Kemenkes RI, 2010c). Karena dalam pelayanan ANC dilakukan tindakan

yang meliputi timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas, ukur tekanan

darah, ukur tinggi fundus uteri, hitung denyut jantung janin, tentukan

presentasi janin, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemberian tablet

tambah darah (tablet besi), pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus,

seperti golongan darah, kadar hemoglobin darah, protein dalam urin, kadar

gula darah, malaria, tes sifilis, HIV, BTA) serta tatalaksana/penanganan

kasus atau 10 T kepada ibu hamil (Dinkes Jatim, 2012).

4. Pengetahuan

Konsumsi tablet besi dapat menimbulkan efek yang samping yang

mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan,

sehingga menurunkan kepatuhan selama pengobatan berlangsung.

Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan bahwa

selama kehamilan, tubuh memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti

para ibu hamil harus diberikan konseling/informasi/edukasi yang tepat,

misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus

pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat

besi (Arisman, 2010).

43
5. Sikap Ibu Hamil

Sikap ibu hamil seperti adanya rasa malas, bosan, seringnya lupa, tidak suka

mengkonsumsi obat, ataupun mengalami efek seperti mual-muntah dapat

mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi. Sikap

merupakan respon tertutup seseorang terhadap objek tertentu yang dapat

menggambarkan suka atau tidak suka. Sikap seseorang terhadap suatu objek

menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang

bersangkutan. Terdapat tiga komponen pokok yang memegang peranan

penting dalam menentukan sikap seseorang yaitu kepercayaan atau

keyakinan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak

(Azwar, 2008).

44
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

• Gravida Peran Tenaga


• Usia/umur Kesehatan

• Informasi

• Sikap

• Ekonomi Dukungan
Keluarga
• Sosial –
budaya

• Letak
geografis Frekuensi
Antenatal Care Kepatuhan
• Konsumsi Tablet
Besi (Fe)Pada
• Pendidikan Ibu Hamil
• Usia/umur Pengetahuan
Trimester III

• Informasi Tentang Anemia

• Lingkungan

• Minat

• Pengalaman Sikap
Ibu Hamil
• Ekonomi

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

45
Setiap kehamilan memerlukan perawatan yang baik untuk optimalisasi

kondisi ibu serta janinnya. Antenatal care yang dilakukan secara rutin sesuai standar

kebijakan program (minimal empat kali) diharapkan dapat memantau kondisi ibu

dan janin sehingga menghindarkan dari gangguan kesehatan. Bila tidak terpantau

dengan baik, memungkinkan terjadinya gangguan/masalah/ komplikasi (Saifuddin

dkk., 2008). Segala informasi yang diperoleh saat antenatal care dapat menentukan

perilaku ibu dalam menyikapi kehamilan, sama halnya seperti tingkat pengetahuan

tentang gizi dan kesehatan (khususnya anemia) yang sering dihubungkan

pengaruhnya terhadap kondisi ibu hamil, karena pengetahuan merupakan domain

penting dalam membentuk perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Perilaku

tersebut terkait dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi yang

merupakan salah satu indikator perkembangan dan keberhasilan program

penanggulangan anemia gizi (Depkes RI, 1998). Seringnya penolakan konsumsi

tablet besi karena efek samping yang ditimbulkan sehingga menurunkan kepatuhan

selama pengobatan berlangsung sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan bahwa

selama kehamilan, tubuh memerlukan tambahan zat besi (Arisman, 2010).

Frekuensi antenatal care yang dilakukan oleh ibu hamil dapat dipengaruhi

oleh faktor-faktor seperti gravida (kehamilan ke-), usia/umur, informasi, sikap,

ekonomi, sosial – budaya, letak geografis, dan dukungan. Sedangkan tingkat

pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, usia/umur, informasi, minat,

lingkungan (tempat antenatal care), pengalaman, dan ekonomi. Selain frekuensi

antenatal care dan pengetahuan, terdapat pula beberapa faktor lain yang dapat

mempengaruhi kepatuhan mengkonsumsi tablet besi yaitu peran tenaga kesehatan,

dukungan keluarga, serta sikap ibu hamil. Penanggulangan masalah anemia

46
defisiensi besi pada ibu hamil sampai saat ini masih terfokus pada pemberian 90

tablet tambah darah (zat besi [Fe]) selama kehamilan (Kemenkes RI, 2010c).

Suplementasi zat besi perlu diberikan dan harus diminum secara teratur, bahkan

pada ibu hamil yang berstatus gizi baik. Karena jumlah kebutuhan zat besi selama

kehamilan tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet (Arisman, 2010).

3.2 Hipotesis Penelitian

H1 : ada hubungan antara frekuensi kunjungan antenatal care dan pengetahuan

tentang anemia terhadap kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil

trimester III.

H0 : tidak ada ada hubungan antara frekuensi kunjungan antenatal care dan

pengetahuan tentang anemia terhadap kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu

hamil trimester III.

47
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional karena data

yang diperoleh melalui pengamatan pada suatu subjek tanpa dilakukan perlakuan

yang dilanjutkan dengan menganalisis hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat (Notoatmodjo, 2010).

Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan study case control. Dimana

pengamatan dan penilaian sampel dilakukan terlebih dahulu kemudian ditelusuri

faktor resikonya (Suyanto dan Salamah, 2008).

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil trimester III yang

melakukan antenatal care di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi

Tengah pada periode September-November 2022, sebanyak 51 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu hamil trimester III yang

melakukan antenatal care di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi

Tengah. Adapun beberapa kriteria berikut yang telah ditentukan oleh peneliti untuk

mengambil sampel.

48
Kriteria inklusi :

1. Ibu hamil trimester III (usia kehamilan > 28 minggu)

2. Ibu hamil berusia antara 20–35 tahun

3. Telah mendapatkan tablet besi sebanyak 90 tablet dengan jarak waktu 90

hari setelah pemberian tablet tersebut

4. Memiliki buku KMS ibu hamil (Kesehatan Ibu dan Anak/KIA)

5. Dapat berkomunikasi dengan baik

6. Bersedia menjadi responden, diwawancarai, dan mengisi kuesioner

Kriteria Eksklusi

1. Ibu hamil dengan kehamilan ganda

2. Ibu hamil yang menderita anemia, penyakit kronis, malaria, cacingan, atau

infeksi

4.2.3 Besar Sampel

Setelah total populasi diketahui, maka banyaknya sampel dalam penelitian

ini akan dihitung dengan menggunakan rumus Slovin yaitu:

N
𝑛=
1 + N (𝑑 2 )

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat ketetapan atau presisi (0,05)

51
n=
1 + 51 (0,052 )

51
n=
1 + 0,1275

49
51
n=
1,1275

n = 45,23 ≈ 46

Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan berdasarkan hasil perhitungan adalah

sebanyak 46 orang.

4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive,

didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel Bebas (independent)

Frekuensi kunjungan antenatal care dan pengetahuan tentang anemia

4.3.2 Variabel Tergantung (dependent)

Kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil trimester III

4.4 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional


Satuan dan
Variabel Definisi Operasional Skala
Pengkategorian
Kepatuhan Perilaku ibu hamil dalam Dalam analisis Ordinal
konsumsi tablet menaati petunjuk yang dikategorikan:
besi dianjurkan petugas • Angka kepatuhan <
kesehatan untuk 90% [< 81 tablet] (tidak
mengkonsumsi tablet besi patuh)
secara rutin dengan dosis • Angka kepatuhan
1 kali sehari. mencapai ≥ 90% [≥ 81
tablet] (patuh)
Kehamilan Usia kehamilan > 28 Dalam analisis Ordinal
trimester III minggu yang dihitung dikategorikan trimester III
dari hari pertama haid bila usia kehamilan > 28
terakhir (HPHT) minggu.

