Anda di halaman 1dari 110

SKRIPSI

HUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN, HIPERTENSI DAN


KETIDAKTERATURAN SILUS HAID DENGAN LAMANYA
PENGGUNAAN KONTRASEPSI KB SUNTIK 3 BULAN
DI UPTD PUSKESMAS DAYA UTAMA
KABUPATEN BANYUASIN
TAHUN 2021

OLEH :
LAILY SELVIANA
NIM : 19251165P

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG FAKULTAS
KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
S1 KEBIDANAN TAHUN 2021
SKRIPSI

HUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN, HIPERTENSI DAN


KETIDAKTERATURAN SILUS HAID DENGAN LAMANYA
PENGGUNAAN KONTRASEPSI KB SUNTIK 3 BULAN
DI UPTD PUSKESMAS DAYA UTAMA
KABUPATEN BANYUASIN
TAHUN 2021

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Kebidanan
Program Studi S1 Kebidanan Pada Fakultas Kebidanan dan Keperawatan
Universitas Kader Bangsa Palembang

OLEH :
LAILY SELVIANA
NIM : 19251165P

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG FAKULTAS
KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
S1 KEBIDANAN TAHUN 2021
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Laily Selviana

Nim : 19251165P

Program/Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan

Program Studi : SI Kebidanan

Dengan ini menyatakan bahwa benar skripsi ini saya buat sendiri

dengan tidak melakukan tindakan Plagialisme, dan saya bertanggung jawab

sepenuhnya atas isi skripsi ini. Apabila ternyata saya mengingkari pernyataan

ini maka saya bersedia menerima sanksi apapun dari pendidikan.

Demikianlah pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Yang Menyatakan

Laily Selviana
HALAMAN PENETAPAN
SK Rektor UKB No. 272 /B-SK.Skripsi/UKB/III/2021, Tgl...............2021

REKTOR UKB MENETAPKAN JUDUL DAN


PEMBIMBING PROPOSAL

Nama : Laily Selviana

NIM : 19251165P

Program/Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan

Program Studi : SI Kebidanan

Judul : Hubungan Perubahan Berat Badan, Hipertensi

dan Ketidakteraturan Siklus Haid Dengan

Lamanya Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3

Bulan Di UPTD Pusesmas Daya Utama

Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

PembimbingI/Materi : H j . M u r d i n i n g s i h , M . K e s

PembimbingII/Teknis : R i s k i A m a l i a , S . S T , M . K e s

Universitas Kader Bangsa


Palembang Rektor,

DR. Hj. Irzanita, SH, SE, SKM, MM, M.Kes


HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Laily Selviana

NIM : 19251165P

Program/Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan

Program Studi : SI Kebidanan

Judul : Hubungan Perubahan Berat Badan, Hipertensi

dan Ketidakteraturan Siklus Haid Dengan

Lamanya Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3

Bulan Di UPTD Pusesmas Daya Utama

Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan.

Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

Hj. Murdiningsih, M.Kes Riski Amalia, S.ST, M.Kes

Menyetujui
a.n Rektor Universitas Kader Bangsa Palembang
Dekan Fakultas Kebidanan dan Keperawatan

DR. HjIrzanita, SH, SE, SKM, MM, M.Kes


HALAMAN PENETAPAN
SK Rektor UKB No. 274/B-SK.Prop/UKB/IV/2021, tanggal.................2021

REKTOR UKB MENETAPKAN JUDUL DAN


PENGUJI PROPOSAL

Nama : Laily Selviana

NIM : 19251165P

Program/Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan

Program Studi : SI Kebidanan

Judul : Hubungan Perubahan Berat Badan, Hipertensi

dan Ketidakteraturan Siklus Haid Dengan

Lamanya Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3

Bulan Di UPTD Pusesmas Daya Utama

Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

Penguji I : Merisa Riski, S.ST, M.keb

Penguji II : Hj.Murdiningsih, M.Kes

Penguji III : Riski Amalia, S.ST. M.Kes

Universitas Kader Bangsa Palembang


Rektor,

DR. Hj. Irzanita, SH, SE, SKM, MM, M.Kes


HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Laily Selviana

NIM : 19251165P

Program/Fakultas : Kebidanan dan Keperawatan

Program Studi : SI Kebidanan

Judul : Hubungan Perubahan Berat Badan, Hipertensi

dan Ketidakteraturan Siklus Haid Dengan

Lamanya Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3

Bulan Di UPTD Pusesmas Daya Utama

Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

Proposal penelitian ini telah diseminarkan pada tanggal.........................dan telah

diperbaiki.

Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

Hj. Murdiningsih, M.Kes Riski Amalia, S.ST, M.Kes

Menyetujui
a.n Rektor Universitas Kader Bangsa Palembang
Dekan Fakultas Kebidanan dan Keperawatan

Hj. SitiAisyah, SST, M.Kes


BIODATA

A. Data Pribadi

Nama : Laily Selviana

Nim : 19251165P

Tempat Tanggal Lahir : Musi Banyuasin, 07-06-1997

Agama : Islam

Nama Ayah : Yon Mulyono

Nama Ibu : Musrifah

Anak Ke : 1 (pertama)

Alamat : Ds. Sidomulyo20, Rt. 004 Rw. 001 Kecamatan,

Muara Padang Kabupaten Banyuasin

Status : Belum Menikah

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 2 Sidomulyo lulus tahun 2009

2. SMP Negeri 1 Muara Padang lulus tahun 2012

3. MAS Sabilul Hasanah Banyuasin lulus tahun 2015

4. Program Studi Diploma III Kebidanan Heppy Zal Palembang

lulus tahun 2018

5. Mahasiswa Program Studi S1 Kebidanan Universitas Kader

Bangsa Palembang Tahun 2021.


MOTTO PERSEMBAHAN

Motto :
 Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan pada saat ini dari pada harus
merasakan pahitnya kebodohan kelak
 Man jadda wajada

Kupersembahkan Kepada
 Ayahandaku yang telah bahagia di Syurga ibundaku, terimakasih
kalian telah membesarkanku, mengajari kasih tanpa pamrih,
melindungi sepenuh jiwa dan selalu membimbingku dengan penuh
hati
 Saudara - saudaraku yang selalu memberiku kasih saying dan do’a
untuk keberhasilanku
 Keluarga besarku yang selalu memberiku nasihat
 Almamaterku
YAYASAN KADER BANGSA
UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

Skripsi, September 2021


Laily Selviana

Hubungan Perubahan Berat Badan, Hipertensi dan Ketidakteraturan Siklus


Haid dengan Lmanaya Penggunaan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan di
UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

XIX + 56 Halaman + 8 Tabel + 6 Lampiran

ABSTRAK
Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya
dilakukan dengan jalan menyuntikan dengan obat tersebut pada wanita subur
(Mansjoer, 2018). Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas Daya Utama
Kabupaten Banyuasin Tahun 2021 sealam2 bulan. Diketahui bahwa ada hubungan
perubahan berat badan, hipertensi dan ketidakteraturan siklus haid secara simultan
dengan lamanya penggunaan kontrasepsi KB Suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas
Daya Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021. Hasil penelitian diperoleh 48
responden dengan perubahan berat badan yang lama menggunaan kontrasepsi KB
suntik 3 bulan sebanyak 38 responden (65,5%) dan yang tidak lama menggunaan
kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 10 responden (34,5%) sedangkan dari 33
responden dengan tidak mengalami perubahan berat badan yang lama penggunaan
kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 20 responden (56,5%) dan yang tidak
lama penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 13 responden (44,5%).
Dari uji statistik Chi-Square pada tingkat kemaknaan  = 0,05 diperoleh nilai p
value = 0,001 yang berarti ada hubungan perubahan berat badan dengan lamanya
penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan. Distribusi hipertensi dengan lamanya
penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan berjumlah 54 responden dengan
hipertensi yang lama menggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 32
responden (59,3%) dan yang tidak lama menggunaan kontrasepsi KB suntik 3
bulan sebanyak 22 responden (40,7%) sedangkan dari 27 responden dengan tidak
mengalami hipertensi yang lama penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan
sebanyak 11 responden (40,7%) dan yang tidak lama penggunaan kontrasepsi KB
suntik 3 bulan sebanyak 16 responden (59,3%). Dari uji statistik Chi-Square pada
tingkat kemaknaan  = 0,05 diperoleh nilai p value = 0,001 yang berarti ada
hubungan hiperetensi dengan lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
Distribusi respon den kehamilan ganda dengan kejadian berat badan lahir rendah
berjumlah 43 responden dengan ketidakterturan siklus haid yang lama
menggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 19 responden (44,2%) dan
yang tidak lama menggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 24
responden (55,8%) sedangkan dari 38 responden dengan tidak mengalami
ketidakteraturan siklus haid yang lama penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan
sebanyak 23 responden (60,5%) dan yang tidak lama penggunaan kontrasepsi KB
suntik 3 bulan sebanyak 15 responden (39,5%). Dari uji statistik Chi-Square pada
tingkat kemaknaan  = 0,05 diperoleh nilai p value = 0,041 yang berarti ada
hubungan ketidakteraturan siklus haid dengan lamanya penggunaan kontrasepsi
KB suntik 3 bulan.

Kata Kunci : Perubahan Berat Badan, Hipertensi, Ketidaktaeraturan


Siklus Haid dan KB Suntik 3 Bulan.
Daftar Pustaka : 30 (2012-2021)
KADER BANGSA FOUNDATION UNIVERSITY
KADER BANGSA PALEMBANG FACULTY OF MIDWIFE
AND NURSING STUDY PROGRAM OF MIDWIFE

Thesis, September 2021


Laily Selviana

Relationship between Changes in Body Weight, Hypertension and Menstrual


Cycle Irregularity with the Use of 3-Month Injectable Contraceptives at the
UPTD Daya Utama Health Center in 2021, Banyuasin Regency.
XIX + 56 Pages + 8 Tables + 6 Appendices

ABSTRACT
Injectable contraception is a contraceptive drug which is used by injecting the
drug in fertile women (Mansjoer, 2018). This research was carried out at the
UPTD of the Daya Utama Health Center, Banyuasin Regency in 2021 for 2
months. It is known that there is a relationship between changes in weight,
hypertension and menstrual cycle irregularities simultaneously with the duration
of the use of 3-month injectable contraception at the UPTD Daya Utama Health
Center, Banyuasin Regency in 2021. The results obtained were 48 respondents
with changes in body weight for a long time using 3-month injectable
contraception. as many as 38 respondents (65.5%) and 10 respondents (34.5%)
who did not use 3-month injectable contraception for a long time, while from 33
respondents who did not experience changes in body weight for a long time using
3-month injectable contraception, as many as 20 respondents ( 56.5%) and 13
respondents (44.5%). and From the Chi-Square statistical test at a significance
level of a = 0.05, the value = 0.001 was obtained, which means that there is a
relationship between changes in body weight and the duration of the use of 3
months injectable contraception. The distribution of hypertension with duration
of use of injectable contraception for 3 months compared to that of hypertension
with prolonged use of contraception for 3 months of injectable contraception as
many as 22 respondents (40.7%) Dulan totaled 54 32 respondents (59.3%) and 27
respondents 11 respondents (40.7%) did not experience hypertension and who
did not use contraception for a long time, and 16 respondents (59.3%) used
injectable contraception for 3 months. test From 0.001 KB injectable 3 months.
The distribution of responses to multiple pregnancies with low birth weight was
43 respondents with irregular menstrual cycles using 3-month injectable
contraception as many as 19 did not use 3-month injectable contraception as
many as 24 respondents (55.8%) while 38 respondents with 23 respondents
(60.5%) did not experience irregular menstrual cycles with prolonged use of
injectable contraception for 3 months and 15 respondents did not use injectable
contraception for 3 months. Chi-Square statistic at a significance level of a =
0.05, p value was obtained. p value valde means that there is a relationship
between hypertension and the duration of the respondent's contraceptive use
(44.2%) and that of (39.5%). From the Chi-Square statistical test at a
significance level of a = 0.05, the p value = 0.041, which means that there is a
relationship between menstrual cycle irregularities and the duration of using
injectable contraception for 3 months.

Keywords : Changes in body weight, hypertension, menstrual cycle


irregularities and 3-month injectable family planning.
References : 30 (2012-2021)
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena

berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Perubahan Berat Badan, Hipertensi dan

Ketidakteraturan Siklus Haid Dengan Lamanya Penggunaan Kontrasepsi

KB Suntik 3 Bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin

Tahun 2021”

Skripsi ini ditulis dalam rangka untuk memenuhi persyaratan ujian akhir

program studi S1 Kebidanan Universitas Kader Bangsa Palembang.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan

dan penulisan skripsi ini. Dalam hal ini penulis banyak mendapat masukan,

arahan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu di kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada Yth :

1. Bapak Ferry Preska, ST, MSc, Phd, selaku Ketua Yayasan Universitas

Kader Bangsa Palembang.

2. Ibu DR. Hj. Irzanita Wathan, SH, SE, SKM, MM, M.Kes, selaku Rektor

Universitas Kader Bangsa Palembang.

3. Bapak Ferroka Putra Wathan, B.Eng, selaku Warek I Universitas Kader

Bangsa Palembang.

4. Bapak Dr. Saiful Ahmad Dinar, SH, MH, selaku Warek III Universitas

Kader Bangsa Palembang.


5. Ibu dr. Fika Minata Putri Wathan, M.Kes, selaku Warek IV Universitas

Kader Bangsa Palembang.

6. Ibu Siti Aisyah SST, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kebidanan dan

Keperawatan Universitas Kader Bangsa Palembang.

7. Ibu Hj. Amlah, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma III

Kebidanan Universitas Kader Bangsa Palembang.

8. Ibu Hj. Amlah, SST, M.Kes, selaku pembimbing materi.

9. Ibu Sri Handayani SST, M.Kes, selaku Pembimbing Teknis.

10. Seluruh dosen dan staf program studi S1 kebidanan Universitas Kader

Bangsa Palembang.

