Anda di halaman 1dari 119

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN

KEJADIAN STUNTING DI RT. 02/RW. 03


KAMPUNG SEYOLO TEMINABUAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:
SHOPIA E. L. ANGKOUW
201813201036

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SORONG
2022
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN
KEJADIAN STUNTING DI RT. 02/RW. 03
KAMPUNG SEYOLO TEMINABUAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:
SHOPIA E. L. ANGKOUW
201813201036

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SORONG
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN


KEJADIAN STUNTING DI RT. 02/RW. 03
KAMPUNG SEYOLO TEMINABUAN
Disusun Oleh :

SHOPIA E. L. ANGKOUW
201813201036

Telah diperbaiki dan disetujui untuk diseminarkan pada :

Hari / Tanggal : Sabtu, 12 November 2022


Waktu : 09.00 WIT s/d selesai
Tempat : STIKES Papua

Tim Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sariana Pangaribuan, SKM., M.Kes Febry Talakua, ST., MPH


NIDN. 1202097801 NIDN. 1412027501

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua

Dr. Sariana Pangaribuan, SKM., M.Kes


NIDN. 1202097801

ii
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN


KEJADIAN STUNTING DI RT. 02/RW. 03
KAMPUNG SEYOLO TEMINABUAN
Yang Dipersiapkan dan Disusun oleh :

SHOPIA E. L. ANGKOUW
201813201036

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji


Pada Hari/Tanggal : Sabtu, 12 November 2022
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Tim Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sariana Pangaribuan, SKM., M.Kes Febry Talakua, ST., MPH


NIDN. 1202097801 NIDN. 1402117701

Tim Penguji

1. Dr. Marthen Sagrim, SKM., M.Kes 1.

2. Pricilya P. Ruhukail, SKM., MPH 2.

3. Reni Permata, AMKeb., SKM., M.Kes 3.

Sorong, 12 November 2022


Program Sarjana
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua
KETUA

Dr. Marthen Sagrim. SKM., M.Kes


NPUN. 9912003020

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SHOPIA E. L. ANGKOUW

NIM : 201813201036

Program Studi : KESEHATAN MASYARAKAT

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pemikiran orang lain. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Sorong, 12 November 2022

Yang Menyatakan

Meterai
10 ribu

SHOPIA E. L. ANGKOUW

iv
MOTTO

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai

kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan

rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh

harapan.

(Yeremia, 29:11)

Pergilah ke jalanmu, bahkan jika kamu hidup untuk sehari.

Lakukan sesuatu. Singkirkan kelemahanmu.

(BTS: No More Dream)

v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan,

kesabaran dalam mengerjakan skripsi ini.

Saya mempersembahkan kepada:

1. Bapak Jemmy Angkouw dan Ibu Nourtje Dorce Goni tercinta sebagai tanda

bukti hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya

kecil ini kepada bapak dan ibu yang telah memberikan dukungan moral

maupun materi serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan saya. Yang dapat

kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata terima kasih

dalam persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat bapak

dan ibu bahagia karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat lebih.

2. Saudara saya Zebaoth Zeloth Boas Angkouw dan Johsua Israel Wilson

Angkouw yang senantiasa memberikan dukungan semangat dan doanya untuk

keberhasilan ini.

3. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan doa, nasihat, motivasi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Teman-teman seperjuangan saya Kristin Agustiani Simangunsong, Arhami

Tandi Rante, Esebia Maik, Yustinus Derek Sanoy, dan Gabriela Arwam yang

memberi semangat dan dukungan kepadaku.

5. Ibu Dr. Sariana Pangaribuan, SKM., M.Kes, izinkanlah saya mengucapkan

terima kasih untukmu sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia

vi
mengantarkan saya untuk mengantungi gelar sarjana. Semoga kebahagiaan

saya juga menjadi kebahagiaanmu sebagai dosen pembimbing saya yang

teramat baik.

6. Bapak Febry Talakua, ST., MPH, izinkanlah saya mengucapkan terima kasih

untukmu sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia mengantarkan saya

untuk mengantungi gelar sarjana. Semoga kebahagiaan saya juga menjadi

kebahagiaanmu sebagai dosen pembimbing saya yang teramat baik.

7. Kepada almamater Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua yang

berjasa besar dalam mendidik, sehingga saya bisa mendapat ilmu dan meraih

cita-cita saya. “Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi

berusahalah menjadi manusia yang berguna”.

Terima kasih banyak untuk kalian semua.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala rahmat dan berkat-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan

kesabaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Stunting Di RT. 02/RW. 03

Kampung Seyolo Teminabuan” dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan

Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah

membimbing dan memberikan dukungan moral kepada penulis, baik tenaga, saran

dan masukan serta ide-ide. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Almarhum Bapak Dr. Hendrik Sagrim, M.Si., selaku ketua Yayasan

Pemberdayaan Masyarakat Papua (YPMP).

2. Bapak Dr. Marthen Sagrim, SKM., M.Kes., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Papua dan selaku ketua penguji yang telah memberikan

saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Ns. Inggerid Agnes Manoppo, S.Kep., M.Kep., selaku wakil ketua I

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua.

4. Ibu Dr. Sariana Pangaribuan, SKM., M.Kes., selaku ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua dan

selaku pembimbing utama yang dengan sabar mendampingi, meluangkan

viii
waktu dan tenaga untuk membantu dan mengarahkan penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Febry Talakua, ST., MPH., selaku pembimbing pendamping yang

dengan sabar mendampingi, meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu

dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Pricilya Prety Ruhukail, SKM., MPH., selaku anggota penguji I yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Reni Permata, AMKeb., SKM., M.Kes., selaku anggota penguji II yang

telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Dosen pengelola Program Studi Kesehatan Masyarakat serta semua staf

pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua yang telah

memberikan ilmu selama perkuliahan sampai skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat angkatan 2018 Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua yang selalu ada dalam suka maupun

duka dan terima kasih atas motivasi, dukungan serta bantuan maupun keceriaan

yang telah kalian berikan selama ini.

10. Seluruh staf Puskesmas Teminabuan, Kabupaten Sorong Selatan yang telah

mengizinkan dalam kelancaran kegiatan penelitian ini.

11. Seluruh responden RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan yang telah

bersedia dan meluangkan waktu untuk penelitain ini sehingga telah selesai

dengan baik.

ix
12. Kepada member BTS, Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok,

Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook secara tidak langsung telah menjadi

penyemangat penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,

karena keterbatasan dan kemampuan penulis. Untuk itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

skripsi ini. Terima kasih.

Sorong, 12 November 2022

Penulis

x
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SHOPIA E. L. ANGKOUW
201813201036

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING


DI RT. 02/RW. 03 KAMPUNG SEYOLO TEMINABUAN

(xviii + 70 halaman + 12 tabel + 2 gambar + 10 lampiran)

ABSTRAK
Secara global pada tahun 2020, 149,2 juta atau sekitar 22,0% anak dibawah lima
tahun mengalami stunting. Dari hasil observasi pada masyarakat RT. 02/RW. 03
Kampung Seyolo Teminabuan, diketahui bahwa faktor lingkungan secara tidak
langsung dapat menyebabkan kejadian stunting, yaitu ketersediaan air bersih,
tempat pembuangan kotoran, tempat pembuangan air limbah, dan tempat
pembuangan sampah. Penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu mengetahui
hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan
cross sectional dan menggunakan uji chi-square untuk menganalisis data
penelitian. Penelitian ini dilakukan di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo
Teminabuan dengan populasi 45 balita. Sampel pada penelitian ini adalah balita
yang mengalami stunting dengan balita yang tidak mengalami stunting, sehingga
jumlah sampel yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak 45 balita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan penggunaan air bersih (p =
0,02 < 0,05), tempat pembuangan kotoran (p = 0,01 < 0,05), tempat pembuangan
air limbah (p = 0,02 < 0,05), dan tempat pembuangan sampah (p = 0,01 < 0,05)
dengan kejadian stunting.
Kesimpulan ada hubungan penggunaan air bersih, tempat pembuangan kotoran,
tempat pembuangan air limbah, dan tempat pembuangan sampah dengan kejadian
stunting dan disarankan masyarakat lebih meningkatkan kesadaran akan
pengelolaan air bersih, pengelolaan jamban, pengelolaan limbah, dan pengelolaan
sampah agar kedepannya dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Kata Kunci : Air bersih, jamban, limbah, sampah, stunting


Jumlah Pustaka : 47 (1990 -2022)

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iii
LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI.................................................................. iv
MOTTO........................................................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
ABSTRAK....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
a. Latar Belakang............................................................................. 1
b. Rumusan Masalah....................................................................... 4
c. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
d. Manfaat Penelitian....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 6
a. Tinjauan Umum Tentang Stunting.............................................. 6
b. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan........................... 20
c. Kerangka Teori............................................................................ 36
d. Kerangka Konsep........................................................................ 37
e. Definisi Operasional.................................................................... 37
f. Hipotesis...................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 41
a. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................... 41
b. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 41
c. Populasi dan Sampel.................................................................... 41

xii
d. Teknik Sampling......................................................................... 42
e. Instrumen Penelitian.................................................................... 42
f. Metode Pengumpulan Data......................................................... 43
g. Pengolahan Data.......................................................................... 44
h. Analisa Data................................................................................ 45
i. Etika Penelitian............................................................................ 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 47
a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................... 47
b. Hasil Penelitian............................................................................ 48
c. Pembahasan................................................................................. 56
BAB V PENUTUP....................................................................................... 64
a. Kesimpulan.................................................................................. 64
b. Saran............................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66
LAMPIRAN....................................................................................................

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori......................................................................... 36

Gambar 2.1 Kerangka Konsep...................................................................... 37

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan

indeks antropometri....................................................................... 9

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden orang tua................. 48

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden balita....................... 50

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden menurut penggunaan air bersih

di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan......................... 51

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden menurut tempat pembuangan

kotoran di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan............ 51

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden menurut tempat pembuangan air

limbah di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan............. 52

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden menurut tempat pembuangan

sampah di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan............ 52

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden menurut kejadian stunting

di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan......................... 53

Tabel 4.9 Hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian stunting di

RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan............................. 53

Tabel 4.10 Hubungan tempat pembuangan kotoran dengan kejadian stunting

di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan......................... 54

Tabel 4.11 Hubungan tempat pembuangan air limbah dengan kejadian

stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan........... 55

Tabel 4.12 Hubungan tempat pembuangan sampah dengan kejadian stunting

di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan......................... 56

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Lembar Observasi Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 6 Penilaian Status Gizi Anak

Lampiran 7 Master Tabel

Lampiran 8 Hasil Rekapitulasi Data

Lampiran 9 Hasil Output Uji Statistik

Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian

xvi
DAFTAR SINGKATAN

3R : Reduce, Reuse, Recycle


ANC : Antenatal Care
APHA : American Public Health Association
ASI : Air Susu Ibu
Balita : Bawah lima tahun
BB/PB : Berat Badan menurut Panjang Badan
BB/TB : Berat Badan menurut Tinggi Badan
BB/U : Berat Badan menurut Umur
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 
Dirjen : Direktorat Jenderal
e-ppgbm : elektronik-pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat
HPK : Hari Pertama Kehidupan
IMD : Inisiasi Menyusui Dini 
IMT/U : Indeks Massa Tubuh/ menurut Umur
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan
Lokus : Lokasi khusus
MP-ASI : Makanan Pendamping-Air Susu Ibu
PAH : Penampungan Air Hujan
PB/U : Panjang Badan menurut Umur
Permen PU : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Perpres : Peraturan Presiden
PL : Penyehatan Lingkungan
PPM : Pengendalian Penyakit Menular

xvii
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga
SB : Sumur Bor
SD : Standar Deviasi
SGL : Sumur Gali
SPAL : Saluran Pengolahan Air Limbah
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
SPT : Sumur Pompa Tangan
SSGI : Survei Status Gizi Indonesia
TB/U : Tinggi Badan/ menurut Umur
TBC : Tuberculosis
TNP2K : Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
TPA : Tempat Pembuangan Akhir
TPS : Tempat Pembuangan Sementara
UNICEF : United Nations International Children's Emergency Fund
UU : Undang-Undang
WASH : Water, Sanitation and Hygiene
WC : Water Closet
WHO : Word Health Organization

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting atau pendek merupakan masalah kesehatan global (WHO,

2018). Salah satu penyebab stunting dipengaruhi beberapa faktor seperti

sanitasi lingkungan dan perilaku hygiene (Adriany, et al., 2021). Stunting

merupakan sindrom yang disebabkan karena terjadinya infeksi berulang

seperti diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) (Kemenkes, 2018)

serta kekurangan gizi secara kronis yang terjadi pada periode 1000 hari

pertama kehidupan (HPK) (Kemenkes, 2020).

Secara global pada tahun 2020, 149,2 juta atau sekitar 22,0% anak

dibawah lima tahun mengalami stunting (UNICEF, et all., 2021). Stunting

masih menjadi permasalahan gizi tertinggi yang dialami pada anak-anak

secara global apabila dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti

wasting, severe wasting, dan balita overweight (Kemenkes, 2018).

Berdasarkan hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka

prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4% (5,33) juta balita atau

menurun 3,3% dari angka 27,7% pada tahun 2019 dan menurun 6,4% dari

angka 30,8% pada tahun 2018. Kebijakan pemerintah dalam mendorong

percepatan penurunan stunting di Indonesia membuahkan hasil yang cukup

baik. Target penurunan prevalensi stunting yang telah ditetapkan dalam

RPJMN 2020-2024 dan Perpres Nomor 72 Tahun 2021 yaitu 14% di tahun

2024.

1
2

Hasil SSGI tahun 2021 menunjukkan prevalensi stunting di Provinsi

Papua sebesar 29,5%. Angka tersebut menunjukan bahwa tingkat prevalensi

stunting Provinsi Papua masih diatas rata-rata nasional. Angka stunting di

Papua Barat sesuai data pemantauan status gizi melalui aplikasi pencatatan

dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-ppgbm) dari Dinas Kesehatan

tercatat tahun 2020 sekitar 20,77% (BKKBN, 2021). Pada tahun 2021

mengalami peningkatan sebesar 5,43% menjadi 26,2% (SSGI, 2021).

Pada tahun 2020-2022 di Kabupaten Sorong Selatan di 20 desa lokus

stunting untuk kategori sangat pendek berjumlah 237 balita dan kategori

pendek berjumlah 410 balita. Data stunting per januari sampai desember di 15

Puskesmas pada tahun 2021 untuk kategori sangat pendek sebanyak 734

balita dan kategori pendek sebanyak 971 balita, sedangkan di wilayah kerja

Puskesmas Teminabuan tahun 2021 sampai 2022 di 8 Kampung dan 2

Kelurahan berjumlah 70 balita stunting, diantaranya Kampung Seyolo dengan

jumlah balita stunting yang paling tinggi yaitu berjumlah 16 balita stunting

(e-ppgbm, 2021).

Faktor lingkungan secara tidak langsung dapat berdampak terhadap

kejadian stunting (Kiik dan Nuwa, 2020). Faktor penyebab stunting terdiri

atas faktor penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor langsung stunting

adalah status gizi ibu hamil, penyakit infeksi, dan nutrisi balita, sedangkan

faktor tidak langsung penyebab stunting adalah water, sanitation and hygiene

(WASH), yaitu sumber air minum, kualitas fisik air minum, kepemilikan

jamban, dan hygiene yaitu kebiasaan cuci tangan (Uliyanti, et al., 2017).
3

Faktor risiko lingkungan lainnya adalah tentang pengolahan sampah

(Novianti dan Padmawati, 2020). Sanitasi lingkungan yang tidak baik

memengaruhi status gizi pada balita yaitu melalui penyakit infeksi yang

dialami (Sinatrya, 2019). Berkontribusi terhadap peningkatan penyakit infeksi

seperti diare dan cacingan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan linear serta dapat meningkatkan kematian pada anak balita

(Headey & Palloni, 2019).

