Anda di halaman 1dari 128

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LANSIA DI UPTD PUSKESMAS PASSI

BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

ELSI BATEBOLINGGO

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

KOTAMOBAGU

2023
SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LANSIA DI UPTD PUSKESMAS PASSI

BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

ELSI BATEBOLINGGO

NIM. 01909010015

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

KOTAMOBAGU

2023
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LANSIA DI UPTD PUSKESMAS PASSI

BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW


SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar (Sarjana)


Program Studi SI Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Kesehatan dan Teknologi Graha Medika

Oleh:
ELSI BATEBOLINGGO
NIM. 01909010015

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
KOTAMOBAGU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi

Program Studi SI Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan (S.Kep) pada Mei 2023

Mengesahkan

Institut Kesehatan dan Teknologi Graha Medika

Fakultas Ilmu Kesehatan

Dekan,

Ns. Suci Rahayu Ningsih, S.Kep., M.Kep


NIDN. 0928019202

Tim Penguji:

Ketua : Ns. Echa Efendi Siswanto Amir S.Kep.,M.Kep


Anggota : 1. Ns. Heriyana Amir S.Kep.,M.Kep
2. Darmin S.KM.,M.Kes

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA LANSIA DI UPTD PUSKESMAS PASSI
BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

SKRIPSI

Telah disetujui untuk diuji dihadapan tim penguji Skripsi

Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Institut Kesehatan Dan Teknologi Graha Medika

Kotamobagu, Mei 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Heriyana Amir S.Kep., M.Kep Darmin S.KM.,M.Kes


NIDN. 0917069001 NIDN. 0827088802

Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Ns. Suci Rahayu Ningsih, S.Kep., M.Kep


NIDN. 0928019202

ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi yang disetujui oleh :

Nama : Elsi Batebolinggo

Nim : 01909010015

Prodi : Sarjana Keperawatan

Judul : Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi

pada Lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang

Mongondow.

Telah disetujui oleh pembimbing :

Hari : ....

Tanggal : ......2023

Untuk di pertahankan di hadapan tim penguji Skripsi Program Studi Sarjana

Keperawatan Intitut Kesehatan Dan Teknologi Graha Medika Kotamobagu.

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Heriyana Amir S.Kep., M.Kep Darmin S.KM.,M.Kes


NIDN. 0917069001 NIDN. 0827088802

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Elsi Batebolinggo

NIM : 01909010015

Program studi : SI Keperawatan

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri

dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa

pengakuan bahan-bahan yang telah di publikasikan sebelumnya atau ditulis oleh

orang lain, atau sebagai bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada

kampus Institut Kesehatan dan Teknologi Graha Medika atau perguruan tinggi

lainnya.

Apabila pada masa yang datang diketahui bahwa pernyataan ini tidak

benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala

konsekuensinya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Kotamobagu, Mei 2023

Elsi Batebolinggo

iv
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa

Ta’ala, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya, yang disusun sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada jurusan Keperawatan

di Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Kesehatan dan Teknologi Graha Medika

Kotamobagu.

Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, yang telah membawa umat

manusia dari zaman yang penuh kegelapan menuju zaman terang benderang

seperti yang kita rasakan sekarang dan akhirnya peneliti bisa menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya.

Peneliti menyadari dalam penulisan ini ada berbagai kesulitan, tantangan

dan hambatan yang ditemui, namun berkat doa, bimbingan dan dorongan serta

dukungan dari oramg tua, keluarga, sahabat dan pihak-pihak lainnya, maka skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

baik secara moral maupun material selama penulis mengikuti pendidikan di

Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan. Untuk itu dengan

kerendahan hati peneliti menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

v
1. Ibu Dr. Henny Kaseger, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Yayasan

Pendidikan Bogani Bolaang Mongondow, yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menimbang ilmu di Institut Kesehatan

dan Teknologi Graha Medika.

2. Ibu Ns, Heriyana Amir, S.Kep., M.Kep selaku Rektor Institut Kesehatan

dan Teknologi Graha Medika Kotamobagu dan sekaligus Pembimbing 1

yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat dapat tersusun dengan baik.

3. Ibu Apt. Alfiana P. Gonibala, S.Farm., M.Farm selaku Wakil Rektor I

yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat tersusun dengan baik.

4. Ibu Popi Mokoagow, SE selaku Wakil Rektor II Bidang Keuangan dan

Administrasi yang sudah memfasilitasi pengurusan administrasi sehingga

skripsi ini dapat terlaksanakan.

5. Ibu Hafsia K.N Mokodompit, S.E selaku Wakil Rektor III Bidang

Kemahasiswaan yang sudah banyak membantu memnerikan dukungan dan

motivasi sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik.

6. Bapak Ns, Echa E.S. Amir, S.Kep., M.Kep selaku Wakil Rektor IV

Bidang Kerjasama dan juga sebagai Penguji I saya yang banyak

memberikan dukungan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat tersusun

dengan baik.

7.

vi
8. Ibu Ns, Suci Rahayu Ningsih, S.Kep., M.kep selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan yang selalu memberikan dukungan dan motivasi sehingga

skripsi dapat tersusun dengan baik.

9. Bapak Ns. Juritno H Gaib, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan yang selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk

menyelesaikan studi tepat waktu.

10. Bapak Darmin, S.KM., M.Kes selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan memberikan arahan serta koreksi sehingga skripsi

ini dapat tersusun dengan baik.

11. Bapak Ns. Helkim S Laode Manika, S.Kep.,M.Kep selaku Sekertaris

Program Studi S1 Keperawatan Institut Kesehatan dan Teknologi Graha

Medika Kotamobagu.

12. Seluruh Dosen dan Staff Institut Kesehatan dan Teknologi Graha Medika

program studi S1 Keperawatan yang telah membekali ilmu kepada penulis

dengan pengetahuan selama menempuh studi di bangku kuliah hingga

penyusunan skripsi ini.

13. Ibu Kepala Puskesmas Passi Barat dan Seluruh Jajaran Puskesmas Passi

Barat yang telah memberikan izin dalam melakukan pengambilan data

awal sekaligus penelitian yang saya butuhkan dalam penyusunan skripsi

ini.

14. Bapak Amir Andi Cella S.KM.,M.Kes yang telah meluangkan waktu dan

memberikan arahan serta koreksi sehingga skripsi ini dapat tersusun

dengan baik.

vii
15. Untuk orang tua tercinta, ayah Umar Batebolinggo dan ibu Maryam Babay

terima kasih banyak dengan penuh cinta dan kasih sayang telah

memberikan dukugan doa dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

16. Untuk Sahabat spesial Ayu R Binolombangan, Citra Pende, Nadila

Akontalo, Rani Antoni, Reza M Akontalo, Gery eko Jovanaldo, I Kadek

Swantika, yang telah mendukung dan memberikan motivasi serta saran

dalam penyusunan skripsi ini.

17. Untuk Ci Tika dan Al yang telah mendukung dan memberikan motivasi

serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

18. Untuk teman-teman seperjuangan skripsi kelas reguler A dan kelas reguler

B, terimakasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini.

19. Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan dukungan kalian.

Saya menyadari Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Akhir kata, saya berharap skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima

Kasih.Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kotamobagu, Juni 2023

Elsi Batebolinggo
01909010015

viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I Identitas Pribadi

Nama : Elsi Batebolinggo

Nim : 01909010015

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Ollot, 09 Februari 2001

Suku/Bangsa : Kaidipang/Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Kuala Utara

II Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2006-2007 : TK Lagada

2. Tahun 2007-2013 : SDN 1 Kuala Utara

3. Tahun 2013-2016 : SMP N 1 Kaidipang

4. Tahun 2016-2019 : SMA N 1 Bolangitang Barat

5.Tahun 2019 – Sekarang : Institut Kesehatan dan Teknologi Graha

Medika Kotamobagu.

ix
MOTTO

Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan

kesanggupannya

(Surat Al Baqarah ayat 286)

x
ABSTRAK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN – INSTITUT KESEHATAN DAN


TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA
NAMA : ELSI BATEBOLINGGO
NIM : 01909010015
PROGRAM STUDI : SI KEPERAWATAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI UPTD PUSKESMAS PASSI BARAT
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
Latar Belakang : Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPTD
Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional Teknik pengambil sampel dalam penelitian ini adalah simple random
sampling. Populasi seluruh lansia yang datang berkunjung di UPTD Puskesmas
passi barat pada tahun 2022 sebanyak 129 orang dan sampel penelitian sebanyak
31 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik Simpel Random
Sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square.
Hasil Penelitian : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Babupaten Bolaang Mongondow
hasil uji statistik chi-square p0,05. Ada hubungan antara riwayat keluarga
dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan p value = 0,038. Ada hubungan
antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan p value =
0,004. Ada hubungan antara konsumsi nastrium dengan kejadian hipertensi pada
lansia dengan p value = 0,014.

Kata Kunci : Faktor-Faktor Hipertensi dan Kejadian Hipertensi pada Lansia.

xi
ABSTRACT

FACULTY OF HEALTH SCIENCES – GRAHA MEDIKA INSTITUTE OF


HEALTH AND TECHNOLOGY
NAME : ELSI BATEBOLINGGO
PTT: 01909010015
STUDY PROGRAM : NURSING SI
FACTORS RELATED TO THE INCIDENCE OF HYPERTENSION IN
THE ELDERLY AT PUSKESMAS PUSKESMAS PASSI BARAT,
BOLAANG MONGONDOW DISTRICT
Background: Hypertension or high blood pressure is an increase in systolic blood
pressure of more than 140 mmHg and diastolic blood pressure of more than
90mmHg in two measurements with an interval of five minutes in a state of
sufficient rest/calm. Purpose This study aims to determine the factors associated
with the incidence of hypertension in the elderly at the UPTD Health Center Passi
Barat, Bolaang Mongondow Regency.
Method: The type of research used in this research is quantitative research using
descriptive analytic methods with a cross sectional approach. The sampling
technique in this research is simple random sampling. The population of all
elderly who came to visit the UPTD Passi Barat Health Center in 2022 was 129
people and the research sample was 31 people. The sampling technique was
carried out by the Simple Random Sampling Technique. Data analysis used the
chi-square test.
Results: Factors associated with the incidence of hypertension in the elderly at the
Passi Barat Babupaten Bolaang Mongondow Health Center UPTD statistical test
results chi-square p<0.05. There is a relationship between family history and the
incidence of hypertension in the elderly with p value = 0.038. There is a
relationship between physical activity and eventsn hypertension in the elderly
with p value = 0.004. There is a relationship between sodium consumption and the
incidence of hypertension in the elderly with a p value = 0.014.

Keywords : Factors of Hypertension and Hypertension Incidence in the Elderly.

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................


HALAMAN SAMPUL DEPAN...........................................................................................
LEMBAR PERSYARATAN GELAR..................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................. i
LEMBAR PRSETUJUAN .................................................................................................... ii
PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................................................... iii
LEMBAR KEASLIAN ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................................. ix
MOTTO ................................................................................................................................ x
ABSTRAK ............................................................................................................................ xi
DAFTAR ISI......................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ………………………………………… ................................................ xv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… ........................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................ ........................................................... xvii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum tentang Hipertensi ................................................................... 7
2.2 Tinjauan Umum tentang Riwayat Keluarga....................................................... 26
2.3 Tinjauan Umum tentang Aktivitas Fisik ............................................................ 28
2.4 Tinjauan Umum tentang Konsumsi Natrium .................................................... 33
2.5 Tinjauan Umum tentang Lansia ......................................................................... 35
2.6 Sintesa Penelitian ............................................................................................... 40
2.7 Kerangka Teori .................................................................................................. 44

xiii
BAB III : KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................... 45
3.2 Hipotesis ............................................................................................................ 46
3.3 Definisi Operasional .......................................................................................... 47
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian................................................................................................... 49
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 49
4.3 Populasi .............................................................................................................. 49
4.4 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.......................................................... 49
4.5 Pengumpulan Data ............................................................................................. 51
4.6 Pengolahan Data ................................................................................................ 53
4.7 Analisa Data ....................................................................................................... 54
4.8 Penyajian Data ................................................................................................... 55
4.9 Etika Penelitian .................................................................................................. 55
4.10 Alur Penelitian ................................................................................................. 58
BAB V : HASIL dan PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian .............................................................................. 59
5.2 Hasil Penelitian .................................................................................................. 63
5.3 Pembahasan Penelitian....................................................................................... 69
BAB VI : PENUTUP
6.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 76
6.2 Saran .................................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 78
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori TD pada dewasa (ACC/aha 2017) .............................. 8


Tabel 2.2 Joint National Comitment on Prevention Direction
Evalution, and Treatment or High Peassure VII/JNC 2003 ...... 9
Tabel 2.3 Sintesa Penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi
Barat ........................................................................................... 40
Tabel 3.4 Definisi Operasional faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi
Barat ........................................................................................... 47
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi menurut umur responden di UPTD
Puskesmas Passi Barat ............................................................... 63
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin Responden di
UPTD Puskemas Passi Barat Kabupaten Bolaang
Mongondow ............................................................................... 64
Tabel 5.3 Distribusi Kejadian Hipertensi pada Lansia di UPTD
Puskemas Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow ........... 64
Tabel 5.4 Riwayat Keluarga Responden di UPTD Puskemas Passi
Barat Kabupaten Bolaang Mongondow ..................................... 65
Tabel 5.5 Aktivitas Fisik Responden di UPTD Puskemas Passi Barat
Kabupaten Bolaang Mongondow ............................................... 65
Tabel 5.6 Konsumsi Natrium Responden di UPTD Puskemas Passi
Barat Kabupaten Bolaang Mongondow ..................................... 66
Tabel 5.7 Hubungan Riwayat Keluarga Dengan Kejadian Hipertensi
pada Lansia di UPTD Puskemas Passi Barat Kabupaten
Bolaang Mongondow ................................................................. 66
Tabel 5.8 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi
pada Lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten
Bolaang Mongondow ................................................................. 67
Tabel 5.9 Hubungan Konsumsi Natrium dengan Kejadian Hipertensi
pada Lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten
bolaang mongodow .................................................................... 68
xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas
Passi Barat ............................................................................... 44
Gambar 2.2 Kerangka Konsep faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas
Passi Barat ............................................................................... 45
Gambar 2.3 Alur Penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi
Barat.......................................................................................... 57

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Surat Keterangan Pembimbing

Lampiran 2: Surat Pengambilan Data Awal

Lampiran 3: Surat Balasan Pengambilan Data Awal Dari RSUD Kota

Kotamobagu

Lampiran 4: Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 5: Surat Basalan Permohonan Izin Penelitian Dari RSUD Kota

Kotamobagu

Lampiran 6: Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7: Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 8: Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2023

Lampiran 9: Master Tabel

Lampiran 10: Hasil Uji Statistik SPSS

Lampiran 11: Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing I

Lampiran 12: Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing II

Lampiran 13: Dokumentasi

Lampiran 14: Kuesioner Penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat

Kabupaten Bolaang Mongondow.

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan

cukup istirahat/tenang. Hipertensi disebabkan oleh banyak faktor yaitu faktor

yang tidak dapat diubah seperti riwayat keluarga, jenis kelamin dan umur dan

faktor yang dapat diubah yaitu obesitas, kurang aktivitas fisik, stress,

merokok, minum minuman beralkohol dan konsumsi natrium (Imelda, et, al.

2020).

Penyebab hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadinya perubahan-

perubahan pada elastisitas dinding aorta menjadi menurun, katup jantung

menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun,

sehingga kontraksi dan volumenya pun ikut menurun, kehilangan elastisitas

pembuluh darah periver untuk oksigen, meningkatnya resistensi pembuluh

darah periver (Mulyadi, et, al 2019). Peningkatan tekanan darah yang

berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (jantung koroner) dan otak

(menyebabkan struk) jika tidak dideteksi secara dini dan mendapatkan

pengobatan yang memadai (infodatin hipertensi,2019).

Prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia.

Prevalensi kejadian hipertensi tertinggi berada dibenua Afrika 27% dan

1
2

terendah dibenua Amerika 18%, sedangkan di Asia tenggara berada diposisi

ke-3 tertinggi dengan prevalensi kejadian hipertensi sebanyak 25%. Data

World Health Organization (WHO) menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di

dunia menyandang hipertensi. Artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis

hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,

diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena

hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal

akibat hipertensi dan komplikasinya (WHO 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Alifariki(2019) bahwa hipertensi disebut

juga sebagai the silent killer atau pembunuh diam-diam, dimana resiko paling

tinggi kejadian hipertensi adalah lansia. Lansia sering tidak mengetahui bahwa

dirinya adalah penderita hipertensi dan baru diketahui setelah pemeriksaan

penyakit lain atau setelah terjadi kerusakan pada organ karena kerusakan

organ adalah target akibat besarnya peningkatan tekanan darah yang tidak

terkontrol dan tidak mendapatkan pengobatan.

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar

34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44,1%, dan terendah di Papua

sebesar 22,2%. Sedangkan di Indonesia, hipertensi menempati peringkat ke 2

dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit. Penderita

hipertensi lebih banyak wanita 30% dan pria 29%, sekitar 80% kenaikan kasus

hipertensi terjadi terutama di negara berkembang (Triyanto, 2018).

Menurut National Basic Health survei pravalensi hipertensi di Indonesia

pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7%, pada kelompok usia 25-34
3

tahun adalah 14,7%, kelompok umur 35- 44 tahun 24,8%, kelompok usia 45-

54 tahun adalah 35,6%, kelompok umur 55-64 tahun 45,9%, kelompok usia

65-74 tahun adalah 57,6%, sedangkan lebih dari 75 tahun 63,8%, dengan

prevalensi yang tinggi tersebut hipertensi yang tidak disadari jumlahnya bisa

lebih tinggi lagi. Hal ini terjadi karena hipertensi dan komplikasinya

jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada hipertensi yang tidak ada gejalanya

(Riskesdas, 2018).

Data Riskesdas tahun 2018 ini juga didukung oleh penelitian (Donsoo, D.

K. 2019) yang mengatakan bahwa masalah-masalah kesehatan terbanyak yang

diderita lansia adalah hipertensi. Hipertensi berada di urutan pertama dengan

masalah terbanyak yang dialami lansia di ikuti dengan penyakit Aritritis,

diabetesmelitus, penyakit jantung dan struk.

Data Dinas Kesehatan Sulawesi Utara menunujukan hipertensi masuk 3

penyakit paling menonjol di Sulawesi utara dengan jumlah kasus sebanyak

73.108 dengan jumlah pada laki-laki sebanyak 42,4% dan pada perempuan

sebanyak 35.1% dan terbaru menunjukan angka prevalensi hipertensi di

Sulawesi utara sebesar 30%, angka ini mendekati angka prevalensi nasional

sebesar 34,1%. Hal ini menunjukan hipertensi masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat di Sulawesi utara terkait dengan Penyakit Tidak

Menular (PTM) (Dinas Kesehatan SULUT, 2018).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Hipertensi termasuk dalam 10

penyakit paling menonjol di Bolaang Mongondow yang berada di peringkat ke

dua setelah penyakit ISPA. Kasus hipertensi di Bolaang Mongondow pada


4

tahun 2016 adalah sebanyak 1.578 kasus dan pada tahun 2017 adalah

sebanyak 2.267 kasus(Badan Pusat Statistik, 2023).

Hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 9-12 Januari tahun

2023 yang dilakukan secara observasi dan wawancara singkat kepada Kepala

Puskesmas, Kepala Tata Usaha (KTU), Penanggung jawab Lansia dan juga

Pasien didapatkan bahwa hipertensi menduduki momok paling utama dan

selain itu juga ternyata dari 10 pasien yang saya wawancarai ada 4 orang yang

mengatakan bahwa faktor pencetus kejadian hipertensi pada lansia yaitu

riwayat keluarga seperti riwayat kesehatan keluarga apakah sebelumnya ada

keluarga yang mengidap penyakit hipertesi sebelumnya, 3 orang mengatakan

aktivitas fisik seperti melakukan pekerjaan berat seperti membawa atau

mengangkat beban berat dalam waktu lama atau melakukan pekerjaan sedang

seperti berolahraga atau berjalan kaki dari tempat kerja, berbelanja atau

beribadah dan 3 orang lainnya mengatakan konsumsi natrium seperti makanan

yang mengandung banyak garam. Hal ini juga sejalan dengan yang dikatakan

oleh pemegang program tentang lansia yang dimana hipertensi lansia umur 60

tahun ke atas pada tahun 2020 sebanyak 133 orang, kemudian menurun pada

tahun 2021 sebanyak 105 orang namun, kembali meningkat pada tahun 2022

sebanyak 129 orang dengan jumlah pada perempuan 59% atau 76 pasien dan

pada laki-laki sebesar 41% atau 53 pasien.

Berdasarkan latar belakang dan data awal diatas untuk itu peneliti tertarik

mengambil judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi

pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Kecamatan Passi Barat,

Kabupaten Bolaang Mongondow.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas peneliti tertarik untuk mengetahuai apakah

ada hubungan riwayat keluarga, aktivitas fisik dan konsumsi natrium dengan

kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten

Bolaang Mongondow.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Teridentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten

Bolaang Mongondow.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Teridentifikasi hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian

hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten

Bolaang Mongondow;

b) Teridentifikasi hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi BaratKabupaten

Bolaang Mongondow;

c) Teridentifikasi hubungan antara konsumsi natrium dengan kejadian

hipertensi di UPTD Puskesmas Passi BaratKabupaten

Bolaang Mongondow;

d) Teranalisis hubungan antara riwayat keluarga, aktivitas fisik dan

konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPTD

Puskesmas Passi BaratKabupaten Bolaang Mongondow.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan ajar

dalam memperdalam dan memperluas materi pembelajaran serta dapat

menambah pengetahuan atas wawasan bagi Mahasiswa Institut

Kesehatan dan Teknologi Graha Medika Kotamobagu.

1.4.2 Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi masukan yang

bermanfaat dan rekomendasi bagi UPTD Puskesmas Passi Barat dalam

menangani pasien hipertensi pada lansia.

1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi sebuah

informasi bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan yang

ada di UPTD Puskesmas Passi Barat dalam menangani hipertensi pada

lansia.

1.4.4 Bagi Peneliti selanjutnya

Menambah pengalaman dan wawasan ilmiah dalam melakukan

penelitian dibidang kesehatan, serta dapat dijadikan salah satu referensi

untuk acuan penelitian selanjutnya terkait dengan ada beberapa faktor

lain dari kejadian hipertensi yang peneliti belum teliti.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih

dari 90mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima

menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah

yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat

menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (jantung

koroner) dan otak (menyebabkan struk) bila tidak dideteksi secara dini

dan mendapatkanpengobatan yang memadai (infodatin hipertensi,2019).

2.1.2 Jenis-Jenis Hipertensi

Hipertensi terbagi menjadi 2 , yakni (Kemenkes RI, 2018) :

a) Hipertensi primer Hipertensi primer disebut juga sebagai hipertensi

idiopatik karena hipertensi ini memiliki penyebab yang belum

diketahui. Penyebab yang belum jelas atau belum diketahui

tersebut sering dihubungkan dengan faktor gaya hidup yang kurang

sehat. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang paling banyak

terjadi, yaitu sekitar 90% dari kejadian hipertensi;

b) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, atau

penggunaan obat tertentu (Bumi, 2017). Kondisi lain yang

mempengaruhi ginjal, arteri , jantung, atau sistem endokrin

7
8

c) menyebabkan 5-10% kasus lainnya. Beberapa tanda dan gejala

tambahan dapat menunjukkan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi

akibat penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal atau penyakit

endokrin. Contohnya obesitas pada dada dan perut , intoleransi

glukosa , wajah bulat seperti bulan, punuk kerbau. Penyakit tiroid

dan akromegali juga dapat menyebabkan hipertensi dan

mempunyai gejala dan tanda yang khas. Besar perut mungkin

mengidikasikan stenosis arteri renalis (Penyempitan arteri yang

mengedarkan darah ke ginjal).

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi

Pada pemeriksaan tekanan darah, yang diukur adalah tekanan

sistolik dan diastolik. Tekanan darah diklasifikasikan sebagai normal

apabila sistoliknya kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80

mmHg, atau biasa ditulis dengan 120/80 mmHg.

Berikut ini adalah klasifikasi tingkatan dalam hipertensi menurut

American College of Cardiology/American Heart Association

(ACC/AHA) (Widyantoro, 2019) :

Tabel 2. 1. Kategori TD pada orang dewasa (ACC/AHA 2017)

BP Category (Blood SBP (Sistolic DBP (Diastolik


Peassure Category) Peassure Peassure
Category) Category)
Normal  120 mmHg Dan  80 mmHg
Elevated 120-129 mmHg Dan  80 mmHg
Hypertension
Stage I 130-139 mmHg Dan 80-89 mmHg
Stage II ≥ 140 mmHg Dan ≥ 90 mmHg
9

Selain itu, klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII 2003 (Kemenkes RI,

2018).

Tabel 2.2Joint National Commitment on Prevention Dirention,


Evaluation, and Treatment or High peassure VII/JNC, 2003
Kategori TD (mmHg) TDD (mmHg)
Normal  120 Dan  80
Pra-Hipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi tingkat 1 150-159 Atau 90-99
Hipertensi tingkat 2  160 Atau  100
Hipertensi sistolik  140 Dan  90
terisolasi

2.1.4 Faktor Resiko Hipertensi

Hipertensi biasanya berkembang dalam waktu yang lama.

Hipertensi dapat terjadi karena pilihan gaya hidup yang tidak sehat

(CDC, 2020).Faktor resiko hipertensi terbagi atas dua golongan yaitu

faktor yang tidak dapat di ubah (unchangeable risk factors) dan faktor

yang dapat di ubah (changeable risk factors) (Irwan,2017).

a) Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangeable risk factors)

1) Jenis kelamin

Secara umum pria lebih berisiko mengalami penyakit

kardiovaskular dibandingkan wanita. Hal tersebut karena pria

memiliki lebih banyak faktor pendorong sehigga lebih mudah

menderita hipertensi, seperti faktor stress, mudah lelah serta

makan tidak teratur yang cenderung meningkatkan tekanan

darah. Sedangkan prevalensi hipertensi pada wanita meningkat

setelah memasuki menopause. Diketahui bahwa wanita yang


10

berumur di atas 65 tahun memiliki prevalensi hipertensi lebih

tinggi dibandingkan dengan pria diakibatkan karena faktor

hormonal (Reckelhoff, 2017).

Bukti terbaru dari sebuah riset telah mengidentifikasi

beberapa kemungkinan mekanisme peningkatan tekanan darah

yang berhubungan dengan jenis kelamin. Hal ini berkaitan

dengan dampak dari peran yang berbeda pada sistem imun pria

dan wanita. Profil imun anti-inflamasi yang kuat pada wanita

dapat berperan untuk membatasi kenaikan tekanan darah.

Sedangkan pada pria, profil imun tersebut cenderung lebih lemah

sehingga menjadi celah untuk terjadinya mekanisme peningkatan

tekanan darah (Gillis & Sullivan, 2016).

2) Umur

Semakin tua usia, semakin besar kemungkinan untuk

menderita hipertensi. Seiring bertambahnya usia, pembuluh

darah secara bertahap kehilangan elastisitasnya sehingga dapat

berkontribusi pada peningkatan tekanan darah (AHA, 2017).

Terdapat perubahan khas pada tekanan darah seiring

bertambahnya usia, di mana risiko hipertensi menjadi lebih besar.

Oleh karena itu, kebutuhan perawatan hipertensi pada orang yang

lebih tua juga berbeda (Weber, 2019).

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada usia 13 – 15

tahun, tekanan darah sistolik pria lebih tinggi sekitar 4 mmHg

dibandingkan wanita. Sementara itu, pada usia 16 – 18 tahun,


11

tekanan darah sistolik pria lebih tinggi sekitar 10 – 14 mmHg

dibandingkan wanita. Data ini memperlihatkan secara jelas

bahwa ketika masa remaja dan pubertas, di mana peningkatan

produksi androgen terjadi, tekanan darah pada pria lebih tinggi

daripada wanita (Reckelhoff, 2017). Sampai usia 64 tahun, pria

lebih mungkin untuk mengalami hipertensi daripada wanita.

Sementara pada usia 65 tahun atau lebih, wanita lebih mungkin

mengalami hipertensi hal ini disebabkan karena wanita

menopause mengalami penurunan kadar hormone estrogen(AHA,

2018).

3) Riwayat Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga merupakan catatan penyakit

dan kondisi kesehatan keluarga. Riwayat kesehatan keluarga juga

menyediakan informasi mengenai risiko kondisi langka yang

disebabkan adanya mutasi gen (NIH, 2020). Setiap anggota

dalam keluarga akan memiliki kesamaan gen, lingkungan, dan

gaya hidup (CDC, 2019). Faktor-faktor tersebut secara bersama-

sama memberikan petunjuk terhadap permasalahan kesehatan

yang mungkin terjadi di dalam sebuah keluarga. Dengan melihat

pola penyakit di antara keluarga, pihak medis profesional dapat

memperkirakan apakah individu, anggota keluarga lain atau

generasi selanjutnya kemungkinan memiliki faktor risiko lebih

tinggi terhadap penyakit tersebut. Penyakit yang dimaksud salah

satunya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi). Penyakit


12

tersebut dapat dipengaruhi oleh kombinasi dari beberapa faktor

seperti genetik, kondisi lingkungan dan gaya hidup (NIH, 2020).

b) factor Resiko yang dapat di ubah (changeable risk factors)

1) Obesitas

Obesitas menyebabkan beberapa mekanisme dalam tubuh

yang berkontribusi dalam peningkatan tekanan darah. Kelebihan

berat badan atau obesitas akan memberikan berat badan ekstra

pada jantung dan system sirkulasi darah yang dapat

menyebabkan masalah kesehatan serius. Hal ini juga dapat

meningkatkan resiko terjadinya hipertensi (AHA, 2018).

Status obesitas pada seseorang dapat diketahui melalui

pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Menurut Kemenkes RI

(2019) IMT merupakan indeks sederhana untuk

mengklasifikasikan berat badan orang dewasa dengan

mempertimbangkan berat badan dan tinggi badan. IMT dapat

dihitung dengan membagikan nilai berat badan seseorang (kg)

dan kuadrat tinggi badan (m).

Jika dirumuskan dalam bentuk matematis sebagai berikut :

Berat badan (kg)


𝐼𝑀𝑇 =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
13

2) Kebiasaan merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

hipertensi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 109 tahun

2012 Tentang Pengamanan Bahan Pangan yang Mengandung Zat

Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan, rokok adalah

salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar

dan dihisap atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok

putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

nicotiana tobacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau

sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan

atau tanpa bahan tambahan. Rokok biasanya berbentuk silinder

dari kertas yang berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm

(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm

yang berisi daun tembakau cacah. Produk tembakau seperti rokok

mengandung zat adiktif dan bahan lain yang secara langsung

maupun tidak langsung sangat berbahaya bagi kesehatan

(Kemenkes RI, 2017).