Terimakasih atas bimbingan yang diberikan kepada kami selaku penulis,

semoga apa yang telah diberikan menjadi manfaat bagi kami dan peneliti

selanjutnya.

Palembang, Agustus 2021

Laily Selviana
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT..........................................ii
HALAMAN PENETAPAN JUDUL DAN PEMBIMBING PROPOSAL....iii
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL UNTUK DISEMINARKAN...iv
HALAMAN PENETAPAN JUDUL DAN PENGUJI PROPOSAL..............v
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL TELAH DI SEMINARKAN. vi
KATA PENGANTAR........................................................................................vii
BIODATA...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..............................................................................................xi
DAFTAR BAGAN.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................5
1.3 Pembatasan Masalah....................................................................5
1.4 Rumusan Masalah........................................................................5
1.4.1 Secara Simultan................................................................5
1.4.2 Secara Parsial....................................................................5
1.4.3 Tujuan Penelitian..............................................................6
1.4.4 Tujuan Umum...................................................................6
1.5 Tujuan Khusus.............................................................................6
1.6 Manfaat Penelitian.......................................................................7
1.6.1 Secara Teoritis..................................................................7
1.6.2 Secara Paraktis..................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana..............................................9
2.1.1 Pengertian.........................................................................9
2.1.2 Macam-macam Kontrasepsi.............................................8
2.1.3 Faktor-Faktor Akseptor dalam Memilih Kontrasepsi......8
2.2 Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik...............................................14
2.2.1 Pengertian .......................................................................14
2.2.2 Farmakologi ...................................................................14
2.2.3 Cara Kerja Kontrasepsi Suntik DMPA ...........................14
2.2.4 Efektifitas ........................................................................15
2.2.5 Keuntungan Kontrasepsi Suntik DMPA..........................15
2.2.6 Indikasi Suntikan DMPA ................................................15
2.2.7 Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik DMPA ................16
2.2.8 Cara Pemberian Kontrasepsi Suntik DMPA ...................16
2.2.9 Efek Samping Kontrasepsi Suntik DMPA.......................16
2.3 Hipertensi.....................................................................................21
2.3.1 Definisi.............................................................................21
2.3.2 Klasifikasi dan Kriteria.....................................................22
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi...........................24
2.3.4 Manifestasi Klinis.............................................................27
2.3.5 Pencegahan dan Pengobatan28
2.4 Berat Badan..................................................................................31
2.4.1 Pengertian........................................................................31
2.4.2 Pengukuran Berat Badan..................................................33
2.5 Ketidakteraturan Siklus Haid.......................................................34
2.5.1 Pengertian Menstruasi......................................................34
2.6 Hubungan Lamanya Penggunaan Kontrasepsi KB Suntik DM-
PA Dengan Efek Samping Yang Muncul ...................................38
2.6.1 Perubahan Berat Badan....................................................39
2.6.2 Hipertensi.........................................................................40
2.7 Kerangka Teori............................................................................41
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep.........................................................................44
3.2 Hipotesis .....................................................................................44
3.2.1 Hipotesis Mayor...............................................................44
3.2.2 Hipotesis Minor................................................................44
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian..........................................................................45
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................45
4.2.1 Waktu Penelitian .............................................................45
4.2.2 Tempat Penelitian............................................................45
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................45
4.3.1 Populasi Penelitian...........................................................45
4.3.2 Sampel Penelitian.............................................................46
4.4 Pengumpulan Data.......................................................................46
4.4.1 Data Primer......................................................................46
4.4.2 Data Sekunder..................................................................46
4.5 Pengolahan Data...........................................................................47
4.5.1 Editing .............................................................................47
4.5.2 Coding..............................................................................47
4.5.3 Entery...............................................................................47
4.5.4 Cleaning...........................................................................47
4.6 Analisis data.................................................................................47
4.6.1 Analisis Univariat............................................................47
4.6.2 Analisis Bivariat...............................................................47
4.7 Definisi Operasional.....................................................................56
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil UPTD Puskesmas Daya Utama..........................................58
5.2 Hasil Penelitian............................................................................62
5.2.1 Analisa Univariat.................................................................63
5.2.2 Analisa Bivariat...................................................................68
5.3 Pembahasan..................................................................................75
5.3.1 Hubungan Perubahan Berat Badan Dengan Lamanya
Penggunaan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan.....................78
5.3.2 Hubungan hipertensi dengan lamanya penggunaan
kontrasepsi KB Suntik 3 bulan...........................................82
5.3.3 Hubungan ketidakteraturan siklus haid dengan lamanya
penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan........................86

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan...................................................................................91
6.2 Saran.............................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA........................................................................97
LAMPIRAN .....................................................................................98
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), kontrasepsi hormonal

sebagai salah satu alat kontrasepsi yang meningkat tajam. Cakupan pasangan

usia subur hampir 380 juta pasangan menjalankan Keluarga Berencana dan

65-75 juta diantaranya terutama di Negara berkembang menggunakan

kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik dan implant. Kontrasepsi hormonal

yang digunakan dapat memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap berbagai

organ wanita. Pemakaian kontrasepsi hormonal terbanyak adalah kontrasepsi

suntik yaitu sebesar 38,3% dan pil sebanyak 27,7% dan implant sebanyak

23,6 % (WHO, 2019).

Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi terbanyak nomor 4

didunia pada tahun 2020 ini. Menurut data Worldometers pada bulan Maret

2020, jumlah penduduk Indonesia sebesar 273,523,615 jiwa dengan kepadatan

penduduk sebesar 151 jiwa per km2 jumlah ini cenderung naik dibandingkan

tahun 2019 yaitu sebesar 270,625,568 jiwa. Dalam mengatasi masalah

kependudukan, pemerintah membuat agenda prioritas dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 yaitu

meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui Pembangunan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB).


Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinkes Provinsi Sumatera Selatan

di Sumatera Selatan jumlah peserta KB aktif tahun 2019 sebanyak 1.402.046

yang terdiri dari akseptor KB suntik 600.074 (48,17%), IUD sebanyak 64.608

(22,81%), pil sebanyak 295.952 (11,12%), kondom 62.861 (6,43%), Implant

sebanyak 330.992 (5,87%), MOW sebanyak 41.491 (4,88%) dan MOP

sebanyak 6.068 (0,72%) (Dinkes, Prov. Sumsel 2020).

Berdasarkan tingkat kabupaten Banyuasin jumlah peserta KB aktif tahun

2020 yaitu sebanyak 155.750 (79,16%) yang terdiri dari akseptor KB suntik

sebanyak 64.034 (59%), IUD sebanyak 4.014 (14,2%), pil sebanyak 37.063

(13,8%). Implant sebanyak 40.467 (6,7%), MOW sebanyak 3.740 (3,2%) dan

MOP sebanyak 757 (0,3%). Dari peserta KB suntik beberapa mengalami

keluhan sepeti ketidakteraturan siklus haid 96 orang ( 0,35%), peningkatan

berat badan 423 orang (1,05%), spotting 26 orang (0,26%), pencapaian kasus

tertinggi pada peningkatan berat badan sebesar 423 orang (1,05%) (Dinkes,

Prov.Sumsel 2020).

Dari studi penelitian di UPTD Puskesmas Daya Utama jumlah peserta KB

aktif tahun 2020 yaitu sebanyak 62 yang terdiri dari akseptor KB suntik

sebanyak 342, implant sebanyak 56, pil sebanyak 176, kondom sebanyak 48 .

Dari peserta KB suntik beberapa mengalami keluhan sepeti ketidakteraturan

siklus haid 20 orang ( 0,35%), peningkatan berat badan 60 orang (1,05%),

spotting 15 orang (0,26%), pencapaian kasus tertinggi pada peningkatan berat

badan sebesar 60 orang (1,05%).


Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya

dilakukan dengan jalan menyuntikan dengan obat tersebut pada wanita subur

(Mansjoer, 2018).

Pemerintah Indonesia melalui program Keluarga Berencana telah

menerapkan suatu kebijakan kependudukan yang diharapkan kepada Zero

Population Growth. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam

Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Konseling

merupakan peran petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis

kontrasepsi yang digunakan sesuai pilihannya, konseling yang baik akan

membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi lebih lama dan

meningkatkan keberhasilan KB (Saifuddin, 2018).

Tujuan dilaksanakan program KB adalah untuk membentuk keluarga kecil

sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan

kelahiran anak agar di peroleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera

(Sulistyawati, 2013).

Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari

kontrasepsi suntik diantaranya adalah amenorhea, hipertensi, menorhagia dan

muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah

penghentian pemakaian, peningkatan berat badan. Gangguan menstruasi

paling sering terjadi pada bulan pertama penyuntikan. Setelah satu atau dua

tahun penyuntikan akan terjadi amenorea pada kebanyakan wanita (Saifuddin,

2016).
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan lamanya penggunaan KB suntik

yaitu sala satunya perubahan berat badan. Kenaikan berat badan adalah salah

satu efek samping kontrasepsi suntikan. Kenaikan berat badan dapat juga

disebabkan hal-hal lain. Hipotesa para ahli : Depo Medroxyprogesterone

(DMPA) merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang

menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Marmi, 2016).

Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya atrofi

endometrium yaitu kadar estrogen turun dan progesteron meningkat sehingga

tidak menimbulkan efek yang berlekuk – lekuk di endometrium

(Wiknjosastro, 2013).

Dan salah satu faktor kontrasespsi suntik adalah hipertensi. Perempuan

memiliki hormon estrogen yang mempunyai fungsi mencegah kekentalan

darah serta menjaga dinding pembuluh darah supaya tetap baik. Pada akseptor

KB hormonal suntik mengalami ketidakseimbangan hormon estrogen karena

produksi hormon estrogen di otak dihambat oleh hormon – hormon

kontrasepsi yang diberikan lewat suntikan (Wikipedia : 2017).

Efek samping yang dialami bagi pengguna kontrasepsi hormonal baik

dalam jenis suntik, pil dan implant berupa nausea, keputihan, cepat lelah,

depresi, libido berkurang, gangguan haid dengan keluhan amenorrhea,

spotting, menoragia selain itu tekanan darah lebih tinggi 140/80 mmHg dalam

keadaan istirahat (Irianto, 2015).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian

yang berjudul “Hubungan Perubahan Berat Badan, Hipertensi Dan


Ketidakteraturan Siklus Haid Dengan Lamanya Penggunaan Kontrasepsi

KB Suntik 3 Bulan Di UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten

Banyuasin Tahun 2021”.

1.2 Identifikasi Masalah

Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya

dilakukan dengan jalan menyuntikan dengan obat tersebut pada wanita subur.

Pemakaian kontrasepsi suntik baik kontrasepsi suntik bulanan maupun

tribulanan (Mansjoer, 2018).

Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari

kontrasepsi suntik diantaranya adalah amenorhea, hipertensi, menorhagia dan

muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah

penghentian pemakaian, peningkatan berat badan. Gangguan menstruasi

paling sering terjadi pada bulan pertama penyuntikan. Setelah satu atau dua

tahun penyuntikan akan terjadi amenorea pada kebanyakan wanita (Saifuddin,

2016).

Efek samping yang dialami bagi pengguna kontrasepsi hormonal baik

dalam jenis suntik, pil dan implant berupa nausea, keputihan, cepat lelah,

depresi, libido berkurang, gangguan haid dengan keluhan amenorrhea,

spotting, menorargia selain itu tekanan darah lebih tinggi 140/80 mmHg

dalam keadaan istirahat (Irianto, 2015).


1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas banyak faktor yang berhubungan

dengan kontrasepsi KB suntik karena keterbatasan waktu, dana dan tenaga.

Penulis hanya meneliti 3 variabel yaitu perubahan berat badan, hipertensi dan

ketidakteraturan siklus haid (sebagai variabel independen), dan Lamanya

Penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan (Sebagai variabel Dependen) di

UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

1.4 Rumusan Masalah

1.4.1 Secara Simultan

Adakah hubungan perubahan berat badan, hipertensi dan

ketidakteraturan siklus haid secara simultan dengan Lamanya

penggunaan konrasepsi KB sunntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya

Utama Kabupaten Banyuasin tahun 2021?

1.4.2 Secara Persial

1. Adakah hubungan perubahan berat badan secara parsial dengan

lamanya penggunaan konrasepsi KB sunntik 3 bulan di UPTD

Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021?

2. Adakah hubungan hipertensi secara parsial dengan lamanya

penggunaan konrasepsi KB sunntik 3 bulan di UPTD Puskesmas

Daya Utama Kabupaten Banyuasn Tahun 2021?


3. Adakah hubungan ketidakteraturan siklus haid secara parsial dengan

lamanya penggunaan konrasepsi KB sunntik 3 bulan di UPTD

Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Ingin mengetahui hubungan perubahan berat badan , hipertensi dan

ketidakteraturan siklus haid secara simultan dengan lamanya

penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan Di UPTD Puskesmas Daya

Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Ingin mengetahui hubungan perubahan berat badan secara persial

dengan lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan di

UPTD Puskemas Daya Utama Kabupaten Banyuasn Tahun 2021.

2. Ingin mengetahui hubungan hipertensi secara persial dengan

lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan di UPTD

Puskemas Daya Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

3. Ingin mengetahui hubungan ketidakteraturan siklus haid secara

persial dengan lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan

di UPTD Puskemas Daya Utama Kabupaten Banyuasin Tahun

2021.
1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara Teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kebidanan

khususnya dalam masalah hubungan perubahan berat badan, hipertensi

dan ketidakteraturan siklus haid dengan lamanya penggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan Di UPTD Puskesmas Daya Utama

Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

1.6.2 Secara Praktis

1. Kepada pimpinan UPTD Puskesmas Daya Utama

Dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya penanganan

mengatasi terjadinya perubahan berat badan, hipertensi dan

ketidakteraturan siklus haid dengan lamanya penggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan Di UPTD Puskesmas Daya Utama.

