Anda di halaman 1dari 101

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DEGAN

TERJADINYA BENIGNA PROSTAT HIPERLASI


PADA PASIEN YANG BEROBAT DI POLI
KLINIK RSUD BAYUNG LENCIR
TAHUN 2021.

Oleh
SANTIYA
NIM : 19221038P

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2021

1
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DEGAN
TERJADINYA BENIGNA PROSTAT HIPERLASI
PADA PASIEN YANG BEROBAT DI POLI
KLINIK RSUD BAYUNG LENCIR
TAHUN 2021.

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Pada Fakultas Kebidanan dan Keperawatan pada Program Studi
S-1 Keperawatan Universitas Kader Bangsa Palembang

Oleh
SANTIYA
NIM : 19221038P

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2021

2
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Santiya

NIM : 19221038P

Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan

Program studi : Strata-1 Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa benar Skripsi ini saya buat sendiri dengan tidak

melakukan tindakan plagiatisme, dan saya bertanggung jawab sepenuhnya atas isi

Skripsi ini. Apabila saya mengingkari isi Skripsi ini, maka saya bersedia

menerima sanksi apapun dari pendidikan.

Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Yang menyatakan,

Santiya

3
HALAMAN PENETAPAN
Sk Rektor UKB No.272/B.SK-Skripsi/UKB/III/2021, tanggal 2 Maret 2021

REKTOR UKB MENETAPKAN


JUDUL DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama : Santiya
NIM : 19221038P
Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan
Program Studi : S-IIlmu Keperawatan
Judul : Faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya
Benigna Prostat Hiperlasia pada pasien yang datang
berobat ke poli klinik bedah RSUD Bayung Lencir Tahun
2021.

Pembimbing Materi : Yazika Rimbawati S.Kep, M.Kes

Pembimbing Teknis : Ns. Fitri Afdhal S.Kep, M.Kep

Universitas Kader Bangsa Palembang


Rektor,

Dr. Hj. Irzanita, SH, SE, SKM, MM, M.Kes

HALAMAN PENETAPAN
SK. Rektor UKB No. 274 /B-SK.Prop/UKB/III/2021, tanggal 1 April 2021

REKTOR UKB MENETAPKAN

4
JUDUL DAN PENGUJI SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Santiya
NIM : 19221038P
Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan
Program Studi : S-IIlmu Keperawatan
Judul : Faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya
Benigna Prostat Hiperlasia pada pasien yang datang
berobat ke poli klinik bedah RSUD Bayung Lencir Tahun
2021.

Penguji I : Ns. Alkhusari, S.Kep, M.Kes, M. Kep

Penguji II : Yazika Rimbawati S.Kep, M.Kes

Penguji III : Ns. Fitri Afdhal S.Kep, M.Kep

Universitas Kader Bangsa Palembang


Rektor,

DR. Hj. Irzanita, SH.,SE.,SKM.,MM.,M.Kes

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Santiya
NIM : 19221038P
Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan
Program Studi : S-IIlmu Keperawatan
Judul : Faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya

5
Benigna Prostat Hiperlasia pada pasien yang datang
berobat ke poli klinik bedah RSUD Bayung Lencir Tahun
2021.

Skripsi Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan.

Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

Yazika Rimbawati S.Kep, M.Kes Ns. Fitri Afdhal S,Kep, M.Kep

Mengetahui
a.n. Rektor Universitas Kader Bangsa
Dekan Fakultas Kebidanan dan Keperawatan

Hj. Siti Aisyah Hamid, S.Psi, SST, M.Kes

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Melati
NIM : 19221038P
Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan
Program Studi : S-IIlmu Keperawatan
Judul : Faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya
Benigna Prostat Hiperlasia pada pasien yang datang
berobat ke poli klinik bedah RSUD Bayung Lencir Tahun
2021.

6
Skripsi penelitian ini telah diseminarkan pada tanggal 13 September 2021 dan

diperbiki.

Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

Yazika Rimbawati S.Kep, M.Kes Ns. Fitri Afdhal S,Kep, M.Kep

Menyetujui
a.n Rektor Universitas Kader Bangsa
Dekan Fakultas Kebidanan dan Keperawatan

Hj. Siti Aisyah, AM.Keb.,Spsi.,SST.,M.Kes

HALAMAN PENETAPAN

SK. Rektor UKB No. 277/B.SK- Skripsi/UKB/VI/2021, tanggal 14 Juni 2021

REKTOR UKB MENETAPKAN

JUDUL DAN PENGUJI SKRIPSI

Nama : Santiys
NIM : 19221038P
Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan
Program Studi : S-IIlmu Keperawatan
Judul : Faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya
Benigna Prostat Hiperlasia pada pasien yang datang

7
berobat ke poli klinik bedah RSUD Bayung Lencir Tahun
2021.
Penguji I : Alkhusari, S.Kep., Ners., M.Kes., M.Kep

Penguji II : Yazika Rimbawati S.Kep, M.Kes

Penguji III : Ns. Fitri Afdhal S.Kep, M.Kep

Universitas Kader Bangsa Palembang

Rektor,

Dr. Hj. Irzanita, SH, SE, SKM, MM, M.Kes

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Santiya
NIM : 19221038P
Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan
Program Studi : S-IIlmu Keperawatan
Judul : Faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya
Benigna Prostat Hiperlasia pada pasien yang datang
berobat ke poli klinik bedah RSUD Bayung Lencir Tahun
2021.

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan

Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

8
Yazika Rimbawati S.Kep, M.Kes Ns. Fitri Afdhal S,Kep, M.Kep

Mengetahui
a.n. Rektor Universitas Kader Bangsa
Dekan Fakultas Kebidanan dan Keperawatan

Hj. Siti Aisyah Hamid, S.Psi, SST, M.Kes

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Santiya
NIM : 19221048P
Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan
Program Studi : S-IIlmu Keperawatan
Judul : Hubungan Ketepatan Triage Dengan Respon Time
Perawat Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Sekayu
Tahun 2021

Telah diuji dan lulus pada : 13 September 2021

Hari : Senin

Tim Penguji Tanda Tangan

1. Ns. Alkhusari, S.Kep., Ners., M.Kes., M.Kep ..........................................

2. Yazika Rimbawati S.Kep, M.Kes ..........................................

9
3. Ns. Fitri Afdhal S,Kep, M.Kep ...........................................

Menyetujui
Rektor Universitas Kader Bangsa

DR. Hj. Irzanita, SH.,SE.,SKM.,MM.,M.Kes

BIODATA

Nama : Santiya
Tempat Tanggal Lahir : Ma.Teladan 15 Desember 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaan : Indonesia
Alamat : Dusun II Ma.Teladan Rt.008 Rw.004,
Kec.Sekayu Kab. Musi Banyuasin Sumsel.

10
Telepon : 082380582282
Email : santiyamr6@gmail.com
Fakutas/ Prodi : Kebidanan dan keperawatan/ Ilmu keperawatan
Latar Belakang Pendidikan

SD Negeri 1 Ma.Teladan : Tahun 2006


SMP Negeri 9 Sekayu : Tahun 2009
SMA Negeri 1 Sekayu : Tahun 2015
Akper Pemkab Muba : Tahun 2018
SI Keperawatan Universitas Kader Bangsa : Tahun 2021

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Ku persembahkan Kepada:
 Kedua Orang Tuaku: Ayahandaku Amri Nato Ibundaku
Ramaida yang kusayangi dan kucintai, yang selalu sabar
menghadapiku, yang selalu ikhlas merawat dan membesarkanku
hingga saat ini, yang tak henti-hentinya memanjatkan do’a tulus
untuk keberhasilanku, yang selalu kujadikan motivasi untuk
semangat juangku dalam menggapai impianku.
Motto:
Teruslah berjuang hingga kesuksesan menghampirimu
~Santiya~

Pendidikan bukanlah mempelajari fakta-fakta


Tetapi

11
Melatih jiwa untuk berpikir
~Albert Einstein~

Mendidik pemikiran tanpa mendidik hati


Bukanlah sebuah pendidikan sama sekali
~Aristoteles ~

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian ini tepat
pada waktunya sebagai syarat melakukan Penelitian Studi S1 Keperawatan di
Universitas Kader Bangsa Palembang.
Dalam penyusunan Skripsi Penelitian ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang
penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk kesempurnann penyusunan Skripsi Penelitian ini.
Penulisan Skripsi Penelitian ini juga tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan serta petunjuk dari pembimbing dan pihak-pihak lain yang telah
bersusah payah membantu menyelesaikan Skripsi Penelitian ini, maka
perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Ferry Preska,ST, Msc,EE, PhD., selaku ketua yayasan Kader Bangsa

Palembang.

12
2. Ibu Hj. Irzanita, SH, SE, SKM, MM.,M.Kes selaku Rektor Universitas Kader

Bangsa Palembang.

3. Bapak Ferroka Putra Wathan, B,Eng, M.H, Selaku Wakil Rektor 1

Universitas Kader Bangsa Palembang.

4. Ibu dr. Fika Minata,M.Kes, selaku wakil Rektor II Universitas Kader Bangsa

Palembang.

5. Ibu Hj. Siti Aisyah, S. Psi., SST, M. Kes Selaku Dekan Fakultas Kebidanan

dan Keperawatan Universitas Kader Bangsa Palembang.

6. Bapak Alkhusari, S.Kep,Ns,M.Kes,M.Kep, Selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan Universitas Kader Bangsa Palembang dan selaku pembimbing

Materi yang telah memberikan bimbingan, saran serta petunjuk dalam

Proposal ini.

7. Direktur dan staf RSUD Bayung Lencir yang telah memberikan izin tempat

penelitian.

8. Ibu Yazika Rimbawati S.Kep ,M.Kes, selaku Dosen pembimbing teknis I

yang telah memberikan bimbingan, saran serta petunjuk dalam Proposal ini.

9. Ibu Ns.Fitri Afdhal S.Kep ,M.Kep, selaku Dosen pembimbing teknis II yang

telah memberikan bimbingan, saran serta petunjuk dalam Proposal ini.

10. Para staff dan dosen pengajar Jurusan Keperawatan Universitas Kader Bangsa

Palembang yang telah mau berbagi ilmunya.

11. Teman-teman seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan Skripsi ini.

13
Semoga Allah SWT menerima amal baik dan membalas apa yang telah

diberikan dengan setuluh hati dengan penuh kesadaran dan penuh kelemahan

pada Skripsi Penelitian ini, Penulis senantiasa mengharapkan dan menerima

masukan berupa kritik yamg bersifat membangun dan saran dari berbagai pihak

guna kesempurnaan Skripsi ini.

Akhirnya harapan penulis, semoga Skripsi Penelitian ini dapat bermanfat

bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu Farmasi

khususnya, Amin.

Palembang, Agustus 2021

Santiya

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG


FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
Skripsi, September 2021

SANTIYA

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA


BENGINA PROSTAT HIPERLASIA PADA PASIEN YANG DATANG BEROBAT
KE POLI KLINIK BEDAH RSUD BAYUNG LENCIR TAHUN 2021.