Terdapat lebih dari 5000 komponen bahan kimia yang

terdapat pada rokok. Ratusan di antaranya sangat berbahaya

terhadap kesehatan manusia. Misalnya karbon monoksida dan

nikotin pada rokok. Karbon monoksida adalah gas berbahaya

yang dihirup ketika merokok. Gas tersebut masuk ke paru-paru

dan ditransfer menuju aliran darah.Karbon monoksida

menurunkan kadar oksigen dalam sel darah merah. Hal ini juga
14

meningkatkan jumlah kolesterol yang disimpan di lapisan arteri.

Semakin lama, arteri akan semakin mengeras dan menyebabkan

tekanan darah tinggi (AHA, 2017).

3) Konsumsi Natrium

Salah satu mineral penting yang diperlukan tubuh adalah

natrium (sodium. Sodium adalah nutrisi esensial yang diperlukan

untuk memelihara plasma darah, keseimbangan asam basa,

transmisi saraf impuls dan normalisasi fungsi sel (WHO, 2017).

Namun diperlukan kadar yang tepat untuk konsumsi mineral ini.

Apabila dikonsumsi secara berlebihan,makan akan berdampak

negatif pada tubuh (Prihatini et al., 2016). Kelebihan sodium

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. Kontributor

utama konsumsi sodium sangat bergantung pada konteks budaya

dan kebiasaan konsumsi pangan di masyarakat (WHO, 2016).

WHO merekomendasikan konsumsi sodium untuk orang dewasa

maksimal 2 gram per hari (setara dengan 5 gram garam per hari)

(WHO, 2017). Kementerian Kesehatan juga menyarankan untuk

memperhatikan batasan konsumsi sodium di mana konsumsi

garam tersebut tidak melebihi 2000 mg sodium atau 5 gr garam

(setara dengan 1 sendok teh) (Kemenkes RI, 2017).

4) Konsumsi Alkohol

Alkohol menyebabkan efek yang sama dengan

karbondioksida dimana keduanya dapat meningkatkan keasaman

darah menjadi kental dan jantung dipaksa untuk memompa.


15

Selain itu, konsumsi alkohol akan berpengaruh pada peningkatan

produksi hormon kortisol dalam darah sehingga aktivitas Rennin-

Angiotensin Aldosteron System (RAAS) meningkat dan

menyebabkan tekanan darah meningkat (Jayanti et, al 2017).

Beberapa mekanisme dalam tubuh yang menyebabkan

hipertensi akibat alkohol adalah ketidakseimbangan sistem saraf

pusat, gangguan baroreseptor, peningkatan aktivitas simpatis,

stimulasi sistem reninangiotensin-aldosteron, peningkatan kadar

kortisol, peningkatan reaktivitas vaskular karena peningkatan

intraseluler. Selain itu hilangnya relaksasi karena peradangan dan

cedera oksidatif endotelium oleh angiotensin II yang mengarah

ke penghambatan endotelium yang bergantung pada produksi

nitrat adalah kontributor utama hipertensi akibat alkohol (Husain

et, al 2018).

5) Kurang aktivitas fisik

Secara umum, pembagian aktivitas fisik terdiri dari 3 jenis

yakni aktivitas fisik sehari-hari, aktivitas fisik latihan dan

olahraga. Aktivitas fisik harian merujuk kepada kegiatan sehari-

hari dalam rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci

baju, berkebun, menyetrika dan sebagainya. Latihan fisik

diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan secara terencana dan

terstruktur seperti jogging, jalan kaki, push up, peregangan,

aerobik, dan sebagainya. Olahraga memiliki arti berupa aktivitas


16

fisik yang terstruktur dan terencana mengikuti regulasi yang

berlaku. (Kemenkes RI, 2018).

6) Stress

Stres merupakan hal yang umum dialami oleh setiap orang.

Tetapi terlalu banyak stres juga dapat berkontribusi pada

peningkatan tekanan darah. Pada situasi stres, tubuh akan

merasakan ketidaknyamanan emosional. Tubuh bereaksi dengan

melepaskan hormon kortisol dan adrenalin 25 ke dalam darah.

Hormon-hormon ini mempersiapkan tubuh untuk merespon

“melawan atau lari”. Hal ini membuat jantung berdetak lebih

cepat dan pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah

meningkat (AHA, 2018).

2.1.5 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,

yaitu :

a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar

95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,

lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem

reninangiotensin, defek dalam ekskresi natrium, peningkatan

Natrium dan Calium intraselular, dan faktor-faktor yang

meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok serta

polisitemia;
17

b) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen,

penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiper aldosteronisme

primer, dan syndrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain

(Mansjoer, 2019).

2.1.6 Patofisiologi

Patofisiologi hipertensi menurut Sylvestris(2017) adalah terjadinya

hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I

oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran

fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung

angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon renin

akan diubah menjadi angiotensin I oleh ACE yang terdapat di paru-paru,

angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Renin disintesis dan

disimpan dalam bentuk inaktif yang disebut prorenin dalam sel-sel

jukstaglomerular (sel JG) pada ginjal. Sel JG merupakan modifikasi dari

sel-sel otot polos yang terletak pada dinding arteriol aferen tepat di

proksimal glomeruli. Bila tekanan arteri menurun, reaksi intrinsik dalam

ginjal itu sendiri menyebabkan banyak molekul protein dalam sel JG

terurai dan melepaskan renin.

Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat dan

memiliki efek-efek lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Selama

angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua

pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh


18

pertama, yaitu vasokonstriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi

terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lemah pada vena. Cara kedua

dimana angiotensin II meningkatkan tekanan arteri adalah dengan

bekerja pada ginjal untuk menurunkan ekskresi garam dan air.

Vasopresin, disebut juga antidiuretic hormone (ADH), bahkan lebih kuat

daripada angiotensin sebagai vasokonstriktor, jadi kemungkinan

merupakan bahan vasokonstriktor yang paling kuat dari ubuh. Bahan ini

dibentuk di hipotalamus tetapi diangkut menuruni pusat akson saraf ke

glandula hipofise posterior, dimana akhirnya disekresi ke dalam darah.

Aldosteron, yang disekresikan oleh sel-sel zona glomerulosa pada

korteks adrenal, adalah suatu regulator penting bagi reabsorpsi natrium

(Na+) dan sekresi kalium (K+) oleh tubulus ginjal. Tempat kerja utama

aldosteron adalah pada sel-sel prinsipal di tubulus koligentes kortikalis.

Mekanisme dimana aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium

sementara pada saat yang sama meningkatkan sekresi kalium adalah

dengan merangsang pompa natrium- kalium ATPase pada sisi

basolateral dari membran tubulus koligentes kortikalis. Aldosteron juga

meningkatkan permeabilitas natrium pada sisi luminal membrane.

Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer

terus berkembang karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang

dapat menerangkan terjadinya peninkatan tekanan darah. Tekanan darah

dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.


19

2.1.7 Manifestasi Klinis

Hipertensi pada umumnya tidak menunjukan gejala yang terlalu

terlihat. Gejala hipertensi dapat terlihat ketika sudahmenahun seperti,

nyeri kepala, kadang disertai mual muntah, kaburnya penglihatan akibat

kerusakan retina, keruskan susunan syaraf yang menyebabkan nokturia

dan terjadinya tekanan kapiler yang menyebabkan filtrasi glomelurus

dan edema. Selain itu, gejala hipertensi juga berupa sakit kepala, telinga

berdengung, tengkuk terasa berat, sulit tidur, mata berkunang-kunang,

pusing, dan keluaranya darah dari hidung (mimisan), tekanan darah

yang meningkat juga dapat menyebabkan komplikasi pada organ yaitu

ginjal, mata, otak atau jantung (Anbasaran 2019).

2.1.8 Diagnosis Hipertensi

Dalam menegakkan diagnosis hipertensi dibutuhkan dua hingga

tiga kali pemeriksaan namun biasanya dua kali pemeriksaan sudah

cukup untuk menentukan diagnosis hipertensi pada pasien. Pada

umumnya, kunjungan kedua dilakukan empat hingga lima hari setelah

pemeriksaan pertama dengan memperbaiki pola hidupnya, kecuali

hipertensi urgensi pada pasien yang memiliki riwayat penyakit lain jika

tidak segera diatasi maka akan menyebabkan kerusakan pada organ

lainnya (Wardana et al., 2020).

Diagnosis hipertensi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a) Anamnesis Anamnesis yang dilakukan dengan cara melihat sistem

puskesmas (SIMPUS) meliputi tingkat dan lama pasien menderita

hipertensi serta riwayat dan gejala penyakit yang berkaitan,


20

misalnya penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler

dan lainnya (Wardana et, al, 2020);

b) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pengukuran tekanan darah

pada pasien dalam keadaan santai dan duduk di kursi selama

>5 menit. Saat persiapan dan pengukuran, pasien ataupun

pemeriksa tidak boleh berbicara. Pengukuran dilakukan dua kali

atau lebih dengan jeda 1-2 menit yang dimana pada pengukuran

pertama diukur di kedua lengan sedangkan pengukuran

selanjutnya hanya dilakukan pada lengan yang memiliki tekanan

darah tertinggi (Adrian & Tommy, 2019);

c) Pemeriksaanpenunjang dan pemeriksaan laboratorium

pemeriksaan pada tahap ini meliputi tes urinalisis, pemeriksaan

kimia darah untuk mengetahui kadar potassium, sodium, kreatinin

serum, High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein

(LDL), glukosa darah (Fitri, 2017).

2.1.9 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai

komplikasi, bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark

miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai otak

terjadi struk, ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi

gagal ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata akan terjadi

retinopati hipertensif. Dari berbagai komplikasi yang mungkin timbul

merupakan penyakit yang sangat serius dan berdampak terhadap


21

psikologis penderita karena kualitas hidupnya rendah terutama pada

kasus struk, gagal ginjal, dan gagal jantung (Anshari, 2019).

2.1.10 Tatalaksana Hipertensi

Menurut Wadha (2018) Terapi farmakolgis dilakukan dengan

pemberian obat-obatan seperti dibawah ini:

a) Terapi Farmakologi

1) Golongan Diuretik

Dalam mengobati hipertensi obat pertama yang biasanya

diberikan adalah diuretic thiazide. Obat ini dapat membantu

ginjal membuang garam dan air sehingga ginjal dapat

mengurangi volume cairan yang ada di dalam tumbuh agar

dapat membantu menurunkan tekanan darah. Selain itu, obat ini

juga dapat menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah

dan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga diberikan

tambahan atau obat penahan kalium. Diuretik sangat efektif

digunakan orang berkulit hitam, lanjut usia, obesitas, penderita

gagal jantung atau penyakit ginjal menahun. Obat yang sering

digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga

dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretic yang hemat

kalium. Obat yang banyak beredar adalah Spironolactone,

HCT, Chlortalidone dan Indopanide.


22

2) Penghambat Adrenergik

System saraf simpatis mengalami penghambatan karena

pada penghambat aderenergic terdapat sekelompok obat yang

terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker

labetalol, yang dapat mengahambat efek system saaraf

simpatis. System saraf simpatis merupakan system simpatis

yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah

dengan cara memberikan respon terhadap stress.Obat yang

sering yaitu beta-blocker, karena obat ini efektif jika diberikan

pada pasien yang berusia muda, pasien yag mengalami

serangan jantung, pasien dengan detak jantung yang cepat,

angina pectoris (nyeri dada), sakit kepala (migren). Obat yang

sering digunakan dengan jenis Beta-blocker adalah Propanolol,

Atenolol, Pindolol dan sebagainya.

3) ACE-Inhibitor

Angiotensin converting enzim inhibitor (ACE-Inhibitor)

bekerja menyebabkan tekanan darah dengan cara melebarkan

arteri. Obat ini efektif terhadap pasien dengan kulit putih,

berusia muda, laki-laki yang mengalami impotensi sebagai efek

samping dari obat yang lain, pasien gagal jantung, dan pasien

yang terdapat protein dalam air kemihnya yang disebabkan

oleh penyakit ginjal yang menahunatau penyakit ginjal

diabetik. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Captopril,

Benazepil, Fosinopril dan sebagainya


23

4) Angiotensin-II-bloker

Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan

darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-

Inhibitor.

5) Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh

darah dengan mekanisme yang berbeda. Obat ini sangat efektif

digunakan pada pasien dengan kulit hitam, lanjut usia, pasien

yang mengalami Angina Pectoris (nyeri dada), denyut jantung

yang cepat, dan sakit kepala migren. Obat jenis antagonis

kalsium yang terkenal adalah Nifedipine dan Verapamil.

6) Vasodilator

Vasodilator langsung dapat menyebabkan melebarnya

pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir selalu

digunakan sebagai tambahan terhadap obat antihipertensi

lainnya. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Hidralazine

dan Ecarazine.

b) Terapi Non Farmakologi

1) Pola makan yang baik

Pola makan yang baik yaitu dengan mengurangi kadar

garam dalam makanan yang tinggi lemak serta meningkatkan

konsumsi sayur dan buah. Biasanya pada orang yang terbiasa

makan makanan yang berlemak sepertinya akan sulit dan

membutuhkan waktu yang lama untuk mengubah kebiasaan


24

tersebut menjadi makanan yang dimakan oleh vegetarian. Dan

dibutukan juga pendidikan kesehatan seperti promosi kesehatan

yang dapat diberikan oleh tenaga kesehatan dan pemerintah

agar dapat memotivasi masyarakan dalam mengubah pola

makan menjadi lebih baik lagi.Untuk mengontrol tekanan darah

terdapat empat macam diet yang dianjurkan untuk pasien

hipertensi adalah diet rendah garam, lemak terbatas serta tinggi

serat, diet rendah kolesterol, dan diet rendah kalori untuk yang

mengalami diabetes(Wahdah,2018).

2) Menjaga berat badan ideal

Berat badan merupakan salah satu yang paling erat

kaitannya dengan hipertensi. Orang yang memiliki berat badan

berlebih dapat mengalami tingkat hipertensi yang lebih besar

dibandingkan dengan orang yang kurus. Untuk menurunkan

berat badan pada pasien hipertensi yaitu dapat dilakukan

dengan cara mengubah pola makan yang baik dan olahraga

secara teratur. Tekanan darah dapat turun 5-10 mmHg per 10

kg penurunan berat badan (Wahdah,2018).

3) Kelola Stress

Pada saat seseorang mengalami stress, hormon adrenalin

dapat diturunkan dan kemudian akan meningkatkan tekanan

darah melalui arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut

jantung. Jika stress berlanjut maka tekanan darah akan tetap


25

tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi.

(South 2017).

4) Aktivitas Fisik

American Health Association (AHA) (2017)

merekomendasikan untuk orang dewasa yang berusia 18-64

tahun untuk melakukan aktifitas fisik dengan intensitas sedang

selama 150 menit per minggu, atau aktivitas fisik intensitas

berat minimal 75 menit per minggu serta dengan kombinasi

yang ekuivalen antara aktivitas fisik fisik intensitas sedang dan

berat.

5) Merokok

Peningkatan tekanan darah salah satunya di akibatkan oleh

merokok, hal ini disebabkan karena kandungan nikotin di dalam

rokok dapat memicu hormon adrenalin yang dapat

menyebabkan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh

pembuluh darah yang berada di dalam paru-paru kemudian di

edarkan ke seluruh aliran darah lainnya yang menyebabkan

terjadinya penyempitan pembuluh darah kemudian dapat

menyebabkan kerja jantung yang semakin meningkat untuk

memompa pembuluh darah ke seluruh pembuluh darah yang

sempit (Wahdah, 2018).


