PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
IFNA MAIDANI
NIM : 21010039
TAHUN 2022
i
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Nama/Inisial responden :
Nomor Responden :
Dumai , 2022
Responden
( )
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
NIM : 21010039
PEMINATAN : MATERNITAS
Proposal Skripsi telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan
Tim penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) pekanbaru Medical Center Pekanbaru.
Mengetahui,
Pembimbing
ii
PERSETUJUAN PENGUJI
JUDUL SKRIPSI : Hubungan IMD Terhadap Kelancaran Asi Pada Ibu Nifas
Di Rs.Pertamina Dumai
NIM : 21010039
PEMINATAN : MATERNITAS
Proposal Skripsi telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan
Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Pekanbaru, 2022
Penguji I Penguji II
NIDN: 1007027001
iii
KATA PENGANTAR
dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Tiada kata yang dapat diungkapkan
untuk menyampaikan rasa terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah
sebab itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih pada:
Center (PMC).
(PMC).
5. Kedua orang tua serta suami tercinta dan anak2 yang telah memberikan
iv
6. Teman-teman S1 Keperawatan Tahun 2022 Yang telah memberikan
Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran demi
membutuhkan.
Dumai, 2022
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
BAB III..................................................................................................................25
METODE PENELITIAN.......................................................................................25
3.1 Desain Penelitian.....................................................................................25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................25
3.2.1 Populasi dan Sampel.......................................................................25
3.3 Pengumpulan Data..................................................................................27
3.4 Pengolahan Data......................................................................................27
3.5 Analisa Data............................................................................................29
BAB IV..................................................................................................................31
HASIL PENELITIAN............................................................................................31
4.1 Data Umum Tempat Penelitian...............................................................31
4.2 Hasil Penelitian........................................................................................32
4.3 Pembahasan.............................................................................................36
BAB V....................................................................................................................39
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................39
A. Kesimpulan.................................................................................................39
B. Saran............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
vii
BAB I
PENDAHULUAN
semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-bulan pertama
makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkemabangan bayi yang sehat. Manfaat
pemberian ASI eksklusif memberikan manfaat bagi bayi dan juga ibunya, bagi ibu
ASI eksklusif bagi ibu dapat menunda kehamilan dan mengecilkan rahim.
kontak kulit bayi dengan kulit ibunya sendiri, setidaknya selama satu jam
segera setelah bayi lahir. Cara melakukan inisiasi menyusui dini ini
dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara ( Roesli, 2018).
dan WHO merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui air susu ibu (ASI)
selama paling sedikit 6 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi
berumur dua tahun. Agar ibu dapat mempertahankan ASI eksklusif selama 6
1
bulan, WHO merekomendasikan agar melakukan inisiasi menyusui dini
dalam satu jam pertama kehidupan, bayi hanya menerima ASI tanpa
atau sesering yang diinginkan bayi dan tidak menggunakan botol atau dot (WHO,
2018).
kembang anak. Bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif dapat berakibat buruk
pada gizi dan kesehatan bayi (Zaenab, 2016). Kandungan antibodi dalam ASI
mampu menginduksi sistem imun tubuh sehingga anak yang diberi ASI eksklusif
tidak mudah sakit dan mengurangi morbiditas infeksi sistem pencernaan dan diare
(Hartinah dan Dewi, 2016). Anak yang diberi ASI eksklusif memiliki resiko lebih
rendah terkena infeksi gastrointestinal dibanding anak yang hanya mendapat ASI
kematian anak dengan persentase 31,4% (Tamimi, Jurnalis & Sulastri, 2016).
Selain itu, anak yang mendapatkan ASI eksklusif juga tidak mudah terkena
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Survei mortalitas yang dilakukan Subdit
Masalah yang timbul selama masa menyusui dapat dimulai sejak periode
antenatal, masa pasca persalinan dini (nifas atau laktasi) dan masa pasca
proses menyusui, yaitu masalah menyusui pada masa nifas dini adalah putting
2
susu nyeri, putting susu lecet, payudara bengkak, mastitis atau abses payudara.
