Anda di halaman 1dari 255

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. A.N


DI PUSKESMAS PEMBANTU LASIANA KOTA KUPANG
TANGGAL 27 MARET S/D 27 MEI
TAHUN 2023

RAHEL MAANARY
202111038

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2023
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. A.N


DI PUSKESMAS PEMBANTU LASIANA KOTA KUPANG
TANGGAL 27 MARET S/D 27 MEI
TAHUN 2023

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

RAHEL MAANARY
202111038

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2023
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya:
Nama : Rahel Maanary
NIM : 202111038
Program Studi : DIII Kebidanan
Alamat Rumah : Kayu Putih
No Telepon : 082193021243
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Laporan Tugas Akhir ini adalah asli dan benar-benar hasil karya sendiri, dan
bukan hasil karya orang lain dengan mengatas namakan saya, serta bukan
merupakan hasil peniruan atau penjiplakan (Plagiarisme) dari hasil karya orang
lain. Laporan Tugas Akhir ini belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik di Universitas Citra Bangsa, maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Di dalam Laporan Tugas Akhir ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dan disebutkan nama pengarang serta di cantumkan
daftar pustaka.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar saya yang telah
diperoleh, serta sanksi lainnya sesuai dengan peraturan peundang-undangan yang
berlaku.

Kupang, 05 Juli 2023


Yang membuat pernyataan

Rahel Maanary
202111038

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui


Tanggal, 05 Juli 2023

Menyetujui
Pembimbing

Odilia Esem, S.ST. M.H (Kes)


NIDN: 0828029202

Mengetahui
Ketua Program Studi
D-III Kebidanan

Meri Flora Ernestin, S.ST., M.Kes


NIDK: 8869860018

iv
PENGESAHAN

Dipertahankan didepan Tim Penguji Ujian Laporan Tugas Akhir


Program Studi DIII Kebidanan Universitas Citra Bangsa dan
Di terima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh
Gelar Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb)

Tanggal, 07 Agustus 2023

Rektor
Universitas Citra Bangsa

Prof. Dr. Frans Salesman, SE., M.Kes


NIP: 195505091980031015

v
PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Telah diuji
Pada tanggal, 24 Juli 2023

Panitia Penguji

Ketua Penguji : Odilia Esem, S.ST. MH …………………………

Penguji : 1. Siti Nur A.J Ahmad, STr.Keb., MH ………………………

2. Mili A. Jumetan, STr.Keb. MKM …………………..……..

Ditetapkan dengan surat keputusan Rektor Universitas Citra Bangsa


Nomor :
Tanggal :

Dekan Ketua
Fakultas Kesehatan Program Studi
Universitas Citra Bangsa DIII Kebidanan

Vinsensius B. Lemaking, S.KM,.M.Kes Meri Flora Ernestin, S.ST,.M.Kes


NIDN : 0827118301 NIDK: 8869860018

vi
BIODATA PENULIS

Nama : Rahel Maanary


Tempat Tanggal Lahir : Purpura, 30 November 2002
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kayu Putih
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2014 : SD Inpres Purpura
2. Tahun 2017 : SMP Negeri Nohowali
3. Tahun 2020 : SMA Negeri 1 Pulau-Pulau Terselatan
4. Tahun 2020-2023 : Sedang Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
DIII Kebidanan universitas Citra Bangsa Kupang.

MOTTO

Laksana Rajawali Menggoyangbangkitkan isi sarangnya,


melayang-layang diatas anak-anaknya, mengembangkan
sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas
kepaknya (Ulangan 32: 11).

vii
ABSTRAK
Universitas Citra Bangsa Kupang
Program Studi DIII Kebidanan
Laporan Tugas Akhir
Tahun 2023
Rahel Maanary
Nim 202111038
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.A.N Di Puskesmas Pembantu Lasiana Kota
Kupang Periode 27 Maret s/d 27 Mei 2023
Latar Belakang : Angka Kematian Ibu yang tergambar dalam profil Kesehatan tahun 2022,
mengalami penurunan sebanyak 10 kasus dalam 2 tahun yaitu 181 kasus tahun 2021 turun
menjadi 171 kasus pada tahun 2022. Sedangkan jumlah kematian bayi di NTT masih terus
meningkat, terjadi peningkatan sebanyak 184 kasus yaitu 955 kasus kematian bayi tahun
2021 naik menjadi 1,139 kasus tahun 2022. DATA PWS KIA di Puskesmas Oesapa dalam
satu tahun terakhir 2022 sasaran ibu hamil berjumlah 1472, ibu hamil yang melakukan
kunjungan K1 sebanyak 1585 (107, 6%), dan cakupan K4 sebanyak 1410 ibu hamil dengan
presentase (95, 7%), serta cakupan K6 sebanyak 1410 ibu hamil dengan presentase (95, 7%),
sasaran ibu bersalin sebanyak 1405 ibu, dimana yang bersalin di tenaga kesehatan kesehatan
sebanyak 1489 ibu dengan presentase (105, 9%). Sasaran bayi baru lahir yang melakukan
kunjungan lengkap sebanyak 1338, bayi baru lahir yang melakukan kunjungan KN1
sebanyak 1506 bayi dengan presentase (112, 5%), sedangkan bayi baru lahir yang melakukan
kunjungan secara lengkap KN3 sebesar 1504 dengan presentase (112, 4%). Sasaran ibu nifas
berjumlah 1405, ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas KF1 berjumlah 1508 dengan
presentase (107, 3%), sedangkan ibu nifas yang melakukan kunjungan secara lengkap KF4
sebesar 1501 dengan presentase (106,8%). Sasaran pasangan usia subur berjumlah 5722
tetapi hanya 4735 (82, 7%) pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi. Tujuan
dalam penelitian ini adalah menerapkan Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny.A.N di
Puskesmas Pembantu Lasiana Kota Kupang dengan Pendekatan Menajemen Kebidanan dan
Menggunakan Pendokumentasian Metode SOAP.
Metode Penelitian: Menggunakan metode case study atau metode penelahan kasus.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III di
wilayah kerja Puskesmas Oesapa. Sampel yang dipilih sampel yang dipilih dalam penelitian
ini adalah Ny.A.N G1P0A0AH0 Usia Kehamilan 35 Minggu 4 Hari di Puskesmas Pembantu
Lasiana Kota Kupang. Teknik pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah porpostive
sample.
Hasil dan Pembahasan: Asuhan Kebidanan Berkelanjutan yang diberikan pada Ny.A.N
selama kehamilan TM III yaitu kunjungan rumah 2 kali, kunjungan di Puskesmas Pembantu
Lasiana 1 kali. Ny.A.N melahirkan di Tempat Praktik Mandiri Bidan Eta lahir spontan
pervaginam pada tanggal 12 April 2023, bayi lahir langsung menangis, jenis kelamin
perempuan, keadaan bayi normal, dilakukan pemantauan bayi baru lahir (KN1-KN3) dan
pemantauan ib nifas (KF1-KF4), serta persetujuan suami/istri untuk ibu menggunakan
metode kontrasepsi suntik 3 bulan pada tanggal 27 Mei tahun 2023.
Simpulan: Penulis telah melakukan Asuhan Kebidanan Berkelanjutan yang diberikan
kepada Ny.A.N di Puskesmas Pembantu Lasiana dengan hasil keluhan ibu selama hamil
teratasi, ibu melahirkan di fasilitas kesehatan, bayi baru lahir dalam keadaan normal, masa
nifas normal, dan ibu akan menggunakan alat kontrasepsi setelah masa nifas.

Kata Kunci: Berkelanjutan, Kehamilan, Persalinan, BBL, Nifas, KB.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esayang telah memberikan berbagai
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir berjudul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada
Ny. A.N di Puskesmas Pembantu Lasiana pada tanggal 27 Maret sampai dengan
tanggal 27 Mei 2023”. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan di Prodi
DIII Kebidana Universitas Citra Bangsa Kupang.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan banyak
bimbingan dan bantuan untuk penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
teristimewa kepada Odilia Esem, S.ST., MH (Kes) selaku Pembimbing yang sudah
meluangkan waktu membimbing penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
bimbingan kepada:
1. Prof. Dr. Frans Salesman, SE,.M.Kes selaku Rektor Universitas Citra Bangsa
Kupang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan DIII Kebidanan.
2. Vinsensius B. Lemaking, S.KM., M.Kes selaku Dekan program Studi DIII
Kebidanan Universitas Citra Bangsa Kupang.
3. Meri Flora Ernestin, S.ST.,M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Universitas Citra Bangsa Kupang yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk belajar dengan baik melalui pendidikan dikelas, laboratorium
maupun dilahan praktek.
4. Arijanti S Ulnang, S.ST., MHlthServMt selaku wali kelas yang telah bersedia
membimbing penulis selama menempuh pendidikan DIII Kebidanan di
Universitas Citra Bangsa Kupang.
5. Siti Nur A. J Ahmad, STr.Keb., MH selaku penguji I dan Mili A. Jumetan,
STr.Keb., MKM selaku penguji II yang sudah meluangkan waktu untuk
menguji dan memberikan masukan guna menyempurnakan lapotan tugas akhir
ini.

ix
6. drg. Ovlian A. Manafe, M.Kes selaku kepala Puskesmas Oesapa yang
mengijinkan saya mengambil kasus di wilayah kerja Puskesmas Oesapa.
7. Margareta Lay Amd. Keb selaku Bidan Praktik Mandiri yang telah
membimbing penulis untuk menolong persalinan.
8. Ny.A.N di Puskesmas Pembantu Lasiana dan Keluarga atas ketersediaan
sebagai responden atas pengambilan laporan tugas akhir ini
9. Orang tua tercinta Bapak Lazarus Maanary dan Mama Aksamina Kanety,
Kakak Maku, Ojhon, Adik Utha, Uce, dan Almh. Oma Terkasih, serta semua
anggota keluarga yang selalu mendukung dalam doa dan penuh kasih sayang,
serta memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan laporan tugas akhir.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa kebidanan angkatan XIII Universitas Citra
Bangsa Kupang yang telah memberikan dukungan berupa motivasi dalam
penyusunan laporan tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan, hal ini terselesainya karena adanya kekurangan dan keterbatasan
kemampuan penulis. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Kupang, 05 Juli 2023

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman
COVER....................................................................................................................i
SURAT PERNYATAAN…………………………..........................……………iii
PERSETUJUAN…………………………............................................…………iv
PENGESAHAN......................................................................................................v
PENETAPAN PANITIA PENGUJI....................................................................vi
BIODATA PENULIS……………...........................................................………vii
ABSTRAK………………………...........................................................………viii
KATA PENGANTAR………………………...................................……………ix
DAFTAR ISI………………………..........................................…………………xi
DAFTAR TABEL………………………………………xiii
DAFTAR GAMBAR……………………….......................................…………xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………....................................……………xv
DAFTAR SINGKATAN………………………..........................................…...xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………...........................………………1
1.2 Rumusan Masalah………………………....................…………………….4
1.3 Tujuan Penelitian……………………...........................................................4
1.4 Manfaat Penelitian……………….....................................…………………5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori………………………….....................……………….7
2.1.1 Asuhan Continuity Care (COC)......................................................... 7
2.1.2 Konsep Dasar Kehamilan……………….............................………10
2.1.3 Konsep Dasar Persalinan……………......................................……35
2.1.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir……………….................…………75
2.1.5 Konsep Dasar Nifas……………..................................................…82
2.1.6 Konsep Dasar Keluarga Berencana………....................…………102
2.2 Konsep Menajemen Asuhan Kebidanan………..........................………109
2.3 Pathway…………………………………………………………………145

xi
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian.....................................................................................146
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……......................................……………147
3.3 Populasi dan Sampel…………..............................................………….147
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data………..........................……148
3.5 Etika Penelitian ………………….............................................……….151
BAB IV TINJAUAN KASUS
4.1 Gambaran Lokasi……………………....................................................153
4.2 Tinjauan Kasus………………………….....................………………...154
4.3 Pembahasan………………………………….........................…………196
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………….....................................................218
5.2 Saran ………………………...............................................……………218
DAFTAR PUSTAKA……………………………..........................…………...220
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 TFU Sesuai Usia Kehamilan…………….............................……….…11


Tabel 2.2 Poedji Rochjati……………………......................................……….…25
Tabel 2.3 Rentang Waktu Pemberian Imunisasi TT dan Lama Perlindungan.......28
Tabel 2.4 Lambang Warna dan Selaput Ketuban...................................................39
Tabel 2.5 Kode Moulage….……...................................................……...……….39
Tabel 2.6 Jadwal Pemberian Imunisasi Bayi Baru Lahir di RS/ Praktek Bidan....82
Tabel 2.7 Involusi Uterus.......................................................................................86

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahapan Persalinan ……………..........................................……….35


Gambar 2.2 Posisi jongkok atau berdiri ………………................................……42
Gambar 2.3 Posisi setengah duduk ……………………………...................……43
Gambar 2.4 Posisi miring/lateral …………………………….......................……44
Gambar 2.5 Posisi duduk ………………………………..................……………44
Gambar 2.6 Passage……………………………...........................………………47
Gambar 2.7 Bentuk-Bentuk Panggul ……………….................................….......48
Gambar 2.8 Bidang Hodge ....................................................................................49
Gambar 2.9 Leopold I …………………………..................................…….......117
Gambar 2.10 Leopold II …………………………..................................………117
Gambar 2.11 Leopold III …………………………...............................………..118
Gambar 2.12 Leopold IV ……………………………..................................…..118
Gambar 2.13 Pathway ……………………………...............................………..129

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin Pengambilan Kasus


2. Lembar Inform Consent
3. Skor Poedji Rochjati
4. Lembar Partograf
5. Dokumentasi
6. Lembar Konsultasi

xv
DAFTAR SINGKATAN

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


AKI : Angka Kematian Ibu
AKN : Angka Kematian Anak
ANC : Antenatal Care
APN : Asuhan Persalinan Normal
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Bayi Baru Lahir Rendah
BCG : Bacillus Calmette Guerin
BTA : Bakteri Tahan Asam
CPD : Cephalo Pelvic Disproportion
DDR : Direct Digital Radiography
DJJ : Denyut Jantung Janin
DM : Diabetes Melitus
DMPA : Depo Medroxy Progesteron Asetat
EDC : Estimated Date Of Confinament
EDD : Estimated Date Of Delivery
FSH : Follicle Stimulating Hormone
G6PADA : Glukose 6 Fosfat Dehidrogenase
HB : Hemoglobin
HbsAG : Hepatitis B Surface Antigen
HCG : Human Chorionic Gonadrotopin
HIV : Human Immunodeficienci Virus
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
IMS : Infeksi Menular Seksual
INC : Intranatal Care
IUD : Intrauterine Device
IUFD : Intra Uterine Fetal Deadth
KB : Keluarga Berencana
KEK : Kekurangan Energi Kronik
KIA : Kesehatan Ibu Anak
KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KF : Kunjungan Nifas
KMS : Kartu Menuju Sehat

xvi
KN : Kunjungan Neonatal
KPD : Ketuban Pecah Dini
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
KRR : Kehamilan Resiko Rendah
KRST : Kehamilan Resiko Sangat Tinggi
KRT : Kehamilan Resiko Tinggi
KSPR : Kartu Skor Poedji Rochjati
LBK : Letak Belakang Kepala
LH : Luteinizing Hormone
LILA : Lingkar Lengan Atas
MAL : Metode Amenore Laktasi
MTBS : Menajemen Terpadu Balita Sakit
MOP : Metode Operasi Pria
MOW : Metode Operasi Wanita
OUE : Ostium Uteri Eksternum
OUI : Ostium Uteri Internum
PAP : Pintu Atas Panggul
PBP : Pintu Bawah Panggul
PHBS : Perlaku Hidup Bersih dan Sehat
PHS : Penyakit Hubungan Seksual
PID : Pelvic Inflammatory Disease
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PKM : Puskesmas
PNC : Postnatal Care
P4K : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
PUS : Pasangan Usia Subur
SAR : Search And Resue
SBR : Segmen Bawah Rahim
SC : Sectio Caesarea
SDG’s : Sustainable Development Goals
SDKI : Survei Demokrasi dan Kesehatan Indonesia
TBBJ : Tafsiran Berat Badan Janin
TIPK : Tes HIV Inisiasi Petugas Kesehatan
TP : Tafsiran Persalinan
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TFR : Total Fertility Rate
TT : Tetanus Toksoid
UDPGT : Uridin Difosfat Glukorinide Transferase
UNICEF : United Station Children’s Fund

xvii
USG : Ultrasonografi
UUK : Ubun-ubun Kecil
VT : Vagina Touch
WHO : World Health Organisation

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan
prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak
merupakan kelompok yang rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya
secara umum, sehingga penilaian terhadap status kesehatan dan pelayanan
penting dilakukan. Untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan anak salah
satunya dapat dilakukan melalui pelayanan asuhan kebidanan berkelanjutan
(Kemenkes RI, 2015). Asuhan kebidanan berkelanjutan adalah asuhan
kebidanan yang dilakukan mulai Antenatal Care (ANC), Intranatal Care
(INC), Postnatal Care (PNC), dan Bayi Baru Lahir, pelayanan keluarga
berencana, pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan secara
berkelanjutan pada pasien.
Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) cukup tinggi. Angka kematian ibu (AKI) yang dihimpun dari
pencatatan program kesehatan keluarga di kementrian kesehatan meningkat
setiap tahun. pada tahun 2021 menunjukan 7.389 kematian di Indonesia.
Jumlah ini menunjukan peningkatan dibandingkan tahun 2020 sebesar 4.627
kematian ibu. Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun
2021 terkait covid-19 sebanyak 2.982 kasus, perdarahan sebanyak 1.330 kasus
dan hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.077 kasus. Sedangkan Angka
Kematian Bayi pada tahun 2021 sebanyak 27.566 kematian menurun
dibandingkan tahun 2020, yaitu sebanyak 28.158 kematian. Dari seluruh
kematian bayi 73,1% diantaranya terjadi pada masa neonatal (20.154
kematian). Dari seluruh kematian neonatal yang dilaporkan, sebagian besar
diantaranya (79,1%) terjadi pada usia 0-6 hari, sedangkan kematian pada usia
7-28 hari sebesar 20,9% sementara itu, kematian pada masa postneonatal (usia
29 hari-11 bulan) sebesar 18,5% (5.102) dan kematian anak balita (usia 12-59
bulan) sebesar 8,4% (2.310 kematian). Penyebab kematian neonatal terbanyak
tahun 2021 adalah kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebesar 34,5%

1
2

dan Asfiksia sebesar 27,8%. Penyebab kematian lain diantaranya kelainan


kongenital, infeksi, covid - 19, Tetanus Neonatorium, dan lain-lain.
Laporan profil Dinas Kesehatan Provinsi NTT kasus kematian ibu dan
Angka Kematian Ibu (AKI) yang tergambar dalam profil kesehatan tahun 2022,
mengalami penurunan sebanyak 10 kasus dalam 2 tahun yaitu 181 kasus tahun
2021 turun menjadi 171 kasus pada tahun 2022. Adapaun penyebab kematian
ibu 2 kasus disebabkan oleh perdarahan, dan 2 kasus kematian karena
Hipertensi, 1 kasus gagal ginjal, 1 kasus sesak napas, 1 kasus karena TB.
Sedangkan jumlah kematian bayi di NTT masih terus meningkat, terjadi
peningkatan sebanyak 184 kasus yaitu 955 kasus kematian bayi tahun 2021
naik menjadi 1,139 kasus tahun 2022. Penyebab utama kematian bayi adalah
karena Asfiksia (27%), BBLR (18%),kelainan bawaan (8%), Pneumonia (7%),
gangguan lainnya (6%), masalah sosial, budaya dan ekonomi masyarakat
(34%) (Dinkes Prov. NTT, 2022).
Indikator kesehatan ibu dan anak juga ditargetkan dalam Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dicapai disetiap Puskesmas tingkat
Provinsi maupun Kabupaten/Kota, antara lain, cakupan pelayanan antenatal
Kunjungan Antenatal 1 (KI) 100%, cakupan pelayanan antenatal K4 95%,
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan 98%, cakupan pelayanan KN1
99%, cakupan pelayanan KN lengkap 96%, cakupan pelayanan KF1 97%,
cakupan pelayanan KF3 90%, cakupan penjaringan ibu cakupan peserta hamil
dengan faktor resiko atau komplikasi oleh masyarakat 98%, cakupan
penanganan komplikasi obstetri 98%, KB aktif 94%, cakupan nenonatus
dengan komplikasi yang ditangani 92%, cakupan pelayanan bayi 96%, dan
cakupan pelayanan anak balita 96% (Kemenkes, 2017).
Berdasarkan PWS KIA di Puskesmas Oesapa dalam satu tahun
terakhir 2022 sasaran ibu hamil berjumlah 1472, ibu hamil yang melakukan
kunjungan K1 sebanyak 1585 (107, 6%), dan cakupan K4 sebanyak 1410 ibu
hamil dengan presentase (95, 7%), serta cakupan K6 sebanyak 1410 ibu hamil
dengan presenta
3

se (95, 7%), sasaran ibu bersalin sebanyak 1405 ibu, dimana yang bersalin di
tenaga kesehatan kesehatan sebanyak 1489 ibu dengan presentase (105, 9%).
Sasaran bayi baru lahir yang melakukan kunjungan lengkap sebanyak 1338,
bayi baru lahir yang melakukan kunjungan KN1 sebanyak 1506 bayi dengan
presentase (112, 5%), sedangkan bayi baru lahir yang melakukan kunjungan
4

secara lengkap KN3 sebesar 1504 dengan presentase (112, 4%). Sasaran ibu
nifas berjumlah 1405, ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas KF1
berjumlah 1508 dengan presentase (107, 3%), sedangkan ibu nifas yang
melakukan kunjungan secara lengkap KF4 sebesar 1501 dengan presentase
(106, 8%). Sasaran pasangan usia subur berjumlah 5722 tetapi hanya 4735 (82,
7%) pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi diantaranya IUD
166 (3, 5%), MOW 1 (0, 01%), MOP 0 (0, 0%), KONDOM 32 (0, 6%),
IMPLANT 776 (16, 3%), SUNTIK 3493 (73, 7%), PIL 267 (5, 6%)
(Puskesmas Oesapa, 2022).
Berdasarkan PWS KIA di Puskesmas Pembantu Lasiana dalam satu
tahun terakhir 2022 sasaran ibu hamil berjumlah 315, ibu hamil yang
melakukan kunjungan K1 sebanyak 328 (104, 1%), dan cakupan K4 sebanyak
305 ibu hamil dengan presentase (96, 8%), serta cakupan K6 sebanyak 264 ibu
hamil dengan presentase (83, 3%), sasaran ibu bersalin sebanyak 301 ibu,
dimana yang bersalin di tenaga kesehatan kesehatan sebanyak 312 ibu dengan
presentase (103, 6%). Sasaran bayi baru lahir yang melakukan kunjungan
sebanyak 1338, bayi baru lahir yang melakukan kunjungan KN1 sebanyak
1506 bayi dengan presentase (112, 5%), sedangkan bayi baru lahir yang
melakukan kunjungan secara lengkap KN3 sebesar 1504 dengan presentase
(112, 4%). Sasaran ibu nifas berjumlah 312, ibu nifas yang melakukan
kunjungan nifas KF1 berjumlah 312 dengan presentase (100%), sedangkan ibu
nifas yang melakukan kunjungan secara lengkap KF4 sebesar 312 dengan
presentase (100%). Sasaran pasangan usia subur berjumlah 1272 tetapi hanya
1506 (118, 3%) pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi
diantaranya IUD 23 (1, 5%), MOW 0 (0, 0%), MOP 0 (0, 0%), KONDOM 16
(1, 06%), IMPLANT 189 (17, 8%), SUNTIK 1216 (115, 1%), PIL 62 (5, 8%)
(Pustu Lasiana, 2022).
Masalah kematian ibu dan bayi masih menjadi salah satu fokus utama
pemerintah. Upaya penanganan dari pemerintah dalam mencegah komplikasi
pada kehamilan yaitu melalui penetapan frekuensi jumlah minimal kunjungan
kehamilan yaitu 2 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II serta 3 kali pada
trimester III. Pemerintah juga mengadakan program pemberdayaan keluarga
5

dan masyarakat dengan menggunakan buku KIA, kunjungan rumah yang


dilakukan oleh bidan serta mengadakan kelas ibu hamil. Sedangkan untuk masa
persalinan pemerintah membuat Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), dan Revolusi KIA, untuk bentuk upaya
percepatan penurunan kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir dengan
cara-cara yang luar biasa melalui persalinan difasilitas pelayanan kesehatan
yang memadai dan siap 24 jam, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih. Penyediaan fasilitas kesehatan pelayanan obstetric neonatal emergency
dasar (PONED) di puskesmas dan juga PONED di rumah sakit, menyediakan
rumah tunggu disekitar fasilitas kesehatan bagi ibu yang akan bersalin dan
layanan jaminan kesehatan dalam hal ini kartu berobat ibu. Selain Itu salah satu
upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah dengan
dilakukannya asuhan kebidanan berkelanjutan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny.A.N G1P0A0AH0 UK 35 minggu 4
hari di Puskesmas Pembantu Lasiana Kota Kupang, dengan Pendekatan
Manajemen Kebidanan dan Pendokumentasian Metode SOAP.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada
Ny. A.N G1P0A0AH0 UK 35 minggu 4 hari di Puskesmas Pembantu Lasiana
Kota Kupang, dengan menggunakan Pendekatan Manajemen Kebidanan dan
Pendokumentasian Metode SOAP?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny.A.N G1P0A0AH0
UK 35 minggu 4 hari di Puskesmas Pembantu Lasiana Kota Kupang,
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan
pendokumentasian metode SOAP pada tanggal 27 Maret 2023 s/d 27
Mei 2023.
6

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.A.N
G1P0A0AH0 UK 35 minggu 4 hari dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian metode
SOAP pada tanggal 27 Maret 2023 s/d 27 Mei 2023 .
2. Melakukan asuhan kebidanan persalinan pada Ny.A.N
G1P0A0AH0 UK 35 minggu 4 hari dengan menggunakan
pendekatan menajemen kebidanan dan pendokumentasian metode
SOAP pada tanggal 27 Maret 2023 s/d 27 Mei 2023.
3. Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Ny.A.N
G1P0A0AH0 UK 35 minggu 4 hari dengan menggunakan
pendekatan menajemen kebidanan dan pendokumentasian metode
SOAP pada tanggal 27 Maret 2023 s/d 27 Mei 2023.
4. Melakukan asuhan kebidanan Nifas pada Ny.A.N G1P0A0AH0
UK 35 minggu 4 hari dengan menggunakan pendekatan
menajemen kebidanan dan pendokumentasian metode SOAP pada
tanggal 27 Maret 2023 s/d 27 Mei 2023.
5. Melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny.A.N
G1P0A0AH0 UK 35 minggu 4 hari dengan menggunakan
pendekatan menajemen kebidanan dan pendokumentasian metode
SOAP pada tanggal 27 Maret 2023 s/d 27 Mei 2023.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari selama perkuliahan
serta menambah wawasan tentang asuhan kebidanan berkelanjutan
meliputi Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas, dan Keluarga
Berencana.
7

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Institusi Pendidikan
Hasil Laporan Tugas Akhir ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber
bacaan tentang asuhan kebidanan komperhensif pada ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir, nifas serta keluarga berencana.
2. Puskesmas
Hasil Laporan Tugas Akhir ini dapat dimanfaatkan untuk
memberikan masukan bagi bidan dalam penyusunan kebijakan
program pelayanan kebidanan di khususnya tentang pemberian
asuhan kebidanan secara berkelanjutan.
3. Klien dan Masyarakat
Hasil Laporan Tugas Akhir ini diharapkan agar klien maupun
masyarakat bisa melakukan deteksi dini terhadap penyulit atau
komplikasi pada masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas
serta keluarga berencana.
4. Penulis
Hasil Laporan Tugas Akhir ini dapat menambah pengetahuan
tentang asuhan kebidanan pada ibu mulai dari hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir sampai ibu menggunakan KB.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori


2.1.1 Asuhan Continuity Of Care (COC)
1. Pengertian
Continuity of care (COC) dalam asuhan kebidanan merupakan
suatu model pelayanan yang dilakukan secara berkelanjutan pada
wanita sepanjang siklus kehidupannya, terkhusus pada masa
kehamilan hingga menjalani postpartum atau masa nifas (Nuryaingsih,
2017).
Continuity of care (COC) merupakan hal yang mendasar dalam
model praktik kebidanan untuk memberikan asuhan yang holistik,
membangun kemitraan yang berkelanjutan untuk memberikan
dukungan, dan membina hubungan saling percaya antara bidan dan
klien. (Astuti, dkk 2017).
2. Tujuan
Menurut Saifuddin (2014), tujuan umum dilakukan asuhan kehamilan
yang berkesinambungan adalah sebagai berikut:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuhkembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
dan sosial ibu dan bayi.
c. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.

8
9

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima


kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.
g. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
3. Manfaat
Continuity of care dapat diberikan melalui tim bidan yang berbagi
beban kasus, yang bertujuan untuk memastikan bahwa ibu menerima
semua asuhannya dari satu bidan atau tim praktiknya. COC dapat
bermanfaat bagi Ibu seperti tingkat kepercayaan ibu kepada bidan
meningkat sehingga mengurangi resiko persalinan yang tidak ditolong
oleh bidan. Bidan dapat bekerja sama secara multi disiplin dalam
melakukan konsultasi dan rujukan dengan tenaga kesehatan lainnya
(Astuti, dkk, 2017).
4. Dampak Tidak Dilakukan Asuhan Berkesinambungan
Dampak yang akan timbul jika tidak dilakukan asuhan
kebidanan yang berkesinambungan adalah dapat meningkatkan resiko
terjadinya komplikasi pada ibu yang tidak ditangani sehingga
menyebabkan penanganan yang terlambat terhadap komplikasi dan
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Komplikasi yang
dapat timbul pada kehamilan diantaranya meliputi anemia, hipertensi,
perdarahan, aborsi, oedema apda wajah dan kaki, dan lain-lain.
Komplikasi yang mungkin timbul pada persalinan meliputi distosia,
inersia uteri, presentasi bukan belakang kepala, prolaps tali pusat,
ketuban pecah dini (KPD), dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin
timbul pada masa nifas meliputi, bendungan ASI, dan lain-lain.
Komplikasi yang mungkin timbul pada bayi baru lahir meliputi berat
badan lahir rendah (BBLR), asfiksia, kelainan kongenital, tetanus
neonatorum, dan lain-lain (Saifuddin, 2014).
5. Prinsip-Prinsip Asuhan
a. Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami
dan sehat
b. Pemberdayan ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan
10

c. Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu dan keluarga


dengan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka
melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong
didri sendiri dalam kondisi tertentu
d. Otonomi pengambilan keputusan adalah ibu dan keluarga. Untuk
dapat mengambil suatu keputusan mereka membutuhkan
informasi 161
e. Intervensi (campur tangan/ tindakan) bidan yang terampil harus
tau kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi yang
dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.
f. Tanggung jawab asuhan kehamilan yang di berikan bidan harus
selalu didasari ilmu, analisa dan pertimbangan yang matang.
Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi
tanggung jawab bidan (Astuti, dkk, 2017)
g. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan
(Continuity of Care) sangat penting bagi wanita untuk
mendapatkan pelayanan dari seorang yang profesional yang sama
atau dari satu team kecil tenaga professional, sebab dengan
begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat terpantau
dengan baik selain itu mereka juga lebih di percaya dan terbuka
karena sudah mengenal si pemberi asuhan (Astuti, dkk, 2017)
h. Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus
dapat dilayani sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan
jika diperlukan tanpa mengeurangi prosedur diagnosis dan terapi
yang tidak perlu. Pasien harus selalu mempunyai akses ke
layanan kesehatan yang dibutuhkannya, karena riwayat penyakit
pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat, dan terkini,
layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat
terlaksana dengan tepat waktu (Astuti, dkk, 2017)
6. Komponen Model Pelayanan Persalinan Berkelanjutan
a. Persalinan difasilitasi yang memenuhi standar
b. Menjamin penduduk miskin untuk bersalin di fasilitas kesehatan
11

c. Membangun jaringan rujukan antara fasilitas kesehatan dan


rumah sakit (pemerintah maupun swasta)
d. Menerapkan kebijakan penjaminan kualitas pelayanan di Rumah
Sakit
e. Menjalankan strategi promosi
f. Menjalankan sistem surveilans kematian ibu dan neonatal
(komunitas dan fasilitas)
g. Membangun sistem reditasi untuk standar pelayanan persalinan
dan rujukan di fasilitas kesehatan (Astuti, dkk, 2017)

2.1.2 Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilitasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional (Walyani, 2015).
Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 trimester
yaitu: kehamilan trimester pertama mulai 0-14 minggu, kehamilan
trimester kedua mulai 14-28 minggu dan kehamilan trimester ketiga
mulai dari 28-42 minggu (Yuli, 2017).
2. Klasifikasi Usia Kehamilan
Kehamilan terbagi menjadi tiga trimester, dimana trimester satu
berlangsung 1 sampai 12 minggu, trimester kedua 13 minggu sampai
28 minggu dan trimester ketiga 29 minggu hingga 42 minggu. Jika
ditinjau dari lamanya kehamilan kita bisa menentukan periode
kehamilan dengan membaginya dalam 3 bagian (Walyani, 2015).
1. Kehamilan trimester I (antara 1-12 minggu)
Masa kehamilan trimester I disebut juga masa
organogenesis dimana dimulainya perkembangan organ-organ
12

janin. Apabila terjadi cacat pada bayi, maka saat itulah


penentuannya. Jadi pada masa ini ibu sangat membutuhkan
asupan nutrisi dan juga perlindungan dari trauma. Pada masa ini
terus mengalami perkembangan pesat untuk mempertahankan
plasenta dan pertumbuhan janin selain itu juga mengalami
perubahan adaptasi dalam psikologisnya yaitu ibu lebih sering
ingin diperhatikan, emosi ibu menjadi lebih labil akibat
pengaruh adaptasi tubuh terhadap kehamilan.
2. Kehamilan trimester II (antara 13-28 minggu)
Dimasa ini organ-organ dalam janin sudah terbentuk
tapi viabilitasnya masih diragukan. Apabila janin lahir belum
bisa bertahan hidup dengan baik. Pada masa ini ibu sudah
merasa dapat beradaptasi dan nyaman dengan kehamilan.
3. Kehamilan trimester III (29-42 minggu)
Pada masa ini perkembangan kehamilan sangat pesat.
Masa ini disebut masa pemantangan. Tubuh telah siap untuk
proses persalinan. Payudara sudah mengeluarkan kolostrum.
Tabel 2.1 TFU Sesuai Usia Kehamilan
Tinggi (cm) Fundus Uteri (TFU)
16 Pertengahan pusat-simpisis
20 Dibawah pinggir pusat
24 Pinggit atas pusat
28 3 jari atas pusat
32 ½ pusat-proc. Xiphoideus
36 1 jari dibawah proc. Xiphoideus
40 3 jari dibawah proc. Xiphoideus
Sumber: Walyani, 2015.
3. Adaptasi Sistem Reproduksi Dalam Kehamilan Trimester III
a. Perubahan fisiologi
1) Vulva dan Vagina
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang
merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada
waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa
mengendornya jaringan ikat. Perubahan ini mengakibatkan
bertambah panjangnya dinding vagina.
13

Pada Trimester III, estrogen menyebabkan perubahan


pada lapisan otot dan epitelium. Lapisan otot membesar,
vagina lebih elastis yang memungkinkan turunnya bagian
bawah janin (Septina, 2020).
2) Serviks Uteri
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan
lebih lanjut dari konsentrasi kalogen. Proses perbaikan
serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan
berikutnya akan berulang (Prawihardjo, 2014).
3) Uterus
Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam
rongga pelvis dan seiring perkembangannya uterus akan
menyentuh dinding abdomen. Pada Trimester III (>28
minggu) dinding uterus mulai menipis dan lebih lembut.
Pada minggu ke-36 kehamilan terjadi penurunan janin ke
bagian bawah rahim, hal ini disebabkan melunaknya
jaringan-jaringan dasar panggul bersamaan dengan gerakan
yang baik dari otot rahim dan kedudukan bawah rahim
(Astuti, 2017).
4) Ovarium
Pada trimester III korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi
karena telah digantikan oleh plasenta yang telah terbentuk.
5) Sistem Payudara
Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mamae membuat
ukuran payudara semakin meningkat. Pada kehamilan 32
minggu warna cairan agak putih seperti air susu yang
sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir,
cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan
bayak mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum.
14

6) Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15, 0
ml pada saat persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan
peningkatan vaskularisasi.
7) Sistem Perkemihan
Pada kehamilan trimester III kepala janin sudah turun ke
pintu atas panggul. Keluhan kencing sering timbul lagi
karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali.
8) Sistem Pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon
progesteron yang meningkat. Selain itu perut kembung
juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar
dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam
perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah
atas dan lateral.
9) Sistem Muskuloskeletal
Sendi pelvik pada saat kehamilan sedikit bergerak.
Perubahan tubuh secara bertahan dan peningkatan berat
wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita
berubah secara menyolok. Peningkatan distensi abdomen
yang membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus
otot dan peningkatan beban berat badan pada akhir
kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang.
10) Sistem kardiovaskular
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh
adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan
pembuluh-pembuluh yang membesar, dan volume darah
akan bertambah banyak kira-kira 25% dengan puncak
kehamilan 32 minggu (Marmi, 2014).
11) Sistem Integumen
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh Melanophore Stimulating
15

Hormon lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar


suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae
gravidarum livide, atau alba, aerola mamae, papila
mamae, linea nigra, chloasmagravidarum. Setelah
persalinan hiperpigmentasi akan menghilang (Septina,
2020).
12) Sistem Metabolisme
Sistem metabolisme adalah istilah untuk menunjukkan
perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi didalam tubuh
untuk pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Dengan
terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi
makan tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan
memberikan ASI.
13) Sistem berat badan dan indeks masa tubuh
Peningkatan berat badan selama kehamilan ditentukan
berdasarkan dari Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum
hamil. Menetukan Indeks Masa Tubuh (IMT) diawal
kehamilan dapat membantu tenaga kesehatan dan ibu hamil
untk mengetahui berapa peningkatan berat badan yang
aman selama hamil agar jehamilan dapat tercapai dengan
baik. Rekomendasi peningkatan berat badan selama
kehamilan pada ibu yang memiliki IMT awal <18,5 kg/m2
(underweight) adalah 12,5-18 kg, pada ibu dengan IMT
normal (18,5-24,9 kg/m2) adalah 11,5-16 kg. pada ibu
dengan IMT 25-29,9 kg/m2 (over weight) adalah 7-11,5 kg,
dan pada ibu dengan IMT 30 kg/m2 adalah 5-9 kg
(Kemenkes RI, 2022).
14) Sistem Pernapasan
Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk
bisa memenuhi kebutuhan O2. Dismping itu terjadi desakan
diafragma akibat dorongan rahim yang membesar pada usia
16

kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya


desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu
hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25%
dari biasanya (Prawirohardjo, 2014).
b. Perubahan psikologi pada trimester III
Trimester III sering kali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Ibu sering merasa khawatir bila bayinya lahir
sewaktu-waktu. Ibu sering merasa khawatir kalau bayinya lahir
tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi
bayinya dan cenderung menghindari orang atau benda apa saja
yang dianggap membahayakan bayi
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan, timbul kembali pada
trimester III dan banyak yang merasa dirinya aneh dan jelek.
Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama
hamil. Pada trimester III inilah, ibu memerlukan dukungan dari
suami, keluarga dan bidan (Walyani, 2015).
Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran
bagi bayi dan kebahagiaan dalam menanti seperti apa rupa bayi
nantinya.
4. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Trimester III
Menurut (Ekasari & Natalia, 2019) kebutuhan dasar ibu hamil
trimester III diantaranya:
a. Nutrisi
Kecukupan gizi ibu hamil diukur berdasarkan kenaikan berat
badan. Kalori ibu hamil 300-500 kalori lebih banyak dari
sebelumnya. Kenaikan berat badan juga bertambah pada
trimester ini antara 03-0, 5 kg/minggu. Kebutuhan protein juga
30 gram lebih banyak dari biasanya.
17

b. Seksual
Hubungan seksual pada trimester III tidak berbahaya kecuali ada
beberapa riwayat berikut yaitu:
1) Pernah mengalami abortus sebelumnya.
2) Riwayat perdarahan pervaginam sebelumnya.
3) Terdapat tanda infeksi dengan adanya pengeluaran cairan
disertai rasa nyeri dan panas pada jalan lahir.
Walaupun ada beberapa indikasi tentang bahaya jika
melakukan hubungan seksual pada trimester III bagi ibu hamil,
namun faktor lain yang lebih dominan yaitu turunnya
rangsangan libido pada trimester ini yang membuat
kebanyakan ibu hamil tidak tertarik untuk berhubungan intim
dengan pasangannya, rasa nyaman yang sudah jauh berkurang
disertai ketidaknyamanan seperti pegal/nyeri di daerah
punggung bahkan terkadang ada yang merasakan adanya
kembali rasa mual seperti sebelumnya, hal inilah yang
mempengaruhi psikologis ibu di trimester III.
c. Istirahat
Cukup istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan
kesehatan jasmani, rohani, untuk kepentingan kesehatan ibu
sendiri dan tumbuh kembang janinnya di dalam kandungan.
Kebutuhan tidur yang efektif yaitu 8 jam/hari.
d. Kebersihan Diri (Personal hygiene)
Penting bagi ibu menjaga kebersihan dirinya selama hamil, hal
ini dapat mempengaruhi fisik dan psikologis ibu. Kebersihan
lain yang juga penting dijaga yaitu persiapan laktasi dengan cara
penggunaan bra yang longgar dan menggangga membantu
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi ibu.
e. Mobilitas dan Mekanika Tubuh
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan atau aktivitas fisik biasa
selama tidak melelahkan. Ibu dapat melakukan pekerjaan seperti
menyapu, mengepel, memasak atau pekerjaan rumah lainnya.
18