26

6) konsumsi alkohol

Mengonsumsi alcohol dalam jumlah banyak dapat

mengakibatkan terjadinya peningkatan pembuluh darah. Pada

laki-laki sebaiknya mengonsumsi alkohol tidak lebih dari 21

unit perminggu sedangkan pada wanita sebaiknya tidak lebih

dari 14 unit per minggu. Menghindari konsumsi alcohol dapat

menurunkan tekanan darah sebesar 2-4 mmHg (Wahdah, 2018).

minum minuman beralkohol, alkohol memiliki efek yang

hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat

meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan

jantung dipaksa untuk memompa darah lebih kuat lagi agar

darah yang sampai ke jaringan mencukupi. Ini berarrti juga

terjadi peningkatan tekanan darah. Kebiasaan merokok

berpengaruh dalam meningkatkan resiko hipertensi walaupun

mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara

pasti(Fatarani, et, al 2019).

2.2 Riwayat Keluarga

2.2.1 Pengertian

Sistem kardiovaskuler adalah salah satu sistem tubuh yang

berperan penting dalam mengatur sirkulasi darah. Sistem ini telah

bekerja sejak manusia masih berbentuk janin dalam tubuh ibu sampai

dengan akhir kehidupan manusia setelah ia terlahir dari rahim ibunya.

Sistem kardiovaskuler tentunya tidak berdiri sendiri, namun bekerja

secara dinamis dan sinergi dengan sistem tubuh lainnya dalam rangka
27

menjaga keseimbangan hidup manusia. Salah satu masalah

kardiovaskuler yang sering ditemukan adalah hipertensi. Hipertensi

adalah keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan

tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering

menyebabkan perubahan pembuluh darah yang dapat mengakibatkan

semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin,2017).

faktor hipertensi berisiko mengalami kejadian hipertensi dikarenan

adanya genetik yang diturunkan dan berisiko mengalami kejadian

hipertensi. Faktor genetik terjadinya hipertensi didapat sebagian besar

dari orang tua responden. Hal ini terjadi karena pewarisan sifat melalui

gen. adanya faktor genetik pada keluarga tertentu juga akan

menyebabkan keluarga itu memiliki risiko untuk menderita kejadian

hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium

intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium

(Triyanto, 2018)

2.2.2 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Hipertensi

Faktor genetik terjadinya hipertensi didapat sebagian besar dari

orang tua responden. Hal ini terjadi karena pewarisan sifat melalui gen.

adanya faktor genetik pada keluarga tertentu juga akan menyebabkan

keluarga itu memiliki risiko untuk menderita kejadian hipertensi halini

berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium (Triyanto, 2018).

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan hubungan riwayat

keluarga dengan kejadian hipertensi:


28

a) Peneltian Khairunnissa, et, al(2022). Riwayat keluarga di Wilayah

Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2021 menunjukkan bahwa

sebagian besar responden memiliki riwayat keluarga hipertensi

sebanyak 73 responden (74,5%). Dari 73 responden yang memiliki

riwayat keluarga sebagian besar keluarga yang menderita hipertensi

adalah ibu sebanyak 32 responden (43,8%). Hasil penelitian

menunjukan faktor genetik (p-value=0,002) ini artinya ada

hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi;

b) Berdasarkan penelitian LO, et, al (2020) yang dilakukan di

Kelurahan Indrasari Kabupaten Banjar pada 87 orang responden.

Didapatkan ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian

hipertensi dengan nilai (p-value=0,001). Penjelasan lebih lanjut

individu orang tua menderita hipertensi mempunyai resiko dua kali

lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu di

dapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat

hipertensi dalam keluarga.

2.3 Aktivitas Fisik

2.3.1 Pengertian

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan

sistem penunjangnya. Aktivitas fisik memerlukan energi diluar

kebutuhan untuk metabolisme kasal. Selama aktivitas fisik, otot

memerlukan energi diluar metabolisme untuk bergerak. Jantung dan

paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat


29

gizi dan oksigen keseluruh tubuh untuk mengeluarkan sisa-sisa dari

tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada banyaknya

otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang

dilakukan.Kurangnya aktivitas fisik membuat organ tubuh dan pasokan

darah maupun oksigen menjadi tersendat sehingga menimbulkan

banyak permasalahan kesehatan seperti tingginya berat badan serta

meningkatnya tekanan darah (Siregar, et, al,2020).

2.3.2 Manfaat Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek menguntungkan

terhadap kesehatan yaitu :

a) Terhindar dari penyakit jantung, struk, osteoporosis, kanker,

tekanan darah tinggi, diabetes dan lain-lain;

b) Berat badan terkendali;

c) Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat;

d) Bentuk tubuh menjadi ideal dan proposional;

e) Lebih percaya diri;

f) Lebih bertenaga dan bugar;

g) Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik (Pusat

Promosi Kesehatan RI, 2017).

2.3.3 Tipe-Tipe Aktivitas Fisik

Ada tiga aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan tubuh :


30

a) Ketahanan (endurance)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan dapat membantu

jantung, ketahanan paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap

sehat dan membuat kita lebih bertenaga. Untuk mendapatkan

ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-

7 hari/minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih;

berjalan kaki, lari ringan, berenang, senam, bermain tenis,

berkebun dan bekerja di taman;

b) Kelenturan (Flexibility) Aktivitas fisik yang bersifat untuk

kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah,

mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi

berfungsi dengan baik untuk mendapatkan kelenturan maka

aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari/minggu),

contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti : peregangan,

senam taichi, yoga, mencuci pakaian, mobil dan mengepel lantai;

c) Kekuatan (Strength) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan

membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang

diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh,

serta membantu meningkatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang

dilakukan selama 30 menit (2-4 hari/minggu). Contoh aktivitas

fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari/minggu). Contoh

beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti : push-up, naik turun

tangga, angkat berat/beban, membawa belanjaan, mengikuti kelas

senam terstruktur dan terukur (fitness).


31

2.3.4 Cara Mengukur Aktivitas Fisik

Beberapa cara yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik

seseorang dengan menggunakan jenis kuesioner Ineternational

physical acitivity questionnaire (IPAQ).IPAQ berisikan pertanyaan

yang meliputi jenis, frekuensi, dan durasi seseorang melakukan

aktivitas dalam jangka waktu, misalkan selama 7 hari terakhir.

Beberapa jenis aktivitas fisik yaitu, aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik

sedang, dan aktivitas fisik berat. Pengukuran aktivitas fisik dapat

dilakukan dengan cara mengukur banyaknya energi yang dikeluarkan

untuk aktivitas setiap menitnya.

Standar yang dipakai adalah banyaknya energi yang dikeluarkan

tubuh dalam keadaan istrihat duduk yang dinyatakan dalam satuan

METs (Metabolic Equivalen Task). IPAQ menetapkan skor aktivitas

fisik dengan rumus : METs/minggu = METs level (jenis aktivitas) x

jumlah menit aktivitas x jumlah hari/minggu (Craig eat al,2017).

2.3.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi

Beberapa penelitian terkait hubungan aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi :

a) Penelitian Herawati et, al (2020) hasil Sebanyak 27 (96,4%)

responden yang melakukan aktivitas ringan menderita hipertensi,

sedangkan responden yang melakukan aktivitas sedang menderita

hipertensi sebanyak 19 (73,1%) dan peroleh nilai p = 0,042 maka

ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik rendah dengan

kejadian hipertensi. responden tidak merokok sebagian besar


32

menderita hipertensi 38 (84,4%) begitupun responden pernah

merokok sebagian besar menderita hipertensi 8 (88,9%) dan

diperoleh nilai p=1,000 maka tidak ada hubungan yang bermakna

antara merokok dengan kejadian hipertensi, dan terdapat 33

(100%) responden yang mengalami stres menderita hipertensi,

sedangkan responden yang tidak stres menderita hipertensi 13

(61,9%) dan di peroleh nilai p=0,001 maka ada hubungan yang

bermakna antara stress dengan kejadian hipertensi pada usia 45

tahun keatas di Kelurahan Kesenden Puskesmas Kejaksan Kota

Cirebon;

b) Menurut Penelitian Simanjuntak, et, al (2020). Hasilmenunjukkan

bahwa terdapat 67 orang subjek yang melakukan aktivitas fisik

sedang kemudian diketahui subjek dengan aktivitas fisik sedang

yang memiliki tekanan darah dalam kategori normal sebanyak 45

(67,2%) orang, kategori hipertensi sebanyak 15 (22,4%) orang,

kategori hipotensi sebanyak 7 (10,5%) orang. Dari 20 orang subjek

yang melaksanakan aktivitas fisik dalam kategori berat, ternyata

terdapat 10 (50%) orang yang memiliki tekanan darah dalam

kategori normal, dan kategori hipertensi sebanyak 8 (40%) orang.

2.4 Konsumsi Natrium

2.4.1 Pengertian

Natrium atau sodium merupakan salah satu mineral penting bagi

tubuh. Kadar natrium di dalam tubuh sekitar 2 persen dari total

mineral. Tubuh orang dewasa sehat mengandung 256 gram senyawa


33

natrium klorida (NaCl) 40 yang setara dengan 100 gram unsusr

natrium. Kadar natrium normal pada serum 310-340 mg/dl.

Kebutuhan tubuh akan natrium telah banyak diteliti oleh ilmuwan

yang bergerak dibidang gizi dan kesehatan. Kita memerlukan

minimum 200-500 miligram natrium setiap hari untuk menjaga kadar

garam dalam darah tetap normal, yaitu 0,9 persen dari volume darah di

dalam tubuh (Purwono et, al 2020).

Menurut Almatsier (2017), fungsi natrium adalah :

a) Sebagai kation utama dalam cairan ekstraseluler, natrium

menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut;

b) Natrium sebagian besar berfungsi mengatur tekanan darah

osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk

ke dalam sel-sel;

c) Menjaga kesimbangan asama basa di dalam tubuh dengan

mengeimbangkan zat-zat yang membentuk asam;

d) Natrium berperan dalam proses transisi kontraksi otot;

e) Absorbsi glukosa dan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain

melalui membran, terutama melalui dinding usus sebagai

pemompa natrium.

Di Indonesia konsumsi natrium atau banyaknya hubungan natrium

dalam makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat merupakan salah

satu penyebab hipertensi. Natrium yang diserap ke dalam pembuluh

darah yang berasal dari konsumsi garam yang tinggi mengakibatkan

adanya retensi air, sehingga volume darah meningkat. Asupan natrium


34

yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari

hormonnatrioretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan

tekanan darah(Purwono et, al 2020).

2.4.2 Kebutuhan Natrium

National Research Counsil of The National Academy of Sciences

mengkomendasikan konsumsi natrium per hari sebanyak 1.100-3.300

mg. Jumlah tersebut setara dengan ½-1½ sendok teh garam dapur per

hari. Untuk orang yang menderita hipertensi, konsumsi natrium

dianjurkan tidak lebih dari 2.300 mg perhari. Jumlah tersebut sama

dengan 6 gram NaCl atau lebih kurang satu sendok teh garam

dapur(Purwono et, al 2020).

2.4.3 Sumber Natrium

Sumber natriun terdapat di bahan pangan, baik nabati maupun

hewani, merupakan sumber alami natrium. Umumnya pangan hewani

mengandung natrium lebih banyak dibandingkan dengan nabati.

Namun, sumber utamanya garam dapur (NaCl), soda kue (natrium

bikarbonat), penyedap rasa monosodium glutamat (MSG), serta bahan-

bahan pengawet yang digunakan pada pangan olahan, seperti natrium

nitrit dan natrium benzoat (Purwono et, al 2020).

Natrium juga mudah ditemukan dalam makanan sehari-hari, seperti

pada kecap, makanan hasil laut, makanan siap saji (fast food), serta

makanan ringan (snack). Umumnya makanan dalam keadaan mentah

sudah mengandung 10 persen natrium dan 90 persen ditambahkan

selama proses pemasakan (Purwono et, al 2020).


35

2.4.4 Metode Pengukuran Natrium

Metode pengukuran pola konsumsi makanan untuk individu yaitu

dengan menggunakan metode frekuensi makanan (food frequency).

Metode food frequency adalah metode yang digunakan untuk

memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan

atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan,

tahun. Metode ini dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan

makanan secara kualitatif dan sering digunakan dalam penelitian

epidemiologi gizi. Metode FFQ digunakan untuk melihat frekuensi

kebiasaan pola konsumsi. 42 Penilaian dalam FFQ ini yaitu melihat

frekuensi jenis makanan yang dimakan dalam suatu periode waktu.

2.4.5 Hubungan Konsumsi natrium dengan Hipertensi

Asupan natrium yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran

berlebihan dari hormon natrioretik yang secara tidak langsung akan

meningkatkan tekanan darah (Purwono, et, al 2020).

a) Berdasarkan hasil penelitian Yulia, et, al(2018). Banyak faktor yang

berperan dalam penyakit hipertensi salah satunya adalah pola makan

yang tidak seimbang. Ketidakseimbangan dalam pengaturan zat gizi

mikro seperti natrium merupakan salah satu faktor yang berperan

penting dalam kejadian hipertensi. Penelitian deskriptif analitik

berdesain crossectional ini menggunakan sampel sebanyak 60 orang

usia lanjut (45-55 tahun), dilakukan di Darul Imarah tahun 2017.

Asupan Natrium diperoleh melalui food frequency Questionaire

semi Quantitatif. Data tekanan darah didapatkan dengan


36

spygnomanomater. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi

Square. Hasil penelitian menunjukan hubungan signifikan antara

asupan natrium dengan kejadian hipertensi (p= 0,000);

b) Menurut penelitian Darmawan, et, al (2018) yang dilakukan di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD Kota Makassar) menunjukkan

bahwa sampel dengan asupan natrium baik cenderung mengalami

hipertensi ringan sebanyak 10 orang (83,3%) sedangkan sampel

dengan asupan natrium lebih cenderung mengalami hipertensi

sedang sebanyak 12 orang (75%). Berdasarkan hasil uji statistic

yang diperoleh nilai p=0,003 yang lebih kecil dari nilai α (0,05)

yang berarti ada hubungan antara asupan natrium dengan tingkat

hiprertensi.

2.5 Konsep Dasar Lansia

2.5.1 Pengertian

Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah

seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan

kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari

fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan

terjadi suatu proses yang disebut aging process atau proses penuaan.

Berdasarkan Kementerian Kesehatan (2019) Indonesia mulai

memasuki periode Aging Population, dimana terjadi peningkatan umur

harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Di

Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta

jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada
37

tahun 2019, dan dapat diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun

2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). Peningkatan jumlah penduduk

lansia di masa depan dapat membawa dampak positif maupun negatif.

Akan berdampak positif apabila penduduk lansia berada dalam keadaan

sehat, aktif, dan produktif. Disisi lain peningkatan jumlah penduduk

lansia akan menjadi beban apabila lansia memiiliki masalah penurunan

kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Lansia merupakan tahapan akhir dalam kehidupan manusia. Menua

atau menjadi tua yaitu suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya

dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua adalah proses alamiah. Menua bukanlah suatu

penyakit tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari

dalam atau luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho,2008).

Menurut Maryam, et, al (2019) klasifikasi lansia adalah (pralansia)

seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, (lansia) seseorang yang

berumur 60 tahun atau lebih (lansia resiko tinggi) seseorang yang

berusia 70 tahun atau lebih, (lansia potensial) lansia yang masih mampu

melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang

atau jasa (lansia tidak potensial) lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.


38

2.5.2 Perubahan-Perubahan Pada Lansia

a) Sel

1) Lebih sedikit jumlahnya;

2) Lebih besar ukurannya;

3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler;

4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal dan darah dan

hati;

5) Jumlah sel otak menurun;

6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel;

7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

b) Sistem pernafasan

1) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel syaraf

otaknya dalam setiap harinya);

2) Cepat menurunnya hubungan persyarafan;

3) Lambat dalam respond an waktu dalam bereaksi, khususnya

dengan stress;

4) Mengecilkan syaraf panca indra;

5) Mengurangnya penglihatan, hilangnya pendengraan,

mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif

terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap

dingin;

6) Kurang sensitif terhadap sentuhan.