Masalah menyusui pada masa nifas lanjut adalah sindrom ASI kurang, ibu yang
bekerja sedangkan masalah menyusui pada keadaan khusus adalah ibu melahirkan
dengan bedah sesar, ibu sakit. Mengingat banyak terjadi perubahan perilaku
bayinya sendiri terutama pada ibu – ibu yang bekerja dengan alasan air susunya
hanya sedikit atau tidak keluar sama sekali, keadaan ini memberikan dampak
Masalah yang timbul selama masa menyusui dapat dimulai sejak periode
antenatal, masa pasca persalinan dini (nifas atau laktasi) dan masa pasca
proses menyusui, yaitu masalah menyusui pada masa nifas dini adalah putting
susu nyeri, putting susu lecet, payudara bengkak, mastitis atau abses payudara.
Masalah menyusui pada masa nifas lanjut adalah sindrom ASI kurang, ibu yang
bekerja sedangkan masalah menyusui pada keadaan khusus adalah ibu melahirkan
dengan bedah sesar, ibu sakit. Mengingat banyak terjadi perubahan perilaku
bayinya sendiri terutama pada ibu – ibu yang bekerja dengan alasan air susunya
hanya sedikit atau tidak keluar sama sekali, keadaan ini memberikan dampak
3
kenyataannya masih rendah hanya 74,5% (Balitbangkes,2019). Data profil
kesehatan Indonesia, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2018 sebesar
Berdasarkan laporan rutin Direktorat Gizi Masyarakat tahun 2021 per tanggal
4 Februari 2022, diketahui bahwa dari 1.845.367 bayi usia < 6 bulan yang di
recall terdapat 1.287.130 bayi usia < 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif,
sehingga dapat disimpulkan bahwa capaian indikator bayi usia < 6 bulan
mendapat ASI Eksklusif sebesar 69,7%. Capaian ini sudah memenuhi target tahun
bawah target yaitu Papua (11,9%), Papua Barat (21,4%), dan Sulawesi Barat
(27,8%), sementara itu 31 provinsi lainnya telah mencapai target dengan capaian
tertinggi adalah provinsi Nusa Tenggara Barat (86,7%) (Profil Kesehatan Riau,
2021-http://ppid.kemkes.go.id/uploads/img_62a2df29f07c5.pdf). Sedangkan
persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Provinsi Riau
pada tahun 2021 yaitu sebesar 70,29%. Cakupan persentase pemberian ASI
eksklusif pada bayi belum mencapai target 80% (Profil Kesehatan Riau, 2021). Di
kota Dumai, cakupan ASI eksklusif hanya sebesar 39,6% (Profil Kesehatan
Dumai, 2019)
Berdasarkan data dari RS Pertamina Dumai, jumlah bayi yang diberi ASI
Eksklusif usia 0-6 bulan cenderung rendah. Berdasarkan survei awal ini diketahui
oleh tidak dilakukan IMD, ibu yang melahirkan dengan metode operasi Caesar,
4
adanya masalah menyusui, ibu yang bekerja dan banyaknya promosi susu formula
oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan
kelancaran ASI pada bayi usia > 6 - 12 bulan di RS Pertamina Dumai tahun 2022.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian
Dumai
RS Pertamina Dumai
5
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Untuk Peneliti
mempersiapkan IMD.
Hasil studi ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan evidence based
Data dan hasil yang diperoleh dapat dijadikan sumber informasi dan masukan
bagi tenaga kesehatan terutama yang berperan dalam membantu persalinan untuk
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan
vitamin atau ASI perah). Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, dan air putih, serta tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat (Prasetyono,
2012).
tambahan apapun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air
matang, air gula dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan (Asih, 2016).
kelahiran bayi hormon estrogen menurun dan penurunan hormon estrogen ini
ASI. Produksi prolaktin juga bisa diperoleh dari menyusunya bayi pada payudara
produksi oksitosin. Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae
melalui duktus ke sinus laktiferus. Oksitosin yang dihaslkan dari hisapan bayi
7
khusus (sel-sel myolepitel) yang mengelilingi alveolus dan duktus laktiferus.