Beberapa dari komponen tersebut harus terpenuhi, agar morbiditas dari

angka permasalahan gizi bisa diturunkan, salah satunya adalah stunting yaitu

permasalah gizi yang dapat timbul akibat sanitasi lingkungan yang tidak sehat

(Ainy, 2020). Menurut penelitian Aisyah, 2018 menunjukkan bahwa,

sebanyak 37,5 tingkat sanitasi dalam kategori kurang baik terkait pola sanitasi

lingkungan keluarga dan 20,8% memiliki tingkat baik dalam kategori sanitasi

lingkungan keluarga. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh

Wahdaniyah, 2021 menunjukkan bahwa, rumah tangga yang anaknya

mengalami stunting dan memiliki sanitasi yang tidak baik sebesar 63,9% dan

yang sanitasinya baik hanya 37,5%, sedangkan rumah tangga yang anaknya

tidak mengalami stunting yang sanitasi lingkungannya tidak baik sebesar

36,1% dan sanitasi lingkungan yang baik sebesar 62,5%. Hal ini menyatakan

bahwa sanitasi lingkungan merupakan faktor risiko kejadian stunting dimana

yang sanitasi lingkungannya tidak baik akan 2,94 kali lebih berisiko terjadi

stunting daripada yang sanitasi lingkungannya baik. Penelitian ini terbukti

bahwa sanitasi lingkungan yang tidak baik berhubungan dengan kejadian


4

stunting pada balita (Hasanah, 2021). Menjaga kebersihan diri maupun

lingkungan sangat penting untuk menghindari timbulnya dampak seperti

penyakit yang sering terjadi pada anak-anak yaitu infeksi sehingga dapat

menimbulkan kejadian stunting yang merupakan masalah besar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang menjadi rumusan masalah pada

penelitian ini adalah, adakah hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian

stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum yaitu mengetahui hubungan sanitasi lingkungan

dengan kejadian stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo

Teminabuan.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian stunting

di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.

b. Mengetahui hubungan tempat pembuangan kotoran dengan kejadian

stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.

c. Mengetahui hubungan tempat pembuangan air limbah dengan kejadian

stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.

d. Mengetahui hubungan tempat pembuangan sampah dengan kejadian

stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah

Diharapkan penelitian ini dapat lebih berkembang dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lain yang memengaruhi sanitasi

lingkungan dengan kejadian stunting seperti indikator rumah sehat,

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

2. Manfaat institusi

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan

memberikan informasi tentang gambaran kejadian stunting pada balita.

3. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi, masukan

dan intervensi dalam meningkatkan pertumbuhan khususnya pada balita

dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi praktisi dalam memberikan

edukasi atau penyuluhan, sehingga dapat menjadi pegangan dalam

memantau kejadian stunting pada balita di lapangan dan sebagai bahan

pertimbangan bagi tenaga kesehatan.

4. Manfaat bagi pemerintah

Sebagai bahan masukan tentang prevalensi stunting pada balita serta

sebagai bahan merencanakan program penanggulangan dan meningkatkan

pelayanan stunting, mulai dari ibu hamil dan balita serta diharapkan dapat

mempercepat penurunan masalah stunting pada balita, agar dapat

bermanfaat dan berdampak langsung pada masyarakat yang memiliki anak

stunting di Kabupaten Sorong Selatan, Teminabuan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Stunting

1. Pengertian stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang disebabkan oleh kurang

gizi kronis di 1000 hari pertama kehidupan (HPK) anak, yaitu sejak dalam

kandungan hingga usia 2 tahun. Masa 1000 HPK adalah masa sejak

pertama kali terbentuknya janin dalam kandungan (pembuahan) atau 280

hari selama kehamilan hingga 720 hari pada dua tahun pertama kehidupan

buah hati. Fase ini disebut juga periode emas, karena pada masa ini terjadi

pertumbuhan otak yang sangat pesat (BKKBN, 2021).

2. Indeks standar antropometri anak

Berdasarkan Permenkes (2020), standar antropometri anak

didasarkan pada parameter berat badan dan panjang atau tinggi badan yang

terdiri atas empat indeks, meliputi:

a. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)

Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif

dibandingkan dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai

anak dengan berat badan kurang (underweight) atau sangat kurang

(severely underweight), tetapi tidak dapat digunakan untuk

mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk. Penting diketahui

bahwa seorang anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami

6
7

masalah pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks

BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi.

b. Indeks panjang badan menurut umur atau tinggi badan menurut umur

(PB/U atau TB/U)

Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang

atau tinggi badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat

mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted) atau sangat pendek

(severely stunted) yang disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama

atau sering sakit.

c. Indeks berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB

atau BB/TB)

Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat

badan anak sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya.

Indeks ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang

(wasted), gizi buruk (severely wasted) serta anak yang memiliki risiko

gizi lebih (possible risk of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya

disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja

terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis).

d. Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)

Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk,

gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik

IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil

yang sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak
8

gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U > +1 SD

berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah

terjadinya gizi lebih dan obesitas.

3. Pengukuran antropometri

Antropometri adalah pengukuran pada tubuh untuk menentukan

status gizi seseorang. Indeks antropometri yang sering digunakan untuk

menilai status gizi pada periode pertumbuhan adalah kombinasi berat

badan menurut usia (BB/U), kombinasi tinggi atau panjang badan menurut

usia (TB/U atau PB/U), kombinasi berat badan menurut tinggi atau

panjang badan (BB/TB atau BB/PB), kombinasi indeks massa tubuh (IMT)

menurut usia (IMT/U).

Menurut Permenkes (2020), standar antropometri anak di Indonesia

mengacu pada WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun

dan The WHO Reference 2007 untuk anak lima sampai dengan delapan

belas tahun. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status

Gizi Anak, penilaian status gizi anak dilakukan dengan membandingkan

hasil pengukuran panjang/tinggi badan dengan standar antropometri anak

yang menggunakan indeks PB/U atau TB/U anak usia nol sampai dengan

60 enam puluh bulan digunakan untuk menentukan kategori sangat pendek

(severely stunted), pendek (stunted), normal dan tinggi.

Umur yang digunakan pada standar ini merupakan umur yang

dihitung dalam bulan penuh, sebagai contoh bila umur anak 2 bulan 29
9

hari maka dihitung sebagai umur 2 bulan. Indeks panjang badan

digunakan pada anak umur 0-24 bulan yang diukur dengan posisi

terlentang. Bila anak umur 0-24 bulan diukur dengan posisi berdiri, maka

hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm. Sementara

untuk indeks tinggi badan digunakan pada anak umur di atas 24 bulan

yang diukur dengan posisi berdiri. Bila anak umur di atas 24 bulan

diukur dengan posisi terlentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi

dengan mengurangkan 0,7 cm. (Kemenkes RI, 2020). PB/U atau TB/U

diukur dengan menggunakan infantometer/baby length board (bagi balita

yang belum bisa berdiri) dan menggunakan stadiometer holtain atau

microtoise (bagi yang bisa berdiri) (Rahayu, dkk., 2018).

Kategori dan ambang batas status gizi anak, yang dalam hal ini

diukur dengan Z-score dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Individu Subjek−Nilai Media Baku Rujukan


Z−Score=
Nilai Simpang Baku Rujukan

Tabel 2.1
Kategori dan ambang batas status gizi anak
berdasarkan indeks antropometri
Kategori Ambang Batas
Indeks
Status Gizi (Z-Score)
Panjang Badan atau Sangat pendek (severely < -3 SD
Tinggi Badan menurut stunted)
Umur (PB/U atau Pendek (stunted) -3 SD sd < -2 SD
TB/U) anak usia 0 - 60
Normal -2 SD sd +3 SD
Bulan
Tinggi > +3 SD
Sumber: Kemenkes RI, 2020
10

4. Ciri-ciri anak stunting

Menurut Rahayu, dkk., 2018, agar dapat mengetahui kejadian

stunting pada anak maka perlu diketahui ciri-ciri anak yang mengalami

stunting sebagai berikut:

a. Tanda pubertas terlambat

b. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan

eye contact

c. Pertumbuhan terhambat

d. Wajah tampak lebih mudah dari usianya

e. Pertumbuhan gigi terlambat

f. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar

5. Penyebab stunting

Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya

disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami ibu hamil maupun balita.

Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi

stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 PHK dari anak balita

(TNP2K, 2017).

Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting menurut Candra,

A., 2020 adalah:

a. Faktor genetik

Tinggi badan orang tua sangat memengaruhi kejadian stunting

pada anak. Tinggi badan orang tua dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu,

faktor internal seperti faktor genetik dan faktor eksternal seperti faktor
11

penyakit dan asupan gizi sejak usia dini. Faktor genetik adalah faktor

yang tidak dapat diubah, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang

dapat diubah. Hal ini berarti jika ayah pendek karena gen-gen yang ada

pada kromosomnya memang membawa sifat pendek dan gen-gen ini

diwariskan pada keturunannya, maka stunting yang timbul pada anak

atau keturunannya sulit untuk ditanggulangi.

b. Status ekonomi

Status ekonomi kurang dapat diartikan daya beli juga rendah,

sehingga kemampuan membeli bahan makanan yang baik juga rendah.

Kualitas dan kuantitas makanan yang kurang menyebabkan kebutuhan

zat gizi anak tidak terpenuhi. Orangtua dengan daya beli rendah jarang

memberikan asupan makanan yang bergizi secara lengkap untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak setiap hari. Hal ini berarti

kebutuhan protein anak tidak terpenuhi karena anak tidak mendapatkan

asupan protein yang cukup.

c. Jarak kelahiran

Jarak kelahiran dekat membuat orang tua cenderung lebih

kerepotan, sehingga kurang optimal dalam merawat anak. Hal ini

disebabkan karena anak yang lebih tua belum mandiri dan masih

memerlukan perhatian orang tua. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun

menyebabkan salah satu anak biasanya yang lebih tua tidak

mendapatkan ASI yang cukup karena ASI lebih diutamakan untuk

adiknya. Akibat tidak memperoleh ASI dan kurangnya asupan


12

makanan, anak akan menderita malnutrisi yang bisa menyebabkan

stunting.

Jarak kehamilan yang terlalu dekat, selain kurang baik untuk anak

yang baru dilahirkan juga kurang baik untuk ibu. Kesehatan ibu dapat

terganggu karena kondisi fisik yang belum sempurna setelah

melahirkan sekaligus harus merawat bayi yang membutuhkan waktu

dan perhatian sangat besar. Ibu hamil yang tidak sehat akan

menyebabkan gangguan pada janin yang dikandungnya. Gangguan pada

janin dalam kandungan juga akan mengganggu pertumbuhan sehingga

timbullah stunting.

d. Riwayat BBLR

Berat badan lahir rendah menandakan janin mengalami malnutrisi

di dalam kandungan, sedangkan underweight menandakan kondisi

malnutrisi yang akut. Stunting sendiri terutama disebabkan oleh

malnutrisi yang lama. Stunting baru akan terjadi beberapa bulan

kemudian walaupun hal ini sering tidak disadari oleh orangtua. Orang

tua baru mengetahui bahwa anaknya stunting umumnya setelah anak

mulai bergaul dengan teman-temannya, sehingga terlihat anak lebih

pendek dibanding teman-temannya. Oleh karena itu, anak yang lahir

dengan berat badan kurang atau anak yang sejak lahir berat badannya di

bawah normal harus diwaspadai akan menjadi stunting. Semakin awal

dilakukan penanggulangan malnutrisi maka semakin kecil risiko terjadi

stunting.
13

e. Anemia pada ibu

Anemia pada ibu hamil sebagian besar disebabkan oleh defisiensi

zat gizi mikro terutama zat besi. Akibat defisiensi zat besi pada ibu

hamil akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin,

sehingga janin yang dilahirkan sudah malnutrisi. Malnutrisi pada bayi

jika tidak segera diatasi akan menetap, sehingga menimbulkan

malnutrisi kronis yang merupakan penyebab stunting. Ibu hamil dengan

anemia memiliki risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan

berat di bawah normal dikarenakan anemia dapat mengurangi suplai

oksigen pada metabolisme ibu, sehingga dapat terjadi proses kelahiran

imatur (bayi prematur).

Pengaruh metabolisme yang tidak optimal juga terjadi pada bayi

karena kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen,

sehingga kecukupan asupan gizi selama di dalam kandungan kurang

dan bayi lahir dengan berat di bawah normal.

f. Hygiene dan sanitasi lingkungan

Kurangnya sanitasi yang memadai, lantai tanah di rumah, bahan

bakar memasak berkualitas rendah, dan pembuangan limbah lokal yang

tidak memadai terkait dengan peningkatan risiko pengerdilan anak,

rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi

dan air bersih berisiko anak terancam penyakit infeksi. Praktek sanitasi

lingkungan yang kurang baik di suatu lingkungan memungkinkan risiko

terjadinya penyakit diare, kecacingan, dan infeksi saluran pencernaan.


14

Jika anak menderita infeksi saluran pencernaan, maka penyerapan zat

gizi juga akan terganggu menyebabkan kurangnya asupan gizi. Apabila

seseorang kekurangan zat gizi maka akan mudah terserang penyakit dan

pertumbuhan mengalami gangguan.

g. Defisiensi zat gizi

Zat gizi sangat penting bagi pertumbuhan. Pertumbuhan adalah

peningkatan ukuran dan massa konstituen tubuh dan salah satu hasil

dari metabolisme tubuh. Metabolisme didefinisikan sebagai proses

dimana organisme hidup mengambil dan mengubah zat padat dan cair

asing yang diperlukan untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan,

fungsi normal organ, dan produksi energi. Asupan zat gizi yang

menjadi faktor risiko terjadinya stunting dapat dikategorikan menjadi 2,

yaitu asupan zat gizi makro atau makronutrien dan asupan zat gizi

mikro atau mikronutrien.

h. Asupan protein

Protein merupakan zat gizi makro yang mempunyai fungsi sangat

penting, antara lain sebagai sumber energi, zat pembangun, dan zat

pengatur. Pertumbuhan dapat berjalan normal apabila kebutuhan

protein terpenuhi, karena pertambahan ukuran maupun jumlah sel yang

merupakan proses utama pada pertumbuhan sangat membutuhkan

protein. Secara umum protein dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu

protein hewani dan protein nabati. Protein hewani berasal dari hewan
15

seperti susu, daging, dan telur, sedangkan protein nabati berasal dari

tumbuhan seperti kacang-kacangan dan biji-bijian.

i. Asupan kalsium

Kalsium merupakan mineral utama yang menyusun tulang. Pada

anak dalam masa pertumbuhan, kekurangan kalsium menyebabkan

pertumbuhan tulang terhambat, sedangkan pada dewasa kekurangan

kalsium menyebabkan pengeroposan tulang atau osteoporosis.

j. Asupan seng

Seng diperlukan oleh manusia dan hewan untuk melakukan fungsi

fisiologis, seperti pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan reproduksi.

Defisiensi seng menyebabkan anoreksia, gangguan pertumbuhan,

dermatitis, gangguan pengecapan, dan hipogonadisme. Seng

meningkatkan nafsu makan melalui rangsangan pada saraf vagus yang

kemudian memengaruhi pusat nafsu makan di hipotalamus.

k. Asupan zat besi

Fungsi zat besi berkaitan dengan transportasi dan penyimpanan

oksigen dan metabolisme jaringan. Kekurangan zat besi mungkin

disebabkan oleh rendahnya asupan daging, ikan, telur, dan sereal yang

dikonsumsi. Asupan zat besi yang rendah tidak memengaruhi

pertumbuhan sampai simpanan zat besi dalam tubuh habis. Penurunan

pemusatan perhatian (atensi), kecerdasan, dan prestasi belajar dapat

terjadi akibat anemia besi. Seseorang yang menderita anemia akan

malas bergerak, sehingga kegiatan motoriknya akan terganggu.


16

Distribusi zat gizi yang menurun akan menyebabkan otak kekurangan

energi. Akibatnya, daya pikir orang itu pun ikut menurun, sehingga

prestasi pun ikut menurun.