50
Pengetahuan Pengukuran sejauh mana Dalam analisis Ordinal
tentang anemia tingkat pengetahuan ibu dikategorikan:
hamil tentang anemia • Jawaban benar < 60%
(meliputi pengertian, (kurang)
penyebab, cara mengatasi, • Jawaban benar 60% –
dan akibat) serta tentang 80% (cukup)
tablet besi • Jawaban benar > 80%
(baik) (Khomsan, 2000)
Frekuensi Jumlah kunjungan Dalam analisis Ordinal
kunjungan antenatal care yang dikategorikan:
antenatal care dilakukan ibu hamil • < 2 kali (tidak teratur)
selama kehamilannya • 2–3 kali (kurang
(sejak trimester I sampai teratur)
III) • ≥ 4 kali (teratur)

4.5 Bahan Penelitian

1. Data primer

Diperoleh melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner yang

meliputi identitas ibu, status kesehatan, riwayat pemeriksaan kehamilan,

tingkat pengetahuan ibu tentang anemia, dan jumlah tablet besi yang telah

dikonsumsi ibu hamil.

2. Data sekunder

Data-data pendukung yang didapat dari catatan buku KIA untuk

menyesuaikan hasil wawancara dan pengisian kuesioner terkait kondisi

medis ibu secara umum serta riwayat pemeriksaan kehamilan. Data-data

lain yang diperlukan dari dinas kesehatan, kecamatan, atau puskesmas

setempat.

4.6 Instrument Penelitian

1. Buku KMS ibu hamil (KIA)

2. Kuesioner

51
3. Alat tulis

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi

Tengah dan dilaksanankan pada bulan Desember 2022 sampai Januari 2023.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Uraian kegiatan pengambilan data adalah sebagai berikut :

1. Mengurus perizinan dari instansi Pendidikan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Kadiri.

2. Menyerahkan surat izin penelitian dari instansi Pendidikan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri yang digunakan untuk penelitian di

Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

3. Mengurus surat izin studi pendahuluan Puskesmas Lobu Kabupaten

Banggai, Sulawesi Tengah

4. Menentukan sampel yang digunakan.

5. Data mengenai identitas, status kesehatan, serta frekuensi antenatal care

diperoleh melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan

hasilnya akan disesuaikan dengan buku KIA milik responden

6. Tingkat pengetahuan tentang anemia diperoleh dengan cara pengisian

beberapa pertanyaan yang harus dijawab responden dalam kuesioner

7. Data terkait tanggal mendapat tablet besi dan tanggal semestinya tablet

besi habis dikonsumsi (90 hari) diperoleh dari pengisian kuesioner atau

melalui data register kohort puskesmas setempat, dan data mengenai

52
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi diperoleh dengan

cara menghitung sisa tablet besi secara manual

4.9 Teknik Pengolahan Data

Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dan kemudian

diolah menggunakan program SPSS for Windows dengan tujuan mengubah data

menjadi informasi. Informasi yang diperoleh akan dipergunakan untuk proses

pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis.

Tahap-tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap editing, yaitu mengedit data yang tersedia. Setelah data dikumpulkan

kemudian dilakukan pengeditan yang mencakup pengecekan kelengkapan

data, kesinambungan data, dan keseragaman data.

2. Tahap coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan (menuliskan kode masing-masing variabel).

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data dan pemberian skor.

3. Tahap entry, yaitu memasukkan data yang berupa kode kedalam program

komputer untuk proses analisis data. Diperlukan ketelitian dalam proses

memasukkan data agar tidak terjadi kesalahan atau bias.

4. Tahap cleaning, yaitu memeriksa kembali semua data dari setiap sumber

yang telah dimasukkan, untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahankesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.

53
4.10 Analisis Data

4.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat, untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan

proporsi baik secara angka mutlak maupun secara persentase, serta

mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel penelitian.

4.10.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat, menggunakan tabel silang untuk mengetahui dan

menganalisis hubungan kedua variabel antara variabel independen dengan variabel

dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi square yaitu uji hipotesis

beda dua proporsi, karena kedua variabel merupakan data kategorik, dengan tingkat

kemaknaan yaitu α = 0,05. Nilai yang digunakan untuk melihat signifikansi

hubungan antara kedua variabel adalah nilai p, jika nilai p < 0,05 berarti terdapat

hubungan yang bermakna. Sedangkan untuk mengetahui kuatnya perbedaan antara

variable-variabel tersebut dan mengukur seberapa besar pengaruh/hubungan, diuji

dengan menggunakan Contingency Coefficient.

54
BAB 5

HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Umum Responden di Puskesmas


Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Usia
20-25 tahun 21 45,7
26-30 tahun 11 23,9
31-25 tahun 14 30,4
Usia saat menikah
< 20 tahun 5 10,9
≥ 20 tahun 41 89,1
Hamil ke-
1 20 43,5
2 19 41,3
3, 4, dst 7 15,2
Pendidikan terakhir
SD 6 13,1
SMP 11 23,9
SMA/SMK 26 56,5
PT 3 6,5
Pekerjaan
Pedagang 6 13,1
Karyawan swasta 5 10,9
IRT 34 76
Tempat kunjungan ANC
Praktik bidan 26 56,5
Praktik dokter 4 8,7
Puskesmas 13 28,3
RS 3 6,5
Sumber informasi gizi kehamilan
Dokter 7 15,2
Bidan 37 80,4
Ahli gizi 2 4,4

55
Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, dari 46 ibu

hamil yang menjadi responden menunjukkan bahwa sejumlah 21 orang (45,7%)

dengan rentang usia 20–25 tahun, 41 orang (89,1%) menikah pada saat berusia

≥ 20 tahun, 20 orang (43,5%) merupakan primigravida, 35 orang (76%) bekerja

sebagai ibu rumah tangga, 26 orang (56,5%) memiliki jenjang pendidikan terakhir

SMA/SMK dan paling sering melakukan pemeriksaan kehamilan di praktek bidan

swasta/mandiri, serta didapatkan pula hasil bahwa sebanyak 37 orang (80,4%)

memperoleh informasi tentang gizi kehamilan melalui bidan saat periksa.

5.1.2 Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Lobu


Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Kunjungan Antenatal Care Frekuensi Presentase (%)
Tidak teratur 0 0
Kurang teratur 2 4,4
Teratur 44 95,6
Total 46 100

Berdasarkan hasil dari observasi penelitian, hampir seluruh responden atau

sekitar 95,6% melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur (≥ 4 kali ANC),

sedangkan 4,4% responden kurang teratur dalam memeriksakan kehamilannya (2-

3 kali ANC), dan tidak ada responden yang melakukan pemeriksaan kehamilan

secara tidak teratur (< 2 kali ANC).