Kontraksi sel inilah yang menyebabkan ASI dapat keluar. Gerakan ASI keluar
Pelepasan (let down reflect) penting sekali dalam pemberian ASI yang baik.
Tanpa pelepasan, bayi dapat menghisap terus menerus, tetapi hanya mendapatkan
sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan didalam payudara. Bila pelepasan
ini gagal dan terjadi berulang kali maka payudara berulang kali pula tidak
dikosongkan pada saat pemberian ASI, reflek ini akan berhenti berfungsi dan
sekeliling saluran-saluran air susu dan alveoli terdiri dari jaringan lemak dan
kehamilan, payudara membesar dua sampai tiga kali ukuran normal. Saat itu,
saluran-saluran air susu beserta alveoli dipersiapkan untuk masa laktasi. Setelah
melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam refleks. Pertama, refleks produksi
air susu (milk production reflex). Bila bayi menghisap putting payudara, maka
akan diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin, yang mengatur sel-sel
dalam alveoli agar memproduksi air susu. Air susu tersebut dikumpulkan dalam
saluran-saluran air susu. Kedua, refleks mengeluarkan (let down refleks). Isapan
bayi juga merangsang produksi hormon lain yang membuat sel-sel otot di sekitar
alveoli berkontraksi, sehingga air susu di dorong menuju putting payudara. Jadi,
semakin bayi yang menghisap, maka semakin banyak air susu yang dihasilkan.
8
Kelancaran pengeluaran ASI sesuai jumlah yang dibutuhkan bayi, dan tergantung
dalam dinding saluran susu membuat air susu mengalir dengan mudah dan lancar.
refleks ini, air susu akan diperas dari ampula menuju mulut bayi. Pengisapan
pengisapan otot. Secara fisiologis, payudara bisa menampung air susu. Susu
diproduksi pada akhir ranting, dan mengalir menuju cabang-cabang besar, lalu
bergerak ke saluran di dalam putting karena adanya daya isap. Selama mengisap,
bayi mengigit daerah areola, yaitu bagian di sekeliling putting. Bila sel-sel
lebih besar, yang secara perlahan bertemu di dalam areola dan membentuk sinus
yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500
ml pada minggu kedua. Dan produksi ASI semakin efektif dan terus menerus
hingga beberapa bulan ke depan. Bayi yang sehat mengkonsumsi 700-800 ml ASI
setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan, volume pengeluaran air susu mulai
9
menurun. Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, dan
pengeluaran air susu mulai menurun. Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi
dapat dipenuhi oleh ASI, dan harus mendapatkan makanan tambahan. Secara
Artinya, jumlah ASI yang diproduksi tidak tergantung pada besar atau kecilnya
payudara. Jumlah produksi ASI bervariasi setiap hari, karena dipengaruhi oleh
kandungan nutrisi ibu. ASI yang dibutuhkan oleh bayi sesuai tingkat pertumbuhan
Manfaat ASI bagi ibu dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu :
10
kesuburan, meyusui secara ekslusif dapat digunakan sebagai kontrasepsi
c. Aspek psikologis
Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi, yaitu :
Kandungan ASI yang berupa zat protektif dan nutrien di dalam ASI sesuai
dengan kebutuhan bayi, menjamin status gizi bayi menjadi baik serta
Rawat gabung akan memperpendek lama perawatan ibu dan bayi di rumah
11
c. Mengurangi devisa dan pemberian susu formula
a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI
g. Pertumbuhan berat badan bayi dan tinggi badan bayi sesuai dengan grafik
pertumbuhan
i. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan cukup
j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tidur pulas
12
2.7 Faktor Penyebab Ketidaklancaran ASI
1. Efek persalinan yang memakai metode sesar (caesar)
Pada persalinan ini berlangsung pembiusan, baik lokal maupun total. Pada
bius lokal, kesadaran ibu biasanya lebih cepat pulih, yakni sekitar 30 menit,
dibandingkan dengan bius total yang bisa berjam-jam tidak sadarkan diri. Bisa
jadi, ketika bayi lahir, yang harusnya langsung segera diberi ASI, namun
karena ibu tidak sadarkan diri cukup lama, bayi pun diberi susu formula oleh
ASI) tidak memperoleh rangsangan berupa isapan dari bayi. Dengan begitu,
estrogennya. Sebab, dapat mengurangi produksi ASI dan dapat mengubah rasa
ASI. Rasa ASI yang berubah akan membuat bayi merasa aneh untuk
berlanjut, produksi ASI pun akan berkurang. Bahkan sama sekali tidak
2010).