Anemia juga terbukti dapat menurunkan atau mengakibatkan

gangguan fungsi imunitas tubuh, seperti menurunnya kemampuan sel

leukosit dalam membunuh mikroba. Anemia juga berpengaruh terhadap

metabolisme karena besi juga berperan dalam beberapa enzim. Pada

anak-anak, hal itu akan menghambat pertumbuhan. Selain itu, anemia

juga akan menyebabkan penurunan nafsu makan yang akan

menyebabkan seseorang kekurangan gizi.

6. Dampak buruk yang ditimbulkan oleh stunting

Menurut Margawati, dkk., 2019, dampak stunting ada dua yaitu:

a) Dalam jangka pendek seperti terganggunya perkembangan otak,

kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme

dalam tubuh.

b) Dalam jangka panjang, menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi

belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga anak menjadi lebih

mudah sakit, dan memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami penyakit

diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,

stroke, dan disabilitas pada usia tua.

c) Dampak jangka pendek dan jangka panjang dari stunting dapat

menurunkan kualitas sumber daya manusia, sehingga akan terjadi

penurunan produktivitas, dan daya saing bangsa akan semakin tinggi.


17

7. Pencegahan stunting

Menurut Margawati, dkk., 2019, pencegahan stunting yang dapat

dilakukan adalah:

a. Pencegahan stunting pada ibu hamil:

Pencegahan pada ibu hamil dapat dilakukan dengan berbagai cara,

yakni mencukupi kebutuhan asupan ibu hamil serta kebutuhan asupan

tambahan ibu hamil. Ibu hamil juga perlu untuk memantau penambahan

berat badan ibu dan janin, dengan panduan berdasarkan status gizi ibu

sebelum hamil maupun berdasarkan penambahan berat badan sesuai

dengan kenaikan berat berdasarkan jaringan dan cairan. ANC

merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan

berupa pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan

mental dan fisik ibu hamil, dalam rangka mencegah adanya komplikasi

obstetri bila mungkin dan memastikan agar komplikasi terdeteksi sedini

mungkin dan ditangani secara memadai.

b. Pencegahan stunting pada balita

Pencegahan stunting pada saat balita dilakukan dengan berbagai

cara sesuai dengan usianya adalah:

1) Bayi 0-6 bulan

a) Melakukan IMD

Menempatkan bayi di dada ibu untuk mencari ASI secara

alami setelah bayi lahir. Hal ini penting bagi bayi karena pada

proses ini terdapat kolostrum, yaitu cairan berwarna kuning kental


18

pada ASI yang keluar pertama. Kolostrum ini mengandung

protein yang tinggi dan rendah gula. IMD juga mengandung

antibodi yang dapat mencegah atau melawan penyakit pada bayi.

b) Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan

Selama 6 bulan pertama, bayi hanya memerlukan ASI

karena ASI mengandung zat gizi yang sempurna sehingga tidak

perlu diberi apapun kecuali ASI.

2) 6 bulan-2 tahun

a) Memberikan MP-ASI

Sejak bayi berumur 6 bulan, selain ASI bayi juga diberikan

MP-ASI. MP-ASI diberikan pada waktu, bergizi seimbang, aman,

dan diberikan dengan cara yang benar. Pemberian MP-ASI harus

memperhatikan jumlah, tekstur, dan frekuensi sesuai dengan

umur.

b) Memperhatikan kebersihan perlengkapan makan anak

Orang tua perlu memastikan tangannya bersih dengan cara

mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan sebelum

makan, serta menggunakan peralatan yang bersih untuk

menyiapkan makanan dan menyajikan makanan.

c) Memantau berat badan dan panjang badan anak

Membawa anak ke posyandu untuk memantau

perkembangan berat badan dan panjang badan anak, hal ini juga
19

membantu orang tua mengetahui status gizi anak serta dapat

membantu mendeteksi dini gangguan pertumbuhan pada anak.

d) Memberikan vitamin A dan imunisasi sesuai jadwal

Vitamin A dan imunisasi berfungsi meningkatkan sistem

imun tubuh dan mencegah infeksi, yang merupakan penyebab

langsung stunting. Sehingga pemberian vitamin A dan imunisasi

dapat membantu mencegah stunting.

3) MP-ASI 4 bintang

Menu MP-ASI 4 bintang, merupakan pedoman menu MP-ASI

yang sesuai komposisi menu makan keluarga, hanya berbeda dari

segi tekstur penyajian.

c. Pencegahan stunting pada ibu menyusui

Pencegahan stunting pada ibu menyusui dapat dilakukan dengan

melakukan IMD serta pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan. Ibu

menyusui penting untuk mengetahui mengenai posisi menyusui yang

tepat agar ASI dapat keluar secara maksimal dan dikonsumsi oleh anak

secara cukup. Semakin banyak ASI yang dikonsumsi oleh bayi, maka

akan semakin banyak juga ASI yang akan diproduksi oleh tubuh ibu.
20

B. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan

1. Pengertian sanitasi lingkungan

a. Sanitasi

Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin

terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan melalui

pembangunan sanitasi (Perpres, 2014).

b. Lingkungan

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya

yang memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia, serta makhluk hidup lain (UU, 2009).

c. Sanitasi lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah upaya pencegahan melalui

pengendalian faktor risiko lingkungan, baik fisik, kimia, biologi, dan

sosial yang menjadi mata rantai sumber penularan, pajanan, dan

kontaminasi terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan (Kepmenkes,

2021).

2. Indikator rumah sehat

a. Pengertian rumah

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman. Rumah adalah bangunan

gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
21

pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta

aset bagi pemiliknya.

b. Rumah sehat

Menurut UU RI Nomor 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur

fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai

sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Menurut WHO,

rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung,

dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan

jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan

keluarga dan individu.

Menurut Kepmenkes RI Nomor 829 Tahun 1999, menjelaskan

rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

hunian dan sarana pembinaan keluarga. Menurut WHO, sehat adalah

suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, bukan

hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan).

Berdasarkan pengertian diatas, rumah sehat diartikan sebagai tempat

berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat, sehingga

menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun

sosial (Riviwanto dkk, 2011).

c. Syarat rumah sehat

Rumah yang sehat menurut Winslow dan APHA (American

Public Health Association) dikutip dari Riviwanto dkk, 2011, harus

memenuhi persyaratan antara lain:


22

1. Memenuhi kebutuhan fisiologi, antara lain pencahayaan,

penghawaan (ventilasi), ruang gerak yang cukup, terhindar dari

kebisingan atau suara yang mengganggu.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain cukup aman dan

nyaman bagi masing-masing penghuni rumah, privacy yang cukup,

komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah,

serta lingkungan tempat tinggal yang memiliki tingkat ekonomi yang

relatif sama.

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar

penghuni rumah dengan penyediaan sarana air bersih, sarana

pengolahan sampah, sarana pembuangan kotoran (jamban), sarana

pembuangan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan

tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi,

terlindunginya makanan dan minuman dari pencemaran.

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang

timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, termasuk dalam

persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, terhindar dari

bahaya kebakaran, tidak menyebabkan keracunan gas, terlindung

dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya.

d. Parameter dan indikator penilaian rumah sehat

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat

menurut Kepmenkes Nomor 892 Tahun 1999 Tentang Persyaratan


23

Kesehatan Perumahan, yang meliputi 3 lingkup komponen penilaian,

yaitu:

1) Komponen rumah, meliputi:

a) Langit-langit

Langit-langit yang baik adalah hendaknya mudah

dibersihkan, tidak rawan kecelakaan, berwarna terang, dan harus

menutup rata rangka atap.

b) Dinding

Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding

sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul

harus dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari

pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik

sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih

tidak berlumut.

c) Lantai

Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, rata,

tidak licin, stabil waktu dipijak, permukaan lantai mudah

dibersihkan, dan kedap air. Untuk mencegah masuknya air ke

dalam rumah, untuk rumah bukan panggung sebaiknya tinggi

lantai ± 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan.

d) Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam

suatu ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik


24

alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan

untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan

kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai

syarat-syarat, diantaranya:

1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai

ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat

dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi

10% kali luas lantai ruangan.

2. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap

kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.

3. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan

menempatkan dua lubang jendela berhadapan antara dua

dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar.

e) Pencahayaan

Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah

merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan ini dapat

diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan cahaya buatan,

yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai

menimbulkan kesilauan.

1. Pencahayaan alam

Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar

matahari ke dalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan

bagian-bagian bangunan rumah yang terbuka. Sinar ini


25

sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon

maupun tembok pagar yang tinggi. Cahaya matahari ini

berguna selain untuk penerangan juga dapat mengurangi

kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman-

kuman penyebab penyakit tertentu seperti TBC, influenza,

penyakit mata dan lain-lain. Suatu cara sederhana menilai baik

tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam sebuah rumah

adalah: baik, bila jelas membaca dengan huruf kecil, cukup;

bila samar-samar bila membaca huruf kecil, kurang; bila hanya

huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf

besar.

2. Pencahayaan buatan

Cahaya buatan yang baik tidak akan mengganggu atau

menurunkan produktivitas kerja. Dengan cahaya buatan yang

baik dan disaring dari kesilauan dapat mempertinggi

produktivitas kerja dibandingkan dengan bila bekerja pada

cahaya siang alamiah. Secara umum pengukuran pencahayaan

terhadap sinar matahari adalah dengan lux meter, yang diukur

di tengah-tengah ruangan, pada tempat setinggi kurang dari 84

cm dari lantai. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1405 Tahun

2002, batas syarat normal suatu ruangan dan memenuhi

standar kesehatan antara 50 lux sampai 300 lux.


26

2) Pembagian ruangan atau tata ruang

Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai

dengan fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik

adalah:

a. Ruang untuk istirahat atau tidur

Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur

orang tua dengan kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa.

Tersedianya jumlah kamar yang cukup dengan luas ruangan

sekurangnya 8m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari dua orang

agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan

kegiatan.

b. Ruang dapur

Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap

dari hasil pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap

kesehatan. Ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar

udara atau asap dari dapur dapat dialirkan keluar.

c. Kamar mandi dan jamban keluarga

Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki

satu lubang ventilasi untuk berhubungan dengan udara luar.

3) Sarana sanitasi

a. Penggunaan air bersih

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 829 Tahun 1999

Tentang Syarat Perumahan Sehat, kualitas air tanah pada daerah


27

perumahan minimal memenuhi persyaratan air baku, air minum

(golongan B). Tersedianya sumber air bersih yang menghasilkan

air secara cukup sepanjang waktu dengan kualitas air yang

memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

Sumber air yang dapat dimanfaatkan digolongkan sebagai

berikut: air hujan, air permukaan, dan air tanah (dangkal, dalam,

mata air). Jenis-jenis sarana air bersih yang dipergunakan

masyarakat adalah sumur gali, perpipaan, sumur pompa tangan,

penampungan air hujan, dan perlindungan mata air (Dirjen PPM

dan PLP (1990).

Syarat kualitas yang perlu diperhatikan dalam pengolahan

air menurut Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 tentang

persyaratan air untuk keperluan hygiene dan sanitasi adalah:

1. Syarat fisik

Air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam

kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas

yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku (air

bersih), antara lain tidak tidak keruh, tidak berwarna, dan tidak

berbau serta tidak berasa.

2. Syarat kimia

Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar

secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi


28

kesehatan antara lain Besi (Fe), Flourida (F), Mangan (Mn),

derajat keasaman (pH), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan zat-zat

kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih yang

digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar

maksimum yang diperbolehkan untuk standar baku mutu air

minum dan air bersih.

3. Syarat bakteriologis

Air untuk minum harus bebas dari segala bakteri

terutama bakteri pathogen. Untuk mengetahuinya dengan

memeriksa cemaran mikrobiologi, yaitu air yang digunakan

sebagai air bersih bebas dari keberadaan kontaminasi

Coliform. Coliform merupakan indikator adanya cemaran tinja

dalam air. Standar baku mutu air keperluan hygiene sanitasi

yang diizinkan adalah 50/100 ml air.

b. Tempat pembuangan kotoran

Penilaian keadaan jamban menurut Kepmenkes Nomor 829

Tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, harus

memenuhi persyaratan kesehatan, yaitu setiap rumah harus

memiliki jamban sendiri (di darat), selalu bersih dan tidak berbau

(konstruksi leher angsa), jaraknya cukup jauh dari sumber air dan

letaknya di bagian hilir air tanah, membuang tinja jangan di

sembarang tempat, tidak boleh dibuang ke parit atau alirkan ke

kebun atau ke halaman belakang serta usahakan membuat septic


29

tank secara kolektif, tidak mengotori permukaan tanah di

sekeliling jamban tersebut, tidak mengotori air permukaan di

sekitarnya, tidak mengotori air tanah di sekitarnya, tidak

terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoa, dan binatang-

binatang lainnya, mudah digunakan dan dipelihara, sederhana

desainnya, murah, dan dapat diterima oleh pemakainya.

c. Tempat pembuangan air limbah

Pengelolaan air limbah yang paling sederhana adalah

pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda

terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Lumpur dari

bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan

lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil,

kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat

untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan

menggunakan saringan khusus. SPAL yang baik adalah SPAL

yang dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan akibat

sarana yang tidak memadai (Marlinae, et al., 2019).

Berdasarkan PP RI Nomor 82 Tahun 2001, air limbah

adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair.

Air limbah rumah tangga terdiri dari tiga faktor penting yaitu:

1. Tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba pathogen.

2. Air seni (urine), mengandung nitrogen, fosfor, dan sedikit

mikroorganisme.
30

3. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci,

dan kamar mandi.

d. Tempat pembuangan sampah

Menurut Kepmenkes Nomor 829 Tahun 1999 tentang

persyaratan kesehatan perumahan. Syarat tempat sampah yang

memenuhi kategori sehat adalah:

1. Tidak kedap air, agar sampah berupa cairan tidak mencemari

lingkungan disekitar tempat sampah.

2. Terdapat penutup, agar vektor penyakit tidak dapat

berkembang biak pada tempat sampah.

Menurut Permen PU, 2013 tentang penanganan sampah rumah tangga

adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, yang

tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Penanganan sampah meliputi kegiatan

pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir

sampah.

1. Pemilahan dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling

sedikit 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas:

a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah

bahan berbahaya dan beracun antara lain, kemasan obat serangga, kemasan

oli, kemasan obat obatan, obat-obatan kadaluarsa, peralatan listrik, dan

peralatan elektronik rumah tangga.


31

b. Sampah yang mudah terurai antara lain, sampah yang berasal dari

tumbuhan, hewan, atau bagian-bagiannya yang dapat terurai oleh makhluk

hidup lainnya atau mikroorganisme seperti sampah makanan dan serasah.

c. Sampah yang dapat digunakan kembali merupakan sampah yang dapat

dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses pengolahan antara lain, kertas

kardus, botol minuman, dan kaleng.

d. Sampah yang dapat didaur ulang merupakan sampah yang dapat

dimanfaatkan kembali setelah melalui proses pengolahan antara lain, sisa

kain, plastik, kertas, dan kaca.

e. Sampah lainnya merupakan residu.

2. Pengumpulan sampah tidak boleh dicampur kembali setelah dilakukan

pemilahan dan pewadahan.

Pengumpulan sampah meliputi:

a. Pola individual langsung, yaitu sampah dari rumah langsung diangkut ke

TPA.

b. Pola Individual tidak langsung, yaitu sampah dari rumah diangkut ke TPS

3R untuk diolah terlebih dahulu dan residu dari sampah diangkut ke TPA.

c. Pola komunal langsung, yaitu sampah dari wadah komunal yang melayani

suatu wilayah diangkut ke TPA.

d. Pola komunal tidak langsung, yaitu sampah dari wadah komunal yang

melayani suatu wilayah diangkut ke TPS 3R untuk diolah terlebih dahulu

dan residu yang dihasilkan kemudian diangkut ke TPA.


32

e. Pola penyapuan jalan, yaitu sampah taman diangkut dan langsung diangkut

ke TPA.

3. Pengangkutan sampah dari TPS atau TPS 3R ke TPA atau TPST tidak boleh

dicampur kembali setelah dilakukan pemilahan dan pewadahan. Pola

pengangkutan yaitu, pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan

langsung dari sumber menuju TPA dengan syarat sumber sampah lebih besar

dari 300 liter/unit serta topografi daerah pelayanan yang tidak memungkinkan

penggunaan gerobak.