2. Kepada Rektor Universitas Kader Bangsa Palembang

Menjadi bahan masukan perpustakaan serta pengetahuan untuk

mengembangkan wawasan keilmuan dan pengetahuan bagi

mahasiswa khususnya program S1 kebidanan Universitas Kader

Bangsa Palembang.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan sehingga

dapat bermanfaat bagi diri sendiri,keluarga dan masyarakat serta

bekal kelak sebagai bentuk apresiasi lapangan.


4. Bagi Peneliti Yang Akan Datang

Dapat bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai

hubungan perubahan berat badan dan hipertensi dengan lamanya

penggunaan akseptor KB suntik 3 bulan dan sebagai contoh

panduan dalam skripsi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian

Keluarga Berencana adalah program untuk meningkatkan

kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan

perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,

peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan keluarga

kecil bahagia sejahtera (BKKBN, 2020).

Keluarga Berencana adalah mengatur jumlah anak sesui dengan

keinginan dan mentukan kapan ingin hamil. Jadi, KB (family planning,

planned parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat

kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera

(Marmi, 2016).

Kontrasepsi adalah kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang

berarti mencegah, menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti

pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan seperma. Jadi

kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan

seperma (Sarwono, 2012).

2.1.2 Macam-macam Kontrasepsi


Terdapat beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan,

antara lain:

1. Metode kontrasepsi sederhana

a. Metode kalender

Metode ini didasarkan pada suatu perhitungan yang

diperoleh dari informasi yang dikumpulkan dari sejumlah

menstruasi secara berurutan. Untuk mengidentifikasi hari

subur, dilakukan pencatatan siklus menstruasi dengan durasi

minimal enam dan dianjurkan dua belas siklus. Untuk

menjamin efektivitas maksimum, metode kalender sebaiknya

dikombinasikan dengan indikator-indikator lainnya (Marmi,

2016).

b. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi

sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat

haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan.

Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui

lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup

asupan per laktasi (Marmi, 2016).

c. Metode suhu tubuh

Saat ovulasi peningkatan progesteron menyebabkan

peningkatan suhu basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C.

Peningkatan suhu tubuh adalah indikasi bahwa telah terjadi


ovulasi. Selama 3 hari berikutnya (memperhitungkan waktu

ekstra dalam masa hidup sel telur) diperlukan pantang

berhubungan intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir

masa subur bukan awalnya (Maermi, 2016).

d. Sanggama terputus (koitus interuptus)

Sengama terputus adalah metode keluarga berencana

tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya

(penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk

melakukan sengama terputus setiap pelaksanaanya (angka

kegagalan 4 – 18 kehamilan per 100 perempuan) (Marmi,

2016).

2. Metode Barrier

a. Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat

dibuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic

(vinil), atau bahan alami (produksi hewan) yang dipasang pada

penis saat berhubungan seksual. Kondom tidak hanya

mencegah kehamilan tetapi juga mencegah IMS termasuk

HIV/AIDS.

b. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari

lateks (karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum

berhubungan seksual dan menutup serviks.

c. Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan

untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas

dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal suppositoria, atau

dissolvable film, dan dalam bentuk krim (Marmi, 2016).

3. Metode Kontrasepsi Modern

a. Kontrasepsi pil

Kontrasepsi pil merupakan jenis kontasepsi oral yang harus

diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks

sehingga sulit dilalui oleh sperma. Terdapat dua macam yaitu

kontrasepsi kombinasi atau sering disebut pil kombinasi yang

mengandung progesteron dan estrogen, kemudian kontrasepsi

pil progestin yang sering disebut dengan minipil yang

mengandung hormon progesteron.

b. Konrasepsi implant

Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi silastik berisi

hormon jenis progesteron levonogestrol yang ditanamkan

dibawah kulit, yang bekerja mengurangi transportasi sperma.

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / Intra Uterine Device

(IUD)
Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang

dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja

menghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopii. (Marmi,

2016).

d. Kontrasepsi Mantap (KONTAP)

Kontrasepsi mantap merupakan suatu cara permanen baik

pada pria dan pada wanita, dilakukan dengan tindakan operasi

kecil untuk mengikat atau menjepit atau memotong saluran

telur (wanita), atau menutup saluran mani laki-laki (Marmi,

2016).

e. Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan

dengan cara disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot

pantat (gluteus maximus), serta terdiri dari dua jenis yaitu

DMPA (Depomedroksi Progesteron Asetat) dan NET-EN

(Noretindro Enanatat) Noresterat (Marmi, 2016).

2.1.3 Faktor-faktor akseptor dalam memilih metode kontrasepsi

1. Faktor pasangan – Motivasi dan Rehabilitasi

a. Umur

b. Gaya hidup

c. Frekuensi senggama

d. Jumlah keluarga yang diinginkan

e. Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu


f. Sikap kewanitaan

g. Sikap kepriaan

2. Faktor kesehatan – Kontraindikasi absolut atau relative

a. Status kesehatan

b. Riwayat haid

c. Riwayat keluarga

d. Pemeriksaan fisik

e. Pemeriksaan panggul

3. Faktor metode kontrasepsi – Penerimaan dan Pemakaian

berkesinambungan

a. Efektivitas

b. Efek samping minor

c. Kerugian

d. Komplikasi-komplikasi yang potensial

e. Biaya.

2.2 Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik

2.2.1 Pengertian

Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan

untuk tujuan kontrasepsi perenteral, mempunyai efek progestagen yang

kuat dan sangat efektif. Noresterat juga termasuk dalam golongan ini

(Sarwono, 2012).
Kontrasepsi suntik progestin adalah suatu sintesa progestin yang

mempunyai efek progestin asli dari tubuh wanita dan merupakan

suspense seteril medroxy progesterone

asetat dalam air, yang mengandung progesterone asetat 150 mg

(marmi, 2016).

Jenis KB suntik golongan progestin adalah Depo

Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) mengandung 150 mg DMPA

diberikan 3 bulan sekali secara intramuscular dan Depo Noretisteroe

yang mengandung 200 mg Noretisterone Enantat di berikan setiap 2

bulan secara intramuscular (saifuddin, 2013).

2.2.2 Farmakologi

Depo Medroxyprogesterone Asetat tersedia dalam bentuk laruran

mikrokristalistaline. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai

kadar puncak, lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya

menurun kembali. Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek

akumulatif dari DMPA dalam darah/serum (Hartanto, 2013).

2.2.3 Cara Kerja Kontrasepsi Suntik DMPA

Cara kerja kontrasepsi suntik DMPA adalah : menekan ovulasi,

mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma, menghambat transportasi gamet oleh tuba, serta

menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi sehingga implantasi

terganggu (Marmi, 2016).

2.2.4 Efektifitas
Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas tinggi, kurang dari 1 % dari

100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian

DMPA. Kontrasepsi suntik sama efektifnya dengan (Pil Oral

Kombinasi) POK dan lebih efektif dari IUD, efektif dapat terjaga

apabila penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah

ditentukan (Hartanto,2013).

2.2.5 Keuntungan Kontrasepsi Suntik DMPA

Keuntungan kontrasepsi suntik DMPA, antara lain sebagi berikut:

sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak

berpangaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen

sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan

gangguan pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI,

membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,

menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa

penyebab penyakit radang panggul, dapat digunakan oleh wanita usia

> 35 tahun sampai perimenopause, mencegah anemia (saifuddin,

2016).

2.2.6 Indikasi Suntikan DMPA

Indikasi kontrasepsi suntik DMPA adalah: usia reproduksi,

nulipara dan yang telah memiliki anak, menghendaki kontrasepsi

jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi, menyusui dan

membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkan dan tidak

menyusui, setelah abortus atau keguguran, tidak dapat memakai


kontrasepsi yang mengandung estrogen, anemia defisiensi besi, sering

lupa memakai pil, mendekati usia menopause yang tidak mau atau

tidak boleh menggunakan pil kombinasi (Marmi, 2016).

2.2.7 Waktu pemberian kontrasepsi suntik DMPA

Waktu pemberian kontrasespsi suntik DMPA adalah : setiap saat

selama siklus haid (asal ibu tersebut tidak hamil), mulai hari pertama

sampai hari ke- 7 siklus haid, ada ibu yang tidak haid (suntikan

pertama dapat diberikan setiap saat asalkan dapat dipastikan ibu

tersebut tidak hamil dan ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual

selama 7 hari setelah suntikan), ibu yang menggunakan kontrasepsi

hormonal lain dan ingin ganti dengan kontrasepsi suntik (suntikan

pertama dapat segera diberikan asalkan dapat dipastikan ibu tersebut

tidak hamil, ibu yang sedang menggunakan AKDR dan ingin ganti

dengan kontrasepsi suntik, suntikan pertama dapat diberikan pada hari

pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat

setelah hari ke-7 siklus haid asal yakin ibu tersebut tidak hamil), ibu

yang tidak haid (suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal ibu

tersebut tidak hamil dan selama 7 hari setelah penyuntikan ibu tidak

boleh melakukan hubungan seksual) (saifuddin, 2016).

2.2.8 Cara Pemberian Kontrasepsi Suntik DMPA

Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan dengan cara disuntik

intramuskular di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu


dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak

bekerja dan efektif.

Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang

dibasahi etil isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum

disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik (Marmi, 2016).

2.2.9 Efek Samping Kontrasepsi Suntik DMPA

Ada beberapa efek samping dari KB suntik DMPA yaitu:

1. Gangguan siklus haid

Gangguan pola haid dari penggunaan kontrasepsi suntik depo

provera adalah :

1. Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya

atrofi endometrium yaitu kadar estrogen turun dan progesteron

meningkat sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk –

lekuk di endometrium (Wiknjosastro, 2013).

2. Gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya

hormon estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan

hormon (Hartanto, 2013).

3. Gangguan pola haid metroraghia disebabkan oleh kadar

hormon estrogen dan progesteron yang tidak sesuai dengan

kondisi dinding uterus (endometrium) untuk mengatur volume

darah menstruasi dan dapat disebabkan oleh kelainan organik

pada alat genetalia atau kelainan fungsional (Hartanto, 2013).

2. Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di

mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam

jangka waktu lama) terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau

ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa

minggu (Wikipedia, 2017).

Idealnya orang sehat mempunyai tekanan darah berkisar

antara sistol < 130 dan diastolik < 85 atau sistolik antara 130 – 139

dan diastolik antara 85 – 89. Hipertensi merupakan kelainan yang

sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk

mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah

kita secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita

hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya.

Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada

anaknya. Jika salah satu orang tua terkena hipertensi, maka

kecenderungan anak untuk menderita hipertensi adalah lebih besar

dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua

menderita hipertensi. Selain hal diatas, ada faktor – faktor lain

yang juga berperan dalam munculnya penyakit hipertensi antara

lain : usia, stress, serum lipid, diet, obesitas, faktor hormonal,

pemakaian kontrasepsi hormonal, penyakit ginjal, obat – obatan

dan penyebab lainnya.

Diatas disebutkan salah satu faktor pencetus hipertensi adalah

penggunanan alat kontrasepsi hormonal. Perempuan memiliki


hormon estrogen yang mempunyai fungsi mencegah kekentalan

darah serta menjaga dinding pembuluh darah supaya tetap baik.

Pada akseptor KB hormonal suntik mengalami ketidakseimbangan

hormon estrogen karena produksi hormon estrogen di otak

dihambat oleh hormon – hormon kontrasepsi yang diberikan lewat

suntikan. Apabila kondisi ketidakseimbangan kadar hormon

estrogen ini berlangsung lama, maka akan dapat meningkatkan

kekentalan darah walaupun dalam tingkatan yang sedikit sehingga

akan mempengaruhi tingkat tekanan darah (Wikipedia, 2017).

3. Perubahan Berat Badan

Pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan mempunyai efek

samping utama yaitu perubahan berat badan. Faktor yang

mempengaruhi perubahan berat badan akseptor KB suntik adalah

adanya hormon progesteron yang kuat sehingga merangsang

hormon nafsu makan yang ada di hipotalamus. Dengan adanya

nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan

zat-zat gizi. Kelebihan zat-zat gizi oleh hormon progesteron

dirubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit. Perubahan

berat badan ini akibat adanya penumpukan lemak yang berlebih

hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak (Mansjoer, 2018).

Menurut Hartanto (2018:150) salah satu efek samping dari

metode suntikan adalah adanya penambahan berat badan.

Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi


antara kurang dari satu kilogram sampai lima kilogram dalam

tahun pertama. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas.

Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan

karena retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli: DMPA (Depot

medroxy progesterone acetate) merangsang pusat pengendali nafsu

makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih

banyak dari pada biasanya.

Wanita yang menggunakan kontrasepsi Depot medroxy

progesterone acetate (DMPA) atau dikenal dengan KB suntik tiga

bulan, rata-rata mengalami peningkatan berat badan sebanyak 11

pon atau 5,5 kilogram, dan mengalami peningkatan lemak tubuh

sebanyak 3,4% dalam waktu tiga tahun pemakaian, berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh University of Texas Medical

Branch (UTMB) (Mansjoer, 2018:354). Sedangkan pada

kontrasepsi suntik bulanan efek samping terhadap berat badan

sangatlah ringan, umumnya pertambahan berat badan sedikit

(Hartanto, 2018:158).

Efek samping utama pemakaian DMPA adalah kenaikan berat

badan. Sebuah penelitian melaporkan peningkatan berat badan

lebih dari 2,3 kilogram pada tahun pertama dan selanjutnya

meningkat secara bertahap hingga mencapai 7,5 kilogram selama

enam tahun. Sedangkan pemakaian cyclofem berat badan

meningkat rata-rata dua hingga tiga kilogram tahu pertama


pemakaian, dan terus bertambah selama tahun kedua (Varney,

2007:483, 484).