13
3. Adanya Penyakit tertentu yang diderita ibu menyusui
Untuk mengetahui hal ini, hanya ada satu cara, yaitu segera periksakan diri
kesampaian. Pasalnya produksi ASI nya yang tidsk lancar atau justru tidak keluar
sama sekali. Inilah yang disebut sebagai kegagalan laktasi. Kecewa tentu saja
muncul. Apalagi jika sang ibu telah benar-benar memahami “khasiat” ASI bagi
Terhadap hal ini, terlebih dulu perlu dicari penyebabnya. Setelah itu,
tidak ada sama sekali. ASI yang tidak lancar, atau tidak keluar sama sekali
2010):
a. Hisapan bayi
Hisapan mulut bayi pada payudara ibu akan menstimulus hipofisis anterior
14
ASI) dan hormon oksitosin (sebagai pengeluaran ASI). Hisapan bayi tidak
ASI makin lancar (Perinasia, 2009). Ibu yang melakukan IMD akan
oleh Tantina (2015) didapatkan hasil bahwa semakin cepat ada rangsangan
hisapan dari puting ibu, maka proses pengeluaran ASI akan cepat. Hal ini
dimiliki bayi baru lahir yaitu reflek mencari, reflek menghisap dan reflek
menyusui. Bayi akan mulai menghisap puting ibunya yang bertujuan untuk
Ikatan kasih sayang ibu dan bayi terjadi oleh berbagai rangsangan, seperti
sentuhan kulit dan mencium bau yang khas antara ibu dan bayi. Kontak
langsung ini sangat dibutuhkan untuk menciptakan kepuasan bagi ibu dan
juga bayi. Bayi merasa aman dan puas karena dia mendapatkan
kehangatan dari dekapan ibunya. Ibu yang merasa rileks dan nyaman maka
15
Kontak kulit ini saat IMD bermanfaat untuk melindungi bayi dari
ibu dan bayi. Ibu yang dilakukan IMD saat bayi diletakkan di atas perut,
ibu akan memegang, membelai dan memeluk bayinya. Perilaku seperti ini
memncegah pembengkakan.
d. Sering menyusui
pembengkakan.
Hal ini dilakukan agar memastikan asupan lemak yang cukup untuk bayi,
oksitosin, menungkinkan ibu dan bayi untuk mengenal satu sama lain dan
16
2.1.1 Konsep Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Terkait
dia dilahirkan. Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu
dan kulit bayi, bayi segera ditengkurapkan di dada atau perut ibu setelah seluruh
telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena cairan ketuban karena bau dan rasa
ketuban ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu yang akan menuntun
dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak dituntun ke
puting susu). Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat
merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui
bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan puting susu ibu. Setelah lahir
timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Bayi menunjukan kesiapan untuk
17
2.10.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli (2010) terdapat beberapa manfaat yang didapat saat
melaksanakan IMD, yaitu:
a. Bagi Bayi
3) Saat bayi menjilati puting ibu, bakteri non patogen akan ikut tertelan.
4) Kontak kulit bayi dengan kulit ibu meningkatkan jalinan kasih sayang
antara ibu dan bayi (Kemenkes, 2014). Kontak kulit dalam 1-2 jam pertama ini
sangat penting, karena setelah itu bayi akan tertidur.
6) Bayi yang mendapatkan ASI melalui IMD sejak awal kelahirannya dapat
megurangi resiko alergi.