4. Pengolahan sampah meliputi kegiatan: pemadatan, pengomposan, daur ulang

materi, dan mengubah sampah menjadi sumber energi.

5. Pemrosesan akhir sampah dilakukan di TPA, meliputi kegiatan: penimbunan

atau pemadatan, penutupan tanah, pengolahan lindi dan penanganan gas.

Pemrosesan akhir sampah di TPA harus memperhatikan:

a) Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga, sampah

sejenis sampah rumah tangga, dan residu.

b) Limbah yang dilarang diurug di TPA meliputi limbah cair yang berasal dari

kegiatan rumah tangga. limbah yang berkategori bahan berbahaya dan

beracun sesuai peraturan perundang-undangan, limbah medis dari pelayanan

kesehatan.

c) Residu tidak berkategori bahan berbahaya dan beracun atau mengandung

limbah bahan berbahaya dan beracun.

d) Sampah yang berkategori bahan berbahaya dan beracun atau mengandung

limbah bahan berbahaya dan beracun di TPA harus disimpan di tempat


33

penyimpanan sementara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan

mengenai pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.

e) Dilarang melakukan kegiatan peternakan di TPA.

e. Perilaku penghuni

Kepmenkes Nomor 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan

Kesehatan Perumahan. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh

penghuni dan berdampak pada kesehatan terdiri menjadi lima,

yaitu:

1. Kebiasaan membuka jendela

Kebiasaan membuka jendela merupakan kebiasaan atau

perilaku penghuni rumah untuk membuka jendela biasanya

dilakukan pada pagi hari. Kebiasaan membuka jendela

dianjurkan setiap hari, agar terjadinya pertukaran udara, dan

memperbaiki penghawaan.

2. Kebiasaan menyapu dan mengepel rumah

Kebiasaan menyapu dan mengepel merupakan kebiasaan

perilaku penghuni rumah untuk membersihkan rumah dengan

cara menyapu atau mengepel. Kebiasaan menyapu dan

mengepel rumah disarankan dilakukan setiap hari untuk

menghindari adanya bekas dari binatang pengganggu.

3. Kebiasaan cara membuang tinja, termasuk bayi

Cara membuang tinja adalah Kebiasaan perilaku setiap

individu membuang tinja, biasanya melalui jamban atau


34

langsung ke sungai. Kebiasaan cara membuang tinja yang

memenuhi syarat rumah sehat dilakukan pada WC atau

jamban, karena melalui WC atau jamban terjadi proses

pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan sehingga tidak

mencemari lingkungan.

4. Kebiasaan pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah merupakan kebiasaan mengelola

sampah biasanya dimanfaatkan ulang atau hanya langsung

dibuang ke TPA. Kebiasaan pengelolaan sampah yang

disarankan yaitu dimanfaatkan atau didaur ulang agar tidak

menjadi tumpukan dari sampah itu sendiri terutama sampah

anorganik yang mengalami degradasi yang lama.

4) Upaya menciptakan sanitasi lingkungan yang baik

Pengaruh buruk dari lingkungan sebenarnya dapat dicegah

dengan mengembangkan kebiasaan hidup sehat dan menciptakan

sanitasi lingkungan yang baik. Kebiasaan hidup sehat dilakukan

dalam berbagai cara, seperti membuang sampah pada tempatnya,

membersihkan rumah dan halaman secara rutin, membersihkan

kamar mandi dan bak mandi secara rutin dan lain-lain. Kebiasaan

tersebut dapat memutus siklus perkembang-biakan berbagai jenis

organisme pembawa penyakit.

Gambaran tentang aktivitas-aktivitas untuk menciptakan

sanitasi lingkungan yang baik adalah:


35

a. Mengembangkan kebiasaan atau perilaku hidup sehat

Terjangkitnya penyakit seperti diare diakibatkan oleh

kebiasaan hidup yang tidak sehat. Kebiasaan yang dimaksud

adalah buang air besar atau kecil sembarangan, minum air yang

belum dimasak secara benar dan lain-lain.

b. Membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin

Ruangan dalam rumah dapat menimbulkan berbagai

penyakit jika tidak secara rutin dibersihkan. Perlengkapan rumah

seperti karpet dan kursi berpotensi menjadi tempat mengendapnya

debu. Debu yang mengendap dan kemudian beterbangan di dalam

ruangan dapat menimbulkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA). Debu juga dapat berfungsi sebagai media tempat

menempelnya bakteri atau virus yang dapat mengganggu

kesehatan manusia.

c. Membersihkan kamar mandi dan toilet

Kamar mandi dan toilet merupakan bagian dari rumah yang

paling kondusif untuk dijadikan tempat perkembangbiakan

berbagai jenis organisme penyebab dan pembawa penyakit.

Lantai kamar mandi yang senantiasa lembab atau bahkan basah

merupakan tempat yang cocok bagi berkembangnya bakteri atau

mikroorganisme penyebab berbagai penyakit.

Kepmenkes Nomor 829 Tahun 1999 Tentang Syarat Perumahan Rumah

Sehat yang dimaksudkan adalah, untuk melindungi keluarga dari dampak kualitas
36

lingkungan perumahan dan rumah tinggal yang tidak sehat, meliputi, lokasi

perumahan, kualitas udara, kebisingan dan getaran, kualitas tanah, kualitas air

tanah, kualitas sarana prasarana sanitasi, binatang penular penyakit, penghijauan.

C. Kerangka Teori

Dari uraian tinjauan pustaka, maka disusun kerangka teori sebagai berikut:

Sanitasi
lingkungan

Rumah
sehat

Komponen Sarana Perilaku


rumah sanitasi penghuni

Penggunaan air Tempat pembuangan Tempat pembuangan Tempat pembuangan


bersih kotoran air limbah sampah

Kejadian
Stunting

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Dimodifikasi dari Winslow dan APHA dalam Riviwanto (2011)
37

D. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori maka dapat dibuat kerangka konsep sebagai

berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Sanitasi Lingkungan:
a. Penggunaan air bersih
b. Tempat pembuangan kotoran Kejadian Stunting

c. Tempat pembuangan air limbah


d. Tempat pembuangan sampah

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep

E. Definisi Operasional

1. Sanitasi lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah upaya pencegahan melalui pengendalian

faktor risiko lingkungan, baik fisik, kimia, biologi, dan sosial yang

meliputi:

a. Penggunaan air bersih

Penggunaan air bersih adalah tersedianya tempat air yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum

setelah dimasak terlebih dahulu.

1) Kriteria objektif:

a) Tidak ada : jika score ˂ 3

b) Ada : jika score ≥ 3

2) Alat ukur : Lembar observasi

3) Skala ukur : Ordinal


38

b. Tempat pembuangan kotoran

Tempat pembuangan kotoran adalah tempat proses pembuangan

kotoran yang harus dibuang ke dalam jamban yang sesuai dengan aspek

kesehatan.

1) Kriteria objektif:

a) Tidak ada : jika score ˂ 3

b) Ada : jika score ≥ 3

2) Alat ukur : Lembar observasi

3) Skala ukur : Ordinal

c. Tempat pembuangan air limbah

Tempat pembuangan air limbah merupakan tempat pembuangan

limbah yang dibuang melalui tanah galian atau pipa dari semen/paralon

yang berfungsi untuk membuang air cucian, air bekas mandi, air

kotor/air bekas lainnya.

1) Kriteria objektif:

a) Tidak ada : jika score ˂ 4

b) Ada : jika score ≥ 4

2) Alat ukur : Lembar observasi

3) Skala ukur : Ordinal

d. Tempat pembungan sampah

Tempat pembungan sampah adalah tempat untuk menampung

sampah secara sementara, yang biasanya terbuat dari logam atau

plastik.
39

1) Kriteria objektif:

a) Tidak ada : jika score ˂ 5

b) Ada : jika score ≥ 5

2) Alat ukur : Lembar observasi

3) Skala ukur : Ordinal

2. Kejadian Stunting

Kejadian stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita

akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk

usianya.

a. Kriteria objektif

1) Stunting : jika ˂ -3 SD

2) Tidak stunting : jika ≥ -2 SD

b. Alat Ukur : Baby length board dan microtoise

c. Skala Ukur : Ordinal

F. Hipotesis

1. Hipotesis alternatif (Ha)

Ada hubungan penggunaan air bersih, tempat pembuangan kotoran,

tempat pembuangan air limbah, dan tempat pembuangan sampah dengan

kejadian stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.


40

2. Hipotesis nol (Ho)

Tidak ada hubungan penggunaan air bersih, tempat pembuangan

kotoran, tempat pembuangan air limbah, dan tempat pembuangan sampah

dengan kejadian stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo

Teminabuan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

menggunakan desain penelitian cross sectional, dimana dalam penelitian ini

variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek

penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang

bersamaan (Notoatmodjo, 2018).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo

Teminabuan.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - November 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh balita

yang ada di Posyandu Kakatua sebanyak 45 balita. Berdasarkan data yang

diperoleh, balita yang mengalami stunting berjumlah 14 balita dan sisanya

adalah balita yang tidak mengalami stunting berjumlah 31 balita.

41
42

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah balita yang mengalami stunting

dengan balita yang tidak mengalami stunting, sehingga jumlah sampel

yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak 45 balita.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode teknik total

sampling (Sugiono, 2018). Total sampling adalah teknik pengambilan sampel

dimana seluruh anggota populasi dijadikan sampel semua.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah:

1. Pengukuran antropometri stunting

Pengukuran yang digunakan adalah infantometer/baby length board

dan stadiometer holtain atau microtoise. Tujuan pengukuran adalah untuk

melihat perbandingan antara balita yang mengalami stunting dengan balita

yang tidak mengalami stunting.

2. Lembar observasi sanitasi lingkungan

Tujuan observasi adalah untuk melihat seberapa pengaruhnya

indikator penggunaan air bersih, tempat pembuangan kotoran, tempat

pembuangan air limbah, dan tempat pembuangan sampah terhadap

kebersihan diri dan lingkungan dengan kejadian stunting. Lembar

observasi sanitasi lingkungan yang digunakan adalah lembar observasi dari

Riskesdas, 2013 yang telah di adaptasi oleh Laili (2018) sebagai berikut:
43

a. Penggunaan air bersih yang terdiri dari 3 pertanyaan dengan

pembobotan 1 apabila jawaban ada dan 0 apabila jawaban tidak ada.

b. Tempat pembuangan kotoran yang terdiri dari 3 pertanyaan dengan

pembobotan 1 apabila jawaban ada dan 0 apabila jawaban tidak ada.

c. Tempat pembuangan air limbah yang terdiri dari 4 pertanyaan dengan

pembobotan 1 apabila jawaban ada dan 0 apabila jawaban tidak ada.

d. Tempat pembuangan sampah yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan

pembobotan 1 apabila jawaban ada dan 0 apabila jawaban tidak ada.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data primer

a) Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan

mengenai jumlah balita stunting di Kabupaten Sorong Selatan.

b) Data karakteristik responden meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan dan diperoleh dengan wawancara.

c) Data karakteristik balita: umur, jenis kelamin, kejadian stunting.

d) Data sanitasi lingkungan dikumpulkan dengan metode wawancara

dengan alat bantu lembar observasi.

e) Data PB/TB diukur menggunakan infantometer/baby length board dan

stadiometer holtain atau microtoise.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas Teminabuan mengenai jumlah

balita stunting di Teminabuan.


44

G. Pengolahan Data

Langkah-langkah proses pengolahan data dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan atau editing terlebih dahulu. Editing merupakan

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi formulir atau isi kuesioner

tersebut.

2. Coding

Setelah semua lembar observasi diedit atau disunting selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer dalam bentuk

kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam aplikasi statistical package

for the social sciences atau statistical product and service solutions

(SPSS).

4. Pembersihan data (cleaning data)

Apabila seluruh data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.


45

5. Tabulating (Tabulasi)

Mengelompokkan data ke dalam tabel yang dibuat sesuai dengan

maksud dan tujuan penelitian.

H. Analisis Data

Data yang diolah menggunakan statistical product and service solutions

(SPSS), kemudian dianalisis berdasarkan variabel:

1. Analisis univariat

Menggambarkan masing masing variabel, yaitu: umur, jenis kelamin

pendidikan, dan pekerjaan serta pendapatan yang berada di RT. 02/RW. 03

Kampung Seyolo Teminabuan. Pengolahan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan dianalisis berdasarkan persentase.

2. Analisis bivariat

Melihat hubungan variabel bebas dan terikat, karena data berskala

ordinal, maka digunakan uji chi square. Pengambilan keputusan

berdasarkan probabilitas (p) jika p < 0,05 maka H0 ditolak artinya Ha

diterima.

I. Etika Penelitian

Adapun prinsip-prinsip etika yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Prinsip self determination

Prinsip self determination artinya menghargai otonomi individu

untuk membuat keputusan terhadap dirinya sendiri. Responden bebas

memutuskan untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam penelitian

ini.
46

2. Prinsip menjaga kerahasiaan responden

Informasi atau hal-hal yang terkait dengan responden harus dijaga

kerahasiaannya. Penelitian atau pewawancara tidak dibenarkan untuk

menyampaikan kepada orang lain tentang apapun yang diketahui oleh

peneliti tentang responden diluar untuk kepentingan atau mencapai tujuan

penelitian.

3. Prinsip protection discomfort

Peneliti melindungi hak responden untuk mendapatkan perlindungan

dari ketidaknyamanan selama kegiatan penelitian.

4. Prinsip beneficence

Pada prinsip ini, peneliti berusaha untuk melakukan penelitian yang

memberikan manfaat.

5. Prinsip justice

Berdasarkan prinsip justice, maka peneliti menerapkan prinsip

keadilan dan tidak melakukan diskriminasi. Hal ini diaplikasikan dengan

memilih sampel berdasarkan alasan masalah penelitian, bukan atas dasar

subjektivitas atau kepentingan lain.


47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran lokasi penelitian

Kampung Seyolo adalah salah satu kampung yang berada di Distrik

Teminabuan, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Kampung

Seyolo terdiri dari 5 RT dan 8 RW yang memiliki luas wilayah  2.283

KM2, dimana jumlah penduduknya sebanyak 1.172 jiwa, diantaranya laki-

laki berjumlah 600 jiwa, perempuan berjumlah 572 jiwa, dan balita

berjumlah 100 jiwa dengan KK berjumlah 333 KK. Kampung Seyolo

terletak di daerah perbukitan dan berada di tepi Sungai Kaibus. Kampung

Seyolo memiliki gedung bangunan seperti tempat ibadah yaitu 1 gedung

gereja, dan memiliki beberapa sekolah diantaranya PAUD, SMP, SMA,

dan SMK, dan juga tersedia fasilitas kesehatan yaitu Posyandu Kakatua

dan Posyandu Seyolo.

Kampung Seyolo memiliki batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kohoin.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kaibus.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Wernas.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Wermith.

Lokasi tempat penelitian pada RT. 02/RW. 03 dengan jumlah KK

sebanyak 51 KK yang mayoritasnya berasal dari Suku Kokoda. Pendidikan

masyarakat sebagian besar tamat SD/sederajat. Mata pencaharian


48

masyarakat di dapat dari bekerja sebagai nelayan dengan pendapatan yang

kurang, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari belum tercukupi

terutama dalam pemenuhan gizi pada ibu hamil dan balita.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik responden orang tua

Karakteristik responden orang tua meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Adapun distribusi berdasarkan

karakteristik individu sebagai berikut.