Semua pekerjaan tersebut harus sesuai dengan kemampuannya


dan tetap mempunyai cukup waktu untuk istirahat.
f. Mempersiapkan Kelahiran dan Kemungkinan Darurat
Kebutuhan pribadi yang diperlukan saat persalinan ialah
kebutuhan ibu (pakaian dengan kancing depan, kain panjang,
pakaian dalam, korset bila perlu, pembalut ibu bersalin, dan
kebutuhan pribadi lainnya), serta kebutuhan bayi (pakaian bayi,
handuk, selimut, kain pembungkus, minyak telon dan sabun
mandi). Selain itu bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta
masyarakat untuk mempersipkan rencana kelahiran, termasuk
mengidentifikasi penolong dan tempat persalinan, serta
perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan.
Bekerja dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk
mempersiapkan jika terjadi komplikasi, termasuk
mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk
mencapai tempat tersebut, mempersiapkan donor darah,
mengadakan persiapan finansial, mengidentifikasi pembuat
keputusan pertama tidak ada ditempat.
g. Memberikan Konseling tentang Tanda-Tanda Persalinan
Beberapa tanda-tanda persalinan yang harus diketahui oleh ibu:
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan
telah ada.
h. Kunjungan Ulang
Berdasarkan rekomendasi Wagiyono (2016) kunjungan ANC
dilakukan minimal dalapan kali kontak, dengan kontak pertama
dijadwalkan pada trimester pertama (hingga 12 minggu
kehamilan), dua kontak dijadwalkan di trimester kedua (pada
19

usia kehamilan 20 dan 26 minggu), dan lima kontak dijadwalkan


pada trimester ketiga (pada usia kehamilan 30, 34, 36, 38, dan 40
minggu).
5. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester III
a. Keputihan
Keputihan dapat terjadi karena terjadi peningkatan produksi
kalenjar dan hormon endoservikal sebagai akibat dari
peningkatan kadar estrogen (Marmi, 2014). Cara mencegah
yaitu tingkatkan kebersihan (personal hygiene), memakai celana
dalam dari bahan kartun, dan tingkatkan daya tahan tubuh
dengan makan buah dan sayur.
b. Nocturia (Sering buang air kecil)
Trimester III, nocturia terjadi karena bagian terendah janin akan
menurun dan masuk kedalam pangul dan menimbulkan tekanan
lansung pada kandung kemih. Cara mengatasi yakni perbanyak
minum pada siang hari tidak pada malam hari dan membatasi
minum yang mengandung bahan kafein seperti teh, kopi dan
soda (Marmi, 2014).
c. Sesak nafas
Hal ini disebabkan oleh uterus yang membesar dan menekan
diafragma. Cara mencegah yaitu dengan merentangkan tanaga
dan diatas kepala seta menarik nafas panjang dengan tidur bantal
di tinggikan (Marmi, 2014).
d. Konstipasi
Konstipasi terjadi akibat penurunan peristaltik yang di sebabkan
relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan
jumlah progesterone. Cara mengatasinya yakni minum air 8
gelas per hari, mengonsumsi makanan yang mengandung serat
seperti buah dan sayur yang cukup (Marmi, 2014).
e. Oedema pada kaki
Hal ini disebabkan sirkuasi vena dan peningkatan tekanan pada
vena bagian bawah. Gangguan sirkulasi ini disebabkan karena
20

uterus membesar pada vena-vena panggul, saat ibu berdiri atau


duduk terlalu lama dalam posisi terlentang. Cara mencegah
yakni hindari posisi berbaring terlentang, hindari posis berdiri
dalam waktu yang lama istirahat dengan berbaring ke kiri
dengan kaki agak di tinggikan, angkat kaki ketika duduk atau
istirahat dan hindari pakaian yang ketat pada kaki (Marmi,
2014).
f. Varises kaki atau vulva
Varises di sebabkan oleh hormon kehamilan dan sebagian terjadi
karena keturunan pada kasus yang berat dapat terjadi infeksi dan
bendungan berat. Bahaya yang paling penting adalah thrombosit
yang dapat menimbulkan sirkulasi darah. Cara mengurangi atau
encegah yaitu hindari berdiri atau duduk yang terlalu lama,
senam, hindari pakaian dan korset yang ketat serta tinggikan
kaki saat berbaring atau duduk (Marmi, 2014).
6. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
Menurut (Walyani, 2015) ada 7 tanda bahaya kehamilan diantaranya:
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum
bayi dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum sebelum
kelahiran, pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal
adalah merah banyak dan kadang-kadang tapi tidak selalu
disertai dengan rasa nyeri. Jenis perdarahan antepartum
diantaranya plasenta previa dan absurpsio plasenta atau solusio
plasenta.
b. Sakit kepala yang hebat dan menetap
Sakit kepala yang menunjukan satu masalah yang serius adalah
sakit kepala yang hebat dan menetap serta tidak hilang apabila
beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala tersebut diikuti
pandangan kabur atau berbayang. Sakit kepala yang demikian
adalah tanda dan gejala dari preeklamsia.
21

c. Penglihatan kabur
Wanita hamil mengeluh pandangan kabur. Karena pengaruh
hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan. Perubahan ringan atau minor adalah normal.
Perubahan penglihatan disertai dengan sakit kepala yang hebat
diduga gejala preeclampsia. Deteksi dini dari pemeriksaan data
yaitu periksa tekanan darah, protein urine, refleks dan oedema.
d. Bengkak diwajah dan jari-jari tangan
Bengkak/oedema bisa menunjukkan masalah yang serius jika
muncul pada wajah dan tangan, tidak hilang jika telah
beristrahat dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini
merupakan pertanda anemia, gagal jantung dan preeklamsia.
e. Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III,
ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung.
f. Gerakan janin tidak terasa
Jika ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan
trimester III. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 3 jam. Gerakan janin
akan terasa jika berbaring atau makan dan minum dengan baik.
g. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang menunjukkan masalah adalah yang hebat,
menetap, dan tidak hilang setelah beristrahat. Hal ini bisa berarti
apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis,
persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi
uterus, absurpsi plasenta, infeksi saluran kemih, dan lain-lain
(Walyani, 2015).
7. Deteksi Dini Faktor Resiko Kehamilan Trimester III dan Prinsip
Rujukan Kasus
Menurut Kementrian Kesehatan RI, 2015, Skor Poedji Rochjati
merupakan kartu skor yang digunakan sebagai alat skrining antenatal
22

berbasis keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil, untuk


selanjutnya dilakukan upaya terpadu guna menghindari dan
mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi obtetrik pada saat
persalinan.
a. Manfaat Kartu Skor Poedji Rochjati antara lain, untuk:
1) Menemukan faktor resiko hamil
2) Menentukan kelompok risiko hamil
3) Alat pencatat kondisi ibu hamil
b. Fungsi Skor Poedji Rochjati, yaitu:
1) Melakukan skrining atau deteksi dini risiko tinggi ibu
hamil
2) Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan
3) Mencatat dan melapor keadaan kehamilan, persalinan, dan
nifas
4) Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman
berencana
5) Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan,
persalinan, nifas, dengan kondisi ibu dan bayinya.
Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga
kelompok:
1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-
10
3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah
skor ≥ 12,
c. Faktor risiko pada ibu hamil oleh poedji rochjati dikelompokan
menjadi:
1) Kelompok Faktor Risiko I (ada potensi risiko), terdiri dari:
a) Primi muda terlalu muda hamil pertama umur 16
tahun atau kurang.
23

b) Primi tua primer:


(1) Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau
lebih.
(2) Terlalu lambat hamil, setelah kawin 4 tahun
lebih.
c) Primi tua sekunder (terlalu lama punya anak lagi,
terkecil 10 tahun lebih)
d) Terlalu cepat punya anak lagi, anak terkecil usia
kurang 2 tahun
e) Grande multi terlalu banyak punya anak 4 atau lebih
f) Terlalu tua
(1) Umur <35 tahun
(2) Hamil umur 35 tahun atau lebih
g) Terlalu pendek
(1) Tinggi badan <145 cm
(2) Pada hamil petama, kedua atau lebih belum
pernah melahirkan normal dengan bayi ckup
bulan dan hidup
h) Pernah gagal dalam kehamilan yang lalu. Hamil yang
pertama gagal, hamil ketiga atau lebih mengalami
gagal 2 kali
i) Pernah melahirkan dengan:
(1) Tarikan
(2) Uri dikeluarkan oleh penolong dari dalam
rahim
(3) Pernah diinfus atau transfusi pada perdarahan
postpartum
(4) Bekas operasi sesar (pernah melahirkan bayi
dengan operasi sesar sebelum kehamilan ini)
2) Kelompok Risiko II (ada risiko)
a) Ibu hamil dengan penyakit:
(1) Pucat, lemas badan lekas lelah
24

(2) Malaria: panas tinggi, menggigil keluar keringat,


sakit kepala
(3) Tubercolosis paru: batuk lama tidak sembuh-
sembuh, batuk darah badan lemah lesu dan kurus
(4) Payang jantung: sesak napas, jantung berdebar,
kaki bengkak
(5) Penyakit lain: HIV-AIDS, penyakit menular
seksual
b) Pre-eklamsia ringan
c) Hamil kembar/gemeli: perut ibu sangat membesar,
gerak anak terasa dibeberapa tempat
d) Kembar air/hidramnion: perut ibu sangat membesar,
gerak anak tidak begitu terasa, karena air ketuban
terlalu banyak, biasanya anak kecil.
e) Bayi mati dalam: ibu hamil tidak terasa gerakan anak
lagi kandungan
f) Hamil lebih bulan (serotinus): ibu hamil 9 bulan dan
lebih dari 2 minggu sebelum melahirkan.
g) Letak sungsang
h) Letak lintang
3) Kelompok Faktor Risiko III (ada gawat darurat)
a) Perdarahan sebelum bayi lahir
b) Mengeluarkan darah pada waktu hamil, sebelum
kelahiran bayi pre-eklamsia berat dan atau eklamsia.
d. Kartu Perkiraan Persalinan Soedarto (KPPS)
Kartu perkiraan persalinan soedarto (KPPS) merupakan
sebuah alat yang berupa kartu untuk memperkiraan terjadinya
distosia (persalinan sulit atau disfungsional) sebelum persalinan
dimulai, sehingga komplikasi saat persalinan dapat dicegah.
KPPS berupa kartu grafik bergambar, yang terdiri ata 4 area
yaitu: hijau tua, muda, kuning, dan merah. Keterangan:
25

1) Daerah hijau tua: menunjukan distosia hampir tidak


mungkin terjadi, persalinan dirumah masih bisa dilakukan
dengan aman.
2) Daerah hijau muda: menunjukan kejadian distosia jarang
terjadi, persalinan dirumah dapat dilakukan tetapi harus
dengan pengawasan.
3) Daerah kuning: menunjukan distosia sering terjadi,
persalinan harus ditangani tenaga kesehatan atau harus
dirujuk
4) Daerah merah: menunjukan distosia kemungkinan besar
terjadi, rujukan mutlak dilakukan.
26

Table 2.2 Poedji Rochjati


I II III IV
KEL No Masalah/Faktor Resiko Triwulan
Skor I II III1 III2
Skor Awal Ibu Hamil 2
1. Terlalu muda, hamil ≤16 tahun 4
2. Terlalu tua, hamil ≥35 tahun 4
Terlalu lambat hamil I, kawin ≥4 tahun 4
3. Terlalu lama hamil lagi (≥10 tahun) 4
4. Terlalu cepat hamil lagi (<2 tahun) 4
5. Terlalu banyak anak, 4/lebih 4
6. Terlalu tua, umur ≥35 tahun 4
I 7. Pernah pendek ≤145 cm 4
8. Pernah gagal kehamilan 4
9. Pernah melahirkan dengan:
a. Tarikan tang/vakum 4
b. Uri dirogoh 4
c. Diberi infus/Transfusi 4
10. Pernah Operasi Sesar 4
11. Penyakit pada ibu hamil :
a. Kurang darah. 4
b. Malaria 4
c. TBC Paru 4
d. Payah Jantung 4
e. Kencing Manis (Diabetes) 4
f. Penyakit menular Seksual 4
12. Bengkak pada muka/tungkai dan Tekanan darah 4
tinggi
13. Hamil kembar 2 atau lebih 4
14. Hamil kembar air (hydramnion) 4
15. Bayi mati dalam kandungan 4
16. Kehamilan lebih bulan 4
17. Letak sunsang 8
18. Letak lintang 8
19. Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20. Pre-eklampsia Berat/Kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR
a. Ibu hamil dengan skor 2 adalah kehamilan tanpa masalah/risiko fisiologis dan kemungkinan
besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat,
b. Ibu hamil dengan skor 6 adalah kehamilan dengan 1 atau lebih faktor risiko, baik dari pihak
ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun
janinnya, memiliki kegawatan tetapi tidak darurat dan lebih dianjurkan untuk bersalin
ditolong oleh tenaga kesehatan.
c. Bila skor ≥12 adalah kehamilan dengan risiko tinggi, memberi dampak gawat dan darurat
bagi jiwa ibu dan bayinya, membutuhkan dirujuk tepat waktu dan tindakan segera serta
dianjurkan bersalin di RS/DSOG.
Sumber: Kemenkes RI, 2015
27

8. Konsep Antenatal Care Standar Pelayanan Antenatal (10 T)


a. Pengertian
Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan pada wanita selama hamil, misalnya melakukan
pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk
pertumbuhan dan perkembangan janin serta untuk
mempersiapkan proses persalinan agar ibu siap menghadapi
peran baru sebagai orang tua.
Asuhan Antenatal adalah suatu program yang terencana
berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu
hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan
persalinan yang aman dan memuaskan (Natalia, 2019).
b. Tujuan Antenatal Care
Menurut Wagiyono (2016), tujuan dari antenatal yaitu sebagai
berikut:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental
dan sosial budaya ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, obstetri, dan pembedahan.
4) Mempersipkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
5) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
c. Standar Antenatal Care
Menurut Midwery Update (2016), tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan antenatal care yang berkualitas sesuai
standar 10 T, terdiri dari:
1) Timbang Berat Badan Dan Ukur Tinggi Badan
28

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan


antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan
pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang
dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1
kilogram setiap bulannya, menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama
kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor pada
ibu hamil.
2) Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal untuk mendeteksi temuan hipertensi (tekanan darah
≥140/90 mmHg).
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas
Pengukuran LILA dilakukan pada kontak pertama oleh
tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil yang
berisiko kekurangan energi kronik (KEK).
4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan pada setiap kali
kunjungan antenatal untuk mendeteksi pertumbuhan janin
sesuai atau tidak dengan usia kehamilan.
5) Penentuan Status Imunisasi dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi
Untuk mencegah terjadinya tatanus neonatorum dan
pemberian imunisasi TT pada kontak pertama dengan ibu
hamil disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu hamil saat
ini. Interval minimal pemberian Imunisasi TT dan lama
perlindungannya dapat dilihat pada tabel 2.3 Selang waktu
pemberian imunisasi Tetanus Toxoid.
29

Tabel 2.3 Rentang Waktu Pemberian Imunisasi TT dan


Lama Perlindungan
Antigen Interval (Selang Lama
waktu Minimal) Perlindungan
TT1 Pada kunjungan Langkah awal
antenatal pertama pembentukan
kekebalan tubuh
TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 >25 tahun
Sumber: Midwery Update, 2016
6) Pemberian Tablet Tambah Darah Minimal 90 Tablet Selama
Kehamilan
Pemberian tablet tambah darah dilakukan untuk mencegah
anemia gizi besi. Setiap ibu hamil harus mendapat tablet
tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90
tablet selama kehamilan yang diberikan sejak pemeriksaan
pertama. Cara pemberian tablet Fe dengan dosis pemberian
1×1 hari dan diminum pada malam hari sesudah makan
dengan air putih dan jus yang mengandung vitamin C untuk
membantu proses penyerapan.
7) Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin
Penentuan presentasi janin dan DJJ dilakukan untuk
menemukan presentasi janin pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
juga dilakukan untuk mengetahui letak janin.
8) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (HB), pemeriksaan protein urin dan
pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya). Hb normal pada ibu hamil adalah 11 gr%, bila
kadar Hb 9-10 g% anemia ringan, dan bila kadar Hb 7-8 gr%
anemia sedang, sedangkan anemia berat terjadi bila kadar Hb
<8 gr%.
30

9) Tatalaksana Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil
pemeriksaan laboratorium, selain kelainan yang ditemukan
pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan
kewenangan bidan.
10) Pelaksanaan Temu Wicara
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan
antenatal, meliputi: kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan
sehat, peran suami/keluarga dalam kehamilan dan
perencanaan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan,
asupan gizi seimbang, dan seputar kesehatan ibu hamil.
9. Program Puskesmas P4K (Program Perencanaan Persalinan Dan
Pencegahan Komplikasi)
P4K merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan,
khususnya dalam rangka peran aktif suami, keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan
menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan
penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai
media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Fokus dari P4K adalah pemasangan stiker pada setiap rumah
yang ada ibu hamil. Diharapkan dengan adanya stiker di depan
rumah, semua warga masyarakat mengetahui dan dapat memberi
bantuannya. Masyarakat juga diharapkan dapat mengembangkan
norma-norma sosial termasuk kepeduliannya untuk menyelamatkan
ibu hamil dan ibu bersalin. Dianjurkan kepada ibu hamil untuk
melahirkan ke fasilitas kesehatan termasuk bidan desa. Bidan
diharuskan melaksanakan pelayanan kebidanan antara lain
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, asuhan masa nifas
dan perawatan bayi baru lahir sehingga kelak dapat mencapai dan
mewujudkan Visi Departemen Kesehatan, yaitu”Masyarakat Mandiri
31

untuk Hidup Sehat”. Peran dan fungsi bidan pada ibu hamil dalam
P4K yaitu:
a. Melakukan pemeriksaan ibu hamil (ANC) sesuai standar
(minimal 4 kali selama hamil) mulai dari pemeriksaan keadaan
umum, menentukan taksiran partus (sudah dituliskan pada
stiker), keadaan janin dalam kandungan, pemeriksaan
laboratorium yang diperlukan, pemberian imunisasi TT (dengan
melihat status imunisasinya), pemberian tablet Fe, pemberian
pengobatan atau tindakan apabila ada komplikasi.
b. Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan
keluarga mengenai: tanda-tanda persalinan, tanda bahaya
persalinan dan kehamilan, kebersihan pribadi dan lingkungan,
kesehatan serta gizi, perencanaan persalinan (bersalin di bidan,
menyiapkan transportasi, menyiapkan biaya, menyiapkan calon
donor darah), perlunya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI
Eksklusif, KB pasca persalinan.
c. Melakukan kunjungan rumah untuk penyuluhan/konseling
pada keluarga tentang perencanaan persalinan, memberikan
pelayanan ANC bagi ibu hamil yang tidak datang ke bidan,
motivasi persalinan di bidan pada waktu menjelang taksiran
partus, dan membangun komunikasi persuasif dan setara, dengan
forum peduli KIA dan dukun untuk peningkatan partisipasi aktif
unsur-unsur masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan
anak.
d. Melakukan rujukan apabila diperlukan. Memberikan penyuluhan
tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas. Melibatkan
peran serta kader dan tokoh masyarakat, serta melakukan
pencatatan pada kartu ibu, Kohort ibu, Buku KIA.
10.Triple Eliminasi
Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA) adalah
kegiatan yang komprehensif dari pelayanan, pencegahan, terapi dan
perawatan untuk ibu hamil dan bayinya, selama masa kehamilan,
32

persalinan, dan sesudahnya. Mencegah terjadinya penularan HIV dari


ibu hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungnya merupakan inti
dari PPIA. Intervensi yang dilakukan berupa: pelayanan kesehatan ibu
dan anak yang komprehensif, layanan testing dan konseling,
pemberian obat antiretrovirus (ARV), konseling tentang HIV dan
makanan bayi, serta pemberian makanan bayi, dan persalinan yang
aman. Pada ibu hamil, HIV merupakan ancaman bagi keselamatan
jiwa ibu dan bayi yang dikandungnya, karena penularan terjadi dari
ibu ke bayi. Lebih dari 90 persen penularan HIV pada anak didapat
vertikal akibat transmisi dari ibu ke bayi. Mayoritas ditemukan pada
anak dibawah 5 tahun.
Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi terjadi pada kehamilan
5-10 persen, persalinan 10-15 persen dan pasca-persalinan 5-20 persen
(Natalia, 2019). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2017
tentang 3E (Triple Eliminasi): pemeriksaan pada setiap ibu hamil
terhadap HIV, sifilis dan hepatitis B yang merupakan salah satu bukti
komitmen negara Indonesia terhadap masalah ini dengan tujuan
penurunan angka infeksi baru pada bayi baru lahir sehingga terjadi
pemutusan mata rantai penularan dari ibu ke anak.
a) Human Immunodeficiency Virus yang selanjutnya disingkat HIV
adalah virus yang menyerang sistem imun dan jika tidak diterapi
dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia hingga terjadi
kondisi Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).
b) Sifilis adalah salah satu jenis infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh bakteri Treponemapallidu
c) Hepatitis Virus B yang selanjutnya disebut Hepatitis B adalah
penyakit menular dalam bentuk peradangan hati yang
disebabkan oleh virus Hepatitis B.
11. Sistem Rujukan
a. Defenisi Rujukan
Rujukan adalah suatu sistem jaringan yang optimal dan
tepat waktu ke fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap
33

yang diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan


bayi baru lahir (Natalia, 2019).
Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah
yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke
fasilitas kesehatan pelayanan yang lebih berkompeten,
terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi (Walyani, 2015).
b. Rujukan Kebidanan
Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah
masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal maupun
horizontal. Rujukan vertikal adalah rujukan dan komunikasi
antara satu unit ke unit yang tela lengkap. Misalnya dari rumah
sakit kabupaten ke rumah sakit provinsi atau rumah sakit tipe
C ke rumah akit tipe B yang lebih spesialistik fasilitas dan
personalianya. Rujukan horizontal adalah konsultasi dan
komunikasi antar unit yang ada di dalam satu rumah sakit,
misalnya antara bagian kebidanan dan bagian ilmu kesehatan
anak (Walyani, 2015).
c. Langlah- Langkah Rujukan
Menurut Walyani (2015) langkah-langkah rujukan, yaitu:
1) Menentukan Kegawatdaruratan Penderita
Tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan
penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga
atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum
tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
2) Tingkat Bidan Desa, Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas.
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat
34

kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan


wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk.
3) Menentkan Tempat Rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat
termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak
mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
4) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
5) Mengirimkan informasi kepada tempat rujukan yang
dituju
6) Memberitahu bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim. Persiapan
penderita yang harus diperhatikan dalam melakukan
rujukan yaitu dengan melakukan BAKSOKUDAPN yang
merupakan singkatan dari (Bidan, Alat, Keluarga, Surat,
Obat, Kendaraan, Uang, Darah, Posisi, Nutri).
Singkatan BAKSOKUDAPN dapat digunakan untuk
mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan
untuk ibu dan bayi.
Bidan (B) Pastikan bahwa ibu atau bayi baru lahir
didampingi dan oleh penolong persalinan yang kompeten
dan memiliki kemampuan untuk pentalaksanaan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk
dibawa ke fasilitas rujukan.
ALAT (A) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk
asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung
suntik, selang intra vena, dan lain-lain), bersama ibu ke
tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut
mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam
35

perjalanan.
KELUARGA (K) Beritahu ibu dan keluarga mengenai
kondisi terlahir ibu atau bayi dan mengapa ibu atau bayi
perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan
upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga lain
harus menemani ibu atau bayi bayi baru lahir ke tempat
rujukan.
SURAT (S) Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini
harus memberikan identifikasi mengenai ibu atau bayi
baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu
atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf kemajuan
persalinan ibu pada saat rujukan.
OBAT (O) Bawa obat obatan esensial pada saat
mengantar ibu ketempat rujukan. Obat-obatan mungkin
akan diperlukan selama perjalanan.
KENDARAAN (K) Siapkan kendaraan yang paling
memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang
cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi keadaan
itu cukup bayi untuk mencapai tempat rujukan dalam
waktu yang tepat.
UANG (U) Ingatkan pada keluarga agar membawa uang
dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan
yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperlukan.
DARAH (D) Siapkan darah untuk sewaktu-waktu
membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan.
POSISI (P) Perhatikan posisi ibu hamil saat menuju
tempat rujukan.
NUTRISI (N) Pastikan nutrisi ibu tetap terpenuhi selama
dalam perjalanan.
36

2.1.3 Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dikatakan normal jika
prosesnya tanpa disertai penyulit terjadi pada kehamilan cukup bulan
mulai dari 37-40 minggu (JNPK-KR, 2017).
Menurut WHO (World Health Organization) 2019, persalinan
normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan berisiko
rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang
kepala pada usia kehamilan antara 37 sampai 42 minggu tanpa
disertai penyulit.
2. Tujuan Asuhan Persalinan
a. Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap.
b. Meminimalkan intervensi dengan asuhan kebidanan persalinan
yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan sehingga prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
optimal.
3. Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan terdiri dari:

Gambar 2.1 Tahapan Persalinan


a. Kala I Persalinan
Kala I disebut kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada kala I
persalinan terdapat 2 fase yakni fase laten dan fase aktif, yaitu:
37

1) Fase Laten Pada Kala I Persalinan


a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
b) Berlangsung hingga serviks membuka 4 Cm.
c) Pada umumnya berlangsung selama 6-8 jam.
2) Fase Aktif Pada Kala I Persalinan
a) Frekuensi dan lama kontraksi akan meningkat secara
bertahap dan dianggap adekuat jika terjadi 3× atau
lebih dalam 10 menit berlangsung selama 40 detik
atau lebih.
b) Pembukaan serviks 4 cm atau lebih sampai lengkap
(10 cm) biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga pembukaan lengkap.
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Fase aktif terbagi dalam:
a) Fase akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm
sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
b) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9
cm yang dicapai dalam 2 jam.
c) Fase deselerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan
9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.
3) Pemantauan kemajuan persalinan kala I dengan partograf.
1) Pengertian partograf.
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama
persalinan.Tujuan utama penggunaan partograf adalah
untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara
normal. Pengisisan partograf dimulai pada fase aktif
persalinan (pembukaan serviks 4 cm).
38

2) Kemajuan persalinan
Menurut (Ilmiah, Widia Shofa, 2015) hal yang diamati
pada kemajuan persalinan dalam menggunakan
partograf adalah:
(1) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks dinilai pada saat melakukan
pemeriksaan vagina dan ditandai dengan huruf (x).
garis waspada adalah sebua garis yang dimulai pada
saat pembukaan servik 4 cm hingga titik
pembukaan penuh yang diperkirakan dengan laju 1
cm per jam.
(2) Penurunan bagian terbawa janin
Metode perlimaan dapat mempermudah penilaian
terhadap turunnya kepala maka evaluasi penilaian
dilakukan setiap 4 jam melalui pemeriksaan luar
dengan perlimaan diatas simphisis, yaitu dengan
memakai 5 jari, sebelum dilakukan pemeriksaan
dalam. Bila kepada masih berada diatas PAP maka
masih dapat diraba dengan 5 jari (rapat) dicatat
dengan 5/5, pada angka 5 digaris vertikal sumbu X
pada partograf yang ditandai dengan “O”.
Selanjutnya pada kepala yang sudah turun maka
akan teraba sebagian kepala di atas simphisis (PAP)
oleh beberapa jari 4/5, 3/5, 2/5, yang pada partograf
turunnya kepala ditandai dengan “O” dan
dihubungkan dengan garis lurus (Marmi, 2012).
(3) Kontraksi uterus (His)
Persalinan yang berlangsung normal his akan terasa
makin lama makin kuat, dan frekuensinya
bertambah. Pengamatan his dilakukan tiap 1 jam
dalam fase laten dan tiap ½ jam pada fase aktif.
Frekuensi his diamati dalam 10 menit lama his
39

dihitung dalam detik dengan cara palpasi perut,


pada partograf jumlah his digambarkan dengan
kotak yang terdiri dari 5 kotak sesuai dengan
jumlah his dalam 10 menit. Lama his (duration)
digambarkan pada partograf berupa arsiran di dalam
kotak: (titik-titik) 20 menit, (garis-garis) 20-40
detik, (kotak dihitamkan) >40 detik (Marmi, 2012).
(4) Keadaan janin
(a) Denyut jantung janin
Denyut jantung janin dapat diperiksa setiap
setengah jam. Saat yang tepat untuk menilai
denyut jantung segera setelah his terlalu kuat
berlalu selama ± 1 menit, dan ibu dalam posisi
miring, yang diamati adalah frekuensi dalam
satu menit dan keterauran denyut jantung janin,
pada parograf denyut jantung janin dicatat
dibagian atas, ada penebalan garis pada angka
120 dan 160 yang menandakan batas normal
denyut jantung janin.
(b) Warna dan selaput ketuban
Nilai kondisi ketuban setiap kali melakukan
periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika
selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan
dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ
dengan menggunakan lambang-lambang
berikut ini:
40

Tabel 2.4 Lambang Warna dan Selaput


Ketuban
U Selaput ketuban masih utuh.
J Selaput ketuban sudah pecah dan air
ketuban jernih.
M Selaput ketuban sudah pecah dan air
ketuban bercampur meconium.
D Selaput ketuban sudah pecah dan air
ketuban bercampur darah.
K Air ketuban pecah tapi kering.
Sumber: Marni, 2012
(c) Moulage tulang kepala janin
Moulage berguna untuk memperkirakan
seberapa jauh kepala bisa menyesuaikan dengan
bagian keras panggul. Kode moulage yaitu:
Tabel 2.5 Kode Moulage
0 Tulang-tulang kepala janin terpisah,
sutura dapat dengan mudah dilepas.
1 Tulang-tulang kepala janin saling
bersentuhan
2 Tulang-tulang kepala janin saling
tumpang tindih tapi masih bisa
dipisahkan
3 Tulang-tulang kepala janin saling
tumpang tindih dan tidak bisa
dipisahkan.
Sumber: Marni, 2012
(5) Keadaan ibu
Waktu pencatatan kondisi ibu dan bayi pada fase
aktif adalah: DJJ setiap 30 menit, frekuensi dan
lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit, nadi
setiap 30 menit tandai dengan titik, pembukaan
serviks setiap 4 jam, penurunan tiap 4 jam tandai
dengan panah, tekanan darah setiap 4 jam, suhu
setiap 2 jam.
(6) Urine aseton, protein tiap 2-4 jam (catat setiap kali
berkemih)
3) Asuhan sayang ibu kala I
41

Menurut (Marmi, 2012) asuhan yang dapat diberikan


kepada ibu selama kala I, yaitu:
(1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ibu tampak
gelisah, ketakutan dan kesakitan.
(2) Berikan dukungan dan yakinkan dirinya.
(3) Berilah informasi mengenai proses kemajuan
persalinan.
(4) Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih
sensitif terhadap perasaannya.
(5) Jika ibu tersebut tampak gelisah dukungan atau
asuhan yang dapat diberikan.
(6) Lakukan perubahan posisi.
(a) Posisi sesuai dengan keinginan, tetapi jika ibu
di tempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur
miring ke kiri.
(b) Sarankan ibu untuk berjalan
(7) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau
ibunya) untuk memijat atau menggosok
punggungnya.
(8) Ibu di perbolehkan melakukan aktivitas sesuai
dengan kesanggupannya
(9) Ajarkan kepada ibu teknik bernafas.
(10) Menjaga hak perivasi ibu dalam persalinan.
(11) Menjelaskan kemajuan persalinan dan
perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan
dilakukan dan hasil pemeriksaan.
(12) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh
sekitar kemaluannya setelah buang air kecil dan
buang air besar.
(13) Berikan cukup minum untuk mencegah
dehidrasi.
42

(14) Sarankan ibu untuk berkemih sesering


mungkin.
b. Kala II Persalinan
Kala II persalinan dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung
2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
1) Adapun gejala dan gejala persalinan adalah:
a) Ibu merasa adanya dorongan ingin meneran
bersamaan dengan adanya kontraksi.
b) Ibu merasa adanya tekanan pada rectum/vagina.
c) Perineum menonjol
d) Vulva sfingter ani membuka.
2) Asuhan sayang ibu kala II
Menurut (Marmi, 2012) asuhan sayang ibu adalah asuhan
asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Asuhan sayang ibu dalam kala II yaitu:
a) Pendampingan keluarga
Selama proses persalinan berlangsung ibu
membutuhkan teman dan keluarga. Biasa dilakukan
oleh suami, orang tua atau kerabat yang disukai ibu.
Dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu
selama proses persalinan sangat membantu
mewujudkan persalinan lancar.
b) Libatkan keluarga
Keterlibatan keluarga dalam asuhan antara lain
membantu ibu berganti posisi, teman bicara,
melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan
dan minuman, membantu dalam mengatasi rasa nyeri
dengan memijat bagian lumbal atau pinggang
belakang.
43

c) KIE proses persalinan


Penolong persalinan memberi pengertian tentang
tahapan dan kemajuan persalinan atau kelahiran janin
pada ibu dan keluarga agar ibu tidak cemas
menghadapi persalinan, dan memberikan kesempatan
ibu untuk bertanya hal yang belum jelas sehingga kita
dapat memberikan informasi apa yang dialami oleh ibu
dan janinnya dalam hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan.
3) Dukungan psikologi
Dukungan psikologi dapat diberikan dengan bimbingan
dan menanyakan apakah ibu memerlukan pertolongan.
Berusaha menenangkan hati ibu dalam menghadapi dan
menjalani proses persalinan dengan rasa nyaman.
4) Membantu ibu memilih posisi
a) Posisi jongkok atau berdiri
Menurut (Marmi, 2012) Posisi jongkok memudahkan
penurunan kepala janin, memperluas rongga panggul
sebesar 28 persen lebih besar pada pintu bawah
panggul, memperkuat dorongan meneran.

Gambar 2.2 Posisi jongkok atau berdiri


Sumber: Marmi (2012)
Menurut (Ilmiah, Widia Shofa, 2015)
keuntungan posisi jongkok atau berdiri yaitu sebagai
berikut: membantu penurunan kepala, memperbesar
dorongan untuk meneran dan mengurangi rasa nyeri.
44

Kekurangan dari posisi jongkok atau berdiri


yaitu memberi cidera kepala bayi, posisi ini kurang
menguntungkan karena menyulitkan pemantauan
perkembangan pembukaan dan tindakan-tindakan
persalinan lainnya (Marmi, 2012).
b) Setengah duduk
Posisi ini posisi yang paling umum diterapkan
diberbagai Rumah Sakit di segenap penjuru tanah air,
pada posisi ini pasien duduk dengan punggung
bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke
arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu merasa
nyaman (Ilmiah, Widia Shofa, 2015).

Gambar 2.3 Posisi setengah duduk


Sumber: (Ilmiah, Widia Shofa, 2015)
Menurut (Ilmiah, Widia Shofa, 2015) keuntungan
dari posisi ini adalah sebagai berikut: memudahkan
melahirkan kepala bayi, membuat ibu nyaman dan
jika merasa lelah ibu bisa beristirahat dengan mudah.
c) Posisi berbaring miring ke kiri
Posisi berbaring miring ke kiri dapat mengurangi
penekanan pada vena cava inferior sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia karena
suplay oksigen tidak terganggu dapat memberi
suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapean dan
dapat pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan
lahir (Marmi, 2012).
45

Gambar 2.4 Posisi miring/lateral


Sumber: Marmi (2012)
Menurut (Ilmiah, Widia Shofa, 2015) Keuntungan
posisi berbaring miring ke kiri yaitu sebagai berikut:
memberi rasa santai pada ibu yang letih, memberi
oksigenasi yang baik bagi bayi dan membantu
mencegah terjadinya laserasi. Sedangkan
kekurangannya yaitu menyulitkan bidan dan dokter
untuk membantu proses persalinan karena letak
kepala bayi sulit dimonitor, dipegang maupun
diarahkan.
d) Posisi duduk
Posisi ini membantu penolong persalinan lebih leluasa
dalam membantu kelahiran kepala janin serta lebih
leluasa untuk dapat memperhatikan perineum (Marmi,
2012).

Gambar 2.5 Posisi Duduk


Sumber: Marmi (2012)
Menurut (Ilmiah, Widia Shofa, 2015) keuntungan
posisi duduk yaitu memberikan rasa nyaman bagi
ibu, memberikan kemudahan untuk istirahat saat
46

kontraksi, dan gaya gravitasi dapat membantu


mempercepat kelahiran.
e) Posisi merangkak
Menurut (Ilmiah, Widia Shofa, 2015) keuntungan
posisi merangkak yaitu mengurangi rasa nyeri
punggung saat persalinan, membantu bayi melakukan
rotasi, dan peregangan perineum lebih sedikit.
f) Cara meneran
Ibu dianjurkan meneran jika ada kontraksi atau
dorongan yang kuat dan adanya spontan keinginan
untuk meneran dan pada saat relaksasi ibu dianjurkan
untuk istirahat untuk mengantisipasi agar ibu tidak
kelelahan atau dan menghindari terjadinya resiko
afiksia (Ilmiah, Widia Shofa, 2015).
g) Pemberian nutrisi
Ibu bersalin perlu diperhatikan pemenuhan kebutuhan
cairan, elektrolit dan nutrisi. Hal ini untuk
mengantisipasi ibu mengalami dehidrasi. Dehidrasi
dapat berpengaruh pada gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit yang penting artinya dalam
menimbulkan kontraksi uterus (Ilmiah, Widia Shofa,
2015).
c. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit. Tanda-tanda pelepasan plasenta:
1) Perubahan ukuran dan bentuk uterus setelah lahirnya bayi.
2) Uterus menjadi bundar dan terdorong ke atas karena plasenta
terlepas dari segmen bawah rahim.
3) Tali pusat memanjang
4) Adanya semburan darah tiba-tiba.
47

Pada kala III persalinan dilakukan penanganan menajemen aktif


kala III yang terdiri dari:
1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah
bayi lahir.
2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
3) Melakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir.
d. Kala IV
Kala IV persalinan (kala pengawasan) dimulai setelah lahirnya
plasenta sampai 2 jam postpartum. Asuhan dan pemantauan yang
dilakukan pada kal IV adalah:
1) Masase uterus dan pantau kontraksi, tinggi fundus dan
kandung kemih.
2) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan,
suhu)
3) Pantau darah yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam
pertama dan 30 menit selama 1 jam kemudian. Perdarahan
dianggap normal jika jumlahnya tidak melebihi 500 cc.
4. Tanda-tanda Persalinan
a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat, yaitu:
1) Terjadi Linghtening.
Menjelang minggu ke-36, tanda primigravida terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk
pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi Brakton
His, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum
rotundum, dan gaya berat janin kepala kearah bawah.
2) Terjadinya His Permulaan.
Makin tua usia kehamilan, pengeluaran estrogen dan
progesteron semakin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi, yang lebih sering sebagai his palsu.
Sifat his palsu yaitu rasa nyeri ringan dibagian bawah yang
tidak teratur, durasinya pendek, dan tidak bertambah jika
beraktifitas.
48

b. Tanda-tanda inpatu
1) Terjadinya his persalinan.
2) Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (Show).
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Dilatasi dan effacement, yaitu terbukanya kanalis servikalis
secara berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement
adalah pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang
semula panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali,
sehingga tinggal hanya ostum yang tipis seperti kertas
(Oktarina, 2016).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut (JNPK-KR,
2017) adalah:
a. Power/tenaga yang mendorong anak
1) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.
His persalinan menyebabkan pendataran dan pembukaan
serviks. Terdiri dari his pembukaan, his pengeluaran dan
his pelepasanuri.
2) Tenaga mengejan
a) Kontraksi otot-otot dinding perut.
b) Kepala di dasar panggul merangsang mengejan
c) Paling efektif saat kontraksi/his
b. Passage (jalan lahir)
Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras (tulang-tulang
panggul dan sendi-sendinya) dan bagian lunak (otot-otot,
jaringan, dan ligamen).