56
5.1.3 Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia di Puskesmas Lobu


Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Pengetahuan Tentang Anemia Frekuensi Presentase (%)
Kurang 15 32,6
Cukup 29 63
Baik 2 4,4
Total 46 100

Hasil observasi berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai anemia

kehamilan, menunjukkan bahwa sebanyak 63% responden rata-rata memiliki

pengetahuan yang cukup tentang anemia. Sedangkan responden yang kurang

mengerti tentang anemia sekitar 32,6%, dan sisanya 4,4% responden

mengetahui secara baik tentang hal-hal yang berkaitan dengan anemia.

5.1.4 Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Ibu Hamil

Tabel 5.4 Distribusi Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Ibu Hamil di Puskesmas
Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Frekuensi Presentase (%)
Patuh 31 67,4
Tidak Patuh 15 32,6
Total 46 100

Setelah pelaksanaan observasi didapatkan hasil bahwa lebih dari sebagian

besar responden tersebut atau sebanyak 67,4% memiliki kepatuhan dalam

mengkonsumsi tablet besi yang telah diperoleh saat pemeriksaan kehamilan.

Sedangkan sekitar 32,6% responden tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet besi

karena berbagai alasan.

57
5.1.5 Hubungan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care dengan Kepatuhan

Mengkonsumsi Tablet Besi

Berikut ini adalah tabel tabulasi silang antara frekuensi kunjungan

antenatal care dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi.

Tabel 5.5 Tabulasi Silang Frekuensi Kunjungan Antenatal Care


dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi di Puskesmas Lobu
Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Kunjungan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi
Total
Antenatal Patuh Tidak Patuh
Care Frek. % Frek. % Frek. %
Tidak teratur 0 0 0 0 0 0
Kurang teratur 2 100 0 0 2 100
Teratur 29 65,9 15 34,1 44 100
Total 31 57,4 15 32,6 46 100
P-value 0,014

Dari Tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa ibu hamil dengan kunjungan

antenatal care kurang teratur sejumlah 2 orang dan ibu hamil dengan kunjungan

antenatal care teratur dan patuh dalam mengkonsumsi tablet besi sejumlah 29

orang.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji chi-square, didapatkan hubungan

yang signifikan antara frekuensi kunjungan antenatal care dengan kepatuhan ibu

hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, dimana nilai signifikansi tersebut (p-value)

adalah 0,014 dan lebih kecil daripada α = 0,05 sehingga menunjukkan adanya

pengaruh positif yang bermakna antara kedua variabel tersebut (0,014 < 0,05).

58
5.1.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan

Mengkonsumsi Tablet Besi

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia


dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi di Puskesmas Lobu
Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Pengetahuan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi
Total
Tentang Patuh Tidak Patuh
Anemia Frek. % Frek. % Frek. %
Kurang 4 26,7 11 73,3 15 100
Cukup 25 86,2 4 13,8 29 100
Baik 2 100 0 0 2 100
Total 31 67,4 15 32,6 46 100
P-value 0,000

Dari Tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 15 ibu hamil yang tidak

patuh dalam mengkonsumsi tablet besi, 11 responden memiliki pengetahuan yang

kurang dan 4 orang memiliki pengetahuan yang cukup tentang anemia. Sedangkan

ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang anemia seluruhnya patuh dalam

mengkonsumsi tablet besi.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji chi-square didapatkan hubungan

yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu

hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, dimana nilai signifikansi tersebut (p-value)

adalah 0,000 dan lebih kecil daripada α = 0,05 sehingga menunjukkan adanya

pengaruh positif yang bermakna antara kedua variabel tersebut (0,000 < 0,05).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Hubungan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care dengan Kepatuhan

Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Lobu

Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

59
Antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,

bidan, perawat) dan pemberian asuhan kepada ibu hamil selama kehamilannya

sesuai pedoman yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan

preventif. Istilah kunjungan ibu hamil tidak hanya mengandung arti bahwa ibu

hamil yang berkunjung ke fasilitas kesehatan, tetapi setiap kontak dengan tenaga

kesehatan atau mendapat akses baik di Posyandu, Pondok Bersalin Desa,

maupun kunjungan rumah dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan

antenatal sesuai standar (Dinkes Sulteng 2018). Menurut Maternal Neonatal

Health, ANC merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

dalam membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk

persiapan persalinannya. Dengan memberikan asuhan antenatal yang baik akan

menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam usaha

menurunkan angka kesakitan serta kematian ibu dan bayi. Diharapkan ibu hamil

dapat melakukan pemeriksaan minimal empat kali selama kehamilannya

(Kusmiyati dkk., 2010).

Frekuensi ANC menunjukkan kepedulian ibu hamil dalam merawat dan

memperhatikan kesehatan dirinya selama hamil dan bayi yang dikandungnya serta

benar-benar mempersiapkan persalinan yang akan dihadapi. Semakin

sering melakukan ANC, berarti ibu peduli untuk merawat kehamilannya

(careness). Perawatan selama kehamilan sangat berperan dalam mengetahui

kondisi kesehatan ibu serta perkembangan janin dalam kandungan dan

mendeteksi adanya kelainan-kelainan yang terjadi selama kehamilan, sehingga

apabila lebih sering melakukan pemeriksaan dan perawatan selama kehamilan

60
maka kondisi kesehatan ibu dan janin akan semakin terpantau seperti misalnya

anemia pada ibu hamil (Kusumawati, 2006).

Hampir seluruh responden di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai,

Sulawesi Tengah melakukan kunjungan ANC secara teratur serta telah mendapat

pelayanan berupa pengukuran tinggi dan berat badan, tekanan darah, lingkar lengan

atas, tinggi rahim, penentuan letak dan perhitungan denyut jantung janin,

pemeriksaan kadar hemoglobin dan status imunisasi tetanus toksoid. Selain itu,

pada saat ANC responden juga mendapatkan informasi tambahan seperti cara hidup

sehat dan menjaga kebersihan diri bagi wanita hamil, pemenuhan gizi selama hamil,

anemia dalam kehamilan, pencegahan konsumsi alkohol dan rokok, cara

mengatasi ketidaknyamanan dan mengenali tanda bahaya kehamilan, persiapan

menghadapi persalinan dan kelahiran bayi, serta kegawatdaruratan. Namun

terkadang informasi tersebut masih belum dapat tersampaikan secara maksimal.

Berdasarkan uji analisis hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian

menyebutkan bahwa secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara frekuensi kunjungan ANC dengan kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi tablet besi. Hasil penelelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh

Shinta (2021) mengatakan ada hubungan keteraturan kunjungan ANC terhadap

perilaku kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet zat besi (Fe). Ibu hamil dengan

kunjungan Antenatal care tidak teratur berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil

dalam mengonsumsi Fe. Ibu hamil yang tidak teratur kunjungan ANC, akan

mendapatkan jumlah tablet zat besi yang tidak sesuai sehingga berhubungan dengan

kepatuhan konsumsi Fe. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ahmad (2019) yang menyatakan ada hubungan frekuensi kunjungan

61
ANC terhadap perilaku kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet Fe. Sama halnya

penelitian yang dilakukan oleh Erwinda (2020) yang mengatakan ada hubungan

signifikan kunjungan ANC dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe.