18
b. Bagi Ibu
d.Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
19
c.Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya,kecuali kedua
tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya
dibiarkan
d. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu dan mata bayi setinggi puting
ibu (Maryunani, 2012). Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi
kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah
menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi bayi
e. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
f. Jika bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu
jam, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting susu ibu (Maryunani,
2012). Biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai
berhasil menyusu pertama.
yang tinggi tetapi beberapa jam kemudian kemampuan menghisap menurun, maka
sebaiknya bayi disusui segera setelah lahir (Djitowiyono, 2010). IMD yang
diterapkan akan menyebabkan kulit bayi menempel pada perut ibu (skin to skin)
sehingga mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat. Menurut Tantina (2015),
ibu yang mau melakukan inisiasi menyusu dini tentunya mendapatkan rangsangan
20
pendarahan post partum. Oksitosin juga dapat meningkatkan reflek let down
sehingga bayi yang mendapatkan program IMD dapat secara dini belajar untuk
Kontak emosi ibu dan bayi menjadi lebih lekat dengan dilakukaknnya IMD.
Hormon oksitosin yang dihasilkan oleh tubuh ibu kala melihat bayinya yang
sudah dinanti-nanti selama 9 bulan akan memunculkan perasaan kasih yang amat
besar. Sementara bayi sendiri mendapat kesempatan untuk mengenal ibunya lebih
cepat lewat sentuhan kulit, aroma tubuh, dan suara ibu. Begitu produksi ASI
sudah terjadi dengan baik, pengosongan duktus alveolaris mammae yang teratur
prolaktin bertanggung jawab dalam memulai produksi air susu, penyampaian air
susu ke bayi dan pemeliharaan laktasi bergantung pada stimulasi mekanis pada
berubah menjadi susu ibu. Dan apabila ibu memilih untuk tidak menyusui,
sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah
21
2.12 Kerangka Teori
Keterangan:
= tidak diteliti
= diteliti
22
2.14 Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara inisiasi menyusu dini dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu nifas di RS Pertamina Dumai.
23
2.Tidak lancar
Memiliki nilai skor < mean, jika
distribusi data normal dan nilai
skor < median, jika distribusi
data tidak normal
24
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian dimulai dari variabel penyebab atau faktor resiko kemudian diikuti
akibatnya pada waktu yang akan datang (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini
adalah Inisiasi Menyusu Dini yang kemudian ditelusuri kedepan akibatnya yang
ASI lancar
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
25
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu nifas yang menyusui di RS
pertamina dumai.
Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability
sampling atau non random sampling. Pendekatan non probability sampling yang
digunakan adalah accidental sampling yaitu dilakukan dengan mengambil kasus
atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan
konteks penelitian (Notoatmodjo, 2012).
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Ibu yang melahirkan normal dan yang section caesar
2) Ibu yang melahirkan cukup bulan dan bayi tidak BBLR.
3) Ibu sehat jasmani dan mental.
4) Bersedia menjadi responden penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Ibu yang merokok.
2) Ibu yang meminum alkohol.
3) Ibu yang menggunakan pil kontrasepsi hormonal.
4) Ibu nifas yang memiliki masalah dalam menyusui seperti
bendungan ASI, Putting susu lecet, Putting susu terbenam
5) Tidak bersedia menjadi responden
26
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
a. Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah data hasil observasi
menggunakan checklist mengenai pelaksanaan IMD dan data hasil
kuisioner mengenai kelancaran pengeluaran ASI.
b. Data Sekunder
27
mengetahui kelengkapan jawaban dalam lembar kuesioner sudah
lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. Dinyatakan lengkap apabila
semua pernyataan telah diisi jawaban, jelas apabila jawaban tertulis
dengan jelas, relevan apabila hasil relevan dengan pernyataan, dan
konsisten apabila beberapa pernyataan yang berkaitan jawabannya
konsisten.
2. Coding
Coding adalah kegiatan mengklasifikasikan jawaban-jawaban
pertanyaan kuisioner dari respon dalam kategori (Setiadi, 2007).