Pada dasarnya perubahan berat badan dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Secara umum faktor tersebut dapat dibagi atas dua

golongan besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Bindiknakes,

2015:40).

4. Pusing/Sakit Kepala/Migrain

Efek samping tersebut mungkin ada tetapi jarang terjadi dan

biasanya bersifat sementara. Pusing dan sakit kepala disebabkan

karena reaksi tubuh terhadap progesteron sehingga hormon

estrogen fluktuatif (mengalami penekanan) dan progesteron dapat

mengikat air sehingga sel – sel di dalam tubuh mengalami

perubahan sehingga terjadi penekanan pada syaraf otak.

5. Keputihan (Lechorea)

Keputihan adalah keluarnya cairan berwarna putih dari dalam

vagina atau adanya cairan putih di mulut vagina (vagina

discharge). Penyebabnya dikarenakan oleh efek progesterone

merubah flora dan PH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di

dalam vagina dan menimbulkan keputihan (Pinem, 2012).

6. Jerawat

Pada pemakaian kontrasepsi suntikan dapat menyebabkan

gejala- gejala tersebut adalah akibat pengaruh hormonal suntikan.


Penyebabnya adalah progestin terutama 19-morprogestin

menyebabkan peningkatan kadar lemak.

Dianjurkan kurangi makanan berlemak disertai dengan

menjaga kebersihan wajah dan sebagainya. Bila semakin

bertambah, anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.

Penanggulangan yang dilakukan dalam menghadapi timbulnya

jerawat yaitu pemberian vitamin A dan vitamin E dosis tinggi. Bila

disertai infeksi dapat diberikan preparat tetracycline 250mg 2 X 1

kapsul selama 1 atau 2 minggu (Suratun, 2015).

7. Rambut rontok

Rambut rontok selama pemakaian suntikan atau bisa sampai

sesudah penghentian suntikan. Progesteron terutama 19-

norprogesterone dapat mempengaruhi folikel rambut, sehingga

tinbul kerontokan rambut.

8. Mual dan Muntah

Mual sampai muntah seperti hamil muda. Terjadi pada bulan-

bulan pertama pemakaian suntikan. Penyebabnya dikarenakan

reaksi tubuh terhadap hormon progesteron yang mempengaruhi

produksi asam lambung (Saifuddin, 2012).

2.3 Hipertensi

2.3.1 Definisi
Tekanan darah normal adalah refleksi dari cardiac output (denyut

jantung dan volume strock) dan resistensi peripheral (Yasmin A,

2013).

Hipertensi adalah peningkatan dari tekanan sistolik di atas standar

dihubungkan dengan usia. Diagnosa dari hipertensi pada orang dewasa

dibuat ketika rata – rata dari dua atau lebih tekanan darah diastolik

terbaca pada dua kejadian yang berbeda adalah 90 mmHg (Yasmin A,

2013).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana

terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu

lama) terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di

kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu (wikipedia,

2017).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik

diatas 90 mmHg (smeltzer, 2011).

2.3.2 Klasifikasi dan Kriteria

1. Klasifikasi Hipertensi

a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer memiliki banyak penyebab; beberapa

perubahan pada jantung dan pembuluh darah bersama-sama

menyebabkan meningkatnya tekanan darah (wikipedia, 2017).


b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui

penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,

penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,

penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat

tertentu (misalnya obat KB) (wikipedia, 2017).

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder antara

lain (wikipedia, 2017) :

1. Penyakit Ginjal, terdiri dari : stenosis arteri renalis,

pielonefritis, glomerulonefritis, tumor-tumor ginjal,

penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan), trauma

pada ginjal (luka yang mengenai ginjal), dan terapi

penyinaran yang mengenai ginjal.

2. Kelainan Hormonal, terdiri dari : hiperaldosteronisme,

sindroma cushing.

3. Obat-obatan, antara lain : obat KB, kortikosteroid,

siklosporin, eritropoietin, kokain, penyalah gunaan

alkohol, kayu manis (dalam jumlah sangat besar).

4. Penyebab Lainnya, misalnya : koartasio aorta,

preeklamsi pada kehamilan.

c. Kriteria Hipertensi
Untuk mengetahui tingkatan hipertensi dipergunakan klasifikasi

sebagai berikut :

Table.2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO berdasarkan

tekanan diastolic (Info-sehat, 2018).

Kategori Tekanan

Diastolik.

Hipertensi derajat I tekanan diastoliknya 95-109 mmHg.

Hipertensi derajat II tekanan diastoliknya 110-119 mmHg.

Hipertensi derajat tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg.

III

Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 tahun ke atas .

Kategori Sistolik Diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normal < 130 < 85

Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89

Hipertensi

Hipertensi stadium 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

Hipertensi stadium 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

Hipertensi stadium 3 (berat) 180 – 209 110 – 119


Hipertensi stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 110

2.3.3 Faktor yang mempengaruhi Hipertensi

1. Usia

Dengan bertambahnya usia hampir setiap orang mengalami

kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai

usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia

55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan

menurun drastis. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik

mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang

dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.

Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.

Pada usia lanjut arteri besar kehilangan kelenturannya dan

menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat

jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah

pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang

sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat

terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk

sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau

hormon di dalam darah (wikipedia, 2017).


2. Riwayat keluarga

Sebanyak 75% pasien hipertensi mempunyai riwayat keluarga

dengan hipertensi. Pada 70-80% kasus hipertensi esensial,

didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat

hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan

hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai

pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah

satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor

genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi (wikipedia,

2017).

3. Obesitas

Meningkatnya berat badan pada masa anak – anak atau usia

pertengahan akan meningkatkan resiko hipertensi. Berdasarkan

penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi

hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang

erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari. Penyelidikan

membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume

darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan

dengan penderita yang mempunyai berat badan normal (wikipedia,

2017).

4. Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui

aktivasi saraf simpatis. (saraf simpatis adalah saraf yang bekerja

pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang

bekerja pada saat kita tidak beraktivitas). Peningkatan aktivitas

saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara

intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Pada keadaan stress

dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriktor (penyempitan) (wikipedia, 2017).

5. Faktor Hormon

Perempuan memiliki hormon estrogen yang mempunyai fungsi

mencegah kekentalan darah serta menjaga dinding pembuluh darah

supaya tetap baik. Apabila ada ketidakseimbangan pada hormon ini

maka akan dapat mempengaruhi tingkat tekanan darah dan kondisi

pembuluh darah. Gangguan faktor hormonal ini juga dapat terjadi

pada penggunanan alat kontrasepsi hormonal.

Di atas dijelaskan bahwa Perempuan memiliki hormon

estrogen yang mempunyai fungsi mencegah kekentalan darah serta

menjaga dinding pembuluh darah agar tetap baik. Pada akseptor

KB hormonal suntik mengalami ketidakseimbangan hormon

estrogen karena produksi hormon estrogen di otak dihambat oleh

hormon – hormon kontrasepsi yang diberikan lewat suntikan.


Apabila kondisi ketidakseimbangan kadar hormon estrogen ini

berlangsung lama, maka akan dapat meningkatkan kekentalan

darah walaupun dalam tingkatan yang sedikit sehingga akan

mempengarui tingkat tekanan darah (wikipedia, 2017).

2.3.4 Manifestasi Klinis

Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya

gejala pada hipertensi esensial. Kadang-kadang hipertensi esensial

berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi

pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung

(wikipedia, 2017).

Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing atau migren

sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi esensial. Pada

survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut :

pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jarang), sukar

tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-

kunang (wikipedia, 2017).

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah :

gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi

ginjal, gangguan serebral (otak) yg mengakibatkan kejang dan

pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,

gangguan kesadaran hingga koma (wikipedia, 2017).


2.3.5 Pencegahan dan Pengobatan

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis

yaitu (wikipedia, 2017).

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)

Yang termasuk pengobatan hipertensi non farmakologi antara lain:

a. Mengatasi obesitas / menurunkan kelebihan berat badan.

b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

c. Ciptakan keadaan rileks

d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat

selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

a. Prinsip pengobatan Hipertensi

Pengobatan hipertensi dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai

berikut :

1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan

pengobatan penyebab hipertensi.

2) Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk

menurunkan tekanan darah dengan harapan


memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya

komplikasi. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai

dengan menggunakan obat anti hipertensi.

3) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka

panjang, bahkan kemungkinan seumur hidup.

b. Jenis – jenis obat Hipertensi :

1) Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara

mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga

volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya

pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obat-obatan

yang termasuk golongan diuretik adalah Hidroklorotiazid.

Efek samping yang sering dijumpai adalah :

hipokalemia (kekurang kalsium dalam darah) dan

hiponatremia (kekurang natrium dalam darah) yang dapat

mengakibatkan gejala lemas, hiperurisemia (peningkatan

asam urat dalam darah) dan gangguan lainnya seperti

kelemahan otot, muntah dan pusing.

2) Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas

saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas


). Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat

simpatetik adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

Efek samping yang dijumpai adalah : anemia hemolitik

(kekurangan sel darah merah karena pecahnya sel darah

merah), gangguan fungsi hati dan kadang-kadang dapat

menimbulkan Hepatitis.

3) Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui

penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak

dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap

gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obat-

obatan yang termasuk dalam golongan betabloker adalah :

Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita

diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi

gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam

darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat

bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala

bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga

pemberian obat harus hati-hati.

4) Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh

darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah).

Contoh obat – obatan yang termasuk dalam golongan ini

adalah : Prasosin, Hidralasin.

Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari

pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.

5) Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat

pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat

yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek

samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering,

pusing, sakit kepala dan lemas.

6) Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung

dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).

Contoh obat yang termasuk golongan obat ini adalah :

Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.

Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,

pusing, sakit kepala dan muntah.

7) Penghambat Reseptor Angiotensin II


Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi

penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang

mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-

obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan

(Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit

kepala, pusing, lemas dan mual.

2.4 Berat Badan

2.4.1 Pengertian

Berat badan adalah hasil peningkatan/penurunan semua jaringan

yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan

lain-lainnya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi massa

tubuh (Soetjiningsih, 2013).

Faktor-faktor itu dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal

dan eksternal. Faktor internal mencakup faktor-faktor hereditas seperti

gen, regulasi termis, dan metabolisme. Faktor eksternal mencakup

aktivitas fisik, dan asupan makanan (Soetjiningsih, 2013).

1. Faktor internal

Faktor internal yang bertanggung jawab terhadap massa tubuh

adalah suatu faktor yang tidak dapat dikendalikan secara sadar oleh

orang-orang yang melakukan diet.

a. Faktor Genetik
Penelitian yang dilakukan oleh Sekolah Medis Universitas

Boston menemukan bahwa gen bernama INSIG2 bertanggung

jawab terhadap obesitas. Gen INSIG2 bertanggung jawab

dalam sintesis asam lemak dan kolesterol. Beberapa produk

protein dari Varian gen INSIG2 memiliki daya inhibisi yang

rendah sehingga orang-orang dengan varian gen ini akan

cenderung lebih banyak menumpuk lemak di dalam tubuhnya.

Sekitar 1 dari sepuluh orang (10%) diduga membawa varian

gen ini.

b. Regulasi Termis

Manusia pada dasarnya adalah makhluk berdarah panas

yang menghabiskan energi untuk mempertahankan suhu

tubuhnya. Selain membutuhkan energi untuk mempertahankan

suhu tubuhnya (rata-rata 37˚C), sejumlah energi juga

diperlukan untuk mempertahankan aktivitas organ-organ vital

seperti jantung dan paru-paru. Energi yang diperlukan ini

berasal dari makanan yang dikonsumsi oleh seseorang.

c. Metabolisme

Metabolisme secara singkat adalah proses pengolahan

(pembentukan dan penguraian) zat-zat yang diperlukan oleh

tubuh untuk menjalankan fungsinya. Metabolisme lemak

merupakan salah satu faktor penentu dalam diet. Seseorang


dapat meningkatkan pembakaran lemak dengan meningkatkan

massa otot di dalam tubuh. Ketika massa otot meningkat,

metabolism makanan akan meningkat. Proses ini akan

meningkatkan nilai BMR dan kebutuhan kalori.

2. Faktor Eksternal

Dua faktor eksternal yang sangat dominan adalah aktivitas fisik

dan asupan nutrisi. Seseorang dapat dengan mudah mengurangi

berat badannya tanpa perlu mengonsumsi obat-obatan pembakar

lemak dan semacamnya dengan meningkatkan aktivitas serta

mengurangi asupan makanan ke dalam tubuhnya.

3. Aktivitas Fisik

Untuk melakukan aktivitas fisik, manusia memerlukan

sejumlah energi. Jika energi yang diberikan oleh makanan tidak

cukup, maka energi diperoleh dari hasil pemecahan lemak di dalam

tubuh.

4. Asupan Nutrisi

Berat badan dapat diturunkan dengan mudah dengan cara

membatasi asupan nutrisi. Faktor pengali untuk energi yang umum

diterima oleh banyak orang adalah sebagai berikut: 1 gram

karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 gram protein 4 kkal, dan 1

gram lemak 9 kkal. Dengan menjumlahkan nilai BMR dengan


kebutuhan kalori peraktivitas, seseorang dapat dengan mudah

memprediksi hasil dietnya

2.4.2 Pengukuran Berat Badan

Rumus cara menghitung berat badan normal dan berat badan yang

ideal versi indeks broca. Gunakan timbangan berat badan yang masih

berfungsi dengan baik dan akurat.

1. Berat Badan Normal

Berat Badan Normal = Tinggi Badan – 100

2. Berat Badan Ideal

Berat Badan Ideal = (Tinggi Badan - 100) - ( 10% tinggi badan -

100), atau berat badan : (tinggi badan meter) 2

(http://organisasi.org).