Berikut ini merupakan distribusi frekuensi karakteristik responden


menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi karakteristik responden orang tua
di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan
Karakteristik f %
Umur
15-24 tahun 10 22,2
25-59 tahun 34 75,6
≥ 60 tahun 1 2,2
Jenis Kelamin
Laki-laki 2 4,4
Perempuan 43 95,6
Pendidikan
Tidak sekolah 3 6,7
Tamat SD/sederajat 23 51,1
Tamat SMP/sederajat 12 26,7
Tamat SMA/sederajat 5 11,1
Diploma/Sarjana 2 4,4
Pekerjaan
Tidak bekerja 36 80,0
Wiraswasta 7 15,6
PNS 2 4,4
Pendapatan
< UMK Rp. 3.200.000 35 77,8
≥ UMK Rp. 3.200.000 10 22,2
Total 45 100,0
49

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa karakteristik responden orang tua paling

banyak dengan umur 25-59 tahun sebanyak 34 responden (75,65), sedangkan

paling sedikit adalah umur ≥ 60 tahun sebanyak 1 responden (2,2%). Karakteristik

responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu berjumlah 43

responden (95,6%), sedangkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 2 responden

(4,4%). Karakteristik responden dengan pendidikan lebih banyak dengan tingkat

pendidikan tamat SD/sederajat sebanyak 23 responden (5,1%), sedangkan yang

lebih sedikit pada responden dengan tingkat pendidikan Diploma/Sarjana

sebanyak 2 responden (4,4%). Karakteristik responden dengan pekerjaan lebih

banyak yaitu tidak bekerja sebanyak 36 responden (80,0%), sedangkan paling

sedikit adalah pekerjaan sebagai PNS sebanyak 2 responden (4,4%). Karakteristik

responden dengan pendapatan < UMK Rp. 3.200.000 sebanyak 35 responden

(77,8%), sedangkan paling sedikit adalah dengan pendapatan ≥ UMK Rp.

3.200.000 sebanyak 10 responden (22,2%).

2. Karakteristik responden balita

Karakteristik responden balita meliputi jenis kelamin, umur, panjang

badan atau tinggi badan, dan status gizi. Adapun distribusi berdasarkan

karakteristik individu sebagai berikut.


50

Berikut ini merupakan distribusi frekuensi karakteristik responden


balita menurut jenis kelamin, umur, PB/TB, dan status gizi.
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi karakteristik responden balita
di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan
Karakteristik f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 19 42,2
Perempuan 26 57,8
Umur
12-24 bulan 6 13,3
25-60 bulan 39 86,7
Kejadian Stunting
Stunting 14 31,1
Tidak stunting 31 68,9
Total 45 100,0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa karakteristik responden balita paling banyak

dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 26 responden (57,8), sedangkan paling

sedikit dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 responden (42,2%).

Karakteristik responden balita paling banyak dengan umur 25-60 bulan sebanyak

39 responden (86,5%), sedangkan paling sedikit dengan umur 12-24 bulan

sebanyak 6 responden (13,3%). Karakteristik responden balita paling banyak tidak

mengalami stunting sebanyak 31 responden (68,9), sedangkan paling sedikit

dengan yang mengalami stunting sebanyak 14 responden (31,1%).

3. Analisis Univariat

a. Distribusi frekuensi responden menurut penggunaan air bersih di RT.

02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.


51

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi menurut penggunaan air bersih.


Tabel 4.4
Distribusi frekuensi menurut penggunaan air bersih
di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan
Penggunaan air bersih f %
Tidak ada 31 31,1
Ada 14 68,9
Total 45 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 45 responden yang tidak

menggunakan air bersih paling banyak berjumlah 31 responden (31.1%),

dibandingkan dengan yang menggunakan air bersih lebih sedikit sebanyak 14

responden (68,9%).

b. Distribusi frekuensi responden menurut tempat pembuangan kotoran di

RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi tempat pembuangan kotoran.


Tabel 4.5
Distribusi frekuensi menurut tempat pembuangan kotoran
di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan
Tempat pembuangan
f %
kotoran
Tidak ada 30 66,7
Ada 15 33,3
Total 45 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 45 responden yang tidak

memiliki tempat pembuangan kotoran paling banyak berjumlah 30 responden

(66,7%), dibandingkan dengan yang memiliki tempat pembuangan kotoran lebih

sedikit sebanyak 15 responden (33,3%).

c. Distribusi frekuensi responden menurut tempat pembuangan air limbah di

RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.


52

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi menurut tempat


pembuangan air limbah.
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi menurut tempat pembuangan air limbah
di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan
Tempat pembuangan air limbah f %
Tidak ada 31 68,9
Ada 14 31,1
Total 45 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 45 responden yang tidak

memiliki tempat pembuangan air limbah paling banyak berjumlah 31 responden

(68,9%), dibandingkan dengan yang memiliki tempat pembuangan air limbah

lebih sedikit sebanyak 14 responden (31,1%).

d. Distribusi frekuensi responden menurut tempat pembuangan sampah di

RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi menurut tempat


pembuangan sampah.
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi menurut tempat pembuangan sampah
di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan
Tempat pembuangan
f %
sampah
Tidak ada 29 64,4
Ada 16 35,6
Total 45 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 45 responden yang tidak

memiliki tempat pembuangan sampah paling banyak berjumlah 29 responden

(64,4%), dibandingkan dengan yang memiliki tempat pembuangan sampah lebih

sedikit sebanyak 16 responden (35,6%).


53

e. Distribusi frekuensi responden menurut kejadian stunting di RT. 02/RW.

03 Kampung Seyolo Teminabuan.

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi menurut kejadian stunting.


Tabel 4.8
Distribusi frekuensi menurut kejadian stunting
di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan
Kejadian stunting f %
Stunting 14 31,1
Tidak stunting 31 68,9
Total 45 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 45 responden yang tidak

mengalami stunting paling banyak berjumlah 31 balita (68,9%), sedangkan yang

mengalami stunting lebih sedikit sebanyak 14 balita (31,1%).

4. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan penggunaan

air bersih, tempat pembuangan kotoran, tempat pembuangan air limbah,

dan tempat pembuangan sampah dengan kejadian stunting di RT.

02/RW.03 Kampung Seyolo Teminabuan

a. Hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian stunting di RT. 02/RW.


03 Kampung Seyolo Teminabuan.
Tabel 4.9
Hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian stunting
di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan
Kejadian stunting
Penggunaan air Stunting Tidak stunting Total
bersih f % f % f %
Tidak ada 14 45,2 17 54,8 31 100,0
Ada 0 0,0 14 100,0 14 100,0
Total 14 31,1 31 68,9 45 100,0
p = 0,002 α = 0,05
54

Berdasarkan tabel 4.9 hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian

stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan menunjukkan bahwa,

yang menggunakan air bersih 100,0% tidak mengalami stunting, dibandingkan

dengan yang tidak menggunakan air bersih 45,2% mengalami stunting sebanyak

14 responden.

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square dengan taraf signifikan α

= 0,05 diperoleh nilai p = 0,002, dengan demikian ada hubungan penggunaan air

bersih dengan kejadian stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.

b. Hubungan tempat pembuangan kotoran dengan kejadian stunting di RT.


02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.
Tabel 4.10
Hubungan tempat pembuangan kotoran dengan kejadian stunting
di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan
Kejadian stunting
Tempat Stunting Tidak stunting Total
pembuangan
f % f % f %
kotoran
Tidak ada 14 46,7 16 53,3 30 100,0
Ada 0 0,0 15 100,0 15 100,0
Total 14 31,1 31 68,9 45 100,0
p = 0,001 α = 0,05

Berdasarkan tabel 4.10 hubungan tempat pembuangan kotoran dengan

kejadian stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan menunjukkan

bahwa, yang memiliki tempat pembuangan kotoran 100,0% tidak mengalami

stunting, dibandingkan dengan yang tidak memiliki tempat pembuangan kotoran

46,7% mengalami stunting sebanyak 14 responden.

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square dengan taraf signifikan α

= 0,05 diperoleh nilai p = 0,001 dengan demikian ada hubungan tempat


55

pembuangan kotoran dengan kejadian stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung

Seyolo Teminabuan.

c. Hubungan tempat pembuangan air limbah dengan kejadian stunting di RT.


02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.
Tabel 4.11
Hubungan tempat pembuangan air limbah dengan kejadian stunting
di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan
Kejadian stunting
Tempat pembuangan Stunting Tidak stunting Total
air limbah f % f % f %
Tidak ada 14 45,2 17 54,8 31 100,0
Ada 0 0,0 14 100,0 14 100,0
Total 14 31,1 31 68,9 45 100,0
p = 0,002 α = 0,05

Berdasarkan tabel 4.11 hubungan tempat pembuangan air limbah dengan

kejadian stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan menunjukkan

bahwa, yang memiliki tempat pembuangan air limbah 100,0% tidak mengalami

stunting, dibandingkan dengan yang tidak memiliki tempat pembuangan air

45,2% mengalami stunting sebanyak 14 responden.

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square dengan taraf signifikan α

= 0,05 diperoleh nilai p = 0,002 dengan demikian ada hubungan tempat

pembuangan air limbah dengan kejadian stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung

Seyolo Teminabuan.
56

d. Hubungan tempat pembuangan sampah dengan kejadian stunting di RT.


02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.
Tabel 4.12
Hubungan tempat pembuangan sampah dengan kejadian stunting
di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan
Kejadian stunting
Tempat pembuangan Stunting Tidak stunting Total
sampah f % F % f %
Tidak ada 14 48,3 15 51,7 29 100,0
Ada 0 0,0 16 100,0 16 100,0
Total 14 31,1 31 68,9 45 100,0
p = 0,001 α = 0,05

Berdasarkan tabel 4.12 hubungan tempat pembuangan sampah dengan

kejadian stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan menunjukkan

bahwa, yang memiliki tempat pembuangan sampah 100,0% tidak mengalami

stunting, dibandingkan dengan yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah

48,3% mengalami stunting sebanyak 14 responden.

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square dengan taraf signifikan α

= 0,05 diperoleh nilai p = 0,001 dengan demikian ada hubungan tempat

pembuangan sampah dengan kejadian stunting di RT. 02/RW. 03 Kampung

Seyolo Teminabuan.

A. Pembahasan

1. Hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian stunting

Penggunaan air bersih adalah air yang di konsumsi rumah tangga

yang didapatkan dari sumbernya dan harus diolah terlebih dahulu sehingga

memenuhi syarat kesehatan. Ada beberapa penyakit yang dapat

disebabkan oleh air diantaranya, penyakit diare, penyakit kecacingan,

penyakit saluran pencernaan dan penyakit infeksi yang bisa mencetuskan


57

terjadinya stunting pada balita. Maka dari itu, sumber air sangat diperlukan

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan kualitas dan kuantitas yang

bersih untuk menjaga kebersi han diri dan lingkungannya terutama untuk

kesehatan tubuh kita.

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square dengan taraf

signifikan α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,002. Dengan demikian ada

hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian stunting di RT. 02/RW.

03 Kampung Seyolo Teminabuan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

terdahulu Gusna, 2021 yang menjelaskan bahwa ada hubungan penyediaan

air bersih dengan kejadian stunting dengan nilai p = 0,000. Dengan

demikian, jika ada penyediaan air bersih maka tidak ada anak balitanya

yang mengalami stunting dan jika tidak ada penyediaan air bersih maka

kemungkinan ada anak balitanya yang mengalami stunting.

Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan ketersediaan air bersih

dengan kejadian stunting pada masyarakat RT. 02/RW. 03 Kampung

Seyolo Teminabuan dikarenakan, masyarakat masih mengkonsumsi air

kali sebagai sumber air minum dan air yang dikonsumsi bisa menyebabkan

penyakit yang disebabkan oleh air yaitu diare dan cacingan. Banyaknya

mikroorganisme seperti patogen dan bakteri E.coli pada air yang

bila dikonsumsi dapat mengganggu sistem pada tubuh manusia. Anak yang

sulit mendapatkan akses air bersih bisa mengalami diare berulang kali

karena banyak cairan dan mikronutrien (nutrisi penting) yang terbuang

dari dalam tubuh anak, sehingga mengalami malnutrisi dan menyebabkan


58

pertumbuhan anak melambat yang bisa mengakibatkan anak mengalami

stunting.

Tidak adanya akses air bersih juga membuat anak rentan terkena

infeksi cacing. Cacing yang masuk ke dalam tubuh akan menyerap nutrisi

pada tubuh anak, lalu membuat nafsu makannya menurun.  Jika terus

terjadi akan menyebabkan anak mengalami malnutrisi dan menyebabkan

pertumbuhan anak melambat yang mengakibatkan anak mengalami

stunting. Oleh karena itu, kualitas air sangat diperlukan dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari dengan kualitas dan kuantitas yang bersih untuk

menjaga kebersihan diri dan lingkungannya terutama untuk kesehatan

tubuh kita.

2. Hubungan tempat pembuangan kotoran dengan kejadian stunting

Tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang digunakan

untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran manusia yang lazim

disebut kakus atau WC, sehingga kotoran tersebut disimpan dalam suatu

tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan

mengotori lingkungan pemukiman seperti mencemari air bersih sehingga

menjadi sumber infeksi seperti diare. Diare berulang pada anak dapat

menyebabkan enteropati yang mengganggu penyerapan nutrisi untuk

pertumbuhan sehingga menyebabkan kejadian stunting.

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square dengan taraf

signifikan α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,001. Dengan demikian ada

hubungan tempat pembuangan kotoran dengan kejadian stunting di RT.


59

02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian terdahulu Zahrawani, 2020 yang menjelaskan bahwa terdapat

hubungan kondisi jamban terhadap kejadian stunting (p = 0,000). Kejadian

stunting paling banyak terjadi pada anak yang menggunakan jamban tidak

sehat. Penggunaan jamban sehat akan menurunkan kemungkinan

terjadinya stunting.

Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan tempat pembuangan

kotoran dengan kejadian stunting pada masyarakat RT. 02/RW. 03

Kampung Seyolo Teminabuan dikarenakan, masyarakat tidak menjaga dan

merawat jamban yang digunakan, sehingga menjadi kotor dan tidak

memenuhi syarat kesehatan. Jamban yang tidak sehat akan menunjukkan

kondisi yang kurang baik bagi keluarga dimana hal tersebut dapat menjadi

media pemindahan kuman dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang

baru melalui berbagai media perantara, antara lain air, tangan, serangga,

tanah, dan makanan yang bisa menyebabkan penyakit. Kepemilikan

jamban yang tidak memenuhi standar akan memicu penyakit infeksi

dikarenakan higiene dan sanitasi yang buruk, sehingga dapat menghambat

penyerapan zat gizi dalam pencernaan yang akan memengaruhi

pertumbuhan balita yang dapat mengalami terjadinya stunting.

Jamban yang sehat yaitu fasilitas pembuangan tinja yang efektif

untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban yang tidak sehat

adalah jamban yang tidak memenuhi kriteria melindungi pengguna jamban

dengan konstruksi leher angsa atau lubang tanpa leher angsa dan tertutup,
60

lantai jamban tidak licin dan ada saluran untuk pembuangan, serta

memiliki bangunan bawah yang terdiri dari tangki septik untuk

pembuangan limbah.

3. Hubungan tempat pembuangan air limbah dengan kejadian stunting

Tempat pembuangan air limbah merupakan sarana berupa galian

atau pipa yang berfungsi untuk membuang air buangan yang berasal dari

rumah tangga seperti dapur, kamar mandi, air cucian yang dapat mengotori

sumber air seperti sumur, kali atau sungai. Kondisi saluran pembuangan

air limbah yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan penyakit

dikarenakan air limbah mudah meresap ke dalam sumber air bersih

sehingga menyebabkan pencemaran. Saluran air limbah yang dibiarkan

terbuka, tidak lancar dan kotor akan mudah menjadi tempat

berkembangbiaknya vektor sehingga menjadi media penularan penyakit

kemudian lalat yang hinggap pada kotoran air limbah membawa kuman

dan bakteri yang sering diletakkannya di makanan manusia. Penyakit

infeksi yang disebabkan oleh sanitasi yang buruk misalnya diare dan

kecacingan mengakibatkan terganggunya proses penyerapan zat gizi oleh

tubuh sehingga zat gizi tidak terserap dengan baik. Jika kondisi ini terjadi

dalam waktu yang cukup lama dan tidak disertai dengan pemberian asupan

gizi yang cukup untuk proses penyembuhan maka dapat mengakibatkan

kejadian stunting.