Gambar 2.6 Passage (jalan lahir)


Sumber: JNPK-KR (2017)
49

Tulang-tulang panggul meliputi 2 tulang pangkal paha (ossa


coxae), 1 tulang kelakangan (ossa sacrum) dan 1 tulang
tungging (ossacoccygis).
1) Bentuk-bentuk panggul wanita:

Gambar 2.7 Bentuk-bentuk Panggul Wanita


Sumber: JNPK-KR (2017)
a) Platipeloid
Bentuk rongga panggul adalah oval, yang memipih
adalah dari diameter bagian depan ke belakang. Hal
ini dapat menyebabkan janin melewati panggul
dengan posisi kepala melintang.Bentukpanggul ini
berisiko membuat ketidakmajuan persalinan normal
melalui vagina.
b) Android
Sebenarnya bentuk ini merupakan tipikal panggul
laki-laki, yang mana ukuran rongga panggul kecil
dan bentuknya menyerupai simbol hati. Tulang
iscium menonjol dan lengkungan pubik sempit.
Bentuk panggul android juga berisiko membuat
ketidakmajuan persalinan normal melalui vagina.
c) Ginekoid
Ini adalah bentuk panggul yang paling umum dan
merupakan bentuk panggul terbaik yang sesuai
untuk melahirkan normal. Rongga dalamnya
berbentuk oval. Jarak dari sisi kanan ke sisi kiri
panggul lebih lebar dibandingkan dengan jarak dari
bagian depan ke belakang. Pada bentuk tulang
panggul ini, tulang iscium tumpul dan lengkungan
50

pubik cukup besar, yaitu sekitar 90° atau lebih


lebar.
d) Antropoid
Pada jenis panggul ini, rongga dalamnya berbentuk
oval, tetapi jarak antara sisi depan dan belakang
lebih lebar dibandingkan sisi kanan dan sisi kiri.
Dinding samping sejajar dan bagian belakang
cukup luas untuk menampung bagian belakang
kepala bayi. Hal ini mengakibatkan bayi lahir
menghadap keatas.
2) Bidang Hodge menurut (Marmi, 2012) antara lain sebagai
berikut:

Gambar 2.8 Bidang Hodge


Sumber: Marmi (2012)
Keterangan Hodge
a) Hodge I
Bidang datar yang melalui bagian atas symfisis dan
promotorium bidang ini dibentuk pada lingkaran
PAP.
b) Hode II
Bidang yang sejajar denganhodge I terletak setinggi
bagian bawah symfisis.
c) Hodge III
Bidang yang sejajardengan hodge I dan II terletak
setinggispina ischiadika kanan dan kiri
d) Hodge IV
Bidang yang sejajar dengan hodge I, II, III terletak
setinggi os coccygeus.
51

c. Passanger
Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir
dari faktor passanger adalah:
1) Presentase janin dan janin yang terletak pada bagian
depan jalanlahir, seperti presentase kepala (muka, dahi),
presentasi bokong (letak lutut atau letak kaki), dan
presentase bahu (letak lintang).
2) Sikap janin
Hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin
lainnya (badan), misalnya fleksi, defleksi.
3) Posisi janin
Hubungan bagian atau point penentu dari bagian terendah
janin dengan panggul ibu, dibagi dalam 3 unsur:
a) Sisi panggul ibu: kiri, kanan dan melintang.
b) Bagian terendah janin: oksiput, sacrum, dagu, scapula.
c) Bagian panggul ibu: depan, belakang.
4) Bentuk atau ukuran kepala janin menetukan kemampuan
kepala untuk melewati jalan lahir.
6. Perubahan dan Adaptasi Fisiologi Psikologi Pada Ibu Bersalin
a. Kala I
1) Perubahan dan adaptasi fisiologi:
a) Perubahan uterus
Kehamilan yang lanjut uterus terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu segmen atas rahim (SAR) yang dibentuk oleh
korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk
oleh istmusuteri. SAR memegang peranan yang aktif
karenaberkontraksi dan dindingnya bertambah tebal
dengan majunya persalinan. Sebaiknya segmen bawah
rahim (SBR) yang memegang peranan pasif makin tipis
dengan majunya persalinan karena meregang. Jadi
secara singkat SAR berkontraksi, menjadi tebal dan
mendorong anak keluar sedangkan SBR dan serviks
52

mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran yang


tipis dan teregang yang akan dilalui bayi (Ilmiah, Widia
Shofa, 2015).
b) Perubahan serviks
Menurut (Ilmiah, Widia Shofa, 2015) perubahan pada
serviks meliputi:
(1) Pendataran.
Pendataran adalah pemendekan dari kanalis
servikalis, yang semula berupa saluran yang
panjangnya beberapa millimeter sampai 3 cm,
menjadi satu lubang saja dengan tepi yang tipis.
(2) Pembukaan
Pembukaan adalah pembesaran dari ostium
eksternum yang semula berupa suatu lubang dengan
diameter beberapa millimeter menjadi lubang yang
dapat dilalui janin. Serviks dianggap membuka
lengkap setelah mencapai diameter 10 cm.
c) Perubahan kardiovaskuler
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi
dibandingkan selama periode persalinan atau sebelum
masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan
dalam metabolism yang terjadi selama persalinan.
Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaan
yang normal, meskipun normal perlu dikontrol secara
periode untuk mengidentifikasi adanya infeksi
(Kusmawati, 2013).
d) Perubahan tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai
peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg, pada waktu-
waktu diantara kontraksi tekanan darah kembali ke
tingkat sebelum persalinan dengan mengubah posisi
tubuh dari telentang ke posisi miring, perubahan tekanan
53

darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut


dan kekwatiran dapat semakin meningkatkan tekanan
darah (Marmi, 2012).
e) Perubahan nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai
peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama
titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah dari
pada frekuensi diantara kontraksi dan peningkatan
selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim
diantara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama
kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada
posisi miring bukan telentang. Frekuensi denyut nadi
diantara kontraksi sedikit lebih meningkat dibanding
selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi
selama persalinan.
f) Perubahan suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan
dan tertinggi selama dan segera setelah melahirkan.
Perubahan suhu dianggap normal bila peningkatan suhu
yang tidak lebih dari 0, 5 - 1ºC yang mencerminkan
peningkatan metabolisme selama persalinan.
g) Perubahan pernafasan
Peningkatan frekuensi pernapasan normal selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme
yang terjadi. Hiperventelasi yang menunjang adalah
temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis
(rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing).
h) Perubahan metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerobik
maupun anaerobik akan meningkat secara terus-
menerus. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh
54

kecemasan serta kegiatan otot tubuh. Kenaikan


metabolisme tercermin dengan kenaikan suhu badan,
denyut jantung, pernapasan, curah jantung, dan
kehilangan cairan. Kenaikan curah jantung serta
kehilangan cairan akan mempengaruhi fungsi ginjal
sehingga diperlukan perhatian dan tindakan untuk
mencegah terjadinya dehidrasi (Ilmiah, Widia Shofa,
2015).
i) Perubahan ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Mungkin
diakibatkan oleh curah jantung dan peningkatan filtrasi
glomerulus serta aliran plasma ginjal. Proteinuria yang
sedikit #1 dianggap normal dalam persalinan. Poliuria
menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena
posisi ini membuat aliran urin berkurang selama
persalinan (Ilmiah, Widia Shofa, 2015).
j) Perubahan pada gastrointestinal
Gerakan lambung dan penyerapan makanan padat secara
subtansial berkurang drastis selama persalinan. Selain
itu pengeluaran asam lambung berkurang, menyebabkan
aktivitas pencernaan hampir berhenti, dan pengosongan
lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak
berpengaruh dan meninggalkan lambung dalam tempo
yang biasa. Rasa mual dan muntah biasa terjadi sampai
berakhirnya kala I persalinan (Ilmiah, Widia Shofa,
2015).
k) Perubahan hematologi
Haemoglobin akan meningkat 1, 2 mg/100ml selama
persalinan dan kembali seperti sebelum persalinan pada
hari pertama postpartum jika tidak ada kehilangan darah
yang abnormal. Koagulasi darah akan berkurang dan
terjadipeningkatan plasma. Sel darah putih secara
55

progresif akan meningkat selama kala I persalinan


sebesar 5000 - 15.009 saat pembukaan lengkap (Ilmiah,
Widia Shofa, 2015).
2) Perubahan adaptasi psikologi kala I
Menurut (Ilmiah, Widia Shofa, 2015) perubahan dan adaptasi
psikologi kala I yaitu:
a) Fase laten
Pada fase ini, wanita mengalami emosi yang
bercampur aduk, wanita merasa gembira, bahagia dan
bebas karena kehamilan dan penantian yang panjang
akan segera berakhir, tetapi ia mempersiapkan diri
sekaligus memiliki kekhawatiran apa yang akan terjadi.
Secara umum ibu tidak terlalu merasa tidak nyaman
dan mampu menghadapi keadaan tersebut dengan baik.
Namun wanita yang tidak pernah mempersiapkan diri
terhadap apa yang akan terjadi.
Fase laten persalinan akan menjadi waktu
dimana ibu akan banyak berteriak dalam ketakutan
bahkan pada kontraksi yang paling ringan sekalipun
dan tampak tidak mampu mengatasinya seiring
frekuensi dan intensitas kontraksi meningkat, semakin
jelas bahwa ibu akan segera bersalin. Bagi wanita yang
telah banyak menderita menjelang akhir kehamilan dan
pada persalinan palsu, respon emosionalnya pada fase
laten persalinan kadang-kadang dramatis, perasaan
lega, relaksasi dan peningkatan kemampuan koping
tanpa memperhatikan tempat persalinan.
b) Fase aktif
Pada fase ini kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap dan ketakutan wanita pun meningkat. Pada saat
kontraksi semakin kuat, lebih lama, dan terjadi lebih
sering, semakin jelas baginya bahwa semua itu berada
56

diluar kendalinya. Dengan kenyataan ini wanita ingin


seseorang mendampinginya karena dia takut ditinggal
sendiri dan tidakmampu mengatasi kontraksi. Dia
mengalami sejumlah kemampuan dan ketakutan yang
tidak dapat dijelaskan.
c) Fase transisi
Pada fase ini biasanya ibu merasakan perasaan gelisah
yang mencolok, rasa tidak nyaman yang menyeluruh,
bingung, frustasi, emosi akibat keparahan kontraksi,
kesadaran terhadap martabat diri menurun drastis,
mudah marah, takut dan menolak hal-hal yang
ditawarkan padanya. Selain perubahan yang spesifik,
kondisi psikologis seorang wanita yang sedang
menjalani persalinan sangat bervariasi, tergantung
persiapan dan bimbingan antisipasi yang diterima,
dukungan yang ditterima dari pasangannya, orang dekat
lain, keluarga, dan pemberi perawatan, lingkungan
tempat wanita tersebut berada, dan apakah bayi yang
dikandung merupakan bayi yang diinginkan. Beberapa
keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan,
terutama pada ibu yang pertama kali bersalin yaitu:
3) Perasaan tidak enak dan kecemasan.
Biasanya perasaan cemas pada ibu saat akan bersalin
berkaitan dengan keadaan yang mungkin terjadi saat
persalinan, disertai rasa gugup.
4) Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang dihadapi Ibu
merasa ragu apakah dapat melalui proses persalinan secara
normal dan lancar.
5) Menganggap persalinan sebagai cobaan
Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya. Kadang ibu berpikir apakah tenaga kesehatan
akan bersabar apabila persalinan yang dijalani berjalan lama,
57

dan apakah tindakan yang akan dilakukan Jika tiba-tiba


terjadi sesuatu yang tidak dinginkan, misalnya tali pusat
melilit bayi.
6) Apakah bayi normal atau tidak
Biasanya ibu akan merasa cemas dan ingin segera
mengetahui keadaan bayinya apakah terlahir dengan
Sempurna atau tidak.
7) Apakah ibu sanggup merawat bayinya
Sebagai ibu baru atau muda biasanya ada pikiran yang
melintas apakah ia sanggup merawat dan bisa menjadi
Seorang ibu yang baik bagi anaknya.
b. Kala II
Adapun Perubahan fisiologi pada ibu bersalin kala II yaitu:
1) Kontraksi
Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai sifat tersendiri.
Kontraksi menimbulkan nyeri, merupakan satu-satunya
kontraksi normal muskulus, kontraksi ini dikendalikan oleh
saraf intrinsik, tidak disadari, tidak dapat diatur oleh ibu
bersalin, baik frekuensi maupun lama kontraksi.
2) Rasa sakit dari fundus merata ke seluruh uterus sampai
berlanjut ke punggung bawah.
Penyebab rasa nyeri belum diketahui secara pasti. Beberapa
penyebab antara lain: pada saat kontraksi terjadi kekurangan
O2 pada miometrium, penekanan ganglion saraf di serviks
dan uterus bagian bawa, peregangan serviks akibat dari
pelebaran serviks, peregangan peritoneum sebagai organ
yang menyelimuti uterus.
3) Pergeseran organ dalam panggul
Setelah pembukaaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi
perubahan, terutama pada dasar panggul yang di regangkan
oleh bagian depan janin, sehingga menjadi saluran yang
dinding-dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala
58

sampai di vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas dan


anus, menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak pada vulva (Ilmiah, Widia
Shofa, 2015).
4) Ekspulsi janin
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawa
simphisis dan menjadi hypomochlion untuk melahirkan bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjunya
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir
(Rukiyah, 2010).
c. Kala III
1) Fisiologi kala III
a) Pengertian
Kala III merupakan periode waktu dimana
penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran
bayi, penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan palsenta. Oleh
karena tempat perlekatan menjadi kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta menjadi
berlipat, menebal dan kemudian melepas dari dinding
uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian
bawah uterus atau vagina. Setelah bayi lahir uterus
masih mengadakan kontraksi yang mengakibatkan
penciutan permukaan kavumuteri tempat implantasi
plasenta. Uterusteraba keras, TFU setinggi pusat, proses
15-30 menit setelah bayi lahir, rahim akan berkontraksi
(terasa sakit). Rasa sakit ini biasanya menandakan
lepasnya plasenta dari perlekatannya di
rahim.Pelepasan ini biasanya disertai perdarahan baru
(Ilmiah, Widia Shofa, 2015).
59

b) Cara-cara pelepasan plasenta


(1) Pelepasan dimulai dari tengah (Schultze)
Plasenta lepas mulai dari tengah (sentral) atau dari
pinggir plasenta. Ditandai oleh makin panjang
keluarnya tali pusat dari vagina tanpa adanya
perdarahan pervaginam. Lebih bersar
kemungkinannya terjadi pada plasenta yang melekat
di fundus (Ilmiah, 2015).
(2) Pelepasan dimulai dari pinggir (Duncan)
Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal)
yang ditandai dengan adanya perdarahan dari
vagina apabila plasenta mulai terlepa. Umumnya
perdarahan tidak melebihi 400 ml. Beberapa prasat
untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat
implantasinya:
(a) Perasat kustner
Tangan kanan meregngkan atau menarik sedikit
tali pusat, tangan kiri menekan daerah di atas
simpisis. Bila tali pusat masuk kembali
kedalam vagina berarti plasenta belum lepas
dari dinding uterus.
(b) Perasat strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik
sedkit tali pusat, tangan kiri mengetok-ngetok
fundusuteri. Bila terasa getaran pada pada tali
pusat yang diregangkan, berarti plasenta belum
lepas dinding uterus.
(c) Prasat Klien
Wanita tersebut disuruh mengejan, tali pusat
tampak turun ke bawah. Bila pengejanannya
dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke
60

dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari


dinding uterus.
c) Tanda-tanda pelepasan plasenta Menurut (Ilmiah, 2015)
tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu:
(1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan
tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan pelepasan terdorong ke
bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah
pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
(2)Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar.
(3)Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh
gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah dalam ruang
diantara dinding uterus dan pemukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
d) Pendokumentasian kala III
Semua asuhan dan tindakan harus didokumetasikan
dengan baik dan benar. Pada pendokumentasian kala III
pencatatan dilakukan pada lembar belakang partograf.
Hal-hal yang dicatat adalah sebagai berikut (Ilmiah,
Widia Shofa, 2015).
e) Lama kala III
f) Pemberian Oksitosin berapa kali
g) Bagaimana penatalakasanaan PTT
h) Perdarahan
i) Kontraksi uterus
j) Adakah laserelasi jalan lahir
61

k) Vital sign ibu


l) Keadaan bayi baru lahir
d. Kala IV
1) Fisiologi kala IV
Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan
berakhir 2 jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling
kritis untuk mencegah kematian ibu, terutama kematian
disebabkan perdarahan. Selama kala IV, bidan harus
memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertam dan 30 menit
pada jam kedua setelah persalinan (Ilmiah, Widia Shofa,
2015).
a) Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus dapat ditemukan
ditengahtengah abdomen kurang lebih dua pertiga
sampai tiga seperempat antara simfisis pubis dan
umbilicus. Jika uterus ditemukan ditengah,
diatassimpisis, maka hal ini menandakan adanya darah
di kafum uteri dan butuh untuk ditekan dan
dikeluarkan. Uterus yang berada di atas umbilicus dan
bergeser paling umum ke kanan menandakan adanya
kandung kemih penuh, sehingga mengganggu
kontraksi uterus dan memungkinkan peningkatan
perdarahan. Jika pada saat ini ibu tidak dapat berkemih
secara spontan, maka sebaiknya dilakukan kateterisasi
untuk mencegah terjadinya perdarahan. Uterus yang
berkontraksi normal harus terasa keras ketika disentuh
atau diraba. Jika segmen atas uterus terasa keras saat
disentuh, tetapi terjadi perdarahan, maka pengkajian
segmen bawah uterus perlu dilakukan. Uterus yang
teraba lunak, longgar, tidak berkontraksi dengan baik,
hipotonik, dapat menajadi pertanda atoniauteri yang
62

merupakan penyebab utama perdarahan postpartum


(Marmi, 2012).
b) Serviks, vagina dan perineum
Segera setelah lahiran serviks bersifat patulous,
terkulai dan tebal, tepi anterior selam persalinan atau
setiap bagian serviks yang terperangkap akibat
penurunan kepala janin selama periode yang panjang,
tercermin pada peningkatan edema dan memar pada
area tersebut. Perineum yang menjadi kendur dan
tonus vagina juga tampil jaringan, dipengaruhi oleh
peregangan yang terjadi selama kala II persalinan.
Segera setelah bayi lahir tangan bisa masuk, tetapi
setelah 2 jam introitus vagina hanya bisa dimasuki dua
atau tiga jari (Marmi, 2012).
c) Tanda vital
Tekanan darah, nadi dan pernapasan harus kembali
stabil pada level prapersalinan selama jam pertama
pasca partum. Pemantauan takanan darah dan nadi
yang rutin selama interval ini merupakan satu sarana
mendeteksi syok akibat kehilangan darah berlebihan.
Sedangkan suhu tubuh ibu meningkat, tetapi biasanya
dibawah 380C. Namun jika intake cairan baik, suhu
tubuh dapat kembali normal dalam 2 jam pasca partum
(Marmi, 2012).
d) Sistem gastrointestinal
Rasa mual dan muntah selama masa persalinan akan
menghilang. Pertama ibu akan merasa haus dan lapar,
hal ini disebabkan karena proses persalinan yang
mengeluarkan atau memerlukan banyak energi
e) Sistem renal Urin yang tertahan menyebabkan
kandung kemih lebih membesar karena trauma yang
disebabkan oleh tekanan dan dorongan pada uretra
63

selama persalinan. Mempertahankan kandung krmih


wanita agar tetap kosong selama persalinan dapat
menurunkan trauma. Setelah melahirkan, kandung
kemih harus tetap kosong guna mencegah uterus
berubah posisi dan terjadi atonia. Uterus yang
berkontraksi dengan buruk meningkatkan risiko
perdarahan dan keparahan nyeri. Jika ibu belum bisa
berkemih maka lakukan kateterisasi (Marmi, 2014).
7. Deteksi/Penapisan Awal Ibu Bersalin (20 Penapisan)
Indikasi-indikasi untuk melakukan tindakan atau rujukan segera
selama persalinan (20 penapisan awal):
a. Riwayat sacio caesaria
b. Perdarahan pervaginam selain lendir dan darah
c. Persalinan kurang bulan (< 37 minggu)
d. Ketuban pecah dini disertai mekonium kental
e. Ketuban pecah lama (≥24 jam)
f. Ketuban pecah bercampur sedikit mekonium pada persalinan
kurang bulan
g. Ikterus
h. Anemia berat
i. Tanda gejala infeksi (suhu > 38°C, demam, menggigil, cairan
ketuban berbau)
j. Preeklampsi/Hypertensi dalam kehamilan.
k. Tinggi Fundus Uteri 40 cm atau lebih
l. Gawat janin (DJJ <100 atau >180)
m. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin
masih 5/5
n. Presentasi bukan belakang kepala
o. Presentasi majemuk
p. Kehamilan gameli
q. Tali pusat menumbung
r. Tanda dan gejala syok
64

s. Pada pemantauan fase aktif memanjang (melewati garis


waspada)
t. Kala II persalinan memanjang
8. Lima Benang Merah
Menurut Marmi (2012), Lima aspek dasar/lima benang merah
sangat penting dan saling terkait dalam persalinan yang bersih dan
aman. Kelima benang merah ini akan berlaku dari kala I hingga kala
IV termasuk penatalaksanaan BBL.
Aspek 5 benang merah dalam asuhan persalinan normal yang
harus diperhatikan oleh bidan adalah membuat keputusan klinik,
asuhan sayang ibu dan bayi, pencegahan infeksi, pencatatan/rekam
medis, rujukan.
a. Pengambilan keputusan klinik
Dalam keperawatan dikenal dengan proses keperawatan, para
bidan menggunakan proses serupa yang disebut sebagai proses
penatalksanaan kebidanan atau proses pengambilan keputusan
klinik. Proses ini memiliki beberapa tahap mulai dari
pengumpulan data, diagnosis, perencanaan dan
penatalaksanaan, serta evaluasi yang merupakan pola pikir yang
sistematis bagi para bidan selama memberikan asuhan
kebidanan khususnya dalam asuhan persalinan normal.
Keputusan klinik yang dibuat bidan sangat menentukan dalam
memastikan kelahiran yang aman. Dengan menggunakan proses
penatalaksanaan kebidanan atau langkah-langkah dalam
menejemen kebidanan yang benar, para bidan dapat secara
sistematis mengumpulkan data, menilai data, dan membuat
keputusan sehubungan dengan asuhan yang dibutuhkan pasien.
b. Aspek sayang ibu yang berarti sayang bayi
Asuhan sayang ibu dan bayi yang harus diperhatikan para bidan
yaitu:
1) Suami, saudara harus diperkenankan mendampingi ibu.
65

2) Standar persalinan yang besih harus selalu diperhatikan,


penolong persalinan harus bersikap sopan dan santun.
3) Penolong persalinan haus menerangkan pada ibu maupun
keluarga tentang proses persalinan, mendengar dan
memberi jawaban atas keluhan ibu, harus cukup
fleksibilitis dalam memberikan dan menentukan pilihan.
4) Kontak segera ibu dan bayi serta pemberian aisr susu ibu
harus dianjurkan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang
efektif, aman, nyaman, dan dapat diterima oleh ibu bersalin
maupun keluarganya.
Prinsip umum asuhan sayang ibu yang harus diikuti bidan
adalah:
a) Merawat ibu dengan penuh hormat.
b) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang
dikatakan ibu. Hormati pengetahuan dan pemahaman
mengenai tubuhnya, ingat bahwa mendengarkan sama
pentingnya dengan memberikan nasehat.
c) Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan
yang bermutu dan sopan
d) Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi
e) Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan
sebelum bidan melakukanya serta meminta ijin dulu.
f) Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu,
atau kepada siapa saja yang memerlukan informasi.
g) Selalu mendiskusikan rencana dan pilihan yang
sesuai dan tersedia bersama ibu
h) Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan
menemaninya selama persalinan, kelahiran dan pasca
salin.
i) Mengizinkan menggunakan posisi apa saja yang di
inginkan selama persalinan dan kelahiran.
66

j) Menghindari menggunakan tindakan medis yang


tidak perlu (episiotomy,pencukuran dan enema)
k) Memfasilitasi bounding attachment.
c. Aspek pencegahan infeksi
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke
orang atau dari peralatan atau sarana kesehatan ke orang dapat
dilakukan dengan meletakkan pengalang diantara
mikroorganisme dan individu. Penghalang ini diantaranya: cuci
tangan, pakai sarung tangan, penggunaan cairan antiseptik,
serta pemrosesan alat bekas (cuci bilas, dekontaminasi,
sterilisasi/DTT, pembuangan sampah). Dalam memberikan
asuhan yang bermutu tinggi, bidan harus melindungi pasien,
diri sendri, dan rekan kerja dari infeksi. Cara praktis, efektif,
dan ekonomis dalam melakukan pencegahan infeksi meliputi
mencuci tangan, dengan menggunakan pelindung, serta
pengolahan dan pembuangan sampah yang aman harus betul-
betul di ikuti oleh bidan Selama penatalaksanaan asuhan
kebidanan.
d. Aspek pencatatan (dokumentasi)
Dokumentasi kebidanan sangatlah penting. Dokumentasi
menyediakan catatan permanen tentang manajemen pasien,
dapat digunakan sebagai evaluasi untuk melihat apakah
perawatan sudah dilakukan dengan tepat, mengidentifikasi
kesenjangan yang ada, mempekuat hasil manajemen, sehingga
metode dapat dilanjutkan dan disosialisasikan ke orang lain.
Data dokumentasi juga dapat digunakan untuk penilitian atau
studi kasus dan sebagai data statistic.
9. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
Menurut IBI dalam Buku Acuan Midwery Update (2020) prosedur
persalinan normal adalah:
a. Mengenali tanda dan gejala kala II
67

1. Mendengarkan dan melihat adanya tanda-tanda persalinan


kala dua. Ibu merasa dorongan kuat untuk meneran, ibu
merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum/vaginanya, perineum menonjol, vulva, vagina dan
sfingter ani membuka.
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-
obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksanakan komplikasi ibu dan BBL. Untuk asfiksia
tempat datar dan keras. 2 kain dan 1 handuk bersih dan
kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh
bayi, menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi
serta ganjal bahu bayi, menyiapkan oksitosin 10 unit dan
alat suntik steril sekali pakai dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang
bersih.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang
digunakan, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril
untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Masukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi/steril.
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.
7. Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas
atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi.
Jika mulut vagina perineum anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan
cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas
68

atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar,


mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban masih utuh
saat pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci
tangan. Tutup kembali partus set.
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal dan semua
hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya dicatat pada
partograf
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses meneran.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan
untuk meneran, melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat kepada
ibu secara benar.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
meneran, jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang
kuat.
13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa
ingin meneran atau timbul kontraksi yang kuat.
Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan
efektif. Mendukung dan beri semangat pada saat meneran
69

dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.


Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman
sesuaipilihannya. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara
kontraksi. Menganjurkan keluarga untuk memberi
semangat pada ibu. Berikan cukup asupan cairan. Menilai
DJJ setiap kontraksi uterus selesai. Segera rujuk bila bayi
tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida) atau 1 jam
meneran (multigravida).
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
16. Meletakkan kain bersih yang diletakkan 1/3 bagian di
bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali
perlengkapan alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
f. Pertolongan untuk melahirkan bayi
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, tangan yang
lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk
meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi). Segera lanjutkan
proses kelahiran bayi.
21. Setelah kepala lahir, tunggu kepala melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
70

22. Setelah putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara


biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu anterior muncul di bawah arkuspubis dan
kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala
dan bahu belakang, tangan yang lain menelusuri dan
memegang lengan dan siku bayi bagian atas.
24. Setelah tubuh dan tangan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang
kedua mata kaki bayi, dengan hati-hati membantu
kelahiran bayi.
g. Penanganan bayi baru lahir
25. Melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat atau
bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak kesulitan.
Jika bayi tidak bernafas tidak menangis lakukan resusitasi.
26. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
lainnya (kecuali bagian tangan) tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang
kering. Memastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di
atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu
bayi yang lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda
(gemeli).
28. Memberitahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikkan
oksitosin 10 unit secara IM di 1/3 distal lateral paha.
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Gunakan jari
telunjuk dari jari tengah tangan yang lain untuk mendorong
71

isi tali pusat kearah ibu, dan klem tali pusat pada sekitar 2
cm distal dari klem pertama.
31. Melakukan pemotongan dan mengikat tali pusat, dengan
satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara
2 klem tersebut. Kemudian ikat tali pusat dengan benang
DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi
benangtersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci
pada sisi lainnya. Dan lepaskan klem dan masukan dalam
wadah yang telah disediakan.
32. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit
ibu-bayi. Meluruskan bahu bayi sehingga dada bayi
menempel di dada ibunya. Mengusahakan kepala bayi
berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah
dari putting susu atau aerola mamae ibu. Kemudian selimut
ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi. Biarkan bayi melakukan kontak kulit paling sedikit 1
jam.
h. Penatalaksanaan aktif persalinan kala II
33. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
34. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu
(diatas simpisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain
memegang klem untuk meregangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah
darsokranial (belakang atas) secara hati-hati (untuk
mencegah inversiouteri). Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.
72

36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus


kearah dinding depan uterus kearah dorsal diikuti dengan
pergeseran tali pusat kearah distal maka lanjutkan
dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti proses jalan lahir. Jika tali pusat bertambah
panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas
setelah 15 menit meregangkan tali pusat: Beri dosis ulang
oksitosin 10 unit IM. Lakukan kateterisasi jika kandung
kemih penuh. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
Ulangi peregangan tali pusat 15 menit berikutnya. Jika
plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau
bila terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan. Dan jika
selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan
jari-jari tangan atau klem DTT untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal.
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan
masase uterus, letakkan tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
i. Menilai perdarahan
39. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau
derajat 2 dan atau menimbulkan perdarahan. Bila ada
73

robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera


lakukan penjahitan.
40. Memeeriksa kedua sisa plasenta (maternal-fetal) pastikan
plasenta telah dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta
kedalam kantong plastik atau tempat khusus.
j. Melakukan prosedur pasca persalinan
41. Memastikan uterus berkontraksi baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42. Memastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan
ketetrisasi.
43. Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
ke dalam larutan klorin 0, 5%.
44. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
untuk menilai kontraksi.
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik.
46. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
47. Pantau keadaan ibu dan pastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60×/menit).
48. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh
dengan menggunakan air DTT. Membersihkan cairan
ketuban, lendir dan darah di ranjang atau disekitar ibu
berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
49. Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan
ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman
dan makanan yang diinginkan.
50. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0, 5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan
bilas peralatan setelah dekontaminasi.
51. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat
sampah yang sesuai.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5%.
74

53. Mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung


tangan ke dalam larutan klorin 0, 5% dan lepaskan secara
terbalik dan rendam, kemudian cuci tangan.
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
kemudian keringkan tangan dengan handuk bersih dan
kering.
55. Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan
salep mata, vitamin K1 (1 mg) intra muscular dipaha kiri
bawah lateral dalam 1 jam pertama.
56. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Memastikan
kondisi bayi baik (pernapasan normal 40-60×/menit dan
temperatur tubuh normal 36, 5 - 37, 5̊c) setiap 15 menit.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K memberikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan bawah lateral.
Meletakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-
waktu bisa disusukan.
58. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
rendam didalam larutan clorin 0, 5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
kemudian keringkan dengan handuk bersih dan kering.
60. Melengkapi partograf.
10. Laserasi Perineum
a. Pengertian
Robekan perineum adalah robekan yang terjadi pada garis
tengah dan meluas ketika bayi lahir baik secara spontan maupun
menggunakan alat atau tindakan. Laserasi bisa terjadi apabila
kepala janin terlalu cepat atau trauma saat persalinan. (Odi L.
Namangdjabar, 2021)
b. Jenis Laserasi
1) Derajat I: Robekan derajat satu mengenai mukosa vagina,
forset posterior, dan kulit perineum. Penjahitan dapat
dilakukan apabila perdarahannya dengan volume cukup
75

banyak, dan penjahitan dapat dilakukan dengan cara angka


delapan.
2) Derajat II: Robekan derajat kedua mengenai mukosa vagina,
forset posterior, kulit perineum dan otot perineum. Lakukan
penjahitan/heacting menggunakan teknik heacting perineum
disesuaikan dengan kondisi luka secara cepat.
3) Derajat III: Luka robekan mengenai mukosa vagina, forset
posterior, kulit perineum dan otot perineum, serta otot
sfingter ani eksternal.
4) Derajat IV: Luka robekan mengenai mukosa vagina, forset
posterior, kulit perineum dan otot perineum, serta otot
sfingter ani yang meluas mengenai rektum. Segera dirujuk.
c. Penjahitan Perium yaitu merupakan prosedur tindakan yang
dilakukan untuk merapatkan atau mendekatkan jaringan tubuh
dan mencegah terjadinya perdarahan hingga proses
penyembuhan luka terjadi.
1) Tujuan dilakukan penjahitan pada robekan perineum agar
jaringan tumbuh dapat menyatu kembali sehingga terjadi
proses penyembuhan, menghentikan perdarahan, dan
mengurangi timbulnya infeksi.
2) Jenis penjahitan perineum
Teknik penjahitan luka dapat dilakukan atau disesuaikan
berdasarkan kondisi luka, ada beberapa jenis dalam
penjahitan luka perineum, yaitu: jahitan terputus-putus,
jelujur, jelujur terkunci, dan subkutan.
76

2.1.4 Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi tersebut memerlukan
penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri
dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ektrauterin) dan toleransi
bagi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik (Marmi dan Rahardjo,
2015).
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37-42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram
(Manuaba, 2014).
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Ciri-ciri Bayi Baru Lahir normal adalah (Armini, 2017):
a. Umur kehamilan aterm atau cukup bulan antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2500-4000 gram
c. Panjang badan 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi jantung 120-160x/menit
h. Pernafasan ± 40-60x/menit
i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna
k. Kuku agak panjang dan lemas
l. Genetalia : perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora, laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
m. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
n. Refleks moro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
o. Refleks graps dan menggenggam sudah baik
77

p. Refleks rooting mencari putting susu dengan rangsangan taktil


pada pipi dan daerah mulut terbentuk dengan baik
q. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
3. Adaptasi bayi baru lahir
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus.
Beberapa perubahan fisiologis yang dialami bayi baru lahir, yaitu:
a. Sistem Pernapasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika
harus mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang
pertama kali. Pada umur kehamilan 34-36 minggu struktur
paru-paru matang, artinya paru-paru sudah bisa
mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin
mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.
Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru
bayi.
b. Sirkulasi Darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbillikalis
sebagian kehati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung,
kemudian kebilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa
melalui aorta keseluruh tubuh. Setalah bayi lahir, paru akan
berkembang mengakibatkan tekanan-tekanan arteriol dalam
paru menurun.
c. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang
dewasa sehingga metaboliesme basal per kg BB akan lebih
besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme
karbohidrat dan lemak.
78

d. Imunoglobulin
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan
alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri
dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau
meminimalkan infeksi.
e. Hati
Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera setelah lahir
masih dalam keadaan belum matang. Enzim hati belum aktif
benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada
neonatus juga belum sempurna.
4. Asuhan segera bayi baru lahir
Memberikan asuhan aman dan bersih segera setelah bayi baru lahir
merupakan bagian esensial dari asuhan pada bayi baru lahir seperti
jaga bayi tetap hangat, isap lendir dari mulut dan hidung bayi,
keringkan, pemantauan tanda bahaya, klem dan potong tali pusat,
IMD, pemberian suntikan vitamin K1 (I mg intramuscular), beri
salep mata, pemeriksaan fisik, imunisasi hepatitis B 0,5 ml
intramuskular.
a. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang
harus dilakukan pada bayi baru lahir karena BBL sangat rentan
terhadap infeksi. Pencegahan infeksi adalah sebagai berikut
(Marmi, 2012):
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
bayi.
2) Menggunakan sarung tangan bersih sebelum menangani
bayi yang belum dimandikan.
3) Memastikan semua peralatan, termasuk klem guntingdan
benang tali pusat telah di disinfeksi tingkat tinggi atau
steril.
79

4) Memastikan bahwa semua pakaian, handuk selimut serta


kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih.
5) Memastikan bahwa timbangan dan pita pengukur,
thermometer, stetoskop dan benda-benda lainnya akan
bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih.
6) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama
payudara dan mandi setiap hari.
7) Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir
dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
8) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi
dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci
tangan sebelumnya.
b. Penilaian segera setelah lahir
Segera setelah lahir, lakukan penilaian awal pada bayi baru
lahir:
1) Apakah bayi bernapas atau menangis kuat tanpa kesulian?
2) Apakah bayi bergerak aktif?
3) Bagaiaman warna kulit, apakah berwarna kemerahan
ataukah ada sianosis?
c. Upaya untuk mencegah kehilangan panas bayi
Kehilangan panas bayi dapat dihindarkan melalui:
1) Keringkan bayi secara seksama.
2) Selimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih,
kering dan hangat.
3) Tutup kepala bayi setiap saat dengan topi atau kain yang
bersih. Bagian kepala memiliki luas permukaan yang
relative luasan bayi akan cepat kehilangan panas jika
bagian tubuh tersebut tidak ditutup.
4) Anjurkan ibu agar memeluk bayinya untuk dapat
menyusui dini
5) Jangan segera menimbang atau memandikan BBL karena
BBL cepat mudah kehilangan panas dari tubuhnya
80

terutama jika tidak berpakaian, sebelum melakukan


penimbangan terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering.
6) Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir
7) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
8) Rangsangan taktil.
d. Membebaskan jalan nafas
Apabila BBL lahir tidak langsung menangis, penolong segera
bersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut (Marmi dan
Rahrdjo, 2015):
1) Letakkan bayi terlentang ditempat yang datar dan keras
serta hangat.
2) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu
sehingga leher bayi lebih lurus.
3) Bersihkan mulut, rongga hidung, dan tenggorokan bayi
dengan tangan yang dibungkus kassa steril.
4) Tepuk kedua telapak kai bayi sebanyak 2-3x atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar.
5) Alat penghisap lendir mulut dee lee atau alat penghisap
lainnya yang steril, tabung oksigen yang selangnya sudah
ditempat.
6) Segera lakukan usaha menghisap dari mulut dan hidung.
7) Memantau dan mencatat usaha napas yang pertama
(Apgar Score).
Perhatikan warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam
hidung atau mulut
e. Merawat tali pusat
Menurut Marmi dan Rahardjo, 2015, Cara perawatan tali pusat
adalah sebagai berikut:
1) Hindari pembungkusan tali pusat.
2) Jangan oleskan zat apapun atau salep apapun ke tali pusat.
81

3) Memberi nasehat kepada ibu dan keluarga sebelum


meninggalkan bayi.
4) Lipat popok dibawah tali pusat.
5) Jika putung tali pusat kotor cuci secara hati-hati dengan
air matang.
6) Jelaskan pada ibu bahwa ibu harus mencari bantuan
perawatan jika pusar merah atau mengeluarkan nanah
atau darah.
7) Jika pusar menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau
darah, segera rujuk bayi kefasilitas kesehatan yang
memadai.
f. Inisiasi menyusu dini
Langkah inisiasi menyusu dini (Marmi dan Rahardjo, 2015):
1) Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan
bayi yang baru lahir didada ibunya dengan membiarkan
bayi tetap merayap untuk menemukan putting ibu. IMD
harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda
dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi.
2) Tahapannya adalah setelah bayi diletakkan dia akan
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, maka
kemungkinan saat itu bayi belum bereaksi. Kemudian
berdasarkan bau yang ada ditangannya ini membantu dia
menemukan putting susu ibu. Bayi akan menjilati kulit
ibunya yang mempunyai bakteri baik sehingga kekebalan
tubuh dapat bertambah.
3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan
kepada BBL setelah IMD selesai dilakukan. Prosedur
tersebut misalnya menimbang, pemberian vitamin K,
imunisasi dan lain-lain.
g. Memberikan vitamin K
Bayi baru lahir membutuhkan vitamin K karena bayi baru lahir
sangat rentan mengalami defisiensi vitamin K. Ketika bayi
82

baru lahir, proses pembekuan darah (koagulan) menurun


dengan cepat dan mencapai titik terendah pada usia 48–72 jam.
Salah satu penyebabnya adalah karena dalam uterus plasenta
tidak siap menghantarkan lemak dengan baik. Selain itu
saluran cerna bayi baru lahir masih steril, sehingga tidak dapat
menghasilkan vitamin K yang berasal dari flora di usus.
Asupan vitamin K dalam susu atau ASI pun biasanya rendah.
Itu sebabnya bayi baru lahir perlu diberi vitamin K injeksi 1
mg intramuskular maksimal 1 jam setelah bayi lahir.
Manfaatnya adalah untuk mencegah pendarahan bayi baru lahir
akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian
bayi baru lahir (Marmi dan Rahardjo, 2015).
h. Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamida perlu
diberikan obat mata pada jam pertama persalinan yaitu
pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
sedangkan salep mata biasanya diberikan bersamaan dengan
vitamin K setelah bayi lahir. Perawatan mata harus segera
dilaksanakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai
dengan perawatan tali pusat (Marmi dan Rahardjo, 2015).
i. Pemberian imunisasi BBL
Setelah pemberian injeksi vitamin K bayi juga diberikan
imunisasi hepatitis B yang bermanfaat untuk mencegah infeksi
hepatitis B terhadap bayi terutama jalur penularan ibu.
Imunisasi hepatitis B diberikan 1 jam setelah pemberian
vitamin K (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Adapun jadwal imunisasi neonatus atau bayi muda adalah
sebagai berikut:
83

Tabel 2.6 Jadwal Pemberian Imunisasi Bayi Baru Lahir Di


RS/Praktek Bidan
Usia Vaksin Tempat
0 bulan HB0 Bidan/RS
1 bulan BCG, Polio 1 Bidan/RS
2 bulan DPT/HB Combo1, Polio 2 Bidan/RS
3 bulan DPT/HB Combo2, Polio 3 Bidan/RS
4 bulan DPT/HB Combo, Polio 4 Bidan/RS
9 bulan Campak Bidan/RS
Sumber: IDAI, 2020

2.1.5 Nifas
1. Pengertian masa nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah lahirnya plasenta
hingga organ reproduksi khususnya alat-alat kandungan kembali
pulih seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau disebut
puerperium dimulai sejak 2 (dua) jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Postpartum adalah masa setelah melahirkan hingga pulihnya
rahim dan organ kewanitaan yang umumnya diiringi dengan
keluarnya darah nifas, lamanya periode postpartum yaitu sekitar 6-8
minggu. Selain terjadinya perubahan-perubahan tubuh, pada periode
postpartum juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi
psikologis (Erni Hernawati & Lia Kamila, 2017).
2. Tujuan masa nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi secara fisik maupun psikologis.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif.
c. Melakukan deteksi dini terhadap masalah.
d. Mengobati atau merujuk merujuk jika terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya.
e. Men-support dan memperkuat keyakinan diri ibu sehingga ibu
mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga maupun
budaya yang khusus yang ada pada keluarga.
84

f. Memberikan penyuluhan tentang perawatan kesehatan diri,


nutrisi, keluarag berencana, laktasi, jadwal pemberian imunisasi
dan manfaat imunisasi, serta perawatan bayi.
g. Memberikan pelayanan keluarga berencana atau kontrasepsi.
h. Mempercepat proses involusi (pengecilan) alat kandungan.
i. Melancarkan fungsi gastrotestional atau perkemihan.
j. Melancarkan pengeluaran lochea.
k. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi hati dan pengeluaran sisa metabolisme.
3. Tahap masa nifas
Menurut (Erni Hernawati & Lia Kamila, 2017) masa nifas terbagi
menjadi 3 tahapan, yaitu:
a. Puerperium Dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri
dan berjalan-jalan. Puerperium dini merupakan masa kepulihan.
Pada saat ini ibu sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
b. Puerperium Intermedial
Suatu masa dimana kepilihan dari organ-organ reproduksi
selam kurang lebih 6 minggu. Puerperium intermedial
merupakan masa kepulihan ala-alat genetalia secara
menyuluruh yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau
waktu persalinan mengalami komplikasi. Remote puerpartum
merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat
berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan.
85

4. Kebijakan program nasional masa nifas


Berdasarkan program dan kebijakan teknik masa nifas, paling sedikit
dilakukan empat kali kunjungan masa nifas, menurut Kementrian
Kesehatan RI buku kesehatan ibu dan anak tahun 2020 menyebutkan
paling sedikit tiga kali kunjungan, dengan tujuan yaitu:
a. Memelihara kondisi kesehatan ibu maupun bayi.
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan baik ibu maupun bayi.
c. Mendeteksi kemungkinan adanya komplikasi atau masalah
yang terjadi pada masa nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul yang dapat
mengganggu kesehatan ibu dan bayi.
Kunjungan masa nifas terdiri dari:
1) Kunjungan I (pertama) (6-8 jam setelah persalinan)
Tujuan Kunjungan:
a) Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas misalnya
atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain terjadinya
perdarahan dan akan segera merujuk jika perdarahan
berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas
disebabkan atonia uteri.
d) Memberikan ASI secara terus menerus kepada bayi.
e) Menciptakan bounding attacment atau hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir serta hubungan bayi dengan ayah
serta keluarga.
f) Menjaga dan mencegah hipotermia pada bayi.
2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Tujuan Kunjungan:
a) Memastikan involusi (pengecilan) uterus berjalan normal
yaitu uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,
86

tidak ada perdarahan abnormal dan memastikan loshea


norrmal.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d) Memastikan ibu dapat menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e) Memberika konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi
sehari-hari.
3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Sama seperti asuhan pada 6 hari setelah persalinan.
4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuan Kunjungan:
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
dialami begitu pula dengan bayinya.
b) Memberikan konseling untuk kontrasepsi secara dini.
5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan sistem reproduksi, yaitu:
1) Involusi uterus.
Involusi uterus atau pengecilan uterus merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
a) Iskemia miometrium.
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
sehingga membuat uterus menjadi relative anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
b) Atrofi jaringan.
Terjadi sebagai reaksi penghentian hormone estrogen
saat pelepasan plasenta.
87

c) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteotik akan
memendekan jaringan otot yang telah mengendur
sehingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil
dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi
selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena
penurunan hormone estrogen dan progesterone.
d) Efek oksitosin.
Kontraksi dan retraksi otot uterus disebabkan oleh
hormon oksitosin, sehingga akan menekan pembuluh
darah dan mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.
Perubahan ukuran normal pada uterus selama masa
nifas adalah:
Tabel 2.7 Involusi Uterus
Involus TFU Berat Diameter
Uterus Uterus Uterus
Plasenta Setinggi Pusat 1000 gram 12,5 cm
Lahir
2 minggu Pertengahan 500 gram 7,5 cm
pusat dan
simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
(minggu 2)
6 minggu normal 60 gram 2,5 cm
Sumber: Erni Hernawati, 2017
2) Lochia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua
yang mati akan keluar bersama dengan sisa-sisa cairan.
Pencampuran antara darah dan desidua inilah yang
dinamakan lochia. Lokia merupakan pengeluaran cairan
pada uterus selama masa nifas berlangsung dan
88

mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme


berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis
(anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda-beda setiap wanita. Tahapan pengeluaran likoa
terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a) Lochea Rubra(cruenta)
Waktu 1-3 hari,berwarna merah kehitaman,terdiri
dari sel desidua, verniks, caseosa, rambut lanugo,
sisa mekonium dan sisa darah.
b) Lochea Sanguinolenta
Waktu 3-7 hari,berwarna merah kekuningan,berisi
sisa darah bercampur lendir.
c) Lochea Serosa
Waktu 8-14 hari,berwarna kekuningan atau
kecoklatan,lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum,juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi
plasenta.
d) Loceia Alba
Waktu > 14 berwarnah putih, mengandung
leokosit,selaput lendir seriks dan serabut mati.
3) Vulva dan perineum
Selama proses persalinan vulva, vagina dan perineum
mengalami penekanan dan peregangan, setelah beberapa
hari persalinan kedua organ ini akan kembali dalam
keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu
ketiga. Ukuran vagina akan selalu lebih besar
dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum terjadi pada saat perineum
mengalami robekan. Robekan secara spontan ataupun
mengalami episiotomi dengan indikasi tertentu. Meski
demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan
89

tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga


tingkat tertentu.
b. Perubahan sistem pencernaan
Sistem gastreotinal selama hamil dipengaruhi oleh tingginya
kadar progesterone yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah, dan melambatkan
kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesterone
juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan 3-
4 hari untuk kembali normal.
c. Perubahan sistem perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid yang
berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada
pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan
peenurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam
waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah
yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 - 36 jam sesudah
melahirkan.
d. Perubahan sistem muskuloskelektal
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur
kehamilan semakin bertambah, adaptasinya mencakup:
peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran
rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post
partum system musculoskeletal akan berangsur-angsur pulih
kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan,
untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat
involusi uteri.
e. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20c. Setelah
melahirkan, suhu tubuh dapat naik ± 0,50c dari keadaan
normal tetapi tidak melebihi 80c. Setelah 2 jam pertama
90

melahirkan, suhu badan akan kembali normal. Bila suhu


lebih dari 380c, kemungkinan terjadi infeksi pada ibu.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali
permenit. Setelah melahirkan denyut nadi dapat menjadi
lambat ataupun lebih cepat. Jika denyut nadi yang
melebihi 100 kali per menit, harus waspada
kemungkinan terjadi infeksi atau perdarahan postpartum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sitolik antara 90 -
120 mmHg dan distolik 60-80 mmHg. Setelah
melahirkan, tekanan darah biasanya tidak berubah. Jika
perubahan tekanan darah lebih rendah pasca melahirkan
bisa disebabkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan
darah tinggi pada postpartum merupakan tanda terjadinya
pre eklampsia postpartum.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah
16 samapi 20 kali permenit. Pada ibu postpartum
umumnya bernafas lambat dikarenakan ibu dalam tahap
pemulihan atau dalam kondidi istirahat. Keadaan
bernafas selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, perrnafasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
kusus pada saluran nafas. Bila bernpas lebih cepat pada
postpartum kemungkinan ada tanda-tanda syok.
f. Perubahan Fisiologis Pada Sistem Kardiovaskuler
Menurut Maritalia (2014) setelah janin dilahirkan,
hubungan sirkulasi darah tersebut akan terputus sehingga
volume darah ibu relatif akan meningkat. Keadaan ini terjadi
secara cepat dan mengakibatkan beban kerja jantung sedikit
meningkat. Namun hal tersebut segera diatasi oleh sistem
91

homeostatis tubuh dengan mekanisme kompensasi berupa


timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah akan
kembali normal. Biasanya ini terjadi sekitar 1 sampai 2 minggu
setelah melahirkan.
Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar
300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan
seksio sesar menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi
terdiri dari volume darah dan heokonsentrasi. Pada persalinan
pervaginam, hemokonsentrasi cenderung naik dan pada
persalinan seksio sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan
kembali normal setelah 4-6 minggu (Erni Hernawati, 2017).
g. Perubahan sistem hematologi
Menurut Nugroho (2014) pada hari pertama
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas
sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Jumlah
leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama post
partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai
25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit
dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah,
volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih
200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml
dan selama sisa nifas berkisar 500 ml.
h. Perubahan sistem endokrin
Selama masa kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses
tersebut, antara lain (Erni Hernawati, 2017):
92

1) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone
yang diproduksi oleh plasenta. Hormone plasenta menurun
dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormone
plasenta (human placenta lactogen) menyebabkan kadar
gula darah menurun pada masa nifas. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam sehingga hari ke 7 postpartum
dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke 3
postpartum.
2) Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan
LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada
wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.
Hormone prolaktin berperan dalam peembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat
pada fase konsentrasi folikel pada minggu ke 3 dan LH
tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3) Hipotalamik pituitary ovarium
Hopotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi
lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang
menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita
menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca
salin berkisar 16 persen dan 45 persen setelah 12 minggu
pasca salin. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui,
akan mendapatkan menstruasi berkisar 40 persen setelah 6
minggu pasca melahirkan dan 90 persen setelah 24 minggu.
4) Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang, berkerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara. Selama tahap ke 3 persalinan, hormon oksitosin
beerperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
93

kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi


dapat merangsang produksi ASI dan ekresi oksitosin,
sehingga dapat membantu involusi uteri.
5) Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah selama kehamilan, akan meningkat. Hormon
estrogen yang tinggi memperbeesar hormone anti diuretic
yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan
hormone progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh
darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus,
dinding vena, dasar panggul, perineum serta vulva dan
vagina.
6. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
a. Adaptasi Psikologis Normal
Pada periode ini kecemasan wanita dapat bertambah.
Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan.
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam adaptasi masa nifas
adalah sebagai berikut. Fungsi menjadi orangtua, respon dan
dukungan dari keluarga, riwayat dan pengalaman kehamilan
serta persalinan, harapan keinginan dan aspirasi saat hamil dan
melahirkan (Erni Hernawati, 2017). Fase-fase yang akan
dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1) Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang
berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan. Ibu terfokus
pada dirinya sendiri, sehingga cendrung pasif terhadap
lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara
lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur,
kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini
94

adalah istirahat cukup, komunikasi dan asupan nutrisi


yang baik.
2) Fase taking hold
Dalam fase ini mulai belajar untuk melakukan perawatan
terhadap bayi dan dirinya. Keluarga akan memberikan
dukungan dan komunikasi yang baik agar ibu merasa
mampu melewati fase ini. Periode ini biasanya
berlangsung pada hari ke 3-10.
3) Fase letting go
Fase ini adalah fase menerima tanggungjawab akan
peran barunya sebagai ibu. Mampu melakukan
perawatan dan dan menyesuaikan diri dan bayinya secara
mandiri. Periode ini terjadi setelah hari ke-10
postpartum.
b. Adapatasi Psikologis yang memerlukan Rujukan
1) Post partum blues
Keadaan ini adalah keadaan dimana ibu merasa
sedih dengan bayinya. Penyebabnya antara lain:
Perubahan perasaan saat hamil, perubahan fisik dan
emosional, perubahan yang ibu alami akan kembali
secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran
barunya. Gejala baby blues antara lain: Menangis,
perubahan perasaan, cemas, kesepian, khawatir dengan
bayinya, penurunan libido, kurang percaya diri.
Adapun gejala dari depresi postpartum antara
lain: Sering menangis, sulit tidur, nafsu makan hilang,
gelisah, perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol,
cemas atau kurang perhatian pada bayi, tidak menyukai
atau takut menyentuh bayi, pikiran menakutkan
mengenai bayi, kurang perhatian terhadap penampilan
dirinya sendiri, perasaan bersalah dan putus harapan
(hopeless), penurunan atau peningkatan berat badan,
95

gejala fisik, seperti sulit nafas atau perasaan berdebar-


debar
2) Postpartum psikologi
Postpartum psikologis adalah depresi yang
terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah
melahirkan. Meskipun psikosis pada masa nifas
merupakan sindrom pasca partum yang sangat jarang
terjadi, hal itu dianggap sebagai gangguan jiwa paling
berat dan dramatis yang terjadi pada periode
pascapartum.
Gejala postpartum psikologis meliputi
perubahan suasana hati, perilaku yang tidak rasional
ketakutan dan kebingungan karena ibu kehilangan kontak
realitas secara cepat. Saran kepada penderita yaitu
beristirahat cukup, mengkonsumsi makanan dengan gizi
yang seimbang, bergabung dengan orang–orang yang
baru, berbagi cerita dengan orang yang terdekat, bersikap
fleksibel (Maritalia, 2014).
7. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
Menurut Erni Hernawati, (2017) kebutuhan dasar masa nifas adalah:
a. Nutrisi
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan
kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta
untuk memenuhi produksi air susu.
b. Kalori
Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori.
Wanita dewasa memerlukan 1800 kalori per hari. Sebaliknya
ibu nifas jangan mengurangi kebutuhan kalori, karena akan
megganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI
rusak.
96

c. Kalsim dan vitamin D


Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang
dan gigi, kebutuhan kalsium dan vitamin D di dapat dari
minum susu rendah kalori atau berjamur di pagi hari.
Konsumsi kalsium pada masa menyusui meningkat menjadi 5
porsi per hari. Satu setara dengan 50-60 gram keju, satu
cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan
sarden, atau 280 gram tahu.
d. Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk emmbantu gerak otot,
fungsi syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan magnesium
didapat pada gandum dan kacang-kacangan.
e. Sayuran hijau dan buah
Kebutuhan yang diperlukan setidaknya tiga porsi sehari. Satu
porsi setara dengan 1/8 semangka, ¼ mangga, ¾ cangkir
brokoli, ½ wortel, ¼- ½ cangkir sayuran hijau yang telah
dimasak, satu tomat.
f. Karbohidrat
Selama menyusui, kebutuhan karboidrat kompleks diperlukan
enam porsi perhari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼
cangkir jagung pipi, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari
bijian utuh, ½ kue maffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering
atau crackers, ½ cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang
koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh.
g. Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak orang dewasa adalah 41/2 porsi
lemak (14 gram porsi) perharinya. Satu porsi lemak sama
dengan 80 gram keju, tiga sendok makan kacang tanah atau
kenari, empat sendok makan krim, secangkir es krim, ½ buah
alpukat, 2 sendok makan selai kacang, 120-140 gram daging
tanpa lemak, Sembilan kentang goreng, 2 iris cake, satu sendok
makan mayones atau mentega, atau 2 sendok makan salad.
97

h. Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan.
Hindari makanan asin.
i. Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3
liter tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih,
sari buah, susu dan sup.
j. Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan.
Vitamin yang diperlukan antara lain: Vitamin A yang berguna
bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat
dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1.300
mcg, Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan
meningkatkan fungsi syaraf. Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0
mg per hari. Vitain B6 dapat ditemui dari daging, hati, padi-
padian, kacang polong dan kentang; Vitamin E berfungsi
sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya tahan
tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan,
minyak nabati dan gandum.
k. Zinc (seng)
Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuh luka dan
pertumbuhan. Kebutuhan zinc didapat dalam daging, telur dan
gandum. Enzim dalam pencernaan ddan metabolisme
memerlukan seng. Kebutuhan seng setiap hari sekitar 12 mg.
sumber seng terdapat pada seafood, hati dan daging.
l. DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi,
asupan DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI.
Sumber DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan.
m. Ambulasi
Setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu
harus istirahat. Mobilisasi yang akan dilakukan pada
98

komplikasi persalinan, nifas dan sembuhannya luka. Ambulasi


dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu
melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat
tidurnya. Ibu postpartum diperbolehkan bangun dari tempat
tidurnya 24-48 jam setelah melahirkan.
n. Eliminasi
1) Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya.
Miksi normal bila dapat BAK spontan seetiap 3-4 jam.
Kesulitan BAK dapat disebabkan karena sfingter uretra
tertekan oleh kepala janin dan spesmen oleh iritasi
muskulo spingter ani selama persalinan. Lakukan
keteterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit
berkemih.
2) Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari postpartum.
Apabila mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur,
cukup cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga,
berikan obat perangsang per oral/rektal atau lakukan
klisma bilamana perlu.
o. Kebersihan diri atau perineum
Kebersihan diri berguna mengurangi infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh,
pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang
dpat dilakukan ibu postpartum dalam menjaga kebersihan diri,
adalah sebagai berikut mandi teratur minimal 2 kali sehari,
mengganti pakaian dan alas tempat tidur, menjaga lingkungan
sekitar tempat tinggal, melakukan perawatan perineum,
mengganti pembalut minimal 2 kali sehari, mencuci tangan
setiap membersihkan daerah genitalia.
99

p. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam
pada siang hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam
memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain anjurkan ibu
untuk cukup istirahat, sarankan ibu untuk melakukan kegiatan
rumah tangga secara perlahan, tidur siang atau istirahat saat
bayi tidur, kurang istirahat dapat menyebabkan jumlah ASI
berkurang, memperlambat proses involusi uteri, menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi.
q. Seksual
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti.
Namun demikian hubungan seksual dilakukan tergantung
suami istri tersebut. Selama periode nifas, hubungan seksual
juga dapat berkurang. Hal yang dapat menyebabkan pola
seksual selama masa nifas berkurang antara lain: Gangguan
atau ketidaknyamanan fisik, kelelahan, ketidakseimbangan
berlebihan hormon, kecemasan berlebihan.
Program Keluarga Berencana sebaiknya dilakukan ibu
setelah masa nifas selesai atau 40 hari (6 minggu), dengan
tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat melakukan hubungan
seksual sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi,
dipareuni, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri.
Beberapa cara yang dapat mengatasi kemesraan suami istri
setelah periode nifas antara lain (hindari menyebut ayah dan
ibu, mencari pengasuh bayi, membantu kesibukan istri,
menyempatkan berkencan, meyakinkan diri, bersikap terbuka
dan konsultasi dengan ahlinya.
r. Latihan atau senam nifas
Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti
semula sekitar 6 minggu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
latihan senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakukan
100

sejak hari pertama melahirkan sampai dengani kesepuluh.


Beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai
senam nifas antara lain: Tingkat keberuntungan tubuh ibu,
riwayat persalinan, kemudahan bayi dalam pemberian asuhan,
kesulitan adaptasi postpartum.
Tujuan senam nifas adalah sebagai berikut membantu
mempercepat pemulihan kondisi ibu, mempercepat proses
involusi uteri, membantu memulihkan dan mengencangkan
otot panggul, perut dan perineum, memperlancar pengeluaran
lochea, membantu mengurangi rasa sakit, merelaksasikan otot-
otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan,
mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas.
Manfaat senam nifas antara lain: Membantu
memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dengan
punggung pasca salin, memperbaiki dan memperkuat otot
panggul, membantu ibu lebih relaks dan segar pasca
persalinan.
8. Tanda Bahaya Dalam Masa Nifas
Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya
bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila
tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu
(Dewi, 2014). Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut:
a. Perdarahan Post Partum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600
ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Menurut waktu
terjadinya dibagi atas 2 bagian:
1) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum
Hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak
lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio
placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak
dalam 2 jam pertama.
101

2) Perdarahan postpartum sekunder (Late Post Partum


Hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi
antara hari ke 5 sampai 15 postpartum. Penyebab utama
adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta.
Perdarahan postpartum merupakan penyebab penting
kematian maternal khususnya di negara berkembang.
Faktor-faktor penyebab perdarahan postpartum adalah:
a) Grandemultipara
b) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
c) Persalinan yang di lakukan dengan tindakan
pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan
persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan
paksa, persalinan dengan narkoba.
b. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina
dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari
pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau
anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya placenta).
Apabila pengeluaran lochea lebih lama kemungkinan adanya:
1) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi
uterus yang kurang baik.
2) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea
rubra lebih banyak karena kontraksi uterus dengan cepat.
3) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik
sehingga lebih lama mengeluarkan lochea dan lochea
berbau anyir atau amis.
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri
perut bagian bawah kemungkinan diagnosisnya adalah metritis.
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang
merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses
pelvik, peritonitis, syok septik.
102

c. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)


Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi
rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin,
menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini
kurang baik atau terganggu disebut sub-involusi. Faktor
penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus,
endometritis, adanya mioma uteri.
Pada pemeriksaan bimanual ditemukan uterus lebih
besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi,
lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula
perdarahan. Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi
Methergin setiap hari ditambah dengan Ergometrin per oral.
Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan Antibiotika
sebagai pelindung infeksi.
d. Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan
komplikasi nifas seperti peritonitis. Peritonitis adalah
peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena
infeksi.
e. Suhu Tubuh Ibu > 38ºC
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit
baik antara 37,20C-37,8ºC oleh karena reabsorbsi benda-benda
dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut
demam reabsorbsi, hal itu adalah normal. Namun apabila
terjadi peningkatan melebihi 38ºC berturut-turut selama 2 hari
kemungkinan terjadi infeksi.
f. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan.
g. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
h. Rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak
badan.
103

i. Payudara yang memerah, panas, dan/atau sakit.


j. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
k. Tromboflebitis.
l. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri
atau bayi.
m. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah.

2.1.6 Kontrasepsi Pasca Persalinan


1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk
keluarga sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Keluarga
berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan (Kamus Bahasa Indonesia, 2018).
Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk
mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang
dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan
perencanaan keluarga (Walyani, 2015).
2. Manfaat KB
Menurut WHO (2018) manfaat KB adalah sebagai berikut:
a. Mencegah Kehamilan.
b. Membantu menurunkan AKI dan AKB.
c. Membantu mencegah Human Immunodeficienci virus
(HIV)/Acid Immunodeficienci Syndrom (AIDS).
d. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan pendidikan.
e. Mengurangi kehamilan remaja.
f. Memperlambat pertumbuhan penduduk.
3. Sasaran KB
Menurut Handayani sasaran program KB dibagi menjadi dua, yaitu
sasaran secara langsung adalah pasangan usia subur yang bertujuan
untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan
kontrasepsi secara berkelanjutan. PUS adalah pasangan suami istri
yang istrinya berumur antara 15 sampai 49 tahun. Sedangkan sasaran
104

secara tidak langsung adalah pelaksanaan dan pengelola KB dengan


tujuan menurunkan tingkat kelahiran hidup melalui pendekatan
kebijakan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga
yang berkualitas dan sejahtera.
4. Jenis Metode Kontrasepsi
a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
1) Pengertian
AKDR adalah suatu rangka plastik yang lentur dan
kecil dengan lengan atau kawat copper (tembaga) di
sekitarnya.
AKDR Cu T 380 A marupakan AKDR yang
disediakan oleh pemerintah (program). Sedangkan AKDR
Nova T 380 tidak disediakan oleh pemerintah
(nonprogram) tetapi banyak digunakan sebagai KB
mandiri.
2) Cara Kerja
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk kedalam
saluran telur, karena tembaga pada AKDR menyebabkan
reaksi inflamasi steril yang toksik buat sperma.
3) Jangka waktu pemakaian, yaitu berjangka panjang dapat
hingga 10 tahun serta sangat efektif dan bersifat reversibel.
4) Keuntungan
a) Mencegah kehamilan dengan sangat efektif kurang
dari 1 kehamilan per 100 perempuan yang
menggunakan AKDR selama tahun pertama.
b) Efektif segera setelah pemasangan.
c) Berjangka panjang, AKDR CiT-380A efektif hingga
12 tahun, namun ijin edar berlaku untuk 10 tahun
penggunaan.
d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
105

e) Tidak mempengaruhi kualitas ASI dapat dipasang


segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
f) Kesuburan kembali setelah AKDR dilepas.
5) Kerugian
Adapun kelemahan AKDR yang umunya terjadi:
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan
pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
b) Haid lebih lama dan banyak.
c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
d) Saat haid lebih sakit
e) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
f) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS
atau perempuan yang sering berganti pasangan.
g) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera
setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang
dalam 1-2 hari.
b. Implant
1) Pengertian
Implan merupakan batang plastik berukuran kecil yang
lentur, seukuran batang korek api, yang melepaskan
progestin yang menyerupai hormon progesteron alami
ditubuh perempuan.
2) Cara kerja
a) Mencegah pelepasan telur dari ovum (menekan
ovulasi)
b) Mengentalkan lendir serviks (menghambat bertemunya
sperma dan telur)
3) Keuntungan
a) Mencegah kehamilan dengan sangat efektif.
b) Merupakan metode kontrasepsi jangka panjang untuk
3 hingga 5 tahun.
106

c) Tidak mengganggu hubungan seksul.


d) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
e) Kesuburan dapat kembali dengan segera setelah
implan dilepas.
4) Kerugian
a) Tidak ada perlindungan terhadap infeksi menular
seksual (IMS)
b) Membutuhkan tenaga kesehatan yang terlatih secara
khusus untuk memasang dan melepas. Klien tidak
dapat memulai atau menghentikan pemakaian imlan
secara mandiri.
c. Pil Progestin
1) Pengertian
Pil yang mengandung progestin saja dengan dosis yang
sangat rendah seperti hormon progesteron alami pada
tubuh perempuan.
2) Cara kerja.
a) Mencegah pelepasan telur dari ovarium (menekan
ovulasi).
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh
sperma.
c) Menjadikan endometrium tipis dan atrofi.
3) Keuntungan
a) Dapat diminum selama menyusui.
b) Dapat mengontrol pemakaian.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI
e) Kesuburan cepat kembali.
f) Mengurangi nyeri haid dan jumlah perdarahan haid.
4) Keterbatasan
a) Harus diminum setiap hari dan waktu yang sama, bila
lupa satu pil saja, kegagalam menjadi lebih besar.
107

b) Peningkatan/penurunan berat badan.


d. Suntik Progestin
1) Pengertian
Kontrasepsi suntik yang mengandung progestin saja seperti
hormon progesteron alami dalam tubuh perempuan.
2) Jenis:
Program Pemerintah (disediakan oleh BKKBN), yaitu
Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA), 150 mg/vial
(1 ml) meupakan suntikan secara intra muskular.
3) Cara Kerja
a) Mencegah pelepasan telur dari ovarium (menekan
ovulasi)
b) Mengentalakn lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma.
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
4) Keuntungan
a) Suntikan setiap 2-3 bulan.
b) Tidak perlu penggunaan setiap hari.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual.
d) Tidak mempengaruhi pemberian ASI.
e) Bisa diberikan oleh petugas non-medis yang sudah
terlatih.
f) Tidak mengandung estrogen.
5) Kerugian
1) Perubahan dalam pola perdarahan haid,
perdarahan/bercak tak beraturan awal pada sebagian
besar wanita.
2) Penambahan berat badan (2 kg)
3) Meskipun kehamilan tidak mungkin, namun jika
terjadi, lebih besar kemungkinannya berupa ektopik
dibanding pada wanita bukan pemakai.
108

4) Harus kembali lagi untuk ulangan injeksi setiap 3


bulan (DMPA) atau 2 bulan (NET-EN).
5) Pemulihan kesuburan bisa tertunda selama 7-9 bulan
(secara rata-rata) setelah penghentian.
e. Metode Amenorhea Laktasi (MAL)
1) Pengertian
Metode keluarga berencana sementara yang mengandalkan
pemberian ASI secara ekslusif, artinya hanya diberikan
ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman apapun
lainnya.
2) Cara kerja
Mekanisme kerja utama dengan cara mencegah pelepasan
telur dari ovarium. Sering menyusui secara sementara
mencegah pelepasan hormon alami yang dapat
menyebabkan olulasi.
3) Keuntungan untuk bayi dan ibu
a) Tidak memberi beban biaya untuk keluarga berencana
atau untuk makanan bayi.
b) Efektivitas tinggi.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual.
d) Tidak ada efek samping secara sistemik
e) Tidak perlu pengawasan medis
f) Tidak perlu obat atau alat
g) Mengurangi perdarahan pasca persalinan.
h) Bayi mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi
perlindungan lewat ASI).
i) Sumber asupan gisi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal.
j) Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi
4) Keterbatasan
a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pasca perssalinan
109

b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial


c) Efektivitasnya hanya sampai 6 bulan.
f. Sterilisasi
1) Pengertian
Kontrasepsi Mantap pada Wanita/tubektomi/sterilisasi
adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang
mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan
tidak akan mendapat keturunan lagi (Mulyani, 2013).
2) Cara kerja
Mekanisme kerja MOW adalah dengan mengoklusi tuba
falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
3) Keuntungan
a) Penyakit dan keluhan lebih sedikit, bila dibandingkan
dengan kontrasepsi lainnya.
b) Pada umumnya tidak menimbulkan efek negative
terhadap kehidupan seksual.
c) Lebih ekonomis jika dibandingkan dengan alat
kontrasepsi lain, karena merupakan tindakan sekali
saja, permanen, pembedahan sederhana, dan dapat
dilakukan dengan anastesi local.
d) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
4) Kerugian
a) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode
kotrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali
dengan operasi rekanalisasi.
b) Klien dapat menyesal dikemudian hari.
c) Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan
anatesi umum).
d) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan.
110

e) Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter


spesialis).

2.2 Menajemen Asuhan Kebidanan


2.2.1 Konsep Asuhan Kebidanan Kehamilan
1. Pengkajian
Pengumpulan data subyektif dan data obyektif menurut (Septina,
2020).
a. Data Subyektif
Data subjektif, berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai
keadaanibu sesuai dengan kondisinya. Jenis data yang
dikumpulkan adalah:
1) Biodata
Mengumpulkan semua data yang di butuhkan untuk menilai
keadaan ibu sesuai dengan kondisinya. Jenis data yang
dikumpulkan adalah:
a) Nama ibu dan suami
Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan
untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama
b) Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
c) Suku/bangsa
Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang
mempengaruhi perilaku kesehatan.
d) Agama
Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita
yang berkaitan dengan ketentuan agama. Antara lain
dalam keadaan yang gawat ketika memberi pertolongan
dan perwatan dapat diketahui dengan siapa harus
berhubungan, misalnya agama Islam memanggil ustad dan
sebagainya.
111

e) Pendidikan
Mengetahui tingkat intelektual tingkat pendidikan yang
dapat mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
f) Pekerjaan
Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan social ekonomi
agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui
untuk mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan
seperti bekerja di pabrik rokok, percetakan dan lain-lain.
g) Alamat
Hal ini untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan.
Ditanyakan alamatnya, agar dapat dipastikan ibu yang
mana hendak ditolong itu. Alamat juga diperlukan bila
mengadakan kunjungan kepada penderita.
h) Telepon
Ditanyakan bila ada, untuk memudahkan komunikasi.
2) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang kefasilitas pelayanan kesehatan.
3) Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama ditanyakan dengan tujuan untuk
mengetahui sejak kapan seorang klien merasakan keluhan
tersebut.
4) Riwayat menstruasi
Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat
menstruasi antara lain yaitu menarche (usia pertama kali
mengalami menstruasi yang pada umumnya wanita
Indonesia mengalami menarche pada usia sekitar 12 sampai
16 tahun), siklus menstruasi (jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari
yang biasanya sekitar 23 sampai 32 hari), volume darah
(data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
112

yang dikeluarkan, biasanya acuan yang digunakan berupa


kriteria banyak atau sedikitnya), keluhan (beberapa wanita
menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami
menstruasi dan dapat merujuk kepada diagnose tertentu.
Riwayat menstruasi klien yang akurat biasanya membantu
penepatan tanggal perkiraan yang disebut taksiran partus.
Perhitungan dilakukan dengan menambahkan 9 bulan dan 7
hari pada Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) atau dengan
mengurangi bulan dengan 3, kemudian menambahkan 7 hari
dan 1 tahun.
5) Riwayat kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal
dapat mempengaruhi EDD (Estimated Delivery Date), dan
karena penggunaan metode lain dapat membantu
“menanggali” kehamilan. Ketika seorang wanita
menghabiskan pil berisi hormone dalam kaplet kontrasepsi
oral, periode menstruasi yang selanjutnya akan dialami
disebut “withdrawal bleed”. Menstruasi ini bukan karena
pengaruh hormone alami wanita tersebut tetapi karena
dukungan hormonal terhadap endometrium yang disuplai
oleh kotrasepsi yang dihentikan. Menstruasi spontan
mungkin tidak terjadi atau terjadi pada waktu biasanya.
Kurangnya menstruasi spontan disebut amenore-post-pil.
6) Riwayat obstetrik
Informasi esensial tentang kehamilan terdahulu mencakup
bulan dan tahun kehamilan tersebut berakhir, usigestasi pada
saat itu, tipe persalinan (spontan, forsep, ekstraksi vakum,
atau bedah sesar), lama persalinan, berat lahir, jenis kelamin,
dan komplikasi lain, kesehatan fisik dan emosi terakhir harus
diperhatikan.
113

7) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda
(warning) akan adanya penyulit masa hamil. Adanya
perubahan fisik dan fisiologis pada masa hamil yang
melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi
organ yang mengalami gangguan. Beberapa data penting
tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu diketahui adalah
apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit seperti
jantung, diabetes mellitus, ginjal, hipertensi/dipotensi dan
hepatitis.
8) Riwayat seksual
Riwayat seksual adalah bagian dari data dasar yang lengkap
karena riwayat ini memberikan informasi medis yang
penting sehingga klinisi dapat lebih memahami klien.
9) Riwayat sosial
Riwayat sosial meliputi data status perkawinan, respon ibu
dan keluarga terhadap kehamilan ini, pengetahuan ibu
tentang perawatan kehamilan, dan adat istiadat setempat
yang berkaitan dengan masa hamil.
10) Pola kehidupan sehari-hari:
a) Pola makan
Penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan
gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya
selama hamil, jika data yang diperoleh tidak sesuai
dengan standar pemenuhan, maka kita dapat
memberikan klarifikasi dalam pemberian pendidikan
kesehatan mengenai gizi ibu hamil. Beberapa hal yang
perlu kita tanyakan berkaitan dengan pola makan yaitu
menu makanan, frekuensi, jumlah perhari dan
pantangan.
114

b) Pola minum
Kita juga harus memperoleh data tentang kebiasaan
pasien dalam memenuhi kebutuhan cairannya. Apalagi
dalam masa hamil asupan cairan yang cukup sangat
dibutuhkan. Hal-hal yang perlu kita tanyakan pada
pasien tentang pola minum adalah frekuensi minum,
jumlah minum perhari dan jenis minuman.
c) Pola istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil. Oleh karena
itu, bidan perlu menggali kebiasaan istirahat ibu supaya
diketahui hambatan ibu yang mungkin muncul jika
didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan
kebutuhan istiahat. Bidan dapat menanyakan tentang
berapa lama ia tidur dimalam dan siang hari.
d) Aktivitas sehari-hari
Kita perlu mengkaji kebiasaan sehari-hari pasien karena
data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien dirumah. Jika
kegiatan pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat
menimbulkan penyulit masa hamil, maka kita dapat
memberikan peringatan sedini mungkin kepada pasien
untuk membatasi dahulu kegiatannya sampai dia sehat
dan pulih kembali. Aktivitas yang terlalu berat dapat
menyebabkan abortus dan persalinan premature.
e) Personal hygiene
Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun, kebersihan
akan mempengaruhi kesehatan pasien dan janinya, jika
pasien mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam
perawatan kebersihan dirinya, maka bidan harus dapat
memberi bimbingan mengenai cara perawatan
kebersihan diri diantaranya adalah mandi, keramas,
mengganti baju dan celana dalam dan kebersihan kuku.
115

f) Aktivitas seksual
Walaupun ini hal yang cukup pribadi bagi pasien,
namun bidan harus menggali data dari kebiasaan ini,
karena terjadi beberapakasus keluhan dalam aktivitas
seksual yang cukup mengganggu pasien. Dengan teknik
yang senyaman mungkin bagi pasien, bidan dapat
menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas
seksual seperti frekuensi berhubungan dalam seminggu
dan gangguan atau keluhan apa yang dirasakan.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Kesadaran: Composmentis (kesadaran penuh/baik),
gangguan kesadaran (apatis, samnolen, sopor, koma)
b) Berat badan: ditimbang tiap kali kunjungan untuk
mengetahui penambahan berat badan ibu. Normalnya
penambahan berat badan tiap minggu adalah 0,5 kg dan
penambahan berat badan ibu dari awal sampai akhir
kehamilan adalah 6,5 sampai 16,5 kg (Romauli, 2011).
c) Tinggi badan: ibu hamil dengan tinggi badan kurang
dari 145 cm tergolong risiko kemungkinan terjadi
Cevalo Pelvik Disporpotion (CPD).
d) Tanda-tanda vital :
(1) Tekanan darah
Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90
mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik
30 mmHg atau lebih, dan atau diastolic 15 mmHg
atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut menjadi
preeklamsi dan eklamsi kalau tidak ditangani dengan
tepat.
(2) Nadi
Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80
x/menit. Denyut nadi 100 x/menit atau lebih dalam
116

keadaan santai merupakan pertanda buruk. Jika


denyut nadi ibu 100 x/menit atau lebih, mungkin ibu
mengalami salah satu atau lebih keluhan seperti
tegang, ketakutan atau cemas akibat masalah tertentu,
perdarahan berat, anemia sakit/demam, gangguan
tiroid, gangguan jantung.
(3) Pernafasan: untuk mengetahui fungsi sistem
pernafasan. Normalnya 16-24 x/menit.
(4) Suhu tubuh
Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5 °C. Suhu
tubuh lebih dari 37°C perlu diwaspadai adanya
infeksi (Romauli, 2011).
(5) LILA (Lingkar Lengan Atas) normalnya adalah >
23,5 cm pada lengan bagian kiri. LILA kurang dari
23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi
ibu yang kurang/buruk, sehingga ia berisiko untuk
melahirkan BBLR. Dengan demikian bila hal ini
ditemukan sejak awal kehamilan, petugas dapat
memotivasi ibu agar lebih memperhatikan
kesehatannya serta jumlah dan kualitas makanannya.
e) Pemeriksaan fisik obstetri
(1) Kepala: Pada bagian kepala melakukan inspeksi dan
palpasi pada kepala dan kulit kepala untuk melihat
kesimetrisan, bersih atau kotor, pertumbuhan rambut,
warna rambut, mudah rontok atau tidak. Rambut
yang mudah dicabut menandakan kurang gizi atau
ada kelainan tertentu.
(2) Muka: Tampak cloasmagravidarum sebagai akibat
deposit pigment yang berlebihan, tidak sembab.
Bentuk simetris, bila tidak menunjukkan adanya
kelumpuhan.
117

(3) Mata: Bentuk simetris, konjungtiva normal warna


merah muda, bila pucat menandakan anemia.
Scleranomal berwarna putih, bila kuning
menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila
merah kemungkinan ada conjungtivitis. Kelopak
mata yang bengkak kemungkinan adanya preeklamsi.
(4) Hidung: Normal tidak ada polip, kelainan bentuk,
kebersihan cukup
(5) Telinga: Normal tidak ada serumen yang berlebih
dan
(6) Mulut: Adakah sariawan, bagaimana kebersihannya.
Dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan
gingivitis yang mengandung pembuluh darah dan
mudah berdarah, maka perlu perawatan mulut agar
selalu bersih.
(7) Gigi: Adakah caries, atau keropos yang menandakan
ibu kekurangan kalsium. Saat hamil sering terjadi
caries yang berkaitan dengan emesis,
hiperemesisgravidarum. Adanya kerusakan gigi dapat
menjadi sumber infeksi.
(8) Leher: Normal tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tidak
ditemukan bendungan vena jugularis
(9) Dada: Normal bentuk simetris, tidak ada benjolan
atau massa hiperpigmentasi areola, puting susu bersih
dan menonjol.
(10) Abdomen: Bentuk, bekas luka operasi, terdapat
lineanigra, striaelivida dan terdapat pembesaran
abdomen.Lakukan palpasi abdomen meliputi:
(a) Leopold I
Normal tinggi fundusuteri sesuai dengan usia
kehamilan. Pada fundus teraba bagian lunak dan
118

tidak melenting (Bokong). Tujuan untuk


mengetahui tinggi fundusuteri dan bagian yang
berada di fundus.

Gambar 2.9 Leopold I


Sumber: Septina (2020)
(b) Leopold II
Normalnya teraba bagian panjang, keras seperti
papan (punggung) pada satu sisi uterus dan
pada sisi lain teraba bagian kecil. Tujuan untuk
mengetahui batas kiri/kanan pada uterus ibu,
yaitu: punggung pada letak bujur dan kepala
pada letak lintang.

Gambar 2.10. Leopold II


Sumber: Septina (2020)
(c) Leopold III
Normalnya teraba bagian yang bulat, keras dan
melenting (kepala janin). Tujuan mengetahui
presentasi/bagian terbawah janin yang ada di
simpisis ibu.
119

Gambar 2.11 Leapold III


Sumber: Septina (2020)
(d) Leopold IV
Posisi tangan masih bisa bertemu, dan belum
masuk PAP (konvergen), posisi tangan tidak
bertemu dan sudah masuk PAP (divergen).
Tujuan: untuk mengetahui seberapa jauh
masuknya bagian terendah janin kedalam PAP.

Gambar 2.12 Leopold IV


Sumber: Septina (2020).
(11) Auskultasi: Normal terdengar denyut jantung di
bawah pusat ibu (baik dibagian kiri atau
dibagian kanan). Mendengar denyut jantung
bayi meliputi frekuensi dan keteraturannya. DJJ
dihitung selama 1 menit penuh. Jumlah DJJ
normal antara 120 sampai 140 x/menit.
(12) Vagina: Normal tidak terdapat varises pada vulva
dan vagina, tidak odema, tidak ada condyloma
akuminata, tidak ada condyloma lata.
(13) Anus: Normal tidak ada benjolan atau
pengeluaran darah dari anus.
120

(14) Ekstrimitas.
(15) Normal, simetris dan tidak odema.
f) Pemeriksaan penunjang kehamilan trimester III
g) Pemeriksaan laboratorium
Tes laboratorium dilakukan untuk mendeteksi
komplikasi komplikasi dalam kehamilan. Melakukan
pemeriksaan laboratorium diantaranya protein urin
untuk mengetahui kadar protein dalam urine serta
mendeteksi pre eklampsia dalam kehamilan. Glukosa
urin dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa dalam
urin serta untuk mendeteksi diabetes melitus
gravidarum. Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahui
kadar Hb pada ibu hamil serta untuk mendeteksi anemia
gravidarum (Pantikawati dan Saryono, 2012).
h) Pemeriksaan ultrasonografi
USG kehamilan adalah sebuah tes yang menggunakan
gelombang suara frekuensi tinggi untuk
menggambarkan perkembangan janin dan juga organ
reproduksi ibu hamil. Pemeriksaan USG saat hamil
tidak hanya dilakukan untuk mengetahui jenis kelamin,
tetapi juga untuk melihat kondisi bayi secara
keseluruhan (Septina, 2020).
2. Interpretasi data (Diagnosa atau masalah)
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan. Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi
masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan interpretasi akurat
dari data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnose atau masalah yang spesifik.
Masalah tidak dapat dirumuskan seperti diagnosa tapi membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang dialami
121

wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.