Pelayanan ANC merupakan kunci utama bagi wanita hamil untuk menerima

promosi pelayanan kesehatan, nutrisi, pencegahan anemia, malaria, tuberculosis

(TBC), infeksi menular seksual dan imunisasi tetanus toxoid (Hendrayani, Anak

Agung, Mangku, 2013). Hal ini juga sesuai dengan penelitian Subarda, dkk

(2021), di Kabupaten Asahan diperoleh ibu hamil dalam minum tablet besi

(p<0,05). Nilai OR pelayanan ANC yang diperoleh sebesar 3,125 (IK95%=1,562-

6,251) yang berarti ibu hamil dengan pelayanan ANC yang tidak baik mempunyai

peluang 3,125 kali lebih tinggi untuk tidak patuh minum tablet besi

dibandingkan ibu hamil dengan pelayanan ANC baik setelah dikontrol variabel

pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan antara pelayanan ANC

dalam pengelolaan anemia, pemeriksaan penentuan anemia, dan konsultasi gizi

dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet besi. Pelayanan ANC dalam

pengelolaan anemia bersama-sama dengan pengetahuan berpengaruh terhadap

kepatuhan ibu hamil dalam minum tablet besi, namun pelayanan ANC dalam

pengelolaan anemia memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan

pengetahuan ibu hamil (Purwanti, I, Machfoed, I, & Wahyuningsih, 2014).

5.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan

Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Lobu

Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

62
Tingkat pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh

seseorang terkait dengan objek. Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior), sehingga

pengetahuan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku

(Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan individu dipengaruhi oleh beberapa

faktor secara internal maupun eksternal seperti pendidikan, minat, pengalaman,

kondisi ekonomi, perolehan informasi, lingkungan, dan sosial budaya. Dalam

penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pengetahuan tentang anemia adalah

segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil (responden) terkait dengan

pengertian, penyebab, cara mengatasi, dan akibat anemia pada kehamilan, serta

tentang tablet besi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan tersebut yaitu lingkungan tempat ibu hamil paling sering melakukan

kunjungan antenatal care dan sumber pemberi informasi gizi kehamilan.

Pada penelitian ini didapatkan data dari hasil pengisian kuesioner

pengetahuan tentang anemia, 63% responden memiliki pengetahuan dalam

kategori cukup, sedangkan 32,6% responden termasuk dalam kategori kurang,

dan hanya 4,4% responden berpengetahuan dalam kategori baik. Hal tersebut

berarti sebagian besar responden sudah cukup mengetahui tentang anemia,

namun memang masih terdapat responden yang menganggap penyakit kurang

darah (anemia) sama dengan penyakit tekanan darah rendah karena belum

memperoleh informasi dengan jelas, sehingga responden yang memiliki tekanan

darah tinggi tidak bertekanan darah rendah hanya mengkonsumsinya saat merasa

lelah sebagai obat penambah darah dan pemulih kondisi stamina tubuh.

63
Berdasarkan uji analisis data hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang anemia

dengan kepatuhan konsumsi tablet besi pada ibu hamil, yang berarti semakin

baik pengetahuan ibu hamil tentang anemia maka akan semakin patuh dalam

mengkonsumsi tablet besi. Tindakan yang disadari oleh pengetahuan akan lebih

teratur daripada tindakan yang tidak disadari oleh pengetahuan. Hasil tersebut

sejalan dengan penelitian Budi Iswanto, dkk. (2021) yang menyatakan bahwa

pengetahuan ibu hamil mengenai anemia akan mempengaruhi kepatuhan ibu

hamil dalam mengkonsumsi tablet besi. Begitu pula dengan hasil penelitian

Widya Budiarni (2022) yang menyebutkan adanya hubungan bermakna antara

pengetahuan dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi.

Pengetahuan kesehatan terutama tentang anemia dapat berkaitan

dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi. Sering terjadinya penolakan

konsumsi tablet besi karena efek samping yang ditimbulkan, sehingga menurun-

kan kepatuhan selama pengobatan berlangsung sebenarnya berpangkal dari

ketidaktahuan bahwa selama kehamilan, tubuh memerlukan tambahan zat besi.

Agar dapat lebih mengerti para ibu hamil harus diberikan konseling/informasi/

edukasi yang tepat, misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat

anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah

defisiensi zat besi (Arisman, 2010). Pengetahuan ibu hamil tidak hanya diperoleh

melalui pendidikan formal, tetapi juga dapat diperoleh dimana saja baik dari

kegiatan sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

tanpa ada suatu batasan atau halangan.

64
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Hampir seluruh responden di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai,

Sulawesi Tengah yaitu sebanyak 95,6% telah melakukan antenatal care

dengan frekuensi kunjungan yang teratur (≥ 4 kali).

2. Lebih dari sebagian besar responden di Puskesmas Lobu Kabupaten

Banggai, Sulawesi Tengah yaitu sebanyak 63% memiliki pengetahuan yang

cukup tentang anemia.

3. Lebih dari sebagian besar responden di Puskesmas Lobu Kabupaten

Banggai, Sulawesi Tengah yaitu sebanyak 67,4% patuh dalam

mengkonsumsi tablet besi yang telah diperoleh saat pemeriksaan

kehamilan.

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi kunjungan antenatal

care dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil trimester

III di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

5. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang anemia

dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil trimester III di

Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

6.2 Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya, yang ingin meneliti tentang kepatuhan konsumsi

tablet besi disarankan untuk meninjau dari berbagai variabel atau faktor

65
lainnya yang belum diungkapkan dalam penelitian ini sehingga bisa lebih

menambah informasi.

2. Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan tenaga kesehatan dapat

memberi informasi lebih jelas tentang penyakit anemia terutama dalam

kehamilan, jenis obat maupun multivitamin yang diberikan kepada ibu

hamil, serta pemenuhan kebutuhan gizi selama kehamilan melalui

konsumsi makanan sehari-hari termasuk cara mengolah bahan pangan

yang benar, agar mampu dimengerti masing-masing fungsi atau manfaat-

nya sehingga menambah pengetahuan ibu hamil dan meningkatkan

kepatuhan dalam mengkonsumsinya.

3. Dari hasil penelitian ini, ibu hamil diharapkan dapat lebih aktif bertanya

saat melakukan pemeriksaan kehamilan terutama jika ada hal-hal yang

kurang jelas dan tidak menutupi permasalahan atau keluhan yang terjadi

selama kehamilan, sehingga dapat terjalin komunikasi dua arah yang

lebih efektif.

66
DAFTAR PUSTAKA

Adnani, Hariza.2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.


Adriana, M dan Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyrakat.Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Ahmad Z. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu Hamil


Mengkonsumsi Tablet Fe di Puskesmas Bojonggede Kabupaten Bogor.
2019:Tunas Medika Jurnal.

Aisyah, Risqi Dewi, Aida Rusmariana, Dian Mujiati. 2015. Frekuensi Kunjungan
ANC (Antenatal Care) Pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Ilmiah
Kesehatan: STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

Alifah, Rizqi Nur. 2016. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil
Mengkonsumsi Tablet tambah darah di Puskesmas Gamping 2. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Azzahara Al Hadar, Safirah. 2014. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan


Ibu Hamil Terhadap Pentingnya Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Selama
Kehamilannya di Puskesmas Layang Makassar. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin.

Depkes. 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan
Wanita Usia Subur. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyrakat Depkes RI.

_______.1999. Pedoman Pemberian Tablet Besi-Folat dan Sirup Besi Bagi Petugas.
Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI.

Dian, R, dkk. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi di desa sokaraja tengah, kecamatan sokaraja,
kabupaten, banyumas. Jurnal keperawatan Universitas jenderal soedirman
purwokerto.