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square dengan taraf

signifikan α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,002. Dengan demikian ada


61

hubungan tempat pembuangan air limbah dengan kejadian stunting di RT.

02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian terdahulu Syamsuddin, 2020 yang menjelaskan bahwa, saluran

pembuangan air limbah dengan kejadian stunting memiliki hubungan

dikarenakan saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat

berpotensi untuk menimbulkan penyakit infeksi yang akan menimbulkan

gangguan penyerapan zat gizi.

Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan tempat pembuangan air

limbah dengan kejadian stunting pada masyarakat RT. 02/RW. 03

Kampung Seyolo Teminabuan dikarenakan, saluran pembuangan yang

terbuka, tidak lancar dan becek. Air limbah dapat membahayakan manusia

dan lingkungan karena terdapat zat dan bahan yang berbahaya. Air limbah

yang tidak dibuang pada saluran yang kedap air dan memenuhi syarat,

maka akan mencemari sumber air bersih. Pencemaran air bersih berpotensi

untuk menimbulkan penyakit infeksi dan menjadi tempat untuk

berkembangbiaknya vektor penyebab penyakit infeksi yang dapat

berdampak terhadap kejadian stunting. Pengelolaan limbah cair dalam

rumah tangga adalah melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah

tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur

yang memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan

kesehatan yang mampu memutus mata rantai penularan penyakit.

Pengelolaan limbah yang baik sangat diperlukan melalui saluran

pembuangan air limbah yang baik agar lingkungan di sekitar rumah tidak
62

menjadi tempat penampungan bakteri atau patogen yang dapat

menyebabkan tejadinya penyakit, sehingga saluran pembungan air limbah

lebih baiknya disalurkan ke penampungan induk dalam keadaan tertutup,

sehingga akan mengurangi pencemaran baik dalam segi bau maupun

bahan kimia dan patogen yang terkandung didalamnya.

4. Hubungan tempat pembuangan sampah dengan kejadian stunting

Tempat pembuangan sampah adalah tempat untuk membuang semua

zat/benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berasal dari rumah-rumah

maupun sisa-sisa proses kegiatan lainnya. Tempat ini dirancang untuk

meminimalkan dampak sampah terhadap kesehatan manusia dan

lingkungan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square dengan taraf

signifikan α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,001 Dengan demikian ada

hubungan tempat pembuangan sampah dengan kejadian stunting di RT.

02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian terdahulu Sukmawati, 2021 yang menjelaskan bahwa,

berdasarkan uji chi square pada nilai p = 0,042 menunjukkan sarana

pembuangan sampah mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian

stunting. Dengan memperhatikan persyaratan sarana pembuangan sampah

dapat menghindari serangga atau binatang lain yang masuk ke tempat

sampah sehingga terjadi pencemaran lingkungan dan risiko penyebaran

penyakit yang dapat mengakibatkan kejadian stunting. Tempat sampah


63

sebaiknya mudah untuk dibersihkan sehingga mudah dalam proses

pembuangan sampah selanjutnya.

Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan tempat pembuangan

sampah dengan kejadian stunting pada masyarakat RT. 02/RW. 03

Kampung Seyolo Teminabuan, dikarenakan masyarakat tidak mengelolah

sampah dengan baik dan benar, sehingga sampah betebaran di lingkungan

dan menjadi tempat persinggahan lalat kemudian lalat tersebut

mnghinggapi makanan dan bisa menjadi sumber penyakit infeksi yang

mengakibatkan kejadian stunting. Maka dari itu, pengamanan sampah

rumah tangga dilakukan dengan kegiatan pengolahan sampah di rumah

tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan

mendaur ulang. Tujuan pengamanan sampah rumah tangga adalah untuk

menghindari sampah tersebut dapat menjadi media perkembangbiakan

bakteri atau parasit penyakit dan vektor penyakit. Penyimpanan sampah

yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur

ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak

membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di jelaskan pada bab 4 dan

tujuan yang ditetapkan peneliti, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian stunting di RT.

02/RW.03 Kampung Seyolo Teminabuan.

2. Ada hubungan tempat pembuangan kotoran dengan kejadian stunting di

RT. 02/RW.03 Kampung Seyolo Teminabuan.

3. Ada hubungan tempat pembuangan air limbah dengan kejadian stunting di

RT. 02/RW.03 Kampung Seyolo Teminabuan.

4. Ada hubungan tempat pembuangan sampah dengan kejadian stunting di

RT. 02/RW.03 Kampung Seyolo Teminabuan.

B. Saran

1. Bagi pemerintah

Sebagai bahan masukan tentang prevalensi stunting pada balita serta

sebagai bahan merencanakan program penanggulangan dan meningkatkan

pelayanan stunting, mulai dari ibu hamil dan balita serta diharapkan dapat

mempercepat penurunan masalah stunting pada balita, agar dapat

bermanfaat dan berdampak langsung pada masyarakat yang memiliki anak

stunting di Kabupaten Sorong Selatan, Teminabuan.

64
65

2. Bagi institusi

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan

memberikan informasi tentang gambaran kejadian stunting pada balita.

3. Bagi Kampung Seyolo

Diharapkan kepada pihak Kampung Seyolo dapat berkolaborasi

dengan tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan pemerintah daerah agar

menyiapkan ketersediaan sarana yang lebih memadai dan memberikan

informasi dan wawasan melalui sosialisasi kepada masyarakat mengenai

pemanfaatan sarana sanitasi agar lebih meningkatkan kesadaran akan

pengelolaan air bersih, pengelolaan jamban, pengelolaan limbah, dan

pengelolaan sampah agar kedepannya dapat menciptakan lingkungan yang

bersih dan sehat.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat lebih berkembang dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lain yang memengaruhi sanitasi

lingkungan dengan kejadian stunting seperti indikator rumah sehat,

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.


DAFTAR PUSTAKA

Adriany, et all. 2021. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Pengetahuan Dengan


Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Rambah. Jurnal
Kesehatan Global, 4(1), pp. 17–25. doi: 10.33085/jkg.v4i1.4767. [diakses :
03 Juni 2022]

Aisyah, S. 2018. Hubungan Tinggi Badan Orang Tua Dengan Kejadian Stunting
Pada Anak Usia 24–59 Bulan Di Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa
Tenggara. Jurnal Kesmas. 7 (4) : 4. [diakses : 03 Juni 2022]

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi


Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. [diakses : 03 Juni 2022]

Atanay, M. 2022. Stunting Di Kabupaten Sorong Selatan Dinas Kesehatan Tahun


2020-2022. Profil. [diakses : 03 Juni 2022]

BKKBN Gelar Rakerda dan Rakornis “Fokus Penurunan Angka Stunting”.


https://diskominfoperstatik.papuabaratprov.go.id/home/2021/04/09/bkkbn-
gelar-rakerda-dan-rakornis-fokus-penurunan-angka-stunting/. [diakses : 03
Juni 2022]

Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi,
dan Kabupaten/Kota Tahun 2021. [diakses : 08 Juni 2022]

Candra, A. 2020. Epidemiologi Stunting. Fakultas Kedokteran. Universitas


Diponegoro. Semarang. [diakses : 08 Juni 2022]

Dirjen PPM dan PLP, 1990 Tentang Persyaratan Petunjuk Teknis Tata Cara
Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit. [diakses : 08 Juni 2022]

e-ppbgm, 2021. Survei Pelacakan Stunting Dan Wasting Pada Bayi Dan Balita
Tahun 2021/2022. Profil. Puskesmas Teminabuan. [diakses : 08 Juni 2022]

Gusna, 2021. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun, Sarana Air Bersih
Dan Kepemilikan Jamban Sehat Dengan Kejadian Stunting Di Desa Siau
Dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Skripsi. Universitas Jambi.
Jambi. [diakses : 08 Juni 2022]

66
67

Hasanah, S, dkk., 2021. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian


Stunting Pada Balita Di Indonesia. Jurnal Keselamatan, Kesehatan Kerja,
dan Lingkungan (JK3L), 02 (2), pp. 83-94. [diakses : 10 Juli 2022]

Headey & Palloni, 2019. Hubungan Faktor Air Dan Sanitasi Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Di Indonesia. Jurnal. Jakarta: Jawa Barat: Universitas
Padjadjaran. [diakses : 10 Juli 2022]

Kemenkes RI. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia Tahun
2018. Jakarta. [diakses : 10 Juli 2022]

Kemenkes, R I. 2020. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan Situasi


Balita Pendek (Stunting) Di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.
[diakses : 10 Juli 2022]

Kepmenkes Nomor 892 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.


[diakses : 10 Juli 2022]

Kepmenkes RI Nomor 1405 Tahun 2002 Tentang Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri. [diakses : 11 Agustus 2022]

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar


Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. [diakses : 11 Agustus 2022]

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/4788/2021. Standar


Profesi Tenaga Sanitasi Lingkungan. [diakses : 11 Agustus 2022]

Kiik, S. M., & Nuwa, M. S. 2020. Stunting dengan Pendekatan Framework WHO.
Yogyakarta: CV. Gerbang Media Aksara. [diakses : 11 Agustus 2022]

KMK No. HK.01.07-MENKES-382-2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi


Masyarakat Di Tempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan
COVID-19. [diakses : 11 Agustus 2022]

Laili, A. N. 2018. Analisis Determinan Kejadian Stunting Pada Balita (Studi Di


Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Jamber, Puskesmas Kasiyan Dan
Puskesmas Sumber Baru Kabupaten Jember). [diakses : 12 September 2022]
68

Margawati, dkk., 2019. Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Ibu Balita Dalam
Pencegahan Stunting. Jurnal. Universitas Diponegoro. [diakses : 12
September 2022]

Notoatmodjo, S. 2018. Metode Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT


Rineka Cipta. [diakses : 12 September 2022]

Permen PU dan PR Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana


dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. [diakses : 12 September 2022]
Perpres RI Nomor 185 Tahun 2014. Percepatan Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi. [diakses : 12 September 2022]

PMK Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak. [diakses : 17


Oktober 2022]

PP RI Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan


Pengendalian Pencemaran Air. [diakses : 17 Oktober 2022]

Rahayu, dkk., 2018. Study Guide-Stunting dan Upaya Pencegahan. CV Mine.


Yogyakarta. [diakses : 17 Oktober 2022]

Riviwanto, Muchsin, dkk. 2011, Penyehatan Pemukiman. Cetakan ke-1,


Yogyakarta: Gosyen Publishing. [diakses : 17 Oktober 2022]

S. Novianti, dkk. 2020. Hubungan Faktor Lingkungan Dan Perilaku Dengan


Kejadian Stunting Pada Balita : scoping review. Jurnal Kesehatan.
Komunitas Indonesia., vol. 16, no. 1, pp. 153–164. [diakses : 17 Oktober
2022]

Sinatrya, 2019. Hubungan Faktor Water Sanitation and Hygiene (WASH) Dengan
Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotakulon, Kabupaten Bondowoso.
Journal Amerta Nutrition. Jawa Timur. Universitas Airlangga. [diakses : 01
November 2022]

Sitohang, J. 2020. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Stunting


Pada Balita Usia 12-59 Bulan Di Lingkungan Kampung Kelapa Kel.
Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota. Skripsi. Poltekkes Kesahatan Medan.
Medan. [diakses : 01 November 2022]
69

Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Cetakan Pertama. Bandung:


Alfabeta. [diakses : 01 November 2022]

Sugiyono, 2018. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta. [diakses : 01 November 2022]

Sukmawati. 2021. Hubungan Hygiene Dan Saniasi Lingkungan Terhadap


Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Kurma. Jurnal Peqguruang:
Conference Series. Universitas Al Asyariah Mandar. [diakses : 01
November 2022]

Syamsuddin, S. 2021. Analisis Pendekatan Sanitasi Dalam Menangani Stunting


(Studi Literatur). Jurnal Sulolipu Media Komunikasi Sivitas Akademik dan
Masyarakat. Poltekkes Kemenkes Makassar. Makassar. [diakses : 04
November 2022]

TNP2AK, 2017. 1000 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil


(Stunting). [diakses : 04 November 2022]

Uliyanti, 2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita
Usia 24-59 Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan. Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Indonesia. [diakses : 04 November 2022]

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan


dan Kawasan Permukiman. [diakses : 04 November 2022]

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. [diakses : 04 November
2022]

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan


dan Permukiman. [diakses : 08 November 2022]

UNICEF/WHO/The Word Bank Group, 2021. Levels and Trends in child


malnutrition: UNICEF/WHO/The Word Bank Group Joint child
malnutrition estimates: key findings of the 2021 edition. [diakses : 08
November 2022]
70

Wahdaniyah, 2021. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Stunting


Pada Baduta Di Kabupaten Majene. Jurnal Kesehatan. Universitas Sulawesi
Barat. [diakses : 08 November 2022]

WHO, 2018. Reducing Stunting in Children: Target: 40% Reduction in the


Number of Children Under-5 Who are Stunted. WHO: Geneva. [diakses : 08
November 2022]

WHO; Ashar, 2020. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan. Universitas Islam


Negeri. Sumatera Utara. Medan. [diakses : 08 November 2022]

Wolf; Ashar, 2020. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan. Universitas Islam Negeri.
Sumatera Utara. Medan. [diakses : 08 November 2022]

Zahrawani T, F. 2020. Kondisi Jamban Dengan Kejadian Stunting Di Puskesmas


Cicalengka Tahun 2020. Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains (JIKS).
Universitas Islam Bandung. Bandung. [diakses : 08 November 2022]
Lampiran 1

Tanggal:……/……/2022
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth:
Bpk/Ibu
Di –
Tempat
Shalom, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Shopia E. L. Angkouw
NIM : 201813201036
Alamat : Jln. Malibela
Nomor Hand Phone (HP) : 082399006007

Melakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Sanitasi


Lingkungan Dengan Kejadian Stunting Di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo
Teminabuan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan
tugas akhir di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua. Saya yang
mengharapkan partisipasi bapak/ibu dalam tindakan yang akan diberikan peneliti,
sesuai dengan keinginan saudara tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya yang
akan menjamin kerahasiaan identitas saudara. Informasi yang diberikan hanya
dipergunakan untuk keperluan penelitian pengembangan ilmu kesehatan
masyarakat. Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini suka, rela, dan bebas
menerima atau menolak menjadi responden penelitian. Silahkan menandatangani
lembar persetujuan sebagai bukti kesukarelaan. Terimakasih atas partisipasi
bapak/ibu untuk penelitian ini.

Hormat Peneliti

Shopia E. L. Angkouw
Lampiran 2

Tanggal:……/……/2022
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Nomor Hand Phone (HP) :

Dengan ini telah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap


mengenai penelitian yang berjudul “Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan
Kejadian Stunting Di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan”. Saya yang
bertanda tangan dibawah ini menyatakan, bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam
pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Papua. Saya mengetahui bahwa, saya merupakan bagian
dari penelitian yang akan digunakan pada penelitian di wilayah kerja Puskesmas
Teminabuan. Saya mengetahui bahwa tidak ada risiko yang saya alami dan saya
telah diberitahukan tentang adanya kerahasiaan informasi yang diberikan.