39

c) Sistem pendengaran

1) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam

terutama terhadap bunyi atau suara-suara nada-nada tinggi, suara

yang tidak jelas, sulit mengeri kata-kata 50% terjadi pada usia di

atas umur 65 tahun;

2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis;

3) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang

mengalami ketegangan jiwa/stress.

d) Sistem penglihatan

1) Stringter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar. Kornea lebih berbentuk Sferis (bola);

2) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan;

3) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, dan sudah melihat dalam cahaya gelap;

4) Hilangnya daya akomodasi;

5) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandanganya;

6) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

(Bandiyah, 2018).

2.5.3 Ciri-Ciri Lansia

Menurut (Hurlock 2017) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut

usia,yaitu:
40

a) Usia lanjut merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada

lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.

Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi

memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.

Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi

yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka

kemunduran itu akan lama terjadi;

b) Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas Lansia

memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari

sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia

dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap

lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang

mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat

orang lain;

c) Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut

dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam

segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas

dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan;

d) Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap

orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan

konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk

perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat

penyesuaian diri lansia menjadi buruk.


41

2.5.4 Batasan-Batasan Lansia

WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi:

a) Usia pertengahan (Midle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun;

b) Lanjut usia (Elderly) ialah antara 60 dan 74 tahun;

c) Lanjut usia tua(Old) ialah antara 75 dan 90 tahun 22;

d) Usia sangat tua (Very old) ialah usia diatas 90 tahun (Bandiyah,

2018).

Menurut (Bandiyah 2018) faktor-faktor yang mempengaruhi

ketuaan adalah:

1) Keturunan;

2) Nutrisi;

3) Status kesehatan;

4) Pengalaman hidup;

5) Lingkungan;

6) Stress.

2.6 Sintesa Penelitian

Tabel 2.3 Sintesa Penelitian factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat.

No Judul Penelitian Karakteristik Temuan

tahun dan Subjek instrume Metode

sumber n desain

1 Hubungan riwayat Helmiah, Sampel Wawanc Peneliti Hasil:Ha


keluarga , obesitas Asrinawat yang ara an sil
dan pola makan y, Erwin digunak melalui onserv analisis
dengan kejadian Ernadi an kuesion asional uji Chi
42

hipertensi pada pra (2022) berjuml er analitik Square


lansia di wilayah ah 80 ,serta didapatka
kerja Puskesmas orang mengg n nilai P-
Kuin Raya tahun unakan value=0,
2022 metode 010 yang
cross artinya
section kurang
al dari (P-
value
≤0,05),
maka Ho
ditolak
berarti
ada
hubunga
n genetik
atau
riwayat
hipertens
i dalam
keluarga
dengan
kejadian
hipertens
i pada
pra lansia
di
wilayah
kerja
Puskesm
as Kuin
Raya
Tahun
2022.
43

2 Hubungan aktivitas Dr.Abdul Sampel Sfigmo Stratifi Hasil


fisik sehari-hari Malik yang manome ed hasil uji
dengan derajat Setiawan, digunak ter, random statistik
hipertensi pada lansia M.Infect an 243 stetosko sampli rank
di Kota Batu Dis, Dr. orang p, ng spearman
Sakinah informe diketahui
Baraja,Sp. d terdapat
B.FINACS concent, hubunga
(2020). kuesion n yang
er signifika
GPAQ, n antara
alat tulis aktivitas
dan fisik
reward sehari-
hari
dengan
derajat
hipertens
i pada
lansia di
Kota
Batu (p
value=
0,000)
dengan
arah
hubunga
n bersifat
tidak
searah
(koefisie
n
korelasi=
-0,324).
Semakin
44

meningk
atnya
aktivitas
fisik
maka
semakin
rendah
derajat
hipertens
i pada
responde
n.
3 Pola konsumsi Janu Sampel kuesion Desain Hasil :
natrium dengan Purwono, sebanya er analitik terdapat
kejadian hipertensi Rita Sari, k 51 dengan hubunga
pada lansia Ati orang rancan n antara
Ratnasari, gan pola
Apri cross konsumsi
Budianto section natrium
al dengan
kejadian
hipertens
i pada
lansia di
wilayah
Puskesm
as
Gadingre
jo dengan
P
value=0,
010 dan
nilai
OR=5,70
4.
45

2.7 Kerangka Teori

Konsep Teori hipertensi


1. Definisi Hipertensi
2. Jenis-jenis Hipertensi
3. Karakteristik Hipertensi
4. Faktor-faktor hipertensi
5. Etiologi Hipertensi
6. Patofisiologi Hipertensi
7. Manifestasi Klisis
8. Diagnosis Hipertensi
9. Komplikasi Hipertensi
Konsep Teori Lansia
10. Tatalaksana Hipertensi
1. Definisi Lansia
2. Perubahan Lansia
3. Cirri-ciri Lansia

Faktor Resiko Hipertensi 4. Batasan-batasan Lansia

1. Riwayat Keluarga
2. Aktivitas Fisik
3. Konsumsi Natrium

(Sumber Dari : Kemenkes RI 2018, Widyantoro 2019, Irwan 2019, Kemenkes RI


2015, Anbasaran 2015, Wardana et, al 2020, Ansari 2019, Wahdah 2011, Triyanti
2014, Almaister 2004, Purwono wt, al, 2020, Kemekes RI 2017, Bandiyah 2009).

Gambaran 2.1 kerangka teori factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat.
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan turunan dari kerangka teori yang telah

disusun sebelumnya dalam telaah pustaka. Pengertian lainnya tentang

kerangka konsep penelitian yaitu kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan.

Diagram dalam kerangka konsep harus menunjukan hubungan antara

variabel-variabel yang akan diteliti(Musturoh & Nauri, 2018).

Variable independen Variable dependen

Riwayat Keluarga

Kejadian Hipertensi pada


Aktivitas Fisik Lansia

Konsumsi Natrium

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Garis penghubung antara variabel

Gambar 3.2 Kerangka konsep factor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat.

46
47

3.2 Hipotesis Penelitian

Menurut (Hartono, 2019), hipotesis adalah suatu pertanyaan yang pada

waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya. Hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Berdasarkan landasan dari teori dari kerangka konsep, maka penulis

mengangkat hipotesis :

3.2.1 Riwayat Keluarga

a) Ha : Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian

hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat;

3.2.2 Aktivitas Fisik

a) Ha : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat;

3.2.3 Konsumsi Natrium

a) Ha : Ada hubungan antara konsumsi natrium dengan kejadian

hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam variabel penelitian ialah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel penulisan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang mempunyai variasi tertantu yang ditetapkan oleh

penulis untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut

kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono,2018).


48

Tabel 3.4 Definisi Operasional factor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat.

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional
Riwayat Riwayat Kuesioner a. Ada riwayat Nominal
hipertensi
Keluarga kesehatan
b. Tidak ada
keluarga juga riwayat
hipertensi
menyediakan
informasi
mengenai risiko
kondisi langka
yang disebabkan
adanya mutasi
gen . Setiap
anggota dalam
keluarga akan
memiliki
kesamaan gen,
lingkungan, dan
gaya hidup.
Aktivitas Setiap gerakan Global physical a. Tinggi :dalam Nominal
Fisik tubuh yang activity 7 hari atau lebih
dihasilkan oleh questionnaire(GP dari aktifitas
otot rangka yang AQ) dengan
memerlukan intensitas
energy sedang maupun
berat
b. Rendah:kurang
dari 7 hari dari
aktivitas fisik
dengan
intensitas
sedang maupun
berat
49

Konsumsi Jumlah rata-rata Food Frequency a.Tinggi:apabila Nominal


natrium konsumsi garam Questionnare konsumsi
harian yang (FFQ) garam 100
didapat dari hasil mmol
konversi semua b.Rendah:apabila
makanan yang konsumsi
dikonsumsi garam
responden ≥100mmol
perhari yang
diukur dengan
menggunakan
metode food
recall
Kejadian Keadaan dimana Tensimeter a. Hipertensi : Nominal
Hipertensi tekanan darah ≥140/90mmHg
melebihi batas b. Tidak
normal atau hipertensi :
tekanan darah 149/90mmhg
sistol ≥140
mmHg dengan
tekanan darah
diastol ≥90
mmHg atau hasil
diagnosis dokter
50
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu menggambarkan

hubungan variabel independen dan variabel dependen dan menganalisa

hubungan variabel-variabel yang diteliti. Desain atau rancangan yang

digunakan adalah cross sectional, artinya data diambil hanya satu kali, dan

pengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan dalam

kurun waktu yang sama (Suyanto, 2017).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini talah dilaksanakan di UPTD Puskesmas Passi Barat.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada April – Mei 2023.

4.3 Populasi

Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang memiki kualitas dan

karakteristik tertentu yang sudah ditentukan oleh peneliti sebelumnya

(Donsu,2017). Populasi masyarakat lanjut usia 60-74 tahun berjumlah 129

pasien.

4.4 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.4.1 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel dalam ilmu

keperawatan ditentukan oleh sampel kriteria insklusi dan kriteria

eksklusi (Donsu,2017).Dalam penelitian ini sebagai subjek penelitian

49
49

adalah pasien lansia penderita hipertensi, dengan jumlah sampel

sebanyak 31 sampel.

4.4.2 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel menggunakan teknik simpel random

sampling, yaitu setiap elemen populasi memiliki kesempatan yang

sama untuk di ambil. sesuai dengan jumlah populasi yang akan di

ambil yaitu 31 sampel (Permadina & Novera, 2018).

Dengan menggunakan Rumus Slovin.

N
1+ n(d2)
Keterangan :

N : Nilai besar

n : Besar Sampel

d : Tingkat Kepercayaan

Penyelesaian :

𝑛= ( . )

𝑛= ( . )

𝑛= ,

𝑛= ,
= 31 sampel

4.4.3 Kriteria Inklusi

a) Pasien lansia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Passi Barat;

b) Dapat berkomunikasi dengan baik;

c) Lansia umur 60-74 tahun;

d) Bersedia menjadi responden dengan mengisi informed consent.


50

4.4.4 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi simple yaitu kondisi pasien lansia di UPTD

Puskesmas Passi Barat yang tidak memungkinkan untuk dijadikan

objek penelitian.

a) Tidak dapat berkomunikasi dengan baik;

b) Pasien yang tidak bersedia untuk diteliti.

4.5 Pengumpulan Data

4.5.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yang

diperoleh dari wawancara menggunakan kuisioner mengenai riwayat

keluarga, aktivitas fisik, konsumsi natrium dan pengukuran langsung

terkait dengan kejadian hipertensi pada lansia.

4.5.2 Sumber Data

a) Data primer

Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara

menggunakan kuisioner dan hasil pengukuran. Data primer

dikumpulkan dengan langkah-langkah :

1) Mendapat surat izin untuk pengambilan data awal;

2) Memasukan surat izin ke UPTD Puskesmas passi barat;

3) Mengambil data awal tentang jumlah penderita hipertensi pada

bulan Januari 2023;

4) Menyaring semua populasi yang tercantum di buku register

UPTD Puskesmas Passi Barat;


51

5) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada

setiap responden dan meminta kesediaan responden untuk di

ukur tekanan darahnya dan di wawancarai;

6) Apabila responden bersedia, peneliti melakukan pengukuran

tekanan darah dan wawancara berdasarkan kuesioner.

b) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Provinsi Sulawesi

Utara, Dinas kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow, UPTD

Puskesmas Passi Barat, dan studi kepustakan dari buku-buku,serta

jurnal-jurnal dan juga referensi skripsi yang ada di perpustakaan

kampus Institut Kesehatan Dan Teknologi Graha Medika Kota

Kotamobagu.

4.5.3 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrument pengumpulan data

berupa tensimeter dan kuisioner. Tensimeter digunakan untuk

mengukur tekanan darah responden (sistolik dan diastolik) yang

menjadi sampel. Kuisioner yang digunakan yaitu untuk mengetahui

data demografi responden.

Kuisioner riwayat keluarga menggunakan kuisioner dari

penelitian Dewi (2018), yang telah dilakukan uji validitas dan

reabilitas sebelumnya yang berisi informasi terakait atau tidak ada

anggota keluarga penah menderita hipertensi.

Pada variabel aktivitas fisik diukur menggunakan Global

physical activity questionnaire (GPAQ) adalah instrument yang


52

dikembangkan oleh WHO untuk pengukuran aktivitas fisik

dinegara berkembang dengan pendapatan rendah dan menengah

Global physical activity questionnaireterdiri dari 16 pertanyaan

yang meliputi tiga hal penting yaitu akitvitas fisik saat bekerja,

aktivitas fisik dari tempat ke tempa, dan aktivitas fisik yang

bersifat rekreasi atau waktu luang yang dilakukan dalam seminggu

(Hamrik,et, al2017).

Untuk variable konsumsi natrium menggunakan Semi

Qualitative Food Frequency Questionnaire (SQ FFQ), yaitu

metode frekuensi makanan yang cocok digunakan untuk

mengetahui makanan yang pernah dikonsumsi pada masa lalu

sebelum gejala penyakit dirakan oleh individu (Wulandari,2018).

4.6 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan

menggunakan computer dengan program SPSS meliputi editing, coding,

entry data dan cleaning data. Etika penelitian berguna sebagai pelindung

terhadap responden dan peneliti akan kemungkinan terjadinya ancaman

(Fatmawati,2019).

a) Editing

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan hasil pengumpulan data yang

telah dilakukan yakni menyangkut kebenaran serta kelengkapan pengisian

kuesioner yang telah dibagikan kepada responden;


53

b) Coding

Tahap pengkodean ini dimulai dengan pembuatan daftar variabel,

lalu membuat daftar coding yang sesuaikan dengan daftar variabel yang

telah dibuat;

c) Cleaning Data

Setelah dilakukan entry data, maka langkah selanjutnya adalah

cleaning data. Hal ini dimaksudkan karena pada saat entry data peneliti

melakukan kesalahan dalam pengentrian data yang disebabkan karena

faktor kelelahan atau kesalahan melihat dan membaca data coding

sehingga dilakukan cleaning data atau perbaikan sebelum dilakukan

analisa data;

d) Entry Data

Tahap ini dilakukan dengan terlebih dahulu membuat program pada

program SPSS sesuai variabel yang telah diteliti untuk mempermudah

proses analisa hasil penelitian, kemudian data-data yang terkumpul dari

hasil kuesioner dimasukkan (Entry) ke dalam komuputer berdasarkan

program entry data yang telah dibuat sebelumnya.

4.7 Analisa Data

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang diguankan untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan dari masing-masing variabel, baik

variabel dependen atau variabel independen dan karakterisitik responden.


54

b) Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan yang

signifikan antara variabel dan mengetahui perbedaan yang signifikan

antara dua variabel atau lebih untuk membuktikan hipotesis penelitian

(Notoatmodjo, 2018). Analisa bivariat adalah untuk melihat hubungan

dua variabel independen (Riwayat keluarga, Aktivitas fisik, Konsumsi

natrium) dan variable dependen (Hipertensi pada lansia) dengan

menggunakan uji statistic Chi-Square dengan tingkat signifikan α ≤0,05.

1) Ho ditolak jika  ≤ 0,05 maka ada hubungan antara riwayat keluarga,

aktivitas fisik dan konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada

lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat;

2) Ho diterima jika  0,05, maka tidak ada hubungan antara riwayat

keluarga, aktivitas fisik dan konsumsi natrium dengan kejadian

hipertensi pada lansia di UPTD Pkuskesmas Passi Barat.