2.5 Ketidakteraturan Siklus Haid

2.5.1 Pengertian menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus disertai pelepasan endometrium. Siklus menstruasi normal

terjadi setiap 22-35 hari dengan lama menstruasi selama 2-7 hari

(kusmiran, 2014).

1. Aspek Hormonal

a. Hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus :


1) FSH – RH (follicle stimulating hormone releasing

hormone) dikeluarkan oleh hipotalamus untuk merangsang

hipofisis mengeluarkan FSH

2) LH – RH (Luteizing hormone releasing hormone)

merangsang hipofisis mengeluarkan LH

3) PIH (prolactin inhibiting hormone) yang menghambat

hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin

4) TRH (tiroid releasing hormone) merangsang pengeluaran

TSH (tiroid stimulating hormone)

5) CTH (adenocorticotrophic hormone) (Marmi, 2016).

b. Hormon yang dihasilkan oleh ovarium

1. Estrogen

Hormon estrogen alami yang terpenting adalah estradiol

(E2 ), estron (E1 ), dan estriol (E3). Secara biologis hormon

estradiol adalah yang paling aktif dari ketiga jenis hormon

estrogen tersebut. Estradiol mempunyai banyak fungsi yang

sangat penting, antara lain sebagai berikut :

a) Pemicu proliferasi lapisan endometrium uteri

memperkuat kontraksi lapisan miometrium uteri.

b) Ovarium sebagai pemicu sintesis hormon-hormon seks

pada reseptor, disamping reseptor penghasil hormon

FSH dan pemicu sintesis hormon LH pada reseptor.


c) Pengatur kecepatan pengeluaran ovum (sel telur)

2. Progesteron

Hormon progesteron merupakan hormon seks steroid

yang dibentuk terutama di dalam folikel ovarium dan

plasenta. Fungsi hormon progesteron adalah sebagai

berikut :

a) Pendukung utama terjadinya konsepsi dan implantasi

b) Penyebab perubahan sekretorik (proses pengeluaran

getah) pada lapisan endometrium uteri. Peningkatan

pengaruh hormon progesteron yang lebih lama akan

menyebabkan penyusutan dari lapisan endometrium

uteri sehingga tidak memungkinkan terjadinya proses

implantasi dari hasil konsepsi.

c) Menurunkan tonus lapisan mioetrium uteri sehingga

akan memperlambat aktivitas kontraksi dari uterusnya.

d) Menurunkan getah serviks uteri pada fase luteal dan

membentuk jala-jala tebal diuterus sehingga

menghambat jalan masuknya sperma ke dalam uterus

(Marmi, 2016).

2. Gangguan Menstruasi

a. Perubahan Jumlah Darah Menstruasi

1. Hipermenorhoe atau Menoragia


Hipermenorhoe atau Menoragi adalah kondisi

menstruasi yang berlebihan yakni perdarahan haid yang

lebih banyak dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan

ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya

mioma uteri dengan permukaan endometrium yang lebih

luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang ternganggu,

gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid

(irregular endometrium shedding). Gangguan pelepasan

endometrium terdapat juga gangguan dalam pertumbuhan

endometrium yang diikuti dengan gangguan pelepasannya

pada waktu haid (Hendrik, 2016).

2. Hipomenorea

(Menstruasi sedikit) Jumlah Discharge menstruasi dapat

bervariasi, tanpa perubahan siklus menstruasinya. Menstruasi

yang sedikit atau ringan disebut Hipomenorea (Llewellyn,

Derek, &Jones, 2001). Siklus menstruasi pada kelainan

hipomenorea tetap teratur sesuai dengan jadwal menstruasi, akan

tetapi jumlahnya sedikit. Penyebabnya kemungkinan gangguan

hormonal, atau wanita dengan penyakit tertentu (Hendrik, 2016).

b. Perubahan pada siklus menstruasi

1) Polimenore

Polimenore adalah menstruasi yang terjadi dengan

interval kurang dari 21 hari (Llewellyn, Derek, & Jones,


2001). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan

hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau

menjadi pendeknya masa luteal. Kongesti ovarium karena

peradangan, endometriosis menjadi penyebab lain

terjadinya polimenorea (Hendrik, 2016).

2) Oligomenorea

Oligomenore adalah menstruasi yang datang dengan

interval lebih dari 35 hari. Kesehatan wanita tidak

terganggu walaupun terjadi oligomenorea dan fertilisasi

cukup baik (Hendrik, 2016).

3) Amenorea

Amenore adalah menstruasi tidak terjadi lebih dari 70

hari (tanpa ada kehamilan) atau menstruasi tidak terjadi

lebih dari tiga bulan berturut-turut. Amenore dibagi

menjadi dua yaitu :

a) Amenore primer

Amenore primer yaitu dimana seorang wanita tidak

mengalami menstruasi sejak kecil, penyebabnya kelainan

anatomis alat kelamin diantaranya tidak terbentuknya rahim,

tidak ada liang vagina, atau gangguan hormonal (Hendrik,

2016).

b) Amenore sekunder
Amenore sekunder yaitu pernah mengalami

menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan,

penyebabnya kemungkinan gangguan gizi dan

metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat

kelamin, atau terdapat penyakit menahun (Hendrik,

2016).

2.6 Hubungan Lamanya Penggunaan Kontrasepsi KB Suntik

DMPA Dengan Efek Samping Yang Muncul

Efek samping adalah dampak dari obat-obatan yang tidak di inginkan.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia efek samping adalah akibat atau

gejala yang timbul secara tidak langsung disamping proses utamanya. Efek

samping Depo Medroxyprogestin Acetate (DMPA) adalah dampak dari

DMPA yang tidak diinginkan. Kontrasepsi suntik depo provera mengandung

Depo Medroxyprogestin Acetate (DMPA) 150 mg yang hanya berisi hormon

progesteron dan tidak mengandung estrogen. Hormon (dari bahasa Yunani :

“yang menggerakkan”) adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antar

kelompok sel. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar

endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam

tubuh (Wikipedia, 2017).

2.6.1 Ketidakteraturan Siklus Haid

Gangguan pola haid dari penggunaan kontrasepsi suntik depo provera

adalah :
1. Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya atrofi

endometrium yaitu kadar estrogen turun dan progesteron meningkat

sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk – lekuk di

endometrium (Wiknjosastro, 2013).

2. Gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya hormon

estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan hormon (Hartanto,

2013).

3. Gangguan pola haid metroraghia disebabkan oleh kadar hormon

estrogen dan progesteron yang tidak sesuai dengan kondisi dinding

uterus (endometrium) untuk mengatur volume darah menstruasi dan

dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau

kelainan fungsional (Hartanto, 2013).

2.6.2 Perubahan berat badan

Kenaikan berat badan adalah salah satu efek samping kontrasepsi

suntikan. Kenaikan berat badan dapat juga disebabkan hal-hal lain.

Hipotesa para ahli : Depo Medroxyprogesterone (DMPA) merangsang

pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan

akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Disamping itu dapat pula

terjadi penurunan berat badan.

Perubahan BB kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron

mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,

sehingga lemak banyak yang bertumpuk di bawah kulit dan bukan

merupakan karena retensi (penimbunan) cairan tubuh.


Pengaturan diet merupakan pilihan yang utama. Dianjurkan untuk

melaksanakan diet rendah kalori disertai olahraga teratur dan

sebagainya. Bila terlalu kurus dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila

berhasil dianjurkan untuk ganti cara ke kontrasepsi non hormonal

(Suratun, 2018).

2.6.3 Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana

terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu

lama) terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di

kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu (Smeltzer,

2013).

Idealnya orang sehat mempunyai tekanan darah berkisar antara

sistoli < 130 dan diastolik < 85 atau sistolik antara 130 – 139 dan

diastolik antara 85 –89. Hipertensi merupakan kelainan yang sulit

diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui

hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

Selain hal diatas, ada faktor – faktor lain yang juga berperan dalam

munculnya penyakit hipertensi antara lain : usia, stress, serum lipid,

diet, obesitas, faktor hormonal, pemakaian kontrasepsi hormonal,

penyakit ginjal, obat – obatan dan penyebab lainnya.

Diatas disebutkan salah satu faktor pencetus hipertensi adalah

penggunanan alat kontrasepsi hormonal. Perempuan memiliki hormon

estrogen yang mempunyai fungsi mencegah kekentalan darah serta


menjaga dinding pembuluh darah supaya tetap baik. Pada akseptor

KB hormonal suntik mengalami ketidakseimbangan hormon estrogen

karena produksi hormon estrogen di otak dihambat oleh hormon –

hormon kontrasepsi yang diberikan lewat suntikan. Apabila kondisi

ketidakseimbangan kadar hormon estrogen ini berlangsung lama, maka

akan dapat meningkatkan kekentalan darah walaupun dalam tingkatan

yang sedikit sehingga akan mempengaruhi tingkat tekanan darah.

2.7 Kerangka Teori

Kerangka Teori merupakan uraian atas defenisi-definisi terkait dengan

biasa lahan yang akan dijadikan sebagai tujuan dalam melakukan penelitian

(Notoadmojo, 2012).

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.7

Bagan Kerangka Teori

Perubahan Berat Badan

Lamanya Penggunaan KB
Suntik 3 Bulan Hipertensi

Ketidakteraturan Siklus
Haid

Sumber: (Hartanto, 2013).


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

1. Hubungan Lama Penggunaan Kontrasespsi suntik dengan Kenaikan

Berat Badan

salah satu efek samping dari metode suntikan adalah adanya

penambahan berat badan. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu

besar, bervariasi antara kurang dari satu kilogram sampai lima kilogram

dalam tahun pertama. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas.

Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena

retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli: DMPA (Depot medroxy progesterone

acetate) merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang

menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya (Hartanto,

2013).

2. Hubungan lama penggunaan Kontrasepsi Suntik dengan Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana

terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu

lama) terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di

kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu Idealnya orang

sehat mempunyai tekanan darah berkisar antara sistoli < 130 dan diastolik
< 85 atau sistolik antara 130 – 139 dan diastolik antara 85 –89. Hipertensi

merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-

satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur

tekanan darah kita secara teratur (Smeltzer, 2013).

3. Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik dengan

Ketidakteraturan Siklus Haid

Gangguan pola haid dari penggunaan kontrasepsi suntik depo provera

adalah Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya atrofi

endometrium yaitu kadar estrogen turun dan progesteron meningkat

sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk – lekuk di endometrium

(Wiknjosastro, 2013).

Gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya hormon

estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan hormon (Hartanto, 2013).

Dari kerangka acuan di atas, secara skematis kerangka konsep dapat di

gambarkan pada bagan di bawah ini :


Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Perubahan Berat
Badan
Lamanya Penggunaan
Hipertensi Kontrasepsi
KB Suntik 3 bulan

Ketidakteraturan Siklus
Haid

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap teori yang belum

terbukti dalam data, penelitian, hipotesis ini akan menggunakan uji statistic,

sehingga dapat disimpulkan benar atau salah (Masturah, 2018)

3.2.1 Hipotesis Mayor

Ada hubungan perubahan berat badan, hipertensi dan ketidakteraturan

siklus haid secara simultan dengan lamanya penggunaan kontrasepsi

KB suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama Tahun 2021.

3.2.2 Hipotesis Minor

1. Ada hubungan perubahan berat badan secara parsial dengan

lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan di UPTD

Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.


2. Ada hubungan hipertensi parsial dengan lamanya penggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama

Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

3. Ada hubungan ketidakteraturan siklus haid parsial dengan lamanya

penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas

Daya Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan metode survey analitik

dengan pendekatan cross sectional, dimana penelitian dilakukan dengan

mengukur variable independen (hubungan perubahan berat badan, hipertensi

dan ketidakteraturan siklus haid) dan variable dependen (lamanya

penggunaan kontrasespsi suntik 3 bulan) dalam waktu bersamaan

(Notoatmodjo, 2018).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2021

4.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini laksanakan di UPTD Puskesmas Daya Utama

Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

akseptor KB suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama yang

berjumlah 324 akseptor KB.

4.3.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh pupulasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling yaitu penggambilan sampel

berdasarkan criteria/pertimbangan tertentu yang peneliti buat sendiri

(Notoatmodjo, 2018). Adapun Sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh pengguna akseptor KB suntik 3 bulan yang di ambil dari ruang

poli KIA Puskesmas Daya Utama Tahun 2021 yang berjumlah 324

akseptor KB.

Menurut arikunto jika jumlah subyeknya besar lebih dari 100

maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% sehingga sampel yang

di gunakan sebanyak 81 akseptor (Setiadi, 2013).

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Data Primer

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

diambil langsung menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini data

primer adalah lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan

pada ibu akseptor kb suntik 3 bulan. Kuesioner digunakan untuk

mengetahui perubahan berat badan, hipertensi dan ketidakteraturan

siklus haid.

4.4.2 Data Sekunder

Dalam Sugiono (2017), data sekunder merupakan sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data


(peneliti). Data sekunder dalam penelitian ini diambil langsung dari

ruangan poli KIA Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin.

Meliputi data ibu akseptor KB suntik 3 bulan dan juga dari sumber

lainnya seperti jurnal yang berkaitan dengan judul penelitian.

Menurut Arikunto jika jumlah subyeknya besar lebih dari 100

maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% sehingga sampel yang

di gunakan sebanyak 81 akseptor. Sampel penelitian diambil

menggunakan metode purposive sampling yaitu dimana sampel diambil

sesuai dengan karateristik tertentu (Setiadi, 2013).

4.5 Pengolahan Data

Data yang dihasilkan dari penelitian diolah dengan langkah-langkah :

(Notoatmodjo, 2010).

4.5.1 Editing

Yaitu meneliti lembar dengan check list, bila sudah cukup baik dapat

diproses lebih lanjut.