Peneliti Responden

Shopia E. L. Angkouw ( )
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

Petunjuk Pengisian: Kode Responden:

1. Bacalah dengan teliti pertanyaan dibawah ini.


2. Isilah sesuai dengan identitas masing-masing.
3. Berilah tanda centang √ pada kolom sesuai dengan keadaan Anda.

A. Tanggal Pengisian:

B. Karakteristik Responden

1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Umur : th
5. Pendidikan:
Tidak sekolah SMP/sederajat Diploma/Sarjana
SD/sederajat SMA/sederajat
6. Pekerjaan:
Tidak bekerja Wiraswasta PNS
7. Pendapatan :
UMK < Rp. 3.200.000 UMK > Rp. 3.200.000

C. Karakteristik Balita

1. Nama :
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
3. Umur : bulan
4. PB/TB : cm
5. Kejadian Stunting : Stunting : < -3 SD Tidak stunting : > -2 SD
Lampiran 4

Komponen rumah
No Kriteria Ya Tidak Keterangan
yang dinilai
A. KOMPONEN RUMAH
1 Langit-langit/Plafon a. Ada
b. Bersih
c. Tidak rawan kecelakaan
d. Berwarna terang
e. Tinggi dari lantai minimal 2,5 m
2 Dinding a. Permanen (terbuat dari
tembok/pasangan bata atau batu
yang di plester)
b. Kedap air
c. Kuat
d. Bersih
3 Lantai a. Diplester/ubin/keramik
b. Bersih
c. Bahan kuat
d. Kedap air
e. Permukaan rata
f. Tidak licin
4 Jendela kamar tidur a. Ada
5 Jendela ruang keluarga a. Ada
6 Ventilasi a. Ada
b. Luas ventilasi permanen > 10% dari
luas lantai
7 Cerobong asap dapur a. Ada
b. Luas ventilasi > 10% dari luas lantai
dapur (asap keluar dengan
sempurna)
8 Pencahayaan a. Terang
b. Tidak silau
c. Dapat dipergunakan untuk membaca
dengan normal

B. SARANA SANITASI
1 Penggunaan air bersih a. Ada
(SGL/SPT/PP/SB/PAH) b. Milik sendiri
c. Memenuhi syarat
2 Jamban (tempat a. Ada
pembuangan kotoran) b. Jamban leher angsa
c. Disalurkan ke septic tank
3 Tempat pembuangan air a. Ada
limbah b. Tidak mencemari sumber air (jarak
dengan sumber air > 10 m)
Lampiran 4

c. Dialirkan ke selokan tertutup


d. Ada pengolahan lanjutan
4 Tempat pembuangan a. Ada
sampah b. Tersedia dengan jumlah yang cukup
c. Tempat sampah terbuat dari bahan
yang kuat
d. Tempat sampah terbuat dari bahan
yang kedap air
e. Tempat sampah terdapat penutup
C. PERILAKU PENGHUNI
1 Membuka jendela kamar Setiap hari dibuka
2 Membuka jendela ruang Setiap hari dibuka
keluarga
3 Membersihkan rumah Setiap hari
dan halaman
4 Membuang tinja bayi Dibuang ke jamban
dan balita ke jamban
5 Membuang sampah pada Dibuang ke tempat sampah
tempat sampah
JUMLAH
Lampiran 4
Lampiran
Lampiran 45
Lampiran 4
Lampiran 6

PENILAIAN STATUS GIZI


Standar PB/U Anak Laki-Laki Umur 0 - 24 Bulan

Panjang Badan (cm)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 44.2 46.1 48.0 49.9 51.8 53.7 55.6
1 48.9 50.8 52.8 54.7 56.7 58.6 60.6
2 52.4 54.4 56.4 58.4 60.4 62.4 64.4
3 55.3 57.3 59.4 61.4 63.5 65.5 67.6
4 57.6 59.7 61.8 63.9 66.0 68.0 70.1
5 59.6 61.7 63.8 65.9 68.0 70.1 72.2
6 61.2 63.3 65.5 67.6 69.8 71.9 74.0
7 62.7 64.8 67.0 69.2 71.3 73.5 75.7
8 64.0 66.2 68.4 70.6 72.8 75.0 77.2
9 65.2 67.5 69.7 72.0 74.2 76.5 78.7
10 66.4 68.7 71.0 73.3 75.6 77.9 80.1
11 67.6 69.9 72.2 74.5 76.9 79.2 81.5
12 68.6 71.0 73.4 75.7 78.1 80.5 82.9
13 69.6 72.1 74.5 76.9 79.3 81.8 84.2
14 70.6 73.1 75.6 78.0 80.5 83.0 85.5
15 71.6 74.1 76.6 79.1 81.7 84.2 86.7
16 72.5 75.0 77.6 80.2 82.8 85.4 88.0
17 73.3 76.0 78.6 81.2 83.9 86.5 89.2
18 74.2 76.9 79.6 82.3 85.0 87.7 90.4
19 75.0 77.7 80.5 83.2 86.0 88.8 91.5
20 75.8 78.6 81.4 84.2 87.0 89.8 92.6
21 76.5 79.4 82.3 85.1 88.0 90.9 93.8
22 77.2 80.2 83.1 86.0 89.0 91.9 94.9
23 78.0 81.0 83.9 86.9 89.9 92.9 95.9
24 * 78.7 81.7 84.8 87.8 90.9 93.9 97.0
Keterangan: *Pengukuran PB dilakukan dalam keadaan anak telentang
Standar TB/U Anak Laki-Laki Umur 24-60 Bulan
Lampiran 4

Panjang Badan (cm)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
24 * 78.0 81.0 84.1 87.1 90.2 93.2 96.3
25 78.6 81.7 84.9 88.0 91.1 94.2 97.3
26 79.3 82.5 85.6 88.8 92.0 95.2 98.3
27 79.9 83.1 86.4 89.6 92.9 96.1 99.3
28 80.5 83.8 87.1 90.4 93.7 97.0 100.3
29 81.1 84.5 87.8 91.2 94.5 97.9 101.2
30 81.7 85.1 88.5 91.9 95.3 98.7 102.1
31 82.3 85.7 89.2 92.7 96.1 99.6 103.0
32 82.8 86.4 89.9 93.4 96.9 100.4 103.9
33 83.4 86.9 90.5 94.1 97.6 101.2 104.8
34 83.9 87.5 91.1 94.8 98.4 102.0 105.6
35 84.4 88.1 91.8 95.4 99.1 102.7 106.4
36 85.0 88.7 92.4 96.1 99.8 103.5 107.2
37 85.5 89.2 93.0 96.7 100.5 104.2 108.0
38 86.0 89.8 93.6 97.4 101.2 105.0 108.8
39 86.5 90.3 94.2 98.0 101.8 105.7 109.5
40 87.0 90.9 94.7 98.6 102.5 106.4 110.3
41 87.5 91.4 95.3 99.2 103.2 107.1 111.0
42 88.0 91.9 95.9 99.9 103.8 107.8 111.7
43 88.4 92.4 96.4 100.4 104.5 108.5 112.5
44 88.9 93.0 97.0 101.0 105.1 109.1 113.2
45 89.4 93.5 97.5 101.6 105.7 109.8 113.9
46 89.8 94.0 98.1 102.2 106.3 110.4 114.6
47 90.3 94.4 98.6 102.8 106.9 111.1 115.2
48 90.7 94.9 99.1 103.3 107.5 111.7 115.9
49 91.2 95.4 99.7 103.9 108.1 112.4 116.6
50 91.6 95.9 100.2 104.4 108.7 113.0 117.3
Lampiran 4

51 92.1 96.4 100.7 105.0 109.3 113.6 117.9


52 92.5 96.9 101.2 105.6 109.9 114.2 118.6
53 93.0 97.4 101.7 106.1 110.5 114.9 119.2
55 93.9 98.3 102.8 107.2 111.7 116.1 120.6
56 94.3 98.8 103.3 107.8 112.3 116.7 121.2
57 94.7 99.3 103.8 108.3 112.8 117.4 121.9
58 95.2 99.7 104.3 108.9 113.4 118.0 122.6
59 95.6 100.2 104.8 109.4 114.0 118.6 123.2
60 96.1 100.7 105.3 110.0 114.6 119.2 123.9
Keterangan: * Pengukuran TB dilakukan dalam keadaan anak berdiri
Standar PB/U Anak Perempuan Umur 0-24 Bulan

Panjang Badan (cm)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 43.6 45.4 47.3 49.1 51.0 52.9 54.7
1 47.8 49.8 51.7 53.7 55.6 57.6 59.5
2 51.0 53.0 55.0 57.1 59.1 61.1 63.2
3 53.5 55.6 57.7 59.8 61.9 64.0 66.1
4 55.6 57.8 59.9 62.1 64.3 66.4 68.6
5 57.4 59.6 61.8 64.0 66.2 68.5 70.7
6 58.9 61.2 63.5 65.7 68.0 70.3 72.5
7 60.3 62.7 65.0 67.3 69.6 71.9 74.2
8 61.7 64.0 66.4 68.7 71.1 73.5 75.8
9 62.9 65.3 67.7 70.1 72.6 75.0 77.4
10 64.1 66.5 69.0 71.5 73.9 76.4 78.9
11 65.2 67.7 70.3 72.8 75.3 77.8 80.3
12 66.3 68.9 71.4 74.0 76.6 79.2 81.7
13 67.3 70.0 72.6 75.2 77.8 80.5 83.1
14 68.3 71.0 73.7 76.4 79.1 81.7 84.4
15 69.3 72.0 74.8 77.5 80.2 83.0 85.7
Lampiran 4

16 70.2 73.0 75.8 78.6 81.4 84.2 87.0


17 71.1 74.0 76.8 79.7 82.5 85.4 88.2
18 72.0 74.9 77.8 80.7 83.6 86.5 89.4
19 72.8 75.8 78.8 81.7 84.7 87.6 90.6
20 73.7 76.7 79.7 82.7 85.7 88.7 91.7
21 74.5 77.5 80.6 83.7 86.7 89.8 92.9
22 75.2 78.4 81.5 84.6 87.7 90.8 94.0
23 76.0 79.2 82.3 85.5 88.7 91.9 95.0
24 * 76.7 80.0 83.2 86.4 89.6 92.9 96.1
Keterangan: * Pengukuran PB dilakukan dalam keadaan anak telentang

Standar TB/UAnak perempuan 24-60 Bulan


Tinggi Badan (cm)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
24 * 76.0 79.3 82.5 85.7 88.9 92.2 95.4
25 76.8 80.0 83.3 86.6 89.9 93.1 96.4
26 77.5 80.8 84.1 87.4 90.8 94.1 97.4
27 78.1 81.5 84.9 88.3 91.7 95.0 98.4
28 78.8 82.2 85.7 89.1 92.5 96.0 99.4
29 79.5 82.9 86.4 89.9 93.4 96.9 100.3
30 80.1 83.6 87.1 90.7 94.2 97.7 101.3
31 80.7 84.3 87.9 91.4 95.0 98.6 102.2
32 81.3 84.9 88.6 92.2 95.8 99.4 103.1
33 81.9 85.6 89.3 92.9 96.6 100.3 103.9
34 82.5 86.2 89.9 93.6 97.4 101.1 104.8
35 83.1 86.8 90.6 94.4 98.1 101.9 105.6
36 83.6 87.4 91.2 95.1 98.9 102.7 106.5
37 84.2 88.0 91.9 95.7 99.6 103.4 107.3
38 84.7 88.6 92.5 96.4 100.3 104.2 108.1
39 85.3 89.2 93.1 97.1 101.0 105.0 108.9
Lampiran 4

40 85.8 89.8 93.8 97.7 101.7 105.7 109.7


41 86.3 90.4 94.4 98.4 102.4 106.4 110.5
42 86.8 90.9 95.0 99.0 103.1 107.2 111.2
43 87.4 91.5 95.6 99.7 103.8 107.9 112.0
44 87.9 92.0 96.2 100.3 104.5 108.6 112.7
45 88.4 92.5 96.7 100.9 105.1 109.3 113.5
46 88.9 93.1 97.3 101.5 105.8 110.0 114.2
47 89.3 93.6 97.9 102.1 106.4 110.7 114.9
48 89.8 94.1 98.4 102.7 107.0 111.3 115.7
49 90.3 94.6 99.0 103.3 107.7 112.0 116.4
50 90.7 95.1 99.5 103.9 108.3 112.7 117.1
51 91.2 95.6 100.1 104.5 108.9 113.3 117.7
52 91.7 96.1 100.6 105.0 109.5 114.0 118.4
53 92.1 96.6 101.1 105.6 110.1 114.6 119.1
54 92.6 97.1 101.6 106.2 110.7 115.2 119.8
55 93.0 97.6 102.2 106.7 111.3 115.9 120.4
56 93.4 98.1 102.7 107.3 111.9 116.5 121.1
57 93.9 98.5 103.2 107.8 112.5 117.1 121.8
58 94.3 99.0 103.7 108.4 113.0 117.7 122.4
59 94.7 99.5 104.2 108.9 113.6 118.3 123.1
60 95.2 99.9 104.7 109.4 114.2 118.9 123.7
Lampiran 4

Pekerjaa MASTER Penggunaan


TABEL Tempat Tempat Tempat
Responde Jenis Lampiran Kejadian
7
Umur Pendidikan n Pendapatan pembuangan pembuanga pembuangan
n Kelamin air bersih stunting
kotoran n air limbah sampah
1 1 2 3 1 1 0 0 0 0 1
2 1 2 2 1 1 1 0 1 1 2
3 1 2 3 1 1 1 1 0 0 2
4 2 2 3 1 1 0 0 1 1 2
5 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2
6 1 2 2 1 1 0 0 0 0 1
7 2 2 3 1 1 1 0 1 1 2
8 1 2 4 1 2 0 1 0 0 2
9 1 1 2 1 1 0 0 0 0 1
10 1 2 2 1 1 0 0 0 0 1
11 1 2 1 1 1 0 1 0 1 2
12 2 2 2 1 1 0 0 0 0 1
13 1 2 3 1 1 0 0 0 0 1
14 1 2 2 1 1 0 0 0 0 2
15 2 2 2 2 1 0 1 0 0 2
16 1 2 3 1 1 1 0 0 0 2
17 1 2 2 1 1 0 0 1 1 2
18 2 2 5 2 2 0 0 0 0 2
19 1 2 4 2 2 0 1 1 1 2
20 1 1 4 1 2 1 0 0 0 2
21 1 2 2 1 1 0 0 0 0 2
22 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2
Lampiran 4

23 1 2 2 1 1 0 0 0 0 1
24 2 2 5 2 2 0 0 1 1 2
25 2 2 3 1 1 1 0 0 0 2
26 1 2 2 1 1 0 0 0 0 1
27 1 2 2 1 1 0 0 0 1 2
28 2 2 2 1 1 0 0 0 0 1
29 1 2 3 1 1 1 0 1 0 2
30 1 2 2 1 1 0 1 1 1 2
31 1 2 2 2 1 1 0 0 0 2
32 1 2 2 1 1 0 0 0 0 2
33 1 2 2 2 1 0 1 1 1 2
34 1 2 2 1 1 0 0 0 0 1
35 1 2 2 3 1 1 1 1 1 2
36 1 2 3 1 2 0 1 0 1 2
37 1 2 1 1 1 0 0 0 0 1
38 1 2 2 1 1 0 1 1 0 2
39 1 2 1 1 1 1 0 0 0 2
40 2 2 4 1 2 0 1 0 1 2
41 1 2 3 2 1 0 0 0 0 1
42 1 2 2 1 1 0 0 0 0 1
43 1 2 2 3 2 1 1 0 0 2
44 1 2 3 1 1 0 0 0 0 1
45 1 2 4 1 2 1 1 1 1 2
KETERANGAN
Lampiran 4

Umur Jenis Kelamin Balita Penggunaan air bersih


15-24 tahun 1 Laki-laki 1 Tidak ada 0
25-59 tahun 2 Perempuan 2 Ada 1
> 60 tahun 3 Umur Balita Tempat pembuangan kotoran
Jenis Kelamin 12-24 bulan 1 Tidak ada 0
Laki-laki 1 25-60 bulan 2 Ada 1
Perempuan 2 Kejadian Stunting Tempat pembuangan air limbah
Pendidikan Stunting 1 Tidak ada 0
Tidak sekolah 1 Tidak stunting 2 Ada 1
Diploma/Sarjana 5
Pekerjaan
Tidak bekerja 1
Wiraswasta 2
PNS 3
Pendapatan
< UMK Rp. 3.200.000 1
> UMK Rp. 3.200.000 2

Penggunaan air bersih REKAPITULASI DATA Tempat pembuangan kotoran Lampiran 8


Responde Pab Pab Pab Tota Kod Responde Tpk Tpk Tpk Tota Kod
Kategori Kategori
n 1 2 3 l e n 1 2 3 l e
Lampiran 4