ABSTRAK

Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya dalam mempersempit saluran


uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan
intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor
dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang
terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa: hipertropi otot
detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,sekuladan difertikel buli-buli. Perubahan
struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian
bawah atau lower urinary tract symptom / LUTS. Tujuan Penelitian ini Untuk mengetahui
faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinyabenigna prostat hiperplasia pada
pasien di poli klinik bedah RSUD BayungLencirTahun 2021.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross-sectionaladalah penelitian yang dilakukan dalam satu waktu
tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam waktu yang tertentu, dan tidak akan

14
dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda untuk diperbandingkan. Penelitian ini
akan dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2021. Penelitian ini akan dilaksankan di poli
klinik bedah RSUD Bayung Lencir Tahun 2021 dengan sampel sebanyak 89 responden.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa didapatkan ada Hubungan Usia dengan
Kejadian BPH di RSUD Bayung Lincir Tahun 2021 dengan nilai P –Value adalah 0,030,
ada Hubungan jenis kelamin dengan Kejadian BPH di RSUD Bayung Lincir Tahun 2021
dengan nilai P –Value adalah 0,005, ada Hubungan Riwayat penyakit DM dengan
Kejadian BPH di RSUD Bayung Lincir Tahun 2021 dengan nilai P –Value adalah 0,000,
ada Hubungan Riwayat Merokok dengan Kejadian BPH di RSUD Bayung Lincir Tahun
2021 dengan nilai P –Value adalah 0,004.
Hasil penelitian ini menyarankan diharapkan Petugas Kesehatan di RSUD
khusunta diRuangan Bedah dimana memberikan memberikan pendidikan kesehatan
tentang penyakit BPH dimana yang memiliki faktor resiko baik dari usia , jenis kelamin,
riwayat penyakit DM dan riwayat merokok dimana pasien akan memperbaiki
kesehatannya tersebut dan meningkatkan derajat kesehatannya

Referansi : 25 (2010-2020)
Kata Kunci :Faktor usia, jenis kelamin, riwayat penyakit DM, Riwayat
merokok,kejadian BPH

UNIVERSITY OF PALEMBANG NATION


FACULTY OF MIDWIFE AND NURSING
NURSING BACHELOR STUDY PROGRAM
Thesis, September 2021

SANTIYA

FACTORS RELATED TO THE OCCURRING OF BENGINA PROSTATE


HYPERLASIA IN PATIENTS WHO COME FOR TREATMENT TO THE
SURGICAL POLICY OF RSUD BAYUNG LENCIR IN 2021.

ABSTRACT
Factors associated with its occurrence in narrowing the prostatic urethra and
blocking the flow of urine. This situation can increase the intravesical pressure. To
compensate for the resistance of the prostatic urethra, the detrusor and bladder muscles
contract more forcefully to pump urine out. Continuous contractions cause anatomical
changes of the bladder in the form of: hypertrophy of the detrusor muscle, trabeculation,
the formation of cellula, sekula and bladder diferticula. Changes in the structure of the
bladder felt by the client as a complaint in the lower urinary tract or lower urinary tract
symptoms / LUTS. The purpose of this study was to determine the factors associated with
the occurrence of benign prostatic hyperplasia in patients at the surgical clinic of the
Bayung Lencir Hospital in 2021.

15
This type of research is quantitative research. Descriptive research method with a
cross-sectional approach is research conducted in a certain time. This research is only used
for a certain time, and no other research will be conducted at a different time for
comparison. This research will be conducted in July – August 2021. This research will be
carried out at the surgical clinic of the Bayung Lencir Hospital in 2021 with a sample of 89
respondents.
Based on the results of the study, it was found that there was a relationship
between age and the incidence of BPH at the Bayung Lincir Hospital in 2021 with a P-
Value value of 0.030, there was a relationship between sex and the incidence of BPH at the
Bayung Lincir Hospital in 2021 with a P-Value value of 0.005, there was a relationship
between disease history DM with BPH Incidence at Bayung Lincir Hospital in 2021 with a
P-Value of 0.000, there is a Relationship between Smoking History and BPH Incidence at
Bayung Lincir Hospital in 2021 with a P-Value of 0.004.
The results of this study suggest that it is expected that Health Officers at the
Khusunta Hospital in the Surgical Room which provide health education about BPH
disease which has risk factors both from age, gender, history of DM and smoking history
where the patient will improve his health and increase his health status.
Reference : 25 (2010-2020)
Keywords: Age, gender, history of DM, smoking history, incidence of BPH
Daftar isi

HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT..................................... iii
HALAMAN PENETAPAN JUDUL DAN PEMBIMBING SKRIPSI..... iv
HALAMAN PENETAPAN JUDUL DAN PENGUJI SKRIPSI............. v
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL DISEMINARKAN............ vi
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI TELAH DISEMINARKAN.. vii
HALAMAN PENETAPAN JUDUL DAN PENGUJI SKRIPSI............ viii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI UNTUK DIPERTAHANKAN ix
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... x
BIODATA...................................................................................................... xi
MOTTO & PERSEMBAHAN..................................................................... xii
KATA PENGANTAR................................................................................... xiii
ABSTRAK...................................................................................................... xv
ABSTRACT.................................................................................................... xvi
DAFTAR IS................................................................................................... xvii
DAFTAR SKEMA........................................................................................ xviii
DAFTARTABEL.......................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xx

16
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................6
1.3 Pembatasan Masalah..........................................................................................7
1.4 Rumusan masalah...............................................................................................7
1.5. Tujuan...............................................................................................................8
1.5.1 Tujuan Umum.................................................................................................8
1.5.2 Tujuan Khusus................................................................................................8
1.6. Manfaat Penelitian............................................................................................9
1.6.1 Secara Teoritis.................................................................................................9
1.6.2 Secara Praktis..................................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10


2.1 Konsep BPH.....................................................................................................10
2.2 Faktor yang mempengaruhi
BPH........................................................................................................................25
2.3 Kerangka Teori BPH........................................................................................35

BAB II KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS.........................................36


3.1 Kerangka Konsep.............................................................................................36
3.2 Hipotesis...........................................................................................................39
3.2.1 Hipotesis Mayor............................................................................................39
3.2.2 Hipotesis Minor.............................................................................................39

BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................40


4.1 Desain /Pendekatan Penelitian ........................................................................40
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................................40
4.2.1 Waktu............................................................................................................40
4.2.2 Tempat...........................................................................................................40
4.3 Populasi dan Sampel........................................................................................40
4.3.1 Populasi.........................................................................................................40
4.3.2 Sampel...........................................................................................................41
4.4 Pengumpulan Data ..........................................................................................41
4.5 Pengolahan Data ..............................................................................................41
4.6.1 Editing ..........................................................................................................42
4.6.2 Pengkodean Data ..........................................................................................42
4.6.3 Pemindahan Data ke Komputer ...................................................................42
4.6.4 Pembersihan Data .........................................................................................43
4.6 Analisa Data ....................................................................................................43
4.6.1 Analisis Univariat..........................................................................................43
4.6.2 Analisis Bivariat............................................................................................42
4.7 Definisi Operasional.........................................................................................45

17
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Profil RSUD Bayung Lincir.........................................................................48


5.2. Analisa Data..................................................................................................49
5.2.1. AnalisUnivariat..........................................................................................50
5.2.2. Analisa Bivariat..........................................................................................55
5.3. Pembahasan..................................................................................................57
5.3.1. Analisa Univariat.......................................................................................59
5.3.2. AnalisaBivariat...........................................................................................60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan..................................................................................................62
6.2. Saran............................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

4.1. Definisi Operasional.......................................................................................45


5.1. Kejadian BPH.................................................................................................50
5.2. Usia.................................................................................................................51
5.3. Jenis Kelamin..................................................................................................53
5.4. Riwayat Penyakit DM.....................................................................................54
5.5. Riwayat Merokok............................................................................................55
5.6. Hubungan Usia dengan kejadian BPH...........................................................57
5.7. Hubungan Jenis Kelamin dengan kejadian BPH............................................58
5.8. Hubungan Riwayat Penyakit DM dengan kejadian BPH...............................59
5.9. Hubungan Riwayat Merokok dengan kejadian BPH......................................60

18
DAFTAR BAGAN/SKEMA

2.1. Kerangka Teori.................................................................................................35

2.2. Kerangka Konsep.............................................................................................36

19
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan Penelitian

Lampiran 2. Lembar Kuesioner

Lampiran 3. Hasil SPSS

Lampiran 4. Dokumetasi Penelitian

Lampiran 5. Lembar Hasil Bimbinga

20
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembesaran prostat jinak atau yang lebih dikenal sebagai benign prostatic

hyperplasia (BPH) sering ditemukan pada laki-laki dewasa terutama usia diatas

50 tahun di Indonesia. BPH juga merupakan penyakit urutan kedua setelah batu

saluran kemih yang sering dikeluhkan oleh laki-laki di Indonesia. Keluhan

utamanya adalah retensi urin atau sulit untuk berkemih dan itu dirasakan sangat

mengganggu kehidupan sehari-hari. Terapi baku untuk pasien BPH adalah dengan

tindakan operatif seperti Trans Urethral Resection of Prostat (TURP) yang terapi

ini memerlukan rawat inap. Bagaimanapun juga pembiayaan menjadi salah satu

faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih terapi. Semakin lama rawat

inap semakin besar juga biaya yang harus dikeluarkan (Crispo, A., et al. 2014)

Menurut Bustan, M.N. (2017),manusia adalah mahluk terbuka, bebas

memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab keputusan yang hidup

secara kontinyu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi

dengan berbagai kemungkinan. Nyeri saat berkemih, urin berdarah, nyeri saat

ejakulasi, cairan ejakulasi berdarah, gangguan ereksi, nyeri pinggul, dan

pembesaran kelenjar prostat. Salah satu penyakit pembesaran prostat yaitu Benign

Prostatic Hyperplasia (BPH) yang merupakan masalah umum yang

mempengaruhi kualitas hidupsekitar sepertiga pria yang berusia lebih dari 50

tahun. Sebanyak 14 juta orang di Amerika Serikat memiliki gejala BPH, di

seluruh dunia, sekitar 30 juta pria memiliki gejala yang berhubungan dengan BPH
(Giatrininggar, E. 2013)

Menurut data WHF (2012), memperkirakan terdapat sekitar 70 jutakasus

degenerative. Salah satunya adalah BPH, dengan insidensi pada tahun 2019 di

Negara maju sebanyak 19%, sedangkan dinegara berkembang sebanyak 5,35

kasus.Yang ditemukan pada pria dengan usia lebih dari 65 tahun dan dilakukan

pembedahan setiap tahunnya. Pada tahun 2020 terjadi sebanyak 17% dimana

terjadi BPH.

Di Indonesia BPH merupakan kelainan urologi setelah batu saluran kemih

yang dijumpai di klinik Urologi. Diperkirakan tahun 2018 50% pada pria berusia

diatas 50 tahun.Tahun 2018 sebesar 45% terjadi BPH usia diatas 50 tahun dan

tahun 2019 sebanyak 56% terjadi pada laki- laki berusia 56 tahun Kalau dihitung

dari Seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 200 juta lebih, sehingga

diperkirakan ada 2,5 juta laki-laki Indonesia yang menderita Benigna Prostat

Hiperplasia. (Waluyo, S, dan Marhaendra, B. 2020).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2018 , kasus penyakit BenignaProstatHiperplasiadilaporkan sebanyak 241

orang, dan tahun 2019 sebanyak 244. Tahun 2020 sebanyak 267 dimana

mengalami peningkatan (Profil Dinkes OI).

Berdasarkan data dari Rekam Medik RSUD Bayung Lencir pada

tahun2018 di Instalasi Rawat Jalan, klien Benigna Prostat Hiperplasia dilaporkan

sebanyak 307 orang sedangkan 2019 sebanyak 348 orang, dan pada tahun 2020

mengalami peningkatan .
Menjadi 388 orang,serta pada tahun 2021 untuk periode dari

bulan Januari sampai Mei dilaporkan sebanyak 89 orang.

Faktor Penyebab benigna prostat hyperplaisa memberikan keluhan yang

menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari

pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement yang menyebabkan

terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra. Obstruksi ini lama kelamaan

dapat menimbulkan perubahan struktur buli-buli maupun ginjal sehingga

menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah Usia/faktor

penuaan, Ras, Keturunan/genetic, Gaya Hidup, Sindrom Metabolik: obesitas dan

diabetes, merokok, penyakit DM, Inflamasi kronik pada prostat merupakan

penyebab BPH. (Sujiati, T. 2010)

Kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan

meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra prostatica dan

menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal.

Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-

buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang

terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa : hipertropi otot

detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan

struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian

bawah atau lower urinary tract symptom / LUTS (Sari, D.W. 2012)

Insiden penyakit BPH dimulai pada usia 50 tahun dan meningkat seiring

pertambahan usia. Mahendrakrisna (2016) menjelaskan Dari penelitian ini didapati

bahwa kelompok usia terbanyak pasien BPH adalah pada kelompok usia 61-70 tahun
(43,8%) dengan usia rata-rata 65,75 dimana usia termuda adalah 46 tahun dan usia tertua

adalah 89 tahun.

Kebiasaan merokok ≥12 batang perhari mempunyai risiko lebih besar

terkena pembesaran prostat jinak dibandingkan laki-laki yang bukan perokok. Hal ini

disebabkan karena nikotin dan konitin (produk pemecah nikotin) pada rokok

meningkatkan aktivitas enzim perusak androgen, menurut Yuliani (2016)

menyebabkan penurunan kadar testosterone penderita BPH di Rumah Sakit Haji

Medan bulan April tahun 2016 berdasarkan faktor kebiasaan merokok yaitu yang

tidak merokok sebanyak 5 orang (25,0%) dan merokok sebanyak 15 orang

(75,0%).Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Banjarmasin

yang memperlihatkan dari 60 pasien BPH, 33 orang diantaranya memiliki riwayat

merokok.

BPH dengan nutrsi yang kita konsumsi sehari-hari. Makronutrisi misalnya,

protein, lemak dan karbohidrat berpotensi meningkatkan risiko BPH. Sedangkan

mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang tergolong mikronutrisi berpotensi

menurunkan risiko terjadinya BPH. Penderita BPH di Rumah Sakit Haji Medan bulan

April tahun 2016 berdasarkan faktor makanaberserat yaitu frekuensi tinggi sebanyak

9 orang (45,0%) danfrekuensi rendah sebanyak 11 orang (55,0%) (Yuliani,2016).

MenurutDaniel Mahendrakrisna (2016) dengan judulFaktor Yang

Berhubungan Dengan Rawat Inap Pada Pasien Pembesaran Prostat Jinak Di

Rumah Sakit Bhayangkara Mataram menjelaskandari 89 pasien kelompok usia

terbanyak pada rentang 61-70 tahun (43.8%) dengan usia rata-rata 65, 75, usia termuda

adalah 46 tahun dan usia tertua adalah 89 tahun. Memiliki lama rawat inap 5.53. Paling

banyak 5 hari sebanyak 34 orang (38,2%). Rata-rata memiliki WTO 1,80 hari dan paling
banyak memiliki lama rawat inap selama 1 hari sebanyak 51 orang (57,3%), serta rata-

rata memiliki lama rawat inap paska operasi 3,72 hari. Tidak ada korelasi antara lama

rawat inap dengan usia pasien (sig > 0,05; r = 0,121), komplikasi paska operasi pasien

(sig > 0,05; r = 0,037) dan dengan keadaan kateter ketika keluar rumah sakit (sig < 0,05; r

= -0,335**). Terdapat korelasi kuat yang signifikan antara lama rawat inap dengan WTO

(sig < 0,05 ;r = 0,727).

Menurut setyawan (2017) hubungan gaya hidup dengan kejadian benign

prostate hyperplasia(studi di rsud dr. Soedarso pontianak) menjelaskanHasil

penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan

merokok (p value=0.025, OR=3.756, CI 95% =1.138-12.391), kebiasaan berolahraga

(p value=0.039, OR=2.968, CI 95% =1.039-8.479. variabel yang tidak berhubungan

yaitu aktivitas seksual (p value=0.231), konsumsi alkohol (p value=0.319). sedangkan

konsumsi makanan serat sayur dan buah tidak dapat diuji karena data bersifat

homogen.

Berdasarkan beberapa uraian diatas,maka peneli titertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan

Terjadinya Benigna Prostat Hiperplasia Pada Pasien di Klinik Bedah RSUD

Bayung Lencir Tahun 2021”.


1.2 IndentifikasiMasalah

Berdasarkan latar belakang, banyak factor yang berhubungan dengan

terjadinya kerjadian Benigna Prostat Hiperlasia antaralain: Usia, Riwayat

Keturunan/Keluarga, Kebiasaan Merokok, Penyakit Diabetes Mellitus.

1.3 PembatasanMasalah

Karena keterbatasan waktu yang dimiliki, maka masalah yang akan lebih

lanjut dalam penelitian ini yaitu hanya dibatasi pada dimana variabel independen

penelitian meliputi usia,riwayat keluarga/keturunan, kebiasaan merokok,

danpenyakit diabetes mellitus sedangkan variabel dependen kejadian benigna

prostat hyperplasia di RSUD Bayung Lencir tahun 2021.

1.4 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1.4.1. Secara Simultan

Adakah faktor–faktor yang berhubungan dengan terjadinya benigna

prostat hiperlasia pada pasien dipoli klinikbedah RSUD BayungLencir Tahun

2021 ?
1.4.2. Secara Parsial

1. Adakah hubungan antara usia dengan kejadian benignaprostat

hiperplasia pada pasien di poli klinik bedah RSUD Bayung Lencir tahun

2021 ?

2. Adakah hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian benigna

prostat hiperplasia pada pasien di poli klinik bedah RSUD Bayung

Lencir tahun 2021 ?

3. Adakah hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian

benigna prostat hiperplasia pada pasien dipo liklinik bedah RSUD

Bayung Lencir tahun 2021 ?

4. Adakah hubungan antara penyakit diabetes mellitus dengan kejadian

benigna prostat hyperplasia pada pasien di poli klinik bedah RSUD

Bayung Lencir tahun 2021?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1. TujuanUmum

Diketahui faktor – faktor yang berhubungan dengan

terjadinya benigna prostat hiperplasia pada pasien di poli klinik

bedah RSUD Bayung Lencir Tahun 2021”.


1.5.2. TujuanKhusus

1. Diketahui hubungan antara usia dengan kejadian benignaprostat

hiperplasia pada pasien di poli klinik bedah RSUD

BayungLencirtahun 2021.

2. Diketahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian benigna

prostat hiperplasia pada pasien di poli klinik bedah RSUD

Bayung Lencir tahun 2021.

3. Diketahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian

benigna prostat hiperplasia pada pasien di poli klinik bedah

RSUD Bayung Lencir tahun 2021.

4. Diketahui hubungan penyakit diabetes mellitus dengan kejadian

benigna prostat hyperplasia pada pasien di poli klinik bedah

RSUD Bayung Lencir tahun 2021.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan dalam rangka

menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang penderita benigna prostat

hiperplasia dan selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapatmenjadi bahan

referensi bagi mahasiswa serta dapat menambah bahan kepustakaan Universitas

Kader Bangsa Palembang.


1.6.2 BagiPraktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi RSUD

Bayung Lencir khususnya Poli Klinik Bedah untuk lebih meningkatkan

pelayanan dan penyuluhan kepada pasien khususnya pada penderita benigna

prostat hyperplasia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Benigna Prostat Hiperplasia

2.1.1 Definisi
Benigna prostat hyperplasia (BPH) merupakan pembesaran non kanker

(noncancerous)dari kelenjar prostat (prostate gland) yang dapat membatasi aliran

urine (kencing) dari kandung kemih (bladder). (Bustan, M.N. 2017).

Benigna prostat hyperplasia (BPH) adalah pembesaran progresif darikelenjar

prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat

obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius. (Calman K.C. 2013)

BPH adalah pembesaran prostat yang menyumbat urethra sehingga

menyebabkan gangguan urinarius. Gangguan ini terjadi sebagai akibat dari efek

penuaan pada laki-laki dan adanya androgen yang bersirkulasi. (Fitriana, Nadya.

2014).

Benigna Prostat Hyperplasia adalah pembesaran kelenjar dan jaringan

seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan

dengan proses penuaan. (Giatrininggar, E. 2013).


2.1.2 Anatomi Fisiologi Prostat

Kelenjar prostat adalah suatu kelenjar fibro muscular yang

melingkariBladderneck (leher kandung kemih) dan bagian proksimal uretra,

mudahteraba.Cairan 1 yang dihasilkan kelenjar prostat bersama cairan dari

vesikulaseminalis dan kelenjar cowper merupakan komponen terbesar dari

seluruhcairansemen.Bahan-bahanyangterdapatdalamcairansemensangatpenting

dalam menunjang fertilitas, memberikan lingkungan yang nyamandannutrisi bagi

spermatozoasertaproteksi terhadap invasimikroba. (Giatrininggar, E. 2013)

Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram denganukuran

rata-rata : panjang 3.4 cm, lebar 4.4 cm, dan tebal 2.6 cm. Secaraembriologis

terdiri dari 5 lobus : lobus medius 1 buah, lobus anterior 1 buah,lobusposterior1

buah dan lobus lateral 2 buah.Selama perkembangannya lobusmedius,

lobusanterior dan lobusposterior akan menjadi satu disebut lobus medius. Pada

penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan

lobus ini tampak homogeny berwarna abu-abu, ,kista ini disebut kelenjar prostat.

(Crispo, A., et al. 2014).


Pada potongan melintang urethra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari:

a) Kapsulanatomis.

b) Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan


muskuler.

c) Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:

1) Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya.

2) Bagian tengah disebut kelenjar submucosal,lapisan ini disebut juga

sebagai adenomatous zone.

3) Disekitar uretra disebut periuretra lgland.

Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan salurandari

vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yangbermuara

ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok

dubur,sedangkan pada orang dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya

mudah teraba. Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasia

prostat ,jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsure kelenjar menghasilkan

warna kuning kemerahan, konsisten silunak dan berbatas jelas dengan jaringan

prostat yang terdesak berwarna putih keabu-abuan dan padat.Apabila tonjolan itu

ditekan keluar cairan seperti susu. (Fitriana,Nadya,2014).

Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen urethra, tetapi

fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsurmen desakprostat dan kontraksi

dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan. Prostat ialah salah satu alat

tubuh yang bergantung pengaruh endokrindan dapat dianggap imbangan

(counterpart) dari pada payudara pada wanita. Fungsi kelenjar prostat,menambah

cairan alkalis pada cairan seminalis,yang berguna melindungi spermatozoa


terhadap tekanan yang terdapat padaurethra. (Bustan, M.N. 2017)

Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama

secret dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan semen.

Semen berisi sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6,5).Selain itu

dapat ditemukan enzim yang bekerja sebagai fibrinolisin yangkuat, fosfatase

asam, enzim-enzim lain dan lipid. Secret prostat dikeluarkan selama ejakulasi

melalui kontraksi ototpolos. (Amlia, R. 2017)

2.1.3 Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.

Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone androgen.

Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Mulai

ditemukan pada umur kira-kira 45 tahun dan frekuensi makin bertambah sesuai

dengan bertambahnya umur, sehingga di atas umur 80 tahun kira-kira 80%

menderita kelainan ini (Nurmariana. 2013). Sebagai etiologi sekarang ketidak

seimbangan endokrin. Testosteron dianggap mempengaruhi bagian tepiprostat,

sedangkan estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian tengah

prostat.

Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan


beberapa hipotesa yang diduga timbulnya hyperplasia prostat

menurut Roger Kirby (2015) antaralain:

a. Dihydro testosteron

Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptoran drogen menyebabkan

epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hyperplasia.

b. Perubahan keseimbangan hormon estrogen-testosteron

Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormone estrogen

dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hyperplasiastroma.

c. Interaksistroma - epitel

Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor

dan penurunan transfor minggrow thfactor beta menyebabkan hiperplasia

stromaepitel.

d. Berkurangnya sel yang mati

Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup

stroma dan epitel dari kelenjar prostat.

e. Teoriselstem

Selstem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.