Peneliti memberikan tanda atau kode tertentu pada setiap jawaban
responden dalam kuisioner yang bertujuan untuk memudahkan peneliti
saat menganalisis data (Notoatmodjo, 2012).
a. Variabel inisiasi menyusu dini
1) Tidak tepat = Kode 0
2) Tepat = Kode 1
b. Variabel kelancaran pengeluaran ASI
1) Tidak lancar = Kode 0
2) Lancar = Kode 1
c. Variabel pendidikan terakhir:
1) Tidak sekolah = Kode 1
2) SD = Kode 2
3) SMP = Kode 3
4) SMA = Kode 4
5) PT = Kode 5
d. Variabel pekerjaan:
1) IRT = Kode 1
2) PNS= Kode 2
3) Swasta = Kode 3
4) Lain-lain = Kode 4
e. Variabel status paritas
1) Primipara = Kode 1
28
2) Multipara = Kode 2
3. Entry
Entry merupakan kegiatan memasukkan jawaban-jawaban dari
checklist dan kuesioner masing-masing responden ke dalam program
komputer (Notoatmodjo, 2012). Peneliti memasukkan data-data yang
sudah terkumpul ke dalam program komputer khusus, pada SPSS 20.
4. Cleaning
Data yang telah dimasukkan dilakukan pembersihan apakah data sudah
benar atau belum (Setiadi, 2007). Cleaning merupakan pemeriksaan
kembali data- data yang dimasukkan dalam program komputer untuk
melihat adanya kesalahan- kesalahan kode, ketidaklengkapan,
kemudian dilakukan koreksi (Notoatmodjo, 2012). Data yang telah
dimasukkan dilakukan pembersihan apakah data sudah benar atau
belum (Setiadi, 2007). Data diperiksa kembali atau dikoreksi untuk
melihat adanya kesalahan, atau data yang tidah dibutuhkan untuk
dihapus melalui program SPSS.
29
ukuran presentase (Hastono, 2007). Usia dan berat badan bayi lahir termasuk
data numerik, sedangkan agama, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status
paritas, observasi IMD, dan kelancaran pengeluaran ASI termasuk data
kategorik.
3.5.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara masing-masing variabel yaitu mengetahui hubungan inisiasi
menyusu dini dengan kelancaran pengeluaran ASI. Jenis data pada analisis
bivariat antara variabel dependen dan variabel independen adalah nominal dan
ordinal, maka analisis yang digunakan adalah chi square untuk mengetahui
hubungan kedua kelompok (Setiadi, 2007). Nilai α yang digunakan adalah
0,05. Pada penelitian menggunakan Fisher’s Exact Test karena menggunakan
tabel 2x2 dan dijumpai 2 cell nilai expected kurang dari 5. Berdasarkan nilai p
pada uji chi square Ha diterima, nilai p (0,028) < α (0,05).
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bukit Datuk Kecamatan Dumai Selatan Kota Dumai Provinsi Riau. Rumah Sakit
Pertamina Dumai, pada awal berdiri bernama Pertamina Hospital Dumai (PHD)
yang didirikan pada tahun 1982. Rumah Sakit ini awalnya dikelola langsung oleh
kegiatan operasional.
dalam jasa layanan kesehatan dan saat ini Rumah Sakit Pertamina Dumai
merupakan salah satu dari 14 rumah sakit PT. Pertamedika sejak maret 2020
terjadi akuisisi Rumah Sakit BUMN dalam holding (IHC : Indonesia Healthcare
Corporation) total Rumah Sakit IHC Holding sebanyak 74 Rumah Sakit, Dengan
alih kelola ini diharapkan Rumah Sakit Pertamina Dumai dapat dikembangkan
dengan lebih baik dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat di kota Dumai,
31
4.2 Hasil Penelitian
Data Umum
32
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik responden ibu nifas yang menyusui di Rumah Sakit
Pertamina Dumai berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 IRT 22 71,0%
2 PNS 2 6,5%
3 Swasta 6 19,4%
4 Lainnya 1 3,2%
Jumlah 31 100%
Sumber : Data Olahan 2022
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa sebanyak 71% responden ibu
nifas yang menyusui di Rumah Sakit Pertamina Dumai merupakan seorang IRT.