1 1 0 0 1 Ada 1 1 1 0 0 1 Ada 1
2 0 0 0 0 Tidak ada 0 2 0 0 0 0 Tidak ada 0
3 1 0 0 1 Ada 1 3 0 0 0 0 Tidak ada 0
4 0 0 0 0 Tidak ada 0 4 0 0 0 0 Tidak ada 0
5 1 0 0 1 Ada 1 5 1 0 0 1 Ada 1
6 0 0 0 0 Tidak ada 0 6 0 0 0 0 Tidak ada 0
7 1 0 0 1 Ada 1 7 0 0 0 0 Tidak ada 0
8 0 0 0 0 Tidak ada 0 8 0 0 0 0 Tidak ada 0
9 0 0 0 0 Tidak ada 0 9 0 0 0 0 Tidak ada 0
10 0 0 0 0 Tidak ada 0 10 1 0 0 1 Ada 1
11 0 0 0 0 Tidak ada 0 11 1 0 0 1 Ada 1
12 1 0 0 1 Ada 1 12 0 0 0 0 Tidak ada 0
13 0 0 0 0 Tidak ada 0 13 0 0 0 0 Tidak ada 0
14 0 0 0 0 Tidak ada 0 14 0 0 0 0 Tidak ada 0
15 0 0 0 0 Tidak ada 0 15 1 0 0 1 Ada 1
16 0 0 0 0 Tidak ada 0 16 0 0 0 0 Tidak ada 0
17 0 0 0 0 Tidak ada 0 17 0 0 0 0 Tidak ada 0
18 0 0 0 0 Tidak ada 0 18 0 0 0 0 Tidak ada 0
19 0 0 0 0 Tidak ada 0 19 1 0 0 1 Ada 1
20 1 0 0 1 Ada 1 20 0 0 0 0 Tidak ada 0
21 0 0 0 0 Tidak ada 0 21 0 0 0 0 Tidak ada 0
22 0 0 0 0 Tidak ada 0 22 1 0 0 1 Ada 1
23 1 0 0 1 Ada 1 23 0 0 0 0 Tidak ada 0
24 0 0 0 0 Tidak ada 0 24 0 0 0 0 Tidak ada 0
25 1 0 0 1 Ada 1 25 0 0 0 0 Tidak ada 0
Lampiran 4

26 0 0 0 0 Tidak ada 0 26 0 0 0 0 Tidak ada 0


27 0 0 0 0 Tidak ada 0 27 0 0 0 0 Tidak ada 0
28 1 0 0 1 Ada 1 28 0 0 0 0 Tidak ada 0
29 0 0 0 0 Tidak ada 0 29 0 0 0 0 Tidak ada 0
30 0 0 0 0 Tidak ada 0 30 0 0 0 0 Tidak ada 0
31 0 0 0 0 Tidak ada 0 31 0 0 0 0 Tidak ada 0
32 0 0 0 0 Tidak ada 0 32 0 0 0 0 Tidak ada 0
33 0 0 0 0 Tidak ada 0 33 1 0 0 1 Ada 1
34 0 0 0 0 Tidak ada 0 34 0 0 0 0 Tidak ada 0
35 1 0 0 1 Ada 1 35 1 0 0 1 Ada 1
36 0 0 0 0 Tidak ada 0 36 0 0 0 0 Tidak ada 0
37 1 0 0 1 Ada 1 37 1 0 0 1 Ada 1
38 0 0 0 0 Tidak ada 0 38 1 0 0 1 Ada 1
39 0 0 0 0 Tidak ada 0 39 0 0 0 0 Tidak ada 0
40 0 0 0 0 Tidak ada 0 40 1 0 0 1 Ada 1
41 1 0 0 1 Ada 1 41 0 0 0 0 Tidak ada 0
42 0 0 0 0 Tidak ada 0 42 1 0 0 1 Ada 1
43 1 0 0 1 Ada 1 43 0 0 0 0 Tidak ada 0
44 0 0 0 0 Tidak ada 0 44 1 0 0 1 Ada 1
45 1 0 0 1 Ada 1 45 1 0 0 1 Ada 1

Tempat pembuangan air limbah Tempat pembuangan sampah


Responde Tpal Tpal Tpal Tpal Tota Kod Responde Tps Tps Tps Tps Tps Tota Kod
Kategori Kategori
n 1 2 3 4 l e n 1 2 3 4 5 l e
1 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 1 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
Lampiran 4

2 1 0 0 0 1 Ada 1 2 1 0 0 0 0 1 Ada 1
3 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 3 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
4 1 0 0 0 1 Ada 1 4 1 0 0 0 0 1 Ada 1
5 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 5 1 0 0 0 0 1 Ada 1
6 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 6 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
7 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 7 1 0 0 0 0 1 Ada 1
8 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 8 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
9 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 9 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
10 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 10 1 0 0 0 0 1 Ada 1
11 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 11 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
12 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 12 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
13 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 13 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
14 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 14 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
15 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 15 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
16 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 16 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
17 1 0 0 0 1 Ada 1 17 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
18 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 18 1 0 0 0 0 1 Ada 1
19 1 0 0 0 1 Ada 1 19 1 0 0 0 0 1 Ada 1
20 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 20 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
21 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 21 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
22 1 0 0 0 1 Ada 1 22 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
23 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 23 1 0 0 0 0 10 Ada 1
24 1 0 0 0 1 Ada 1 24 1 0 0 0 0 10 Ada 1
25 1 0 0 0 1 Ada 1 25 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
26 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 26 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
Lampiran 4

27 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 27 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0


28 1 0 0 0 1 Ada 1 28 1 0 0 0 0 1 Ada 1
29 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 29 1 0 0 0 0 1 Ada 1
30 1 0 0 0 1 Ada 1 30 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
31 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 31 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
32 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 32 1 0 0 0 0 1 Ada 1
33 1 0 0 0 1 Ada 1 33 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
34 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 34 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
35 1 0 0 0 1 Ada 1 35 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
36 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 36 1 0 0 0 0 1 Ada 1
37 1 0 0 0 1 Ada 1 37 1 0 0 0 0 1 Ada 1
38 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 38 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
39 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 39 1 0 0 0 0 1 Ada 1
40 1 0 0 0 1 Ada 1 40 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
41 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 41 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
42 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 42 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
43 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 43 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
44 1 0 0 0 1 Ada 1 44 0 0 0 0 0 0 Tidak ada 0
45 0 0 0 0 0 Tidak ada 0 45 1 0 0 0 0 1 Ada 1
U KEJADIAN
Kelompo STUNTING
PB/TB Kejadian
Responden JK Z-Score
(bulan) k Umur (cm) Stunting
1 2 37 2 86 -2 SD Stunting
2 1 15 1 74,2 -1 SD Tidak stunting
3 1 41 2 90,4 -1 SD Tidak stunting
4 2 23 1 85 -1 SD Tidak stunting
5 2 39 2 91 -1 SD Tidak stunting
6 2 49 2 94,2 -2 SD Stunting
7 1 42 2 98,6 -1 SD Tidak stunting
8 2 17 1 76,1 -1 SD Tidak stunting
9 1 35 2 84 -2 SD Stunting
10 2 47 2 90,7 -2 SD Stunting
11 1 51 2 100,1 -1 SD Tidak stunting
12 1 25 2 76 -2 SD Stunting
13 2 23 1 77 -2 SD Stunting
14 2 18 1 76,2 -1 SD Tidak stunting
15 1 33 2 88,4 -1 SD Tidak stunting
16 2 58 2 103 -1 SD Tidak stunting
17 2 44 2 96,3 -1 SD Tidak stunting
18 2 16 1 76 -1 SD Tidak stunting
19 1 38 2 103 -1 SD Tidak stunting
20 2 58 2 103 -1 SD Tidak stunting
21 2 59 2 104 -1 SD Tidak stunting
22 2 48 2 98 -1 SD Tidak stunting
23 2 25 2 78,4 -2 SD Stunting
24 2 47 2 95,8 -1 SD Tidak stunting
25 2 27 2 85,4 -1 SD Tidak stunting
26 2 45 2 92 -2 SD Stunting
27 2 36 2 89 -1 SD Tidak stunting
28 1 47 2 89 -2 SD Stunting
29 2 36 2 89 -1 SD Tidak stunting
30 1 57 2 105,4 -1 SD Tidak stunting
31 2 50 2 94,7 -1 SD Tidak stunting
32 2 38 2 86 -1 SD Tidak stunting
33 2 28 2 86,1 -1 SD Tidak stunting
34 2 45 2 90,4 -2 SD Stunting
35 1 45 2 95,7 -1 SD Tidak stunting
36 2 38 2 86 -1 SD Tidak stunting
37 2 38 2 90,7 -2 SD Stunting
38 1 35 2 90,4 -1 SD Tidak stunting
39 1 30 2 85,7 -1 SD Tidak stunting
40 1 29 2 83,7 -1 SD Tidak stunting
41 1 47 2 91 -2 SD Stunting
42 1 38 2 88,4 -2 SD Stunting
43 1 44 2 92 -1 SD Tidak stunting
44 1 35 2 89 -2 SD Stunting
45 1 33 2 88,4 -1 SD Tidak stunting

Lampiran 9

HASIL OUTPUT UJI STATISTIK


Frequencies
Statistics
Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pendapatan
N Valid 45 45 45 45 45
Missing 0 0 0 0 0
Std. Deviation .457 .208 .943 .529 .420
Percentiles 25 2.00 2.00 2.00 1.00 1.00
50 2.00 2.00 2.00 1.00 1.00
75 2.00 2.00 3.00 1.00 1.00

Frequency Table
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15-24 tahun 10 22.2 22.2 22.2
25-59 tahun 34 75.6 75.6 97.8
> 60 tahun 1 2.2 2.2 100.0
Total 45 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 2 4.4 4.4 4.4
Perempuan 43 95.6 95.6 100.0
Total 45 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak sekolah 3 6.7 6.7 6.7
Tamat SD/sederajat 23 51.1 51.1 57.8
Tamat SMP/sederajat 12 26.7 26.7 84.4
Tamat SMA/sederajat 5 11.1 11.1 95.6
Diploma/Sarjana 2 4.4 4.4 100.0
Total 45 100.0 100.0

Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak bekerja 36 80.0 80.0 80.0
Wiraswasta 7 15.6 15.6 95.6
PNS 2 4.4 4.4 100.0
Total 45 100.0 100.0

Pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < UMK Rp. 3.200.000 35 77.8 77.8 77.8
> UMK Rp. 3.200.000 10 22.2 22.2 100.0
Total 45 100.0 100.0

Frequencies
Statistics

Jenis Kelamin Umur Kejadian Stunting


N Valid 45 45 45
Missing 0 0 0
Std. Deviation .499 .344 .468
Percentiles 25 1.00 2.00 1.00
50 2.00 2.00 2.00
75 2.00 2.00 2.00

Frequency Table
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 19 42.2 42.2 42.2
Perempuan 26 57.8 57.8 100.0
Total 45 100.0 100.0
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 12-24 bulan 6 13.3 13.3 13.3
25-60 bulan 39 86.7 86.7 100.0
Total 45 100.0 100.0

Kejadian Stunting
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Stunting 14 31.1 31.1 31.1
Tidak stunting 31 68.9 68.9 100.0
Total 45 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Penggunaan air bersih *
45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
Kejadian stunting
Tempat pembuangan
kotoran * Kejadian 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
stunting
Tempat pembuangan air
limbah * Kejadian 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
stunting
Tempat pembuangan
sampah * Kejadian 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
stunting
Penggunaan air bersih * Kejadian stunting
Crosstab
Kejadian stunting
Pendek Normal Total
Penggunaan air Tidak ada Count 14 17 31
bersih Expected Count 9.6 21.4 31.0
% within Penggunaan air
45.2% 54.8% 100.0%
bersih
% within Kejadian
100.0% 54.8% 68.9%
stunting
% of Total 31.1% 37.8% 68.9%
Ada Count 0 14 14
Expected Count 4.4 9.6 14.0
% within Penggunaan air
0.0% 100.0% 100.0%
bersih
% within Kejadian
0.0% 45.2% 31.1%
stunting
% of Total 0.0% 31.1% 31.1%
Total Count 14 31 45
Expected Count 14.0 31.0 45.0
% within Penggunaan air
31.1% 68.9% 100.0%
bersih
% within Kejadian
100.0% 100.0% 100.0%
stunting
% of Total 31.1% 68.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.178a 1 .002
Continuity Correctionb 7.192 1 .007
Likelihood Ratio 13.114 1 .000
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear
8.974 1 .003
Association
N of Valid Cases 45
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,36.
b. Computed only for a 2x2 table

Tempat pembuangan kotoran * Kejadian stunting


Crosstab
Kejadian stunting
Pendek Normal Total
Tempat pembuangan Tidak ada Count 14 16 30
kotoran Expected Count 9.3 20.7 30.0
% within Tempat
46.7% 53.3% 100.0%
pembuangan kotoran
% within Kejadian
100.0% 51.6% 66.7%
stunting
% of Total 31.1% 35.6% 66.7%
Ada Count 0 15 15
Expected Count 4.7 10.3 15.0
% within Tempat
0.0% 100.0% 100.0%
pembuangan kotoran
% within Kejadian
0.0% 48.4% 33.3%
stunting
% of Total 0.0% 33.3% 33.3%
Total Count 14 31 45
Expected Count 14.0 31.0 45.0
% within Tempat
31.1% 68.9% 100.0%
pembuangan kotoran
% within Kejadian
100.0% 100.0% 100.0%
stunting
% of Total 31.1% 68.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.161a 1 .001
Continuity Correctionb 8.101 1 .004
Likelihood Ratio 14.343 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
9.935 1 .002
Association
N of Valid Cases 45
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,67.
b. Computed only for a 2x2 table

Tempat pembuangan air limbah * Kejadian stunting


Crosstab
Kejadian stunting
Pendek Normal Total
Tempat pembuangan air Tidak ada Count 14 17 31
limbah Expected Count 9.6 21.4 31.0
% within Tempat
45.2% 54.8% 100.0%
pembuangan air limbah
% within Kejadian
100.0% 54.8% 68.9%
stunting
% of Total 31.1% 37.8% 68.9%
Ada Count 0 14 14
Expected Count 4.4 9.6 14.0
% within Tempat
0.0% 100.0% 100.0%
pembuangan air limbah
% within Kejadian
0.0% 45.2% 31.1%
stunting
% of Total 0.0% 31.1% 31.1%
Total Count 14 31 45
Expected Count 14.0 31.0 45.0
% within Tempat
31.1% 68.9% 100.0%
pembuangan air limbah
% within Kejadian
100.0% 100.0% 100.0%
stunting
% of Total 31.1% 68.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.178a 1 .002
Continuity Correctionb 7.192 1 .007
Likelihood Ratio 13.114 1 .000
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear
8.974 1 .003
Association
N of Valid Cases 45
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,36.
b. Computed only for a 2x2 table

Tempat pembuangan sampah * Kejadian stunting


Crosstab
Kejadian stunting
Pendek Normal Total
Tempat pembuangan Tidak ada Count 14 15 29
sampah Expected Count 9.0 20.0 29.0
% within Tempat
48.3% 51.7% 100.0%
pembuangan sampah
% within Kejadian
100.0% 48.4% 64.4%
stunting
% of Total 31.1% 33.3% 64.4%
Ada Count 0 16 16
Expected Count 5.0 11.0 16.0
% within Tempat
0.0% 100.0% 100.0%
pembuangan sampah
% within Kejadian
0.0% 51.6% 35.6%
stunting
% of Total 0.0% 35.6% 35.6%
Total Count 14 31 45
Expected Count 14.0 31.0 45.0
% within Tempat
31.1% 68.9% 100.0%
pembuangan sampah
% within Kejadian
100.0% 100.0% 100.0%
stunting
% of Total 31.1% 68.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 11.212a 1 .001
Continuity Correctionb 9.073 1 .003
Likelihood Ratio 15.631 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear
10.963 1 .001
Association
N of Valid Cases 45 Lampiran 10
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,98.
b. Computed only for a 2x2 table

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Penjelasan informed concent pada ibu yang memiliki


balita di RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.

Gambar 2. Melakukan observasi pada masyarakat RT. 02/RW.03


Kampung Seyolo Teminabuan.
Gambar 3. Melakukan pengukuran antropometri TB/U terhadap
balita pada RT. 02/RW. 03 Kampung Seyolo Teminabuan.

Anda mungkin juga menyukai