Menurut Waluyo, S, dan Marhaendra, B. (2015), penyebab terjadinya

pembesaran kelenjar prostat ini masih tetap menjadi misteri, masih

belum diketahui dengan pasti, tetapi banyak juga teori yang ditegakan

untuk BPH ini seperti:

a. Teori tumor jinak (karena komponennya)


b. Teori rasial dan faktor sosial

c. Teori infeksi dari zat-zat yang belum diketahui.

d. Teori yang berhubungan dengan aktivitas seks.

e. Teori ketidak seimbangan hormon


2.1.4 Patofosiologi

Bagan 2.1
Patofisiologi BPH:

Peningkatan 5Alfareduktasedan reseptorendrogen


PeningkatanSelSterm Interaksisel epiteldanstroma
Prosesmenua Berkurangnya
selyang mati

Ketidakseimbangan hormonestrogen meningkat dantestosteronemenurun

Hiperplasiapadaepiteldan stromapadakelenjar

PenyempitanLumenUreterProstatika
RetensIoUrine
Peningkatantekananintravesikal

HiperiritablepadaBladder
Hidroureter

Peningkatankontraksiotot-destrusorbuli-buli
Hydronefrosis
Hipertrofiototdestrusortrabekulasi

MenghambatAliranUrine
Penurunanfungsiginjal Terbentuknya sekuale-sekualedandivertikelbuli-buli

Frekuensiyangsering Perasaan ingin buang airkecilyang

Terputusnyaalirankencing Menetesnya urinpadaakhirkencing


Nyeriwaktukencing Memulaikencingyanglama

2.1.5 Tanda dan Gejala


Menurut (Waluyo, S, dan Marhaendra, B. 2015), Gejala klinis yang

ditimbulkan oleh Benigna Prostat Hiperplasia disebut sebagai Syndroma

Prostatisme.Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu:

a. Gejala Obstruktif yaitu:

1) Hesitancy yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan

mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrusor buli-buli

memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intra vesikal

guna mengatasi adanya tekanan dalam urethra prostatika.

2) Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan

karena ketidak mampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan

intravesika sampai berakhirnya miksi.

3) Terminal dribbling yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.

4) Pancaran lemah yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran

destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan diurethra.

5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belumpuas.

6) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.

7) Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi

pada malam hari (nocturia) dan pada siang hari.

8) Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Waluyo,(2015) beberapa tes umum untuk

mendiagnosis BPH antara lain :

1. Pemeriksaan dubur secara digital (Digital Rectal Exam/DRE). Pada

pemeriksaan ini,dengan memasukkan sebuah jaritangannya yang

bersarung ke dalam anus dan meraba prostat yang berada di sebelah

anus.Dari pemeriksaan colok dubur ini akan mendapat gambaran umum

tentang ukuran dan kondisi kelenjar prostat.

2. Pengamatan aliran urin. Klien diminta buang air kecil di sebuah

perangkat khusus, sehingga dapat diukur kecepatan aliran urin. Aliran

yang lemah mengindikasikan BPH.

3. Cystoscopy. Cara ini menggunakan alat berupa tabung kecil,

cytoscope,yang dimasukkan melalui pembukaan uretra pada penis. Alat

ini dilengkapi dengan sistem lensa dan cahaya yang membantu melihat

bagian dalam uretra, prostat, dan kandung kemih, untuk

mengidentifikasi lokasi dan derajat hambatan.

2.1.6 Penatalaksanaan Medis

Menurut Waluyo, S, dan Marhaendra, B. (2015), penatalaksanaan

terapi BPH adalah:

a. Watchful (observasi)

Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3 - 6 bulan

kemudian setiap tahun tergantung pada klien.

b. Medikamentosa
Terapi ini di indikasikan pada BPH dengan keluhan

ringan,sedang,dan berat tanpa disertai penyulit sertain

dikasi terapi pembedahan tetapi masih terdapat

kontraindikasi atau belum “well motivated” obatyang

digunakan berasal dari: phitoterapi (misalnya :Hipoxis

rosperi,Serenoa repens dan lain-lain), gelombang alfa

blocker dan golongan supresor androgen.

c. Pembedahan

Indikasi pembedahan pada BPH adalah:

1. Klienyang mengalamiretensi urinakut.

2. Kliendengan residual urine > 100 ml.

3. Klien dengan penyulit.

4. Terapi medikamentosa tidak berhasil.

5. Flow metri menunjukkan pola obstruktif.

Pembedahan dapat dilakukan dengan :

1. Retropubic Prostatectomy

2. Perineal Prostatectomy

3. Suprapubic / Open Prostatectomy

Prosedur ini diperuntukkan klien dengan prostat

besar(>75g) klien dengan concomitant bladder

stonesataubladder diverticula dan klien yang tidak

dapat di posisikan trans urethra lsurgery.Open


Prostatectomy biasanya menghasilkan peningkatan

aliran urine dan perbaikan gejala urinary yang baik.

4. TURP

Trans Urethra Resectio (TUR), yaitu : suatu

tindakan untuk menghilangkan obstruksi prostat

dengan menggunakan cytoscop emelalui

uretra.Tindakan ini dilakukan pada BPH grade I.

(Rasyidi, Z. M dan Haskes, Y. 2013)

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan Benigna Prostat

Hiperplasia (Calman K.C. 2013) :

a. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-

ureter,hidroureter,hidronefrosis,gagal ginjal.

b. Proses kerusakan ginjal di percepat bila terjadi infeksi pada

waktu miksi.

c. Hernia / hemoroid

d. Batuk kandung kemih karena selalu terdapat sisa urine

sehingga menyebabkan terbentuknya batu.

e. Hematuria

f. Sistitis dan pielonefritis.


2.2 Faktor Yang Mempegaruhi Prostat (BPH)
Faktor risiko Benigna Prostat Hiperplasia menurut Giatrininggar dan

Amalia antara lain :

a. Usia

Pada usia tua terjadi kelemahan umum termasuk kelemahan padabuli

(otot destrusor) dan penurunan fungsi persarafan. Perubahan karena

pengaruh usia tua menurunkan kemampuan buli-buli dalam

mempertahankan aliran urin pada proses adaptasi oleh adanya obstruksi

karena pembesaran prostat, sehingga menimbulkan gejala.

Testis menghasilkan beberapa hormone sekspria,yang secara

keseluruhan dinamakan androgen. Hormon tersebut mencakup

testosteron,dihidrotestosteron dan androstenesdion.Testosteron sebagian

besar dikonversikan oleh enzim 5α-alfa- reduktase menjadi

dihidrotestosteron yang lebih aktif secara fisiologis di jaringan sasaran

sebagai pengatur fungsi ereksi.

Tugas lain testosteron adalah pemacu libido, pertumbuhan otot dan

mengatur deposit kalsium di tulang. Sesuai dengan pertambahan usia, kadar

testosteron mulai menurun secara perlahan pada usia 30 tahun dan turun

lebih cepat padausia 60 tahun ke atas.

Pengaruh utama dari peningkatan usia adalah adanya ketidakseimbangan

hormon. Testosterone pada usia tua akan menurun sementara hormone

estrogen tidak mengalami penurunan. Hal inii akan mempengaruhi proses

pembesaran kelenjar prostat. (Nurmariana. 2013).


Insiden penyakit BPH dimulai pada usia 50 tahun dan meningkat

seiring pertambahan usia. Mahendrakrisna (2016) menjelaskan Dari

penelitian ini didapati bahwa kelompok usia terbanyak pasien BPH adalah

pada kelompok usia 61-70 tahun (43,8%) dengan usia rata-rata 65,75 dimana usia

termuda adalah 46 tahun dan usia tertua adalah 89 tahun.

b. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga pada penderita BPH dapat meningkatkan risiko

terjadinya kondisi yang sama pada anggota keluarga yang lain. Semakin

banyak anggota keluarga yang mengidap penyakit ini, semakin besar risiko

anggota keluarga yang lain untuk dapat terkena BPH.

Riwayat keturunan adalah satu factor langsung yang menyebabkan

benigna prostat hiperlasia. Sebab seseorang akan memiliki resiko terkena

benigna prostat hiperlasia. Sesbab seseorang akan memiliki resiko terkenan

BPH lebih besar bila pada anggota keluarganya ada yang menderita benigna

prostat hiperlasia. Dimana dalam riwayat keluarga ini terdapat mutasi

dalam gen yang menyebabkan fungsi gen mengalami gangguan sehingga

akan berproleferasi secara terus mnerus tanpa adanya batas kendali. (Sujiati,

T. 2010).

c. Obesitas

Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh

terhadap pembentukan BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap

androgen dan menghambat proses kematiansel-sel kelenjar prostat. Pola

obesitas pada laki-laki biasanya berupa penimbunan lemak pada abdomen.


Salah satu cara pengukuran untuk memperkirakan lemak tubuh adalah

teknik indirek, di antaranya yang banyak dipakai adalah Body Mass Indeks

(BMI) dan Waist to hip ratio (WHR). BMI diukur dengan cara berat badan

(kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m). Interpretasinya (WHO) adalah

overweight (BMI25-29,9kg/m2), obesitas (BMI>30kg/m2). Pengukuran BMI

mudah dilakukan, murah dan mempunyai akurasi tinggi. WHR di ukur

dengan cara membandingkan lingkar pinggang dengan lingkar panggul.

Pada laki-laki dinyatakan obesitas jika lingkar pinggang >102 cm atau

WHR > 0,90.

d. Poladiet

Kekurangan mineral penting seperti seng,tembaga,selenium

berpengaruh pada fungsi reproduksi pria. Yang paling penting adalah seng,

karena defisiensi seng berat dapat menyebabkan pengecilan testis yang

selanjutnya berakibat penurunan kadar testosteron.Selain itu,makanan tinggi

lemak dan rendah serat juga membuat penurunan penurunan kadar

testosterone. Walaupun kolesterol merupakan bahandasar untuk sintesis zat

pregnolone yang merupakan bahan baku DHEA (dehidroepian-

androsteron) yang dapat memproduksi testosteron, tetapibila berlebihan

tentunya akan terjadi penumpukan lemak pada perutyang akan menekan

otot-otot seksual dan mengganggu testis, sehingga kelebihan lemak tersebut

justru dapat menurunkan kemampuan seksual. Akibat lebih lanjut adalah

penurunan produksi testosteron,yang nantinya mengganggu prostat.


e. Aktivitas seksual

Kelenjar prostat adalah organ yang bertanggung jawab untuk

pembentukan hormone laki-laki, BPH dihubungkan dengan kegiatan seks

berlebihan dan alasan kebersihan. Saat kegiatan seksual, kelenjarprostat

mengalami peningkatan tekanan darah sebelum terjadi ejakulasi.Jika suplai

darah ke prostat selalu tinggi, akan terjadi hambatan prostatyang

mengakibatkan kelenjar tersebut bengkak permanen. Seks yangtidak bersih

akan mengakibatkan infeksi prostat yang mengakibatkan BPH. Aktivitas

seksual yang tinggi juga berhubungan dengan meningkatnya kadar hormon

testosteron.

f. Kebiasaan merokok

Nikotin dan konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokok

meningkatkan aktifitas enzim perusak androgen,sehingga menyebabkan

penurunan kadar testosteron.

Kebiasaan merokok dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori

perokok berat dan perokok ringan. Bahwa perokok berat memiliki resiko

lebih besar terkena BPH dibandingkan dengan perokok ringan.

Kebiasaan merokok ≥12 batang perhari mempunyai risiko lebih besar

terkena pembesaran prostat jinak dibandingkan laki-laki yang bukan perokok.