6,5% responden ibu nifas yang menyusui di Rumah Sakit Pertamina Dumai
merupakan seorang PNS. 19,4% responden ibu nifas yang menyusui di Rumah
Sakit Pertamina Dumai merupakan seorang pegawai swasta dan sisanya
sebanyak 3,2% responden ibu nifas yang menyusui di Rumah Sakit Pertamina
Dumai dengan pekerjaan lainnya.
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan karena perasaan ibu
dapat menghambat atau meningkatkan pengeluaran oksitosin, bila ibu dalam
keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan
emosional dapat menurunkan produksi ASI, sehingga ibu yang sedang menyusui
sebaiknya jangan terlalu banyak dibebani oleh urusan pekerjaan rumah tangga,
urusan kantor, dan lainnya (Hardiani, 2017).
33
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Paritas
Karakteristik responden ibu nifas yang menyusui di Rumah Sakit Pertamina
Dumai berdasarkan status paritas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3
1 Primipara
16 51,6%
2 Multipara
15 48,4%
Jumlah 31 100%
1. Data Khusus
34
Tabel 4.4
1 Tidak Tepat
6 19,4%
2 Tepat
25 80,6%
Jumlah 31 100%
1 Tidak Lancar
6 19,4%
2 Lancar
25 80,6%
Jumlah 31 100%
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa sebanyak 19,4% ASI ibu nifas
yang menyusui di Rumah Sakit Pertamina Dumai tidak lancar dan sisanya sebesar
80,6 ASI ibu nifas yang menyusui di Rumah Sakit Pertamina Dumai lancar.
35
c. Hubungan Melakukan IMB Dengan Kelancaran ASI Ibu Nifas Yang
Menyusui Di Rumah Sakit Pertamina Dumai
Hasil tabulasi silang antara hubungan melakukan IMD dengan kelancaran
ASI ibu nifas yang menyusui di Rumah Sakit Pertamina Dumai dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.6
Dumai tidak lancar dan sisanya sebesar 80,6% ASI ibu nifas yang
value sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (α). Maka dapat
Dumai.
4.3 Pembahasan
1. Hubungan Melakukan IMB Dengan Kelancaran ASI Ibu Nifas Yang
Menyusui Di Rumah Sakit Pertamina Dumai
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebanyak 19,4% ibu nifas yang
menyusui di Rumah Sakit Pertamina Dumai melakukan IMB secara tidak tepat
dan sebanyak 80,6% ibu nifas yang menyusui di Rumah Sakit Pertamina Dumai
36
melakukan IMB secara tepat. Inisiasi menyusu dini (IMB) yaitu memberikan ASI
kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak
dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu dini, ibu segera mendekap dan
membiarkan bayi menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Hety dan Susanti,
2021).
Inisiasi menyusui dini merupakan evidence based bayi baru lahir untuk
satu jam pertama, adapun evidance based yang baru telah diperbarui oleh menurut
WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama
menyatakan bahwa bayi harus mendapatkan kontak kulit dnegan kulit dengan
ibunya segera setelah lahir paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan untuk
melakukan inisiasi menyusui dini serta memberi bantuan jika diperlukan, dan
menunda prosedur lainnya yang harus dlakukan kepada bayi baru lahir hingga
inisiasi menyusui dini selesai dilakukan (Hayati dan Rumapea, 2022).
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak satupun
makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai kelebihan
yang meliputi tiga aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek kejiwaan
berupa jalinan kasih sayang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan
anak. Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena
mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan
pertama kehidupan bayi. (Saleha, 2014).