4.8 Penyajian Data

Data yang sudah dianalisis kemudian disajikan dalam bntuk tabel

yakni dalam bentuk tabel sederhana/tabel frekuensi (one-way tabulation)

untuk analisis univariat dan crosstabulation (two-way tabulation) untuk

analisis bivariat yang disertai analisis.

4.9 Etika Penelitian

a) Informed Consect

Peneliti menggunakan pendekatan dan memberikan lebar

persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan tujuan penelitian,

tindakan yang dilakukan, serta menjelaskan akibat serta manfaat yang


55

akan diperoleh dari hal-hal yang terkait dengan penelitian yang akan

dilakukan. Jika responden bersedia maka responden akan menandatangani

lembar persetujuan atau informed consect yang teah disediakan, dan jika

menolak peneliti akan tetap menghormati hak responden;

b) Confidentiality

Peneliti menjamin hak-hak subjektif penelitian dengan cara

menjamin kerahasiaan identitas dari subjek penelitian;

c) Timely

Peneliti meminta kesediaan waktu responden untuk mengikuti

penelitian ini hingga selesai.


56

4.10 Alur Penelitian

Pengumpulan Data Awal : Di UPTD Puskesmas Passi Barat

Populasi : Lansia yang mengalami penyakit hipertensi di


UPTD Puskesmas Passi Barat sebanyak 129 orang

Sampel 31 : Teknik Random Sampling

Pengumpulan Data : Kuesioner

Variabel Independen : Variabel Dependen :


1. Riwayat Keluarga Kejadian Hipertensi
2. Aktivitas Fisik pada Lansia
3. Konsumsi Natrium

Analisa Data dengan Uji Chi Square

Penyajian Hasil Penelitian

Laporan Hasil Penelitian

Gambar 4.3 : Alur penelitian factor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

5.1.1 UPTD Puskesmas Passi Barat

Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat Puskesmas

merupakan pusat pengembangan dan pembinaan serta pelayanan

masyarakat.Dimana di dalamnya terangkum kegiatan kesehatan berupa

kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.

Dalam rangka mengevaluasi dan mendapatkan gambaran tentang

situasi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Passi Barat, maka

disusunlah Profil Kesehatan Puskesmas Passi Barat 2019. Profil ini

diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang situasi

kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas. Selain itu profil ini

sekaligus merupakan masukan dalam penyusunan perencanaan program

kesehatan di tahun yang akan datang.

Profil ini bisa tersusun karena adanya kerjasama antar petugas

kesehatan yang ada di dalam Puskesmas Passi Barat. Baik itu dari

program KIA/KB, Imunisasi, Gizi, Promosi Kesehatan, Kesehatan

Lingkungan, Surveilans, Malaria, TB Paru, Kusta,Kesehatan Jiwa dan

lain-lain. Selain itu manajemen yang diolah oleh Kepala Puskesmas dan

Tata Usaha Puskesmas Passi Barat ikut andil besar dalam penyusunan

profil ini.

57
58

Puskesmas Passi Barat merupakan salah satu puskesmas yang

berada di Kabupaten Bolaang Mongondow yang letaknya cukup

strategis karena berada di dekat pusat Kota Kotamobagu. Luas wilayah

Puskesmas Passi Barat sekitar 95,46 km2.

Adapun desa-desa yang berada di willayah kerja Puskesmas Passi

Barat, yaitu :

1. Desa Passi

2. Desa Passi II

3. Desa Bintau

4. Desa Bulud

5. Desa Otam

6. Desa Otam Barat

7. Desa Wangga

8. Desa Wangga I

9. Desa Lobong

10. Desa Poyuyanan

11. Desa Muntoi

12. Desa Muntoi Timur

13. Desa Inuai

58
59

Desa yang terluas adalah desa Desa Bintau dengan luas wilayah

13,8 km2 dan wilayah yang paling kecil adalah Desa Inuai dan Muntoi

Timur yaitu 2,0 km2. Puskesmas Passi Barat membawahi 2 Puskesmas

Pembantu yaitu Pustu Otam dan Pustu Wangga. Serta membina 7

Poskesdes sisanya.

Wilayah kerja Puskesmas Passi Barat terdiri dari wilayah daratan

dengan batas wilayah batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Passi I

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Passi II

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Gogagoman

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bilalang Baru

Kebijakan kependudukan diarahkan kepada pembangunan sumber

daya manusia yang berciri mandiri untuk melanjutkan pengembangan

kualitas dan peningkatan mobilitas dengan tetap memberikan dukungan

terhadap pengendalian jumlah, struktur, komposisi serta pertumbuhan

dan persebaran penduduk yang ideal, melalui upaya pengendalian

kelahiran, menekan angka kematian dan meningkatkan kualitas


60

program keluarga berancana.Jumlah penduduk pada tahun 2019

sebanyak 16.837 Jiwa, dengan jumlah KK 4.726. Jumlah penduduk

Laki-laki 8.992 dan penduduk perempuan 7.845. Selain suku asli

Mongondow terdapat suku lain yang yang telah lama menetap,

diantaranya suku Jawa, Bugis, Bali, Minahasa dan suku keturunan

diantaranya Cina dan Arab.Sebagian besar penduduk Kecamatan Passi

Baratbekerja di sektor pertanian.

Total Jumlah Penduduk =16.837jiwa

Jumlah Penduduk Laki-laki = 8.992 jiwa

Jumlah Penduduk Perempuan = 7.845 jiwa

Jumlah Kepala Keluarga = 4.726 KK


61

5.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas Passi Barat Kecamatan

Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Pengumpulan data

dilaksanakan mulai tanggal 03 April sampai 03 Mei 2023, dengan melakukan

wawancara langsung kepada 31 responden yang datang berobat ke

Puskesmas Passi Barat.

Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan untuk diolah secara

elektronik dengan menggunakan program SPSS. Hasil analisis data kemudian

disajikan dalam bentuk tabel kemudian disertai dengan narasi. Adapun hasil

penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

5.2.1 Analisa Univariat

Analisa Univariat digunakan untuk melihat distribusi dari variabel

yang diteliti tanpa ada uji statistik.

1. Analisa Univariat Karakteristik Responden

Karateristik responden merupakan data demografi atau data pribadi

yang dimiliki responden terdiri dari Umur dan Jenis Kelamin.

a. Umur

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Menurut Umur Responden Di


UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow
Tahun 2023.

Umur Frekuensi Persentase


No (f) (%)
1 60-67 13 41,9
2 68-74 18 58,1
Total 31 100,0
Sumber : Data Primer, 2023
62

Bedasarkan tabel 5.1 diatas menunjukan bahwa dari 31

responden diketahui jumlah responden yang berumur 60-67 tahun

sebanyak 13 orang (41,9%) dan yang berumur 68-74 tahun

sebanyak 18 orang (58,1%).

b. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin
Responden di UPTD Puskemas Passi Barat Kabupaten Bolaang
Mongondow.

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


(f) (%)
1 Laki-laki 13 41,9
2 Perempuan 18 58,1
Total 31 100,0
Sumber : Data Primer, 2023
Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa dari 31

responden diketahui jumlah responden yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 13 orang (41,9%) dan yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 18 orang (58,1%).

2. Analisa Univariat Variabel Penelitian

a. Kejadian Hipertensi

Distribusi kejadian hipertensi di UPTD Puskesmas Passi

Barat Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dilihat sebagai

berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Kejadian Hipertensi pada Lansia di UPTD


Puskemas Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.

No Kejadian Hipertensi Frekuensi Presentase


(f) (%)
1 Hipertensi 25 80,6
Tidak Hipertertensi 6 19,4
2 Total 31 100,0
Sumber : Data Primer 2023
63

Tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa dari 31 responden yang

hipertensi sebanyak 25 (80,6%), dan yang tidak hipertensi

sebanyak 6 (19,4%).

b. Riwayat Keluarga

Distribusi riwayat keluarga responden di UPTD Puskesmas

Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow dapat diihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.4 Distribusi frekuensis Riwayat Keluarga Lansia di UPTD


Puskemas Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.

No Riwayat Keluarga Frekuensi Presentase


(f) (%)
1 Ya 26 83,9
Tidak 5 16,1
2 Total 31 100,0
Sumber : Data Primer 2023

Tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa dari 31 responden yang

mempunyai riwayat keluarga hipertensi sebanyak 26 (83,9%), dan

responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi keluarga

sebanyak 5 (16,1%).

c. Aktivitas Fisik

Distribusi aktivitas fisik responden di UPTD Puskesmas

Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Lansia di UPTD


Puskemas Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.

No Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase


(f) (%)
1 Tinggi 3 9,7
Rendah 28 90,3
2 Total 31 100,0
64

Sumber : Data Primer 2023

Tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa responden yang tinggi

aktivitas sebanyak 3 (9,7%), dan yang rendah aktivitas sebanyak

28 (90,3%).

d. Konsumsi Natrium

Distribusi konsumsi natrium responden di UPTD

Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Konsumsi Natrium pada Lansia di


UPTD Puskemas Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.

No Konsumsi Natrium Frekuensi Presentase


(f) (%)
1 Tinggi 24 77,4
Rendah 7 22,6
2 Total 31 100,0
Sumber : Data Primer 2023

Tabel 5.6 diatas menunjukan bahwa responden yang tinggi

konsumsi natrium sebanyak 24 (77,4%), dan yang rendah

konsumsi natrium sebanyak 7 (22,6%).

5.2.2 Analisa Bivariat

a. Riwayat Keluarga

Analisis hubungan riwayat keluarga responden dengan

kejadian hipertensi di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten

Bolaang Mongondow.

Tabel 5.7 Hubungan Riwayat Keluarga Dengan Kejadian


Hipertensi pada Lansia di UPTD Puskemas Passi Barat Kabupaten
Bolaang Mongondow.
65

Kejadian Hipertensi
Riwayat Keluarga Hipertensi Tidak Total P-
hipertensi vallue
n % N % n %
Ya 23 88,5 3 11,5 26 100
0,038
Tidak 2 40,0 3 60,0 5 100
Total 25 80,6 6 19,4 31 100
Sumber : Data Primer 2023

Tabel 5.7 diatas menunjukan bahwa dari 26 responden yang

memiliki riwayat keluarga hipertensi terdapat 23 (88,5%)

responden yang menderita hipertensi dan 3 (11,5%) responden

tidak menderita hipertensi, sedangkan dari 5 responden yang tidak

memiliki riwayat keluarga hipertensi terdapat 2 (40,0%) responden

yang menderita hipertensi dan 3 (60,0%) responden yang tidak

menderita hipertensi. Hasil uji statistic dengan menggunakan uji

Chi Square didapatkan nilai p value=0.038. Karena nilai p0,05

maka hipotesis null ditolak.

b. Aktivitas Fisik

Analisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang

Mongondow dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.8 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi


pada Lansia di UPTD Puskemas Passi Barat Kabupaten Bolaang
Mongondow.

Kejadian Hipertensi
Aktivitas Fisik Hipertensi Tidak Total P-
hipertensi vallue
n % n % n %
Tinggi 0 0,0 3 100,0 3 100
0,004
Rendah 25 89,3 3 10,7 28 100
Total 25 80,6 6 19,4 31 100
66

Sumber : Data Primer 2023

Tabel 5.8 diatas menunjukan bahwa dari 3 responden yang

memiliki aktivitas fisik tinggi terdapat 0 (0,0%) responden yang

menderita hipertensi dan 3 (100,0%) responden yang tidak

menderita hipertensi, sedangkan dari 28 responden yang memiliki

aktivitas fisik rendah terdapat 25 (89,3%) responden yang

menderita hipertensi dan 3 (10,7%) responden yang tidak

menderita hipertensi. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji

Chi Square didapatkan nilai p value=0,004. Karena nilai p0,05

maka hipotesis null ditolak.

c. Konsumsi Natrium

Analisis hubungan konsumsi natrium dengan kejadian

hipertensi di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang

Mongondow dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.9 Hubungan Konsumsi Natrium Dengan Kejadian


Hipertensi pada Lansia di UPTD Puskemas Passi Barat Kabupaten
Bolaang Mongondow.

Kejadian Hipertensi
Konsumsi Natrium Hipertensi Tidak Total P-
hipertensi vallue
n % N % n %
Tinggi 22 91,7 2 8,3 24 100
0,014
Rendah 3 42,9 4 57,1 7 100
Total 25 80,6 6 19,4 31 100
Sumber : Data Primer 2023

Tabel 5.9 diatas menunjukan bahwa dari 24 responden yang

tinggi konsumsi natrium terdapat 22 (91,7%) responden yang

menderita hipertensi dan 2 (8,3%) responden yang tidak menderita


67

hipertensi, sedangkan dari 7 responden yang rendah konsumsi

natrium terdapat 3 (42,9%) responden yang mmenderita hipertensi

dan 4 (57,1%) responden yang tidak menderita hipertensi. Hasil uji

statistik dengan menggunakan Chi Square didapatkan nilai p

value=0,014. Karena nilai p0,05 maka hipotesis null ditolak.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Riwayat Keluarga

Faktor genetik pada keluarga tertentu dapat menyebabkan keluarga

tersebut memiliki resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan

dengan peningkatan kadar natrium intraseluler dan rendahnya rasio

antara kalium terhadap natrium. Hal ini dipertegas oleh penelitian yang

dilakukan oleh Androgue dan Madiasi mengenai pathogenesis kalium

dan natrium pada hipertensi, menyebabkan faktor keturunan berpengaruh

terhadap hipertensi prime melalui beberapa beberapa gen yang terlibat

dalam regulasi vaskuler dan reabsorpsi natrium oleh ginjal (Androgue

dan Madiasi, 2018).

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 26 responden yang

memiliki riwayat keluarga hipertensi terdapat 23 (88,5%) responden

yang menderita hipertensi dan 3 (11,5%) responden tidak menderita

hipertensi, sedangkan dari 5 responden yang tidak memiliki riwayat

keluarga hipertensi terdapat 2 (40,0%) responden yang menderita

hipertensi dan 3 (60,0%) responden yang tidak menderita hipertensi.

Hasil uji statistic dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p

value=0.038. Karena nilai p0,05 maka hipotesis null ditolak atau dapat
68

disimpulkan ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian

hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten

Bolaang Mongondow.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

Kota Palembang dengan jumlah sampel sebanyak 390 responden

menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat

hipertensi keluarga dengan kejadian hipertensi (p=0,000; OR=4,60 dan

hasil analisis multivariat (p=0,000; OR=4,339) (Tjekyan & Julkarnain

2018). Penelitian lain yang dilakukan di Puskesmas Paceda Kota Bitung

dengan jumlah sampel sebanyak 89 responden menemukan terdapat

hubungan antra riwayat hipertensi dalam keluarga dengan kejadian

hipertensi di Puskesmas Paceda ( Adam et al, 2019).

Riwayat keluarga yang berasal dari keluarga dengan riwayat

hipertensi, mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita

hipertensi disbanding dengan keluarga tanpa riwayat hipertensi. Jika

kedua orang tua memiliki riwayat hipertensi maka angka kejadian

hipertensi pada keturunannya meningkat 4 sampai 15 kali disbanding

bila kedua orangtua adalah normotens. Bila kedua orang tua menderita

hipertensi esensial, maka 44,8% anaknya akan menderita hipertensi. Jika

hanya salah satu orang tua hipertensi maka 12,8% keturunannya akan

mengalami hipertensi (Dismiantoni 2020).

Hipertensi memiliki kecenderungan untuk menurun pada generasi

selanjutnya. Faktor resiko ini tidak dapat dihilangkan tetapi dapat

diantisipasi sedini mungkin dengan rajin melakukan pemeriksaan


69

tekanan darah di Puskesmas atau Rumah Sakit. Namun, demikian bukan

berarti bahwa semua yang mempunyai keturunan hipertensi pasti kan

mederita penyakit hipertensi. Tentunya faktor genetik ini juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang

menderita hipertensi.