Hal ini disebabkan karena nikotin dan konitin (produk pemecah nikotin) pada

rokok meningkatkan aktivitas enzim perusak androgen, menurut Yuliani (2016)

menyebabkan penurunan kadar testosterone penderita BPH di Rumah Sakit

Haji Medan bulan April tahun 2016 berdasarkan faktor kebiasaan merokok

yaitu yang tidak merokok sebanyak 5 orang (25,0%) dan merokok sebanyak 15
orang (75,0%).Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan di

Banjarmasin yang memperlihatkan dari 60 pasien BPH, 33 orang diantaranya

memiliki riwayat merokok.

g. Kebiasaan minum-minuman beralkohol

Konsumsi alcohol akan menghilangkan kandungan zink dan vitamin

B6 yang penting untuk prostat yang sehat. Zink sangat penting untuk

kelenjar prostat. Zink membantu mengurangi kandungan prolaktin didalam

darah. Prolaktin meningkatkan penukaran hormonetestosterone kepada

DHT.

h. Olahraga

Pada pria yang tetap aktif berolahraga secara teratur, berpeluang

lebih sedikit mengalami gangguan prostat, termasuk BPH. Dengan aktif

olahraga, kadar dihidrotestosteron dapat diturunkan sehingga dapat

memperkeci lrisiko gangguan prostat. Selainitu,olahraga akan mengontrol

berat badan agar otot lunak yang melingkari prostat tetapstabil. Olahraga

yang baik apabila dilakukan 3 kali dalam seminggudalam waktu 30 menit

setiap berolahraga. Olahraga akan mengurangi kadar lemak dalam darah

sehingga kadar kolesterol menurun.

i. Penyakit diabetes mellitus

Seseorang dikatakan menderita diabetesbila kadar gula dalam

darahnya diatas 126 mg/dl (puasa) atau 200 mg/dl (tidak puasa). Laki-laki

yang mempunyai kadar glukosa dalam darah > 110mg / dL mempunyai

risiko terjadinya BPH, sedangkan untuk laki-laki denganpenyakit Diabetes


Mellitus mempunyai risiko dua kali terjadinya BPH dibandingkan dengan

laki-laki dengan kondisi normal.

2.3 Kerangka Teori


Dalam Bustan, M.N. 2017,kerangka teori disusun berdasarkan

rangkuman tinjauan pustaka yang ada, khususnya mengenai hubungan

satufakor risiko dengan faktor risiko lain yang berpengaruh terhadap

kejadianBenigna Prostat Hiperplasia.TerjadinyaBenigna Prostat

Hiperplasia berkaitan dengan factor risiko penderita, makin banyak faktor

risiko yang dipunyai makin tinggi kejadian Benigna Prostat Hiperplasia.

Bagan2.1.
Kerangka Teori Benigna Prostat
Hiperplasia

FaktorKeturunan
 Ras
 RiwayatKeluarga

FaktorLuarlainnya
 KebiasaanMerokok
 Kebiasaan
MinumAlkohol Benigna Prostat
Hiperplasia
 Olahraga

Faktorrisiko
 KadarHormon
 Usia
 Obesitas
 PolaDiet
 AktifitasSeksual
 PenyakitDiabetes
Mellitus
 Jenis kelamin
Menurut : Bustan, M.N. 2017
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,

atauantara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang

ingin diteliti (Notoadmodjo, 2012). Berdasarkan tinjauan pada faktor-

faktor risiko terjadinya Benigna Prostat Hiperplasia, maka kerangka

konsep adalah sebagai berikut :

Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Usia

Jenis Kelamin
KejadianBPH

Riwayat PenyakiT
DM

Riwayat Merokok
3.2 Hipotesis

3.2.1. Hipotesis Mayor

Ada Hubungan usia, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, dan

penyakit diabetes mellitus dengan kejadian Benigna Prostat

Hiperplasia pada pasien dipoli klinik bedah RSUD Bayung Lencir

Tahun 2021.

3.2.2. Hipotesis Minor

1. Ada hubungan antara usia dengan kejadian Benigna Prostat

Hiperplasia pada pasien dipoli klinik bedah RSUD Bayung

Lencir Tahun 2021.

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Benigna

Prostat Hiperplasia pada pasien di poli klinik bedah RSUD

Bayung Lencir Tahun 2021.

3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian

Benigna ProstatHiperplasia pada pasien di poli klinik bedah

RSUD Bayung Lencir Tahun 2021.

4. Ada hubungan antara penyakit Diabetes Mellitus dengan

kejadian BenignaProstat Hiperplasia pada pasien di poli klinik

bedah RSUD Bayung Lencir Tahun 2021.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan cross-sectionaladalah penelitian yang dilakukan

dalam satu waktu tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam waktu yang

tertentu, dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda untuk

diperbandingkan. (Notoadmojo,2018).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus 2021

4.2.2. Tempat

Penelitian ini telah dilaksankan di poli klinik bedah RSUD

Bayung Lencir Tahun 2021.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto,

2010). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua laki-

lakiyang datang berobat di poli klinik bedah RSUD BayungLencir dari

bulan Januari-Bulan Juli sebanyak 89Pasien (data rekam medik Januari-Juli

Tahun 2021).
4.3.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang mewakili

suatu populasi.Tehnik pengambilan sampel adalah secara Total

sampling, dengan cara accidental sampling, yaitu sampel diambi

dari responden atau kasus yang kebetulan ada di suatu tempat

ataukeadaantertentu. (Notoadmodjo, 2012) dimana sampel dalam

penelitian berjumlah 89 responden.

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Sumber Data

1. Data Primer

Diperoleh melalui data yang dikumpulkan dengan

instrument berupa kuisioner yang berisi pertanyaan yang

memiliki beberapa alternative jawaban dandi isi langsung

oleh responden melalui kuesioner berjulah sebanyak 89 calon

responden

2. Data Sekunder

Diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum

Daerah BayungLencir,dan bukusumberyang terkaitdengan

judul penelitian jika diperlukan ketika penelitian tidak

tercukupin data primer.

4.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan cara memberikan kuisioner


penelitiankepada responden,dengan cara wawancara dan

memberikan penjelasan terlebih dahulu atas kesediaannya untuk

menjadi responden dalam penelitian sebelum mengisi kuisioner.

(Notoatmodjo,2012).

4.4.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau

suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya

banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak),

kuesioner ini dilakukan dengan mengedarkan suatudaftar

pertanyaan yangberupa formulir-formulir, diajukan secara

tertuliskepada] sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan,

informasi, jawaban dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2012)

4.5 Pengolahan Data

4.5.1 Pengolahan data (Editing)

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan

harusdilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

4.5.2 Pengkodean (Coding)

Setelah semua kuisioner diedi tatau disunting,selanjutnya

dilakukan peng”kodean”atau“coding”,yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.


4.5.3 Pemasukan Data (Processing/Entry)

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

atau“software”komputer.

4.5.4 Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan

sebagainya,kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

(Notoatmodjo,2012).

4.6 Analisa Data

4.6.1 Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable penelitian yaituu sia,riwayat keluarga /

keturunan, kebiasaan merokok, penyakit diabetes mellitus dan benigna

prostat hiperplasia.

4.6.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variable yang diduga

berhubungan atau korelasi,antara variabelin dependen yaitu usia, riwayat

penyakit, kebiasaan merokok dan penyakit diabetes mellitus dengan variabel

dependent yaitu kejadian benigna prostat hiperplasia di Klinik Bedah RSUD

Bayung Lencir yang dianalisis dengan uji statistic Chi Square dengan

derajat kemaknaan atau α 0,05. Jika p value ≤ α,artinya ada hubungan yang
bermakna (signifikan) antar variable independent dengan variabel dependent

jika p value > α, artinya tidak adahubungan yang bermakna.

4.7. Definisi Operasional

Salah satu unsur yang membantu komunikasi antar penelitian adalah

definisi operasional, yaitu merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel

diukur. Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang

peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel, sehingga peneliti dapat

mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut.

Adapun definisi operasional dari penelitian adalah

sebagai berikut.
Tabel 4.1. Definisi Operasional

No Variabel Pengertian Cara Alat Hasilukur Skala


Ukur Ukur ukur
Variabel Dependent
1. KejadianBenigna Responden yang digunakan Wawancara Kuisioner 1. Ya,jika Nomina
ProstatHiperplasi berdasarkan diagnosa dokter. terdiagnosa
a BPH
2. Tidak, jika
tidak terdiagnosa
BPH
(Fitriana, Nadya.
2014)
Variabel Independent
2. Usia Usia responden dimana satuan Wawancara Kuisioner 1. Tua Ordi
waktu yang mengukur waktu (18->40tahun)
keberadaan suatu benda atau 2. Muda
makhluk,baik yang hidup (12-17tahun)
maupun mati. Diukur melalui (Fitriana, Nadya.
tanggal lahir pada saat 2014)
penelitian
3. Jenis Kelamin Responden yang memiliki jenis Wawancara Kuisioner 1. Laki-laki Nom
kelamin laki-laki dan 2. Perempuan
perempuan. (Fitriana, Nadya.
2014)
3. Kebiasaanmero Responden yang merokok minimalWawancara Kuisioner 1. Ya, merokok 1- Nom
kok 1 batang setiap hari untuk 3 batang perhari
jangka waktu minimal 6 bulan 2. Tidak
selama hidupnya. Masih jika tidak
merokok saat survey merokok
dilakukan. (Fitriana,
Nadya.
2014)
Penyakit Responden yang memiliki wawancara Kuisioner a. Ya, memilki Nom
diabetesme penyakit diabetes mellitus penyakit
llitus Kadar guladarah diatas normal. DM
2. Tidak, tidak
memiliki
panyakit DM
(Fitriana, Nadya.
2014)
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran RSUD Bayung Lincir

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Musi Banyuasin Nomor : 396

Tahun 2007 tentang persetujuan Penempatan Lokasi Pengadaan Tanah

Seluas + 20.000 M2 untuk keperluan pembangunan Rumah Sakit

Kecamatan Bayung Lencir, maka dimulailah pembangungan3 Gedung

awal yang akan digunakan sebagai gedung Poliklinik, Gedung Rawat Inap

dan UGD serta Rumah Dinas Direktur yang selesai pertengahan tahun

2008. Pada saat itu dipimpin oleh dr. Azmi Dariusmansyah sebagai (Plt)

Direktur RSUD Bayung Lencir berdasarkan SK Bupati Musi Banyuasin

Nomor : 821.21/1949/BKD.DIKLAT/2008.

Pada tanggal 6 Agustus 2009, RSUD Bayung Lencir telah

mendapatkan nomor kode rumah sakit yang dikeluarkan oleh Departemen

Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor :

IR/.02.01/I.1/4621/2009dengan Kode : 16.160.032.

Pada Tanggal 11 Maret 2010 terjadi pergantian Direktur dari dr.

Azmi Dariusmansyah digantikan oleh dr. Mulyadi berdasarkan SK Bupati

Musi Banyuasin Nomor : 821.2/54/KEP/BKD.DIKLAT/2010. Dengan

dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Musi Banyuasin Nomor 1401

Tahun 2010 tentang Izin Operasional Rumah Sakit Umum Daerah Sungai

Lilin dan Rumah Sakit Umum Daerah Bayung Lencir dalam Kabupaten
Musi Banyuasin; maka RSUD Bayung Lencir mulai beroperasi.

Pada Tanggal 4 Juli 2011 terjadi pergantian Direktur dari dr.

Mulyadi digantikan oleh dr. Siti Syarah sebagai Direktur berdasarkan SK

Bupati Musi Banyuasin Nomor : 821.2/204/KEP/BKD.DIKLAT/2011.

Di Tahun 2012, RSUD Bayung Lencir telah melaksanakan

Akreditasi Tingkat Dasar 5 Pelayanan dan mendapatkan Sertifikat

Akreditasi Penuh dengan Nomor Sertifikat : KARS-SERT/867/VI/2012 dari

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Dan di tahun yang sama

tepatnya tanggal 10 April 2012 terjadi pergantian Direktur kembali dari dr.