4.5.2 Coding

Mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau

bilangan.

4.5.3 Entery

Memasukan data ke bentuk program tabel.

4.5.4 Cleaning
Sumber data selesai dimasukkan perlu di cek kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan dalam pengkodean, ketidaklengkapan,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

4.6 Analisis Data

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis ini untuk mengetahui distribusi frekuensi yang akan dilakukan

terhadap perubahan berat badan, hipertensi dan ketidakteraturan siklus

haid sebagai variabel independen dan lamanya penggunaan KB suntik 3

bulan sebagai variabel dependen.

4.6.2 Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel

dependen dengan dilakukan Uji Chi-Square, dengan batas kemaknaan α

: 0,1 keputusan hasil statistic diperoleh dengan cara membandingkan

nilai p (p value) dengan nilai α.

Keputusannya :

1. Bila p value ≤ 0,05 berarti ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

2. Bila p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen.

(Notoatmodjo, 2013).
4.7 Definisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala


O Operasional Ukur Ukur ukur Ukur
1. Lamanya Lama Kuisioner Wawancar 1. Ya, jika Lama Ordi
penggunaan Penggunaan a penggunaan nal
KB suntik 3 Kontrasepsi KB suntik 3
bulan adalah lamanya bulan ≥ 1 tahun
waktu 2. Tidak, jika
pemakaian alat Lama
kontrasepsi penggunaan
suntik 3 bulan KB suntik 3
yang pernah di bulan < 1 tahun
gunakan (Rohmatin,
responden saat 2015)
penggumpulan
data\wawancara
dilakukan
(Rohmatin,
2015).
2. Perubahan Perubahan berat kuisioner Wawancara 1. Bertambah, Di Ordinal
Berat Badan badan adalah katakan
berubahnya bertambah
ukuran berat, apabila berat
baik bertambah badan ibu
atau berkurang. bertambah 2 Kg
Koes Irianto dari berat badan
(2013) awal pemakain
KB suntik dan
maksimal 7-8 kg

2. Tidak
bertambah, Di
katakan
berkurang
apabila berat
badan ibu
berkurang 2 Kg
dari berat badan
awal pemakain
KB suntik.

(Koes Irianto,
2013)
3. Hipertensi Hipertensi Kuisioner Wawancara 1. Ya, Hipertensi ordinal
adalahsebagai jika tekanan
peningkatan darah ≥ 140/90
tekanan darah mmHg.
sistolik 2. Tidak,
sedikitnya 140 Hipertensi jika
mmHg atau tekanan darah <
diastolic 140/90 mmHg.
sedikitnya 90 ( Naurih A.H
mmHg ( Naurih dan Kusuma H,
A.H dan Kusuma 2016)
H, 2016)
4. Ketidakteratu Menstruasi Kuisioner Wawancara 1. Normal, jika Ordinal
ran Siklus adalah siklus haid 22-
Haid perdarahan 35 dengan
perdarahan lamanya 2-7
secara periodik hari.
dan siklik dari 2. Tidak Normal,
uterus disertai jika siklus
pelepasan haid <22 dan
endometrium. >35 dengan
Siklus lamanya <2
menstruasi dan >7 hari
normal terjadi (kusmiran,
setiap 22-35 hari 2014).
dengan lama
menstruasi
selama 2-7 hari
(kusmiran,
2014).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Sejarah Singkat UPTD Puskes Daya Utama

UPTD Puskesmas Daya Utamadidirikan pada tahun 1993 yang

merupakan bangunan INPRES Pemerintah Kabupaten Tk. II

Banyuasin.UPTD Puskemas Daya Utama memiliki 15 desa sebagai

wilayah kerjanya. 15 Desa tersebut adalah Desa Tirtajaya, Desa Daya

Utama, Desa Daya Makmur, Desa Sidomulyo 18, Desa Sidorejo, Desa

Margo Sugihan, Desa Margo Mulyo, Desa Purwodadi, Desa Sumber

Makmur, Desa Sidomulyo 20, Desa Air Gading, Desa Tirto Raharjo,

Desa Tanjung Baru, Desa Karang Anyar, Desa Muara Padang

Tanah Puskesmas merupakan hibah dari warga masyarakat dengan

luas tanah 8000m2 dan diatasnya berdiri 1 buah bangunan Puskesmas

satu lantai . Luas bangunan UPTD Puskesmas Daya Utama ± 350 m2

dan setelah direnovasi pada tahun 2018 luas bangunan menjadi 370m2.

UPTD Puskesmas Daya Utama Memilki jaringan yaitu 3 Puskesmas

Pembantu yaitu Puskesmas pembantu Sidorejo, Puskesmas Pembantu

Sidomulyo 20, Puskesmas Pembantu Muara Padang dan 15 Pos

kesehatan Desa.

5.1.2 Visi, Misi dan Motto UPTD Puskesmas Daya Utama

1. Visi

Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Muara Padang Tahun 2022.


2. Misi

a. Meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat.

b. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia

c. Mendorong kemandirian hidup sehat sebagai upaya

pencegahan dan pengendalian penyakit

d. Memberikan pelayanan kesehatan dengan tulus dan ikhlas

e. Meningkatkan peran aktif masyarakat terhadap kesehatan

3. Motto

Pelayanan Bermutu Komitmen Kami.

5.1.3 Ketenagaan

1. Dokter Umum : 2 orang

2. Dokter Gigi : 1 orang

3. perawat Ners : 5 orang

4. perawat D-3 : 3 orang

5. Perawat Gigi : 1 orang

6. Bidan : 46 orang

7. Apoteker : 1 orang

8. Ass. Apoteker : 2 orang

9. Tenaga Kesehatan Farmasi : 2 orang

10. Analis Laboratorium : 2 orang

11. D-3 Gizi : 1 orang

12. Kesehatan Masyarakat : 3 orang


13. D3 Perekam Medik : 1 orang

Total Profesi : 70

Tenaga Non Profesi : 2 orang

Total : 72 orang

5.1.4 Pelayanan

1. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

a. UKM Essensial meliputi :

1) Pelayanan Promosi Kesehatan

2) Pelayanan Kesehatan Lingkungan

3) Pelayanan KIA/KB yang bersifat UKM

4) Pelayanan gizi yang bersifat UKM

5) Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

b. UKM Pengembangan

1) Pelayanan Kesehatan Lansia

2) Pelayanan Kesehatan Jiwa

3) Pelayanan Pos Pembinaan Terpadu

4) Pelayanan Kesehatan Tradisional

5) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja

6) Pelayanan UKS dan UKGS

2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan

a. Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medik

b. Pelayanan Pemeriksaan Umum

c. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


d. Pelayanan KIA dan KB

e. Pelayanan Imunisasi

f. Pelayanan Konseling Gizi

g. Pelayanan Konseling Kesling

h. Pelayanan Kesehatan Jiwa

i. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja

j. Pelayanan MTBS

k. Pelayanan TB Paru (Ruang DOTs)

l. Pelayanan Laboratorium

m. Pelayanan Apotik

n. Pelayanan Persalinan

o. Pelayanan Rawat Inap

p. Pelayanan IGD

5.2 Analisis Data

5.2.1 Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

presentase dari variabel dependen (lamanya penggunaan kontrasepsi

suntik KB 3 bulan) dan variabel independen (perubahan berat badan,

hipertensi dan ketidakteraturan siklus haid). data disajikan dalam

bentuk tabel dan teks.

1. Lamanya Penggunaan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan


Lamanya Penggunaan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan

dikategorikan dalam dua kelompok, lama (jika pemakaian KB

Suntik 3 Bulan < 1 tahun) dan tidak lama (jika pemakaian KB

Suntik 3 bulan ≥ 1 tahun). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Lamanaya Penggunaan
Persentase
No. Kontrasepsi KB Suntik 3 Frekuensi (f)
(%)
Bulan
1 Ya 71 90
2 Tidak 10 10
Jumlah 81 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 81 responden

menggunakan kontrasepsi KB Suntik 3 bulan lebih dari 1 tahun

sebanyak 71 responden (90%) dan responden yang tidak lama

memakai kontrasespsi KB Suntik 3 bulan sebanyak 10 responden

(10%).

2. Perubahan Berat Badan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah

dilakukan, maka variabel perubahan berat badan dikategorikan

menjadi 2 (dua) yaitu bertambah : bila berat badan ibu bertambah 2

Kg dari berat badan awal pemakain KB suntik dan maksimal 7-8

kg, tidak bertambah: bila berat badan ibu berkurang 2 Kg dari berat

badan awal pemakain KB suntik

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perubahan Berat Badan di
UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021
No. Perubahan Berat Frekuensi (f) Persentase
Badan (%)
1 Bertambah 57 70,4
2 Tidak Bertambah 24 29,6
Jumlah 81 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 81 responden

dengan penambahan berat badan dari awal pemakaian KB suntik 3

bulan sebanyak 57 responden (70,4%).

dan responden dengan berkurangnya berat badan dari awal

pemakaian KB Suntik 3 bulan sebanyak 24 responden (29,6%).

3. Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah

dilakukan, maka variabel hipertensi dikategorikan menjadi 2 (dua)

yaitu ya, hipertensi: bila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.

Tidak: bila tekanan darah < 140/90 mmHg. Hasil analisis dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hipertensi Responden
di UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021
Persentase
No. Hipertensi Frekuensi (f)
(%)
1 Ya 49 60,5
2 Tidak 32 39,5
Jumlah 81 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 81 responden

dengan hipertensi sebanyak 49 responden (60,5%) dan responden

dengan tidak mengalami hipertensi sebanyak 32 responden

(39,5%).

4. Ketidakteraturan Siklus Haid


Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah

dilakukan, maka variabel ketidakteraturan siklus haid

dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu normal: jika jika siklus haid

22-35 dengan lamanya 2-7 hari.

Tidak normal: jika siklus haid < 22 dan >35 dengan lamanya 2-7

hari. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan ketidakteraturan siklus haid
Responden di UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin
Tahun 2021
Ketidakteraturan Persentase
No. Frekuensi (f)
Siklus Haid (%)
1 Normal 27 33,3
2 Tidak Normal 54 66,7
Jumlah 81 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 81 responden

dengan mengalami kenormalan siklus haid sebanyak 27 responden

(33,3%) dan responden mengalami ketidakteraturan siklus haid

sebanyak 54 responden (66,7%).

5.2.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara dua

variabel yaitu: variabel dependen yaitu lamanaya penggunaan

kontrasepsi KB Suntik 3 bulan dan variabel independen (perubahan

berat badan, hipertensi dan ketidakteraturan siklus haid) dengan

menggunakan uji statistic Chi-Square dengan batas kemaknaan α 0,05.

Keputusan hasil statistik diperoleh dengan cara membanding pvalue

dengan α keputusannya hasil uji statistik, yaitu: apabila p value < α

0,05 berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel


dependen, apabila p value > α 0,05 berarti tidak ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

1. Hubungan Perubahan Berat Badan dengan Lamanaya

Penggunaan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan

Dari 81 responden yang diteliti kejadian preeklampsia berdasarkan

perubahan berat badan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu

bertambah dan tidak bertambah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.6
Hubungan Perubahan Berat Badan dengan Lamanya Penggunaan
Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama
Kabupaten Banayuasin Tahun 2021
Lamamnya Penggunaan
Perubahan Kontrasepsi KB Suntik 3 Total p
No
Berat Badan Bulan value
Ya % Tidak % n %
1 Bertambah 38 65,5 10 34,5 48 100
2 Tidak 20 56,5 13 44,5 33 100 0,001
Bertambah
Total 58 23 81 100

Ber

Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil dari 48 responden

dengan perubahan berat badan yang lama menggunaan kontrasepsi KB

suntik 3 bulan sebanyak 38 responden (65,5%) dan yang tidak lama

menggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 10 responden

(34,5%) sedangkan dari 33 responden dengan tidak mengalami

perubahan berat badan yang lama penggunaan kontrasepsi KB suntik 3

bulan sebanyak 20 responden (56,5%) dan yang tidak lama


penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 13 responden

(44,5%).

Dari uji statistik Chi-Square pada tingkat kemaknaan  = 0,05

diperoleh nilai p value = 0,001 yang berarti ada hubungan perubahan

berat badan dengan lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3

bulan, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan

perubahan berat badan dengan lama penggunaan kontrasespsi KB

suntik 3 bulan terbukti secara statistik.

2. Hubungan Hipertensi Dengan Lamanya Penggunaan Kontrasepsi

KB Ssuntik 3 Bulan

Dari 81 responden yang diteliti lamanaya penggunaan

kontrasepsi suntik 3 bulan dengan hipertensi dikelompokkan menjadi 2

kategori yaitu ya dan tidak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 5.7
Hubungan Hipertensi dengan Lamanya Penggunaan Kontrasepsi
KB Suntik 3 Bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten
Banayuasin Tahun 2021

Lama penggunaan
Total p
No Hipertensi kontrasepsi KB suntik 3 bulan
value
Ya % Tidak % n %
1 Ya 32 59,3 22 40,7 54 100
2 Tidak 11 40,7 16 59,3 27 100 0,001
Total 43 38 81 100

Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil dari 54 responden

dengan hipertensi yang lama menggunaan kontrasepsi KB suntik 3

bulan sebanyak 32 responden (59,3%) dan yang tidak lama


menggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 22 responden

(40,7%) sedangkan dari 27 responden dengan tidak mengalami

hipertensi yang lama penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan

sebanyak 11 responden (40,7%) dan yang tidak lama penggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 16 responden (59,3%).

Dari uji statistik Chi-Square pada tingkat kemaknaan  = 0,05

diperoleh nilai p value = 0,001 yang berarti ada hubungan hiperetensi

dengan lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan, sehingga

hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan hipertensi dengan

lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan terbukti secara

statistik.