5.3.2 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik secara teori mempengaruhi tekanan darah seseorang.

Semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik maka semakin kecil

resiko terkena hipertensi. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur

dan tepat dengan frekuensi dan lamanya waktu yang sesuai akan

membantu seseorang dalam menurunkan tekanan darahnya. Aktivitas

yang cukup akan membantu menguatkan jantung sehingga dapat

memompa darah lebih baik. Semakin ringan kerja jantung semakin

sedikit tekanan pembuluh darah arteri sehingga mengakibatkan tekanan

darah menurun (Suiraoka 2018).

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 3 responden yang

memiliki aktivitas fisik tinggi terdapat 0 (0,0%) responden yang

menderita hipertensi dan 3 (100,0%) responden yang tidak menderita

hipertensi, sedangkan dari 28 responden yang memiliki aktivitas fisik

rendah terdapat 25 (89,3%) responden yang menderita hipertensi dan 3

(10,7%) responden yang tidak menderita hipertensi. Hasil uji statistik

dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p value=0,004.

Karena nilai p0,05 maka hipotesis null ditolak atau dapat disimpulkan
70

ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di UPTD

Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.

Aktivitas fisik yang dilakukan pada responden merupakan aktivitas

fisik ringan. Hal ini dikarenakan semua responden adalah lansia yang

berumur 60-74 tahun, oleh karena itu responden sudah tidak banyak

melakukan aktivitas fisik berat seperti mengangkat beban berat,

emnggali atau bersepedah cepat dan lebih banyak menghabiskan

waktunya dengan duduk dan menonton tv dirumah. Penelitian ini

menunjukan bahwa responden dengan aktivitas fisik ringan lebih

banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang

meimiliki aktivitas fisik berat. Reponden yang melakukan aktivitas fisik

berat dan menderita hipertensi dikarenakan ada faktor-faktor lain yang

menyebabkan hipertensi tersebut, seperti riwayat keluarga, konsumsi

natrium, obesitas, stress dan minum minuman beralkohol.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Tagulandang Kabupaten Sitaro dengan jumlah

sampel sebanyak 40 responden menemukan ada hubungan antara

aktivitas fisik dengan derajat hipertensi pada pasien rawat jalan di

wilayah kerja Puskesmas Tagulandang dengan nilai p = 0,039 (Karim et

all 2018). Penelitian dari survey Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

pada 497 kabupaten/kota di 33 provinsi yang dikumpulkan pada Mei-

juni 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 371.713 orang. Penelitian

tersebut membuktikan aktivitas fisik merupakan faktor resiko terjadinya

hipertensi (Hardati dan Ahmad 2018). Hasil penelitian Atun et al (2018)


71

yang menyatakan subjek dengan aktivitas fisik ringan mempunyai

resiko 4,9 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan subjek yang

memiliki aktivitas fisik berat. Seseorang dengan aktivitas fisik kurang

memiliki kecenderungan 30-50% terkena hipertensi daripada mereka

yang aktif.

Aktivitas fisik mempunyai peranan besar terhadap kejadian

hipertensi pada lansia. Seseorang dengan kegiatan aktivitas fisik ringan

dapat meiningkatkan resiko kelebihan berat badan yang akan

menyebabkan hipertensi meningkat. Orang-orang yang tidak akatif

meakukan aktivitas fisik cenderung mempunyai detak jantung lebih

tinggi.semakin tinggi detak jantung maka semakin keras jantung

bekerja untuk setiap kontraksi dan semakin kuat desakan pada dinding

arteri.

5.3.3 Konsumsi Natrium

Asupan natrium merupakan hal yang sangat penting pada

mekanisme timbulnya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah

meningkat karena adanya peningkatan volume plasma (cairan tubuh).

Mengonsumsi garam (natrium) menyebabkan haus dan mendorong kita

minum. Hal ini meningkatkan volume darah didalam tubuh yang berarti

jantung harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Karena

masikan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam sistem

pembuluh darah jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan

darah tinggi (Polii et all 2019).


72

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 24 responden yang

tinggi konsumsi natrium terdapat 22 (91,7%) responden yang menderita

hipertensi dan 2 (8,3%) responden yang tidak menderita hipertensi,

sedangkan dari 7 responden yang rendah konsumsi natrium terdapat 3

(42,9%) responden yang mmenderita hipertensi dan 4 (57,1%)

responden yang tidak menderita hipertensi. Hasil uji statistik dengan

menggunakan Chi Square didapatkan nilai p value=0,014. Karena nilai

p0,05 maka hipotesis null ditolak atau dapat disimpulkan ada

hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di UPTD

Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.

Konsumsi natrium tinggi yang didapatkan pada responden

dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat. Bahan/olahan makanan

yang dikonsumsi masyarakt setiap kali makan adalah garam, penyedap

rasa dan ikan. Sedangkan bahan/olahan makanan yang dikonsumsi

masyarakat minimal 1 kali sehari adalah ikan, daging, telur, mie instan

dan santan. Pola makan masyarakat menunujukan lebih sering

mengonsumsi makanan tinggi natrium yang pada dasarnya mereka tidak

mengetahui makanan apa saja yang memicu meningkatnya tekanan

darah.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Atun et all (2018) di

Puskesmas Sleman pada 50 pasien diantaranya 25 subjek hipertensi dan

25 pasien hipertensi, menemukan bahwa asupan natrium tinggi dapat

meningkatkan resiko tekanan darah tinggi (p=0,016, OR=5,7, CI 95%

1,51-21,42). Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Durul Imarah


73

Kabupaten Aceh Besar dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang umur

45-55 tahun menemukan adanya hubungan yang bermakna antara

asupan natrium dengan kejadian hipertensi (p0,05) dan nilai

OR=4,025 (Fitri et all, 2018).

Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi terjadi melalui

peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Masyarakat pedesaan

yang mengonsumsi garam dalam jumlah kecil terbukti memiliki riwayat

hipertensi yang lebih rendah. Konsumsi natrium yang berlebih

menyebabkan komposisi natrium didalam cairan ekstraseluler

meningkat. Untuk menormalkan kembali, cairan intraseluler harus

ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.

Meningkatnya cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya

volume darah naik, sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi.

5.4 Ketebatasan Penelitian

a. Untuk mendapatkan besar populasi, peneliti menggunakan data

sekunder dari puskesmas, sehingga penentuan jumlah sampel sangat

dipengaruhi oleh kebenaran data sekunder tersebut;

b. Dalam penelitian responden memerlukan pendampingan baik keluarga

maupun peneliti sendiri terkait pengisian kuesioner karena ketebatasan

penglihatan dan juga pendengaran untuk menjawab setiap elemen

kuesioner;

c. Jarak yang ditempuh, karena memerlukan waktu yang cukup lama

untuk sampai di UPTD Puskesmas Passi Barat.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan di UPTD

Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow adalah sebagai

berikut :

1. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada

lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang

Mongondow dengan nilai p value=0.038 (<0,05);

2. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada

lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang

Mongondow dengan nilai p value=0,004 (0,05);

3. Ada hubungan antara konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi

pada lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat Kabupaten Bolaang

Mongondow dengan nilai p value=0,014 (0,05).

B. Saran

1. Bagi Instalasi kesehatan

Diharapkan bagi instalasi kesehatan dalam hal ini di UPTD Puskesmas

Passi Barat untuk aktif melakukan Pendidikan kesehatan kepada

masyarakat terkhusus kepada lansia tentang penyakit hipertensi dan

upaya pencegahannya;

74
75

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan

sedini mungkin terhadap penyakit hipertensi dengan rajin melakukan

aktivitas fisik dan mengurangi makanan yang tinggi natrium;

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih lanjut meneliti

mengenai permasalahan yang sama, namun dengan variable yang

berbeda dalam hubungannya tentang kejadian hipertensi pada lansia

seperti perilaku merokok, stres dan minum minuman beralkohol.


76

DAFTAR PUSTAKA

Adam,A. G. A,. Nelwan, J.E.,& Wariki, W. M.(2019). Kejadian Hipertensi Dan


Riwayat Keluarga Menderita Hipertensi di Puskesmas Paceda Kota
Bitung, KESMAS, 7(5).

Adrian, S. J., & Tommy., 2019. Hipertensi Esensial : Diagnosis dan Tatalaksana
Terbaru pada Dewasa. Cdk-274, 46 (3), hal. 172–178. Agustin, R. A.,
2019. Perilaku Kesehatan Anak Sekolah: Peri

AHA. (2017). Cardiovaskular Disease: A Costly Burden For American


Projections Through 2035. The American Heart Association Office Of
Federal Advocacy: Washington DC.

AHA. (2014). Know Your Risk Factors for High Blood Pressure. Amerika:
American Heart Association (AHA).

Anbarasan, S. S. (2015). Gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi di


wilayah kerja puskesmas rending pada periode 27 Februari sampai 14
maret 2015. Intisari Sains Medis, 4(1), 113-124.

CDC. (2020c). High Blood Pressure. USA: Centers for Disease Control and
Prevention.

CDC. (2019). Family Health History. USA: Center for Disease Control and
Prevention (CDC).

Craig, C. L.,eat al.(2003). International physical activity questionnaire:12-country


reability and validity. Medicine & science in sports & exercise, 35(8),
1381-1395.

Dewi, Neorinta Ridhasta. (2018). Faktor-faktor yang Mempengarhi Kejadian


Hipertensi pada Lansia Di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun. Skripsi.
STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Dinda, A. A (2020). Faktor resiko hipertensi di wilayah pesisir.SKRIPSI. UIN


Sumatra Utara Medan.

Donsu, Jenita Doli Tine. “Metodologi penelitian keperawatan.” (2016).

Fitri, D. R., 2015. Diagnose Enforcement And Treatment Of High Blood Pressure.
Jurnal Kedokteran, 4(3), hal. 47–51.

Gillis, E. E., & Sullivan, J. C. (2016). Sex Differences in Hypertension : Recent


Advances. Hypertension, 68(6), 1322–1327.
77

Hamrik, Z., et.al (2014). physical activity sedentary in behafior in Czech


adults:result from the GPAQ study. European journal of sport science ,
14(2), 193-198.

Helmiah, H. (2022). HUBUNGAN GENETIK, OBESITAS DAN POLA MAKAN


DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PRA LANSIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KUIN RAYA TAHUN 2022 (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Kalimantan MAB).

Husain, K., Ansari, R. A., & Ferder, L. (2014). Alcohol-induced Hypertension:


Mechanism and Prevention. World Journal of Cardiology (WJC), 6(5),
245– 252.

Imelda, I., Sjaaf, F., & PAF, T. P. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas air dingin lubuk
minturun. Health and Medical Journal, 2(2), 68-77.

Irwan, D. (2017). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Yogyakarta:Deppublish.

Jayanti, I. G. A. N., Wiradnyani, N. K., & Ariyasa, I. G. (2017). Hubungan pola


konsumsi minuman beralkohol terhadap kejadian hipertensi pada tenaga
kerja pariwisata di Kelurahan Legian. Jurnal Gizi Indonesia (The
Indonesian Journal of Nutrition), 6(1).

Kemenkes RI. (2019a). Apa Itu IMT dan Bagaimana Cara Menghitungnya?
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes RI. (2019). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Tahun
2019. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI (2019). Profil Penduduk Lanjut Usia. Jakarta


Kementrian Kesehatan.

Kementrin Kesehatan RI (2017). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta


Kementrian Kesehatan.

Kemenkes RI. (2015). Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pusat


Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2013a). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta:


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

LO,E.S., Widyarni, A. & Azizah, A. (2020). Analisis Hubungan Riwayat


Keluarga Dan Aktivitas Dengan Kejadian Hipertensi Di Kelurahan
Indrasari Kabupaten Banjar. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
20(3), 1043-1046.
78

Maulidina, F., Hramani, N.,& Suraya, I. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan


dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jati Luhur Bekasi
Tahun 2018. Arkesmas (Arsip Kesehatan Masyarakat),4(1),149-155.

Mulyadi, aArif, Tri Cahyo Sepdiant, And Dewi Hermanto. 2019 “Gambaran
perubahan tekanan darah pada lansia hipertensi yang melakukan senam
lansia” Journal of Borneo Holistic Health, 2(2):148-157.

Musturoh, I., dan N. Anggit. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementrian


Kesehatan RI:Jakarta.

Natalia, D., Lestari, R. M., & Prasida, D. W. (2022). Faktor Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia. Jurnal Surya
Medika (JSM), 8(1), 82-86.

NIH. (2020a). Hypertension - Genetics Home Reference. NIH U.S. National


Library of Medicine.

Nur, E. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi


pada Lansia Di Kelurahan Onemay Kecamatan Tomia Kabupaten
Wakatobi. Miracle Journal of Public Health, 1(2), 214-226.

Patenrengi, I. (2020). FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PEKAUMAN
KOTA BANJARMASIN TAHUN 2020 (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Kalimantan MAB).

Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. (2020). Pola Konsumsi
Garam Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Wacana
Kesehatan, 5(1), 531-542.

Rahmatika, A. F. (2021). Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian


Hipertensi. Jurnal Medika Hutama, 2(02 Januari), 706-710.

Rizkiyanti, D., & Trisnawati, Y. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Bina Cipta Husada, 17(1), 151-
160.

Rihiantoro, T., & Widodo, M. (2018). Hubungan pola makan dan aktivitas fisik
dengan kejadian hipertensi di kabupaten tulang bawang. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 13(2), 159-167.

Sarif La Ode. 2012. Buku Asuhan Keperawatan Gerontik: Hipertensi. Nuha


Medika.

Safitri, Y. (2020). Hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada masyarakat


di desa air tiris wilayah kerja uptd puskesmas kampar tahun 2019. Jurnal
Ners, 4(1), 13-20.
79

Situmorang, F. D. (2020). Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi


pada Anggota Prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Parongpong. Klabat
Journal of Nursing, 2(1), 11-18.

Sumarta, N. H. (2020). Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan Derajat


Hipertensi Pada Lansia Di Kota Batu (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Suparta, S., & Rasmi, R. (2018). Hubungan Genetik dan Stress dengan Kejadian
Hipertensi. JIKP Jurnal Ilmiah Kesehatan PENCERAH, 7(2), 117-125.

South, M., Bidjuni, H.,& Malara, R (2014). Hubungan gaya hidup dengan
kejadian hipertensi di puskesmas kolongn kecamatan kalawat kabupaten
minahasa utara. Jurnal Keperawatan,2(1).

Triyanto, E, 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahdah, N. (2011). Menaklukan hipertensi dan diabetes: mendeteksi, mencegah,


dan mengobati dengan medis da herbal. Yogyakarta: CV. Multi Solusindo.

Wardana, I. E., Sriatmi, A., & Kusumastuti, W., 2020. Analisis Proses
Penatalaksanaan Hipertensi (Studi Kasus Di Puskesmas Purwoyoso Kota
Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 8(1), hal. 76–86.

Weber, C. O. (2019). What Happens to Blood Pressure as We Age. California:


Verywellhealth.

Wildan Setyanto. 2017. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi


Pada Lansia Di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Wulandari, Gisti ayu Putu. (2018). Gambaran Asupan Makan Natrium dan
Kolesterol Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum
Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Karya Tulis Ilmiah,
Politeknik Kesehatan Kendari.