Siti Syarah digantikan oleh dr. Joko Satria sebagai Direktur RSUD

Bayung Lencir dengan SK Bupati Musi Banyuasin Nomor :

821.2/132/KEP/BKD-DIKLAT/2012 dan pada tahun 2018 terjadi lagi

pergantian Direktur dari dr. Joko Satria digantikan dr. Diyanti Novitasari,

MARS dengan nomor SK Bupati : 821/14/KPTS/BKPSDM/2018

hingga sekarang. Dalam rangka mewujudkan pengelolaan keuangan yang

mandiri maka pada tahun 2013, RSUD Bayung Lencir bersama Dinas

Kesehatan Musi Banyuasin mulai mempersiapkan persyaratan pengajuan

Penetapan Kelas Rumah Sakit menjadi tipe D, yang nantinya dijadikan

acuan untuk penetapan status Kelembagaan Rumah Sakit menjadi

satuan/unit kerja menuju tahapan menjadi Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD).
5.2. Hasil Penelitian

5.2.1. Analisis Univariat

a. Kejadian BPH

Kejadian BPH merupakan penyakit BPH yang dialami responden

pada saat penelitian berdasarkan hasil diagnosa dokter dimana

hasil pengukuran kejadian BPH di bagi dua yakni ya jika

terjadi BPH dan tidak jika tidak terjadi BPH untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini.

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden dan presentase
Berdasarkan Kejadian BPHdi RSUD Bayung
Lincir Tahun 2021

Kejadian BPH Persentase


No Jumlah
(%)

1. Ya 60 67,4

2. Tidak 29 32,6

Total 89 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dari 89 responden

yang menderita BPH lebih besar berjumlah

60 responden (67,4%), dibandingkan dengan

yang tidak mengalami BPH berjumlah 29

responden (32,6%).
b. Usia

Usia Responden merupakan usia dimana saat penelitian dimana

hasil pengukuran usia di bagi dua yakni tua dan muda untuk

lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini.

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden dan presentase
Berdasarkan Usia di RSUD Bayung Lincir
Tahun 2021

Usia Persentase
No Jumlah
(%)

1. Tua 65 73,0

2. Muda 24 27,0

Total 89 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dari 89 responden

yang usia tua lebih besar berjumlah 65

responden (73,0%), dibandingkan dengan

yang usia muda berjumlah 24 responden

(27,0%).

c. Jenis Kelamin

Jenis kelamin Responden merupakan jenis

kelamin responden dilihat dari dimana hasil

pengukuran jenis kelamindi bagi dua yakni

laki-laki dan perempuan untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini.


Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden dan presentase
Berdasarkan Jenis Kelamindi RSUD Bayung
Lincir Tahun 2021

Jenis Kelamin Persentase


No Jumlah
(%)

1. Laki-Laki 54 60,7

2. Perempuan 35 39,3

Total 89 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dari 89 responden

yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar

berjumlah 54 responden (60,7%),

dibandingkan dengan yang berjenis kelamin

perempuan berjumlah 35 responden (39,3%).

d. Riwayat Penyakit DM

Riwayat penyakit DM Responden merupakan

dimana responden ada penyakit DM terdahulu

dilihat dari dimana hasil pengukuran riwayat

penyakit DM di bagi dua yakni ya jika ada

riwayat DM dan tidak jika tidak memiliki

riwayat DM untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel 5.4 dibawah ini.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden dan presentase
Berdasarkan Riwayat Penyakit DM di RSUD
Bayung Lincir Tahun 2021

Riwayat Penyakit DM Persentase


No Jumlah
(%)

1. Ya 58 65,2

2. Tidak 31 34,8

Total 89 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dari 89 responden

yang memiliki riwayat DM lebih besar

berjumlah 58 responden (65,2%),

dibandingkan dengan yang tidak memiliki

riwayat DM berjumlah 31 responden

(34,8%).

e. Riwayat Merokok

Riwayat merokok Responden merupakan dimana

responden ada riwayat merokok terdahulu

dilihat dari dimana hasil pengukuran riwayat

merokok di bagi dua yakni ya jika ada riwayat

merokok dan tidak jika tidak memiliki riwayat

merokok untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel 5.5 dibawah ini.

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi dan presentase Responden
Berdasarkan Riwayat Merokok di RSUD Bayung
Lincir Tahun 2021
Riwayat Merokok Persentase
No Jumlah
(%)

1. Ya 51 57,3

2. Tidak 38 42,7

Total 89 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dari 89 responden

yang memiliki riwayat merokok lebih besar

berjumlah 51 responden (57,3%),

dibandingkan dengan yang tidak memiliki

riwayat merokok berjumlah 38 responden

(42,7%).

5.2.2. Analisis Bivariat


a. Hubungan Usia Dengan Kejadian BPH

Pengujian secara statistik antara variabel usia

dengan kejadian BPH diRSUD Bayung Lincir

Tahun 2021, ditampilkan pada tabel 5.6

Tabel 5.6
Distribusi frekuensi Hubungan usia dengan kejadian BPH
di RSUD Bayung Lincir Tahun 2021

Kejadian BPH
Jumlah
No Usia Ya Tidak ρ value

N % N % N %

1 Tua 45 69,2 20 30,8 65 100

2. 2 Muda 15 62,5 9 37,5 24 100 0,030

Jumlah 60 67,4 29 32,6 89 100

Intepretasi data didapatkan responden yang usia tua

dengan kejadian BPH sebanyak 45 orang

(69,2%), lebih banyak jika dibandingkan

denganresponden kejadian BPH yang Usia

Muda sebanyak 15 orang (62,5%). Hasil uji

statistikchi square didapatkan ρ value = 0,030,

yang jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05,

maka ρ value≤ 0,05, sehingga Hipotesis Nol

(Ho) ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha)

diterimaIni berarti ada hubungan yang


bermakna antara usia dengan kejadian BPH di

RSUD Bayung Lincir Tahun 2021. Nilai OR

dimana 0,122 - 0,823

b. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian

BPH

Pengujian secara statistik antara variabel jenis

kelamin dengan kejadian BPH di RSUD

Bayung Lincir Tahun 2021, ditampilkan pada

tabel 5.7

Tabel 5.7
Distribusi frekuensi Hubungan jenis kelamin dengan kejadian BPH
di RSUD Bayung Lincir Tahun 2021
Kejadian BPH
Jumlah ρ value
No Jenis Kelamin Ya Tidak

N % N % N %

1 Laki-
la 44 81,5 10 18,5 54 100
ki
0,005
2. 2 Perempuan 16 45,7 19 54,3 35 100

Jumlah 60 67,4 29 32,6 89 100

Berdasarkan tabel 5.7 diatas bahwa dari 54

responden jenis kelamin laki-laki mengalami

BPH lebih besar berjumlah 44 responden

dibandingkan dengan tidak mengalami BPH

berjumlah 10 responden (18,5%) .Hasil uji


statistikchi square didapatkan ρ value = 0,005,

yang jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05,

maka ρ value≤ 0,05, sehingga Hipotesis Nol

(Ho) ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha)

diterimaIni berarti ada hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian

BPH di RSUD Bayung Lincir Tahun 2021.

Nilai OR 0,057-0,559

c. Hubungan Riwayat Penyakit DM dengan

kejadian BPH

Pengujian secara statistik antara variabel riwayat

penyakit DM dengan kejadian BPH di RSUD

Bayung Lincir Tahun 2021, ditampilkan pada

tabel 5.8

Tabel 5.8
Distribusi frekuensi hubungan riwayat penyakit
DM dengan kejadian BPHdi RSUD Bayung
Lincir Tahun 2021

Kejadian BPH
Riwayat Jumlah ρ value
No Ya Tidak
Penyakit DM
N % n % N %

1 Ya 44 75,9 14 24,1 58 100

2. 2 Tidak 16 51,6 15 48,4 31 100 0,000

Jumlah 60 67,4 29 32,6 89 100

Berdasarkan tabel 5.8 diatas bahwa dari 58

responden memiliki riwayat penyakit DM

mengalami BPH lebih besar berjumlah 44

responden (75,9) dibandingkan dengan tidak

memiliki riwayat DM berjumlah 14 responden

(24,1%) Hasil uji statistikchi square

didapatkan ρ value = 0,000 yang jika

dibandingkan dengan nilai α = 0,05, maka ρ

value≤ 0,05, sehingga Hipotesis Nol (Ho)

ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha) diterimaIni

berarti ada hubungan yang bermakna antara

riwayat penyakit DM dengan kejadian BPH di

RSUD Bayung Lincir Tahun 2021.


d. Hubungan Riwayat Merokok dengan

kejadian BPH

Pengujian secara statistik antara variabel riwayat

merokok dengan kejadian BPH di RSUD

Bayung Lincir Tahun 2021, ditampilkan pada

tabel 5.9

Tabel 5.9
Distribusi frekuensi hubungan riwayat Merokok
dengan kejadian BPHdi RSUD Bayung Lincir
Tahun 2021

Kejadian BPH
Riwayat Jumlah ρ value
No Ya Tidak
Merokok
n % n % N %

1 Ya 41 80,4 10 19,6 51 100

2. 2 Tidak 19 50 19 50 38 100 0,004

Jumlah 60 67,4 29 32,6 89 100

Berdasarkan tabel 5.9 diatas bahwa dari 51

responden memiliki riwayat penyakit merokok

mengalami BPH lebih besar berjumlah 41

responden (80,4) dibandingkan dengan tidak

memiliki riwayat merokok berjumlah 10

responden (19,6%). Hasil uji statistikchi

square didapatkan ρ value = 0,004 yang jika

dibandingkan dengan nilai α = 0,05, maka ρ


value≤ 0,05, sehingga Hipotesis Nol (Ho)

ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha) diterimaIni

berarti ada hubungan yang bermakna antara

riwayat merokok dengan kejadian BPH di

RSUD Bayung Lincir Tahun 2021. Nilai OR

dimana 0,047 - 0,439.

5.3. Pembahasan
a. Hubungan Usia dengan Kejadian BPH

Berdasarkan Hasil penelitian didapatkan

responden yang usia tua dengan kejadian

BPH sebanyak 45 orang (69,2%), lebih

banyak jika dibandingkan denganresponden

kejadian BPH yang Usia Muda sebanyak 15

orang(62,5%). Hasil uji statistikchi square

didapatkan ρ value = 0,030, yang jika

dibandingkan dengan nilai α = 0,05, maka ρ

value ≤ 0,05, sehingga Hipotesis Nol (Ho)

ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha)

diterimaIni berarti ada hubungan yang

bermakna antara usiadengan kejadian

BPHdi RSUD Bayung Lincir Tahun 2021.

BPH sangat erat dengan usia pada manusia baik

muda dan tua dimana pembesaran kronis dari

prostat pada usia lanjut yang berkorelasi

dengan pertambahan umur. Perubahan yang

terjadi berjalan lambat dan pembesaran ini

bersifat lunak dan tidak memberikan

gangguan yang berarti. Tetapi, dalam banyak

hal dengan berbagai faktor pembersaran ini

menekan uretra sedemikian rupa sehingga

dapat terjadi sumbatan partial. Pendekatan


Farmakologis pada Benigna Hyperplasia

(BPH) (Amalia, 2008).

Menurut hasil penelitian Mansjoer (2012) bahwa

didapatkan pada usia 60 tahun nodul

pembesaran prostat tersebut terlihat pada

sekitar 60%, tetapi gejala baru dikeluhkan

pada sekitar 30-40%, sedangkan pada usia 80

tahun nodul terlihat pada 90% yang sekitar

50% diantaranya sudah mulai menunjukkan

gejalanya. Gambaran karekteristik subjek

penelitian dari 104 responden didapatkan

kasus BPH banyak ditemukan didaerah

pedesaan dan perkotaan dengan persentasi

hampir sama yaitu 51,9% (27 responden) dan

48,1% (25 responden) hasil data analisis

bivariat ada hubungan usia dengan kejadian

BPH dengan nilai p value (0,014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan

judul hubungan usia dan pekerjaan dengan

kejadian BPHdi Poli Bedah dan Ruang Rawat

Inap Bedah Pria Dr. RSUD Achmad Mochtar

bahwa ada Hubungan antara Usia dan

Pekerjaan dengan Kejadian BPH (P= 0,004).