3. Hubungan Ketidaktertauran Siklus Haid Dengan Lamanya

Penggunaan Kontrasepsi KB Ssuntik 3 Bulan

Dari 81 responden yang diteliti kejadian preeklampsia

berdasarkan jarak kehamilan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu

normal dan tidak normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 5.8
Hubungan Ketidakteraturan Siklus Haid dengan Lamanya
Penggunaan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan di UPTD Puskesmas
Daya Utama Kabupaten Banayuasin Tahun 2021

Lamanaya Penggunaan
Ketidakterturan Kontrasepsi KB Suntik 3 Total p
No
Siklus Haid Bulan value
Ya % Tidak % n %
1 Normal 19 44,2 24 55,8 43 100
2 Tidak Normal 23 60,5 15 39,5 38 100 0,041
Total 42 39 81 100
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil dari 43 responden

dengan ketidakterturan siklus haid yang lama menggunaan kontrasepsi

KB suntik 3 bulan sebanyak 19 responden (44,2%) dan yang tidak

lama menggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 24

responden (55,8%) sedangkan dari 38 responden dengan tidak

mengalami ketidakteraturan siklus haid yang lama penggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 23 responden (60,5%) dan

yang tidak lama penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak

15 responden (39,5%).

Dari uji statistik Chi-Square pada tingkat kemaknaan  = 0,05

diperoleh nilai p value = 0,041 yang berarti ada hubungan

ketidakteraturan siklus haid dengan lamanya penggunaan kontrasepsi

KB suntik 3 bulan, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada

hubungan ketidakteraturan siklus haid dengan lamanya penggunaaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan terbukti secara statistik.

5.3 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di ruang poli KIA pada akseptor KB suntik 3 bulan

di UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin pada bulan Agustus

tahun 2021 dengan menggunakan pendekatan cross sectional dan rekam

medik yang diambil sebagai sampel sebanyak 81 orang. Checklist sebagai alat

yang digunakan untuk mengumpulkan data bersifat objektif dimana peneliti

mencari hubungan antara variabel dependen (lamanya penggunaan kontrasepsi


KB suntik 3 bulan) dan variabel independen (perubahan berat badan,

hipertensi dan ketidakteraturan siklus haid).

5.3.1 Lamanaya Penggunaan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan

Penelitian ini dilakukan di UPTD Puskesmas Daya Utama

Kabupaten Banyuasin Tahun 2021, bahwa dari 81 responden

menggunakan kontrasepsi KB Suntik 3 bulan lebih dari 1 tahun

sebanyak 71 responden (90%) dan responden yang tidak lama

memakai kontrasespsi KB Suntik 3 bulan sebanyak 10 responden

(10%).

5.3.2 Perubahan Berat Badan

Hasil analisis univariat di dapat bahwa dari 81 responden dengan

penambahan berat badan dari awal pemakaian KB suntik 3 bulan

sebanyak 57 responden (70,4%).

dan responden dengan berkurangnya berat badan dari awal

pemakaian KB Suntik 3 bulan sebanyak 24 responden (29,6%).

Hasil analisis bivariat didapatkan hasil dari 48 responden dengan

perubahan berat badan yang lama menggunaan kontrasepsi KB suntik

3 bulan sebanyak 38 responden (65,5%) dan yang tidak lama

menggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 10 responden

(34,5%) sedangkan dari 33 responden dengan tidak mengalami

perubahan berat badan yang lama penggunaan kontrasepsi KB suntik 3

bulan sebanyak 20 responden (56,5%) dan yang tidak lama


penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 13 responden

(44,5%).

Hasil uji Chi-square di dapat nilai p value= 0,007 ≤ α 0,05 hal ini

berarti ada hubungan yang bermakna antara perubahan berat badan

dengan lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan, dengan

demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan perubahan berat

badan dengan lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan

terbukti secara statistik.

Penelitian ini sejalan dengan teori yaitu, Kenaikan berat badan

dapat juga disebabkan hal-hal lain. Hipotesa para ahli : Depo

Medroxyprogesterone (DMPA) merangsang pusat pengendalian nafsu

makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih

banyak dari biasanya. Disamping itu dapat pula terjadi penurunan berat

badan.

Perubahan berat badan kemungkinan disebabkan karena hormon

progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi

lemak, sehingga lemak banyak yang bertumpuk di bawah kulit dan

bukan merupakan karena retensi (penimbunan) cairan tubuh (Hartanto,

2013).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berjudul hubungan

hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik DMPA dengan

peningkatan berat badan akseptor di praktik mandiri bidan HS

Denpasar Barat tahun 2019, menyatakan bahwa dari 60 akseptor KB


suntik DMPA yang mengalami peningkatan berat badan yang rendah <

2 yaitu sebanyak 36,7%, peningkatan berat badan yang sedang 2-5 kg

sebanyak 50%.responden mengalami kenaikan berat badan tinggi

sebanyak lebih dari 5 kg yaitu 13,33%, sebagian responden mengalami

kenaikan berat badan dalam kategori yaitu 50% sebanyak 30 akseptor.

Hasil (p-Value 0,026) uji Chi Square diperoleh dari nilai yang

berarti ada kenaikan berat badan dengan lamanya penggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan secara signifikan (Devi Noviantari, dkk,

2020).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berjudul hubunngan

penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kenaikan berat badan

ibu di Klinik Linez kota Gunung Sitoli menyatakan bahwa penelitian

di peroleh bahwa responden yang menggunkan kontrasepsi suntik 3

bulan 56 orang sebanyak (62,2%) dan yang mengalami kenaikan berat

badan sebanyak 40 orang (44,4%) diperoleh hasil chi- square dengan p

Value =0,001 dengan nilai α=0,05 maka diperoleh dari nilai yang

berarti ada hubungan kenaikan berat badan dengan penggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan secara signifikan di Klinik Linez Kota

Gunungsitoli (Ade Ayu, 2019).

Peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara

hubungan perubahan berat badan dengan lamanya penggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama

Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.


5.3.3 Hipertensi

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dapat dilihat bahwa

dari 81 responden dengan hipertensi sebanyak 49 responden (60,5%)

dan responden dengan tidak mengalami hipertensi sebanyak 32

responden (39,5%).

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa didapatkan hasil

dari 54 responden dengan hipertensi yang lama menggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 32 responden (59,3%) dan

yang tidak lama menggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak

22 responden (40,7%) sedangkan dari 27 responden dengan tidak

mengalami hipertensi yang lama penggunaan kontrasepsi KB suntik 3

bulan sebanyak 11 responden (40,7%) dan yang tidak lama

penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 16 responden

(59,3%).

Dari uji statistik Chi-Square pada tingkat kemaknaan  = 0,05

diperoleh nilai p value = 0,001 yang berarti ada hubungan hiperetensi

dengan lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan, sehingga

hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan hipertensi dengan

lamanya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan terbukti secara

statistik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berjudul

hubungan lamanya penggunaan kontrasepsi hormonal suntik 3 bulan

dengan hipertensi di wilayah kerja UPT Puskesmas kopo sebanyak


36,8% dan lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan paling banyak

12-24 bulan sebanyak 63,9%, dapat di simpulkan terdpat hubungan

anatara lamanya penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan

kejadian hipertensi (p-volue =0,000) semakin lama penggunaan

kontrasepsi kb suntik 3 bulan semakin beresiko mengalami hipertensi

(Mulyani, 2020).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berjudul

hubungan penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulanan selama 1 tahun

dengan peningkatan tekanan darah di RSIA Cikarang Medika

Kabupaten Bekasi tahun 2019 menyatakan, hasil analisa didapat

akseptor yanga mengalami kenaikan tekanan darah > 1 tahun sebanyak

46,7% sedangkan yang lebih menggunakan > 2 tahun yaitu sebanyak

53,3% data tersebut menggambarkan ada hubungan penggunaan

kontrasepsi suntik dengan peningkatan tekanan darah diperoleh hasil

nilai dengan P-Value = 0,018 pada taraf signifikan yang berarti ada

hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan

peningkatan tekanan darah (Muhamad Fachri, 2019).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berjudul analisis

hubungan usia dengan resiko kejadian hipertensi pada akseptor

kontrasepsi KB suntik 3 bulan (DMPA) di Puskesmas Perumnas II

Pontianak. sebanyak 71,4% akseptor berusia >35-49 tahun serta 46,7%

akseptor berusia 20-30 tahun memiliki resiko kejadian hipertensi.

Aanlisis chi-square menunjukan hubungan bermakna anatara usia (p-


volue =0,050) dengan resiko kejadian hipertensi (Sekar Muktiyani,

2020).

Peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara

hubungan hipertensi dengan lamanya penggunaan kontrasepsi KB

suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin

Tahun 2021..

5.3.4 Ketidakterturan siklus haid

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dapat dilihat dari 81

responden dengan mengalami kenormalan siklus haid sebanyak 27

responden (33,3%) dan responden mengalami ketidakteraturan siklus

haid sebanyak 54 responden (66,7%).

didapatkan hasil dari 43 responden dengan ketidakterturan

siklus haid yang lama menggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan

sebanyak 19 responden (44,2%) dan yang tidak lama menggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 24 responden (55,8%)

sedangkan dari 38 responden dengan tidak mengalami ketidakteraturan

siklus haid yang lama penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan

sebanyak 23 responden (60,5%) dan yang tidak lama penggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan sebanyak 15 responden (39,5%).

Dari uji statistik Chi-Square pada tingkat kemaknaan  = 0,05

diperoleh nilai p value = 0,041 yang berarti ada hubungan

ketidakteraturan siklus haid dengan lamanya penggunaan kontrasepsi

KB suntik 3 bulan sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada


hubungan ketidakteraturan siklus haid dengan lamanya penggunaaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan terbukti secara statistik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berjudul

hubungan antara lama pemakaian alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan

dengan gangguan mentrsuasi pada akaseptor KB di Puskesmas Santan

Hilir pada tahun 2019 sampel yang berjumlah 34 orang 24 orang

(70,5%) sudah menggunakan KB suntik selama > 1 tahun dan

mengalami gangguana menstruasi dan 10 orang (29,5% menggunakan

KB suntik < 1 tahun tidak mengalami gangguan mentruasi sedangkan

pada hasil uji statistic menggunakan uji chi square di dapatkan p value

0,000 ≤ α 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara ketidakteraturan

siklus haid dengan lama pemakaian kontrasepsi KB suntik 3 bulan

dengan nilai (Alexander, 2019).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berjudul

hubungan lama penggunaan KB suntik 3 bulan dengan

ketidakteraturan siklus menstruasi di Puskesmas Simpang Tiga

Pekanbaru tahun 2019, responden yang mengalami kelainana

mentruasi menggunakan kontrasepsi KB suntik 3 bulan lebih dari 1

tahun 186 responden(83,4%) yang tidak mengalami kelainan mentruasi

yang berjumlah 37 responden (116,6%), berdasarkan pada hasil uji

statistic menggunakan uji chi square di dapatkan p value 0,045 (≤ α

0,05 ) yang artinya terdapat hubungan antara ketidakteraturan siklus


haid dengan lama pemakaian kontrasepsi KB suntik 3 bulan dengan

nilai (Susi Hartati, 2019).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berjudul

hubungan hubungan lama penggunaan KB suntik DMPA dengan

gangguan haid di klinik KB Vany Kbupaten Nias tahun 2019 sampel

yang berjumlah 32 responden, ada 32 responden yang mengalami

gangguan haid (86,5%) dan 5 responden yang tidak mengalami

gangguan haid (13,5%) setelah menggunakan KB suntik DMPA

sedangkan pada hasil uji statistic menggunakan uji chi square di

dapatkan p value 0,014 (≤ α 0,05 ) yang artinya terdapat hubungan

antara ketidakteraturan siklus haid dengan lama pemakaian kontrasepsi

KB suntik 3 bulan dengan nilai (Ivone Damaiyanti, 2019).

Peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara

hubungan ketidakteraturan siklus haid dengan lamanya penggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama

Kabupaten Banyuasin Tahun 2021.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan perubahan berat badan, hipertensi dan ketidakteraturan

siklus haid secara simultan dengan lamanya penggunaan kontrasepsi KB

suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin

Tahun 2021.

2. Ada hubungan perubahan berat badan secara parsial dengan lamanya

penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya

Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021 dengan nilai p-value = 0,001 ≤

α 0,05.

3. Ada hubungan hipertensi secara parsial dengan lamanya penggunaan

kontrasepsi KB suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama

Kabupaten Banyuasin Tahun 2021 dengan nilai p value= 0,001≤ α 0,05.

4. Ada hubungan ketidakteraturan siklus haid secara parsial dengan lamanya

penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya

Utama Kabupaten Banyuasin Tahun 2021 dengan nilai p value= 0,007 ≤

α 0,05.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Kepala Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin


Agar hasil penelitian ini dapat menjadi refrensi atau masukan bagi

Puskesmas Daya Utama dalam mengambil kebijakan untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

6.2.2 Bagi Universitas Kader Bangsa Palembang

Disarankan agar dapat melanjutkan penelitian mengenai hubungan

perubahan berat badan, hipertensi dan ketidakateraturan siklus haid

dengan lamannya penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan di UPTD

Puskesmas Daya Utama dalam sampel yang lebih besar serta dalam

waktu yang lebih lama.

6.2.3 Bagi Peneliti

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah ilmu pengetahuan peneliti terhadap kontrasepsi KB suntik 3

bulan dan efek sampingnya.

6.2.4 Bagi Peneliti yang akan datang

Diharapkan bagi peneliti yang akan datang jauh lebih baik lagi dalam

melakukan penelitian terutama mengenai perubahan berat badan,

hipertensi dan ketidakteraturan siklus haid dengan lamanya kontrasepsi

KB suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas Daya Utama Kabupaten

Banyuasin.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2012. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI.