Masalah juga sering menyertai diagnosa (Mandriwati, 2017).
Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan
akan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial
benar-benar terjadi. Perumusan diagnosa kebidanan mengacu pada 9
ikhtisar kebidanan, 3 digit varney, Nomenklatur kebidanan, diagnosa
medis.
3. Antisipasi masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnose potensial berdasarkan masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisispasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Pada langkah ini bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasj masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah
potensialnya saja tetapi juga harus dapat merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial terjadi.
4. Tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim lain
sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan. Jadi penatalaksanaan bukan hanya
selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada
waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin
dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera demi kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak (misalnya
perdarahan kala III atau distosia bahu) (Mandriwati, 2017).
5. Perencanaan dan Rasionalitas
Menjelaskan dan memberikan nasihat kepada ibu mengenai
ketidaknyamanan yang dirasakan. Menjelaskan kepada ibu hasil
pemeriksaan, memberikan imunisasi, suplemen zat besi dan
122

menjelaskan cara mengonsumsinya. Memberikan konseling mengenai


gizi, istrahat, kebersihan diri, KB pasca salin, tanda-tanda bahaya,
obat-obatan, persiapan kelahiran, komplikasi kegawatdaruratan, dan
menjadwalkan kunjungan ulang.
6. Pelaksanaan
Tindakan yang dilaksakan sesuai dengan apa yang telah di
rencan akan melaksanakan perencanaan asuhan menyeluruh,
perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
oleh wanita tersebut. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap
memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(memastikan langkah-langkah benar-benar terlaksana).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan
keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang
mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap
pelaksanaannya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisiensi akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan pasien (Mandriwati, 2017).
7. Evaluasi
Langkah terakhir ini sebenarnya adalah merupakan pengecekan
apakah rencana asuhan tersebut, yang meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan, benar-benar telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat di anggap efektif dalam
pelaksanaannya dan dianggap tidak efektif jika tidak efektif. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedangkan sebagian tidak. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi
dengan dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi
pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab
terhadap pelaksanaannya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisiensi akan menyingkat waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan pasien (Mandriwati,
2017).
123

2.2.2 Manajemen Kebidanan Pada Asuhan Persalinan


Persalinan adalah proses secara alamiah dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan dilatasi serviks untuk mengeluarkan bayi
(Ilmiah, Widia Shofa, 2015).
Manajemen kebidanan dalam persalinan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP yaitu sebagai berikut:
1. Manajemen Kebidanan pada Asuhan Persalinan Kala I
Asuhan persalinan kala 1 merupakan kala pembukaan dimulai pada
saat dilatasi serviks sampai pembukaan lengkap (Ilmiah, Widia
Shofa, 2015).
a. Subyektif
Pengkajian data subyektif yaitu dengan melakukan anamnesa
pada klien yang dilakukan untuk mendapatkan biodata,
keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko-sosial-spiritual,
serta pengetahuan klien. Pada saat melakukan anamnesa
ditanyakan nama, umur, pekerjaan, nama suami, agama dan
alamat tujuannya untuk menentukan status sosial ekonomi
klien. Hal yang penting dalam menanyakan biodata adalah
umur, karena ikut menentukan prognosis kehamilan, apabila
umur yang lebih tua atau lebih muda lebih banyak berisiko
pada saat bersalin, kemungkinan kurang lancarnya persalinan.
Berdasarkan data subyektif dalam anamnesa yang telah
dilakukan didapatkan ibu bersalinmengeluh rasa nyeri karena
kontraksi yang kuat dan teratur, ingin mengejan seperti ingin
buang air besar, keluar lendir bercampur darah (Ilmiah, Widia
Shofa, 2015).
b. Obyektif
Pengkajian data obyektif dilakukan dengan pemeriksaan fisik
yaitu pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam.Pada
pemeriksaan abdomen tujuannya untuk menentukan tinggi
fundus uteri, posisi punggung janin, memantau kontraksi,
memantau DJJ, menentukan presentasi janin dan menentukan
124

penurunan bagian terendah janin. Pemeriksaan dalam untuk


menilai penurunan kepala janin, pembukaan dan penipisan
serviks, pecah tidaknya ketuban, presentasi, termasuk adanya
kondilomatalata, luka parut di perineum. Dalam proses
pembukaan serviks pada wanita hamil pertama kalinya terdiri
dari 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Pada fase laten
berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm.
Sedangkan pada fase aktif terbagi menjadi 3 fase yaitu fase
akselerasi selama 2 jam dengan pembukaan 2-3 cm. Fase
dilatasi maksimal selama 2 jam dengan pembukaan 4-9 cm.
Fase deselerasi selama 2 jam dengan pembukaan lengkap
diikuti his tiap 3-4 menit selama 45 detik (Ilmiah, Widia
Shofa, 2015).
c. Analisa
Berdasarkan pengkajian data subyektif dan data obyektif
didapatkan diagnosa asuhan kebidananpada Ny.A.N umur…
tahun G…P…A… usia kehamilan… minggu inpartu kala I
fase… janin tunggal, hidup intra uteri, presentasi kepala,
konvergen/divergen (Ilmiah, Widia Shofa, 2015).
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan persalinan kala I yaitu menyiapkan ruangan,
mempersiapkan perlengkapan, bahan, dan obat,
mempersiapkan rujukan apabila terdapat tanda-tanda
kegawatdaruratan, dan memberikan asuhan sayang ibu seperti
mengatur posisi sesuai dengan keinginan pasien, memberikan
cairan dan nutrisi, menganjurkan mengosongkan kandung
kencing tiap 2 jam dan tetap dilakukan pemantauan kemajuan
persalinan menggunakan partograf. Asuhan sayang ibu
sangatlah penting bagi ibu untuk mengurangi kecemasan
dalam persalinan. Didapatkan hasil bahwa ada pengaruh
antara asuhan sayang ibu terhadap kecemasan ibu dalam
menghadapi proses persalinan. Asuhan Sayang Ibu ini adalah
125

asuhan yang diberikan pada ibu untuk mengurangi kecemasan


dalam proses persalinan, dimana dalam memberikan asuhan
sayang ibu selain oleh tenaga kesehatan, keluarga dan
dukungan suami turut berperan penting dalam menurunkan
kecemasan ibu dalam menghadapi proses persalinan. Asuhan
sayang ibu dapat diberikan dengan cara memberi dukungan
emosional, mengatur posisi ibu, pemberian cairan nutrisi, dan
hidrasi, serta pencegahan infeksi, sehingga ibu akan merasa
nyaman, senang, dan merasa bahwadirinya dihargai. Untuk
menurunkan nyeri pada ibu bisa dengan melakukan relaksasi
nafas. Hal ini didukung penelitian Ilmiah, Widia Shofa,
(2015), yang berjudul “Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I”.Teknik
relaksasi dalam efektif untuk menurunkan tingkat nyeri
persalinan kala I. Sehingga dapat memperlancar aliran darah
dan merelaksasikan otot-otot dalam tubuh ibu bersalin.
2. Manajemen Kebidanan pada Asuhan persalinan kala II
Asuhan persalinan kala II yaitu pengeluaran hasil konsepsi dimulai
dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir (Emi dkk, 2021).
a. Subyektif
Pada pengkajian data subyektif ibu merasakan ingin meneran
bersamaan dengan terjadinya kontraksi, merasakan makin
meningkaatnya tekanan pada rectum dan vaginanya, perineum
kelihatan menonjol, vulva dan sfingter ani terlihat membuka
(JNPK-KR, 2017).
b. Obyektif
Pada data obyektif dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil
serviks membuka lengkap, pada fase ini kontraksi uterus
meningkat. Frekuensi, durasi, dan intensitasnya berlangsung
antara 2-3 menit sekali selama 60-90 detik, dengan kekuatan
lebih dari 40 mmHg diikuti dengan adanya dorongan untuk
meneran, adanya tekanan pada anus, perineum menonjol,
126

vulva vagina dan sfingter ani membuka, meningkatnya


pengeluaran lendir bercampur darah. Pada primigravida kala
II berlangsung kira-kira 1, 5 jam dan pada multigravida 0,5
jam (JNPK-KR, 2017).
c. Analisa
Berdasarkan data subyektif dan data obyektif didapatkan
diagnosa kebidanan pada Ny.A.N umur…tahun G…P…A…
usia kehamilan… minggu inpartu kala II (Emi dkk, 2021).
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan persalinan kala II dimulai
dengan mengenali tanda dan gejala kala II yaitu adanya
tekanan pada rectum, perineum menonjol, vulva vagina dan
sfingter ani membuka, dalam menolong persalinan, bidan
harus melakukan persiapan- persiapan salah satunya
menerapkan prinsip dan praktik pencegahan infeksi (PI)
termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan, dan
perlengkapan pelindung pribadi atau APD, diikuti persiapan
tempat persalinan, peralatan, dan bahan. Persiapan tempat dan
lingkungan untuk kelahiran bayi, persiapan ibu dan keluarga
dengan menerapkan asuhan sayang ibu dan amniotomi
(JNPK-KR, 2017) Dalam penerapan prinsip pencegahan
infeksi sangat penting bagi bidan untuk keselamatan kerja,
salah satu perlengkapan yang sangat penting yaitu pelindung
pribadi atau APD. Hal ini terkandung dalam Buku Acuan
(Emi dkk, 2021), yang berjudul “Upaya Keselamatan Kerja
Bagi Bidan dalam Pertolongan Persalinan dengan Alat
Perlindungan Diri”.Penggunaan APD disetiap tindakan
merupakan pencegahan terjadinya kejadian penyakit
dilingkungan kerja. Dalam melakukan keberhasilan program
yang telah ditetapkan membutuhkan dukungan dari semua
pihak termasuk dari segi sarana prasarana yang memadai
sehingga dalam proses perlindungan diri dapat dilakukan
127

dengan maksimal. Setelah terjadi pembukaan lengkap,


memberitahukan ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang
mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat
diantara kontraksi. Apabila sudah ada tanda pasti kala II
diperoleh dan adanya dorongan untuk meneran maka bidan
akan segera memimpin persalinan dan menginstruksikan
untuk menarik nafas panjang dan membimbing ibu cara untuk
meneran yang baik, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang
nyaman karena dapat membantu kemajuan persalinan.
Pencegahan laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat
terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan
meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak
terkendali. Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena
dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan
berisiko.Meningkatnya nyeri pasca persalinan di daerah
perineum (Emi dkk, 2021).
Langkah selanjutnya dalam pertolongan persalinan kala
II yaitu pada saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm),
letakan kain bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya dibawah
bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih diatas perut
ibu, lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain
kering dan bersih), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4
jari tangan pada sisi yang lain pada belakang kepala bayi.
Menahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi
pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan
perineum (JNPK-KR, 2017) Memperhatikan perineum pada
saat kepala keluar dan dilahirkan.Mengusap muka bayi
dengan kain atau kasa bersih atau DTT untuk membersihkan
lendir dan darah dari mulut dan hidung bayi.Setelah kepala
bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernafas
cepat.Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat.Jika ada
lilitan dileher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan
128

tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat


sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada 2 tempat
dengan jarak 3 cm. Kemudian potong tali pusat diantara 2
klem tersebut, setalah memeriksa tali pusat yaitu melahirkan
bahu, tunggu kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi
luar secara spontan, dengan meletakan tangan pada sisi kiri
dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran sambil menekan
kepala kearah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu
depan melewati simpisis. Setelah bahu depan lahir, gerakan
keatas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan
seluruh dada dapat dilahirkan.Melahirkan seluruh tubuh bayi
dengan sangga susur (Emi dkk, 2021). Setelah bayi lahir
letakkan bayi diatas kain atau handuk yang telah disiapkan
pada perut bawah ibu dan memposisikan kepala bayi sedikit
lebih rendah dari tubuhnya. Keringkan sambil melakukan
rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain atau selimut
diatas perut ibu, memastikan bahwa kepala bayi tertutup
dengan baik menggunakan klem DTT, melakukan penjepitan
tali pusat dengan klem sekitar 3 cm dari dinding perut bayi,
tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat
kearah ibu(JNPK-KR, 2017).
3. Manajemen Kebidanan pada Asuhan persalinan kala III
Asuhan persalinan Kala III dimulai saat bayi telah dilahirkan dan
berakhir pada saat plasenta dikeluarkan. Plasentaakan keluar dengan
sendirinya 6-15 menit setelah bayi dilahirkan (Emi dkk, 2021).
a. Subyektif
Pengkajian data subyektif pada kala III yang dilakukan
mengenai keluhan ibu pada persalinan kala III yaitu ibu
merasa perutnya masih mules, hal ini disebabkan adanya
kontraksi untuk mengeluarkan plasenta. Pada kala III otot
uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah melahirkan. Penyusutan ukuran
129

ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perekatan


plasenta, dikarenakan tempat perekatan semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau
vagina (JNPK-KR, 2017). Didapatkan ibu merasa lega bahwa
bayinya sudah lahir dan perutnya merasa mulas tetapi plasenta
belum keluar (Emi dkk, 2021).
b. Obyektif
Pada data obyektif terdapat perubahan bentuk dan
tinggi fundus mulai dari adanya kontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya terletak dibawah
pusat.Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong
kebawah, uterus berbentuk segi tiga atau berbentuk
menyerupai buah pir atau alpukat, dan fundus berada diatas
pusat dan tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva,
dengan adanya semburan darah mendadak dan singkat (Emi
dkk, 2021).
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa hal
seperti:
1) Perubahan bentuk dan Tinggi fundus Setelah bayi lahir
dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh (diskoid) dan tinggi fundus
biasanya turun hingga dibawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus
menjadi bulat dan fundus diatas pusat (sering sekali
mengarah ke sisi kanan).
2) Tali Pusat memanjang Tali pusat terlihat keluar
memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda
ahfeld).
3) Semburan darah tiba-tiba Darah yang terkumpul
dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
130

keluar dan dibantu oleh gaya grafitasi. Semburan darah


yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul
diantaranya tempat melekatnya plasenta dan permukaan
maternal plasenta (darah retroplasenter), keluar tapi
plasenta yang terlepas (JNPK-KR, 2017).
c. Analisa
Suatu diagnosa yang ditegakan sesuai dengan informasi dari
data subyektif dan data obyektif dengan memberikan asuhan
kebidanan pada Ny. B umur… tahun P… A… inpartu kala III.
d. Pelaksanaan
Penatalaksanaan asuhan persalinan kala III yaitu dilakukan
palpasi uterus.Palpasi uterus bertujuan untuk menentukan
apakah ada bayi kedua. Setelah dilakukan palpasi dilakukan
pemberian oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 bawah paha
kanan bagian luar dalam satu menit pertama setelah bayi lahir,
melakukan penegangan tali pusat terkendali dan melakukan
massase fundus uteriselama 15 detik(Emi dkk, 2021). Rangsang
taktil atau masase fundus uteri dengan arah memutar pada
fundus uteri agar uterus berkontraksi. Setelah bayi lahir dan
sehat segera lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) yaitu bayi di
dada ibu atau ada kontak kulit ibu dan kulit bayi sekurang-
kurangnya 1 jam untuk memberikan kesempatan kepada bayi
menyusu sesegera mungkin. IMD juga untuk merangsang
keluarnya ASI, memberi kekebalan pada bayi serta
meningkatkan kekuatan batin antara ibu dan bayinya, dan dapat
mencegah perdarahan pada ibu.
4. Manajemen Kebidanan pada Asuhan persalinan kala IV
Kala IV persalinan disebut kala pemantuan atau untuk mengamati
apakah ada perdarahan postpartum (Emi dkk, 2021).
131

a. Subyektif
Pengkajian dari data subyektif bahwa ibu merasa lelah setelah
persalinan, perutnya mulas dan ari-ari atau plasenta sudah
keluar dan senang bayinya selamat.
b. Obyektif
Pada data obyektif dilakukan observasi dan pengukuran tekanan
darah, pernafasan, nadi, dan suhu.Setelah kelahiran plasenta,
uterus dapat ditemukan ditengah-tengah abdomen kurang lebih
dua per tiga sampai tiga per empat antara simpisis pubis dan
umbilicus. uterus harus berkontraksi normal, keras bila disentuh
dan hendaknya dilakukan inspeksi perineum, vagina bawah
untuk mengetahui adanya memar, pembentukan hematoma,
laserasi pada pembuluh darah, atau mengalami perdarahan dan
memberitahukan ibu dalam 2 jam post partum ibu harus sudah
bisa BAK, jika belum bisa maka lakukan kateterisasi (Hidayat,
2014).
c. Analisa
Diagnosa yang ditegakan dalam asuhan kala IV didapatkan dari
data subyektif dan data obyektif bahwa telah dilakukan
pemantauan dan observasi secara teratur sehingga kondisi ibu
baik dengan memberikan asuhan pada Ny.A.N umur…
tahunP… A… inpartu kala IV.
d. Penatalaksanaan
Pada kala IV ini bidan melakukan pemantauan Selama
satu jam pertama setelah pelahiran, tanda-tanda vital ibu,
uterus, lokia, perineum, dan kandung kemih dipantau dan
dievaluasi secara teratur sampai semua stabil dalam kisaran
normal. Pada kala IV persalinan ini bidan juga melakukan
penatalaksanaan asuhan sesuai tahapan persalinan normal yaitu
melakukan pemantauan terhadap jumlah darah yang keluar,
pemeriksaan perineum, pemantuan keadaan umum ibu,
menganjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, biarkan
132

ibu istirahat dengan posisi yang nyaman, biarkan bayi dekat


dengan ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, mulai
memberikan ASI pada bayi, ajarkan ibu dan keluarga untuk
memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi (Hidayat,
2014).
Gizi bagi ibu pasca persalinan sangat penting bagi ibu
yang telah melahirkan untuk mengembalikan energi dan
mempercepat proses penyembuhan luka episiotomi. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian Hidayat (2014), di dapatkan
hasil bahwa terdapat faktor yang berhubungan dengan proses
penyembuhan luka episiotomi. Beberapa faktor yang
menyebabkan luka episiotomi cepat sembuh adalah nutrisi
yang seimbang, mobilisasi dini, usia, dan pengetahuan dalam
proses penyembuhan luka. Gizi yang baik didapatkan pada
pasien yang mempunyai IMT terpenuhi lebih banyak dan
memenuhi nutrisi yang kaya protein. Mobilisasi dini sangat
penting dilakukan ibu setelah persalinan, karena akan
mempercepat penyembuhan luka perineum. Mobilisasi dini
dilakukan secara bertahap mulai dari miring kekiri dan
kekanan sehingga mencegah emboli, kemudian duduk dan
dapat berjalan pelan. Masih kurangnya pengetahuan dalam
proses penyembuhan luka disebabkan kurangnya informasi
dalam penyembuhan luka perineum.

2.2.3 Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir


Langkah-langkah dalam pengkajian data sebagai berikut menurut
(Kemenkes RI, 2020).
1. Subyektif
Data subyektif didapatkan dari hasil wawancara atau anamnesa
dengan orangtua bayi, keluarga atau petugas kesehatan, data
subyektif yang perlu dikaji antara lain:
1) Nama bayi ditulis dengan nama ibu, misal bayi Ny. Nina
133

2) Tanggal dan Jam Lahir


3) Jenis Kelamin
4) Identitas orangtua yang meliputi:
5) Nama Ibu dan Nama Ayah
Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk
memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak
terlihat kaku dan lebih akrab.
6) Umur Ibu dan Ayah
Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah klien dalam
kehamilan yang berisiko atau tidak. Usia dibawah 16 tahun
dan diatas 35 tahun merupakan umur-umur yang berisiko
tinggi untuk hamil dan persiapan untuk menjadi orangtua.
Umur yang baik untuk kehamilan maupun persalinan dan
kesiapan menjdai orangtua adalah 19 tahun-25 tahun.
7) Agama Ibu dan Ayah.
Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktik terkait
agama yang harus diobservasi.
8) Suku Ibu dan Ayah
Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka
memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien.
9) Pendidikan Ibu dan Ayah.
Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan juga
minat, hobi, dan tujuan jangka panjang. Informasi ini
membantu klinisi memahami klien sebagai individu dan
memberi gambaran kemampuan baca tulisnya.
10) Pekerjaan Ibu dan Ayah
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
apakah klien berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji
potensi kelahiran, prematur dan pajanan terhadap bahaya
lingkungan kerja yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan bayi baru lahir.
134

11) Alamat Ibu dan Ayah


Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih
memudahkan dan untuk mengetahui jarak rumah dengan
tempat rujukan.
12) Menanyakan riwayat kehamilan sekarang
Menanyakan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
sekarang yang meliputi: Apakah selama kehamilan ibu
mengkonsumsi obat-obatan selain dari tenaga kesehatan?
Apakah ibu mengkonsumsi jamu? Menanyakan keluhan ibu
selama kehamilan? Apakah persalinannya spontan? Apakah
persalinan dengan tindakan atau operasi? Apakah mengalami
perdarahan atau kelainan selama persalinan? Apakah saat ini
ibu mengalami kelainan nifas? Apakah terjadi perdarahan?
13) Menanyakan riwayat intranatal
14) Menanyakan riwayat intranatal yang meliputi: Apakah bayi
mengalami gawat janin? Apakah dapat bernapas spontan
segera setelah bayi lahir?
2. Objektif
Data obyektif diperoleh dari hasil observasi, pengukuran,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (laboratorium,
radiologi, dll). Menurut (Dwi Rahmawati 2020) data obyektif yang
perlu dikaji antara lain:
1) Periksa keadaan umum
2) Ukuran secara keseluruhan (perbandingan tubuh bayi
proporsional/tidak).
3) Kepala, badan, dan ekstremitas
Tonus otot, tingkat aktivitas (gerakan bayi aktif atau tidak)
a) Warna kulit dan bibir (kemerahan/kebiruan)
b) Tangis bayi.
135

4) Periksa tanda vital


Periksa laju napas dihitung selama 1 menit penuh dengan
mengamati naik turun dinding dada dan abdomen secara
bersamaan. Laju napas normal 40-60 x/menit.
a) Periksa laju jantung menggunakan stetoskop dapat
didengar dengan jelas. Dihitung selama 1 menit. Laju
jantung normal 120-160 x/menit.
b) Suhu tubuh bayi baru lahir normalnya 36,5-37,5 ͦ C diukur
dengan termometer di daerah aksila bayi.
5) Lakukan penimbangan.
Letakkan kain dan atur skala timbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil timbangan dikurangi dengan berat alas
dan pembungkus bayi.
6) Lakukan pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat datar. Ukur panjang badan bayi
menggunakan alat pengukur panjang badan dari kepala sampai
tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan.
7) Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala
kembali ke dahi.
8) Periksa kepala
Periksa ubun-ubun, sutura/molase, pembengkakan/daerah yang
mencekung.
9) Ukur lingkar lengan atas
Pengukuran dilakukan pada pertengahan lengan bayi.
10) Periksa telinga
11) Periksa hubungan letak mata dan kepala.
Tatap wajahnya, bayangkan sebuah garis melintas kedua
matanya. Bunyikan bel/suara, apabila terjadi refleks terkejut
maka pendengaran baik, apabila tidak terjadi refleks
kemungkinan mengalami gangguan pendengaran.
136

12) Periksa mata


Bersihkan kedua mata bayi dengan kapas, buka mata bayi dan
lihat apakah ada tanda infeksi/pus serta kelainan pada mata.
13) Periksa hidung dan mulut
a) Apakah bayi dapat bernapas dengan mudah melalui
hidung/ada hambatan.
b) Lakukan pemeriksaan pada bibir dan langit, refleks isap
dinilai dengan mengamati pada saat bayi menyusui.
Perhatikan adanya kelainan kongenital.
14) Periksa leher
Amati apakah ada pembengkakan atau benjolan serta amati
juga pergerakan leher.
15) Periksa dada
Periksa bentuk dada, puting, bunyi napas, dan bunyi jantung,
ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke
dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu).
16) Periksa bahu, lengan dan tangan
Sentuh telapak tangan bayi dengan jari anda dan hitung jumlah
jari tangan bayi, bayi akan menggenggam tangan anda kuat-
kuat sehingga tubuhnya terangkat naik.
17) Periksa perut bayi
Perhatikan bentuk, penonjolan sekitar tali pusat, perdarahan
tali pusat, dan benjolan di perut bayi.
18) Periksa alat kelamin
Untuk laki-laki, periksa apakah kedua testis sudah berada
dalam skrotum dan penis berluang diujungnya. Untuk bayi
perempuan periksa labia mayora dan minora, apakah vagina
dan uretra berlubang.
19) Periksa tungkai dan kaki
Perhatikan bentuk, gerakan, dan jumlah jari.
137

20) Periksa punggung dan anus bayi


Letakkan bayi dalam posisi telungkup, raba sepanjang tulang
belakang untuk mencari ada tidaknya kelainan. Periksa juga
lubang anus.
21) Periksa kulit bayi
Perhatikan verniks caseosa (tidak perlu dibersihkan karena
menjaga kehangatan tubuh), warna kulit, pembengkakan,
bercak hitam dan tanda lahir.
22) Periksa refleks neonatus
a) Refleks Glabellar.
b) Refleks Hisap.
c) Refleks mencari (Rooting).
d) Refleks Genggam.
e) Refleks babinsky.
f) Refleks Moro.
g) Refleks berjalan.
h) Refleks tonick neck.
3. Diagnosa/ Masalah Kebidanan
Dikembangkan dari data dasar: interpretasi dari data ke masalah
atau diagnosa khusus yang teridentifikasi. Kedua kata masalah
maupun diagnosa dipakai, karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosa tetapi tetap perlu dipertimbangkan
untuk membuat wacana yang menyeluruh untuk pasien. Diagnosa:
Bayi umur (sebutkan gestasinya) (Diagnosa: Neonatus Cukup
Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 1hari).
4. Mengidentifikasi diagnosa dan antisipasi masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lainnya
berdasarkan masalah yang sudah ada adalah suatu bentuk
antisipasi, pencegahan apabila perlu menunggu dengan waspada
dan persiapan untuk suatu pengakhiran apapun. Langkah ini sangat
vital untuk asuhan yang aman.
138

Untuk menjaga kehangatan tubuh bayi dianjurkan agar tidak


mandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir. Epidermis dan dermis
tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Apabila bayi dibiarkan
dalam suhu kamar maka akan kehilangan panas melalui konveksi
(Dwi Rahmawati 2020).
5. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya penanganan segera oleh bidan atau
dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Menurut (Dwi Rahmawati 2020) jika bayi mengalami hipotermia
tindakan yang dilakukan adalah menjaga kehangatan tubuh bayi.
Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar
panas, gunkaan inkubator dan runagan hangat bila perlU..
6. Merencanakan asuhan kebidanan
Membuat rencana tindakan saat ini atau yang akan datang
untuk mengupayakan tercapainya kondisi pasien yang mungkin
atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya berupa
perencanaan, apa yang dilakukan dan evaluasi berdasarkan
diagnosa. Evaluasi rencana didalamnya termasuk asuhan mandiri,
kolaborasi, test diagnostik/laboratorium, konseling dan follow up
(Dwi Rahmawati 2020).
Membuat suatu rencana asuhan yang berkelanjutan, ditentukan
oleh langkah sebelumnya, adalah suatu perkembangan dari
masalah atau diagnosa yang sedang terjadi atau terantisipasi dan
juga termasuk mengumpulkan informasi tambahan atau tertinggal
untuk data dasar. Penyuluhan pasien dan konseling, dan rujukan–
rujukan yang perlu untuk masalah sosial, ekonomi, agama,
keluarga, budaya atau masalah psikologi. Dengan kata lain
meliputi segala sesuatu mengenai semua aspek dari asuhan
kesehatannya. Suatu rencana asuhan harus sama–sama disetujui
oleh bidan atau wanita itu agar efektif, karena pada akhirnya
wanita itulah yang akan melaksanakan rencana itu atau tidak. Oleh
139

karena itu, tugas dalam langkah ini termasuk membuat dan


mendiskusikan rencana dengan wanita itu begitu juga termasuk
penegasannya akan persetujuannya.

2.2.4 Manajemen Kebidanan pada Asuhan Nifas dan KB


Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta seperti sebelum
hamil dan secara normal yang berlangsung selama 6 minggu. Menurut
(Erni Hernawati, 2017), masa nifas adalah masa sesudah persalinan
yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya
6-8 minggu. Berdasarkan teori diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa masa nifas adalah masa pemulihan kembali, alat-alat kandungan
sampai 6 minggu setelah persalinan. Kunjungan nifas dibagi menjadi 4
yaitu kunjungan pertama 6 - 8 jam setalah persalinan. Kunjungan kedua
6 hari setelah persalinan. Kunjungan ketiga 2 minggu setelah
persalinan. Kunjungan keempat 6 minggu setelah persalinan
(Kementrian Kesehatan RI, 2020). Dalam hal ini bidan melakukan
pendokumentasian menggunakan SOAP yaitu sebagai berikut:
1. Manajemen Asuhan Kebidanan 6 jam setelah persalinan
a. Subyektif
Pada data subyektif dilakukan anamnesa pada ibu didapatkan
keluhan atau ketidaknyamanan pada ibu seperti perut masih
merasa mulas. Hal ini disebabkan adanya kontraksi dan
relaksasi yang terusmenerus pada uterus. Dapat ditangani
dengan mengosongkan kandung kemih ibu yang penuh
sehingga akan menjaga kontraksi dan menghilangkan nyeri.
Masa ini masih dalam masa ketergantungan (Fase taking in)
yaitu yang terjadi mulai dari hari 1-2 post partum. Pada fase
ini ibu lebih perhatian terhadap dirinya sendiri dan akan
cerita berulang-ulang tentang pengalamannya bersalin.
Kondisi ini perlu dipahami oleh keluarga atau orang-orang
terdekat dengan menjaga komunikasi yang baik (Erni
Hernawati, 2017).
140

b. Obyektif
Pada pemeriksaan obyektif dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital seperti tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan.
Memeriksa payudara dan puting, apakah ada pembengkakan
atau lecet puting dan infeksi, dan ASI belum
keluar.Memeriksa abdomen terdiri dari palpasi uterus
(memastikan kontraksi baik), TFU teraba 2 jari dibawah
pusaat, dan ibu sudah BAK. Pemeriksaan dalam dilakukan
untuk mengetahui pengeluaran pervaginam serta mengetahui
luka jahitan perineum ibu. Memantau pengeluaran
pervaginam ibu pada 6 jam post partum umumnya lochea
yang keluar rubra yaitu darah segar sisa – sisa selaput
ketuban, sel – sel desidua, vernix caseosa, lanugo dan
meconium, selama 2 hari pasca persalinan (Marmi, 2014).
c. Analisa
Diagnosa atau masalah yang ditegakan berdasarkan data
subyektif dan data obyektif ibu, pada periode 6-8 jam ini
masalah yang sering muncul yaitu ibu merasa masih takut
dan pasif terhadap lingkungan sehingga ibu selalu
ketergantungan dan cenderung fokus pada diri sendiri.
Sehingga didapatkan diagnosa asuhan yang diberikan pada
Ny. X umur…tahun P…A… fase taking in 6 jam post
partum (Marmi, 2014).
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kunjungan pertama yang sering
dilakukan adalah mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri, memberikan konseling kepada ibu dan keluarga
cara mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia
uteri, menganjurkan ibu selalu memberikan ASI di awal,
menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang
bergizi dan penting sebagai pemenuhan kebutuhan dalam
pemberian ASI. Melakukan rawat gabung antara ibu dan
141

bayi agar mempererat hubungan ibu dan bayi, mengajarkan


ibu untuk senam nifas dilakukan dalam 24 jam setelah
persalinan, senam nifas dilakukan secara bertahap hari demi
hari (Marmi, 2014). Banyak sekali manfaat dari melakukan
senam nifas diantaranya dapat memperlancar terjadinya
involusi uteri, memperbaiki sirkulasi darah ibu,
meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot
dasar panggul. Tetapi tidak semua ibu dapat melakukan
senam nifas. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu
24 jam setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara
teratur setiap hari. Untuk ibu yang mengalami komplikasi
dalam persalinan tentu tidak boleh melakukan senam
nifas.Demikian juga penderita kelainan seperti jantung,
ginjal atau diabetes harus istirahat total selama 2 minggu
(Marmi, 2014). Hal ini berpengaruh antara senam nifas
terhadap kecepatan involusi uterus pada ibu nifas.
Didapatkan hasil bahwa senam nifas yang dilakukan setelah
melahirkan merupakan salah satu bentuk ambulasi dini untuk
mengembalikan perubahan fisik seperti saat sebelum hamil
dan mengembalikan tonus otot-otot perut bagian bawah.
Kontraksi otot-otot akan membantu proses involusi yang
dimulai setelah plasenta keluar segera setelah melahirkan.
Ambulasi secepat mungkin dan frekuensi sering
sangatdiperlukan dalam proses involusi.
2. Manajemen Asuhan Kebidanan 6 hari setelah persalinan
a. Subyektif
Pada data subyektif dilakukan anamnesa pada ibu didapatkan
bahwa ASI sudah keluar (Marmi, 2014).
b. Obyektif
Pada data obyektif dilakukan pemeriksaan keadaan umum
ibu, TTV seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu.
Melakukan palpasi abdomen untuk memeriksa involusi
142

uterus dan uterus berkontraksi baik, TFU pertengahan antara


pusat dan simpisis. Pemeriksaan dalam untuk mengetahui
luka jahitan perineum dan memantau pengeluaran
pervaginam ibu dan pada kunjungan kedua umumnya lochea
yang keluar sanguinolenta yaitu sisa darah bercampur lendir
(Marmi, 2014).
c. Analisa
Diagnosa atau masalah masanifas pada kunjungan kedua 6
hari setelah persalinan yaitu masuk pada fase taking hold.
Fase taking hold adalah dimana pada fase ini ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
dalam merawat bayinya. Apabila ibu tidak bisa
mengendalikan dirinya akan timbul perasaan sedih berkaitan
dengan bayinya, yang sering disebut dengan postpartum
blues. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami
terhadap rasa lelah yang dirasakan.Selain itu juga karena
perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan
kehamilan. Sehingga asuhan kebidanan yang diberikan yaitu
pada Ny.X umur… tahun P…A… fase taking hold 6 hari
post partum (Marmi, 2014).
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan masa nifas pada kunjungan kedua yang
sering diberikan kepada ibu nifas yaitu memastikan involusi
uteri berjalan normal dan kontraksi uterus baik, menilai
perdarahan dan tanda-tanda infeksi, demam. Memberikan
konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, merawat bayi sehari-hari.
Menganjurkan ibu untuk mendapatkan makanan dan istirahat
yang cukup (Erni Hernawati, 2017). Makanan yang cukup
sangat penting bagi ibu nifas untuk memulihkan keadaan ibu
salah satunya seperti ubi jalar bagus bagi ibu nifas karena
dapat mempengaruhi kecepatan involusi uteri. Hal tersebut
143

dapat didukung dari penelitian oleh (Erni Hernawati, 2017),


bahwa ada hubungan antara kecepatan involusi uteri pada
ibu nifas dengan konsumsi daun ubi jalar. Didapatkan hasil
bahwa daun ubi jalar mengandung oksitosin atau prolaktin
yang dapat memperlancar ASI. Sehingga ibu lebih sering
menyusui bayinya, hal ini terjadi peningkatan oksitosin yang
sangat membantu terjadinya kontraksi uterus dan membantu
dalam mengurangi perdarahan dan dapat mempercepat
involusi uteri.
3. Manajemen Asuhan Kebidanan 2 minggu setelah persalinan
a. Subyektif
Pada kunjungan ketiga dari anamnesa umumnya ibu sudah
melakukan aktivitas sehari-hari walaupun masih dibantu
dengan keluarga dan ASI ibu sudah keluar (Marmi, 2014).
b. Obyektif
Pada data obyektif pemeriksaan yang dilakukan adalah
memeriksa keadaan umum ibu, TTV seperti tekanan darah,
nadi, pernafasan, suhu. Melakukan palpasi untuk mengetahui
involusi uterus normal, dan uterus berkontraksi dengan baik,
tinggi fundus uteri tidak teraba.Memeriksa dalam untuk
mengetahui pengeluaran pervaginam pada 2 minggu yaitu
lochea serosa dimana darah sedikit keluar dan lebih banyak
serum juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta,
berwarna kekuningan atau kecoklatan (Marmi, 2014).
c. Analisa
Diagnosa atau masalah pada masa nifas kunjungan ketiga
tidak ditemukan masalah dan umumnya pada kunjungan ini
ibu berada pada fase letting go dimana pada fase ini ibu
sudah menerima tanggung jawab pada peran barunya untuk
merawat diri dan bayinya. Diagnosa kebidanan dalam
memberikan asuhan yang diberikan pada ibu post partum
144

yaitu pada Ny.X umur… tahun P… A… fase letting go 2


minggu post partum (Marmi, 2014)
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada kunjungan ketiga
yaitu memastikan involusi uterus normal, uterus
berkontraksi baik. Mematau perdarahan dan tanda-tanda
infeksi. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi seharihari
dan menjaga kehangatan bayi. Memberitahukan ibu untuk
mencukupi nutrisi, cairan dan istirahat dan memberikan
konseling kepada ibu tentang KB ibu menyusui. Agar ibu
dapat memikirkan secara serius tentang KB apa yang perlu
dipakai pada ibu dan untuk menjaga jarak kehamilan
setidaknya dalam 2 tahun jika seorang wanita masih
merencanakan untuk memiliki anak (Walyani, 2015).
Kontrasepsi pasca persalinan adalah cara untuk
mencegah terjadinya konsepsi dalam waktu 42 hari pasca
bersalin atau masa nifas (Kemenkes RI, 2015). Menurut
(Walyani, 2015), keluarga berencana adalah usaha untuk
mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan dengan
menggunakan kontrasepsi.Beberapa kontrasepsi yang dapat
menjadi pilihan untuk digunakan sebagai kontrasepsi pasca
salin diantaranya metode amenore laktasi (MAL), kondom,
diafragma, spermisida, hormonal jenis pil dan suntik, pil KB
dari golongan progesterone rendah atau suntikan yang hanya
mengandung hormone progesterone yang disuntikan per 3
bulan karena kontrasepsi yang mengandung estrogen akan
mengurangi jumlah ASI, implant, IUD, kontrasepsi mantap
(Kemenkes RI, 2015).
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi
alamiah yang diterapkan untuk ibu menyusui secara penuh
yang efektif diberikan selama 6 bulan setelah melahirkan
145

dan ibu belum mendapatkan haid.Tanpa tambahan makanan


tambahan atau minuman lainnya (Kementrian Kesehatan RI,
2014). Menurut (Walyani, 2015), kontrasepsi hormonal
suntikan adalah kontrasepsi yang digunakan wanita untuk
mencegah kehamilan, suntikan ini berisi hormon progesteron
yang disuntikan ke dalam tubuh wanita secara periodik yaitu
1 bulan sekali atau 3 bulan sekali, tetapi sebaiknya ibu yang
sedang menyusui cocok menggunakan KB suntik yang 3
bulan karena tidak mempengaruhi ASI. Kontrasepsi implant
adalah kontrasepsi yang aman digunakan setelah melahirkan
dan menyusui karena bebas dari pengaruh estrogen
(Walyani, 2015).
Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan
seksual kembali setelah 6 minggu persalinan.Batasan waktu
6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua
luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi telah
sembuh dengan baik dan 6 minggu adalah waktu dimana
rahim telah kembali pada ukuran sebelum hamil. Pengecilan
rahim adalah perubahan fisik utama persalinan yang terakhir,
cara alamiah rahim akan kembali mengecil pelahan-lahan ke
bentuknya semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar
40-60 gram. Ini dianggap masa nifas telah selesai.
Sebetulnya rahim akan kembali ke posisi normal dengan
berat 30 gram sekitar 3 bulan kemudian. Setelah masa
pemulihan 3 bulan ini, bukan hanya rahim saja yang kembali
normal tapi juga kondisi tubuh ibu secara keseluruhan
(JNPK-KR, 2017).
146

2.3 Pathway
KEHAMILAN

Standar pelayanan ANC 10 T Ukur BB & TB, Ukur TD, Ukur LILA, Ukur TFU, Tentukan
presentase & DJJ, TT, Tablet Fe, Tes Lab, Penanganan kasus, dan Temu wicara

TM III (UK 28-40 Minggu)


1. Deteksi risiko tinggi (Poedji Royachti)
2. Pencegahan P4K

PATOLOGI FISIOLOGI

RUJUK PERSALINAN

KALA I (1-10 cm)


1. Fase laten, pembukaan <4 cm
2. Fase aktif: akselerasi (pembukaan 3-4 cm), dilatasi maksimal (pembukaan 4-8 cm), deselerasi
(pembukaan 9-10 cm)
KALA II (Ø Lengkap-BBL)
Penatalaksanaan 60 langkah APN
KALA III (BBL-Plasenta)
Nilai tanda-tanda pelepasan plasenta dan lakukan Manajemen Aktif Kala (MAK) III
KALA IV
Periksa TFU, nutrisi dan hidrasi, bersihkan ibu, istirahat, ASI, bantu ibu ke kamar mandi, ajari
periksa TFU dan tanda bahaya.

BAYI BARU LAHIR


NIFAS

Kunjungan neonatus (0-28 hari)


Bayi Baru Lahir 0-6 jam KF I (6 – 8 jam setelah persalinan)
Kunjungan I (umur 6-48 jam/KN 1) Cegah perdarahan, deteksi dan rawat penyebab lain perdarahan, konseling cara cegah
Kunjungan II (Umur 3-7 hari/KN 2) perdarahan, beri ASI awal, lakukan hubungan ibu-bayi, cegah hipotermi pada bayi, bidan
Kunjungan III (Umur 8-28 hari/KN 3) bersama ibu & bayi selama 2 jam pertama atau sampai ibu dan bayi stabil.
KF II (6 hari setelah persalinan)
Pastikan involusi baik, nilai tanda-tanda bahaya, pastikan makan, minum dan istirahat
ibu, pastikan ibu beri ASI eksklusif, konseling perawatan bayi sehari-hari
KF III (2 minggu setelah peralinan)
KF IV (6 minggu setelah persalinan)
Pastikan involusi baik, nilai tanda-tanda bahaya, pastikan makan, minum dan istirahat ibu,
pastikan ibu beri ASI eksklusif, konseling perawatan bayi, tanya kesulitan dan konseling KB

Gambar 2.13 Kerangka Berpikir Keluarga Berencana


Sumber: Marmi (2014), Ilmiah (2015), Kemenkes RI (2020)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Laporan Tugas Akhir


Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan
penelitian atau menguji keahlian hipotesis. Desain dalam penelitian kualitatif
dapat pervariasi sehubungan dengan bentuk alami yang dijumpai oleh peneliti
yang bersangkutan di lapangan. Dalam penyusunan laporan tugas ahkir perlu
direncanakan desain penelitian agar penelitian berjalan sesuai apa yang
diharapkan (Sujarweni, 2014).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelaahan kasus (case study). Desain penelitian penelaahan kasus dilakukan
dengan cara meneliti suatu permasalahan yang terdiri dari unit tunggal yang
berarti satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah. Unit
yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang
berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang
mempengaruhi, kejadian-kejadian kasus yang muncul sehubungan dengan
kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau
pemaparan tertentu (Notoatmodjo, 2015).
Dalam penelitian ini studi kasus asuhan kebidanan dilakukan pada
seorang ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan bayi baru lahir, nifas dan
keluarga berencana. Pada studi kasus ini penulis mengambil judul “Asuhan
Kebidanan Berkelanjutan pada Ny.A.N di Puskesmas Pembantu Lasiana Pada
Tanggal 27 Maret s/d 27 Mei 2023”. Studi kasus asuhan kebidanan
berkelanjutan dilakukan dengan penerapan manajemen asuhan kebidanan yaitu
pengkajian, interpretasi data, antisipasi masalah potensial, kebutuhan tindakan
segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, untuk kemudian dianalisis dan
dibahas berdasarkan teori.