Dilla. 2017. “Gambaran Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi


Tablet tambah darah di Puskesmas Jetis I Bantul Yogyakarta”. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

67
Erwinda. Kepatuhan Ibu Hamil Trimester III Mengkonsumsi Tablet Sulfas Ferrosus
Pada Diwilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang. 2020;8(1):2-7.

Shinta A. Pengaruh Frekuensi Antenatal Care Terhadap Kepatuhan Mengkonsumsi


Tablet Fe Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sedayu 1 Bantul. J Ilm Bidan.
2021.

Soraya, Maulida Nur. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada
Ibu Hamil Dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) Di
Puskesmas Keeling II Kabupaten Jepara. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Subarda, Hakimi, M., Helmyati, S. (2021). PelayananAntenatal Care dalam


Pengelolaan Anemia Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu Hamil
Minum Tablet Besi. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol. 8, No.
1, Juli 2011: 7-13.

Hendrian, Rian. 2011. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu


Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) di Puskesmas Kadugede
Kabupaten Kuningan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hukmiah, dkk. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Antenatal


Care di Wilayah Pesisir Kecamatan Mandalle. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Intan Nur. 2017. Prevalensi Anemia dan Faktor Yang Mempengaruhi Kadar
Hemoglobin Pada Wanita Hamil di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha
Afiah Depok. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kautshar, Namchar, Suriah dan Nurhaedar Jafar. (2013). Kepatuhan Ibu Hamil
Dalam Mengonsumi Tablet Zat Besi (Fe) di Puskesmas Bara-baraya. Gizi
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

68
Kemenkes RI. 2014. Standar Tablet Tambah Darah Bagi Wanita Usia Subur dan
Ibu Hamil. Kemenkes RI. Available: http://sinforeg.litbang.depkes.go.id
/upload/regulasi/PMK_No._88_ttg_Tablet_Tambah_Darah_.pdf.

________.2016. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anmia Pada Remaja


Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta: Direktorat Jendral
Kesehatan Masyarakat.

________.2018. Hasil Utama Riskesdas. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Mardiatun, Lalu Ahmad Yani, Dewi Pusnamawati, Zulkifli, Ristriani. 2015.


Hubungan Riwayat Ante Natal Care (ANC) Dan Tingkat Konsumsi Fe
(Zat Besi) Dengan Kejadian KEK Ibu Hami di Provinsi Nusa Tenggara
Barat dan di Daerah Istimewa Jogjakarta. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan.

Notoatmodjo, Soekidjo. 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar.


Jakarta: Rineka Cipta.

________.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta:


Rineka Cipta.

_________.2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Oktania, Siska Baning. 2014. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu


Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi di Puskesmas Eks-Kotatif
Purwokerto. Fakultas farmasi universitas muhammadiyah purwokerto.

Oktaviani, Indah, Linda Makalew, dan Sesca D. 2016. Profil Haemoglobin Pada
Ibu Hamil Dilihat Dari Beberapa Faktor Pendukung. Jurnal Ilmiah Bidan.

Ratna Kristianingsih dan Sestu Retno. 2015. Hubungan Dukungan Keluarga


Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Trimester II dan III Mengkonsumsi
Suplementasi Tablet tambah darah di Wilayah Kerja Puskesmas Dukuh
Klopo Kabupaten Jombang. Jurnal Keperawatan Stikes Pemkab Jombang.

69
Rezeki, dkk. 2015. Hubungan Kepatuhan Minum Tablet Besi dan Status Gizi Ibu
Hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir di UPT Puskesmas Gondosari
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Fakultas Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Saptarini, Ika, Andi Susilowati, dan Suparmi. 2015. Faktor-faktor Yang


Berhubungan Dengan Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil di Kelurahan
Kebon Kelapa, Bogor. Pusat Teknologi dan Intervensi Kesehatan
Masyarakat.

Silvia, Voni. 2012. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil
Mengonsumsi Tablet Tambah Darah di Wilayah Puskesmas Muaralembu
Kab. Kuantan Singingi Propinsi Riau. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Siti Misaroh dan Atikah Proverawati. 2010. Nutrisi Janin dan Ibu Hamil.
Yogyakarta: Nuha Medika. Supriyanto, Wahyu dan Iswandiri, Rini. 2017.
Kecenderungan Sivitas Akademika dalam Memilih Sumber Referensi
untuk Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Perguruan Tinggi. Berkala Ilmu
Perpustakaan dan Informasi.

Susiloningtyas, I. 2012. Pemberian Zat Besi (Fe) dalam Kehamilan. Jurnal Majalah
Ilmiah Sultan Agung. Vol 50. Diunduh dari:
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/vi
e s/74/68.

Wahidah. 2017. Hubungan Antara Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet tambah darah


Dengan Tingkat Kejadian Pendarahan Pada Ibu Hamil Trimester III.
STIKES Yahya Bima.

Wiradnyani, Luh Ade Ari, Helda Khusun, Laksminingsih Achadi. 2013.


Faktorfaktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Mengonsumsi
Tablet Besi-Folat Selama Kehamilan. Jurnal Gizi dan Pangan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Wirakusuma. Emma.S. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta:


Trubus Agriwidya.

70
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Kegiatan Penelitian “Hubungan Antara Frekuensi Kunjungan Antenatal Care dan
Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Trimester III
Di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah Tahun 2022”

OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI


NO. KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Survey tempat
1.
penelitian
Penyusunan proposal
2.
penelitian
Ujian proposal
3.
penelitian
Revisi proposal
4.
penelitian
5. Pengambilan data
Penyusunan hasil
6. penelitian dan analisis
data
Penyusunan
7.
pembahasan
8. Ujian skripsi

71
Lampiran 2 Lembar Informasi

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Saya Lia Andriani adalah mahasiswi Program Studi S1 Kebidanan Fakultas


Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri dengan ini meminta Saudara untuk
berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian yang berjudul “Hubungan
Frekuensi Kunjungan Antenatal Care dan Pengetahuan Tentang Anemia
dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Trimester III
di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah”.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jumlah
kunjungan pemeriksaan/perawatan kehamilan dan pengetahuan tentang
anemia dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil
trimester III. Dapat memberi manfaat yaitu agar ibu hamil mendapat
pelayanan yang prima pada saat periksa kehamilan dan patuh dalam
mengkonsumsi tablet besi yang diberikan untuk mencegah ataupun
menanggulangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi. Penelitian ini
akan berlangsung sekitar 1 bulan yaitu pada Desember 2022 – Januari 2023,
sebagai sampel yaitu ibu hamil trimester III yang melakukan
pemeriksaan/perawatan kehamilan di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai,
Sulawesi Tengah.
3. Prosedur pengambilan data pada penelitian ini yaitu diwali dengan peneliti
yang memberikan penjelasan pada calon responden dan memberi
kesempatan bertanya hal-hal yang tidak dimengerti, setelah itu bila bersedia
menjadi responden maka diminta untuk menandatangani surat persetujuan
untuk berpartisipasi dalam penelitian. Kemudian peneliti melakukan
wawancara terstruktur kepada responden dengan menggunakan kuesioner
yang akan berlangsung sekitar 15–20 menit. Pada penelitian ini, peneliti
hanya mengambil data dari responden, tidak ada kerugian yang dapat
membahayakan keselamatan dan kesehatan sehingga responden tidak perlu
khawatir. Tetapi, responden mungkin akan merasa sedikit terganggu dan
tersita waktunya untuk mengisi kuesioner.
4. Keuntungan yang diperoleh dengan keikutsertaan dalam penelitian ini
adalah Saudara dapat mengetahui tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi
tablet besi, sejauh mana pengetahuan Saudara tentang anemia, dan Saudara
dapat lebih termotivasi untuk teratur melaksanakan pemeriksaan kehamilan.
5. Saudara berhak menentukan pilihan bersedia atau tidak bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa ada paksaan dari siapapun.
Seandainya Saudara tidak menyetujui cara ini, maka boleh tidak mengikuti
penelitian ini dan Saudara tidak akan dikenai sanksi apapun.
6. Nama, jati diri, dan data lain tentang Saudara akan tetap dijaga
kerahasiaannya.