Jakarta : Rineka Cipta.

BKKBN. (2018). Program Keluarga Berencana.

(www.bkkbn.prov.sumsel.go.id, di akses tanggal 14 juni 2021)

Provinsi Sumatera Selatan.

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Prawiro harjo, 2013.

Cahyono, Edy, dkk. Hubungan Kejadian Hipertensi, Kenaikan Berat Badan,

Perubahan Pola Menstruasi Dengan Lama Penggunaan Kontrasepsi

Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Pada Perempuan

Usia Subur di Desa Betek, Kecamatan Jati Kabupaten Blora, 2013.

(http://journalkbdmpa.ac.id, diakses tanggal 14 juni 2021).

Dinas Kesehatan Sumatera Selatan. 2020. Profil Kesehatan Sumatera Selatan.

www.dinkes.prov.sumsel.go.id, di akses tanggal 15 juni 2021).

Hartanto, hanafi, 2013. Keluarga Berencana dan

Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka sinar harapan.

Hormon Pada Wanita

(www.oocities/org/idaparida/hormon/sehat/hormonal.html, diakses

tanggal 14 juni 2021) irianto,K. 2013.

Hubungan Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal Dengan Gangguan

Siklus Menstruasi dan Peningkatan Berat Badan Pada Wanita Usia


Subur di PMB Wiwit Setiyorini Desa Varia Agung Lampung Tengah

Tahun 2019: (http://journal.aisyahuniversity.ac.id/index.php?

journal=Jaman, diakses tanggal 15 juni 2021).

Hubungan Lama Penggunaan KB Suntik Dengan Peningkatan Berat Badan

di: Journal Kesehatan 9(1) 67-68. Ice Sukarni K. 2013.

Info.datin KB 2018. Tersedia dalam : www.infodatin.co.id

(diakses tanggal 15 juni 2021).

Irianto, Koes. 2013. Kontrasepsi Kesehatan Seksual

Reproduksi. Jakarta: Pustaka medika

Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka sinar

harapan. Handayani, 2013.

Ketidakteraturan Siklus Haid, Berat Badan dan Flour Albus Terhadap

Akseptor Depoprogesteron Untuk Melanjutkan Suntik : journal

kesehatan Yesi Putri 2019 (diakses tanggal 14 juni 2021).

Kontrasepsi Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta: Pustaka

medika Kuntono, 2013.

Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta

Selatan : Salemba Media.

Mansjoer, 2009, Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.

Marmi, 2016. Buku Panduan Praktik Pelayanan

Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.


Melyani. Hubungan antara lama pemakaian alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan

dengan gangguan menstruasi pada akseptor KB di Puskesmas Siantan Hilir.

2019 : (http://journalkebidanan-ISSN.ac.id, diakses tanggal 14 juni 2021).

Noviantari, Devi. Hubungan lama penggunaan kontrasepsi suntik

Depoprogesteron Asetat dengan peningkatan berat badan Akseptor di

praktik mandiri bidan “HS” Denpasar Barat, 2019 :

(http://journalkesehatan.ac.id, diakses tanggal 14 juni 2021).

Notoatmodjo,s . 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: RINEKA.

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka.

Profil Dinas Kesehatan Sumatera Selatan 2018. Tersedia dalam :

www.profdinkes.sumsel.co.id (di akses tanggal 15 juni 2021).

Purnamasari D. Hubungan Lama Pemakaian KB Suntik Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA) Dengan Peruabahan Berat Badan di BPS

(Bidan Praktik Swasta) ”Yossi Trihana” Jongonalan klaten.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2009 (diakses tanggal 14 juni

2021).

Puskesmas Daya Utama Kabupaten Banyuasin 2018. Data Cakupan

Penggunaan Kontrasepsi Puskesmas Daya Utama Kabupaten

Banyuasin, 2018.

Saifuddin.2013. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya.

2013. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Jakarta: Lampung Tengah.


SDKI, 2013. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) . www.

kasdu.com (diakses pada tanggal 14 juni 2021).

WHO.2018. Kontrasepsi Hrmonal. Terseida Dalam : www.who.or.id (diakses

tanggal 14 juni 2021).

World Health Organizattion. 2018. Kontrasepsi Hormonal. Tersedia

dalam:www.who.or.id ( Diaskes tanggal 15 juni 2021).

Wikipedia 2017. Kriteria Hipertensi. Tersedia dalam : www.wikipedia.com

(diakses pada tanggal 15 jini 2021).


KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN, HIPERTENSI DAN


KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID DENGAN LAMANYA
PENGGUNAAN KONTRASEPSI KB SUNTIK 3 BULAN DI
UPTD PUSKESMAS DAYA UTAMA KABUPATEN
BANYUASIN TAHUN 2021

No. Responden :
Tanggal Penelitian :

KarakteristikResponden
Nama :
Usia :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Tinggi Badan / Berat Badan : cm / kg

Petunjukpengisian :
1. Jawablah pertanyaan dibawahini dengan memberi tanda checklist () diantara
pilihan ya dan tidak !
2. Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan yang anda ketahui !

NO. PERNYATAAN YA TIDAK


PERUBAHAN BERAT BADAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KB
SUNTIK 3 BULAN
1 Apakah ibu pernah mendapat informasi tentang efek
samping KB suntik 3 bulan?
2 Apakah ada perubahan berat badan sejak
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan ?
3 Apakah perubahan berat badan sejak menggunakan
konrasepsi suntik 3 bulan bertambah ?
4 Apakah terjadi penurunan berat badan yang berarti
sejak menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan ?
5 Apakah efek samping KB suntik 3 bulan sebagai suatu
dampak atau pengaruh yang merugikan dan tidak
diinginkan ?
6 Apakah nafsu makan bertambah sejak menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan ?
7 Apakah efek samping KB suntik 3 bulan seperti
penambahan berat badan terjadi pada semua
pengguna KB suntik 3 bulan ?
8 ApakahKB suntik 3 bulan menyebabkan peningkatan
lemak pada beberapa pengguna ?
9 Apakahpenambahan berat badan yang terjadi pada
pengguna KB suntik 3 bulan dikarenakan oleh
perubahan sistem tubuh ?
10Apakah dengan menjaga berat badan dalam kisaran
normal dapat mengurangi risiko terjadinya efek
sampingKB suntik 3 bulan?
NO. PERNYATAAN YA TIDAK
HIPERTENSIPENGGUNAAN KONTRASEPSI KB SUNTIK 3 BULAN

1 Apakah ibu mengalami riwayat penyakit


hipertensi(tekanan darah tinggi) sebelum atau saat
menggunakan KB Suntik 3 bulan ?
2 Apakah anda terganggu dengan keluhan yang anda
rasakandari hipertensi (tekanan darah tinggi)?
3 Apakah anda memiliki keluhan atau pernah merasakan
efek samping selama penggunaan KB suntik 3
bulan yang anda gunakan saat ini seperti hipertensi
(tekanan darah tinggi)?
4 Apakah anda melakukan pemeriksaaan diri ke tenaga
kesehatan di Puskesmas terhadap keluhan yang
anda rasakan?
5 Apakah ibu selama menggunakan KB suntik 3 bulan
mengalami sakit kepala ?
6 Apakah dengan menjaga berat badan dalam kisaran
normal dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi(tekanan darah tinggi) ?
7 Apakah hipertensi (tekanan darah tinggi) dapat
dicegah dengan istirahat dan tidur yang cukup
yaitu 6-8 jam sehari ?
8 Apakah ada anggota keluarga ibu yang mengalami
hipertensi (tekanan darah tinggi) ?
9 Apakah upaya yang dilakukan untuk mengurangi
penggunaan kadar garam pada makanan yang
dikonsumsi sebagai pengobatan hipertensi (tekanan
darah tinggi) ?
10Apakahsetelah berhenti menggunakan KB suntik 3
bulantekanan darah dapat kembali normal ?
NO. PERNYATAAN YA TIDAK
KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PENGGUNAAN KONTRASEPSI
KB SUNTIK 3 BULAN
1 Apakah ibu masih menstruasi atau haid saat ini ?

2 Apakah darah yang keluar saat menstruasi normal ?

3 Apakah darah yang keluar menghabiskan 1-2 pembalut


perhari ?

4 Apakah waktu menstruasi normal (2-7 hari) ?

5 Apakah darah haid berupa gumpalan darah ?

6 Apakah nyeri ketika haid ?

7 Apakah ibu tidak mengalami haid lebih dari 3 bulan


berturut-turut ?

8 Apakah darah yang keluar berupa bercak-bercak ?

9 Apakah siklus haid normal (diantara 21-35 hari) ?

*Siklus haid adalah rentang hari sejak hari pertama haid


hingga hari pertama haid berikutnya

10Apakah darah yang keluar saat menstruasi sedikit ?


NO. PERNYATAAN YA TIDAK
LAMANYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI KB SUNTIK 3 BULAN

1 Apakah ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan


sudah selama ≤12 bulan ?
2 Apakah ibu melakukan suntikan ulang sesuai dengan
jadwal KB suntik 3 bulan (dapat dilihat pada kartu
suntik ulang) ?
3 Sebelum menggunakan alat kontrasepsi yang saat ini,
apakah ibu menggunakan jenis alat KB lainnya ?
4 Apakah ibu tetap meneruskan pemakaian KB suntik 3
bulan ketika terjadi efek samping seperti
penambahan berat badan, hipertensi(tekanan darah
tinggi) dan ketidakteraturan siklus haid?
5 Apakah ibu pernah terlambat menggunakan KB suntik
3 bulan yang digunakan saat ini ?
6 Pernahkah ibu berhenti beberapa saat menggunakan
KB suntik 3 bulan ?
7 Apakah ibumenggunakan KB suntik 3 bulan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan?
8 Apakah ibu pernah lupa melakukan suntik KB3
bulan ?
9 Apakah ibupernah konsultasi mengenai KB suntik 3
bulanyang anda gunakan saat ini?
10Apakah ibu menggunakan KB suntik 3 bulan sesuai
dengan aturan atau petunjuk tenaga kesehatan?

HASIL PENELITIAN
HUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN, HIPERTENSI DAN
KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID DENGAN LAAMANYA
PENGGUNAAN KONTRASEPSI KB SUNTIK 3 BULAN DI UPTD
PUSKESMAS DAYA UTAMA KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2021

1. Analisis Univariat

Lamanya Penggunaan
KB Suntik 3 bulan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 60 74.1 74.1 74.1
Tidak 21 25,9 25,9 25,9
Total 81 100.0 100.0 100.0

Perubahan Berat Badan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 57 70.4 70.4 70.4
Tidak 24 29.6 29.6 29.6
Total 81 100.0 100.0 100.0

Hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 49 60.5 60.5 60.5
Tidak 32 39.5 39.5 39.5
Total 81 100.0 100.0 100.0

Ketidakteraturan Siklus Haid


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 27 33.3 33.3 33.3
Tidak 54 66.7 66.7 66.7
Total 81 100.0 100.0 100.0

2. Analisis Bivariat
a. Perubahan Berat Badan * Lamanya Penggunaan KB Suntik 3 bulan
Crosstab
Lamanya Penggunaan Total
KB Suntik 3 bulan
Ya Tidak
Count 38 20 58
% within Perubahan
Berat Badan
Ya
Lamanya Penggunaan
KB Suntik 3 bulan
Perubahan % of Total 65.5% 34.5% 100%
Berat Badan Count
% within Perubahan
10 13 23
Berat Badan
Tidak
Lamanya Penggunaan
KB Suntik 3 bulan
% of Total 43.5% 56.5% 100%
Count
% within Perubahan
48 33 81
Berat Badan
Total
Lamanya Penggunaan
KB Suntik 3 bulan
% of Total 59.3% 40.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 17.210 a
1 .002
Likelihood Ratio 13.491 1 .002
Linear-by-Linear
8.604 1 .002
Association
N of Valid Cases 81
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3.00.

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .500 .002
N of Valid Cases 81
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

b. Hipertensi * Lamanya Penggunaan KB Suntik 3 bulan


Crosstab
Lamanya Penggunaan Total
KB Suntik 3 bulan
Ya Tidak
Count 32 22 54
% within Hipertensi
Ya Lamanya Penggunaan
KB Suntik 3 bulan
% of Total 59.3% 40.7% 100%
Hipertensi
Count
% within Hipertensi 11 16 27
Tidak Lamanya Penggunaan
KB Suntik 3 bulan
% of Total 40.7% 59.3% 100%
Count
% within Hipertensi 43 38 81
Total Lamanya Penggunaan
KB Suntik 3 bulan
% of Total 53.1% 46.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 11.410 a
1 .001
Likelihood Ratio 13.691 1 .001
Linear-by-Linear
9.604 1 .001
Association
N of Valid Cases 81
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3.00.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .604 .001
N of Valid Cases 81
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Ketidakteraturan Siklus Haid* Lamanya Penggunaan KB Suntik 3


bulan
Crosstab
Lamanya Penggunaan Total
KB Suntik 3 bulan
Ya Tidak
Count 19 24 43
% within
Ketidakteraturan
Ya normal Siklus Haid
Lamanya Penggunaan
KB Suntik 3 bulan
Ketidakteraturan % of Total 44.2% 55.8% 100%
Siklus Haid Count
% within
Ketidakteraturan 23 15 38
Tidak Siklus Haid
normal
Lamanya Penggunaan
KB Suntik 3 bulan
% of Total 60.5% 39.5% 100%
Count
% within
Ketidakteraturan 42 39 81
Total Siklus Haid
Lamanya Penggunaan
KB Suntik 3 bulan
% of Total 51.9% 48.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 13.410a 1 .000
Likelihood Ratio 14.691 1 .000
Linear-by-Linear
10.604 1 .000
Association
N of Valid Cases 81
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3.00.

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .556 .000
N of Valid Cases 81
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Anda mungkin juga menyukai