147
148

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian merupakan tempat dimana pengambilan kasus
dilaksanakan (Notoatmodjo, 2015). Penelitian ini dilaksanakan di
Puskesmas Pembantu Lasiana, Kota Kupang.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk
pelaksanaan studi laporan kasus (Notoatmodjo, 2015). Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 27 Maret s/d 27 Mei 2023.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Menurut Arikunto (2019) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Apabaila seseorang ingin meneiliti semua elemen yang ada
dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
Ibu Hamil trimester III di Puskesmas Pembantu Lasiana, Kota kupang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan
diteliti (Arikunto, 2019). Sampel yang dipilih dalam penelitian ini
adalah Ny.A.N G1P0A0 UK 35 Minggu 4 hari, janin tunggal, hidup
intrauterin, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik.
Teknik pengambilan sampel dalam studi kasus ini adalah
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang sudah dipilih oleh peneliti dalam sampel (Arikunto, 2019).
149

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Agusta I,
2014). Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil data
langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.
a. Observasi
Observasi (Pengamatan) adalah suatu prosedur yang
berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan
mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi
tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
(Agusta I, 2014). Dalam studi kasus ini observasi berupa
pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri dan pemeriksaan
penunjang dengan menggunakan panca indra maupun alat
sesuai format asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir,nifas dan keluarga berencana.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
lengkap dan akurat mengenai jawaban-jawaban tentang
masalah- masalah yang terjadi pada ibu selama kehamilan,
persalinan, nifas, BBL, dan KB yang berisi pengkajian melalui
anamnese dan identitas, keluhan utama, riwayat menstruasi,
riyawat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit psikososial
(Agusta I, 2014).
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu di Puskesmas
Pembantu Lasiana yang memiliki hubungan dengan masalah yang
ditemukan, maka peneliti mengambil data dengan studi
150

dokumentasi melalui buku KIA, kohort ibu, kartu ibu dan arsip
laporan.
3.4.2 Instrumen Studi Kasus
Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Agusta I, 2014). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian adalah pedoman observasi, wawancara dan studi
dokumentasi dalam bentuk format asuhan kebidanan. Alat dan bahan
yang digunakan dalam pelayanan asuhan kebidanan komperhensif
sebagai berikut:
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan kehamilan
yaitu: Timbangan berat badan, tensimeter, stetoscope, kalender
kehamilan, doppler/fundus cope, meteran pengukur tinggi fundus
uteri, meteran pengukur LILA dan refleks hammer serta informed
consent untuk pasien, kartu skor Poedji Rochjati.
2. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan INC yaitu:
a. Troli bagian atas berisi Bak instrumen besar (2 sarung tangan
steril, duk steril, kateter nelaton 1 buah, 1/2 kocher 1 buah,
klem tali pusar 2 buah, gunting tali pusar 1 buah, benang tali
pusar, kassa steril, gunting episiotomi 1 buah), com tertutup
berisi kapas DTT yang berjumlah 8 buah, com berisi betadine,
spuit 3 cc 1 buah, obat-obatan seperti oksitosin dan metergin,
delee, fundus cope/dopller, jam tangan, gelas berisi air minum
dan infuse set (jika perlu).
b. Troli bagian bawah berisi alat untuk TTV (tensimeter,
stetoscope, termometer), botol berisi air bersih dan air klorin,
nierbeken 2 buah, tempat plasenta, handuk besar 2 buah,
perlengkapan ibu (baju ibu, kain, bra, celana dalam dan
pembalut), perlengkapan bayi (baju bayi, popok, kain bayi dan
topi bayi), APD (topi, kacamata google, masker, celemek,
handuk kecil dan sepatu boot) dan Underpads.
a) Lampu sorot
b) Tabung oksigen
151

c) Tiang infuse dan safety box


d) Baskom 2 buah yang berisi air klorin untuk merendam
sarung tangan dan alat
e) Ember klorin untuk membersihkan tempat tidur atau
semprotan berisi air klorin dan air bersih
f) Troli berisi baskom 2 buah untuk membesihkan ibu
g) Washlap
h) Tempat sampah yang terdiri dari tempat sampah medis
berwarna kuning dan tempat sampah non medis/kering
berwarna hitam
i) Partograf
3. Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan BBL yaitu: Bak
instrumen, pita meter (metlin), alat ukur LILA, jangka martil,
stetoscope, pen light, termometer. Kom berisi tissue, botol berisi air
klorindan air bersih, kom berisi kapas steril, spuit 1 cc, obat-obatan
(Vit. K dan vaksin hepatitis), salep mata, stempel untuk bayi,
partograf, kain bersih, tempat pemeriksaan bayi, alat ukur berat
badan bayi dan panjang badan, nierbeken 1 buah, tempat sampah
non medis (hitam) 1 buah dan safety box (1 buah).
4. Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan ibu nifas yaitu:
a. Alat untuk pemeriksaan TTV (tensimeter, stetoscope,
thermometer), botol air berisi air bersih dan air klorin,
nierbeken 1 buah, jam tangan dan buku catatan.
b. Alat untuk pemeriksaan fisik dan vulva hygiene (troli atas
berisi: handuk PI, stetoscope, 1 buah com berisi kapas DTT,
1buah com berisi kassa, betadine, 1 buah baki instrumen berisi
sepasang handscoon, 1 buah baskom berisi larutan klorin
0,5%, 1 buah nierbeken, reflek hammer dan pen light. Troli
bawah berisi perlak beralas, perlengkapan ibu seperti kain,
pembalut dan pakaian dalam yang bersih).
152

c. Lampu sorot.
d. 1 buah tempat sampah medis (kuning), 1 tempat sampah non
medis/kering (hitam).
5. Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan calon akseptor
KB yaitu: buku pedoman KB (Leaflet), timbangan berat badan,
pengukur tinggi badan, stetoscope, tensimeter, thermometer.

3.5 Etika Penelitian


Etika adalah peristiwa interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan falsafah moral, sopan santun, tata susila, budi pekerti.
Penelitian akan dibenarkan secara etis apabila penelitian dilakukan seperti 3 hal
di atas. Menurut (Kemenkes RI, 2017) menuliskan laporan kasus juga memiliki
masalah etik yang harus diatasi, beberapa masalah etik yang harus diatasi
adalah :
3.5.1 Surat Ijin Pengambilan Kasus
Kegiatan yang dilakukan menurut khaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang
berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau
ketidakbenaran suatu absumsi dan atau hipotesis dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3.5.2 Surat Persetujuan (Inform Consent)
Inform consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi
yang efektif antara bidan dengan pasien dan bertemunya pemikiran
tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap
pasien. Dalam studi kasus ini penulis menjelaskan tentang asuhan yang
akan dilakukan pada ibu mulai dari masa hamil, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan keluarga berencana. Ibu dan keluarga memilih dan
mengambil keputusan untuk dijadikan pasien dalam studi kasus ini
dengan menandatangani inform consent
3.5.3 Tanpa Nama (Anonymity)
Hak anonymity adalah partisipan dijaga kerahasiaan identitasnya selama
dan sesudah penelitian. Selama penelitian nama partisipan tidak
153

digunakan, melainkan menggunakan singkatan. Dalam studi kasus ini


penulis menggunakan singkatan terhadap identitas pasien.
3.5.4 Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya
menggunakan informasi tersebut untuk kegiatan penelitian. Beberapa
tindakan yang terkait dengan mengatasi masalah etik di atas adalah
peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent)
yang berisi tentang penjelasan tujuan penelitian, kemungkinan resiko
dan ketidaknyamanan, manfaat penelitian, persetujuan bahwa peneliti
akan menjawab semua pertanyaan yang diajukan partisipan, persetujuan
bahwa partisipan dapat mengundurkan diri kapan saja, jaminan
anominitas dan kerahasiaan (Kemenkes RI, 2017). Dalam studi kasus
ini penulis menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek
studi kasus kecuali diminta oleh pihak yang berwenang.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Permenkes 43 tahun 2019 tentang Puskesmas menyebutkan bahwa
Puskesmas adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Faskes). Fasilitas Pelayanan
Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerja. Puskesmas Oesapa
berada di wilayah dengan Alamat Jln Suratim RT 15/ RW 06 Kecamatan
Kelapa Lima, Kelurahan Oesapa. Wilayah kerja Puskesmas Oesapa yaitu ± 15,
31 km2 atau 8, 49% dari luas wilayah Kota Kupang (180, 27 km 2). Wilayah
Kerja Puskesmas Oesapa berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah, Sebelah Barat
berbatasan dengan Kota Lama, Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk
Kupang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Oebobo.
Puskesmas Oesapa mempunyai fasilitas-fasilitas kesehatan yang terdiri
dari Ruang tindakan, ruang pemeriksaan untuk ibu hamil atau bisa disebut
dengan istilah ruang KIA, ruang KB, ruang konseling, poli umum, ruang poli
gigi, ruang gizi, ruang Imunisasi, ruang poli lansia, ruang MTBS, ruang
sanitasi promkes, Apotik, poli anak, ruang tindakan untuk pasien umum,
laboratonum dan loket. Di wilayah kerja Puskesmas Oesapa juga memiliki 5
Pustu yaitu Pustu Oesapa, Pustu Oesapa Barat, Pustu Oesapa Selatan, Pustu
Lasiana, Pustu Kelapa Lima. Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Oesapa
sebagai berikut : Dokter umum 6 orang, dokter gigi 2 orang, perawat 15 orang,
bidan 16 orang, gizi 4 orang, asisten apoteker 3 orang, analis kesehatan 4
orang, tenaga umum 7 orang, perawat gigi 3 orang, sanitarian 2 orang dan
penyuluh 2 orang.
Puskesmas Pembantu Lasiana terletak dijalan Beringin, Kelurahan
Lasiana Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, dengan luas wilayah kurang

154
155

lebih 854 km2. Puskesmas Pembantu Lasiana memiliki 8 buah posyandu balita
dan 2 buah posyandu lansia. Puskesmas Pembantu Lasiana dibagi dalam
beberapa ruangan yaitu poli KIA, poli KB, dan poli Umum. Wilayah kerja
Puskesmas Pembantu Lasiana berbatasan dengan wilayah-wilayah Sebelah
Timur berbatasan dengan keluarga Bule logo, Sebelah Barat berbatasan dengan
sebelah jalan, Sebelah Utara berbatasan dengan keluarga Bule Logo, dan
Sebelah Selatan berbatasan dengan SD Inpres Lasiana. Puskesmas Pembantu
Lasiana menjalankan beberapa program diantaranya Pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), KB, Imunisasi Anak, ANC, dan konseling persalinan.

4.2 Tinjauan Kasus


Pada tinjauan kasus, penulis akan membahas mengenai asuhan kebidanan
berkelanjutan pada Ny.A.N sejak masa kehamilan trimester III, persalinan, bayi
baru lahir, nifas, dan KB, sejak tanggal 27 Maret s/d 27 Mei 2023 di
Puskesmas Pembantu Lasiana dengan menajemen asuhan kebidanan dan
pendokumentasian secara SOAP.
4.2.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada
tanggal 27 Maret 2023 di Puskesmas Pembantu Lasiana
diperoleh data sebagai berikut; nama klien Ny. A.N umur 26
tahun, Agama Kristen Protestan, Suku Timor, pendidikan
terakhir S1, pekerjaan Ibu Rumah Tangga. Suami Tn.A.O.T
umur 30 tahun, bekerja sebagai Wiraswasta, alamat tempat
tinggal Lasiana dengan alamat rumah yang sama dengan
suami. Dan saat ini ibu mengatakan tidak ada keluhan. Pada
riwayat menstruasi, ibu mengatakan pertama kali menstruasi
pada umur 14 tahun, siklus 28 hari, lamanya darah 3 hari,
sifat darah encer, tidak ada nyeri haid. Perhitungan usia
kehamilan dikaitkan dengan Hari Pertama Haid Terakhir 21
Juli 2022. Riwayat perkawinan ibu mengatakan status
156

pernikahannya sah secara agama dan hukum, lamanya


kawin 1 tahun, umur saat kawin 25 tahun dan ini merupakan
perkawinan ibu yang pertama. Riwayat KB ibu mengatakan
belum pernah menggunakan KB.
Riwayat kehamilan yang lalu, ibu mengatakan belum
pernah melahirkan dan ini adalah kehamilan pertamanya.
Riwayat kehamilan sekarang ibu mengatakan selama hamil
ibu melakukan pemeriksaan di Puskesmas Pembantu
Lasiana sebanyak 6 kali, yaitu Trimester I sebanyak 2 kali,
Trimester II sebanyak 1 kali, dan Trimester III sebanyak 3
Kali, terapi yang diberikan yaitu Sulfat Ferosus (30) 200 mg
xxx 1 tablet/hari, Vitamin C (30) 50 mg xxx 1x/hari,
Calsium Lactate (30) 500 mg xxx 1 tablet/hari. KIE yang
diberikan yaitu minum obat secara teratur, tanda bahaya
kehamilan, ketidaknyamanan pada kehamilan dan persiapan
persalinan. Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) 5 pada tanggal 25 Januari 2023. Ibu
merasakan gerakan janin pertama kali pada saat umur
kehamilan 5 bulan, dan masih sering merasakan pergerakan
janin dalam 24 jam terakhir sebayak 8 kali.
Riwayat persalinan yang lalu ibu mengatakan belum
pernah melahirkan, ini adalah kehamilan pertamanya. Dan
ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti penyakit
menular (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis), penyakit menurun
(Hipertensi, Asma, DM), dan penyakit menahun (Jantung,
Ginjal, Paru), serta tidak ada keturunan kembar. Respon ibu
dan keluarga terhadap kehamilan ini, yakni ibu mengatakan
suami dan keluarga senang dengan kehamilan ibu saat ini,
dukungan dari keluarga baik, suami mengantarkan ibu
untuk memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Pembantu
Lasiana. Ibu berencana melahirkan di Klinik Bersalin
Praktik Mandiri Bidan Eta. Kegiatan ibu sehari-hari ibu
157

dirumah yaitu mengurus suami, menyapu, memasak dan


mencuci. Jenis kelamin yang diharapakan yaitu ibu beserta
keluarga mengatakan laki-laki atau perempuan sama saja
yang penting bayinya sehat. Pengambilan keputuan dalam
keluarga adalah bersama yakni suami dan istri.
Ibu mengatakan bahwa tidak pernah merokok, tidak
pernah mengonsumsi minuman ber-alkohol, tidak pernah
mengonsumsi obat terlarang dan tidak pernah minum kopi.
Riwayat seksual ibu sebelum hamil biasanya 3 kali
seminggu dan selama hamil ibu mengatakan tidak pernah
melakukan hubungan seksual, dan tidak ada keluhan. Ibu
mengatakan untuk pola makan, ibu biasanya makan nasi,
sayur, ikan, telur, tempe, daging, dan lain-lain dengan
frekuensi 3 kali sehari, nafsu makan baik, dan minuman
yang dikonsumsi yakni air putih. Pada pola eliminasi, ibu
biasanya buang air besar 1-2 kali sehari, warna kuning
denga bau khas feses dan tidak ada keluhan saat buang air
besar dan buang air kecil 5-6 kali sehari, warna jernih
dengan bau khas amoniak dan tidak ada keluhan saat buang
air kecil. Ibu biasanya tidur siang 1 jam dan tidur malam 6-7
jam, tanpa ada keluhan. Ibu mengatakan untuk kebersihan
diri, biasanya mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari,
keramas rambut 2 kali seminggu, dan ganti pakaian dalam
3-4 kali sehari atau apabila lembab. Pola istirahat, ibu
mengatakan selama hamil tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur
malam 7-8 jam/hari, aktivitas ibu sehari-hari adalah
menyapu, memasak, mencuci dan mengurus anak
b. Data Objektif
Data objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
terhadap Ny.A.N yaitu tafsiran persalinan 28 April 2023
pada pemeriksaan umum keadaan umum ibu baik,
kesadaran komposmentis, bentuk tubuh lordorsis, ekspresi
158

wajah ceria. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yakni


tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali per menit,
pernapasan 20 kali permenit, dan suhu badan 36,5̊C, berat
badan sebelum hamil 48 kg dan berat badan saat ini 58 kg
dengan tinggi badan ibu 158 cm dan lila 24,2 cm.
Palpasi abdominal, Leopod I 2 jari dibawah prosesus
xipoideus, pada bagian fundus teraba agak bulat, lunak dan
tidak melenting (bokong), leopold II pada perut bagian
kanan ibu teraba keras, datar dan memanjang seperti papan
(punggung), pada perut bagian kiri ibu teraba bagian-bagian
terkecil janin (ekstremitas), leopold III Pada perut bagian
bawah ibu teraba bulat, keras (kepala), sudah masuk PAP,
leopold IV divergen penurunan kepala 4/5. Mc Donald TFU
30 cm, TBBJ: 2.945 (tinggi fundus uteri-11) x 155 = (30-
11) x 155 = 2.945 gram, auskultasi DJJ 139×/menit
terdengar kuat, jelas dan teratur diperut sebelah kanan.
Refleks patella kanan/kiri positif (+).
Data Penunjang yang pernah dilakukan pada tanggal
25 Januari 2023 adalah Urine; protein urine dan urine
reduksi (-). Darah; golongan darah A, HB: 11, 5 gr%,
HbsAg non reaktif, HIV non reaktif, syphilis non reaktif,
malaria (-). Hasil penapisan menggunakan skor poedji
rochjati menghasilkan skor 2. Hasil skor tersebut didapatkan
bahwa Ny.A.N hamil tanpa masalah atau risiko fisiologis
dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal
dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2. Analisa Masalah dan Diagnosa
Pada kasus ini diagnose yang di tegakkan adalah G1P0A0AH0
Usia kehamilan 35 minggu 4 hari, janin tunggal, hidup,
intrauterine, presentasi kepala keadaan ibu dan janin baik.
159

Data subyektif
Ibu mengatakan hamil anak pertama, belum pernah
melahirkan, tidak pernah keguguran, ibu merasakan pergerakan
janin dari usia kehamilan 5 bulan dan masih sering merasakan
pergerakan janin dalam 24 jam terakhir sebanyak 8 kali. Ibu
mengatakan HPHT: 21 Juli 2022.
Data obyektif
Tafsiran persalinan 28 April 2023. Pada pemeriksaan umum
keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital yakni tekanan darah 110/80 mmHg,
nadi 80 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit dan suhu 36, 5ºC.
Palpasi: Leopold I 2 jari dibawah prosesus xipoideus (teraba
bokong), leopold II pada perut bagian kanan ibu teraba punggung,
pada perut bagian kiri ibu teraba ekstremitas, leopold III pada perut
bagian bawah ibu teraba kepala dan sudah masuk pintu atas
panggul (PAP), leopold IV divergen penrunan kepala 4/5. Mc
Donald TFU; 30 cm, TBBJ: (30 cm - 11) × 155 = 2.945 gram.
Auskultasi: DJJ positif (+) dengan frekuensi 139 x/menit, kuat, jelas
dan teratur pada perut ibu bagian kanan, Perkusi: refleks patella
ka+/ki+.
3. Antisipasi Masalah potensial
Berdasarkan diagnosa diatas tidak ada antisipasi masalah potensial.
4. Tindakan Segera
Tidak ada tindakan segera yang dilakukan pada G1P0A0AH0 UK 35
minggu 4 hari, janin tunggal, hidup intrauterin, presentasi kepala,
keadaan ibu dan janin baik.
160

5. Perencanaan
Tanggal : 27 Maret 2023
Jam : 10.00 WITA
Tempat : Puskesmas Pembantu Lasiana
a. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga rasionalnya
menjalin hubungan yang baik dan saling percaya antara ibu,
petugas kesehatan (bidan) dan mahasiswa.
b. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu rasionalnya
informasi yang jelas merupakan hak ibu untuk mengetahui
kondisi kehamilannya, sehingga ibu lebih kooperatif terhadap
asuhan yang diberikan.
c. Jelaskan pada ibu tentang ketidaknyamanan yang ibu rasakan
selama kehamilan trimester III, dan cara mengatasinya.
d. Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III
rasionalnya ibu hamil akan mengalami perubahan fisik dan
psikis yang fisiologis ketika tubuh tidak mampu beradaptasi
dengan perubahan itu maka akan berubah menjadi keadaan
yang patologis.
e. Jelaskan pada ibu tanda-tanda persalinan rasionalnya agar ibu
mengetahui secara dini apa yang merupakan tanda-tanda
persalinan, sehingga ketika tanda-tanda itu dirasakan ibu
segera ke tenaga kesehatan.
f. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya rencana persiapan
persalinan rasionalnya persiapan persalinan merupakan cara
untuk mengurangi kecemasan dalam menghadapi persalinan
dan ibu mendapat pertolongan tepat waktu serta semua
kebutuhan ibu terpenuhi saat persalinan.
g. Jelaskan pada ibu untuk makan makanan yang bergizi
rasionalnya agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan
membantu pertumbuhan janin, pola istirahat secara teratur
sesuai dengan jadwal yang dianjurkan.
161

h. Jelaskan pentingnya istirahat yang cukup dan teratur


rasionalnya istirahat yang cukup dan teratur dapat membantu
proses metabolisme tubuh dan meningkatka stamina ibu.
i. Jelaskan pada ibu untuk minum vitamin secara teratur dan
sesuai dosis rasionalnya minum obat sesuai dosis dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan ibu dan janin,
serta meningkatkan kesehatan ibu.
j. Jadwalkan kunjungan ulang atau segera bila ada keluhan dan
mengalami tanda bahaya rasionalnya kunjungan ulang
merupakan cara untuk mengetahui kondisi ibu dan bayi, serta
dapat mengantisipasi adanya tanda-tanda bahaya.
k. Dokumentasikan hasil pemerksaan pada status ibu, buku KIA
dan buku register rasionalnya dokumentasi merupakan bukti
pelayanan bidan, sebagai bahan evaluasi, tanggung jawab dan
tanggung gugat, serta sebagai acuan untuk asuhan selanjutnya.
6. Pelaksanaan
Tanggal : 27 Maret 2023
Jam : 10.05 WITA
Tempat : Puskesmas Pembantu Lasiana
a. Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga, terjalin
hubungan yang baik dan saling percaya antara ibu, petugas
kesehatan (bidan), dan mahasiswa.
b. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu seperti, KU:
baik, kesadaran; composmentis, TTV: TD: 110/80 mmHg,
Suhu: 36,5̊c, Nadi: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, presentasi
kepala janin bagian terendah, DJJ normal dengan frekuensi
139 x/menit, keadaan ibu dan janin baik.
c. Menjelaskan pada ibu ketidaknyamanan trimester III yaitu
perut bawah sakit adalah normal, dimana kepala janin sudah
mulai turun, cara mengatasinya dengan jangan terlalu
mengerjakan pekerjaan yang berat, latihan nafas bila ada sakit
muncul (bernapas lewat hidung dan keluarkan lewat mulut
162

secara perlahan lahan), saat sedang tidur memperbanyak


miring kiri. Ibu menyetujui dan menerapkannya.
d. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya kehamilan trimester
III yaitu; sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, oedema
pada kaki, tangan dan wajah, nyeri ulu hati, nyeri perut yang
hebat, keluar darah dari jalan lahir, ketuban pecah sebelum
waktunya, gerakan janin berkurang dan apabila mengalami
salah satu tanda bahaya tersebut segera datang ke fasilitas
kesehatan.
e. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda persalinan seperti; terasa
sakit pada pinggang menjalar keperut bagian bawah, perut
terasa kencang-kencang yang kuat dan teratur, frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit, keluar lendir bercampur darah
dari jalan lahir.
f. Menjelaskan pada ibu pentingnya rencana persiapan
persalinan seperti tempat persalinan, siapa yang menolong,
biaya transportasi, pendamping persalinan, alat transportasi,
kebutuhan ibu dan bayi saat persalinan seperti 1 tas yang
sudah berisi pakaian bayi, popok, bedong, sarung tangan, kaos
kaki, topi bayi, baju ibu kancing depan, pembalut, kain batik,
celana dalam, dan underped, serta calon pendonor darah.
g. Menjelaskan pada ibu pentingnya makan makanan yang
bergizi seimbang seperti nasi, sayur-sayuran hijau, ikan, telur,
tempe, tahu, daging ayam/sapi, buah-buahan, serta minum air
putih secukupnya (8-12 gelas/hari), konsumsi juga susu ibu
hamil.
h. Menjelaskan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur
yaitu, tidur siang 1-2 jam dan tidur malam7-8 jam. Agar
membantu kekebalan tubuh atau sistem imun ibu.
i. Menjelaskan pada ibu pentingnya mengonsumsi vitamin
secara teratur yaitu; sulfate ferosus (1×200 mg) penting dalam
pembentukan hemoglobin sehingga dapat membantu
163

mengatasi anemia, vitamin c (1×50 mg) untuk peningkatan


sistem kekebalan tubuh, mendukung perkembangan organ
tubuh bayi, dan membantu penyerapan zat besi, diminum pada
malam hari sesudah makan dengan air putih, dan kalsium
laktat (1×500 mg) untuk membantu pertumbuhan janin, dan
menguatkan jaringan tulang dan gigi dalam kandungan,
diminum pada pagi hari sesudah makan dengan air putih.
j. Menjadwalkan kunjunga ulang pada tanggal 10 April 2023
atau segera bila ada keluhan atau tanda-tanda
bahaya/persalinan.
k. Mendokumetasikan hasil pemeriksaan pada status pasien,
buku KIA dan buku register.
7. Evaluasi
Tanggal : 27 Maret 2023
Jam : 10.10 WITA
Tempat : Puskesmas Pembantu Lasiana
a. Sudah terjalin hubungan baik dan saling percaya antara ibu,
petugas kesehatan (bidan) dan mahasiswa.
b. Ibu dan keluarga merasa senang dengan hasil
pemeriksaannya yang telah disampaikan.
c. Ibu mengerti dan bersedia ke fasilitas kesehatan bila
mengalami tanda-tanda persalinan.
d. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
e. Ibu mengerti dan bersedia ke fasilitas kesehatan bila
mengalami tanda bahaya.
f. Ibu mengerti dan bersedia mendiskusikan dengan suami dan
keluarga mengenai rencana persiapan persalinan.
g. Ibu mengerti dan bersedia mengatur pola makan yang
bergizi seimbang.
h. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan
istirahat yang cukup.
164

i. Ibu mengerti dan bersedia minum obat secara teratur dan


sesuai dosis.
j. Ibu bersedia untuk kontrol ulang sesuai jadwal atau bila ada
keluhan.
k. Semua hasil pemeriksaan telah dicatat dengan baik.

Kunjungan Rumah Ke-1


Tanggal : 30 Maret 2023
Jam : 16.30 WITA
Tempat : Rumah Ny.A.N
Subjektif
Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan, dan gerakan janin aktif.
Ibu mengatakan HPHT: 21 Juli 2022
Tafsiran Persalinan 28 April 2023, keadaan umum: baik kesadaran
composmentis tanda-tanda vital; tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi:
82×/menit, pernapasan: 21×/menit, suhu: 36.60C. Leopold I tinggi
fundus uteri 3 jari dibawah prosesus xipodeus, pada fundus teraba
lunak, bulat, tidak melenting (bokong), leopold II pada perut bagian
kanan ibu teraba keras, datar, memanjang seperti papan (punggung)
sedangkan pada punggung kiri ibu teraba bagian-bagian terkecil
janin, Leopold III pada segmen bawah rahim ibu teraba keras, bulat,
(kepala) tidak dapat digoyangkan, sudah masuk pintu atas panggul
(PAP), Leopold IV divergen, penurunan kepala 4/5. Mc.Donald 30
cm, TBBJ 2945 (30 cm – 11 ×155), auskultasi DJJ tidak dilakukan.
Analisa
G1P0A0AH0 usia kehamilan 36 minggu janin tunggal, hidup
intrauterin, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik.
Penatalaksanaan
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami mengenai hasil
pemeriksaan yaitu tanda-tanda vital ibu dalam batas normal,
keadaan ibu dan janin baik.
165

2. Memastikan kembali ibu telah melakukan anjuran dari bidan


yaitu mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, seperti
nasi, sayur-sayuran hijau, tempe, tahu, ikan, dan selingi dengan
buah-buhan yang berserat tinggi, serta minum air putih yang
banyak. Ibu sudah melakukan anjurkan yang diberikan oleh
bidan dan sudah mengonssumsi makanan yang bergizi.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur yaitu
tidur siang minimal 1-2 jam/hari, tidur malam 7-8 jam/hari. Ibu
sudah istirahat sesuai dengan anjuran yang diberikan.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan aktivitas ringan seperti
jalan di pagi hari dan sore hari. Ibu bersedia melakukan anjuran
yang diberikan.
5. Menjelaskan kembali pada ibu perencanaan dan persiapan
persalinan seperti ibu mau melahirkan dimana, siapa yang akan
dampingi ibu saat melahirkan, siapa yang akan tolong ibu
bersalin, transportasi apa yang digunakan ibu saat ingin
bersalin, biaya ibu bersalin, ibu mengerti dan akan
mempersiapkannya.
6. Menjelaskan pada ibu pentingnya ikut KB setelah persalinan
untuk menjarakkan kehamilan dan agar ibu mempunyai waktu
untuk merawat diri sendiri, anak dan keluarga. Ibu mengerti
dengan penjelasan dan mau mengikuti KB setelah 40 hari
persalinan.
7. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan. Semua hasil
pemeriksaan telah didokumentasikan.
166

Kunjungan Rumah Ke-2


Tanggal : 06 April 2023
Jam : 16.10 WITA
Tempat : Rumah Ny.A.N
Subjektif
Ibu mengatakan gerakan janin aktif dan saat ini ada keluhan nyeri
perut bagian bawah, HPHT: 21 Juli 2022
Objektif
Tafsiran persalinan: 28 April 2023, keadaan umum: baik, kesadaran:
compomentis. Tanda-Tanda Vital, Tekanan Darah: 120/80 mmHg,
Nadi: 80×/menit, Pernapasan: 22×/menit, Suhu: 36,7 0C. Leopold I
TFU: 3 jari dibawah Prosesus xipodeus. Pada fundus teraba lunak,
bulat, tidak melenting (bokong), leopold II Pada perut bagian kanan
ibu teraba keras, datar, memanjang seperti papan (punggung)
sedangkan pada punggung kiri ibu teraba bagian-bagian terkecil
janin, Leopold III Pada segmen bawah rahim ibu teraba keras, bulat,
(kepala) tidak dapat digoyangkan, sudah masuk pintu atas panggul
(PAP), Leopold IV Divergen, penurunan kepala 4/5. Mc.Donald 30
cm, TBBJ 3100 (31 cm – 11 ×155), auskultasi DJJ tidak dilakukan.
Analisa
G1P0A0AH0 usia kehamilan 37 minggu janin tunggal, hidup
intrauterin, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik.
Penatalaksanaan
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil
pemeriksaan yaitu tanda-tanda vital ibu dalam batas normal,
keadaan ibu dan janin baik. Ibu dan keluarga merasa senang
dengan hasil pemeriksaannya yang telah disampaikan.
2. Mengevaluasi perencanaan dan persipan persalinan seperti ibu
mau melahirkan dimana. Ibu mengatakan akan melahirkan di
Klinik Bersalin Bidan Eta. Siapa yang akan dampingi ibu saat
melahirkan. Ibu mengatakan suami yang akan mendampingi ibu
saat proses persalinan. Siapa yang akan tolong ibu bersalin. Ibu
167

mengatakan bidan. Transportasi apa yang digunakan ibu saat


ingin bersalin. Ibu mengatakan mobil yang akan mengantar ke
Tempat Praktik Mandiri Bidan. Biaya ibu bersalin. Ibu dan
suami sudah menyiapkan.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur yaitu
tidur siang minimal 1-2 jam/hari, tidur malam 7-8 jam/hari. Ibu
sudah istirahat sesuai dengan anjuran yang diberikan.
4. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda persalinan seperti keluar
lendir bercampur darah dari jalan lahir, nyeri perut hebat dari
pinggang menjalar ke perut bagian bawah secara terus menerus.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan apabila
mendapatkan salah satu tanda bahaya seperti keluar darah dan
lendir dari jalan lahir maka ibu segera ke fasilitas kesehatan.
5. Menjelaskan kembali pada ibu tentang tanda bahaya trimester
III seperti perdarahan pervaginam yang banyak dan belum
waktu untuk bersalin, sakit kepala hebat, nyeri abdomen yang
hebat, bengkak pada muka dan tangan, gerakan janin berkurang
dan keluar cairan pervaginam. Ibu mengerti dengan penjelasan
dan dapat menyebutkan salah satu tanda bahaya trimester III
yaitu, sakit kepala hebat.
6. Menjelaskan pada ibu pentingnya ikut KB setelah persalinan
untuk menjarakkan kehamilan dan agar ibu mempunyai waktu
untuk merawat diri sendiri, anak dan keluarga. Ibu mengerti
dengan penjelasan dan mau mengikuti KB setelah 40 hari
persalinan.
7. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan. Semua hasil
pemeriksaan telah didokumentasikan.
168

4.2.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


Tanggal : 12 April 2023
Jam : 09.55 WITA
Tempat : Tempat Praktik Mandiri Bidan
Kala 1 Fase Aktif
Subyektif:
Ibu mengatakan merasa sakit pinggang menjalar ke perut
bagian bawah, disertai keluar lendir bercampur darah pada tangal 11
April 2023 pukul 22.30 WITA.
Obyektif:
Pada hasil pemeriksaan di dapatkan keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
82×/menit, pernapasan 20×/menit, suhu 36,70C.
Leopold I TFU 3 jari dibawah Prosesus Xiphodeus, pada
fundus teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong). Leopold II
pada perut bagian kanan ibu teraba keras, datar, dan memanjang
seperti papan (punggung), pada perut bagian kiri ibu teraba bagian
terkecil janin (ekstremitas). Leopold III pada perut ibu bagian bawah
teraba bulat, keras (kepala) bagian terendah sudah masuk Pintu Atas
Panggul, leopold IV penurunan kepala 3/5. Mc Donald TFU 31 cm,
TBBJ 3.100 gram, His Frekuensi 3 kali dalam 10 menit durasi 35 - 40
detik. Auskultasi DJJ 148×/menit terdengar jelas, kuat, dan teratur
pada titik maksimum. Pada pemeriksaan dalam: vulva/vagina tidak
ada kelainan, portio teraba tipis, pembukaan 6 cm, selaput ketuban
positif, bagian terendah janin kepala, posisi ubun-ubun kecil kiri
depan, tidak ada molase, turun hodge III.
Analisa
G1P0A0AH0 usia kehamilan 37 minggu 5 hari, janin tunggal, hidup,
intrauterin, presentasi kepala, Inpartu kala 1 fase aktif keadaan ibu
dan janin baik.
169

Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu: tekanan darah
110/70 mmHg, Suhu 36,70C, Nadi 82×/menit, pernapasan
20×/menit. Pembukaan serviks 6 cm, His 3 kali dalam 10 menit
durasi 25-30 detik, DJJ 148×/menit. Ibu sudah mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Mengajarkan ibu melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi
rasa nyeri yaitu dengan menarik napas panjang melalui hidung dan
hembuskan perlahan melalui mulut. Ibu mengerti dan sudah
melakukann relaksasi.
3. Menganjurkan pada ibu untuk tidur miring kiri jika ibu berada di
tempat tidur, menyarankan ibu untuk berjalan disekitar ruangan,
dan menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin. Ibu
mengerti dan mau melakukannya.
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada
kontraksi untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah
dehidrasi pada saat proses persalinan nanti. Ibu mau minum dan
makan saat belum ada kontraksi.
5. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu dengan cara menjaga privasi ibu, menjelaskan
proses dan kemajuan persalinan, menjelaskan prosedur yang akan
dilakukan dan keterlibatan ibu dan menjaga kandung kemih ibu
tetap kosong. Ibu mengerti dan mau melakukannya.
6. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama proses
persalinan dan meja resusitasi.
Saff I: Partus Bak instrument berisi handscon steril 2 pasang, klem
steril 2 buah, gunting episiotomi 1 buah, gunting tali pusat 1 buah,
penjepit tali pusat, ½ kocher 1 buah, kasa secukupnya. Tempat
berisi obat; oxytocin 1 ampul (10 IU), jarum suntik 3 cc dan 5 cc,
Vitamin K, salep mata oxythetracylin 1%.
saff II: Heacting set, handscon steril 1 pasang, nealfooder, catgut
benang 1 buah, catgut cromik ukuran 0.3 gunting benang 1 buah,
170

pinset 2 buah (anatomis dan chirurgis) kasa secukupnya,


penghisap lendir, tempat plasenta, tempat air clorin 0,5%, tempat
sampah tajam, thermometer, stetoskop, dan tensi meter.
Saff III: Pakaian bayi, alat pelindung diri (celemek, masker), alat
resusitasi. Alat dan bahan telah disiapkan sesuai dengan saff.
7. Memantau dan mengobservasi kontraksi uterus, denyut jantung
janin (DJJ), nadi setiap 30 menit. Penurunan kepala, pembukaan
serviks dan tekanan darah setiap 4 jam dan suhu setiap 2 jam.
Hasil observasi telah di di dokumentasikan pada lembar partograf.
Inpartu kala II
Tanggal : 12 April 2023
Jam : 14.00 WITA
Tempat : Tempat Praktik Mandiri Bidan
Subyektif:
Ibu mengatakan sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah,
ingin buang air besar dan mengedan. Keluar air-air dari jalan lahir
pukul 13.58 WITA.
Obyektif:
Keadaan umum: baik; kesadaran: Composmentis TTV: TD:
110/70 mmHg, nadi 80×/menit, DJJ 148×/menit, suhu 36, 70C,
pernapasan 20×/menit. His 5 kali dalam 10 menit lamanya 45-55 detik
ketuban pecah spontan warna jernih. Pemeriksaan dalam pukul 14.00
WITA ketuban pecah spontan. Hasil periksa dalam vulva/vagina tidak
ada kelainan, tidak ada oedema, tidak ada varises, portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, selaput ketuban negatif, presentasi kepala, posisi
ubun-ubun kecil depan, tidak ada molase, penurunan kepala hodge IV.
Analisa: Inpartu kala II
Penatalaksanaan:
Menolong persalinan dengan 60 langkah APN:
1. Memastikan dan mengawasi tanda dan gejala kala II yaitu ada
dorongan meneran, tekanan anus, perineum menonjol, vulva
171

membuka. Sudah ada tanda dan gejala kala II. Sudah ada tanda
dan gejala kala dua.
2. Memastikan kelengkapan alat dan mematahkan oxytocin 10 IU (1
ml) serta membuka spuit 3 cc sudah dimasukkan dalam partus set.
Alat sudah lengkap, ampul oksitosin sudah dipatahkan, dan spuit 3
cc sudah dimasukkan dalam partus set.
3. Memakai topi, kacamata, masker, celemek dan sepatu boot. APD
sudah dipakai kecuali kacamata, topi, dan sepatu boot tidak ada.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan denga sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk yang bersih dan kering. Semua
perhiasan sudah dilepas dan sudah mencuci tangan dibawah air
mengalir.
5. Memakai sarung tangan DTT di tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam. Sarung tangan telah dipakai.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung. Isi dengan
okxytocin dan letakan kembali dalam partus set. Oksitosin
merangsang kontraksi uterus untuk membantu pelepasan placenta
dan mencegah perdarahan. Oksitosin sudah disiapkan.
7. Menggunakan sarung tangan lengkap dan lakukan vulva haygiene.
Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan
gerakan dari vulva ke perineum. Vulva merupakan pintu
masuknya mikrooganisme kedalam tubuh. Vulva haygiene sudah
dilakukan.
8. Melakukan pemeriksaan dalam, mendeteksi dini komplikasi dan
memantau jalan pesalinan. Hasil pemeriksaan yaitu vulva vagina
tidak ada kelainan, pembukaan 10 cm, kantung ketuban negativif,
presentasi belakang kepala ubun-ubun bagian depan, penurunan
hodge IV, dan tidak ada molase.
9. Mencelupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0, 5%
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan clorin 0, 5%. Dekontaminasi dalam
172

larutan clorin 0, 5% dapat membunuh kuman sebanyak 80 persen.


Sarung tangan sudah didekontaminasi.
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi uterus
selesai. Saat his terjadi aliran darah plasenta yang dapat
menyebabkan komprensi terhadap tali pusat sehingga
menyebabkan DJJ menurun. DJJ positif
11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan telah lengkap dan keadaan
janin baik. Ibu mengerti dan merasa senang.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi ibu yaitu kepala
melihat keperut/fundus, tangan merangkul kedua pahanya lalu
meneran dengan menarik napas panjang lalu hembuskan perlahan
lewat mulut tanpa mengeluarkan suara. Ibu memilih posisi
setengah duduk.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran, membimbing ibu untuk meneran secara benar
dan efektif yaitu saat ada kontraksi yang kuat mulai menarik napas
panjang, kedua paha ditarik kebelakang dengan kedua tangan,
kepala diangkat mengarah keperut, meneran tanpa suara. Ibu
meneran dengan baik.
14. Meminta kepada ibu untuk tidur miring kiri bila ibu merasa belum
ada dorongan untuk meneran. Ibu mengikuti anjuran.
15. Meletakkan handuk bersih diatas perut bawah ibu untuk
mengeringkan bayi. Handuk bersih sudah disipakan diatas perut
ibu, saat bayi tampak membuka vulva 5-6 cm.
16. Kain bersih dilipat 1/3 bagian diletakkan dibawah bokong ibu
sebagai alas untuk menyokong perineum. Kain telah disiapkan.
17. Membuka tutupan partus set dan periksa kembali kelengkapan
peralatan dan bahan. Telah diperiksa dan kelengkapan alat dan
bahan lengkap.
18. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan. Sarung tangan
telah dipakai pada kedua tangan.
173

19. Melindungi perineum dengan 1 tangan yang dilapisi dengan kain


bersih dan kering saat kepala bayi tampak membuka vulva 5-6 cm,
menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat
dan dangkal, tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan defleksi sehingga lahir berturut-turut, ubun-ubun besar,
ubun-ubun kecil, muka, mulut, dan dagu. Perineum disokong
dengan baik dan kepala bayi sudah lahir.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher bayi. Tidak ada
lilitan tali pusat.
21. Menunggu hingga kepala bayi selesai melakukan putaran paksi
luar secara spontan. Kepala janin sudah melakukan putaran paksi
luar sesuai punggung janin.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparieatal. Melakukan biparietal menarik kearah bawah untuk
melahirkan bahu depan, bahu depan sudah lahir kemudian menarik
keatas untuk melahirkan bahu belakang. Bahu belakang sudah
lahir.
23. Setelah bahu lahir, menggeserkan tangan bawah kearah perineum
ibu untuk menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah bawah
menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah bawah. Telah dilakukan sanggah dan susur.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai pegang kedua mata kaki. Seluruh
tubuh bayi berhasil dilahirkan. Jam: 14.11 WITA, bayi lahir
spontan pervaginam jenis kelamin perempuan.
25. Melakukan penilaian sepintas: bayi menangis kuat, warna kulit
kemerahan, bayi bergerak aktif. Mengeringkan tubuh bayi. Bayi
telah dikeringkan.
26. Mengeringkan tubuh bayi. Mengeringkan mulai dari wajah,
kepala, dan bagian tubuh lainnya keculi bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Mengganti handuk basah degan yang
kering.
174

Kala III
Tanggal : 12 April 2023
Jam : 14.12 WITA
Tempat : Tempat Praktik Mandiri Bidan
Subyektif
Ibu mengatakan perutnya terasa mules.
Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, terjadi semburan
darah yang tiba-tiba, uterus teraba bundar kontraksi uterus baik, TFU
setinggi pusat ada keluar darah dari jalan lahir, tali pusat bertambah
panjang.
Analisa: Inpartu Kala III
Penatalaksanann
27. Memeriksa uterus dan pastikan tidak ada bayi kedua dalam uterus;
uterus telah diperiksa, TFU setinggi pusat dan tidak ada bayi
kedua.
28. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oxytosin agar fundus
berkontaksi dengan baik. Ibu mengerti dan mau disuntik.
29. Dalam 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikan oksitosin 10 IU
dengan dosis 1 ml secara intra muscular (IM) di 1/3 paha kanan
atas ibu bagian luar, aspirasi terlebih dahulu. Oksitosin
merangsang kontraksi uterus dengan kuat dan efektif sehingga
mempercepat pelepasan plasenta dan mengurangi perdarahan.
Oksitosin sudah disuntikan di paha kanan.
30. Menjepit tali pusat dengan klem tali pusat, kira-kira 3-5 cm dari
pangkal tali pusat (umbilicus bayi) kemudian dari sisi luar klem
penjepit, dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan
penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari klem yang pertama.
31. Melakukan pemotongan tali pusat yang telah diklem. Tali pusat
telah dipotong dengan cara tangan kiri melindungi perut bayi dan
tangan kanan melakukan pemotongan diantara kedua klem.
175

Melepaskan klem dan masukan kedalam wadah yang telah


disediakan. Tali pusat telah dipotong.
32. Meletakkan bayi diatas dada ibu agar ada kontak kulit antara ibu
dan bayi dengan posisi tengkurap, luruskan bahu bayi sehingga
menempel di dada/perut ibu, mengusahakan bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari posisi putting ibu,
bayi berusaha mencari puting susu ibu, menyelimuti ibu dan bayi
dengan kain agar hangat dan memberi topi pada bayi. Bayi sudah
diletakan diatas dada ibu dengan posisi tengkurang, sudah terjadi
kontak kulit, sudah mencari putting susu dan sudah diberi topi
pada bayi.
33. Memindahkan klem tali pusat berjarak 5-10 cm dari vulva. Klem
telah dipindahkan 5-10 cm dari vulva.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain di perut ibu tepi atas simpisis
ibu, untuk mendeteksi atau memantau tanda-tanda pelepasan
plasenta, tangan sudah diletakkan diatas perut ibu dan sudah ada
tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu perubahan bentuk dan tinggi
fundus uteri, tali pusat semakin memanjang, dan adanya semburan
darah secara tiba-tiba.
35. Setelah uterus berkontraksi, tali pusat diregangkan kembali tangan
yang lain melakukan dorsolcranial, tarik secara perlahan dan
meminta ibu untuk meneran. Tali pusat sudah diregangkan.
36. Kemudian tali pusat diregangkan sejajar lantai lalu keatas
mengikuti jalan lahir, tali pusat sudah diregangkan sejajar laintai
lalu keatas mengikuti jalan lahir.
37. Setelah plasenta lahir putar dan pilin plasenta perlahan-lahan
berhasil dilahirkan. Plasenta lahir spontan pada pukul 14.20
WITA.
38. Melakukan masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi dengan baik (fundus keras). Masase
uterus merangsang miometrium berkontraksi sehingga terjadi
176

vasokontraksi pembuluh darah yang dapat mencegah atonia uteri.