Peneliti,
Lia Andriani

72
Lampiran 3 Lembar Informed Consent

Pernyataan Persetujuan untuk Berpartisipasi dalam Penelitian

Saya yang bertandatangan dibawah ini meyatakan bahwa :

1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar persetujuan

diatas dan telah dijelaskan oleh peneliti.

2. Dengan ini saya menyatakan bahwa secara sukarela bersedia / tidak

bersedia*) untuk ikut serta menjadi salah satu subyek penelitian yang

berjudul Hubungan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care dan Pengetahuan

Tentang Anemia dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu

Hamil Trimester III di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi

Tengah Tahun 2022.

Banggai, Desember 2022

Peneliti Saksi Yang Membuat Pernyataan

(Lia Andriani) (……….………………....) (……….………………....)

*) coret yang tidak perlu

73
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

HUBUNGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DAN


PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN
KONSUMSI TABLET BESI (Fe) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
DI PUSKESMAS LOBU KABUPATEN BANGGAI,
SULAWESI TENGAH TAHUN 2022

Kode : ________

I. DATA RESPONDEN
1. Inisial nama ibu :
2. Usia saat ini : tahun
3. Usia saat menikah : tahun
4. Suku :
a. Jawa
b. Bali
c. Batak
d. Minang
e. Lain-lain, sebutkan ………………………………….
5. Agama :
a. Islam
b. Katolik
c. Protestan
d. Hindu
e. Budha
6. Pendidikan :
a. SD
b. SMP
c. SMA / SMK
d. Perguruan Tinggi
e. Tidak bersekolah

74
7. Pekerjaan :
a. Pedagang
b. Pegawai Negeri / TNI / POLRI
c. Pegawai Swasta / Honorer
d. Ibu Rumah Tangga
e. Lain-lain, sebutkan
8. Pendapatan keluarga Rp ………………………….. /bulan
9. Umur kehamilan : …………… minggu
10. Hamil ke- : ………
11. Paritas (jumlah kelahiran) :
a. 1 – 2 orang
b. 3 – 4 orang
c. Lebih dari 4 orang
* kosongkan bila hamil pertama
12. Kepemilikan buku KIA :
a. Punya
b. Tidak punya

II. STATUS KESEHATAN


1. Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita penyakit kronis?
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita penyakit infeksi?
a. Pernah
b. Tidak pernah
3. Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita penyakit
cacingan?
a. Pernah
b. Tidak pernah
4. Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita penyakit malaria?
a. Pernah
b. Tidak pernah

75
5. Selama kehamilan ini, apakah ibu pernah menderita anemia?
a. Pernah
b. Tidak pernah
6. Jika pernah, sudah berapa lama ibu menderita penyakit tersebut?
……………………………………………………………...........

III. PEMERIKSAAN KEHAMILAN


1. Selama kehamilan ini sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan?
a. 1 kali
b. 2 – 3 kali
c. 4 kali
d. Lebih dari 4 kali, sebutkan …………….
e. Belum pernah
2. Dimana tempat paling sering ibu melakukan pemeriksaan kehamilan?
a. Praktek bidan
b. Praktek dokter
c. Puskesmas
d. Rumah Sakit
e. Lain-lain, sebutkan
3. Tindakan apa saja yang pernah dilakukan oleh pemeriksa kepada ibu? (bisa
lebih dari 1 jawaban)
a. Mengukur tinggi dan berat badan
b. Mengukur tekanan darah
c. Mengukur lingkar lengan atas
d. Mengukur tinggi rahim
e. Menentukan letak dan menghitung denyut jantung janin
f. Memeriksa kadar hemoglobin
g. Pemeriksaan status imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

76
4. Apa saja yang sudah pernah ibu dapatkan pada pemeriksaan kehamilan?
(bisa lebih dari 1 jawaban)
a. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk ibu hamil
c. Tablet zat besi (Fe) tablet Apakah ibu mengkonsumsi tablet tersebut
secara rutin setiap hari nya?
a. Ya
b. Tidak, alasan ……………………………………………………
Berapa jumlah tablet besi yang telah ibu konsumsi hingga saat ini?
…….. Tablet
5. Apakah ibu mendapat informasi tambahan saat melakukan pemeriksaan
kehamilan?
a. Tidak
b. Iya, sebutkan: (bisa lebih dari 1 jawaban)
a. Cara hidup sehat bagi wanita hamil dan cara menjaga kebersihan
diri
b. Pemenuhan gizi selama kehamilan, anemia dalam kehamilan,
serta pencegahan konsumsi alkohol dan rokok
c. Cara mengatasi ketidaknyamanan dan mengenali tanda bahaya
kehamilan
d. Persiapan menghadapi persalinan dan kelahiran bayi, serta
kegawatdaruratan
e. Lain-lain ………………………………………………………
6. Jika ibu mendapatkan informasi tambahan tentang gizi saat melakukan
pemeriksaan kehamilan, siapa yang paling sering memberikan
informasinya? (lewati pertanyaan ini jika ibu belum pernah mendapat
informasi tersebut)
a. Dokter
b. Bidan
c. Ahli Gizi
d. Perawat
e. Lain-lain, sebutkan ……………………………………………………..

77
7. Biasanya berapa lama jarak pemeriksaan kehamilan yang ibu lakukan?
a. 2 minggu sekali
b. setiap bulan
c. 2 – 3 bulan sekali
d. Tidak tentu, alasan ……………………………………………………
e. Hanya pada saat ada masalah di kehamilan

IV. PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA


1. Anemia merupakan keadaan......
a. Jumlah sel keping darah dibawah normal
b. Jumlah sel darah merah dibawah normal
c. Jumlah sel darah putih dibawah normal
d. Gangguan dalam proses pembekuan darah
2. Berikut ini yang tidak termasuk dalam jenis anemia adalah......
a. Megaloblastik
b. Leukimia
c. Defisiensi besi
d. Hemolitik
3. Tanda dari anemia diantaranya adalah......
a. Jantung berdebar-debar dan nyeri kepala
b. Menstruasi yang tidak lancar
c. Wajah dan kuku pucat, serta tubuh lemah dan lesu
d. Perut sering terasa sakit/nyeri
4. Apakah yang dapat terjadi jika ibu hamil mengalami anemia selama
kehamilannya?
a. Varises dan persalinan premature
b. Abortus dan hambatan tumbuh kembang janin
c. Letak janin sungsang dan ketuban pecah dini
d. Pre-eklampsia dan distosia bahu janin
5. Salah satu pemeriksaan untuk mengetahui terjadinya anemia adalah......
a. Pemeriksaan kadar gula darah
b. Pemeriksaan kadar trombosit