Wulandari, Humiza. (2019). Hubungan pola makan dan aktivitas fisik terhadap
kejadian hipertensi pada pra lansia di wilayah kerja puskesmas Lubuk
buaya Padang tahun 2019. Karya Tulis Ilmiah. STIKes Perintis Padang.
80

Lampiran I
SURAT KETERANGAN PEMBIMBING
81

Lampiran 2

SURAT PENGAMBILAN DATA AWAL


82

Lampiran 3

SURAT BALASAN PENGAMBILAN DATA AWAL

DARI UPTD PUSKESMAS PASSI BARAT


83

Lampiran 4

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN


84

Lampiran 5

SURAT BALASAN PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

DARI UPTD PUSKESMAS PASSI BARAT


85

Lampiran 6

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Bapak/Ibu Calon Responden
Di
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa SI Keperawatan
Institut Kesehatan Dan Teknologi Graha Medika Kotamobagu.

Nama : Elsi Batebolinggo


NIM : 01909010015

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul ”Faktor-faktor yang


berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi
Barat Kabupaten Bolaang Mongondow”, untuk itu saya minta kesediaan
Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Penelitian ini tidak berakibat buruk bagi responden yang bersangkutan dan
informasi yang diberikan responden akan dirahasiakan serta digunakan untuk
kepentingan penelitian. Saya bertanggung jawab atas informasi yang diberikan
oleh responden.
Demikian saya sampaikan, atas perhatian, bantuan dan kerja sama yang
telah diberikan saya ucapkan terimakasih.

Kotamobagu, April 2023


Peneliti

Elsi Batebolinggo
86

Lampiran 7

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi menjadi responden

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa SI Keperawatan Institut Kesehatan Dan

Teknologi Graha Medika Kota Kotamobagu yang berjudul “faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPTD Puskesmas Passi

Barat Kabupaten Bolaang Mongondow”.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dengan penuh kesediaan tanpa

adanya paksaan dari siapapun.

Kotamobagu, April 2023


Responden

( )
87

Lampiran 8

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN TAHUN 2023

Kegiatan Desemb Januari Februar Maret April Mei Juni


er i
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
judul
penelitian
Konsultasi
pembimbing
Penyusunan
proposal
Seminar
proposal
Revisi
proposal
Penelitian
Pengolahan
data
Penyusunan
Skripsi
Seminar hasil

Perbaikan
Memasukan
hasil
88

Lampiran 9

N0 JENIS RIWAYAT AKTIVITAS KONSUMSI KEJADIAN


UMUR
KELAMIN KELUARGA FISIK NATRIUM HIPERTENSI
1 2 2 1 3 1 1
2 2 1 1 3 1 1
3 2 2 2 3 1 1
4 2 1 1 3 1 1
5 2 2 2 1 1 2
6 1 1 1 3 1 1
7 2 2 1 3 1 1
8 2 1 1 3 1 1
9 2 2 2 1 2 2
10 2 1 1 3 1 1
11 2 2 1 3 1 1
12 2 1 1 3 1 1
13 1 2 1 3 1 1
14 2 1 1 3 2 1
15 2 1 1 3 1 1
16 2 2 1 3 1 1
17 1 2 1 3 2 2
18 1 2 1 3 1 1
19 2 1 1 3 1 1
20 1 2 1 3 1 2
21 1 2 1 3 2 1
22 1 1 1 3 1 1
23 2 2 1 3 1 1
24 1 2 2 1 2 2
25 1 2 1 3 1 1
26 2 2 1 3 1 1
27 2 1 1 3 1 1
28 1 2 1 3 2 2
29 1 1 1 3 1 1
30 1 2 2 3 2 1
31 1 1 1 3 1 1
Keterangan :

1. Umur

1. 60-67 Tahun

2. 68-74 Tahun
89

2. Jenis Kelamin

1. Laki-laki

2. Perempuan

3. Riwayat Keluarga

1. Ya

2. Tidak

4. Aktivitas Fisik

1. Tinggi

2. Sedang

3. Rendah

5. Konsumsi Natrium

1. Tinggi

2. Rendah
90

Lampiran 10

HASIL UJI STATISTIK SPSS

Statistics

Jenis Riwayt Aktivitas Konsumsi


Umur Kelamin Keluarga Fisik Natrium Kejadian Hipertensi
N Valid 31 31 31 31 31 31

Missin 0 0 0 0 0 0
g

Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 60-67 Tahun 13 41.9 41.9 41.9
68-74 Tahun 18 58.1 58.1 100.0
Total 31 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 13 41.9 41.9 41.9
Perempuan 18 58.1 58.1 100.0
Total 31 100.0 100.0

Riwayt Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 26 83.9 83.9 83.9
Tidak 5 16.1 16.1 100.0
Total 31 100.0 100.0

Aktivitas Fisik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tinggi 3 9.7 9.7 9.7
Rendah 28 90.3 90.3 100.0
Total 31 100.0 100.0
91

Konsumsi Natrium
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tinggi 24 77.4 77.4 77.4
Rendah 7 22.6 22.6 100.0
Total 31 100.0 100.0

Kejadian Hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hipertensi 25 80.6 80.6 80.6
Tidak Hipertensi 6 19.4 19.4 100.0
Total 31 100.0 100.0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Riwayt Keluarga * Kejadian 31 100.0% 0 0.0% 31 100.0%
Hipertensi

Riwayt Keluarga * Kejadian Hipertensi Crosstabulation


Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Riwayt Keluarga Ya Count 23 3 26
% within Riwayt Keluarga 88.5% 11.5% 100.0%
Tidak Count 2 3 5
% within Riwayt Keluarga 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 25 6 31
% within Riwayt Keluarga 80.6% 19.4% 100.0%
92

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.310a 1 .012
Continuity Correctionb 3.587 1 .058
Likelihood Ratio 5.136 1 .023
Fisher's Exact Test .038 .038
Linear-by-Linear Association 6.106 1 .013
N of Valid Cases 31
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .97.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Riwayt 11.500 1.331 99.329
Keluarga (Ya / Tidak)
For cohort Kejadian 2.212 .749 6.528
Hipertensi = Hipertensi
For cohort Kejadian .192 .053 .693
Hipertensi = Tidak Hipertensi
N of Valid Cases 31

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Aktivitas Fisik * Kejadian 31 100.0% 0 0.0% 31 100.0%
Hipertensi

s
93

Aktivitas Fisik * Kejadian Hipertensi Crosstabulation


Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Aktivitas Fisik Tinggi Count 0 3 3
% within Aktivitas Fisik 0.0% 100.0% 100.0%
Rendah Count 25 3 28
% within Aktivitas Fisik 89.3% 10.7% 100.0%
Total Count 25 6 31
% within Aktivitas Fisik 80.6% 19.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value Df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.839a 1 .000
Continuity Correctionb 8.710 1 .003
Likelihood Ratio 11.394 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .004
Linear-by-Linear Association 13.393 1 .000
N of Valid Cases 31
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .58.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort Kejadian 9.333 3.204 27.190
Hipertensi = Tidak Hipertensi
N of Valid Cases 31
94

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Konsumsi Natrium * 31 100.0% 0 0.0% 31 100.0%
Kejadian Hipertensi

Konsumsi Natrium * Kejadian Hipertensi Crosstabulation


Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Konsumsi Natrium Tinggi Count 22 2 24
% within Konsumsi Natrium 91.7% 8.3% 100.0%
Rendah Count 3 4 7
% within Konsumsi Natrium 42.9% 57.1% 100.0%
Total Count 25 6 31
% within Konsumsi Natrium 80.6% 19.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value Df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.272a 1 .004
Continuity Correctionb 5.440 1 .020
Likelihood Ratio 7.133 1 .008
Fisher's Exact Test .014 .014
Linear-by-Linear Association 8.005 1 .005
N of Valid Cases 31
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.35.
b. Computed only for a 2x2 table
95

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Konsumsi 14.667 1.828 117.675
Natrium (Tinggi / Rendah)
For cohort Kejadian 2.139 .902 5.074
Hipertensi = Hipertensi
For cohort Kejadian .146 .033 .637
Hipertensi = Tidak Hipertensi
N of Valid Cases 31
96

Lampiran 11

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI PEMBIMBING I

Nama : Elsi Batebolinggo


NIM : 01909010015
Nama Pembimbing I : Ns. Heriyana Amir S.Kep., M.Kes
Stase : Gerontik
Judul :Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi pada Lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat
Kabupaten Bolaang Mongondow.

No Tanggal Materi Hasil Bimbingan Paraf


Bimbingan
1. 07-01-2023 BAB I - Judul Proposal
- Fenomena

2. 12-01-2023 BAB I-4 - Ambil data awal dari


puskesmas
- Observasi lahan

3. 24-01-2023 BAB 1-4 - Latar belakang bab 1


- Piramida terbalik
- Jurnal penelitian
- Tujuan peneitian
- Kerangka teori
- Kerangka konsep
4. 29-01-2023 BAB 1-4 - Alur penelitian
- Cara penulisan
- Kuesioner
5. 30-01-2023 BAB 1-4 - ACC proposal
6 21-02-2023 - Lanjut penelitian
7. 26-05-2023 BAB 5-6 - Abstrak
Indonesia/inggris
- Kata proposal diganti
skripsi
97

- Penulisan batas margin


bawah
- Kesimpulan nyatakan
angka
- Daftar lampiran pakai
nomor
8. 29-05-2023 BAB 5-6 - ACC Skripsi
98

Lampiran 12

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI PEMBIMBING II

Nama : Elsi Batebolinggo


NIM : 01909010015
Nama Pembimbing I : Darmin, S.KM.,M.Kes
Stase : Gerontik
Judul : Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi pada Lansia di UPTD Puskesmas Passi Barat
Kabupaten Bolaang Mongondow

No Tanggal Materi Hasil Bimbingan Paraf


Bimbingan
1. 19-01-2023 1-4 - Cover depan
- Cover dalam
- Kata pengantar
- Daftar isi
- Daftar lampiran
- Daftar tabel
- Daftar gambar
- Margin
- Kerangka teori
2. 31-01-2023 1-4 - Acc proposal

3 14-02-2023 - Lanjut penelitian

4 26-05-2023 5-6 - ACC Skripsi


99

Lampiran 13

DOKUMENTASI
100
101
102

Lampiran 14

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA LANSIA DI UPTD PUSKESMAS PASSI BARAT
A. Karakteristik Responden
Petunjuk Pengisian
1. Data yang anda berikan dijamin kerahasiaannya dan sama sekali tidak
mempengaruhi status kesehatan anda. Oleh karena itu anda tidak perlu
ragu-ragu untuk memberikan jawaban pada kuesioner sesuai
pengalaman anda.
2. Kuesioner ini dimaksud untuk memperoleh informasi terkait dengan
karakteristik umum dari masing-masing responden dan riwayat
hipertensi dalam keluarga.
3. Atas partisipasinya saya ucapkan terimakasih.
1 Nama
2 Usia
3 Jenis Kelamin a. Laki-laki
b. Perempuan
4 Alamat
5 Riwayat hipertensi dalam 1. Ya
keluarga a. Ayah
b. Ibu
c. Kakek
d. Nenek
e. Saudara
f. Paman
g. Bibi
2. Tidak
103

B. Aktivitas Fisik (Global Phyical Activity Questionnaire)


Petunjuk Pengisian
Kuesioner dibawah ini di isi sesuai dengan pengalaman anda dalam
kehidupan sehari-hari sebelum anda menderita hipertensi
Kerja Berat Kode
1 Apakah pekerjaan sehari-hari anda 1. Ya
memerlukan kerja berat seperti 2. Tidak
(membawa atau mengangkat beban (langsung no
berat) setidaknya 10 menit/hari secara 4)
terus menerus
2 Barapa hari dalam seminggu anda Jumlah hari :
melakukan aktivitas berat?
3 Berapa lama dalam satu hari biasanya Jam/menit :
anda melakukan kerja berat?
Kerja Sedang Kode
4 Apakah pekerjaan sehari-hari anda 1. Ya
termasuk aktivitas sedang seperti 2. Tidak
(membawa atau mengangkat (langsung no 7)
bebanyang ringan) setidaknya 10
menit/hari secara terus menerus?
5 Berapa hari dalam seminggu anda Jumlah hari :
melakukan aktivitas sedang?
6 Berapa lama dalam sehari biasanya Jam/menit :
anda melakukan kerja sedang?
Perjalanan dari tempat ke tempat (ke tempat kerja, Kode
berbelanja, baribadah)
7 Apakah anda berjalan kaki atau 1. Ya
bersepeda minimal 10 menit secara 2. Tidak
terus menerus untuk pergi ke suatu (langsung no
tempat? 10)
8 Dalam seminggu berapa hari anda Jumlah hari :
berjalan kaki atau bersepedah minimal
10 menit untuk pergi ke suatu tempat
9 Berapa lama dalam satu hari biasanya Jam/menit :
anda berjalan kaki atau bersepeda
untuk pergi ke suatu tempat?
Aktivitas rekreasi yang termasuk aktivitas berat Kode
(kegiatan ini diluar yang sudah disebutkan diatas)
10 Apakah anda melakukan olahraga, 1. Ya
kebugaran, atau rekreasi yang 2. Tidak
merupakan aktivitas berat(seperti lari (langsung no
pagi) minimal 10 menit/hari secara 13)
terus menerus?
104

11 Berapa hari dalam seminggu anda Jumlah hari :


melakukan aktivitas berat tersebut?
12 Berapa lama anda melakukan Jam/menit :
olahraga/rekreasi yang merupakan
aktivitas berat dalam satu hari?
Aktivitas sedang yang termasuk aktivitas sedang kode
(kegiatan ini diluar yang sudah disebutkan diatas)
13 Apakah anda melakukan olahraga, 1. Ya
kebugaran, atau rekreasi yang 2. Tidak
merupakan aktivitas sedang (seperti (langsung no
jalan cepat) minimal 10 menit perhari 16)
secara terus menerus?
14 Berapa hari dalam seminggu anda Jumlah hari :
melakukan aktivitas sedang tersebut?
15 Berapa lama anda melakukan Jam/hari :
olahraga/rekreasi yang merupakan
aktivitas sedang dalam satu hari?
Aktivitas menetap (Sedentary Activity) Kode
Aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak seperti
duduk saat dirumah, duduk saat dikendaraan, menonton
televisi, atau berbaring, KECUALI tidur
16 Berapa lama anda duduk atau Jam/menit :
berbaring dalam sehari?

C. Konsumsi Natrium (SQ Food Frequency Questionnaire)


Petunjuk Pengisian
Berilah tanda checkclist () pada frekuensi makanan pada setiap jenis
bahan makanan/olahan yang menurut anda paling mendekati dengan
kebiasaan anda dalam sekidupan sehari-hari selama tiga bulan terakhir.
N Bahan Frekuensi Mengkonsumsi
o makanan/olah 1/h 1/h 3- 1- Jaran Tidak Tota
an r r 6/mm 2/mm g perna l
g g h
1 Biskuit
2 Roti
3 Garam
4 Daging ayam
5 Daging sapi
6 Daging bebek
7 Keju
8 Sosis
9 Sarden
10 Telur ayam
11 Udang
12 Ikan
13 Ikan asin
105

14 Margarine
15 Mentega
16 Kecap
17 Sous tomat
18 Mie instan/mie
rebus
19 Mie goring
20 Telur asin
21 Santan
22 Susu krim
23 Susu coklat
24 Es krim
25 Bakso
26 Mie
ayam/pangsit
27 Bumbu
penyedap
28 Martaba
29 Gado-gado
30 Malabar
(Maulidina et all, 2019)
Skor :
a. Jika dikonsumsi setiap makan = 5
b. Jika dikonsumsi 1xhari = 4
c. Jika dikonsumsi 2-6x seminggu =3
d. Jika dikonsumsi  3 x seminggu = 2
e. Jika dikonsumsi jarang =1
f. Jika tidak pernah dikonsumsi = 0

100 = Tinggi
100 = Rendah

Anda mungkin juga menyukai