Uterus berkontaksi dengan baik.
39. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum,
melakukan penjahitan apabila ada laserasi yang menyebabkan
perdarahan. Robekan jalan lahir akan mengakibatkan perdarahan
aktif, ada laserasi dipereneum derajat 1 (mukosa vagina, komisura
anterior, kulit pereneum) dan segera dijahit.
40. Memeriksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta, memastikan
plasenta dan selaput lahir lengkap, utuh dan masukan plasenta
kedalam kantong plastik. Jaringan plasenta yang tertahan
menghambat kontaksi uterus sehingga menyebabkan atonia uteri.
Plasenta dan selaput ketuban lengkap.
Kala IV
Tanggal : 12 April 2023
Jam : 14.30 WITA
Tempat : Tempat Praktik Mandiri Bidan
Subyektif
Ibu mengatakan merasa senang karena sudah melewati proses
persalinan dengan keadaan selamat.
Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV :TD 110/70
mmHg, suhu 36,50C, nadi 78×/menit, pernapasan 20×/menit tinggi
fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, tidak ada
perdarahan pervaginam, kandung kemih kosong, jahitan derajat 1
(mukosa vagina, komisura anterior, kulit pereneum) dan sudah
diheacting.
Analisa: Inpartu Kala IV
Penatalaksanaan
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam. Mengevaluasi perdarahan aktif, uterus
baik memudahkan kala IV berlangsung normal. Uterus
berkontraksi dengan baik dan perdarahan normal.
177

42. Memastikan kandung kemih kosong. Sudah dilakukan kandung


kemih ibu kosong.
43. Mencelupkan sarung tangan yang terpakai kedalam larutan clorin
0, 5%. Sarung tangan sudah dicelup kedalam larutan clorin 0, 5%.
44. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus
untuk menilai kontraksi. Ibu dan keluarga dapat melakukan
masase uterus.
45. Memeriksa nadi ibu dan kandunng kemih setip 15 menit selam 1
jam pertama pasca persalinan. Memeriksa suhu tubuh ibu setiap 1
jam selama 2 jam pasca perslinan. Mengidentifikasi masalah yang
mungkin terjadi. Sudah dilakukan pemeriksaan dan terlampir pada
partograf.
46. Memeriksa jumlah perdarahan. Jumlah perdarahan ±100 cc.
Memeriksa dan pastikan ibu dalam keadaan baik. Ibu dalam
keadaan baik.
47. Memantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas dengan
baik. Bayi bernapas dengan baik.
48. Membersihkan ibu dengan air DTT, membersihkan cairan
ketuban, lender dan darah, membantu ibu memakai pakian yang
bersih dan kering. Memberi rasa nyaman kepada ibu dan
mencegah infeksi silang. Badan ibu telah dibersihkan dengan air
DTT dan telah dipakaikan pakaian.
49. Memastikan ibu dalam keadaan nyaman dan membantu ibu
memberikan ASI kepada bayinya dan menganjurkan keluarga
untuk memberikan makan dan minum kepada ibu. Ibu dalam
keadaan nyaman dan ibu sudah makan dan minum.
50. Menempatkan semua peralatan bekas pakai kedalam larutan clorin
0, 5% untuk direndam selama kurang lebih 10 menit. Semua alat
sudah direndam.
51. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai. Sampah yang terkontaminasi dibuang kedalam
178

sampah medis dan sampah yang tidak terkontaminasi cairan tubuh


kedalam sampah non medis.
52. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin
0,5%selama 10 menit. Tempat tidur sudah didekontaminasi.
53. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan clorin 0,5%
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan clorin
0,5% selama 10 menit. Sarung tangan telah dilepas.
54. Melepaskan alat pelindung diri. Alat pelindung diri sudah dilepas.
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan handuk yang bersih. Sudah mencuci tangan dan
mengeringkan tangan.
55. Menjelaskan kepada ibu setelah 1 jam bayi dilahirkan, bayi akan
dilakukan pemberian antibiotik salep mata, dan penyuntikan
Vitamin K1. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
56. Menjelasakan kepada ibu akan dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik (head to toe)
pada bayi baru lahir. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
57. Menjelaskan kepada ibu setelah 1 jam pemberian vitamin K, bayi
akan diberikan imunisasi hepatitis B dipaha kanan. Ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan.
58. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
dalam larutan clorin 0,5 % selama 10 menit. Sarung tangan sudah
dilepaskan dan direndam dalam larutan clorin 0,5%.
59. Mencuci tangan dengan sabun dan air megalir tangan merupakan
media utama pengantara masuknya kuman penyebab penyakit.
Tangan sudah dicuci dengan teknik 6 langkah.
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang) periksa
tanda-tanda vital dan asuhan kala IV. Partograf sudah diisi.
179

4.2.3 Asuhan Bayi Baru Lahir


1. Asuhan Kebidanan Neonatus 1 Jam
Tanggal : 12 April 2023
Jam : 15. 20 WITA
Tempat : Tempat Praktik Mandiri Bidan
Subyektif
Ibu mengatakan anaknya menyusu dengan baik.
Obyektif
Keadaan umum baik, BB 2.700 gram, Panjang Badan 48 cm,
Lingkar Kepala 33 cm, Lingkar Dada 31 cm, Lingkar Perut 30 cm.
tanda-tanda vital, HR 142×/menit, Pernapasan 50×/menit, Suhu
36,50C.
Pemeriksaan Fisik:
Kepala : Tidak ada caput succedenum, tidak ada
hidrosefalus, tidak ada haematoma
Mata : ada alis, reflex kornea positif, reflex pupil
positif, sclera putih,
Hidung : tidak ada secret, tidak ada kelainan
Telinga : Simetris
Mulut dan : Reflekx menghisap dan menelan posetif, saliva
tenggorokan sedikit, dan tidak ada kelainan
Leher : ada reflex tonik
Abdomen : abdomen tidak ada kelainan, tali pusat tidak
berdarah
Genetalia dan : tidak ada kelainan, Jenis kelamin perempuan,
anus labia mayora sudah menutupi labia minora, ada
lubang anus, tidak ada kelainan
Ektremitas : tidak ada kelainan dan reflex Ada reflex moro,
Babinski, rooting, graps, dan swallow
Analisa:
Bayi Baru Lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam

Penatalaksanaan
180

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa kondisi


bayinya baik, tanda vital dalam batas normal. Heart rate
142×/menit, pernapasan 50×/menit, suhu 36,50C. BB 2.700
gram, PB 48 cm, LK 33 cm, LD 31 cm, LP 30 cm, hasil
pemeriksaan fisik bayi dalam keadaan normal. Ibu mengerti
dan senang dengan hasil pemeriksaan bayinya.
2. Memberikan salep mata oxythetracylin 1% pada mata bagian
kiri dan kanan bayi. Salep mata sudah diberikan pada bayi
3. Melakukan penyuntikan vitamin Neo-K di paha kiri dengan
dosis 1 mg disuntik sebanyak 0,1 cc, dengan cara pilih daerah
otot yang akan disuntik, untuk memudahkan identifikasi
suntikan neo-k di paha kiri, bersihkan daerah suntikan dengan
kasa atau bulatan kapas yang telah direndam dalam larutan
anti septik dan biarkan mengering. Yakinkan bahwa jenis dan
dosis obat yang diberikan sudah tepat, hisap obat yang akan
disuntik kedalam semprit dan pasang jarumnya, bila
memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, dengan satu gerakan
cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit, tarik tuas
semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak
menusuk dalam vena. Bila dijumpai darah cabut jarum tanpa
menyuntikan obat, pasang jarum streil yang baru ke semprit,
pilih tempat penyuntikan yang lain. Bila tidak dijumpai darah,
suntikan obat dengan tekanan kuat dalam waktu 3-6 detik.
Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan
tekan dengan bola kasa streil kering. Bayi sudah disuntik Neo
K.
4. Menjaga kehangatan tubuh bayi agar tidak hipotermi. Bayi
sudah dipakaikan pakaian, sarung tangan, sarung kaki, topi
dan selimut bayi.
5. Melakukan pendokumentasian pada buku catatan. Semua data
dan hasil pemeriksaan sudah di catat pada buku catatan.
181

2. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 2 Jam


Tanggal : 12 April 2023
Jam : 16.20 WITA
Tempat : Tempat Praktik Mandiri Bidan
Subyektif
Ibu mengatakan bayinya belum BAB dan sudah BAK 1 kali.
Obyektif
Keadaan umum baik, BB 2.700 gram, Panjang Badan 48 cm,
Lingkar Kepala 33 cm, Lingkar Dada 31 cm, Lingkar Perut 30 cm.
tanda-tanda vital, HR 140×/menit, Pernapasan 48×/menit, Suhu
36,60C.
Analisa:
Bayi Baru Lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 jam
Penatalaksanaan
1. Menyuntikan HB0 di paha kanan (0, 5 ml). HB0 telah disuntik
dipaha kanan.
2. Memantau dan memastikan bayi mendapat ASI yang cukup
dengan cara menjelaskan pada ibu bahwa bayi harus diberi ASI
minimal setiap 2 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam dengan
lamanya 10-15 menit tiap payudara dan selama 0-6 bulan bayi
hanya diberikan ASI saja tanpa makanan pendamping. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau
memberikan ASI saja pada bayi.
3. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya bayi baru lahir agar ibu
lebih dini mengetahui tanda bahaya dan agar lebih kooperatif
dalam merawat bayinya; tanda bahaya bayi baru lahir meliputi
bayi sulit bernapas, suu badan meningkat atau kejang, tali pusat
berdarah dan bengkak, serta bayi kuning. Jika terdapat salah
satu tanda atau lebih diharapkan agar ibu menghubungi petugas
kesehatan yang ada. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
182

4. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan tubuh bayi,


dan mengganti popok bayi bila bayi BAK/BAB. Ibu bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan.
3. Asuhan Kebidanan Neonatus 6 Jam (KN1)
Tanggal : 12 April 2023
Jam : 20.11 WITA
Tempat : Tempat Praktik Mandiri Bidan
Subyektif
Ibu mengatakan anaknya menyusu dengan baik, isapan bayi kuat,
sudah BAB 1 kali dan BAK sebanyak 2 kali.
Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, heart rate 140x/m,
pernapasan 43x/m, suhu 36,70C. Kulit merah muda, tidak ada nanah
pada mata, bayi terlihat menghisap kuat, tidak ada tarikan dinding
dada, tali pusat bersih, tidak ada perdarahan dan tidak ada infeksi,
ekstremitas tonus otot baik/bergerak aktif.
Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam keadaan
umum bayi baik.
Pentalaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisi bayinya baik-baik
saja, tanda vital dalam batas normal yaitu suhu heart rate
140x/m, pernapasan 43x/m, suhu 36,70C. Ibu mengerti dan
menerima informasi yang diberikan.
2. Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI ekslusif
selama 6 bulan tanpa makanan tambahan, dan menyusui
minimal setiap 2 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Ibu
mengerti dan bersedia untuk memberikan ASI ekslusif selama
6 bulan.
3. Menjelaskan pada ibu mengenai perawatan tali pusat yang
baik dan benar agar tidak terjadi infeksi pada bayi yakni,
setelah mandi tali pusat dibersihkan menggunakan air DTT
183

atau air matang dan dikeringkan menggunakan kasa tanpa


dibubuhi bedak atau apapun, dan biarkan tali pusat dalam
keadaan terbuka. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan bersedia untuk melakukannya.
4. Menjelaskan dan mengingatkan ibu agar selalu menjaga
kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi pada
bayi, dengan cara bayi dibungkus dengan kain dan selimut
serta dipakaikan topi agar tubuh bayi tetap hangat. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia
untuk menjaga kehangatan tubuh bayi.
5. Menjadwalkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan
ulang ke Puskesmas untuk memantau kondisi ibu dan bayi.
Ibu bersedia kunjungan ulang
6. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada buku register
dan buku KIA. Semua hasil pemeriksaan telah
didokumentasikan.
4. Asuhan Kebidanan Neonatus hari ke-4 (KN2)
Tanggal : 16 April 2023
Jam : 16.00 WITA
Tempat : Rumah Ny.A.N
Subyektif
Ibu mengatakan bayinya sehat, tidak ada keluhan, menyusu dengan
baik, isapan kuat, dan sudah BAB dan BAK.
Obyektif
Keadaan umum baik, Kesadaran composmentis, tanda-tanda vital
heart rate 138×/menit, pernapasan 45×/ menit, suhu 36,6 0C, bayi
menangis kuat, tonus otot aktif, kulit kemerahan, tidak ada nanah
pada mata, isapan kuat, tidak ada tarikan dinidng dada. Tali pusat
sudah puput tidak ada infeksi dan perdarahan, ekstremitas tonus
otot baik/bergerak aktif.
Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 4 hari.
184

Penatalaksanaan
1. Menginformasikan kepada ibu bahwa kondisi bayinya baik-
baik saja, tanda vital dalam batas normal, ibu terlihat senang
mendengar informasi yang diberikan.
2. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu warna
kulit biru atau pucat, muntah yang berlebihan, tali pusat
bengkak atau merah, kejang, demam atau panas tinggi, bayi
tidak mau menyusui, BAB encer lebih dari 3x/hari dan
anjurkan ibu untuk segera ketempat pelayanan terdekat bila
ada tanda tanda tersebut. Ibu mengerti dan bersedia ke
pelayanan kesehatan terdekat bila ada tanda bahaya pada
bayinya.
3. Memberitahu ibu kembali cara merawat tali pusat yang baik
dan benar agar ibu dapat melakukannya dirumah yaitu selalu
cuci tangan dengan bersih sebelum bersentuhan dengan bayi,
jangan membubukan apapun pada tali pusat bayi, biarkan tali
pusat bayi terbuka, tidak perluh ditutupi dengan kain kasa atau
gurita. Selalu jaga agar tali pusat selalu kering tidak terkena
kotoran bayi atau air kemihnya. Jika tali pusat terkena kotoran
segera cuci tangan dengan air bersih, lalu keringkan. Lipat
popok atau celana bayi dibawah tali pusat, biarkan tali pusat
terlepas, jangan pernah coba untuk menariknya karena dapat
menyebabkan perdarahan, perhatikan tanda-tanda infeksi
berikut ini: bernanah, tercium bau yang tidak sedap, ada
pembengkakan disekitar tali pusat. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberkan dan dapat mengulangi penjelasan
yang diberikan yaitu tidak menaburkan apapun pada tali pusat
bayinya.
4. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayi pada pagi hari, untuk
mencegah agar bayi tidak kuning. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan mau menjemur bayi pada pagi
hari.
185

5. Memberitahu ibu kembali menyusui bayinya sesering


mungkin,dan hanya ASI saja selam 6 bulan, bila bayi tidur
lebih dari 3 jam bangunkan bayi dengan cara menyentil
telapak kakinya. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan mau memberikan ASI kepada bayi seperti yang
diajarkan.
6. Mengingatkan ibu agar selalu menjaga kehangatan bayi untuk
mencegah terjadinya hipotermi pada bayi, yaitu bayi
dibungkus dengan kain dan selimut serta dipakaikan topi agar
tubuh bayi tetap hangat. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan bersedia untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
7. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang
lagi ke puskesmas atau posyandu untuk memantau kondisi
bayi dan untuk mendapatkan imunisasi BCG dan polio. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
8. Membuat kesepakatan untuk kunjungan ulang pada tanggal 10
Mei 2023. Ibu sudah bersedia bila di lakukan kunjungan
kembali.
9. Melakukan pendokumentasian pada buku catatan. Telah
dilakukan pendokumentasian pada buku catatan.
5. Asuhan Kebidanan Neonatus Hari Ke-28 (KN3)
Tanggal : 10 Mei 2023
Pukul : 16.30 WITA
Tempat : Rumah Ny.A.N
Subyektif
Ibu mengatakan bayinya sehat, tidak ada keluhan, bayinya
menyusui dengan baik.

Obyektif
Keadaan umum baik, Kesadaran composmentis, tanda vital heart
rate 142×/menit, pernapasan 45×/menit, suhu 36,7 0C, bayi
menangis kuat, tonus otot aktif, kulit kemerahan, tidak ada nanah
186

pada mata, isapan kuat, tidak ada tarikan dinidng dada, dan tali
pusat sudah terlepas dan tidak ada tanda infeksi.
Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 28 hari
Penatalaksanaan
1. Menginformasikan kepada ibu bahwa kondisi bayinya baik-
baik saja, tanda vital dalam batas normal, ibu terlihat senang
mendengar informasi yang diberikan.
2. Mengingatkan ibu utuk tetap memberikan ASI saja pada bayi
tanpa makanan tambahan apapun. Ibu mengerti dan mau
memberikan ASI saja pada bayi.
3. Mengingatkan ibu agar selalu menjaga kehangatan bayi untuk
mencegah terjadinya hipotermi pada bayi, yaitu bayi
dibungkus dengan kain dan selimut serta dipakaikan topi agar
tubuh bayi tetap hangat. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan bersedia untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
4. Mengingatkan kembali pada ibu tanda-tanda bahaya pada
bayi. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
5. Memberitahu ibu untuk menjaga personal hygiene bayi
seperti, mengganti pakaian bayi setiap kali basah, serta
memandikan bayi 1×1/hari dengan menggunakan air hangat.
Ibu mengerti dengan penjelasan dan bersedia menjaga
personal hygiene pada bayinya.
6. Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi dasar
pada bayi, berupa imunisasi BCG dan polio tetes 1 diberikan
pada usia 1 DPT 1 – HB-Hib 1 polio tetes 2 diberikan pada
usia 2 bulan, DPT2 – HB-Hib 2 dan polio tetes 3 diberikan
pada usia 3 bulan, dan DPT 3 – HB-Hib 3 dan polio tetes 4
dan IPV diberikan pada usia 4 bulan, dan campak iberikan
pada usia 9 bulan. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
disampaikan dan bersedia membawa bayinya untuk mengikuti
imunisasi sesuai penjelasan yang diberikan.
187

7. Menganjurkan pada ibu untuk menimbang bayinya secara


teratur diposyandu guna memantau pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan bersedia untuk ke posyandu.
8. Mendokumentasikan semua hasil pmeriksaan pada buku
catatan. Semua hasil pemeriksaan sudah didokumentasikan.

4.2.4 Asuhan Kebidanan Nifas


1. Asuhan Kebidanan Masa Nifas 6 Jam (KF1)
Tanggal : 12 April 2023
Jam : 20. 20 WITA
Tempat : Tempat Praktik Mandiri Bidan
Subyektif
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules.
Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
100/70 mmHg,nadi 80×/menit, pernapasan 20×/menit, suhu 36,5 0C.
pada pemeriksaan fisik, didapatkan hasil wajah tidak pucat, mata
simtetris, konjungtiva merah muda, leher tidak ada kelainan,
payudara simetris, putting susu menonjol, ada kolostrum pada
kedua payudara, kontraksi uterus baik, tinggi fundus uteri 2 jari di
bawah pusat, pengeluaran pervaginam yaitu lochea rubra berwarna
merah segar bau khas darah, tidak ada perdarahan, pengeluaran
lochea tidak berbau ± 50 cc dan kandung kemih kosong.
Analisa
P1A0AH1 postpartum normal 6 jam, keadaan umum ibu baik.

Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga; hasil pemeriksaan sebagai berikut tanda-tanda vital
TD: 100/70 mmHg, RR: 20×/menit, Nadi: 80×/menit, S:
188

36,50C, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik,


perdarahan normal, kandung kemih kosong. Ibu mengerti dan
merasa senang dengan hasil pemeriksaan.
2. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya pada ibu nifas,
yaitu perdarahan lewat jalan lahir, lochea berbau busuk,
bengkak di wajah, tangan, dan kaki, sakit kepala hebat, nyeri
perut dan panggul, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak
dan merah, dan disertai rasa sakit. Bila ibu mendapat salah
satu atau lebih tanda bahaya segera laporkan ke petugas. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri seperti
menjaga menjaga area genetalia tetap bersih dengan
mengganti pembalut sesering mungsin, apabila ibu merasa
sudah tidak nyaman. Ibu mengerti dan bersedia melakukan
anjuran yang diberikan.
4. Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang baik dan benar
yaitu seluruh badan bayi disanggah dengan baik, kepala,
tangan dan badan bayi berada di posisi satu garis lurus, badan
bayi menghadap ke ibu, bibir bawah bayi terbuka lebar,
sebagian besar aerola mamae masuk kedalam mulut bayi,
menjaga kontak mata dan sentuh bayi dengan lembut. Ibu
mengerti dan mengetahui cara menyusui yang benar.
5. Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur yaitu
amoxicilin 3 x 500 mg, untuk mencegah terjadinya infeksi
masa nifas, asam mefanamet 3 x 500 mg untuk membantu
meringankan rasa nyeri setelah melahirkan dan Sulfat Ferosus
untuk tambah darah dan vit A 200.000 IU 1 kapsul. Ibu
mengerti dan minum obat secara teratur sesuai dosis yang
diberikan.
6. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup jika bayi
tidur sebaiknya ibu juga tidur agar saat bayi bangun ibu dapat
189

menjaga bayi dengan baik tanpa rasa lelah. Ibu mengerti


dengan penjelasan yang diberikan.
7. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan. Dokumentasi
telah dilakukan.
2. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Hari ke-4 (KF2)
Tanggal : 16 April 2023
Jam : 16.00 WITA
Tempat : Rumah Ny.A.N
Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada kunjungan kali ini, dan ibu
merasa sehat.
Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
110/80 mmHg,nadi 78×/menit, pernapasan 22×/menit, suhu 36,7 0C.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan hasil wajah tidak pucat, mata
simtetris, konjungtiva merah muda, leher tidak ada kelainan,
payudara simetris, putting menonjol, ASI +/+, kontraksi uterus
baik, tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan sympisis,
pengeluaran pervaginam yaitu lochea sanguelenta, jahitan perineum
kering, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Analisa
P1A0AH1 postpartum normal hari ke-4, keadaan umum ibu baik.
Penatalaksanaan
1. Menginformasikan pada ibu bahwa kondisi ibu baik, tanda-
tanda vital dalam batas normal, kontraksi uterus baik,
perdarahan normal, tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan
sympisis, kandung kemih kosong. Ibu mengerti dan merasa
senang dengan hasil pemeriksaannya.
2. Menjelaskan kembali pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
seperti, uterus tidak berkontraksi atau teraba lembek,
perdarahan yang banyak, lochea berbau, demam tinggi, dan
penglihatan kabur. Karen tanda-tanda bahaya diatas dapat
190

terjadi selama masa nifas, sehingga ibu segera ke fasilitas


kesehatan bila ibu mengalami tanda-tanda bahaya tersebut.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan, dan bersedia
kefasilitas kesehatan apabila mengalami salah satu tanda
bahaya.
3. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan genetalia
dengan mempertahankan kebersihan yang baik agar mencegah
terjadinya infeksi yakni dengan BAB dan BAK, bersihkan
dari arah depan kebelakang dengan air bersih, mengganti
pembalut bila terasa penuh. Ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan dan bersedia melakukannya.
4. Menjelaskan kepada ibu tentang pentingnya makan makanan
yang bergizi seperti karbohidrat (nasi), sayur-sayuran hijau,
dan buah-buahan. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan bersedia makan makanan yang bergizi.
5. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan pada buku
catatan. Semua hasil pemeriksaan telah dicatat di buku
catatan.
3. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Hari ke-28 (KF3)
Tanggal : 10 Mei 2023
Jam : 16.30 WITA
Tempat : Rumah Ny.A.N
Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
120/70 mmHg,nadi 82×/menit, pernapasan 20×/menit, suhu
36,60C. pada pemeriksaan fisik, didapatkan hasil wajah tidak
pucat, mata simtetris, konjungtiva merah muda, leher tidak ada
kelainan, payudara simetris, putting susu menonjol, ada produksi
ASI dikedua payudara, kontraksi uterus baik, tinggi fundus uterus
191

tidak teraba, pengeluaran pervaginam yaitu lochea alba,


pengeluaran lochea tidak bau.
Analisa
P1A0AH1 postpartum normal hari ke-28, keadaan umum ibu
baik.
Penatalaksanaan
1. Menginformasikan pada ibu bahwa kondisi ibu baik, tanda-
tanda vital dalam batas normal. Ibu mengerti dan merasa
senang dengan hasil pemeriksaan.
2. Mengingatkan pada ibu untuk menjaga personal hygiene yang
benar agar mencegah terjadinya infeksi yaitu, setelah BAB
dan BAK bersihkan dari arah depan ke belakang dengan air
bersih, mengganti pembalut bila terasa penuh. Ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia
melakukannya.
3. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang pentingnya makan
makanan yang bergizi seperti karbohidrat (nasi), sayur-
sayuran hijau, dan buah-buahan. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan bersedia makan makanan yang
bergizi.
4. KIE kepada ibu macam-macam alat kontrasepsi seperti
metode jangka panjang (IUD dan Implant), dan metode jangka
pendek (Suntikan dan Pil), melakukan konseling tentang alat
kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan ibu, ibu memilih
menggunakan alat kontrasepsi suntik.
5. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan pada buku
catatan. Semua hasil pemeriksaan telah dicatat pada buku
catatan.

4. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Hari ke-35 (KF4)


Tanggal : 17 Mei 2023
Jam : 17.00 WITA
192

Tempat : Rumah Ny.A.N


Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
110/80 mmHg,nadi 80×/menit, pernapasan 22×/menit, suhu 36,5 0C.
pada pemeriksaan fisik, didapatkan hasil wajah tidak pucat, mata
simtetris, konjungtiva merah muda, leher tidak ada kelainan,
payudara simetris, putting susu menonjol, ada produksi ASI
dikedua payudara, kontraksi uterus baik, tinggi fundus uterus tidak
teraba, pengeluaran pervaginam yaitu lochea alba, pengeluaran
lochea tidak bau, ekstremitas simetris, tidak ada oedema.
Analisa
P1A0AH1 postpartum normal hari ke- 35, keadaan umum ibu baik.
Penatalaksanaan
1. Menginformasikan pada ibu bahwa kondisi ibu baik, tanda vital
dalam batas normal. Ibu mengerti dan merasa senang dengan
hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan, dengan
makanan yang bergizi seimbang dan istirahat yang cukup. Ibu
mengerti dengan penjelasa yang diberikan.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif tanpa
tambahan makanan yang lain hingga bayinya berusia 6 bulan.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
memberikan ASI ekslusif pada bayinya selama 6 bulan.
4. KIE mengenai berbagai macam alat kontrasepi pada ibu seperti :
a. AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke
dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka
panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduktif. Keuntungannya metode jangka panjang (10
tahun proteksi dari CUT-380A dan tidak perlu diganti),
tidak ada efek samping hormonal dengan Cu. AKDR (CuT
193

380 A), tidak mempengaruhi kulitas ASI. Kerugian


perubahan siklus haid (umunya pada 8 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan
banyak, perdarahan (spotting) antar menstruasi.
b. Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang
berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang
berisi hormon, dipasang pada lengan atas. Keuntungan
dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang 3 tahun
dan bersifat reversibel, efek kontrasepsi akan berakhir
setelah implannya dikeluarkan. Kerugian sering timbul
perubahan pola haid.
c. Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon
sintetis progesteron. Keuntungan tidak berpengaruh
terhadap pemberian ASI, bisa mengurangi perdarahan haid.
Kerugian sedikit pertambahan atau pengurangan berat
badan bisa terjadi. Dan harus diminum pada waktu yang
sama setiap hari.
d. Suntikan progestin merupakan kontrasepsi suntikan yang
berisi hormon progesteron. Suntikan progesteron: Depo
medroksiprogesteron asetat (Depo Provera), mengandung
150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuscular (di daerah bokong). Keuntungan
sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka menengah,
tidak mengganggu hubungan seks, tidak mempengaruhi
pemberian ASI, tidak mengandung estrogen. Kerugiannya
perubahan dalam pola perdarahan haid, perdarahan atau
bercak tak beraturan awal pada sebagian besar wanita,
penambahan berat badan, pemulihan kesuburan bisa
tertunda selama 7-9 bulan (secara rata-rata) setelah
perhentian. Efek samping amenorhea, perdarahan hebat
atau tidak teratur.
194

e. Metode Amenore Laktasi adalah kontrasepsi yan


mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
ekslusif, artina hanya diberikan ASI saja tanpa pemberian
makanan tambahan atau minuman apapun. Keuntungan;
tanpa biaya, tidak perlu obat atau alat, sumber asupan gizi
yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi
yang optimal, mengurangi perdarahan pasca persalinan.
Kerugian perlu persapan sejak perawatan kehamilan agar
segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan,
mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, tidak
melindungi terhadap IMS termasuk kontrasepsi B/HBV
dan HIV/AIDS. Syarat MAL; menyusui bayinya sesering
mungkin atau ASI ekslusif, usia bayi kurang dari 6 bulan,
ibu belum haid setelah bersalin. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan ingin menggunakan KB
suntik 3 bulan.
5. Mendokumentasikan tindakan dan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. Pendokumentasian telah dilakukan.

4.2.5 Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB


Tanggal : 27 Mei 2023
Jam : 10.20 WITA
Tempat : Puskesmas Pembantu Lasiana
Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Dan ibu ingin mendapatkan
pelayanan KB suntik 3 bulan untuk menunda kehamilannya.
Objektif
Pada hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80×/menit, suhu
36, 70C, pernapasan 20×/menit.
Hasil pemeriksaan fisik wajah tidak pucat, tidak ada kelainan. Mata
konjungtiva berwarna merah mudah, skelera putih. Leher tidak ada
195

pembesaran kelenjar gondok atau tyroid. Dada simetris kiri dan kanan,
putting susu menonjol, tidak ada benjolan, radang atau luka.
Ekstremitas atas dan bawah simetris, tidak ada kelainan, tidak terdapat
oedema dan varises.
Analisa
P1A0AH1 akseptor baru KB suntik 3 bulan
Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, hasil pemeriksaan
di dapati tanda-tanda vital dalam keadaan normal, pemeriksaan
fisik tidak ada kelainan. Ibu mengerti dan senang dengan hasil
pemeriksaan.
2. Memberikan KIE tentang jenis-jenis metode kontrasepsi, tujuan
penggunaan kontrasepsi, manfaat, efek samping, dan kontra
indikasi. Ibu memahami penjelasan yang diberikan. Ibu
memutuskan untuk menggunakan kontrsepsi 3 bulan.
3. Menjelaskan kepada ibu tentang tujuan, manfaat, efek samping
dan kontraindikasi penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan. Tujuan
kontrasepsi suntik 3 bulan yakni untuk mencegah kehamilan,
manfaat mencegah kehamilan dengan melepaskan hormon
progestin ke dalam pembuluh darah. Progestin merupakan hormon
yang serupa dengan progesteron dan diproduksi ovarium. Hormon
ini bekerja dengan cara menghentikan pelepasan sel telur ke dalam
rahim, sehingga mencegah terjadinya proses pembuahan. Efek
sampingnya sakit kepala, kenaikan berat badan, nyeri payudara,
perdarahan, menstruasi tidak teratur. Efek ini bisa muncul selama
suntik KB masih digunakan dan kontraindikasi, hamil atau
dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, wanita yang tidak dapat menerima terjadinya
gangguan haid, penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker
payudara, penderita diabetes melitus, disertai komplikasi. Ibu
memahami dengan penjelasan yang diberikan.
196

4. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat-alat yang


digunakan yaitu kapas alkohol, dispo 3 cc, obat KB suntik 3 bulan
Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), safety box, 1
pasang handscoon. Alat dan bahan sudah disiapkan.
5. Persiapan diri dan mencuci tangan 6 langkah, menggunakan sabun,
bilas dibawah air mengalir, dan keringkan menggunakan handuk
bersih, melakukan tindakan penyuntikan, yakni menyiapkan alat
dan tempat yang tertutup, pastikan obat masih tersegel, serta tidak
mengalami perubahan warna, bocor ataupun masa berlaku obat,
lihat tanggal kadaluarsa, larutkan obat, usap tutupan oabt dengan
kapas alkohol lalu sedot obat Depo Medroksiprogesteron Asetat
(Depo Provera), dari vial sampai habis menggunakan dispo 3 cc,
mengukur tempat penyuntikan 1/3 dari tulang spina iliaka anterios
superior (SIAS) dengan tulang ekor, kemudian
mendekontaminasikan area yang akan disuntik menggunakan
kapas alkohol 75%, kemudian lakukan penyuntikan obat depo
progestin suntik 3 bulan.
6. Membereskan alat dan bahan yang telah digunakan. Semua alat
dan bahan sudah dibereskan.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal
20 agustus 2023
8. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan pada buku catatan.
Semua hasil pemeriksaan telah dicatat pada buku catatan.

4.3 Pembahasan
197

Penulis melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan pada ibu hamil


trimester III yaitu Ny.A.N G1P0A0AH0 usia kehamilan 35 minggu 4 hari di
Puskesmas Pembantu Lasiana dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan dan pendokumentasian SOAP, sehingga pada pembahasan berikut
ini, penulis akan melakukan analisa dengan membandingkan standar asuhan,
dasar teori data yang ditemukan serta pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.
A.N sejak kehamilan trimester III sampai asuhan keluarga berencana.
4.3.1 Kehamilan
1. Pengkajian
Pada langkah pertama yaitu pengumpulan data dasar, penulis
memperoleh data dengan mengakaji secara lengkap informasi dari
sumber tentang klien. Informasi ini mencakupi riwayat hidup,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan.
Data pengakjian dibagi menjadi data subjektif dan objektif. Data
subjektif adalah data yang diperoleh dari klien dan keluarga,
sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh berdasarkan
hasil pemeriksaan (Mandriwati, 2017).
Data Subjektif
Pada pengkajian terdapat data subjektif yakni identitas klien.
Menurut Walyani (2015), nama perlu ditanyakan agar tidak keliru
bila ada kesamaan nama dengan klien dan dituliskan dalam bentuk
inisial untuk menjaga kerahasiaan pasien dan mengetahui nama
klien dan suami berguna untuk memperlancar komunikasi dalam
asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih akrab. Pada kasus ini
telah mengetahui nama pasien yakni Ny. A.N. Menurut Mandriwati
(2017) yang menjelaskan bahwa perlu adanya pengkajian umur
karena dari umur kita dapat mengetahui resiko yang terjadi pada
ibu. Seperti usia repproduktif sehat dimulai dari usia 20-35 tahun,
usia kurang dari 20 tahun alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan pada masa nifas. Pada
kasus Ny.A.N berumur 26 tahun, yang mana umur tersebut
198

merupakan umur reproduktif yang sehat dan alat-alat reproduksi


sudah matang, mental dan psikisnya sudah siap.
Menurt Mandriwati (2017), pendidikan berpengaruh dalam
tindakan kebidanan dan untuk mengetahui tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya, pada kasus Ny.A.N pendidikan terakhir adalah S1,
dan tingkat intelektual cukup sehingga mudah mengerti informasi
dalam pemberian konseling. Alamat menurut Mandriwati (2017),
alamat yang ditanyakan sangat penting untuk mempermudah
kunjungan rumah bila diperlukan, pada Ny.A.N sudah jelas yaitu
Lasiana RT 33 RW 09. Pada poin ini Walyani (2015) berpendapat
bahwa telepon perlu ditanyakan bila ada, untuk memudahkan
komunikasi, pada kasus Ny.A.N telah diketahui nomor telepon
082144xxx. Menurut Walyani (2015) keluhan utama adalah alasan
kenapa klien datang ke tempat bidan, hal ini disebut tanda atau
gejala, dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien serta
tanyakan juga sejak kapan hal tersebut dikeluhkan oleh pasien
sedangkan menurut Septina (2020) keluhan sering muncul pada ibu
hamil trimester III antara lain sering kencing, kram pada kaki,
varises dan nyeri pinggang, susah tidur dan sesak nafas, pada
kunjungan antenatal trimester III. Pada tanggal 27 Maret 2023
pukul 10.00 WITA, Ny.A.N mengatakan tidak ada keluhan.
Walyani (2015) menuliskan apakah alasan kunjungan ini karena
ada keluhan atau hanya untuk memeriksakan kehamilan, pada
Ny.A.N yaitu ingin memeriksakan kehamilannya.
Menurut Marmi (2014) usia wanita pertama haid bervariasi
antara 12-16 tahun, hal ini dapat dipengaruhi oleh keturunan,
keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum, pada
kasus Ny. A.N mengatakan menstruasi pertama kali pada usia 14
tahun. Siklus haid terhitung mulai hari pertama haid hingga hari
pertama haid berikutnya, siklus haid perlu ditanyakan untuk
mengetahui apakah klien mempunai kelainan siklus haid atau tidak,
199

siklus haid normal biasanya adalah 28-32 hari, pada kasus Ny.A.N
siklus menstruasi selama 28 hari. Lamanya haid yang normal ±7
hari, apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal
kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang
mempengaruhi Walyani (2015), pada kasus Ny.A.N lamanya
menstruasi selama 3 hari. Nyeri haid perlu ditanyakan untuk
mengetahui apakah klien menderita atau tidak ditiap haidnya, nyeri
haid juga menjadi tanda bahwa kontraksi uterus klien begitu hebat
sehingga menimbulkan nyeri haid, pada kasus Ny.A.N tidak ada
nyeri haid. Hari pertama haid terakhir sangat penting ditanyakan
untuk mengetahui lebih pasti usia kehamilan ibu dan tafsiran
persalinan, maka dapat dijabarkan tafsiran persalinan memakai
rumus Neagle yaitu hari +7, bulan -3 dan tahun +1, pada kasus
Ny.A.N mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal 21 Juli
2022, dan perkiraan tafsiran persalinan pada tanggal 28 April 2023,
karena Ny.A.N dapat memberikan keterangan yang jelas mengenai
hari pertama haid terakhir sehingga memudahkan untuk
memperkirakan tafsiran persalinan.
Menurut Mandriwati (2017), dalam riwayat perkawinan yang
perlu dikaji adalah status menikah sah, lamanya kawin, umur saat
kawin, dan berapa kali kawin karena berkaitan dengan psikologis
pada kehamilan, persalinan dan nifas, pada kasus Ny.A.N
mengatakan sudah menikah sah, sehingga tidak dapat berpengaruh
terhadap psikologisnya. Menurut Walyani (2015), yang perlu dikaji
dalam riwayat KB di antaranya metode KB apa yang selama ini ia
gunakan, berapa lama ia telah menggunakan alat kontrasepsi
tersebut, dan apakah ia mempunyai masalah saat menggunakan alat
kontrasepsi tersebut, serta alasan berhenti, pada kasus Ny. A.N
mengatakan belum pernah menggunakan KB. Menurut Marmi
(2014), yang masuk dalam riwayat kehamilan yang lalu adalah
informasi esensial tentang kehamilan terdahulu mencakup bulan
dan tahun kehamilan tersebut berakhir, usia getsasi pada saat itu,
200

adakah gangguan seperti perdarahan, muntah yang sangat (sering),


toxemia gravidarum, pada kasus Ny.A.N mengatakan belum pernah
hamil, dan ini adalah kehamilan pertamanya.
Menurut Walyani (2016) Kunjungan kehamilan atau ANC
memenuhi standar pelayanan ANC yaitu selama kehamilan 6 kali
kunjungan yaitu pada trimester I sebayak 2 kali, trimester II
sebanyak 1 kali, dan trimester III sebanyak 3 kali. Menurut
peraturan Menteri Kesehatan No.28 Tahun 2017 kunjungan ibu
hamil adalah 18 kali, yaitu 1 kali kunjungan setiap bulan pada usia
kehamilan 0-24 minggu, 2 kali kunjungan setaip satu bulan pada
usia kehamilan 25-36 minggu, 1 kali kunjungan dalam 1 minggu
pada usia kehamilan 36-40 minggu, 1 kali kunjungan dalam satu
minggu pada usia kehamilan 41 minggu, 1 kali kunjungan dalam 1
minggu pada usia kehamilan 42 minggu. Pada kasus Ny.A.N
memenuhi kunjungan standar minimal sesuai dengan teori Walyani
(2015), karena pada trimester I dilakukan kunjungan 2 kali,
trimester II dilakukan kunjungan 1 kali, dan pada trimester III
dilakukan kunjungan 3 kali. Menurut Marmi (2014) riwayat
persalinan pasien tersebut spontan atau buatan, aterm atau
prematur, ditolong oleh siapa (bidan/dokter), dan jarak kehamilan
adalah jarak antara kehamilan satu dengan berikutnya kurang dari 2
tahun (24 bulan), kondisi rahim belum pulih, waktu ibu untuk
menyusui dan merawat bayi kurang, berdasarkan pengkajian Ny.
A.N ibu belum pernah melahirkan karena ini adalah kehamilan
pertamanya. Riwayat kesehatan menurut Marmi (2014), pada
riwayat kesehatan diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, maupun kronis seperti jantung,
DM, hipertensi, asma, dari riwayat kesehatan keluarga juga
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien atau
bayinya, apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya, pada
kasus Ny.A.N ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti
201

penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis), penyakit menurun


(Hipertensi, Asma, DM), dan penyakit menahun (Jantung, Ginjal,
Paru), serta tidak ada keturunan kembar
Data Objektif
Menurut Walyani (2015) untuk mendapatkan gambaran
tentang kesadaran pasien, dapat melakukan pengakajian tingkat
kesadaran mulai dari keadaan composmentis (kesadaran baik),
sampai gangguan kesadaran (apatis, somnolen, sopor, koma), pada
kasus Ny.A.N saat dilakukan pengkajian bisa menjawab dengan
baik, hal ini menunjukan ibu dalam kesadaran composmentis.
Menurut Walyani (2015) tekanan darah yang normal adalah 110/80
mmHg - 140/90 mmHg, bila lebih dari 140/90 mmHg, hati-hati
adanya hipertensi/preeklamsi. Marmi (2014) denyut nadi maternal
sedikit meningkat selama hamil, tetapi jarang melebihi 100 denyut
permenit (dpm), curigai hipotiroidisme jika denyut nadi lebih dari
100 dpm, periksa adanya aksoflatmia dan hiperrefleksia yang
menyertai. Romauli (2011) untuk mengetahui fungsi sistem
pernapasan, normalnya 16 - 20 kali/menit. Walyani (2015) suhu
badan normal adalah 36, 50C sampai 37, 50C, bila suhu lebih dari
37, 50C kemungkinan adanya infeksi. Pada kasus Ny.A.N hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital yakni tekanan darah 110/80 mmHg,
nadi 80 kali per menit, pernapasan 20 kali permenit, dan suhu
badan 36, 5̊C. pada kasus Ny.A.N hasil pemeriksaanya dalam batas
normal keadaan ibu dan janin baik.
Menurut Kemenkes (2022) kenaikan BB yang dianjurkan
selama hamil yaitu 11, 5 - 16 kg. Hal itu terjadi karena penambahan
besarnya bayi, plasenta, dan cairan ketuban. Pada kasus Ny.A.N
berat badan sebelum hamil 48 kg dan berat badan sekarang 58 kg
selama hamil mengalami kenaikan sebanyak 10 kg, kenaikan berat
Ny.A.N dalam batas normal sehingga tidak mempengaruhi pada
janin. Menurut Walyani (2015) tinggi badan diukur dalam cm tanpa
sepatu. Tinggi badan kurang dari 145 cm ada kemungkinan terjadi
202