78
c. Pemeriksaan kadar hemoglobin
d. Pemeriksaan tekanan darah
6. Berikut ini yang bukan merupakan penyebab dari anemia defisiensi besi
adalah......
a. Kurangnya asupan zat besi
b. Tekanan darah yang tinggi
c. Penyakit infeksi cacing
d. Perdarahan berlebihan
7. Makanan/minuman dibawah ini yang dapat mempermudah penyerapan zat
besi dalam tubuh adalah......
a. Kopi dan the
b. Garam kalsium
c. Susu dan antasida
d. Buah yang mengandung vitamin C
8. Sedangkan makanan/minuman dibawah ini yang dapat menghambat
penyerapan zat besi dalam tubuh adalah......
a. Kopi dan the
b. Tahu dan tempe
c. Daging dan ikan
d. Buah yang mengandung vitamin C
9. Ibu hamil yang dikatakan anemia, apabila cek darah ke laboratorium dengan
hasil pemeriksaan kadar Hb......
a. Kurang dari 10 gr%
b. Kurang dari 11 gr%
c. Kurang dari 12 gr%
d. Kurang dari 13 gr%
10. Pengobatan anemia dapat dilakukan dengan......
a. Konsumsi sayuran hijau
b. Konsumsi tablet tambah darah
c. Konsumsi suplemen besi
d. Semua benar
11. Apakah tablet zat besi itu?

79
a. Tablet tambah darah yang berwarna merah
b. Tablet untuk kekebalan tubuh
c. Tablet penambah nafsu makan
d. Tablet untuk menjaga stamina tubuh
12. Berapa total jumlah tablet besi yang harus dikonsumsi ibu selama masa
kehamilan?
a. 30 tablet
b. 40 tablet
c. 60 tablet
d. 90 tablet
13. Efek samping dari tablet besi umumnya berupa......
a. Nyeri perut
b. Mual dan muntah
c. Kepala pusing
d. Kulit menjadi kemerahan
14. Untuk mengurangi efek samping dari tablet besi sebaiknya diminum pada
saat.....
a. Pagi hari ketika bangun tidur
b. Siang hari setelah beraktivitas
c. Sore hari setelah makan
d. Malam hari sebelum tidur
15. Fungsi dari pemberian zat besi untuk ibu hamil adalah......
a. Menambah nafsu makan dan mengurangi mual
b. Meningkatkan pembentukan sel darah merah
c. Untuk menjaga kondisi dan stamina tubuh
d. Untuk kesehatan bayi dan sebagai vitamin

80
Lampiran 5 Surat Permohonan Penelitian

81
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

82
Lampiran 7 Tabulasi Hasil Penelitian
ANTENATAL CARE*
SUMBER
SKOR KONSUMSI TABLET
USIA GRAVIDA PENDIDIKAN PEKERJAAN INFORMASI
KODE USIA TEMPAT FREK. PENGETAHUAN BESI
MENIKAH GIZI
KUNJUNGAN KUNJUNGAN

1 30 th 24 th Primi SMA Pedagang BPM 7 Teratur Bidan 9 Kurang 90 Patuh

2 34 th 21 th Primi SD IRT BPM 8 Teratur Bidan 9 Kurang 82 Patuh

3 23 th 20 th Primi SMA IRT PKM 4 Teratur Bidan 7 Kurang 76 Tidak Patuh

4 35 th 20 th Sekundi SMA IRT PKM 7 Teratur Bidan 11 Cukup 90 Patuh

5 28 th 25 th Sekundi SMA IRT RS 5 Teratur Dokter 5 Cukup 90 Patuh

Karyawan
6 28 th 23 th Muli SMA RS 6 Teratur Dokter 9 Cukup 90 Patuh
Swasta

7 23 th 22 th Primi PT IRT PKM 5 Teratur Ahli Gizi 12 Cukup 90 Patuh

8 28 th 22 th Primi SMA IRT Praktek Dokter 8 Teratur Dokter 13 Cukup 90 Patuh

9 30 th 24 th Primi SMP IRT PKM 5 Teratur Bidan 10 Cukup 83 Patuh

10 35 th 23 th Primi SMA Pedangang Praktek Dokter 4 Teratur Dokter 5 Cukup 67 Tidak Patuh

Karyawan
11 28 th 21 th Primi SD PKM 4 Teratur Bidan 9 Kurang 90 Patuh
Swasta

83
12 20 th 19 th Multi SMP IRT PKM 5 Teratur Bidan 9 Kurang 90 Patuh

13 20 th 20th Sekundi SMA IRT BPM 6 Teratur Bidan 7 Kurang 72 Tidak Patuh

14 20 th 20 th Multi SMA IRT BPM 5 Teratur Bidan 7 Cukup 76 Tidak Patuh

15 21 th 20 th Primi SMA IRT BPM 6 Teratur Bidan 9 Kurang 66 Tidak Patuh

16 32 th 23 th Primi SMA IRT BPM 4 Teratur Bidan 10 Cukup 86 Patuh

17 24 th 19 th Primi SMA IRT BPM 6 Teratur Bidan 9 kup 90 Patuh

18 35 th 20 th Sekundi SD IRT BPM 7 Teratur Bidan 9 Cukup 90 Patuh

19 24 th 23 th Primi SMA Pedagang BPM 4 Teratur Bidan 10 Cukup 90 Patuh

Kurang
20 22 th 22 th Primi SD IRT BPM 3 Bidan 9 Cukup 85 Patuh
Teratur

21 25 th 23 th Multi SD IRT BPM 7 Teratur Bidan 11 Kurang 90 Patuh

Karyawan
22 33 th 31 th Sekundi PT PKM 6 Teratur Ahli Gizi 7 Kurang 58 Tidak Patuh
Swasta

23 22 th 21 th Primi SMP IRT Praktek Dokter 7 Teratur Dokter 8 Kurang 71 Tidak Patuh