Menurut analisis peneliti faktor usia sangat

mempengaruhi terjadinya BPH, karna dari

penelitian didapatkan bahwa responden yang

terkena BPH memiliki usia >50 tahun.

Banyaknya usia yang beresiko di ruangan

bedah tentang BPH dikarenakan bahwa saat

melakukan pengkajian berdasarkan hasil di

lapangan yang mengalami BPH lebih dari

separoh karena usia mereka rata adalah usia

tua yang beresiko mengalami BPH. Dari hasil

penelitian ini sudah didapatkan bahwa faktor

umur sangat mempengaruhi terjadinya BPH.

Hal ini disebabkan karna pertambahan usia,

kadar testosteron mulai menurun secara

perlahan pada usia 30 tahun dan turun lebih

cepat pada usia 60 tahun keatas. Menurut

analisa penelitian yang dilakukan di RSUD

Bayung Lincir Tahun 2021. Kejadian BPH

juga disebabkan karena faktor usia. Dimana

semakin tinggi tingkat usia, akan semakin

entan terjadinya BPH. Bukan hanya faktor

usia, tapi juga karena faktor pekerjaan,

semakin berat tingkat pekerjaan merupakan

penyebab utama dari terjadinya BPH.


b. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian BPH

Intepretasi data didapatkan responden yang

jenis kelamin laki-laki dengan kejadian

BPH sebanyak 44 orang (81,5%), lebih

banyak jika dibandingkan denganresponden

kejadian BPH yang jenis kelamin

perempuan sebanyak 16 orang (45,7%).

Hasil uji statistikchi square didapatkan ρ

value = 0,005, yang jika dibandingkan

dengan nilai α = 0,05, maka ρ value≤ 0,05,

sehingga Hipotesis Nol (Ho) ditolak,

Hipotesis Alternatif (Ha) diterimaIni berarti

ada hubungan yang bermakna antara jenis

kelamin dengan kejadian BPH di RSUD

Bayung Lincir Tahun 2021.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Magiian oet al (2011 ) mengenai

Gender and Age-Dependent Etiology of

Community Acquired yan g melakukan

pengambilan 61.273 sampe l kultur urin

dalam periode 22 bulan , dari sampel ini

didapatkan 13.820 (22.6%) ditemukan

positif infeksi bakteri , hampir 80 % balian


yan gdiisolasi berasal dari perempuan .

Penelitia n ini juga diperkuat oleh penelitian

yan g dilakukan oleh Yunita ,I (2010 )

dimana ada hubungan yang bermakna

antara jenis kelamin dengan kejadian BPH (

P value=O,049, RP=3,27 3 (95%CI=I,016-

10,540) .

Hal tersebut dapat terjadi karena uretra yang

pendek pada wanita ditambali dengan

dekatnya vaginal vestibule dan rektum

mempengaruhi terjadinya infeksi saluran

kemih lebih sering pada wanita dari pada

pria . Pada wanita, flora normal pada daerah

periuretra terdiri dari organisme seperti

iactobacillus yang membantu melawan

kolonisasi bakteri patogen pada saluran

kemih . Perubahan lingkungan dari

periuretral seperti perubahan pH , kadar

estrogen atau penggunaan antibiotik bisa

mengganggu flora normal sehingga

menumgkinkan bakteri patogen

berkolonisasi dan menyebabkan infeksi

pada saluran kemih (Rose , 2012)


Peneliti berasumsi bahwa hubungan jenis

kelamin sangat erat denga kejadain BPH

dimana kebanyak terjadi pada wanita yang

berbeda dengan hasil penelitian dimana

menunjukan laki-laki lebih banyak resiko

terjadi BPH .

c. Hubungan Riwayat Penyakit DM dengan kejadian BPH

Berdasarkan Hasil Peneltiian didapatkan

responden yang memiliki riwayat penyakit

DM dengan kejadian BPH sebanyak 44

orang (75,9%), lebih banyak jika

dibandingkan denganresponden kejadian

BPH yang tidak memiliki riwayat penyakit

DM sebanyak 16 orang (51,6%). Hasil uji

statistikchi square didapatkan ρ value =

0,000 yang jika dibandingkan dengan nilai

α = 0,05, maka ρ value≤ 0,05, sehingga

Hipotesis Nol (Ho) ditolak, Hipotesis

Alternatif (Ha) diterimaIni berarti ada

hubungan yang bermakna antara riwayat

penyakit DM dengan kejadian BPH di

RSUD Bayung Lincir Tahun 2021.


Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Amalia (2007) dimana

Sebagian besar responden penelitian tidak

memiliki riwayat penyakit DM dengan

proporsi sebesar 67,3 % (35 responden)

pada kelompok kasus dan proporsi sebesar

92,3 % (48 responden) pada kelompok

kontrol dengan nilai p value 0,004.

Laki-laki yang mempunyai kadar glukosa

dalam darah > 110 mg/dL mempunyai

risiko tiga kali terjadinya BPH, sedangkan

untuk laki-laki dengan penyakit Diabetes

Mellitus mempunyai risiko dua kali

terjadinya BPH dibandingkan dengan laki-

laki dengan kondisi normal (Parsons, 2016)

Penelitian yang dilakukan oleh Nadeesha et al

juga mendukung hasil penelitian ini.

Penelitian tersebut menunjukkan hasil

bahwa laki-laki yang mempunyai riwayat

penyakit diabetes mellitus tipe 2 memiliki

risiko lebih besar untuk terkena BPH

dibandingkan dengan yang tidak memiliki

riwayat penyakit diabetes mellitus, hasilnya


bermakna secara statistik dengan nilai

p=0.001. Penelitian yang dilakukan oleh

Erisa menunjukkan bahwa ada hubungan

antara BPH dengan diabetes mellitus tipe 2

dengan Prevalensi rasio (PR) 1.62 (95% CI:

1.11-2.35), artinya bahwa diabetes mellitus

tipe 2 merupakan faktor risiko BPH yakni

orang dengan diabetes mellitus tipe 2 1,62

kali lebih berisiko menderita BPH

dibandingkan dengan orang tanpa diabetes

mellitus tipe 2. Penelitian yang dilakukan

oleh Martin et al secara retrospektif

terhadap 9.866 pasien yang menderita BPH

didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara penderita diabetes

mellitus tipe 2 dengan yang tidak ada

diabetes mellitus tipe 2 terhadap terjadinya

BPH (p<0.05).

Temuan ini menunjukkan bahwa insulin

merupakan faktor risiko independen untuk

BPH, paling mungkin untuk merangsang

acting pertumbuhan prostat pada reseptor

IGF. Terdapat hubungan yang menjelaskan


diabetes mellitus dengan BPH adalah

karena dari insulin–like growth factor

(IGF), akibat dari struktur yang sama antara

insulin dengan IGF, IGF akan membuat

aktifitas yang berlebihan pada sel-sel

prostat. Keadaan banyaknya insulin yang

ada dalam darah yang dapat menyebabkan

insulin berikatan dengan IGF di dalam sel

prostat yang diduga dapat menyebabkan

proliferasi dari sel-sel pada kelenjar prostat

sehingga menjadi hyperplasia

Peneliti berasumsi bahwa riwata penyakit DM

merupakan faktor kejadian penyakit BPH

dimana faktor risiko independen untuk

BPH, paling mungkin untuk merangsang

acting pertumbuhan prostat pada reseptor

IGF

d. Hubungan Riwayat Merokok dengan kejadian BPH

Berdasarkan Hasil penelitian didapatkan

responden yang memiliki riwayat merokok

dengan kejadian BPH sebanyak 41 orang

(80,4%), lebih banyak jika dibandingkan

denganresponden kejadian BPH yang tidak


memiliki riwayat merokok sebanyak 19

orang (50%). Hasil uji statistikchi square

didapatkan ρ value = 0,004 yang jika

dibandingkan dengan nilai α = 0,05, maka ρ

value≤ 0,05, sehingga Hipotesis Nol (Ho)

ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha)

diterimaIni berarti ada hubungan yang

bermakna antara riwayat merokok dengan

kejadian BPH di RSUD Bayung Lincir

Tahun 2021.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian

yang dilakukan di Banjarmasin yang

memperlihatkan dari 60 pasien BPH, 33

orang diantaranya memiliki riwayat

merokok dan adanya nilai p value 0,008

dimana ada hubungan antara riwayat

merokok dengan kejadian BPH (Haryoko,

2010). Selain itu juga penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang di lakukan oleh

Amalia pada tahun 2007 di RS Kariadi

Semarang, RSI Sultan Agung dan RS

Roemani Semarang, dimana kebiasaan

merokok memiliki proporsiyang lebih tinggi


pada kelompok kasus dibandingkan dengan

kelompokkontrol yaitu 84,6 %.yang dihisap,

dan jumlah yang terbanyak adalah kategori

perokok sedang (10-36 batang/hari). Amalia

(2007) juga mengungkapkan kebiasaan

merokok ≥12 batang perhari mempunyai

risiko lebih besar terkena pembesaran

prostat jinak dibandingkan laki-laki yang

bukan perokok. Hal ini disebabkan karena

nikotin dan konitin (produk pemecah

nikotin) pada rokok meningkatkan aktivitas

enzim perusak androgen, sehingga

menyebabkan penurunan kadar testosterone

(Amalia, 2017).

Penelitian berasumsi bahwa berdasarkan hasil

penelitian dihubungkan dengan teori dan

penelitian terkait bahwa riwayar merokok

sangat mempengaruhi kejadian BPH

dmanakebiasaan merokok ≥12 batang

perhari mempunyai risiko lebih besar

terkena pembesaran prostat jinak

dibandingkan laki-laki yang bukan perokok.

Hal ini disebabkan karena nikotin dan


konitin (produk pemecah nikotin) pada

rokok meningkatkan aktivitas enzim

perusak androgen, sehingga menyebabkan

penurunan kadar testosterone

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan

1. Ada Hubungan Usia dengan Kejadian BPH di RSUD Bayung

Lincir Tahun 2021 dengan nilai P –Value adalah 0,030

2. Ada Hubungan jenis kelamin dengan Kejadian BPH di RSUD

Bayung Lincir Tahun 2021 dengan nilai P –Value adalah 0,005

3. Ada Hubungan Riwayat penyakit DM dengan Kejadian BPH di

RSUD Bayung Lincir Tahun 2021 dengan nilai P –Value adalah

0,000

4. Ada Hubungan Riwayat Merokok dengan Kejadian BPH di RSUD

Bayung Lincir Tahun 2021 dengan nilai P –Value adalah 0,004

6.2. Saran

6.2.1. Bagi RSUD Bayung Lincir

Diharapkan Petugas Kesehatan di RSUD khusus

diRuangan Bedah dimana memberikan memberikan pendidikan

kesehatan tentang penyakit BPH dimana yang memiliki faktor

resiko baik dari usia , jenis kelamin, riwayat penyakit DM dan

riwayat merokok dimana pasien akan memperbaiki kesehatannya

tersebut dan meningkatkan derajat kesehatannya. Bagi pasien

BPH agar dapat menjaga kesehatannya sehingga bisa mengurangi

faktor resiko yang berhubungan kejadian BPH.