Peningkatan produksi ASI perlu dilakukan untuk meningkatkan
keberhasilan menyusui bayi dalam upaya meningkatkan kesehatan bagi bayi dan
ibu. Upaya tersebut dapat dilakukan antara lain dengan cara pemberian ASI secara
dini atau yang dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini. Menyusukan lebih dini akan
terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga
sekresi ASI semakin lancar. Bayi bisa menyusu dalam menit-menit pertama
setelah lahir, ini akan membangun reflek menghisap pada bayi yang merangsang
ujung saraf disekitar payudara ke kelenjar hipofise bagian depan yang berada di
dasar otak sehingga menghasilkan hormon prolaktin. Prolaktin akan merangsang
payudara untuk memproduksi ASI dan dapat meningkatkan produksi ASI (Hety
dan Susanti, 2021).
37
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan melakukan IMB
dengan kelancaran ASI ibu nifas yang menyusui di Rumah Sakit Pertamina
Dumai. Hasil penelitian ini di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati (2018), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara inisiasi menyusui
dini dengan produksi ASI selama 6 bulan pertama kehidupan.
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan saran
sebagai berikut :
39
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Yusari, Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
602-373-116-3.
Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara dengan Bayi Usia > 6 – 12
Bulan. Jember
Jakarta.
Evelline, 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi & Balita. Jakarta: Kawah Media.
Haryono, R, 2014. Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati Anda. Gosyen
Publishing. Edisi 1.
Hardiani, R.S.(2017). Status Paritas Dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pengeluaran Asi
40
Hayati, N., dan Rumapea, J.P.(2022). Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (Imd)
Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Di Posyandu Desa
Bangun Sari Baru Tanjung Morawa Tahun 2021. Jurnal Ilmiah Kebidanan.
2(1) : 37 – 43.
Hety, D.S., dan Susanti, I.K.(2021). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap
Kemenkes, RI. 2014. Situasi Dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta: Infodatin.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
asi.pdf
Bayi dengan ASI Eksklusif. Retrieved from Data dan Informasi Profil
www.depkes.go.id.
Maryunani, Anik. 2012. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif, dan Manajemen
41
Perinasia. 2009. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan
Kecepatan Pengeluaran ASI apada Ibu Postpartum di Desa Bergas Kidul Kec.
(http://ppid.kemkes.go.id/uploads/img_62a2df29f07c5.pdf)
Medika.
Rahman, A dan Nur, A.F. (2015). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan
Roesli,U. (2010). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda
42
Saleha, S.(2014). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Empat
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Padang. Padang
Tantina, Umei. 2015. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pengeluaran Asi
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/4253.pdf
Wulandari, S. & Handayani, Sri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.
Widuri, H. 2013. Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
43
World Health Organization (WHO), 2018. Exclusive Breastfeeding.
(Online). http://www.who.int/nutrition/topic/exclusive_breastfeeding/en/.
2012. Jakarta
43-50.
Yanti, Damai. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: Refika Aditama.
44
Lampiran 1 : Tabulasi Data
45
Lampiran 2 : Hasil SPSS
Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SD 1 3,2 3,2 3,2
SMP 5 16,1 16,1 19,4
SMA 16 51,6 51,6 71,0
PT 9 29,0 29,0 100,0
Total 31 100,0 100,0
Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid IRT 22 71,0 71,0 71,0
PNS 2 6,5 6,5 77,4
Swasta 6 19,4 19,4 96,8
Lainnya 1 3,2 3,2 100,0
Total 31 100,0 100,0
Paritas
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Primipara 16 51,6 51,6 51,6
Multipara 15 48,4 48,4 100,0
Total 31 100,0 100,0
IMD
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak 6 19,4 19,4 19,4
Tepat
Tepat 25 80,6 80,6 100,0
Total 31 100,0 100,0
46
ASI
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak 6 19,4 19,4 19,4
Lancar
Lancar 25 80,6 80,6 100,0
Total 31 100,0 100,0
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significanc Exact Sig. Exact Sig.
Value df e (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 31,000 a
1 ,000
Continuity 24,924 1 ,000
Correctionb
Likelihood Ratio 30,462 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
47
Linear-by-Linear 30,000 1 ,000
Association
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1,16.
b. Computed only for a 2x2 table
48