24 35 th 22 th Primi SMA IRT PKM 4 Teratur Bidan 8 Kurang 74 Tidak Patuh

25 29 th 23 th Sekundi SMA IRT BPM 5 Teratur Bidan 8 Cukup 63 Tidak Patuh

84
26 29 th 20 th Multi SMA IRT PKM 4 Teratur Bidan 11 Cukup 90 Patuh

27 25 th 19 th Primi SMA IRT BPM 4 Teratur Bidan 6 Cukup 67 Tidak Patuh

28 26 th 25 th Primi SD IRT PKM 8 Teratur Bidan 9 Cukup 90 Patuh

29 24 th 23 th Primi SMA IRT BPM 8 Teratur Bidan 11 Cukup 90 Patuh

30 28 th 25 th Sekundi SMA Pedagang BPM 7 Teratur Bidan 9 Cukup 90 Patuh

31 20 th 19 th Primi SMA IRT PKM 6 Teratur Bidan 10 Kurang 90 Patuh

32 24 th 24 th Primi SMP IRT BPM 7 Teratur Bidan 10 Baik 75 Tidak Patuh

33 35 th 28 th Multi SMP IRT BPM 8 Teratur Bidan 5 Cukup 90 Patuh

34 24 th 22 th Sekundi SMA IRT BPM 6 Teratur Bidan 5 Cukup 90 Patuh

35 22 th 20 th Primi SMP IRT PKM 4 Teratur Bidan 6 Kurang 70 Tidak Patuh

36 21 th 20 th Primi SMP IRT BPM 5 Teratur Bidan 7 Cukup 90 Patuh

Kurang
37 35 th 21 th Sekundi SMP IRT BPM 3 Bidan 9 Cukup 90 Patuh
Teratur

38 28 th 27 th Primi SMA Pedangang BPM 5 Teratur Bidan 9 Cukup 70 Tidak Patuh

39 35 th 27 th Sekund SMA IRT BPM 4 Teratur Bidan 11 Cukup 90 Patuh

85
40 33 th 24 th Sekund SMA IRT PKM 6 Teratur Bidan 10 Cukup 60 Tidak Patuh

41 20 th 20 th Primi SMP IRT BPM 6 Teratur Bidan 9 Cukup 90 Patuh

42 25 th 19 th Sekundi SMP IRT BPM 5 Teratur Bidan 9 Cukup 90 Patuh

43 33 th 23 th Sekundi SMP IRT BPM 4 Teratur Bidan 6 Kurang 65 Tidak Patuh

44 31 th 25 th Sekundi SMA Pedagang Praktek Dokter 5 Teratur Dokter 13 Baik 90 Patuh

45 23 th 21 th Sekundi PT Pegawai Swasta BPM 5 Teratur Bidan 10 Cukup 90 Patuh

46 35 th 32 th Primi SMA Pegawai Swasta RS 9 Teratur Dokter 10 Cukup 84 Patuh

* Catatan: Pada saat ANC, responden di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.telah mendapat pelayanan berupa pengukuran tinggi dan berat badan,
tekanan darah, lingkar lengan atas, tinggi rahim, penentuan letak dan perhitungan denyut jantung janin, pemeriksaan kadar hemoglobin dan status imunisasi tetanus
toksoid, serta beberapa informasi tambahan seperti cara hidup sehat dan menjaga kebersihan diri bagi wanita hamil, pemenuhan gizi selama hamil, anemia dalam
kehamilan, pencegahan konsumsi alkohol dan rokok, cara mengatasi ketidaknyamanan dan mengenali tanda bahaya kehamilan, persiapan menghadapi persalinan dan
kelahiran bayi, serta kegawatdaruratan.

86
Lampiran 8 Hasil Analisis Data

Uji Chi-square

Frekuensi ANC * Kepatuhan Konsumsi Fe

Konsumsi
Patuh Tidak Patuh Total
Frekuensi Kurang Teratur Count 2 0 2
% within Frekuensi 100.0% .0% 100.0%
Teratur Count 29 15 44
% within Frekuensi 65.9% 34.1% 100.0%
Total Count 31 15 46
% within Frekuensi 67.4% 32.6% 100.0%

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Value df
Pearson Chi-Square 1 .314
1.012b
Continuity Correction a .055 .814
Likelihood Ratio 1.622 1 .203
Fisher's Exact Test 1.000 .449
N of Valid Cases 46

Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Nominal Contingency Coefficient .147 .014
N of Valid Cases 46

Not assuming the null hypothesis.


Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

87
Pengetahuan Anemia * Kepatuhan Konsumsi Fe

Konsumsi
Patuh Tidak Patuh
Total
Pengetahuan Baik Count 2 0 2
% within Pengetahuan 100.0% .0% 100.0%
Cukup Count 25 4 29
% within Pengetahuan 86.2% 13.8% 100.0%
Kurang Count 4 11 15
% within Pengetahuan 26.7% 73.3% 100.0%
Total Count 31 15 46
% within Pengetahuan 67.4% 32.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
(2-sided)
Value df
Pearson Chi-Square 2 .000
16.960a
Likelihood Ratio 17.420 2 .000
N of Valid Cases 46

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is .65.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Nominal Contingency Coefficient .519 .000
N of Valid Cases 46

Not assuming the null hypothesis.


Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

88
Uji Contingency Coefficient

Frekuensi ANC * Pengetahuan Anemia * Kepatuhan Konsumsi Fe

Konsumsi
Patuh Tidak Patuh
Frekuensi Total
Kurang Teratur Pengetahuan Cukup Count 2 2
% within Pengetahuan 100.0% 100.0%
Total Count 2 2
% within Pengetahuan 100.0% 100.0%
Teratur Pengetahuan Baik Count 2 0 2
% within Pengetahuan 100.0% .0% 100.0%
Cukup Count 23 4 27
% within Pengetahuan 85.2% 14.8% 100.0%
Kurang Count 4 11 15
% within Pengetahuan 26.7% 73.3% 100.0%
Total Count 29 15 44
% within Pengetahuan 65.9% 34.1% 100.0%

Asymp. Sig.
(2-sided)
Frekuensi Value df
Kurang Teratur Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 2
Teratur Pearson Chi-Square 15.780b 2 .000
Likelihood Ratio 16.414 2 .000
N of Valid Cases 44

Symmetric Measures

Frekuensi Value Approx. Sig.


.c
Kurang Teratur Nominal by Nominal Contingency Coefficient
2
N of Valid Cases
Teratur Nominal by Nominal Contingency Coefficient .514 .000
N of Valid Cases 44

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. No statistics are computed because Pengetahuan and Konsumsi are constants.

89
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian

90
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Penguji I
UNIVERSITAS KADIRI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

Nama : Lia Andriani


NIM : 202006080074
Judul Skripsi : Hubungan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Dan Pengetahuan
Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil
Trimester III Di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah Tahun
2022
Penguji I : Bdn. Rahma Kusuma Dewi, ST., S.ST., MPH

No. Tanggal Rekomendasi Tanda Tangan


1. 15-02-2023 Perbaiki hasil penelitian pada tabel
bab 5

2. 18-02-2023 ACC ujian skripsi

3. 20-02-2023 Pembahasan diperjelas


Tambahkan jurnal penelitian pada
pembahasan

91
Lampiran 11 Lembar Konsultasi Penguji II
UNIVERSITAS KADIRI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

Nama : Lia Andriani


NIM : 202006080074
Judul Skripsi : Hubungan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Dan Pengetahuan
Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil
Trimester III Di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah Tahun
2022
Penguji II : Sri Haryuni, S.Kep., Ns., M.Kep.

No. Tanggal Rekomendasi Tanda Tangan


1. 27-11-2022 Tambahkan studi pendahuluan pada
Bab 1
Tambahkan jurnal pada Bab 2

2. 15-12-2022 ACC ujian proposal

3. 23-12-2022 Lanjutkan penelitian

4. 31-01-203 Perbaikan Hasil Penelitian


Pada pembahasan tambahkan jurnal
penelitian yang mendukung

5. 19-01-2023 ACC ujian skripsi

92
Lampiran 12 Lembar Konsultasi Penguji III
UNIVERSITAS KADIRI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

Nama : Lia Andriani


NIM : 202006080074
Judul Skripsi : Hubungan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Dan Pengetahuan
Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil
Trimester III Di Puskesmas Lobu Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah Tahun
2022
Penguji III : Bdn. Fauzia Laili, S.ST., M.Keb.

No. Tanggal Rekomendasi Tanda Tangan


1. 27-11-2022 Perbaikan Bab 1

2. 15-12-2022 ACC ujian proposal

3. 23-12-2022 Lanjutkan penelitian

4. 31-01-203 Perbaikan Hasil Penelitian

5. 19-01-2023 ACC ujian skripsi

93

Anda mungkin juga menyukai