Cepalo Pelvic Disproportion (CPD), pada kasus Ny.A.N dengan


tinggi badan ibu 158 cm sehingga tidak terjadi potensial CPD.
Menurut Midwery Update (2016) standar minimal untuk lingkar
lengan atas pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23, 5
cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23, 5 cm maka interprestasinya
adalah kekurangan energi kronik (KEK), pada kasus Ny.A.N
didapatkan hasil pengukuran LILA adalah 24, 2 cm tidak termasuk
dalam kekurangan energi kronik, sehingga tidak berdampak pada
kesehatan ibu maupun janin dalam kandungan.
Menurut Walyani (2015) pada pemeriksaan abdomen perlu
inspeksi pembesaran abdomen (bila pembesaran perut itu
berlebihan kemungkinan asites, tumor, ileus, dan lain-lain),
pigmentasi di alinea alba, nampaklah gerakan janin atau kontraksi
rahim, adakah striae gravidarum atau luka bekas luka operasi, dan
pasa palpasi uterus. Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan cara meraba, tujuannya untuk mengetahui adanya kelainan
dan mengetahui perkembangan kehamilan. Menurut Natalia (2019)
manuver leopold bertujuan untuk evaluasi iritabilitas, tonus, nyeri
tekan, konsistensi dan kontratiliktas uterus; evaluasi tonus otot,
abdomen, deteksi gerakan janin, perkiraan gerak janin, penentuan
apakah kepala udah masuk PAP, pada kasus Ny.A.N pada abdomen
tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae, tidak ada linea alba,
ada linea nigra. Abdomen tidak ada tekan, membesar sesuai usia
kehamilan, leopold I TFU 2 jari dibawah prosesus xipoideus, pada
bagian fundus teraba agak bulat, lunak dan tidak melenting
(bokong), leopold II pada perut bagian kanan ibu teraba keras, datar
dan memanjang seperti papan (punggung), pada perut bagian kiri
ibu teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas), leopold III
Pada perut bagian bawah ibu teraba bulat, keras (kepala), sudah
masuk PAP, leopold IV divergen penurunan kepala 4/5. Mc Donald
TFU 30 cm, TBBJ: 2.945 gram. Menurut Damayanti (2014)
tafsiran berat badan janin yang normal yaitu 2500 - 4000 gram.
203

Pada kasus Ny.A.N hasil pemeriksaan didapatkan tafsiran berat


janin yaitu mencapai 2.945 gram, hal ini menunjukan bahwa
tafsiran berat badan janin pada kasus Ny.A.N sudah memenuhi
standar normalnya. Menurut Walyani (2015) pada
pemeriksaan ektremitas perlu inspeksi pada tibia dan jari untuk
melihat adanya oedema dan varises, pada kasus Ny.A.N pada
ektermitas simetris, dan tidak ada kelainan, tidak oedema serta
varises.
Menurut Walyani (2015) Auskultasi adalah pemeriksaan yang
mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh menggunakan
stetoskop. Auskultasi dengan menggunakan stetoskop monoaural
atau doopler untuk menentukan denyut jantung janin (DJJ) setelah
umur kehamilan 18 minggu, yang meliputi frekuensi, keteraturan,
dan kekuatan jantung janin, DJJ normal adalah 120-160 kali/menit,
bila DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali/menit, maka
kemungkinan ada kelainan pada janin. Pada kasus Ny.A.N
didapatkan hasil pemeriksaan yaitu DJJ positif (+) terdengar jelas,
kuat dan teratur pada titik maksimum perut ibu bagian kiri dengan
frekuensi 139 kali/menit. Menurut Natalia (2019) pada
pemeriksaan perkusi dikatakan normal bila tungkai bawah akan
bergerak sedikit ketika tendon diketuk, bila gerakannya berlebihan
dan cepat maka hal ini mungkin tanda preeklamsi, bila refleks
patella negatif kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1,
pada kasus Ny.A.N pemeriksaan fisik kepada ibu dengan metode
perkusi refleks petella kanan/kiri positif (+).
Menurut Marmi (2014) yang di periksa adalah golongan darah
ibu dan kadar hemoglobin, pemeriksaan hemoglobin dilakukan
untuk mendeteksi faktor risiko kehamilan dengan anemia. Pada
kasus Ny.A.N sudah dilakukan pemeriksaan golongan darah
dengan hasil golongan darah A, HB: 11, 5 gr%, yang merupakan
tidak di kategorikan anemia, sesuai dengan Kemenkes RI (2013)
dikategorikan anemia apabila kadar haemoglobin ≤ 11 gr%, dan
204

pemeriksaan penunjang lainnya pada Ny. A.N HbsAg non reaktif,


HIV non reaktif, syphilis non reaktif, malaria (-). Dan menurut
Kementrian Kesehatan RI (2015) hasil penapisan menggunakan
skor poedji rochjati menghasilkan skor 2. Hasil skor tersebut
didapatkan bahwa Ny.A.N hamil tanpa masalah atau risiko
fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal
dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2. Interpretasi Data (Analisa dan Diagnosa)
Berdasarkan pengkajian data subyektif dan data obyektif,
maka dapat ditegakkan diagnosa kebidanan sesuai standar II yaitu
standar perumusan diagnosa dan atau masalah kebdanan menurut
Kemenkes RI No. HK 01.07/Menkes/320/2020 yakni masalah
dirumuskan dengan kondisi klien dan diagnosa sesuai dengan
nomenklatur kebidanan yaitu G1P0A0AH0 UK 35 minggu 4 hari
janin hidup tunggal intrauterin perentasi kepala, ibu dan janin baik.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah sesuai dengan data
subjektif dan objektif. Dari hasil pengkajian dengan teknik
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada Ny.A.N maka dapat
disimpulkan bahwa ibu dan janin dalam keadaan normal. Data yang
sudah dikumpulkan diidentifikasi sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik Natalia (2019). Penulis mendiagnosa
G1P0A0AH0 UK 35 minggu 4 hari janin hidup tunggal intrauterin
perentasi kepala, ibu dan janin baik.
3. Antisipasi Masalah Potensial
Berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila
kemungkinan untuk dilakukan Natalia (2019). Pada kasus Ny.A.N
tidak menemukan adanya masalah potensial karena keluhan atau
masalah tetap.

4. Tindakan Segera
205

Pada langkah keempat yaitu tindakan segera, bidan menetapkan


kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien
Natalia (2019). Pada kasus Ny.A.N tidak melakukan tindakan
segera atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, karena tidak
terdapat adanya masalah yang membutuhkan tindakan segera. Pada
kasus Ny.A.N G1P0A0AH0 UK 35 minggu 4 hari janin hidup
5. Perencanaan
Pada langkah yang kelima yaitu perencanaan tindakan
ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Jika ada
informasi atau data yang tidak lengkap bisa dilengkapi. Rencana
asuhan merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah
atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi yang
sifatnya segera atau rutin. Rencana asuhan dibuat berdasarkan
pertimbangan yang tepat, baik dari pengetahuan teori yang up to
date dan divalidasi dengan kebutuhan pasien. Penyusunan rencana
asuhan sebaiknya melibatkan pasien (Walyani, 2015).
Perencanaan yang dibuat yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan,
jelaksan kepada ibu ketidaknyamanan yang dirasakan pada
trimester III seperti sering kencing, susah tidur, nyeri pinggang
menjalar keperut bagian bawah adalah hal yang normal; jelaskan
kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya trimester III; jelaskan
kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan; jelaskan kepada ibu
tentang petingnya rencana persiapan persalinan; jelaskan kepada
ibu kebutuhan-kebutuhan dasar trimester III yaitu nutrisi, eliminasi,
personal hygiene, istirahat; jelaskan kepada ibu tentang pentingnya
minum tablet tambah darah secara teratur; anjurkan ibu melakukan
kunjungan ulang; serta dokumentasikan asuhan kebidanan yang
diberikan kepada ibu.

6. Penatalaksanaan
206

Pada langkah keenam yaitu pelaksanaan asuhan secara efisien


dan aman. Pelaksanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagiannya oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya. Penulis
telah melakukan pelaksanaan sesuai dengan tindakan yang sudah
dibuat. Menginformasikan kepada ibu dapat mengetahui keadaan
janin dan dirinya, hasil pemeriksaan yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut keadaan umum baik, tekanan darah 110/80 mmHg,
nadi 80 kali per menit, pernapasan 20 kali permenit, dan suhu
badan 36, 5̊C, LILA 24, 2 cm, berat badan sekarang 58 kg, DJJ 139
kali/menit. Untuk pemeriksaan kehamilan, umur kehamilan ibu
sudah sesuai dengan usia kehamilan untuk waktu bersalin karena
kehamilan sudah sembilan bulan. Tinggi fundus uteri 30 cm,
tafsiran berat janin 2.945 gram. Posisi janin dalam rahim kepala
berada dibagian terbawah hal ini menunjukan posisi janin normal,
punggu pagian kiri, frekuensi denyut jantung janin dalam rentang
normal.
Menginformasikan kepada ibu dapat mengetahui keadaan
janin dan dirinya, hasil pemeriksaan yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut keadaan umum baik, tekanan darah 110/80 mmHg,
nadi 80 kali per menit, pernapasan 20 kali permenit, dan suhu
badan 36, 5̊C, LILA 24, 2 cm, berat badan sekarang 58 kg, DJJ 139
kali/menit. Untuk pemeriksaan kehamilan, umur kehamilan ibu
sudah sesuai dengan usia kehamilan untuk waktu bersalin karena
kehamilan sudah sembilan bulan. Tinggi fundus uteri 30 cm,
tafsiran berat janin 2.945 gram. Posisi janin dalam rahim kepala
berada dibagian terbawah hal ini menunjukan posisi janin normal,
punggu pagian kiri, frekuensi denyut jantung janin dalam rentang
normal.
Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya kehamilan lanjut
yakni sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, oedema pada
kaki, tangan dan wajah, nyeri ulu hati, nyeri perut yang hebat,
207

keluar darah dari jalan lahir, ketuban pecah sebelum waktunya,


gerakan janin berkurang dari biasanya Wagiyono (2016).
Menjelaskan pada ibu tanda-tanda persalinan seperti; terasa
sakit pada pinggang menjalar keperut bagian bawah, perut terasa
kencang-kencang yang kuat dan teratur, keluar lendir bercampur
darah dari jalan lahir Wagiyono (2016).
Menjelaskan pada ibu pentingnya persiapan persalinan yaitu
pakaian ibu dan bayi, tempat bersalin, penolong persalinan, calon
pendonor darah, transportasi, pendamping persalinan, biaya dan
pengambil keputusan (JNPK-KR, 2015).
Menjelaskan pada ibu pentingnya kebutuhan-kebutuhan dasar
trimester III yaitu kebutuhan nutrisi, dan kebutuhan istirahat.
Menjelaskan pada ibu pentingnya mengonsumsi vitamin
secara teratur yaitu; sulfate ferosus, vitamin c, dan kalsium laktat
diminum tidak boleh bersamaan dengan the, kopi atau susu, karena
mengganggu penerapan zat besi di dalam tubuh.
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjunga ulang untuk
melakukan pemeriksaan rutin. Mendokumetasikan asuhan
kebidanan yang telah diberikan.
7. Evaluasi
Pada langkah ketujuh yaitu evaluasi untuk menilai keefektifan
asuhan yang diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah
kebutuhan telah terpenuhi dalam mengatasi diagnosa dan masalah
yang diiedentifikasi. Untuk mengetahui keefektifan asuhan yang
diberikan pasien dapat diminta untuk mengulangi penjelasan yang
telah diberikan. Hal evaluasi yang didapatkan penulis mengenai
penjelasan dan anjuran yang diberikan bahwa ibu mengetahui hasil
pemeriksaan yang dilakukan, ibu memahami penjelasan yang
diberikan tentang ketidaknyamanan selama trimester III, ibu
memahami penjelasan yang diberikan tentang tanda-tanda
persalinan, ibu mengatakan sudah melakukan persiapan persalinan,
ibu memahami penjelasan yang diberikan tentang kebutuhan
208

nutrisi, dan kebutuhan istirahat yang cukup, ibu berjanji akan


minum obat secara teratur sesuai dosis yang dianjurkan, ibu
berjanji akan datang memeriksakan kehamilannya, dan
dokumentasi asuhan kebidanan telah dilakukan.

4.3.2 Persalinan
Kala I Fase Aktif
Ibu datang ke Tempat Praktik Mandiri Bidan pada tanggal 12
April 2023 pukul 09.55 WITA mengatakan merasa sakit pinggang
menjalar keperut bagian bawah disertai dengan keluarnya lendir
bercampur darah tanggal 11 April 2023 sejak jam 22.30 WITA. Usia
kehamilannya sudah 37 minggu 5 hari. Menurut Marni (2012) nyeri
pada pinggang dan keluar lendir bercampur darah merupakan tanda-
tanda persalinan yang fisiologis teori ini diperkuat oleh IBI dalam Buku
Acuan Midwery Update (2020) dimanan tanda-tanda persalinan adanya
perubahan serviks, ketuban pecah, keluar lendir bercampur darah, dan
gangguan pada saluran pencernaan, usai kehamilan sudah masuk aterem
untuk melahirkan sesuai teori yang dikemukakan oleh Odi L.
Namangjabar (2021) bahwa usia kehamilan cukup bulan adalah usia
kehamilan 37 - 42 minggu. Dari usia kehamilan dan keluhan yang
dialami ibu semuanya merupakan hal normal dan fisiologis, karena ibu
sudah memasuki proses persalinan.
Pemeriksaan tanda-tanda vital tidak ditemukan kelainan
semuanya dalam batas normal yaitu Tekanan Darah 110/70 mmHg,
Nadi 82×/menit, Pernapasan 20×/menit, Suhu 36,70C, His 3 kali dalam
10 menit lamanya 35-40 kali/menit, DJJ 148×/menit, kandung kemih
kosong, pada pemeriksaan abdomen menunjukan hasil normal yaitu
teraba punggung terletak disebalah kanan. Pada pemeriksaan dalam
pukul 10.00 WITA sudah keluar lendir darah, portio tipis, pembukaan 6
cm, selaput ketuban utuh. Penulis menganjurkan ibu untuk miring kiri.
209

Kala II
Hasil pemeriksaan dalam pada tanggal 12 April 2023 pukul
14.00 WITA vulva vagina tidak ada kelainan, ada pengeluaran lendir
darah, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban pecah spontan
dan jernih, presentasi belakang kepala. Pemeriksaan tanda-tanda vital
tidak ditemukan adanya kelainan semuanya dalam batas normal yaitu,
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 ×/menit, suhu 36,70C, pernapasan
20 ×/menit his bertambah kuat dan sering 5 kali dalam 10 menit
lamanya 45-55 detik, DJJ 148 ×/menit, kandung kemih kosong, pada
pemeriksaan abdomen menunjukan hasil yang normal yaitu teraba
punggung disebelah kanan dan penurunan kepala 0/5.
Hasil pengakajian data subjektif dan objektif, didapatkan
diagnosa saat memasuki fase persalinan yaitu inpartu kala II. Diagnosa
ditegakkan berdasarkan keluhan yang disampaikan ibu dan hasil
pemeriksaan oleh bidan serta telah sesuaikan dengan standar II adalah
standar perumusan diagnosa penatalaksanaan kala II berlangsung 11
menit.
Penulis dan bidan mengajarkan cara ibu mengedan yang baik,
serta melakukan pertolongan persalinan sehingga jam 14.11 WITA bayi
lahir spontan, langsung menangis, jenis kelamin perempuan, berat
badan 2700 gram, PB, LK, LD, LP, tanda vital HR 142×/menit,
Pernapasan 50×/menit, Suhu 36,50C. IMD dilakukan pada bayi setelah
bayi lahir, hal tersebut sesuai dengan anjuran dalam buku Acuan
Midwery Update Asuhan Persalinan Normal (2020) tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) sebagai kontak awal antara bayi dan ibunya. Pada
kasus ini kala II berlangsung selama 1 jam, hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan bahwa pada primigravida kala II berlangsung
kurang dari 2 jam dan 1 jam pada multigravida (Dwi Rahmawati,
2020).
210

Kala III
Pukul 14.12 WITA ibu mengatakan merasa senang bayinya
sudah lahir dan perutnya terasa mules kembali, hal tersebut merupakan
tanda bahwa plasenta akan segera lahir, ibu dianjurkan untuk tidak
mengedan untuk menghindari tejadinya inversio uteri. Segera setelah
bayi lahir ibu diberikan suntikan oksitosin 10 unit secara IM di 1/3 paha
kanan atas, terdapat tanda-tanda pelepasan plsenta yaitu uterus
membundar, tali pusat memanjang, terdapat semburan darah dari vagina
ibu, kontraksi uterus baik dan kandung kemih kosong, kemudian
dilakukan peregangan tali pusat terkendali yaitu tangan kiri menekan
uterus secara dorsokranial dan tangan kanan menengkan tali pusat dan 1
menit kemudian plasenta lahir spontan dan selaput amnion, korion, dan
kotiledon lengkap. Pukul 14.20 WITA plasenta lahir. Setelah plasenta
lahir uterus ibu di masase selama 15 detik uterus berkontraksi dengan
baik. Hal ini sesuai dengan menajemen kala III dalam Buku Acuan
Midwery Update (2020). Pada kala III pelepasan plasenta dan
pengeluaran plasenta berlangsung selama 8 menit dengan jumlah
perdarahan kurang lebih 100 cc, kondisi tersebut normal sesuai dalam
Buku Acuan Midwery Update (2020) bahwa kala III berlangsung tidak
lebih dari 30 menit dan perdarahan yang normal yaitu perdarahan yang
tidak melebihi 500 ml. Hal ini berarti menajemen aktif kala III
dilakukan dengan benar dan tepat.
Kala IV
Pada kala IV ibu mengatakan perutnya masih terasa mules,
namun kondisi tersebut merupakan kondisi yang normal karena rasa
mulas tersebut timbul akibat dari kontraksi uterus. Dilakukan
pemantauan dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum, kala IV berjalan normal yaitu tekanan darah 110/70 mmHg,
suhu 36, 50C, nadi 78×/menit, pernapasan 20×/menit tinggi fundus uteri
2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
jahitan derajat 1 (mukosa vagina, komisura anterior, kulit pereneum)
dan sudah melakukan penjahitan, perdarahan ± 100 cc. Hal ini sesuai
211

dengan yang dikemukakan oleh Dwi Rahmawati, 2020 mengatakan


bahwa kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum.
Ibu dan keluarga diajarkan menilai kontraksi dan masase uterus untuk
mencegah terjadinya terjadinya perdarahan yang timbul akibat dari
uterus yang lembek dan tidak berkontraksi yang akan menyebabkan
atonia uteri. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Dwi Rahmawati,
2020 mengatakan bahwa penilaian kemajuan persalinan berdasarkan
data-data yang diakui oleh pasien dan hasil pemeriksaan maka dapat
dijelaskan bahwa kasus Ny.A.N di Tempat Praktik Mandiri Bidan
termasuk ibu bersalin normal karena persalinan merupakan proses
dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu secara
pervaginam dengan kekuatan ibu sendiri, persalinan dianggap normal
jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 38
minggu) tanpa disertai adanya penyulit Buku Acuan Midwery Update
(2020).

4.3.3 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir


Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 1 Jam
Pada kasus bayi Ny.A.N didapatkan bayi normal lahir spontan
jam 14.11 WITA, langsung menangis, warna kulit kemerahan, gerak
aktif, jenis kelamin perempuan. Segera setelah bayi lahir, penulis
meletakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan diatas
perut ibu, kemudian segera melakukan penilaian awal dan hasilnya
normal. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan (Damayanti 2014).
Setelah dilakukan pengkajian sampai dengan evaluasi asuhan bayi
baru lahir mulai dari segera setelah bayi lahir sampai dengan 2 jam
setelah persalinan, maka penulis membahas tentang asuhan yang
diberikan pada bayi Ny.A.N diantaranya melakukan pemeriksaan
keadaan umum bayi didapatkan bayi menangis kuat, aktif, kulit dan
bibir kemerahan. Antropometri didapatkan hasil keadaan umum baik,
jenis kelamin perempuan, berat badan 2.700 gram, panjang badan 48
cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 31 cm, lingkar perut 30 cm.
212

Tanda-tanda vital, HR 142×/menit, Pernapasan 50×/menit, Suhu 36,5 0C.


Pemeriksaan fisik warna kulit kemerahan, refleks hisap baik, bayi telah
diberikan ASI, tidak ada tanda-tanda infeksi dan perdarahan disekitar
tali pusat, bayi sudah BAB belum, dan BAK 1 kali. Berdasarkan
pemeriksaan antropometri keadaan bayi Ny.A.N masih dalam batas
normal. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Dewi (2010)
mengatakan bahwa berat badan bayi 2500 - 4000 gram, panjang badan
48 - 52 cm, lingkar kepala 33 - 35 cm, lingkar dada 30 - 38 cm, suhu
normal 36, 5 - 37, 50C, pernapasan 40 - 60 ×/menit, denyut jantung 120
- 160×/menit.
Pada kasus bayi Ny.A.N, telah mendapatkan asuhan yakni badan
bayi sudah dikeringkan dan diselimuti dengan kain yang bersih dan
kering, serta telah dipakian topi. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan menurut Dwi Rahmawati (2020) pencegahan kehilangan
panas pada bayi baru lahir antara lain mengeringkan bayi dengan
seksama, menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih,
kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan bayi
untuk memeluk dan menyusukan bayinya. Pada kasus bayi Ny.A.N
telah dilakukan IMD. Hal ini disesuaikan dengan teori yang
dikemukakan oleh Dwi Rahmawati (2020) inisiasi menyusu dini atas
permulaan menyusu dini segera setelah lahir. Kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama 1 jam segera setelah
bayi lahir.
Pada kasus bayi Ny.A.N telah diberikan oxytetracilin 1% pada
area mata bayi, vitamin K secara intramuscular pada paha kiri bayi
dengan dosis 0, 5 ml dan HB0 0, 5 cc dengan cara intrmuscular pada
paha kanan bayi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Marmi
(2012) mengatakan cara mencegah infeksi mata bayi baru lahir adalah
dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua mata bayi
segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih
yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia
213

neonatorum (tetrasiklin 1%, eritromisin 0, 5%, atau nitrasargensi 1%).


Biarkan obat ada pada mata bayi dan obat yang ada disekitar mata jang
dibersihkan. Bayi baru lair sangat membutuhkan vitamin K karena bayi
baru lahir sangat rentan mengalami defisiensi vitamin K.
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 2 Jam
Ibu mengatakan bayinya sudah menyusui dengan baik, dan
bayinya belum buang air besar dan sudah buang kecil. Hasil
pemeriksaan bayinya dalam batas normal yaitu keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, denyut jantung 140×/menit, pernapasan
48×/menit, suhu 36,60C, tali pusat bersih, belum BAB, BAK 2× asuhan
yang diberikan berupa pemberian ASI yang cukup dengan cara
menjelaskan pada ibu bahwa bayi harus diberi ASI minimal setiap 2
jam atau 10 - 12 kali dalam 24 jam dengan lamanya 10 - 15 menit tiap
payudara dan selama 0 - 6 bulan bayi hanya diberikan ASI saja tanpa
makanan pendamping, menjelaskan pada ibu tanda bahaya pada bayi
baru lahir agar ibu lebih dini mengetahui tanda bahaya dan agar lebih
kooperatif dalam merawat bayinya; tanda bahaya bayi baru lahir
meliputi bayi sulit bernapas, suhu badan meningkat atau kejang, tali
pusat berdarah dan bengkak, serta bayi kuning. Jika terdapat salah satu
tanda atau lebih diharapkan agar ibu menghubungi petugas kesehatan
yang ada, mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan tubuh
bayi, dan mengganti popok bayi bila bayi BAK/BAB, serta
menyuntikan imunisasi hepatitis B secara intramuscular pada paha kiri.
Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh IDAI, 2020 imunisasi hepatitis B
efektif diberikan sedini mungkin, yaitu pada bayi berusia 0 - 7 hari.
KN 1 (6 Jam dan Usia 1 Hari)
Ibu mengatakan bayinya sehat, tidak ada keluhan, menyusu
dengan baik, isapan kuat, dan bayinya sudah buang air besar dan buang
air kecil. Hal ini sesuai dengan Saifuddin (2014) menjelaskan bahwa
sudah dapat buang air kecil dan buang air besar pada 24 jam setela bayi
lahir, menunjukan saluran pencernaan bayi sudah dapat berfungsi
dengan baik. Hasil pemeriksaan bayinya dalam batas normal yaitu
214

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, denyut jantung


140×/menit, pernapasan 43×/menit, suhu 36, 70C, tali pusat sudah
bersih, BAB 1× BAK 2× asuhan yang diberikan berupa pemberian ASI,
menilai tanda infeksi pada bayi, mengajarkan kepada ibu tentang tanda-
tanda bayi cukup ASI serta jaga kehangatan bayinya.
Pada kasus bayi Ny.A.N telah dijelaskan tanda bahaya pada
bayi. Hal ini sesuai dengan Saifuddin (2013) yang menjelaskan bahwa
tanda bahaya bayi baru lahir diantaranya tidak mau minum atau
menyusu atau memuntahkan semua, riwayat kejang, bergerak hanya
jika dirangsang (letargis), frekuensi napas < 30 kali per menit atau > 60
kali per menit, suhu tubuh <36, 50C atau >37, 50C, tarikan dinding dada
ke dalam yang sangat kuat, bayi menangis merintih. Telah dianjurkan
pada ibu untuk memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan
tambahan, dan menyusui minimal setiap 2 jam atau 10 - 12 kali dalam
24 jam. Telah dijelaskan pada ibu mengenai perawatan tali pusat yang
baik dan benar agar tidak terjadi infeksi pada bayi yakni, setelah mandi
tali pusat dibiarkan dan dikeringkan tanpa dibubuhi bedak atau apapun,
dan biarkan tali pusat dalam keadaan terbuka. Dan telah dijelaskan pada
ibu agar selalu menjaga kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya
hipotermi pada bayi, dengan cara bayi dibungkus dengan kain dan
selimut serta dipakaikan topi agar tubuh bayi tetap hangat.
KN 2 (Umur 4 Hari)
Asuhan kebidanan pada hari keempat bayi baru lahir, sesuai yang
dikatakan Kemenkes (2013) KN 2 pada hari ketiga sampai hari ketujuh.
Ny.A.N mengatakan bayinya dalam keadaan sehat, tidak ada keluhan,
menyusu dengan baik, isapan kuat, dan sudah BAB dan BAK. Hasil
pemeriksaan bayinya dalam keadaan sehat yaitu keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, vital heart rate 138×/menit, pernapasan 45×/
menit, suhu 36,60C, kulit kemerahan, bayi terlihat menghisap kuat, tali
pusat sudah lepas dan tidak ada infeksi, eliminasi BAB (+), BAK (+).
Asuhan yang diberikan berupa pemberian ASI, menilai tanda infeksi
pada bayi, mengajarkan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada
215

bayi serta jaga kehangatan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
Asri, dkk (2012) penatalaksanaan yang diberikan pada bayi baru lahir
adalah jaga bayi tetap hangat, perawatan tali pusat pencegahan infeksi,
dan insiasi menyusu dini.
KN 3 (Usia 28 Hari)
Kunjungan 28 hari bayi baru lahir normal Ny.A.N mengatakan
bayinya dalam keadaan sehat. Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, HR 142×/menit, pernapasan 45×/ menit, suhu 36, 7 0C,
ASI lancar, isapan kuat, BAB, BAK. Pemeriksaan bayi baru lahir 28
hari tidak ditemukan adanya kelainan, keadaan bayi baik. Asuhan yang
diberikan yaitu pemberian ASI ekslusif, meminta ibu untuk tetap
memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan menyusui bayinya 10-15
kali dalam 24 jam, serta memberikann imunisasi BCG saat berumur I
bulan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan kunjungan ketiga
bayi baru lahir, sesuai yang ada dalam Kemenkes RI (2015) KN 3 pada
hari ke 8 sampai hari ke 28. Menurut Marni (2015) penatalaksanaan
pada kunjungan ketiga yaitu pemeriksaan fisik, jaga kehangatan,
memberikan ASI ekslusif, memberitahu ibu tentang imunisasi BCG,
dan penanganan rujukan.

4.3.4 Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas


Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 6 Jam (KF1)
Pada 6 jam postpartum ibu mengatakan perutnya masih terasa
mules, kondisi tersebut merupakan kondisi yang normal karena mulas
tersebut timbul akibat dari kontraksi uterus. Dan ibu sudah mengganti
pembalut, ibu sudah melakukan mobilisasi seperti miring kekiri dan
kekanan, duduk, berdiri dan berjalan, ibu sudah makan dan minum.
Berdasarkan hasil pemeriksaan 6 jam postpartum tidak ditemukan
adanya kelainan, keadaan umum baik, tekanan darah 100/70 mmHg,
nadi 80×/menit, pernapasan 20×/menit, suhu 36, 50C, ASI sudah keluar
TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, konsistensi keras
sehingga tidak terjadi atonia uteri dan tidak ada tanda-tanda infeksi, ibu
216

sudah mulai turun dari tempat tidur, sudah makan dan minum dengan
meni nasi, sayur, dan ikan, dan sudah BAK 1 kali. Hal tersebut
merupakan salah satu bentuk mobilisasi ibu nifas untuk mempercepat
involusi uterus sesuai menurut Erni Hernawati (2017) yang menjelaskan
tahapan masa nifas salah satunya puerperium dini
(immediatepostpartum periode) kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Asuhan yang diberikan yaitu tanda-tanda bahaya masa nifas,
menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri, mengajarkan
pada ibu cara menyusui yang baik dan benar, dan menganjurkan ibu
untuk istirahat yang cukup, serta menganjurkan ibu untuk minum obat
secara teratur yaitu asam mefenamat 500 mg, amoxcilin 500 mg, tablet
Fe dan vitamin A sebanyak 200.000 unit selama masa nifas sesuai teori
(Erni Hernawati, 2017).
KF 2 (4 Hari Post Partum)
Pada tanggal 16 April 2023 ibu mengatakan tidak ada keluhan dan
kunjungan kali ini ibu merasa sehat. ASI yang keluar sudah banyak,
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 78×/menit, pernapasan 22×/menit, suhu 36, 7 0C, kontraksi
uterus baik, tinggi fundus tidak teraba, lochea sangulenta, warna putih
bercampur merah, kandung kemih kosong. Hal ini sesuai yang
dikemukakan oleh Sulistyawati (2015), bahwa pengeluaran lochea pada
hari ketiga sampai hari ketujuh adalah sangulenta, berwarna putih
bercampur merah karena merupakan sisa lendir dan darah.
Asuhan yang diberikan pada ibu nifas yaitu tanda-tanda bahaya
masa nifas, menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan
genetalia, dan menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang
bergizi.
KF 3 (28 Hari Post Partum)
Pada tanggal 10 Mei 2023 ibu mengatakan tidak ada keluhan
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 82×/menit, pernapasan 20×/menit, suhu 36, 6 0C, kontraksi
217

uterus baik, TFU tidak teraba, sesuai yang di kemukakan oleh


Sulistyawati (2015) bahwa pada hari > 14 postpartum tinggi fundus
tidak teraba dan pengeluaran lochea alba dan tidak berbau, yang
menurut teori mengatakan bahwa hari ke >14 pengeluaran lochea alba
berwarna putih. Hal ini berarti uterus berkontraksi dengan baik dan
lochea dalam batas normal.
Asuhan yang diberikan yaitu mengingatkan pada ibu untuk tetap
menjaga kebersihan genetalia, mengingatkan pada ibu untuk tetap
mengonsumsi makanan yang bergizi, dan beritahu ibu untuk
menggunakan alat kontrasepsi.
KF 4 (35 Hari Post Partum)
Pada tanggal 17 Mei 2023 ibu mengatakan tidak ada keluhan
keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 80×/menit, pernapasan 22×/menit, suhu 36, 5 0C,
kontraksi uterus baik, TFU tidak teraba. Sesuai yang dikatakan oleh
Sulistyawati (2015) bahwa pada hari >14 postpartum tinggi fundus
tidak teraba dan pengeluaran lochea alba dan tidak berbau, yang
menurut teori mengatakan bahwa hari ke >14 pengeluaran lochea alba
berwarna putih. Hal ini berarti uterus berkontraksi dengan baik dan
lochea dalam batas normal.
Asuhan yang diberikan yaitu menganjurkan pada ibu untuk tetap
menjaga pola makan, menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
ekslusif tanpa tambahan makanan yang lain hingga bayinya berusia 6
bulan, dan beritahu ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi. Ibu
memutuskan menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan untuk menunda
kehamilan.
218

4.3.5 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana


Asuhan keluarga berencana ini penulis lakukan ada hari ke 45 hari
postpartum. Hal ini sesuai dengan teori menurut menurut Sulistyawati
(2019) yang menyebutkan pemberian asuhan mengenai penggunaan
metode kontrasepsi dilakukan pada 6 minggu postpartum. Pada
pengkajian ibu mengatakan saat ini belum mendapat haid, ibu masih
menyusui bayinya setiap 2 - 3 jam sekali ata tiap bayi ingin, ibu belum
pernah menggunakan KB suntikan 3 bulanan.
Hasil pemeriksaan pun tidak menunjukan adanya keabnormalan
sesuai dengan teori menurut Walyani (2015) yang menuliskan tekanan
darah normalnya 110/80 mmHg sampai 140/90 mmHg, normalnya nadi
60 - 80 kali/menit, pernapasan 20 - 30 kali/menit, suhu badan normal
adalah 36,50C sampai 37, 50C. Asuhan yang diberikan yaitu berupa
konseling tentang berbagai macam kontrasepsi, dan akibat ibu tidak
menggunakan KB adalah jarak kehamilan yang terlalu dekat. Penulis
memberikan kesempatan pada ibu untuk memilih. Ibu memilih
kontrasepsi suntikan 3 bulan, dan penulis memastikan ibu telah mentap
dengan pilihannya untuk menggunakan KB suntik 3 bulan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Bab ini penulis mengambil kesimpulan dari studi kasus yang berjudul
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny.A.N G1P0A0AH0 uk 35 minggu 4
hari, janin tunggal hidup, intrauterin, presentasi kepala, dari kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas yang dilakukan dengan pendekatan menajemen
asuhan kebidanan dengan penerapan SOAP, dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut, yaitu mahasiswa telah melakukan asuhan kebidanan kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, masa nifas, keluarga berencana (KB) pada Ny.A.N
dengan KB suntik 3 bulan di Puskesmas Pembantu Lasiana.

5.2 Saran
5.2.1 Institusi
Agar meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan
penyediaan fasilitas dan saran dan prasarana yang mendukung
peningkatan kompetensi mahasiswa, sehingga dapat menghasilkan
bidan yang berkualitas.
5.2.2 Puskesmas Pembantu
Agar meningkatkan mutu pelayanan dan memberikan asuhan yang lebih
baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan
asuhan kebidanan sesuai dengan teori mulai dari kehamilan, persalinan,
bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana.
5.2.3 Klien dan Masyarakat
Diharapakan Klien dan masyarakat untuk lebih memiliki kesadaran
dalam memeriksakan kehamilannya secara teratur sehingga akan
merasa lebih yakin dan nyaman, karena mendapatkan gambaran tentang
pentingnya pengawasan pada saat hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir,
dan melakukan pemeriksaan secara rutin dipelayanan kesehatan.

219
220

5.2.4 Penulis
Diharapakan Laporan Tugas Akhir ini dapat menambah pengetahuan
tentang asuhan kebidanan pada ibu mulai sari hamil, bersalin, nifas,
bayi baru lahir sampai ibu menggunakan KB.
DAFTAR PUSTAKA

Agusta I, 2014. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif. Bandung: Pustaka
Setia

Arikunto, 2019. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Armini, Ni Wayan, 2017. Asuhan Kebidana Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah. Yogyakarta: ANDI

Astuti, dkk. 2017. Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan. Jakarta: Erlangga

Damayanti, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu
Bersalin Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish

Dewi. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Diana, 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: EGC

Dinas Kesehatan Prov.NTT, 2022. Profil Kesehatan Provinsi NTT. Kupang

Dinas Kesehatan Kota Kupang. 2022. Profil Kesehatan Kota Kupang. Kupang

Dwi Rahmawati, 2020. Buku Ajar Asuhan Kebidanan dan BBL Fisiologis dan
Patologis S1 Kebidanan. Jakarta Selatan. Mahakarya Citra Utama

Elisabeth, 2016. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Emi dkk, 2021. Modul Midwery Update. Jakarta: IBI

Erawati, Ambar Dewi, 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta: EGC

Erni Hernawati. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta

Hidayat, 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika

IBI. (2020). Buku Acuan Midwery Update. Jakarta Selatan: Mahakarya Citra Utama

221
222

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2020. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18
Bulan. Jakarta, EGC

Ilmiah, Widia Shofa. 2015. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha
Medika

JNPK-KR, 2017. Buku Ajar Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama

JNPK-KR, 2017. Buku Ajar Asuhan Persalinan Berbasis Evidence Based. Jakarta
Selatan: Mahakarya Citra Utama

KBBI, 2018. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta

Kemeskes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta:
Kementrian Kesehatan

Kemenkes RI. 2015. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Edisi Kedua. Jakarta
Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Kemenkes RI, 2015. Deteksi Dini Faktor Resiko Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kementrian
Kesehatan

Kemenkes RI, 2017. Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Nasional. Jakarta: GP Press

Kemenkes RI, 2020. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta

Kemenkes RI, 2021. Profile Kesehatan Indonesia 2021 (Indonesia Health Profile
2018). Jakarta

Kemenkes, 2022. Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan BBL. Jakarta Selatan:
Mahakarya Citra Utama

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta. Departemen Kesehatan
223

Kementrian Kesehatan RI, 2014. Pedoman Menajemen Pelayanan Keluarga


Berencana. Jakarta Selatan. Direktorat Kesehatan Keluarga

Kementrian Kesehatan RI, 2015. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Cipta


Mandiri

Kementrian Kesehatan RI, 2019. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan, 2020. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Kusmawati, Ina. 2013. Askeb II Persalinan. Yoyakarta: Pustaka Pelajar

Laporan Tahunan Puskesmas Oesapa, 2022. Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun
2022. Kupang

Laporan Tahunan Kecamatan, 2022. Lampiran Profil Kecamatan dan Puskesmas


Kota Kupang.Kupang

Mandriwati, 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Mansyur, N. Dahlan A.K. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang:
Selaksa Medika

Manuaba, IBG, dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta.
EGC

Maritalia Dewi. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Maternal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Marmi dan Rahardjo, 2015. Asuhan Neonatus Bayi, Balita, Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
224

Mulyani, Nina Siti dan Mega Rinawati. 2013. Keluarga Berencana dan Alat
Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika

Midwery Update, 2016. Buku Ajar Asuhan Kehamilan S1 Kebidanan. Jakarta


Selatan: Mahakarya Citra Utama

Natalia, 2019. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta Selatan: Mahakarya Citra
Utama

Notoatmodjo S, 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho S, 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika

Nurul Azizah, 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifasdan Menyusui. Jawa Timur:
UMSIDA Press

Nuryaningsih, 2017. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 3. Jakarta: EGC

Odi L. Namangdjabar. 2021. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal dan Bayi Baru
Lahir. Malang: Cipta Mandiri

Oktarina, 2016. Buku Ajar Asuhan Persalinan Berbasis Evidence Based. Jakarta
Selatan: Mahakarya Citra Utama

Prawirohardjo, 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Saifuddin, A. 2013. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: EGC

Saifuddin A. B, 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Neonatal. Jakarat: Yayasan Bina Pustaka

Saifuddin, 2016. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: EGC

Septina, 2020. Pengantar Praktik Ilmu Kebidanan II. Bogor: Lindan Bestari

Sujarweni W, 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press


225

Sulistyawati, (2015). Buku Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Salemba
Medika

Wagiyono, 2016. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta Selatan: Mahakarya Citra
Utama

Walyani, Siwi Walyani. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press

WHO, 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Mahakarya Citra Utama

WHO, 2018. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: BKKBN

WHO, 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan dan BBL Fisiiologi dan Patologis S1
Kebidanan. Jakarta Selatan: Mahakarya Citra Utama

Yanti, 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: Refika Aditama

Yuli. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Maternitas. Jakarta: Trans Info Medika
226
227
228
229
230
231
232

DOKUMENTASI
233
234
235
236
237

Anda mungkin juga menyukai