6.2.2. Bagi Universitas Kader Bangsa Palembang


Diharapkan bagi mahasiswa dapat digunakan

sebagai bahan referensi teori tentang Kejadian

penyakit BPHdan faktor kejadian dalam bahan ajar

mahasiswa, khususnya dosen keperawatan KMB

dapat berperan lebih aktif lagi dalam melakukan

pendidikan khususnya mengenai pengabdian

masyarakat atau memberikan penyuluhan tentang

faktor dengan kejadian BPH.

6.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan

atau referensi bagi peneliti selanjutnya dan

mencari faktor lain tentang kejadian penyakit

BPHdengan menggali lagi tentang faktor-faktor

yang berhubungan kejadian penyakit BPH.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R. (2008). Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Pembesaran Prostat Jinak. Tesis


tidak diterbitkan. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang.

Amlia, R. 2017. Faktor-faktor resiko terjadinya pembesaran prostat jinak ( studi


kasus di RS Dr. Kariadi, RSI Sultan Agung. RS Rroemani Semarang)Tahun 2007.
Tesis. Program Studi Megister Epidemiologi, UNDIP.

Bustan, M.N. 2017. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Calman K.C. 2013. Quality of Life in Cncer Patients-an Hypothesis. Journal of


Medical Ethics. University of Glasgow.

Crispo, A., et al. 2014. Alkohol dan risiko kanker prostat dan
hiperplasiaprostatjinak.Urologi,http://www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses 12 maret
2016.

Fitriana, Nadya. 2014. Hubungan Benign Prostate Hyperplasia dengan Disfungsi


Ereksi Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau : Universitas Riau.

Giatrininggar, E. 2013. Continuous Bladder Irrigation (CBI ) Pada Klien Benign


Prostate Hyperplasia (BPH) Post Transurethral Resection Prostate (TURP) Di
Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan. Karya Ilmiah Akhir Ners,
UI.

Haryoko, MD. (2010).Korelasi usia dan merokok terhadap kejadian retensiurin total
pada pria penderita BPH di RSUD ulin banjarmasin.Banjarmasin

Lojanapiwat B, Anutrakulchai W, Chongruksut W, Udomphot C. Correlation and


diagnostic performance of the prostate-specific antigen level with the diagnosis,
aggressiveness, and bone metastasis of prostate cancer in clinical practice.
Prostate International. 2014;2(3):133-9.

Merani S, Payne J, Padwal R, Hudson D, Widder S, Khadaroo R. Predictors of in-


hospital mortality and complications in very elderly patients undergoing
emergency surgery. World J Emerg Surg. 2014;9(1):43.

Mochtar CA, Umbas R, Soebadi DM, Rasyid N, Noegroho BS, Poernomo BB, et
al. Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesarakan Prostat Jinak. Iakatan Ahli
Urologi Indonesia. 2015. Diunduh 4 November 2016. Tersedia dari:
http://www.iaui.or.id/ast/file/Guideline_BPH_(2015).pdf

Morgan TM, Palapattu GS, Partin AW, Wei JT. Prostate Cancer Tumor Markers.
In Campbell M, Wein A, Kavoussi L, Walsh P. Campbell-Walsh urology.
Philadelphia: Elsevier; 2016; p2565-77

Nurmariana. 2013. Gambaran Karakteristik Dan Tingkat Keparahan Obstruksi


Pasien Benign Prostatic Hyperplasia (Bph) Di Rsu Dr. Soedarso Pontianak Tahun
2013. Prodi pendidikan dokter.

Nursalam. 2012. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

2018. Konsep dan Penerapan Metodolog Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika.

Rasyidi, Z. M dan Haskes, Y. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian hipertropi prostat di ruang rawat inap RS Ibnu Sina Makasar. Volume 2.

Sarma Aruna V. & Wei John T.. Benign Prostatic Hyperplasia and Lower Urinary
Tract Symptoms. The New England Journal of Medicine ; 2012

Sari, D.W. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. W Dengan Post Operasi Benign
Prostatic Hyperplasia Di Ruang Matahari RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan. Pekalongan : Stikes Muhammadiyah Pekajangan.

Sujiati, T. 2010. Hubungan Frekuensi Seksua Terhadap Kejadian BPH di RSUD


Kabupaten Kebumen

Waluyo, S, dan Marhaendra, B. 2020. 100 Question and Answers : Gangguan


Prostat. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

World Heart Federation. 2012. State of the Heart Cardiovascular Disease Report
2012. Geneva. WHO.
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : .......................................................................

Umur : .......................................................................

Telah menerima dan mengerti penjelasan dokter tentang penelitian “faktor–

faktor yang berhubungan dengan terjadinya benigna prostat hiperlasia pada

pasien dipoli klinik bedah RSUD Bayung Lencir Tahun 2021” termasuk

tujuan, keuntungan serta efek samping yang dapat ditimbulkannya. Dengan penuh

kesadaran serta tanpa paksaan, saya bersedia menjadi peserta penelitian tersebut.

Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan siapapun.

Palembang, Agustus 2021


Peneliti Yang menyatakan persetujuan

( Santiya) ( )
Lampiran 2

KUSIONER PENELITIAN

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN TERJADINYA BENIGNA PROSTAT
HIPERLASIA PADA PASIEN DI POLI KLINIK
BEDAH RSUD BAYUNG LENCIR
TAHUN 2021.

A. KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada pilihan yang Anda

anggap benar.

1. Nomor responden : ………. (Di isi Peneliti)

2. Umur : ……….

3. Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

4. Riwayat Penyakit DM :

5. Riwayat Merokok :
Lampiran 3

ANALISIS UNIVARIAT

Kejadian BPH

N Valid 89

Missing 0

Kejadian BPH

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 60 67,4 67,4 67,4

Tidak 29 32,6 32,6 100.0

Total 89 100.0 100.0

Usia

N Valid 89

Missing 0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tua 65 73,0 73,0 73,0

Muda 24 27,0 27,0 100.0

Total 89 100.0 100.0

Jenis Kelamin

N Valid 89
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 54 60,7 60,7 60,7

perempuan 35 39,3 39,3 100.0

Total 89 100.0 100.0

Riwayat Penyakit DM

N Valid 89

Missing 0

Riwayat Penyakit DM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 58 65,2 65,2 65,2

Tidak 31 34,8 34,8 100.0

Total 89 100.0 100.0

Riwayat Merokok

N Valid 89

Missing 0

Riwayat Merokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 51 57,3 57,3 57,3

Tidak 38 42,7 42,7 100.0


Total 89 100.0 100.0

ANALISIS BIVARIAT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia * kejadian BPH 89 100,0% 0 ,0% 89 100,0%

Usia * kejadian BPH Crosstabulation

Count

Kejadian BPH Total

Ya Tidak Ya

Usia Tua 45 20 65

Muda 15 9 24

Total 60 29 89

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.764(b) 1 .016

Continuity
4.720 1 .030
Correction(a)

Likelihood Ratio 5.910 1 .015

Fisher's Exact Test .023 .014


Linear-by-Linear
5.693 1 .017
Association

N of Valid Cases 89

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.26.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for usia (tua


.317 .122 .823
/ Muda)

For cohort
.644 .449 .922
kejadianBPH= Ya

For cohort
2.029 1.083 3.800
KejadianBPH = tidak

N of Valid Cases 89

..................

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin *
89 100,0% 0 ,0% 89 100,0%
kejadianBPH

Jenis kelamin * kejadianBPH Crosstabulation

Count

kejadianBPH Total
Ya Tidak Baik

Jenis Laki-
44 10 54
kelamin laki

Perem
16 19 35
puan

Total 60 29 89

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 9,413(b) 1 ,002

Continuity
7,882 1 ,005
Correction(a)

Likelihood Ratio 9,770 1 ,002

Fisher's Exact Test ,004 ,002

Linear-by-Linear
9,259 1 ,002
Association

N of Valid Cases 89

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,89.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for jenis


kelamin (laki-laki / ,178 ,057 ,559
perempuan)

For cohort kejadianBPH =


,475 ,292 ,773
ya
For cohort kejadianBPH =
2,662 1,271 5,577
tidak

N of Valid Cases 89

...................

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat penyakit DM *
89 100,0% 0 ,0% 89 100,0%
kejadian BPH

Riwayat Penyakit DM * kejadian BPH Crosstabulation

Count

Kejadian BPH Total

Ya Tidak Ya

Riwayat Ya
penyakit 44 14 58
DM

tidak 16 15 31

Total 60 29 89

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.172(b) 1 .036

Continuity
5.610 1 .000
Correction(a)

Likelihood Ratio 3.810 1 .022

Fisher's Exact Test .011 .031

Linear-by-Linear
4.293 1 .023
Association

N of Valid Cases 89

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.26.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for riwayat


.107 .111 .623
penyakitDM (Ya/ Tidak)

For cohort
.544 .249 .612
kejadianBPH= Ya

For cohort
2.021 1.085 3.760
KejadianBPH = tidak

N of Valid Cases 89

........................

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

RiwayatMerokok *
89 100,0% 0 ,0% 89 100,0%
kejadianBPH

Riwayat Merokok * kejadianBPH Crosstabulation


Count

kejadianBPH Total

Ya Tidak Baik

Riwayat ya 41 10 51
Merokok
Tidak 19 19 38

Total 60 29 89

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 7,213(b) 1 ,003

Continuity
6,112 1 ,004
Correction(a)

Likelihood Ratio 9,760 1 ,001

Fisher's Exact Test ,014 ,022

Linear-by-Linear
8,219 1 ,004
Association

N of Valid Cases 89

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,89.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for ,128 ,047 ,439


riwayatmerokok (ya/tidak)

For cohort kejadianBPH =


,375 ,282 ,663
ya

For cohort kejadianBPH =


1,562 1,161 3,467
tidak

N of Valid Cases 89

UNIVERSITAS KADER
BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN
KEPERAWATAN
Jl. Mayjend. H.M Ryacudu No. 88 Ulu
Palembang, Sumatera Selatan-Indonesia
http://www.ukb.ac.id/
BIMBINGAN TUGAS AKHIR
FM-07.1.8-14/Skep
Nama : Santiya
NIM : 19221038P

Program :S1 Keperawatan


Studi
Judul :Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya Benigna
Prostat Hiperlasia pada pasian di poli klinik bedah RSUD
Pembimbing I Bayung Lencit Tahun 2021.
:Yazika Rimbawati S.Kep,M.Kep

TANGGAL MATERI Saran PARAF


BIMBINGAN PEMBIMBING
Perbaikan Proposal

UNIVERSITAS KADER
BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN
KEPERAWATAN
Jl. Mayjend. H.M Ryacudu No. 88 Ulu
Palembang, Sumatera Selatan-Indonesia
http://www.ukb.ac.id/
BIMBINGAN TUGAS AKHIR
FM-07.1.8-14/SKep
Nama : Santiya
NIM : 19221038P

Program Studi :S1 Keperawatan


Judul :Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
Benigna Prostat Hiperlasia pada pasian di poli klinik
Pembimbing II bedah RSUD Bayung Lencit Tahun 2021.
: Ns.Fitri Afdhal S.Kep,M.Kep

TANGGAL MATERI Saran PARAF


BIMBINGAN PEMBIMBING
Perbaikan Proposal

UNIVERSITAS KADER
BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN
KEPERAWATAN
Jl. Mayjend. H.M Ryacudu No. 88 Ulu
Palembang, Sumatera Selatan-Indonesia
http://www.ukb.ac.id/
BIMBINGAN TUGAS AKHIR
FM-07.1.8-14/Skep
Nama : Santiya
NIM : 19221038P

Program Studi :S1 Keperawatan


Judul :Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
Benigna Prostat Hiperlasia pada pasian di poli klinik bedah
Pembimbing I RSUD Bayung Lencit Tahun 2021.
: Alkhusari,M.Kes,M.Kep

TANGGAL MATERI Saran PARAF


BIMBINGAN PEMBIMBING
Perbaikan Proposal

DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai