SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
VALENTINA SIMANDALAHI
170200511
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas kasih-Nya
Paket Pekerjaan Pembangunan Rumah Sakit Rujukan Regional Langsa Provinsi Aceh
tujuan Penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan
dalam menguraikan sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun tentu sangat diharapkan demi perbaikan kepada Penulis
di kemudian hari.
Pada kesempatan ini secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua Penulis, Bapak Pahala Simandalahi dan Ibu
Sebet Simbolon, yang sangat berperan besar dalam kehidupan Penulis dan juga telah
memberikan dukungan kepada Penulis baik bersifat materil maupun moril, sehingga
Penulisan ini tanpa adanya dukungan, semangat, motivasi, dan doa dari berbagai
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara;
i
Universitas Sumatera Utara
iv
ii
Universitas Sumatera Utara
v
12. Keponakan Penulis, Vanda Hospita Elsarima Meha dan Varanisha Nayela
Meha yang selalu memberikan hiburan kepada Penulis;
13. Bapatutua dan Inang, yang selalu memberikan dukungan kepada Penulis,
sehat-sehat ya bapa dan inang. Keluarga besar Penulis, Kel. Pomparan Op.
Pangihutan Simbolon, yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada
Penulis;
14. Teman-teman dekat yang Penulis kenal sejak hari pertama perkuliahan, Emry
Sapitri Saragih dan Faradisa Ramadhani. Terima kasih untuk dukungan,
motivasi dan doa yang diberikan kepada Penulis. Terima kasih sudah sabar
menghadapi dan membantu Penulis dalam Perkuliahan ini. Penulis sangat
bersyukur bisa mengenal dan bersahabat baik dengan kalian. Semoga kita
sukses dalam segala hal yang kita kerjakan;
15. Kelompok Kecil El-Nathan, yaitu Kakak PKK yang terkasih dan tersayang
Kak Fanidia Tumanggor yang telah menjangkau dan selalu memberikan
pengisian rohani kepada Penulis, terima kasih Kak sudah menjadi pendoa
yang baik buat kami. Saudara KTB Penulis yang sangat Penulis sayangi, yaitu
Yunita Anastasia Mega Sofia, Cinthya Mega Putri Siagian, Septi A.
Situmorang, Ronvika Turnip, Dorkas Sinurat, Bakti Simanjuntak, terimakasih
untuk sharingnya;
16. Sahabat-sahabat yang Penulis kenal Sejak tahun 2014, Vlorentina Naibaho,
Sustresia Sihombing, dan Fretti Lumban Raja. Terima kasih sudah menjadi
pendengar yang setia bagi Penulis dari jaman SMA serta doa dan dukungan
yang selalu diberikan kepada Penulis. Semoga kita sukses dan segala hal yang
kita kerjakan dan miss you so much guys!;
17. Teman kampus yang sangat Penulis sayangi, Agustina Suryanita Sinurat,
Ariel Juan Sinaga, Marshall Arthur Sijabat, Mia Paulyna, dan Rizky Rizally
Gurning, yang telah menjadi teman seperjuangan Penulis baik dalam suka dan
duka dalam organisasi, serta memberikan dukungan berupa ilmu dan
semangat untuk Penulis dalam Penulisan skripsi ini;
18. Teman-teman dan adik-adik Penulis, yaitu Putri Asima Naibaho, Tambun
Sinaga, Theresia Sihotang, Martha Angelina Pasaribu, Demak Simbolon, Lara
Simbolon, Sifra Friski, Elisabeth Purba, Agatha Tambunan, Sapa Angelina,
Apriani Situmorang, Edelis Ginting, Andreanus Sinaga, Ronal Limbong, Dina
Nainggolan, Tranis Bella, Grace Renata, yang selalu memberikan dukungan
kepada Penulis;
19. Hendra Siahaan, Riahmawati Saragih, Jeni Anggita, dan Ariandi Ramadhan,
yang selalu jadi tempat Penulis untuk bertanya mengenai perskripsian;
20. Teman seperjuangan skripsi, yaitu Yunita Anastasia, Endang Sihombing, dan
Cecio Simanjuntak;
21. Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, yang menjadi wadah Penulis untuk berkembang dan
mendapatkan ilmu. Terima kasih untuk abang dan kakak Alumni, teman-
teman G17, G18, G19, dan G20. Semoga jaya selalu perkumpulan!;
22. UKM KMK UP FH USU yang menjadi tempat Penulis berkembang dan
bertumbuh dalam iman dan menjadi tempat untuk mengenal Yesus Kristus
lebih dalam.
Akhir kata, Penulis ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi untuk semua
pihak yang sudah membantu Penulis, yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu
dalam kesempatan ini. Semoga Tuhan membalas kebaikan kita semua. Semoga
VALENTINA SIMANDALAHI
170200511
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
v
v
Universitas Sumatera Utara
vi
vi
Universitas Sumatera Utara
vii
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SKEMA DAN TABEL
Tabel 2. Daftar Putusan KPPU Terkait Persekongkolan Tender Pada Tahun 2016-
viii
viii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Valentina Simandalahi*
Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH., M.Li.**
Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum***
ix
ix
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kegiatan usahanya para pelaku usaha terdorong untuk bersaing dalam bidang usaha
banyak dari masyarakat dan hal itulah yang menjadi tujuan utama dari pelaku usaha. 1
meningkat;
4. Menguntungkan konsumen.
Suatu persaingan akan menjadi baik apabila para pelaku usaha bersaing secara
sehat, lain halnya jika para pelaku usaha melakukan segala cara bahkan dengan cara
yang tidak dibenarkan oleh undang-undang sehingga memicu persaingan usaha yang
1
Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan di Indonesia, (Medan: Pustaka Bangsa, 2011),
hlm. 15
tidak sehat.2 Maka untuk menciptakan persaingan yang sehat diperlukan adanya suatu
peraturan khusus untuk dipatuhi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.
Di Indonesia sendiri ada peraturan khusus yang mengatur tentang persaingan tersebut,
yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Pada dasarnya, tujuan dari adanya hukum persaingan usaha adalah untuk
mengupayakan secara optimal terciptanya persaingan usaha yang sehat dan efektif
pada suatu pasar tertentu, yang mendorong agar pelaku usaha melakukan efisiensi
agar mampu bersaing dengan para pesaingnya. Keberadaan hukum persaingan usaha
tersebut memberikan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan
ekonomi kerakyatan. Adapun yang menjadi dasar acuan normatif dalam menyusun
kekeluargaan.
2
Nimas Linggar Panggraita, “Penerapan Pendekatan Rule of Reason dalam Penyelesaian
Perkara Persekongkolan Tender Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia”, Jurnal Idea
Hukum, Vol. 5 No. 2, 2019, hlm. 2
3
Susanti Adi Nungroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dalam Teori dan Praktik
serta Penerapan Hukumnya, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 4
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
pengadaan barang dan jasa dapat mencapai 50% dari total APBN. Di tahun 2021,
Anggaran untuk Pengadaan Barang dan Jasa sebesar Rp 1.214 Triliun atau sekitar
pengadaan barang barang dan jasa. Dalam pengadaan barang dan jasa ini sangat
rawan terjadi suatu persekongkolan tender, yang dimana para pelaku usaha akan
melakukan perencanaan dalam persekongkolan tender mulai dari awal proses hingga
antara dua pihak atau lebih, yang dilakukan secara terang-terangan maupun diam-
4
Ari Purwadi, “Praktik Persekongkolan Tender Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah”,
Jurnal Hukum Magnum Opus, Vol. 2 No. 2, 2009, hlm. 1
5
Giri Hartomo, Anggaran Pengadaan Barang dan Jasa Capai Rp1.214 Triliun di 2021,
diakses dari https://ekbis.sindonews.com/ anggaran pengadaan barang dan jasa capai rp1214 triliun di
2021 Pada 07 Maret 2021
memberikan fasilitas dan atau tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun
tidak sehat dan bertentangan dengan tujuan diadakannya tender tersebut, yaitu untuk
memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha agar dapat menawarkan
harga dan kualitas bersaing.6 Dalam hukum persaingan usaha dilarang untuk
melakukan persekongkolan dalam tender. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 22
“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan
atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.”
atas:7
1. Persekongkolan Horizontal
Adalah persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang
dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa
pesaingnya.
2. Persekongkolan Vertikal
6
Surya Bakti, dkk, “Eksistensi Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Penanganan
Persekongkolan Tender Perspektif Hukum Positif Indonesia”, Pagaruyuang Law Jurnal, Vol. 3 No. 2,
2020, hlm. 3
7
Lihat Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, hlm. 7
Adalah persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku
usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia tender atau panitia lelang
atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi kerjaan.
pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan pelaku
dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah dikeluarkan secara tidak
keuntungan jauh di atas harga normal, namun kerugian tersebut dibebankan kepada
masyarakat luas, yaitu dengan pembayaran pajak yang tinggi.8 Oleh karena itu
diharapkan dengan adanya larangan ini pelaksanaan tender akan menjadi efisien,
No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
sehingga perlu dilakukan kajian yang mendalam apakah persekongkolan dalam tender
8
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, (Jakarta Timur: Sinar Grafika,
2012), hlm 284
dibelanjakan melalui proses pengadaan barang dan jasa, maka diperlukan upaya
atau kompetensi yang sehat dalam proses pengadaan barang dan jasa yang biayanya
berasal dari APBN/APBD, sehingga diperoleh barang dan jasa yang terjangkau,
No. 54 Tahun 2010 yang dimana telah diperbarui dengan Peraturan Presiden No. 16
Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang dimana peraturan ini
barang dan jasa yang sederhana, jelas dan kompherensif, yang sesuai dengan tata
umumnya, pengadaan barang dan jasa dilakukan secara elektronik yaitu melalui
9
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Bagian
Umum
10
Adrian Sutedi, Op.cit, hlm 11
Untuk mengawasi dipatuhinya aturan dan ketentuan yang diatur dalam UU No.
5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat maka dibentuklah suatu lembaga khusus yang independen, yaitu Komisi
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengatur
1. menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
2. melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat;
3. melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh
masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh Komisi sebagai
hasil penelitiannya;
4. menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak
adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
5. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan undang-undang ini;
6. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
7. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak
bersedia memenuhi panggilan Komisi;
8. meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini;
9. mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain
guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;
10. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku
usaha lain atau masyarakat;
11. memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
12. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang
melanggar ketentuan Undang-undang ini.
Salah satu tugas dari KPPU adalah melakukan penilaian terhadap kegiatan
usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli atau persaingan usaha tidak sehat dalam Pasal 22, yaitu tentang
terhadap Pasal 22 tersebut. Adapun bentuk dari sanksi administratif yang dijatuhkan
ukur pencapaian KPPU dapat diukur dari sejauh mana kinerja KPPU mampu
1. Penegakan Hukum
persaingan usaha serta menjatuhkan denda administrasi kepada pelaku usaha yang
Upaya keberatan atas putusan tersebut, pada tingkat Pengadilan Negeri telah
11
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012),
hlm 321
12
Harry Agustanto, Dua Dekade Penegakan Hukum Persaingan:Perdebatan dan Isu yang
Belum Terselesaikan, (Jakarta: KPPU, 2021), hlm 20
dan untuk Peninjauan Kembali putusan telah mencapai 80% dimenangi oleh KPPU.
Dari jumlah putusan tersebut, 89% di antaranya telah inkracht baik di lingkup KPPU,
Pemerintah dan regulator sektor. Sektor terbesar yang diberikan saran pertimbangan
adalah sektor pengadaan, jasa konstruksi dan properti, disusul sektor perdagangan
Presiden No. 16 Tahun 2018 dan bahkan OECD juga mengeluarkan pedoman terkait
pengadaan publik. Akan tetapi, masih banyak terjadi kasus persekongkolan tender
yang terjadi di Indonesia. Kasus yang paling banyak ditangani oleh KPPU adalah
tentang persekongkolan tender. Sejak tahun 2000, kasus tentang tender sebanyak 273
atau mencapai 71% dari seluruh kasus yang ditangani oleh KPPU. 14 Pada tahun 2021,
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
13
Ibid
14
Tim detikcom, KPPU Tangani 71 Persen Kasus Tender Bermasalah, diakses dari
https://news.detik.com/berita/d-4563848/kppu-tangani-71-persen-kasus-tender-bermasalah, Pada 07
Maret 2021
pemberitahuan merger dan akuisisi, 6 kasus tentang tender, dan 2 kasus tentang
penguasaan pasar.15
Salah satu contoh kasus persekongkolan tender yang ditangani dan sudah
Regional Langsa Provinsi Aceh. Perkara ini bermula dari Laporan Publik dan
4. PT Betesda Mandiri;
Aceh.
persekongkolan horizontal dan vertikal dalam kasus ini. Hal ini dapat dilihat dari
adanya kesamaan metadata Terlapor I, II, III, IV, V, dan VII, adanya beberapa
penawaran yang sama dan nomor surat yang berurutan antara Terlapor I dengan
Terlapor VI. Pokja selaku Terlapor VII juga tidak melakukan pengecekan dokumen
15
Edi Suwiknyo, KPPU Sidangkan 15 Kasus Perkara, diakses dari
https://kabar24.bisnis.com/read/20210212/16/1355615/kppu-sidangkan-15-perkara-baru-salah-
satunya-kasus-perusahaan-sandiaga-uno, Pada 07 Maret 2021
peserta secara teliti dan memperhatikan check list terkait indikasi persekongkolan
dalam tender.
mana dalam hukum persaingan dilarang untuk melakukan tindakan tersebut. Pokja
penawaran terkait posisi inti personil di bidang site manager, dimana dalam dokumen
pengadaan Terlapor I hanya memberikan satu sertifikat untuk posisi inti personil,
padahal yang diminta dalam dokumen pengadaan ada dua sertifikat. Adapun
kualifikasi.
Majelis Komisi pada 10 Februari 2021 membacakan putusan atas kasus perkara ini,
yaitu PT Mina Fajar Abadi dan Pokja Konstruksi–LXXXIX Biro Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah Aceh terbukti melakukan persekongkolan tender secara vertikal.
uraian latar belakang tersebut, maka Penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah adalah lanjutan dari latar belakang yang menyatakan secara
tertulis apa saja yang menjadi pertanyaan penelitian yang akan dijawab atau dicarikan
solusi dari permasalahan tersebut.16 Berdasarkan uraian yang sudah Penulis paparkan
di dalam latar belakang maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam Penulisan
2. Apa sistem pengadaan barang dan jasa yang digunakan dalam Tender Paket
C. Tujuan Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian terdapat hal-hal yang ingin dicapai atau
haruslah mengacu pada permasalahan penelitian.17 Adapun yang menjadi tujuan dari
2. Untuk mengetahui sistem apa yang digunakan dalam pengadaan barang dan
Regional Langsa.
16
H. Ishaq, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabeta Bandung, 2016), hlm 81
17
Ibid, hlm 84
D. Manfaat Penulisan
Dalam Penulisan sebuah skripsi terdapat manfaat yang memuat tentang nilai
yang dapat diambil dari penelitian tersebut. 18 Manfaat yang diharapkan Penulis dari
1. Secara Teoritis
perkara di bidang persekongkolan tender, siapa saja yang menjadi pihak yang
terlibat dalam persekongkolan tender di bidang pengadaan barang dan jasa dan
2. Secara Praktis
kepada para penegak hukum khususnya bagi KPPU sebagai penegak hukum di
18
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2004), hlm. 66
E. Keaslian Penulisan
Perpustakaan Fakultas Hukum USU untuk melihat apakah ada judul yang sama
dengan judul Penulis. Pada 01 Maret 2021, Penulis telah melakukan pemeriksaan
judul dan berdasarkan surat keterangan yang dikeluarkan oleh Pemeriksa di Pusat
Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU menyatakan bahwa “tidak
pemerintah. Adapun skripsi terdahulu yang memiliki sedikit kemiripan dengan judul
Penulis, namun terdapat perbedaan yaitu pada objek perkara yang akan diteliti
Langsa Provinsi Aceh. Oleh karena itu, judul penelitian maupun permasalahan yang
akan diteliti oleh Penulis murni berasal dari pemikiran yang didasarkan dari referensi
buku, teori hukum, peraturan perundang-undangan yang berlaku yang diperoleh dari
ditemukan skripsi yang sama maka Penulis bersedia dikenakan sanksi akademik
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah suatu kegiatan untuk meninjau kembali tentang suatu
pustaka yang memiliki kaitan dengan topik yang akan diteliti. 19 Adapun manfaat dari
19
Ridwan Karim, Tinjauan Pustaka: Pengertian dan Langkah Penulisan, diakses dari
https://penerbitbukudeepublish.com/tinjauan-pustaka, Pada 05 April 2021
rumusan masalah.20 Adapun tinjauan pustaka dalam Penulisan skripsi ini adalah:
Pada umumnya, makna bersaing memiliki arti yang negatif dalam pandangan
yang hanya memikirkan kepentingan sendiri yang akan melakukan berbagai cara dan
Pandangan tentang makna bersaing tersebut tidak sepenuhnya benar. Persaingan tidak
mendapatkan hasil yang terbaik, efisen dan strategi yang terbaik dari suatu
persaingan.
Kegiatan bersaing ini timbul secara alamiah diantara para pelaku usaha dan
konsumen21 yang membeli produknya dan hal inilah yang menjadi tujuan utama
pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Bentuk persaingan dari pelaku usaha
yang dinilai oleh konsumen. Adapun dampak dari persaingan ini adalah harga
menjadi lebih kompetitif dan membuat pelaku usaha terpacu untuk melakukan
inovasi dan terobosan baru untuk produknya. Selain itu, para pelaku usaha akan
biaya produksi sehingga dalam proses persaingan akan menghasilkan produk yang
Hukum persaingan usaha adalah aturan hukum yang mengatur tentang segala
sesuatu yang terkait dengan persaingan usaha, yang meliputi tindakan yang boleh
dilakukan maupun yang dilarang untuk dilakukan oleh pelaku usaha. Pada dasarnya,
hukum persaingan usaha ada untuk mengupayakan terciptanya suatu persaingan yang
sehat pada pasar tertentu, yang mendorong pelaku usaha untuk melakukan efisiensi
“Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.”
Berdasarkan Pasal 1 angka 6 tersebut dapat dikatakan bahwa persaingan
dianggap tidak sehat apabila diilakukan dengan tidak jujur dan tindakan yang
kondisi yang tidak kondusif. Pada hakikatnya, apabila persaingan dilakukan secara
2. Persekongkolan Tender
persekongkolan atau konspirasi usaha, yaitu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh
pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar
memiliki ciri khas tersendiri karena terdapat kerjasama yang melibatkan dua atau
lebih pelaku usaha yang secara bersama-sama melakukan tindakan melawan hukum
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah tawaran
barang, atau untuk menyediakan jasa. Persekongkolan tender adalah kegiatan yang
dilakukan oleh para peserta tender untuk mendapatkan suatu tender/lelang dengan
dalam hukum persaingan usaha. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun
1999, yang di mana ketentuan pasal ini telah diubah dalam Putusan MK No. 85/PUU-
XIV/2016:23
“pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pelaku usaha lain dan/atau yang
terkait dengan pelaku usaha lain untuk mengatur dan atau menentukan
pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat”.
Kegiatan persekongkolan tender dilarang karena dapat menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan bertentangan dengan tujuan diadakannya tender,
yaitu untuk memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha agar dapat
menawarkan harga dan kualitas yang bersaing. Adapun tujuan akhir dari diadakannya
tender adalah untuk mendapatkan harga yang termurah dengan kualitas yang terbaik.
22
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),
hlm. 476
23
Putusan MK No. 85/PUU-XIV/2016, hlm 197
Pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah (yang selanjutnya disebut sebagai
prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan. 24
Jenis barang dan jasa dalam pengadaan barang dan jasa adalah barang, pekerjaan
konstruksi, jasa konsultasi, dan jasa lainnya. Anggaran yang digunakan dalam
pengadaan barang dan jasa adalah APBN/ APBD, termasuk yang sebagian /seluruh
dibiayai dari pinjaman dalam negeri atau hibah dalam negeri yang diterima
pemerintah atau pemerintah daerah, serta pinjaman atau hibah luar negeri.
Dalam pengadaan barang dan jasa terdapat sebuah lembaga yang bertugas
pemerintah, yaitu Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (yang
Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa diadakan melalui Layanan Pengadaan Secara
4. Post Bidding
Dalam pengadaan barang dan jasa, pihak pejabat pengadaan dilarang untuk
melakukan tindakan post bidding. Tindakan post bidding adalah tindakan mengubah,
24
Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 1
angka 1.
penawaran setelah batas akhir pemasukan penawaran. Tindakan post bidding diatur
sampai pada tahun 2021, khusus untuk post bidding hanya diatur di dalam Peraturan
G. Metode Penelitian
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yakni methodos yang artinya cara atau
jalan. Metode adalah jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran
yang diperlukan bagi peneliti, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang
analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk
Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data dan informasi guna memecahkan suatu permasalahan. Maka dalam
Jenis penelitian yang digunakan dalam Penulisan skripsi ini adalah penelitian
adalah penelitian hukum yang berfokus pada kaidah-kaidah atau asas-asas dalam arti
hukum dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang bersumber dari peraturan
25
H. Ishaq, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabeta Bandung, 2016), hlm. 96
26
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses dari https://kbbi.web.id/teliti, Pada 28 Maret 2021
terkemuka.27
Sifat penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif,
teori hukum yang menjadi objek penelitian. Sedangkan pendekatan yang dipakai
dalam Penulisan skripsi ini adalah pendekatan kasus yang dilakukan dengan cara
menelaah terhadap kasus-kasus yang mempunyai kaitan dengan isu yang dihadapi
yang telah menjadi putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
Yang menjadi kajian pokok dalam pendekatan kasus adalah ratio decidendi atau
Data dalam penelitian hukum normatif disebut sebagai bahan hukum. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder29 yang diperoleh
melalui:
a) Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat
secara yuridis.30 Bahan hukum primer yang digunakan oleh Penulis adalah UU
No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, UU No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, Peraturan Pemerintah
No. 44 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Peraturan Mahkamah Agung No. 3
27
Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, (Tangerang Selatan: Unpam Press, 2018), hlm 57
28
Peter Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 94
29
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari bahan perpustakaan atau literatur yang
mempunyai keterkaitan dengan objek yang akan diteliti.
30
Suteki, Metodologi Penelitian Hukum: Filsafat, Teori dan Praktik, (Depok: PT
Rajagrafindo Persada, 2018), hlm. 216
Tahun 2019 Tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Keberatan Terhadap Putusan
KPPU, Peraturan Komisi No. 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pasal 22 UU No.
5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat Tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender, Peraturan Komisi No. 1
Tahun 2019 Tentang Tata Cara Penanganan Perkara Persaingan Usaha Tidak
Sehat, Peraturan Komisi No. 3 Tahun 2020 Tentang Relaksasi Penegakan
Hukum Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Serta Pengawasan
Pelaksanaan Kemitraan dalam Rangka Mendukung Program Pemulihan Ekonomi
Nasional, Putusan MK No.85/PUU-XIV/2016, dan Putusan KPPU No.
04/KPPU-L/2020.
b) Bahan Hukum Sekunder adalah bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum
primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer.
Misalnya adalah buku, jurnal penelitian, artikel hukum, internet, dan lain-lain.
c) Bahan Hukum Tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk ataupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya adalah kamus
hukum, ensiklopedia, indeks, dan lain-lain.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sangat erat kaitannya dengan metode penelitian. Oleh karena
itu, apabila penelitian hukum tersebut menggunakan jenis penelitian normatif, maka
dilakukan untuk mendapatkan data yang bermanfaat bagi Penulisan penelitian berupa
teori hukum, asas-asas, doktrin dan pandangan hukum yang diperoleh dari bahan
hukum primer, sekunder dan tersier. Adapun cara pengumpulan data tersebut adalah
31
Ishaq, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabeta Bandung, 2016), hlm. 115
penelitian yang akan dilakukan. Karena Penulisan skripsi ini dilakukan pada masa
pandemi covid-19, maka banyak bahan skripsi ini diperoleh dari elektronik.
Analisa data merupakan tahapan yang sangat penting dalam penelitian karena
dalam cara yang benar sehingga dapat dipahami, lebih memudahkan pembaca dalam
memahami hasil penelitian, menjelaskan kesesuaian antara teori dan temuan peneliti,
kualitatif, yaitu analisa yang menggunakan metode bersifat deskriptif analisa yang
memaparkan gambaran dari data yang didapatkan dan menghubungkannya satu sama
yang baru ataupun suatu gambaran yang sudah ada atau sebaliknya.
H. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Di dalam bab ini, Penulis akan menguraikan latar belakang, rumusan masalah,
32
Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, (Tangerang Selatan: Unpam Press, 2018), hlm. 164
Dalam bab ini, Penulis akan menguraikan tentang hukum persaingan usaha,
persekongkolan tender dan beberapa peraturan terkait persekongkolan tender
dalam hukum persaingan usaha. Dalam persekongkolan tender akan diuraikan
mengenai defenisi, jenis dan akibatnya. Dalam hukum persaingan usaha akan
menguraikan tentang pengertian, pengaturan, subtansi, pendekatan dalam
hukum persaingan usaha serta tentang KPPU sebagai penegak dalam hukum
persaingan usaha. Adapun mengenai peraturan terkait yang diuraikan dalam
bab ini terdiri atas Putusan Mahkamah Konstitusi No. 85/PUU-XIV/2016,
Pedoman Pengaturan Tender oleh OECD (Organisation for Economic Co-
operation and Development), serta perubahan mengenai hukum persaingan
usaha dalam UU No. 11 Tahun 2020 dan PP No. 44 Tahun 2021.
Bab III Sistem Pengadaan Barang Dan Jasa Dalam Tender Paket Pekerjaan Rumah
Dalam bab ini, Penulis akan menjelaskan mengenai pengadaan dalam barang
dan jasa serta sistem pengadaan barang dan jasa yang digunakan dalam tender
prinsip, etika, para pihak yang terlibat dalam pengadaan serta pengadaan
Di dalam bab ini, Penulis akan mengkaji bagaimana analisis terhadap putusan
hukum praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat serta pengawasan
ekonomi nasional dalam peraturan Komisi No. 3 Tahun 2020. Dalam analisis
Bab V Penutup
Pada bab ini, Penulis akan menguraikan secara ringkas tentang kesimpulan
two or more persons for the same objects. Dari pengertian tersebut dapat dilihat yang
menjadi unsur-unsur persaingan, yaitu adanya dua pihak atau lebih yang terlibat
dalam upaya untuk lebih unggul dan ada kehendak diantara mereka untuk mencapai
tujuan yang sama. Sedangkan pengertian persaingan menurut Kamus Besar Bahasa
persaingan usaha, yang secara sederhana bisa dimaknai persaingan antara para
penjual di dalam merebut pembeli dan pangsa pasar. 34 Ada banyak istilah hukum
(antimonopoly law) dan hukum antitrust (antitrust law). Istilah yang digunakan
secara resmi di Indonesia adalah hukum persaingan Usaha sebagaimana secara jelas
dalam UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
33
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses dari https://www.kbbi.web.id, Pada 14 April 2021
34
Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, (Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2004), hlm 14
29
Usaha Tidak Sehat Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.
mengenai segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha, yang meliputi hal-
hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang dilarang untuk dilakukan oleh pelaku
usaha. Tujuan dari hukum persaingan usaha adalah untuk menciptakan efisiensi pada
monopoli, mengatur persaingan yang sehat dan bebas, serta memberikan sanksi
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 dan
mencapai puncaknya pada tahun 1998 telah menyadarkan pemerintah Indonesia akan
betapa lemahnya dasar ekonomi Indonesia. Faktor yang menjadi pemicu terjadinya
yang jelas. Para pengusaha yang dekat dengan elit kekuasaan mendapatkan
konglomerasi dan sekolompok kecil pengusaha kuat yang tidak didukung oleh
persaingan usaha telah dimulai sejak tahun 1970-an. Namun, karena terjadi krisis
ekonomi tersebut pada tahun 1998 dan adanya desakan untuk mempercepat
Monetary Fund (IMF)36. Adapun salah satu isi dari perjanjian tersebut adalah IMF
miliar yang bertujuan untuk mengatasi krisis ekonomi, dengan syarat Indonesia harus
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dijelaskan bahwa dengan
memperhatikan situasi dan kondisi tersebut, menuntut kita untuk mencermati dan
menata kembali kegiatan usaha di Indonesia, agar dunia usaha dapat tumbuh serta
berkembang secara sehat dan benar, sehingga tercipta iklim persaingan usaha yang
kelompok tertentu, antara lain dalam bentuk praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat yang merugikan masyarakat, yang bertentangan dengan cita-cita keadilan
sosial.
35
Letter of Intent (LoI) mengindikasikan keinginan suatu perusahaan (salah satu pihak) untuk
menunjuk perusahaan lain (pihak lainnya) untuk melaksanakan suatu pekerjaan berdasarkan suatu
kontrak yang sedang disusun. IQSI, Letter of Intent – Fungsi dan Status, diakses dari
https://iqsi.org/letter-of-intent-fungsi-dan-status, Pada 22 April 2021
36
International Monetary Fund (IMF) adalah sebuah organisasi internasional yang
beranggotakan 189 negara yang mempunyai tanggungjawab dalam mengatur sistem finansial global
dan menyediakan pinjaman kepada Negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah
keseimbangan neraca keuangan masing-masing Negara. IMF mempunyai misi, yaitu mendorong
kerjasama moneter secara global, meningkatkan keamanan stabilitas keuangan, memberikan fasilitas
perdagangan internasional, meningkatkan lapangan kerja dan perkembangan ekonomi yang
berkelanjutan, serta mengurangi angka kemiskinan secara global. IMF, Sekilas tentang IMF, diakses
dari https://www.imf.org/id/About/Factsheets/IMF-at-a-Glance, Pada 22 April 2021.
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, ketentuan tentang pengaturan hukum persaingan
a. Pasal 1365 KUHPerdata diatur bahwa pelaku usaha yang menderita kerugian
sebagai akibat persaingan usaha yang tidak jujur dan tidak sehat yang dilakukan
pesaing usaha lainnya, dapat menuntut pelaku usaha yang bersangkutan
sepanjang dapat dibuktikan.
b. Pasal 382 bis KUHP, diatur bahwa adanya perbuatan penipuan di bidang usaha
tertentu yang bertujuan semata-mata untuk mementingkan dan menguntungkan
usaha sekelompok orang maupun seseorang dengan cara merugikan
kepentingan pelaku usaha lainnya.
c. Pasal 13 Ayat (3) UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, dalam pasal ini diatur bahwa pihak swasta dilarang untuk melakukan
monopoli usaha dalam lapangan agraria dan pemerintah berkewajiban untuk
mencegah adanya monopoli usaha tersebut.
d. Pasal 7 dan Pasal 9 angka 2 UU No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian,
dalam undang-undang ini mengandung ketentuan yang mewajibkan pemerintah
untuk mengatur, membentuk, dan mengembangkan industri demi penciptaan
persaingan yang sehat dan pencegahan persaingan curang. 37 Selain itu
pemerintah berkewajiban mencegah pemusatan/pengawasan industri pada satu
atau kelompok orang dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.
e. UU No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, dalam UU ini mengatur
tentang perusahaan yang melakukan merger, akuisisi dan konsolidasi.
f. UU No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil diatur mengenai pencegahan
pembentukan struktur pasar yang dapat melahirkan persaingan tidak wajar
dalam bentuk monopoli, oligopoli, dan monopsoni yang merugikan pengusaha
kecil.
37
Arie Siswanto, Op.cit, hlm 73
Seluruh peraturan di atas masih berlaku dan tidak secara langsung digantikan
oleh UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat karena pada dasarnya UU No. 5/1999 mengatur tentang
persaingan pasar dalam konteks yang lebih rinci bahkan kompleks karena melibatkan
teori ekonomi dan perhitungan yang rumit dan bukan hanya dibatasi pada persaingan
curang saja. Tetapi bahkan sampai masuk dalam konteks pasar yang menjadi
3. Substansi dalam UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Dalam Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat diatur mengenai asas yang dianut dalam pelaksanaan
Dalam Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
ini, yaitu:
38
Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Medan: Pustaka Bangsa
Press, 2011), hlm 20
sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha
kecil;
3) Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
4) Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
b. Perjanjian yang Dilarang
suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu
atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Dalam UU No. 5 Tahun 1999 terdapat beberapa perjanjian yang dilarang untuk
dilakukan, yaitu Oligopoli (Pasal 4), Penetapan Harga (Pasal 5), Diskriminasi Harga
(Pasal 6), Penetapan Harga di Bawah Harga Pasar (Pasal 7), Penjualan Kembali
dengan Harga Terendah (Pasal 8), Pembagian Wilayah (Pasal 9), Pemboikotan (Pasal
10), Kartel (Pasal 11), Trust (Pasal 12), Oligopsoni (Pasal 13), Integrasi Vertikal
(Pasal 14), Perjanjian Tertutup (Pasal 15), dan Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri
(Pasal 16).
adalah suatu usaha, aktivitas, tindakan atau perbuatan hukum secara sepihak yang
dilakukan oleh pelaku usaha dengan tanpa melibatkan pelaku usaha lainnya. 39 Dalam
UU No. 5 Tahun 1999 diatur mengenai bentuk-bentuk kegiatan yang dilarang untuk
dilakukan, yaitu Monopoli (Pasal 17), Monopsoni (Pasal 18), Penguasaan Pasar
39
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),
hlm 369
(Pasal 19), Jual Rugi (Predatory pricing) (Pasal 20), Penetapan Biaya Produksi
d. Posisi Dominan
Salah satu tujuan pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usaha adalah untuk
Penguasaan posisi dominan dalam hukum persaingan usaha tidak dilarang, sepanjang
pelaku usaha dalam mencapai posisi dominan tersebut pada pasar bersangkutan
dominan yang dilarang dalam UU No. 5 Tahun 1999 adalah yang bersifat umum,
pengambilalihan.
4. Pendekatan Perse Illegal dan Rule of Reason dalam Hukum Persaingan Usaha
Dalam hukum persaingan usaha dikenal dua konsep pendekatan yang dipakai
untuk menilai apakah perjanjian atau kegiatan usaha yang dilakukan pelaku usaha
telah menghambat persaingan atau perdagangan, yakni pendekatan per se illegal dan
Rule of Reason. Dalam persaingan usaha ada hambatan yang terjadi secara mutlak
yang bersifat menghambat persaingan dan ada yang yang mempunyai pertimbangan
40
Posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang
berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha
mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan
kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk
menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu. Lihat UU No. 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1 angka 4.
41
Ningrum Natasya Sirait, Op.cit, hlm 72
Pada umumnya pendekatan perse illegal digunakan pada perbuatan yang sudah
pasti dan mutlak memunculkan dampak negatif terhadap persaingan dan rule of
Istilah kata Pendekatan per se berasal dari bahasa latin yang bermakna by itself,
other matter, simpley as such, in its own nature without reference to its relations. 44
Pendekatan Perse illegal adalah sebuah pendekatan yang menyatakan bahwa suatu
perjanjian atau kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha tertentu dilarang tanpa
memerlukan adanya suatu pembuktian yang ditimbulkan oleh suatu perjanjian atau
kegiatan pelaku usaha tersebut. Oleh sebab itu, dalam konsep ini pelapor tidak perlu
membuktikan akibat dari perjanjian atau kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha
terlapor. Bukti yang dibutuhkan adalah perjanjian yang dibuat atau kegiatan bisnis
42
Arie Siswanto, Loc.cit, hlm 66
43
Fitrah Akbar Citrawan, Hukum Persaingan Usaha (Penerapan Rule of Reason dalam
Penanganan Praktik Kartel), (Yogyakarta: Suluh Media, 2017), hlm 27
44
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha Teori dan Prakteknya di Indonesia,
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hlm 72
mengakibatkan terjadinya praktik persaingan usaha tidak sehat seperti yang diatur
dalam pendekatan rule of reason.45 Konsep pendekatan ini memiliki kelebihan, yaitu:
persaingan menjadi salah menurut hukum, karena terkadang pendekatan ini tidak
45
Ibid, hlm 74
46
Ibid, hlm 74
keadilan maupun akibat yang akan muncul serta unsur maksud (intent).47
REASONABLE LEGAL
menggunakan pendekatan rule of reason, yang tergambar dari konteks kalimat yang
analisis ekonomi untuk mencapai efisiensi yang bertujuan untuk mengetahui secara
pendekatan yang digunakan oleh hakim dan juri mensyaratkan pengetahuan tentang
teori ekonomi dan sejumlah data ekonomi yang kompleks, dimana mereka belum
menghasilkan putusan yang tepat. Selain itu, sulit untuk membuktikan kekuatan pasar
47
Ningrum Natasya Sirait, Op.cit, hlm 80
48
Ibid, hlm 81
terlapor, mengingat pelapor harus menghadirkan saksi ahli di bidang ekonomi dan
bukti dokumenter.49
pelanggaran yang sangat serius sehingga digolongkan dalam per se illegal. Hal itu
akibat yang merugikan terhadap anggaran belanja pemerintah dan anggaran Negara. 50
cantuman kata “dapat mengakibatkan”. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian yang
cara tidak jujur atau melawan hukum serta menghambat persaingan usaha.51
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dibentuk suatu komisi.
49
Andi Fahmi Lubis, dkk, Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta Pusat: KPPU, 2017), hlm 76
50
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2014),
hlm 328
51
Peraturan Komisi No. 02 Tahun 2010, hlm 25
52
Devi Meyliana, Hukum Persaingan Usaha, (Malang: Setara Press, 2013), hlm 31
persaingan usaha tidak sehat. Oleh karena itu, KPPU dalam melaksanakan tugasnya
tidak terlepas dari pengaruh pemerintah. KPPU bukan lembaga peradilan namun,
sanksi administratif yang dijatuhkan oleh Komisi terhadap pelaku usaha adalah
menimbulkan praktek monopoli, persaingan usaha tidak sehat serta kegiatan yang
maksimal.
53
Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta, Kencana,
2008), hlm 75
54
State auxiliary organ adalah lembaga negara yang dibentuk diluar konstitusi untuk
membantu pelaksanaan tugas lembaga negara pokok yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif.
55
Alum Simbolon, “Kedudukan Hukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha Melaksanakan
Wewenang Penegakan Hukum Persaingan Usaha”, Mimbar Hukum, Vol. 24 No. 3, Oktober 2012, hlm
11
56
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan Komisi dalam menentukan besaran denda,
yaitu skala perusahaan, jenis pelanggaran, gabungan pangsa pasar dari para terlapor, cakupan wilayah
geografis pelanggaran, dan telah atau belum dilaksanakannya pelanggaran tersebut. Lihat Peraturan
Komisi No. 4 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tindakan Administratif Sesuai Ketentuan Pasal 47 UU
No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, hlm 9.
a. Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Penanganan Perkara
Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak diatur secara jelas mengenai hukum acara yang
digunakan oleh KPPU sebagai acuan dalam penanganan perkara persaingan usaha
tidak sehat. Dengan kata lain, UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak mengatur mengenai bagaimana
terlapor, pelaku usaha atau saksi yang terkait dengan dugaan pelanggaran UU No. 5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
acara dalam penanganan perkara persaingan usaha diatur lebih lanjut oleh KPPU. Hal
itu bisa dilihat dalam Pasal 38 Ayat (4) UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang menyebutkan bahwa
untuk tata cara penyampaian laporan perkara diatur lebih lanjut oleh KPPU.
Ketentuan dalam Pasal 35 huruf F juga memberikan wewenang kepada KPPU, untuk
menyusun dan pedoman atau publikasi yang berkaitan dengan undang-undang hukum
persaingan usaha.57
usaha, KPPU telah beberapa kali mengeluarkan pedoman yang mengatur tata cara
57
Destivano Wibowo dan Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005), hlm 17
1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2) Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penanganan Perkara di
3) Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Penanganan Perkara;
4) Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Penanganan Perkara
Sumber perkara persaingan usaha di KPPU terdiri atas dua, yaitu laporan dari
masyarakat/pelaku usaha yang dirugikan dan inisiatif dari Komisi. Untuk kedua
sumber perkara KPPU nantinya akan terdapat perbedaan dalam proses penanganan
perkara. Untuk mengetahui apakah perkara yang ditangani oleh KPPU berdasarkan
laporan ataupun atas dasar inisiatif dari KPPU, dapat dilihat dari nomor perkaranya. 58
Untuk perkara atas dasar laporan nomor perkara tersebut adalah No. perkara/KPPU-L
(laporan)/Tahun. Sedangkan perkara atas dasar inisiatif dari KPPU nomornya adalah
Putusan perkara di KPPU dibacakan oleh Majelis Komisi dalam sidang yang
dinyatakan terbuka untuk umum.59 Dalam jangka waktu 14 hari setelah Majelis
Putusan Komisi atau Putusan Pengadilan Negeri atau Putusan Mahkamah Agung
58
Andi Fahmi Lubis, dkk, Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: KPPU, 2017), hlm 395
59
Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2019, Pasal 62
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap60, maka Komisi menyerahkan Putusan
b. Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Pengajuan
Putusan KPPU tidak termasuk ke dalam putusan yang bersifat final dan
mengikat61 seperti putusan arbitrase. Bagi terlapor yang tidak setuju atau tidak
menerima putusan yang dikeluarkan oleh KPPU dapat mengajukan upaya hukum.
Upaya hukum terhadap putusan KPPU terdiri atas dua, yaitu upaya hukum keberatan
diajukan oleh terlapor yang tidak menerima putusan KPPU. Dalam upaya hukum
setelah putusan dibacakan apabila terlapor hadir atau setelah tanggal pemberitahuan
putusan KPPU jika terlapor tidak hadir dalam persidangan KPPU. Pemeriksaan
60
Pada prinsipnya, ada tiga faktor yang membuat suatu putusan KPPU mempunyai kekuatan
hukum mengikat, yang terdiri atas:
1. apabila pelaku usaha tidak mengajukan keberatan terhadap putusan KPPU dalam jangka
waktu 14 hari.
2. Apabila Pengadilan Negeri menolak alasan-alasan keberatan yang diajukan oleh pelaku
usaha, dan tidak ada permohonan kasasi.
3. Apabila Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi menolak alasan-alasan keberatan yang
diajukan oleh pelaku usaha.
Destivano Wibowo dan Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005), hlm 107.
61
Maksud dari putusan yang bersifat final dan mengikat (final and binding), Final artinya
putusan tersebut langsung memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan sehingga secara umum
tidak ada upaya hukum yang dapat ditempuh terhadap putusan tersebut. Arti putusan mengikat,
yaitu putusan tidak hanya berlaku bagi para pihak tetapi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tri Jata
Ayu Pramesti, Arti Putusan yang Final dan Mengikat, diakses dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt56fe01b271988/arti-putusan-yang-final-dan-
mengikat, Pada 26 April 2021
keberatan terhadap putusan KPPU dilakukan dengan tanpa adanya proses mediasi dan
hanya berdasarkan salinan Putusan KPPU dan berkas perkaranya. Majelis Hakim
Adapun pembacaan putusan dilaksanakan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
Dalam putusan Keberatan, apabila KPPU/Terlapor tidak setuju atau tidak menerima
putusan tersebut dapat mengajukan upaya hukum Kasasi kepada Mahkamah Agung
B. Persekongkolan Tender
kesempatan yang sama kepada seluruh penawar untuk mendapatkan objek barang dan
yang seharusnya bersaing secara tertutup, bersekongkol untuk menaikkan harga atau
menurunkan kualitas barang atau jasa untuk para pembeli yang ingin memperoleh
produk atau jasa melalui suatu proses pengadaan. Dampak dari adanya
persekongkolan ini adalah penawar yang memiliki itikad baik menjadi terhambat
dengan ketentuan Pasal 1 The Sherman Act 1890, di mana dalam Pasal tersebut
disimpulkan dari kondisi yang ada. Berdasarkan pengertian di USA itulah, maka
concerted action).62
oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar
tender adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk
62
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),
hlm 476
63
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, Pasal 1 angka 8
64
Tender atau tawaran mengajukan harga dapat dilakukan melalui tender terbuka, tender
terbatas, pelelangan umum, dan pelelangan terbatas.
menciptakan persaingan semu dan atau menyetujui untuk memberikan fasilitas dan
atau tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui bahwa tindakan
tertentu.
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diatur mengenai persekongkolan tender, yaitu:
“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan
atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.”
Dari Pasal 22 tersebut dapat diuraikan unsur-unsur persekongkolan tender,
yaitu:
Dalam Pasal 1 angka 5 UU No. 5 Tahun 1999, pengertian Pelaku usaha adalah
setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
b. Unsur Bersekongkol
Bersekongkol adalah kerja sama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan
pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya
bersekongkol adalah adanya kerjasama antara dua pihak atau lebih, secara
pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha
Pihak lain adalah para pihak baik yang vertikal maupun horizontal yang
terlibat dalam proses tender yang melakukan persekongkolan tender baik bagi
pelaku usaha sebagai peserta tender dan atau subjek hukum lainnya yang
perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
65
Peraturan KPPU No. 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender, hlm 6
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.66
Agar perusahaan dapat membuat perjanjian kolusi yang sukses, mereka harus
perusahaan yang sedikit, Sedikit atau tiada hambatan masuk, Kondisi pasar, Asosiasi
perusahaan, Pengadaan yang berulang, Produk atau jasa yang mirip atau sederhana,
Salah satu tugas dari KPPU adalah menyusun pedoman yang berkaitan dengan
membuat Peraturan KPPU No. 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pasal 22 UU No. 5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
terdiri atas:
66
UU No. 5 Tahun 1999, Pasal 1 angka 6
67
OECD, Pedoman untuk Mengatasi Persekongkolan Tender dalam Pengadaan Publik, hlm
3-4
a. Persekongkolan Horizontal
Adalah persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang
dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa
pesaingnya.
PERSEKONGKOLAN
Pelaku Pelaku Pelaku Pelaku
Usaha/ Usaha/ Usaha/ Usaha/
Penyedia Penyedia Penyedia Penyedia
Barang Barang Barang Barang
atau Jasa atau Jasa atau Jasa atau Jasa
b. Persekongkolan Vertikal
Adalah persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku
usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia tender atau panitia lelang
atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi kerjaan.
pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan pelaku
PERSEKONGKOLAN
Pelaku Pelaku Pelaku Pelaku
Usaha/ Usaha/ Usaha/ Usaha/
Penyedia Penyedia Penyedia Penyedia
Barang Barang Barang Barang
atau Jasa atau Jasa atau Jasa atau Jasa
a. Konsumen atau pemberi kerja membayar harga yang lebih mahal dari pada
harga yang sesungguhnya;
b. Barang atau jasa yang diperoleh (baik dari sisi mutu, jumlah, waktu, maupun
nilai) sering kali lebih rendah dari yang akan diperoleh apabila tender
dilakukan secara jujur;
c. Terjadi hambatan pasar bagi peserta potensial yang tidak memperoleh
kesempatan untuk mengikuti dan memenangkan tender;
d. Nilai proyek (untuk tender pengadaan jasa) menjadi lebih tinggi akibat mark
up yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersekongkol. Apabila hal tersebut
dilakukan dalam proyek pemerintah yang pembiayaannya melalui APBN,
maka persekongkolan tersebut berpotensi menimbulkan ekonomi biaya tinggi;
Dalam Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengatur tentang
pelaku usaha yang dilarang untuk melakukan kegiatan persekongkolan dengan pihak
lain. Namun tidak dijelaskan mengenai siapakah yang dimaksud dengan pihak lain
ini. Dalam Penjelasan Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat hanya menyebutkan
“cukup jelas”.
Kata Pihak Lain dalam Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24 UU No. 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ini
kemungkinan dapat ditafsirkan69 secara bebas oleh penegak hukum atau pengguna
68
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dalam Teori dan Praktik
serta Penerapan Hukumnya, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm 326
69
Penafsiran adalah salah satu metode untuk menemukan jawaban terhadap kekosongan atau
ketidakjelasan terhadap suatu undang-undang. Sovia Hasanah, Arti Penafsiran Hukum Argumentum A
Contrario, diakses dari https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/arti-penafsiran-hukum-
iargumentum-a-contrario, Pada 07 April 2021
70
Binoto Nadapdap, Hukum Acara Persaingan Usaha Pasca Putusan Makahmah Konstitusi,
(Jakarta: Kencana, 2020), hlm 211
Raya Indah Lestari memohonkan untuk pengujian materil terhadap Pasal 22, Pasal 23
dan Pasal 24 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Alasan PT Bandung Raya Indah Lestari (yang
pelaku usaha tersebut merupakan salah satu pihak lain yang bersekongkol dengan
panitia pengadaan badan usaha (Terlapor I) dan Mantan Walikota Bandung Dada
Dalam Putusan KPPU tersebut menyatakan bahwa Pemohon terbukti secara sah
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan menyatakan Pengadaan
Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha di kota Bandung batal demi
fasilitas PLTSA, tiga hektar diperuntukan untuk fasilitas pembangkit tenaga listrik,
sedangkan tujuh hektar lainnya diperuntukan untuk sabuk hijau yang mengelilingi
fasilitas tersebut. Usaha ini menjadi sia-sia dengan adanya putusan KPPU yang
71
Putusan KPPU No. 12/KPPPU-L/2015, hlm 179
“pihak lain” dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sehingga bukan hanya mencakup
“pelaku usaha lain” sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 8 melainkan mencakup
pihak-pihak lain seperti Pihak Pemerintah in casu Panitia Pengadaan Badan Usaha
(Terlapor I), Mantan Walikota Bandung Dada Rosada (Terlapor II) dan Perusahaan
daerah Kebersihan (Terlapor IV). Dalam Pasal 1 angka 8 secara tegas menyebutkan
dilakukan oleh pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar
ketentuan umum Pasal 1 angka 8 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, namun harus dimaknai secara imperatif
yang bersifat teknis operasional agar tidak terjadi multitafsir dan ada kepastian
hukum.
sebagaimana diatur dalam ketentuan umum Pasal 1 angka 8 UU No. 5 Tahun 1999
hanya antar pelaku usaha dalam pengertian konvensional saja akan tetapi juga “pihak
yang terkait dengan pelaku usaha”. Pemaknaan demikian menurut Mahkamah tidak
saja menjadikan frasa “Pihak Lain” sebagaimana yang diatur dalam Pasal 22, Pasal
23 dan Pasal 24 UU Nomor 5 Tahun 1999 yang ada selama ini dan dapat menjangkau
siapa saja dan tanpa batas. Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa KPPU harus
memiliki bukti yang cukup untuk membuktikan adanya keterlibatan pihak ketiga
tersebut dengan pelaku usaha lain. Dengan demikian sepanjang KPPU tidak memiliki
bukti yang cukup tentang keterkaitan pihak ketiga dengan pelaku usaha lainnya, hal
Menyatakan frasa pihak lain dalam Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 UU No. 5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat dan tidak mempunyai
Pasal 22 berbunyi:
“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pelaku usaha lain dan/atau pihak
yang terkait dengan pelaku usaha lain untuk mengatur dan atau menentukan
pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat”
Pasal 23 berbunyi:
“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pelaku usaha lain dan/atau pihak
yang terkait dengan pelaku usaha lain untuk mendapatkan informasi kegiatan
Pasal 24 berbunyi:
“pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pelaku usaha lain dan/atau pihak
yang terkait dengan pelaku usaha lain untuk menghambat produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud
agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar
bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan
waktu yang dipersyaratkan”
Dengan adanya perubahan ketentuan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Putusan MK
terkait Pasal 22 untuk menyesuaikan ketentuan pasal tersebut. Pedoman tentang Pasal
22 UU No. 5 Tahun 1999 yang dikeluarkan oleh KPPU, yaitu Peraturan Komisi No. 2
Tahun 2010 juga diharapkan dilakukan revisi agar memuat ketentuan yang telah
berkelanjutan bagi Negara yang bergabung di dalam organisasi ini.72 Negara yang
tergabung dalam organisasi ini adalah Australia, Austria, Belgia, Kanada, Republik
72
Sekilas Tentang OECD, diakses dari https://www.ajarekonomi.com/2016/08/sekilas-
tentang-organisation-for.html, Pada 06 April 2021
Polandia, Portugal, Republik Slovakia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Inggris, dan
Awal mula berdirinya organisasi ini adalah pada tahun 1948, Pemerintah
Amerika Serikat yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri, yaitu George Marshall
menyatakan bahwa Amerika Serikat harus membantu perbaikan kondisi ekonomi dan
sosial politik di dunia pasca terjadinya Perang Dunia II dan inisiatif dari George
Marshall ini sering dikenal dengan istilah Marshall Plan. Pada bulan April 1948,
Pada 30 September 1961, untuk memperluas ruang lingkup kerja sama maka
OECC diperbarui dengan OECD (the Organisation for Economic Co-operation and
penekanan pada aspek efisiensi, sistem pasar terbuka, sistem perdagangan bebas, dan
investasi dan perdagangan yang kuat serta mengembangkan teknologi, inovasi dan
73
Ibid
1. Keterbukaan (Transparancy)
Dalam prinsip ini, pemerintah harus memberikan informasi yang jelas kepada
maka pemerintah harus memberikan aturan dan panduan yang jelas mengenai
kompetitif.74
Dan kriteria untuk menjadi pejabat yang bekerja di bidang pengadaan publik
74
OECD, OECD Principles For Integrity In Publik Procurement, 2009, hlm 24
75
OECD, Ibid, hlm 30
yang sesuai, serta kewajiban untuk pelaporan internal. Selain itu, keteraturan
Pemerintah menangani keluhan dari calon pemasok secara adil dan tepat
besar kepada organisasi masyarakat sipil, media, dan publik yang lebih luas.
Pada Februari 2009, OECD juga telah mengeluarkan suatu pedoman yang
jawab kepada Presiden.77 Oleh karena itu, LKPP bukanlah lembaga yang independen
sehingga Presiden yang akan memilih dan memberhentikan Ketua LKPP. Awal mula
adanya Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan jasa adalah adanya sebuah unit
76
OECD, Pedoman Untuk Mengatasi Persekongkolan Tender dalam Pengadaan Publik,
2009, hlm 5
77
I Putu Jati Arsana, Manajemen Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, (Yogyakarta:
Deepublish, 2016), hlm. 106
sebagai unit kerja eselon II. PPKBJP dibentuk pada tahun 2005 dan mempunyai tugas
dalam proses pengadaan barang dan jasa yang bersumber dari APBN/APBD dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien dan mengutamakan prinsip persaingan usaha
yang sehat yang sifatnya transparan, terbuka serta adil bagi semua pihak dan dapat
kebijakan serta regulasi hukum yang mengatur tentang pengadaan barang dan jasa
pemerintah yang dimana harus sesuai dengan perkembangan jaman. Atas alasan
tersebut maka Pada 06 Desember 2007 dibentuklah LKPP yang diatur dalam
Peraturan Presiden No. 106 Tahun 2007 Tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
sejajar di kancah internasional, seperti lembaga-lembaga yang sama dan sudah ada di
78
Redaksi PUBinfo, LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa), diakses dari
https://pubinfo.id/instansi-255-lkpp--lembaga-kebijakan-pengadaan-barang--jasa-pemerintah.html,
Pada 04 April 2021
dalam pengadaan barang dan jasa Pemerintah. Fungsi dari Lembaga Kebijakan
79
LKPP, Sejarah dan Latar Belakang LKPP, diakses dari www.lkpp.go.id, Pada 04 April
2021
80
Peraturan Presiden No. 157 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 106 Tahun 2007 Tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 3
LPSE yang dilaksanakan oleh UKPBJ. Jadi LPSE bukanlah sebuah lembaga atau
Secara Elektronik adalah Pasal 73 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Peraturan Lembaga LKPP Nomor 14 Tahun 2018 tentang Layanan pengadaan Secara
Elektronik.
audit dan memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time guna mewujudkan
81
Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018, Pasal 1 Angka 21
82
Ibid, Pasal 73 Ayat (2)
memiliki peranan, yaitu layanan konsultasi, fasilitas dan fitur aplikasi, keluhan
kapasitas, dan keamanan informasi terkait dengan sistem pengadaan secara elektronik
memenuhi UU ITE 2008 dan PP No. 12 Tahun 2012. LPSE menyediakan fasilitas
undang yang mengatur tentang cipta kerja. Cipta Kerja adalah upaya penciptaan
kerja melalui usaha kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha
83
LPSE, Layanan Pengadaan Secara Elektronik, diakses dari
https://lpse.kominfo.go.id/eproc4/publik/tentangkami, Pada 22 April 2021
84
Error Handling (Penanganan Masalah) merupakan layanan LPSE dalam menangani
kendala teknis yang terjadi dalam penyelenggaraan SPSE. Lihat Peraturan Kepala LKPP No. 02 Tahun
2010, Pasal 24 Ayat (1).
85
Eproc LKPP, LPSE “Awal Hingga Kini”, diakses dari https://youtu.be/7qnXqCaPeuo, Pada
22 April 2021
86
Lembaga Kebijakan Barang/Jasa Pemerintah, Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik,
Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan, Pengawasan, Pengaduan, Sanksi, dan Pelayanan Hukum,
April 2018, hlm. 13
87
Bidding room adalah Ruang layanan pemasukan penawaran. Lihat Peraturan Kepala LKPP
No. 2 Tahun 2010, Pasal 23 Ayat (1)
berusaha, dan investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional.88
termasuk ketentuan yang terdapat dalam UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Perubahan beberapa pasal
dalam UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat diatur dalam Bab VI tentang Kemudahan Berusaha, tepatnya
Bagian Kesebelas tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Secara garis besar terdapat beberapa poin penting yang diubah dalam undang-
Dalam UU No. 5 Tahun 1999 diatur mengenai pelaku usaha dapat mengajukan
kedudukan hukum pelaku usaha paling lama 14 hari setelah menerima pemberitahuan
88
Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, Pasal 1 angka 1
89
Dalam Keputusan Presiden No. 97 Tahun 1999 diatur mengenai daerah hukum Pengadilan
Niaga yang terdiri atas:
a. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terdiri atas DKI Jakarta, Jawa Barat,
Sumatera Selatan, Lampung, dan Kalimantan Barat;
b. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar terdiri atas Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, dan Irian Jaya;
c. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan terdiri atas Sumatera Utara, Riau, Sumatera
Barat, Bengkulu, Jambi, Aceh;
Niaga yang menyatakan sejak tanggal 2 Februari 2021, maka perkara keberatan harus
Dalam UU No. 11 Tahun 2020, jangka waktu penanganan upaya keberatan dan
jangka waktu masing-masing 30 hari untuk penanganan perkara pada tahap upaya
3) Pengenaan Denda
pengenaan sanksi denda dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2021
Tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
ada diatur dalam UU No. 5/1999. Dalam ketentuan sebelumnya, perbuatan seperti
d. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya terdiri atas Jawa Timur, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Bali, NTB, dan NTT;
e. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang terdiri atas Jawa Tengah dan
Yogyakarta.
90
Dedy Kurniadi, Ketentuan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat Pasca UU Cipta Kerja (Omnibus Law), diakses dari
https://dedykurniadi.com/ketentuan larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat pasca uu cipta kerja omnibus law.html, Pada 20 April 2021
sebelum perubahan. Namun, UU Cipta Kerja mengatur hanya pelanggaran atas pasal
penegakan hukum yang dapat diimplementasikan. Pidana tetap dapat dikenakan atas
penyelidikan dan atau pemeriksaan, serta bagi pelaku yang menolak melaksanakan
Putusan KPPU.
Pemerintah No. 44 tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Terdapat beberapa poin yang diatur dalam Peraturan
dari keuntungan bersih yang diperoleh pelaku usaha pada pasar bersangkutan, selama
sebesar 10% dari jumlah penjualan pada pasar bersangkutan, selama jangka waktu
sesuai dengan alamat domisili dari pelaku usaha paling lambat 14 hari kerja setelah
menyangkut aspek formil maupun materil atas fakta yang menjadi dasar putusan
komisi. Pemeriksaan tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling cepat 3 bulan dan
paling lambat 12 bulan. Adapun tata cara pemeriksaan keberatan di Pengadilan Niaga
merupakan suatu kegiatan yang dilarang untuk dilakukan dalam hukum persaingan
5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, yang mana ketentuan Pasal 22 tersebut telah diubah dalam Putusan MK No.
mengeluarkan sebuah pedoman tentang Pasal 22, yaitu Peraturan KPPU No. 2 Tahun
tender juga diatur dalam pedoman OECD. Lembaga yang berwenang merumuskan
kebijakan di bidang pengadaan barang dan jasa adalah LKPP (Lembaga Kebijakan
91
Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 14
usaha sudah baik. Pelaksanaan penegakan hukum dalam kasus persekongkolan tender
sudah baik. Hal ini dapat dilihat bahwa sudah banyak kasus terkait persekongkolan
tender yang sudah diperiksa dan diputus oleh KPPU. Akan tetapi, meskipun sudah
banyak aturan hukum yang mengatur tentang larangan persekongkolan tender, masih
banyak terjadi kasus persekongkolan tender. Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas kita
No. 5 Tahun 1999 dalam UU No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan PP No. 44
Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
92
Fitri Novia Heriani, Ini Hasil Analisis KPPU Terkait Aturan Turunan UU Cipta Kerja,
diakses dari https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt602e43ef8fd58/ini-hasil-analisis-kppu-
terkait-aturan-turunan-uu-cipta-kerja, Pada 21 Mei 2021
dengan pengeluaran yang minimal, dalam kualitas dan kuantitas yang tepat, waktu
yang tepat, dan pada tempat yang tepat untuk menghasilkan keuntungan atau
kegunaan secara langsung bagi pemerintah, perusahaan atau bagi pribadi yang
dilakukan melalui sebuah kontrak. Barang adalah setiap benda, baik berwujud
maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
pelaku usaha. Sedangkan jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau
Pengadaan Barang dan Jasa adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa oleh
Pengadaan barang dan jasa merupakan perwujudan pelaksanaan tugas dan fungsi
Negara dalam memberikan pelayanan umum yang bersumber dari APBN dan APBD
69
Pengadaan barang dan jasa muncul karena adanya kebutuhan akan suatu barang
dan jasa. Dan oleh karenanya, masyarakat akan berusaha untuk mendapatkan barang
dan jasa tersebut dan bisa melalui pasar. Metode yang digunakan dalam jual beli di
pasar adalah dengan melakukan tawar menawar secara langsung antara penjual dan
pembeli. Artinya adalah transaksi jual beli tersebut terjadi setelah ada kesepakatan
harga antara penjual dan pembeli (pengguna barang dan jasa) dan pembeli akan
membayar harga berdasarkan harga yang telah disepakati dengan pihak penjual. Pada
hakekatnya, pengadaan barang dan jasa merupakan upaya untuk mendapatkan barang
dan jasa yang diinginkan dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar
keuangan Negara sehingga perlu memiliki penganturan tata kelola dan akuntabilitas.
Pengadaan barang dan jasa pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam
95
Ibid, Pasal 4
barang dan jasa, pengaturan tentang pelaksanaan PBJ diatur dalam Keppres tentang
atas:97
96
Siti Alisah, Sejarah Peraturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, diakses dari
https://ilmu.lpkn.id/2021/02/22/sejarah-peraturan-pengadaan-barang-jasa-pemerintah, Pada 09 April
2021
97
Agus Kasiyanto, Tindak Pidana Korupsi Pada Proses Pengadaan Barang dan Jasa,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hlm 56
13) Keputusan Presiden RI No. 6 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Keputusan
Presiden RI No. 16 Tahun 1994 Tentang Pelaksanaan APBN sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden RI No. 8
Tahun 1997;
14) Keputusan Presiden RI No. 17 Tahun 2000 Tentang Pelaksanaan APBN;
15) Keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah;
16) Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
17) Keputusan Presiden RI No. 61 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
18) Keputusan Presiden RI No. 32 Tahun 2005 Tentang Perubahan Kedua Atas
Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
19) Keputusan Presiden RI No. 70 Tahun 2005 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
20) Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2006 Tentang Perubahan Keempat Atas
Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
21) Peraturan Presiden RI No. 79 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kelima Atas
Keputusan Presiden Presiden RI No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
22) Peraturan Presiden RI No. 85 Tahun 2006 Tentang Perubahan keenam Atas
Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksaanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
23) Peraturan Presiden RI No. 95 Tahun 2007 Tentang Perubahan ketujuh Atas
Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksaanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
24) Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
25) Peraturan Presiden RI No. 35 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden RI No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
26) Peraturan Presiden RI No. 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
27) Peraturan Presiden RI No. 84 Tahun 2012 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dalam Rangka Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat;
28) Peraturan Presiden RI No. 172 Tahun 2014 Tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
Presiden98, yang dimana pengaturan terbarunya diatur dalam Peraturan Presiden No.
12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
Prinsip adalah suatu asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir
dan bertindak.99 Dalam pengadaan barang dan jasa terdapat beberapa prinsip
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 yang
terdiri atas:
a. Efisien
mengoptimalkan penggunaan dana dan daya yang terbatas guna mencapai sasaran
98
Peraturan Presiden adalah peraturan yang dibuat oleh Presiden yang sifatnya mengatur
untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan administrasi Negara dan
administrasi pemerintahan.
99
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses dari https://www.kbbi.web.id/prinsip, Pada 01
April 2021
100
Peraturan Presiden RI No. 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa, Penjelasan
Pasal 5 huruf a.
efisien adalah:101
1. Penilaian kebutuhan, yaitu apakah suatu barang dan jasa tersebut benar-benar
diperlukan oleh suatu instansi pemerintah.
2. Penilaian metode pengadaan harus dilakukan secara tepat sesuai kondisi yang
ada. Kesalahan pemilihan metode pengadaan dapat mengakibatkan
pemborosan biaya dan waktu.
3. Survei harga pasar sehingga dapat dihasilkan HPS (Harga Perkiraan Sendiri)
dengan harga yang wajar.
4. Evaluasi dan penilaian terhadap seluruh penawaran dengan memilih nilai
value for money yang terbaik.
5. Menerapkan prinsip-prinsip dasar lainnya dalam proses pemilihan penyedia
barang dan jasa.
b. Efektif
Pengertian dari prinsip ini adalah pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.102 Maksud dari manfaat yang besar
101
Penerapan Prinsip Pengadaan, diakses dari
https://pengadaan.kemdikbud.go.id//peenerapan prinsip dasar pengadaan bagian 1, Pada 09 April 2021
102
Op.cit, Penjelasan Pasal 5 huruf b
c. Transparan
Pengertian dari prinsip ini adalah semua ketentuan dan informasi mengenai
pengadaan barang dan jasa bersifat jelas dan dapat diketahui oleh penyedia
barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umunya. 103 Informasi tersebut
dapat berupa dasar hukum, syarat teknis, tata cara, mekanisme, spesifikasi
barang/jasa dan semua hal yang berkaitan dengan proses pengadaan barang dan
jasa.104
d. Terbuka
Pengertian dari prinsip ini adalah pengadaan barang dan jasa dapat diikuti oleh
ketentuan dan prosedur yang jelas.105 Setiap peserta yang memenuhi syarat dapat
dengan mudah memperoleh informasi mengenai prosedur yang jelas untuk mengikuti
e. Bersaing
yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh barang/jasa yang
ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang menggangu terciptanya
103
Ibid, Penjelasan Pasal 5 huruf c
104
Purwosusilo, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm
331
105
Op.cit, Penjelasan Pasal 5 huruf d
mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa. 106 Adapun yang menjadi syarat agar
suatu proses pengadaan barang dan jasa bersaing secara sehat adalah:107
1. Pengadaan barang dan jasa harus transparan dan dapat diakses oleh seluruh
calon peserta;
2. Kondisi yang memungkinkan masing-masing calon peserta mempu
melakukan evaluasi diri berkaitan dengan tingkat kompetisi serta peluang
untuk memenangkan persaingan;
3. Dalam setiap tahapan dari proses pengadaan harus mendorong terjadinya
persaingan sehat;
4. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa harus secara aktif menghilangkan hal-hal
yang menghambat terjadinya persaingan yang sehat;
5. Dihindarkan terjadinya conflict of interest108; dan
6. Ditegakkannya prinsip tidak diskriminasi.
f. Adil
Pengertian dari prinsip ini adalah memberikan perlakuan yang sama bagi semua
calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada
adalah mengikutsertakan usaha kecil, usaha menengah dan koperasi kecil dalam
penyediaan barang dan jasa haruslah dilaksanakan berdasarkan cara-cara yang telah
ditentukan dalam Peraturan Presiden dan tidak boleh ada kepentingan tertentu dari
perlakuan khusus bagi salah satu calon penyedia barang/jasa. Jika dalam proses
106
Ibid, Penjelasan Pasal 5 huruf e
107
Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang/Jasa yang Dipedomani, diakses dari
https://bppk.kemenkeu.go.id/content/artikel/balai-diklat-keuangan-malang-artikel-prinsipprinsip-
pengadaan-barangjasa-apakah-harus-dipedomani, Pada 09 April 2021
108
Conflict of interst atau konflik kepentingan adalah situasi dimana seorang karyawan yang
mendapatkan kekuasaan dan kewenangan memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi atas
setiap penggunaan wewenang yang dimilikinya, sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja
yang seharusnya. Uri Tanoto, Mengenal Conflict of Interest/Konflik Kepentingan di Perusahaan,
diakses dari https://www.jojonomic.com/blog/conflict-of-interest-2/, Pada 01 Mei 2021.
109
Loc.cit, Penjelasan Pasal 5 huruf f
pemilihan ada yang mendapat perlakuan tidak adil maka pihak calon penyedia yang
g. Akuntabel
Pengertian dari prinsip ini adalah harus sesuai dengan aturan dan ketentuan
pemerintah lebih kredibel adalah dengan menerapkan etika diantara pengelola dan
Kata “Etika” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata, yakni ethos
dan ethikos. Ethos artinya sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos artinya
susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).111
Etika dalam pengadaan barang dan jasa adalah perilaku yang baik dari semua
pihak yang terlibat dalam proses pengadaan barang dan jasa dimana maksud dari
perilaku baik ini adalah saling menghormati terhadap tugas dan fungsi masing-
110
Ibid, Penjelasan Pasal 5 huruf g
111
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses dari https://kbbi.web.id/etika, Pada 24 Maret
2021
masing pihak. Etika yang harus dipatuhi oleh Para Pihak dalam melakukan
a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai
sasaran, kelancaran, dan ketepatan tujuan pengadaan barang/jasa;
b. Bekerja secara profesional, mandiri dan menjaga kerahasiaan informasi yang
menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan pengadaan
barang/jasa;
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
persaingan usaha tidak sehat;
d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait;
e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang
terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berakibat persaingan
usaha tidak sehat dalam Pengadaan Barang/jasa;
f. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan Negara;
g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi; dan
h. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun
yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.
Dari uraian di atas dapat dideskripsikan bahwa suatu perbuatan yang tidak
dapat dilakukan dan sangat bertentangan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan
jasa adalah salah satu pihak atau lebih secara bersama-sama melakukan praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Oleh karena itu diperlukan adanya upaya
penegakan hukum.
Dan supaya tujuan pengadaan barang dan jasa tercapai dengan baik maka
semua pihak yang terlibat dalam proses pengadaan wajib mengikuti norma 113 yang
112
UU No. 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa, Pasal 7
113
Norma adalah suatu aturan yang mengatur tata cara bertingkah laku seseorang terhadap
orang lain atau terhadap lingkungannya.
berlaku. Jenis norma dalam pengadaan barang dan jasa terdiri atas dua, yaitu norma
tertulis dan norma tidak tertulis. Norma tertulis pada umumnya adalah norma yang
bersifat operasional sedangkan norma tidak tertulis pada umumnya adalah norma
Norma ideal dalam pengadaan barang dan jasa tersirat dalam pengertian tentang
norma yang bersifat operasional pada umumnya telah dirumuskan dan dituangkan
Dalam pengadaan barang dan jasa terdapat beberapa pihak yang terlibat,
yaitu:114
jasa yang bersumber dari APBN, maka yang jadi PA adalah Menteri dan Kepala
Lembaga, dan yang bersumber dari APBD adalah Kepala Dinas dan Kepala
Badan.116
114
Peraturan Presiden RI No. 12 Tahun 2021, Pasal 8
115
Ibid, Pasal 1 Angka 7
116
Christian Gamas, Pengguna Anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah
Daerah, diakses dari http://christiangamas.net/siapa-pengguna-anggaran-pada-kementerian-negara-
lembaga-pemerintah-daerah, Pada 03 April 2021
Kuasa pengguna anggaran adalah pejabat di bidang pengadaan yang ditunjuk oleh
Pengguna Anggaran untuk menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau ditunjuk oleh perangkat daerah untuk menggunakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam menjalankan tugasnya,
KPA dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.
c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil
menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah
ditetapkan.117
d. Pejabat Pengadaan
purchasing.
e. Pokja Pemilihan
Pokja Pemilihan adalah sumber daya manusia yang ditetapkan oleh kepala
f. Agen Pengadaan
117
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021, Pasal 1 Angka 10
118
UKPBJ (Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa) adalah unit kerja di
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi pusat keunggulan Pengadaan Barang/Jasa.
Lihat Pasal 1 Angka 11 Peraturan Presiden No. 12 tahun 2021
g. Penyelenggara Swakelola
Penyedia adalah pelaku usaha yang menyediakan barang dan jasa yang disepakati
berdasarkan kontrak. Penyedia harus memenuhi kualifikasi barang dan jasa yang
penunjukan langsung, tender cepat dan tender. Dalam pengadaan barang dan jasa,
119
Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Lihat Pasal 1 Angka 11
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 16 Tahun 2018 Tentang Agen
Pengadaan
120
Ibid, Pasal 1 Angka 16
121
Swakelola adalah pekerjaan yang dilaksanakan atau dikelola secara independen. Kamus
Besar Bahasa Indonesia, diakses dari https://www.kbbi.web.id, Pada 03 April 2021.
adalah aplikasi pengadaan barang dan jasa secara elektronik yang dikembangkan oleh
Indonesia. SPSE dikembangkan oleh LKPP dan bekerja sama dengan Badan Siber
dan Sandi Negara (BSSN) yang berfungsi untuk enkripsi dokumen, serta Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang berfungsi untuk sub sistem
122
Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Paralegal.id, Transaksi Elektronik,
diakses dari https://paralegal.id/pengertian/transaksi-elektronik, Pada 03 April 2021
123
Sistem pendukung SPSE terdiri atas:
a. Portal Pengadaan Nasional;
b. Pengelolaan sumber daya manusia pengadaan barang dan jasa;
c. Pengelolaan advokasi dan penyelesaian permasalahan hukum;
d. Pengelolaan peran serta masyarakat;
e. Pengelolaan sumber daya pembelajaran;
f. Monitoring dan evaluasi.
audit.124 Tujuan dari SPSE adalah meningkatkan efisensi proses pengadaan dan
a) Perencanaan Pengadaan
offline. Setelah RUP ada maka PA/KPA akan mengumumkan RUP melalui
SPSE.
b) Persiapan Pengadaan
penyedia dan hasil dari persiapan pengadaan ini akan dibuat dalam bentuk
c) Pemilihan Penyedia
d) Pelaksanaan Kontrak
kontrak.
124
LPSE, Sistem Pengadaan Secara Elektronik, diakses dari
https://lpse.kominfo.go.id/eproc4/publik/tentangkami, Pada 23 April 2021
125
Lembaga Kebijakan Barang/Jasa Pemerintah, Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik,
Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan, Pengawasan, Pengaduan, Sanksi, dan Pelayanan Hukum,
April 2018, hlm. 7
f) Pengelolaan Penyedia
g) Katalog elektronik
Katalog elektronik berisi informasi yang terdiri atas daftar, jenis, spesifikasi
teknis, TKDN, produk dalam negeri, produk SNI, produk industri hijau, negara
asal, harga, Penyedia, dan informasi lainnya terkait barang/jasa yang dapat
diakses setiap saat, sehingga proses pengadaan dapat menghemat waktu siklus
pengadaan.
Secara umum, pengadaan barang dan jasa secara elektronik dapat dilakukan
a. E-Tendering
Adalah tata cara pemilihan penyedia barang dan jasa yang dilakukan secara
terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang dan jasa yang terdaftar pada
SPSE dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang sudah
126
Utami Reginasti, “Tinjauan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Sistem Pengadaan
Barang/Jasa Elektronik”, Jurnal Pengadaan, Vol. 1, No. 2, April 2018, hlm. 30
ditentukan.127 Para pihak yang terlibat dalam e-tendering adalah PPK, ULP/Pejabat
Pengadaan dan penyedia barang dan jasa. Dalam aplikasi e-tendering terdapat
beberapa unsur-unsur yang harus dipenuhi, yaitu perlindungan hak atas kekayaan
elektronik tersebut hanya dapat dibaca pada waktu yang telah ditentukan.128
barang/ jasa130 yang tidak memerlukan penilaian kualifikasi, administrasi dan teknis,
E-Seleksi untuk pemilihan penyedia jasa konsultasi, serta E-Seleksi Cepat utuk
penyedia barang/ jasa yang tidak memerlukan penilaian kualifikasi, administrasi dan
b. E-Purchasing
127
I Putu Jati Arsana, Manajemen Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, (Yogyakarta:
Deepublish, 2016), hlm 113
128
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dalam Teori dan Praktik
serta Penerapan Hukumnya, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm 369
129
E-Lelang adalah metode pemilihan Penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
secara elektronik untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi syarat. Lihat Peraturan Kepala LKPP No. 1 Tahun 2015
Tentang E-Tendering, Pasal 1 angka 1.
130
Informasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa adalah data atau informasi elektronik mengenai
riwayat kinerja dan/atau data kualifikasi Penyedia barang dan jasa. Ibid, Pasal 1 angka 12.
131
Utami Reginasti, Loc.cit, hlm. 31
Adalah tata cara pembelian barang dan jasa melalui sistem katalog
payung134 kepada produsen atau penyedia utama sehingga harga yang ditawarkan
1) Terciptanya proses pemilihan barang atau jasa secara langsung melalui sistem
2) Efisiensi biaya dan waktu proses pemilihan barang atau jasa dari sisi penyedia
dalam mengikuti proses pengadaan sebab penyedia barang/jasa tidak perlu melakukan
tatap muka dengan panitia. Pengadaan barang/jasa elektronik pun dapat mencakup
wilayah yang lebih luas. Dengan terminimalisirnya tatap muka antara peserta dan
penyelenggara, berkurang juga potensi penyimpangan yang dapat dilakukan baik oleh
132
E-catalog adalah sistem informasi elektronik yang berisikan daftar, jenis, spesifikasi teknis
dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang dan jasa pemerintah. Sistem katalog
elektronik diselenggarakan oleh LKPP.
133
Ibid, hlm 116
134
Kontrak Payung (Framework Contract) adalah perjanjian dengan satu atau sejumlah
penyedia untuk melakukan pengadaan barang/jasa dengan menetapkan harga satuan (syarat dan
kondisi untuk dilakukan transaksi pembelian selama masa perjanjian berlaku). Nidaur Rahmah,
Mengenal Kontrak Payung: Syarat, Tujuan, dan Kelebihannya, diakses dari
https://www.pengadaanbarang.co.id/2019/07/kontrak-payung.html#:~:text=Kontrak Payung
Framework Contract adalah perjanjian dengan satu, untuk dilakukan transaksi pembelian selama masa
perjanjian berlaku, Pada 23 April 2021.
135
Utami Reginasti, Loc.cit, hlm 34
B. Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Tender Paket Rumah Sakit
Regional Langsa
(LPSE), yang digunakan untuk menyelenggarakan pengadaan barang dan jasa secara
Sistem Pengadaan Barang dan Jasa secara Elektronik (SPSE), yang dikembangkan
harus melalui LPSE. Oleh sebab itu, di setiap provinsi memiliki LPSE terkhusnya di
Aceh.137 Kantor LPSE ini juga memastikan semua prosesnya berjalan secara terbuka,
sangat penting. Salah satu peran pembangunan infrastruktur yang bertujuan untuk
Rumah sakit yang mempunyai fasilitas lengkap di Aceh hanyalah RSUD Zainil
136
Andre Ludya dan Sevenpri Candra, Perkembangan E-procurement di Indonesia, diakses
dari https://bbs.binus.ac.id/management/2017/11/perkembangan-e-procurement-di-indonesia-4/, Pada
24 Mei 2021
137
Kusumo, Mengenal Tentang LPSE Provinsi Aceh, diakses dari
https://rabiaplatform.com/mengenal tentang lpse provinsi aceh/, Pada 22 Mei 2021
medisnya. Hal ini membuat pasien dari daerah-daerah Aceh dirujuk ke RSUDZA dan
tidak maksimal. Hal tersebut membuat pelayanan Negara khusunya Pemerintah Aceh
terhadap masyarakat dalam bidang kesehatan belum sesuai dengan yang diharapkan.
Sistem pengadaan yang digunakan dalam pembangunan rumah sakit rujukan ini
pascakualifikasi satu file-harga terendah sistem gugur. 138 Pada saat pelaksanaan
pengadaan pembangunan rumah sakit ini terjadi perubahan regulasi yang mengatur
tentang pengadaan barang dan jasa (Perpres No. 54/2010 Perpres No. 16/2018)
dan perubahan aplikasi SPSE dari versi 3.0 menjadi versi 4.0. Dalam aplikasi SPSE
versi 4.0 tersebut sudah terdapat template namun belum sepenuhnya mengakomodir
isi Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 sehingga Pokja masih belajar dan
dan jasa yang digunakan dalam Tender Paket Pekerjaan Pembangunan Rumah Sakit
138
Putusan KPPU No. 04/KPPU-L/2020, hlm 4
menggunakan metode lelang elektronik atau E-Lelang. Pengadaan barang dan jasa
regulasi yang mengatur tentang pengadaan barang dan jasa (Peraturan Presiden No.
54/2010 Peraturan Presiden No. 16/2018) dan perubahan aplikasi SPSE dari versi
3.0 menjadi versi 4.0. Dalam aplikasi SPSE versi 4.0 tersebut sudah terdapat template
namun belum sepenuhnya mengakomodir isi Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018
Dengan adanya perubahan regulasi ini seharusnya diberikan jangka waktu sehingga
Pokja dan peserta tender dapat mempelajari dan menyesuaikan mekanisme pengadaan
barang/jasa.
PROVINSI ACEH
A. Kasus Posisi
Kasus posisi dalam Putusan KPPU No. 04/KPPU-L/2020 berawal dari laporan
publik. Yang menjadi objek dalam perkara ini adalah Tender Paket Pekerjaan
Anggaran 2018. Dalam Putusan KPPU No. 04/KPPU-L/2020, ini terdapat beberapa
pihak yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terkait
persekongkolan tender, yang terdiri atas PT Mina Fajar Abadi (Terlapor I), PT
Sumber Alam Sejahtera (Terlapor II), PT Arafah Alam Sejahtera sebagai (Terlapor
III), PT Betesda Mandiri (Terlapor IV), PT Eka Jaya Lestari (Terlapor V), PT Adhi
Putra Jaya (Terlapor VI), dan Pokja Konstruksi–LXXXIX Biro Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah Aceh Tahun Anggaran 2018 (Terlapor VII). 139
Kronologis dalam kasus ini adalah Pada 27 Juli 2018, Kepala Biro Pengadaan
Barang dan Jasa menugaskan kepada Pokja untuk melaksanakan pelelangan secara
139
Ibid, hlm 1-2
90
Abadi, PT Sinatria Inti Surya, PT Pentas Menara Komindo, PT Eka Jaya Lestari, PT
Ekha Nadi Pratama, PT Putra Ananda, PT Sepakat Jaya Nusantara, dan PT Tanjong
Harapan.
terhadap data administrasi yang disampaikan oleh peserta tender dan evaluasi hanya
dilakukan terhadap hal-hal yang tidak dinilai pada saat penilaian kualifikasi. Dan
pada evaluasi ini, terdapat tujuh perusahaan yang lulus, yaitu PT Sas Bunaiyya
PT Mina Fajar Abadi, PT Sinatria Inti Surya, dan PT Pentas Menara Komindo.
140
Evaluasi teknis dilakukan terhadap dokumen penawaran teknis peserta tender, terdiri atas:
a. Metode Pelaksanaan Pekerjaan;
b. Analisa Teknis;
c. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan;
d. Jenis, Kapasitas, Komposisi dan Jumlah Peralatan Minimal Yang Disediakan;
e. Spesifikasi Teknis;
f. Personil Inti;
g. Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K);
h. Bagian Pekerjaan yang akan Disubkontrakkan.
ini, hanya PT Mina Fajar Abadi lah satu-satunya perusahaan yang lulus. Dan pada
tahap evaluasi berikutnya, yaitu evaluasi harga dan kualifikasi, PT Mina Fajar Abadi
dinyatakan lulus.
Mina Fajar Abadi. Setelah pemenang tender diumumkan, Pokja menerima sanggahan
dari beberapa peserta tender, yaitu PT Adhi Putra Jaya (Sanggahan dijawab pada 13
pelanggaran yang dilakukan oleh Para Terlapor terkait persekongkolan tender yang
Sejahtera, PT Betesda Mandiri, dan PT Eka Jaya Lestari, dan PT Adhi Putra
Jaya.
“selanjutnya”.
List Black List), serta nomor waarmerking yang berurutan, tanggal dan
yang diterbitkan oleh pihak yang sama, yaitu PT Asuransi Rama Satria
Wibawa Cabang Banda Aceh dan diterbitkan pada tanggal yang sama yaitu
141
waarmerking adalah dokumen/surat yang bersangkutan didaftarkan dalam buku khusus
yang dibuat oleh Notaris pada waktu tertentu. Irma Devita, Legalisasi atau Waarmeking, diakses dari
https://irmadevita.com/2012/legalisasi-dan-waarmerking/, Pada 24 Mei 2021
persekongkolan dalam tender. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kesamaan
kesalahan Penulisan dokumen, nomor surat yang berurutan baik itu jaminan
Dalam kasus ini, Pihak pokja juga terbukti telah melakukan tindakan post
bidding dalam dokumen pengadaan PT Mina Fajar Abadi. Pokja dilarang melakukan
tindakan post bidding karena dapat menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat.
Hal ini dapat dilihat dari tindakan Pokja yang menerima Sertifikat SKA Ahli K3-
upload dokumen penawaran dilakukan pada 13 Agustus 2018 (Pukul 09.00 WIB)
persekongkolan vertikal dalam kasus tender paket pembangunan rumah sakit regional
Langsa. Persekongkolan tersebut dilakukan oleh Terlapor I dan Terlapor VII dalam
pengadaan tersebut, khususnya dalam bentuk berbagai pembiaran dan fasilitasi yang
142
Op.cit, hlm 200
mendapatkan pekerjaan.
untuk umum pada hari Kamis, 11 Februari 2021, yang di mana amar putusannya
terdiri atas:143
1. Terlapor I dan Terlapor VII terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar
2. Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor VI tidak
Pemerintah.
143
Ibid, hlm 200-201
Regional Langsa
dan jasa dalam pengadaan barang/jasa adalah adanya tindakan post bidding. Istilah ini
cukup populer karena selain berhubungan langsung dengan proses dan hasil
pemilihan, istilah ini sering dipakai menjadi rujukan untuk setiap masalah
Tindakan post bidding diatur dalam Pasal 79 Peraturan Presiden No. 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dalam pengadaan barang dan jasa,
terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat. Dalam Pasal 79 Peraturan Presiden No.
144
Edi Setiawan, Memahami Post Bidding dalam Pengadaan Barang/Jasa, diakses dari
http://blp.babelprov.go.id/content/memahami-post-bidding-dalam-pengadaan-barangjasa pada 234 Mei
2021
145
Ibid
bukti atau indikasi terjadinya persaingan usaha tidak sehat pada saat evaluasi
penawaran maka pihak pengadaan menyatakan bahwa pelelangan tersebut gagal. 146
jalan mengubah dokumen penawaran dan dokumen pengadaan pada tahap evaluasi
penawaran. Sementara itu peserta lelang hanya dapat melakukan perubahan pada
dokumen penawaran.147
Rumah Sakit Rujukan Regional Langsa terjadi post bidding yang dilakukan oleh
persyaratan daftar personil inti untuk posisi site manager adalah memiliki sertifikat
SKA Teknik Bangunan Gedung Madya dan SKA Ahli K3-Konstruksi-Madya. Dalam
untuk posisi site manager yang hanya memiliki sertifikat SKA Teknik Bangunan
kepada Pokja pada saat pembuktian kualifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa Pokja
menerima tambahan dokumen Terlapor I, yang mana hal ini dilarang dilakukan dalam
tender.
146
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010, Pasal 83 Ayat (1)
147
Edi Setiawan, Op.cit
Dalam penanganan suatu perkara terdapat sejumlah tahapan untuk sampai pada
tahap pembacaan putusan. Salah satu tahapan tersebut adalah tahap pembuktian.
dan kepastian dalam hal peradilan. Pada hakikatnya, hukum pembuktian diadakan
perkara yang berasal dari laporan atau perkara inisiatif dari KPPU akan terbukti atau
tidak. Dalam hal terdapat bukti yang cukup maka terlapor akan dinyatakan terbukti
Begitupun sebaliknya, apabila tidak terbukti maka Majelis Komisi akan menjatuhkan
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
tidak terbukti secara sah dan menyakinkan. Dengan adanya pembuktian akan menjadi
Persaingan Usaha.
kepada majelis komisi yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi
tidak hanya memberi kepastian kepada majelis, tetapi juga bagaimana terjadinya
suatu peristiwa, yang tidak tergantung pada tindakan para pihak, seperti persangkaan
dan keyakinan majelis atas keterangan terlapor. Maksud dari pembuktian adalah
suatu perkara persaingan usaha, baik itu yang sumber perkaranya berasal dari laporan
masyarakat maupun inisiatif dari KPPU mengenai dugaan pelanggaran terhadap pasal
atau ayat tertentu dari UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
Dalam suatu perkara persaingan usaha, tidak semua dalil yang menjadi dasar
laporan harus dibuktikan kebenarannya karena dalil yang tidak disangkal terlebih
diakui sepenuhnya oleh terlapor tidak perlu dibuktikan lagi. Apabila pelaku usaha
terlapor mengakui kebenaran dari laporan tersebut maka sudah cukup alasan bagi
majelis komisi untuk menjatuhkan putusan bahwa pelaku usaha terbukti melakukan
KPPU, Majelis Komisi akan menentukan siapa diantara pihak-pihak berperkara yang
diwajibkan untuk memberikan bukti. Dengan kata lain, majelis komisilah yang akan
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang menjadi alat bukti dalam hukum
1. Keterangan Saksi
Keterangan Saksi 149 dianggap sebagai alat bukti apabila keterangan itu
berkenaan dengan hal yang dialami, dilihat, atau didengar oleh Saksi sendiri.
Keterangan saksi bisa dinyatakan dalam bentuk tertulis maupun lisan dan
148
Binoto Nadapdap, Hukum Acara Persaingan Usaha Pasca Putusan Makahmah Konstitusi,
(Jakarta: Kencana, 2020), hlm 101
149
Saksi adalah setiap orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyelidikan dan/atau pemeriksaan tentang suatu perkara pelanggaran Undang-Undang, yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri serta mempunyai pengetahuan yang terkait langsung
terjadinya pelanggaran Undang-Undang. Lihat Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2019, Pasal 1 angka 15.
berdasarkan jabatannya.150
2. Keterangan Ahli
yang diajukan sebagai alat bukti merupakan salinan atau copy surat atau
4. Petunjuk
persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan
150
Binoto Nadapdap, Op.cit, hlm 104
bukti ekonomi dan atau bukti komunikasi yang oleh Majelis Komisi diyakini
kebenarannya.
pelaku usaha, kecuali berdasarkan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh
Majelis Komisi.
investigator komisi dan para terlapor. Agenda sidang pemeriksaan alat bukti
a. Persekongkolan Horizontal
persekongkolan yang dilakukan oleh Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor
IV, Terlapor V, dan Terlapor VI. Adapun pembuktian terhadap penemuan indikasi
banyak yang sama) antar Peserta Tender Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III,
151
Metadata adalah ringkasan detail mendasar tentang suatu data. Nadiyah Rahmalia, Apa itu
Metadata?, diakses dari https://glints.com/id/lowongan/metadata-adalah/, Pada 30 Mei 2021
Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor VI. Menurut Keterangan Ahli LKPP
mencari apakah ada indikasi dari persekongkolan tender, dan apabila ada
kesamaan dalam pengetikan atau dilakukan oleh satu orang dengan user ID atau
Dalam metadata Para Terlapor hanya memiliki kesamaan pada author saja, yaitu
kesamaan metadata tidak bisa serta merta langsung menyimpulkan berasal dari
yang terjadi. Terlapor VII meneliti kembali berkas dokumen dan ternyata ada file
yang diterima dari CD yang diserahkan KPA via ULP terjadi kesamaan metadata
dengan nama author Saiful. Dalam hal ini kesamaan metadata tidak terbukti
2018. Dalam hal ini Terlapor II menyatakan bahwa mereka tidak pernah
membuat surat kuasa ini dan mereka menyebutkan bahwa ada yang
Dapat disimpulkan bahwa yang membuat surat kuasa Terlapor I dan Terlapor II
Dalam dokumen Surat Pernyataan Tunduk Kepada Spesifikasi Teknis dan Surat
kemiripan, yaitu nomor surat yang berurutan, kesamaan kesalahan Penulisan dari
untuk Pekerjaan Beton antara Terlapor I dan Terlapor II mempunyai nomor surat
yang berurutan, adanya kesamaan kesalahan Penulisan (Blac List Black List),
serta nomor waarmerking yang berurutan, tanggal dan notaris yang sama.
yang mana format surat tersebut diperoleh dari Ichwan (Direktur Cabang
Terlapor I), dan pada saat pelaksanaan pekerjaan tidak ada menggunakan
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa terkait kesamaan dokumen Terlapor I
meminjam perusahaan Terlapor II. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Terlapor
152
waarmerking adalah dokumen/surat yang bersangkutan didaftarkan dalam buku khusus
yang dibuat oleh Notaris pada waktu tertentu. Irma Devita, Legalisasi atau Waarmeking, diakses dari
https://irmadevita.com/2012/legalisasi-dan-waarmerking/, Pada 24 Mei 2021
penawaran Terlapor II dibuat oleh orang yang sama atau adanya tindakan
penyesuaian dokumen.
Menurut keterangan Ahli LKPP (Nosin), apabila ada kesamaan dokumen dan
yang membuat dokumen tersebut dilakukan oleh satu orang. Nosin juga
mungkin ada kesalahan pengetikan yang sama dan format yang sama.
dipercaya bahwa kesamaan tersebut terjadi secara kebetulan dan para pihak
membuat dokumen secara mandiri. Dalam hal ini terbukti bahwa dokumen
Perusahaan yang sama, yaitu PT Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Banda
Aceh dimana dokumen tersebut diterbitkan pada tanggal yang sama (08 Agustus
berdasarkan arahan dari Saiful (orang yang meminjam perusahaan terlapor VI).
bahwa Terlapor I dan Terlapor VI datang pada hari yang sama, nomor surat
berurutan karena pada hari itu sepi pelanggan. Adapun jaminan penawaran
Terlapor I dibuat oleh anak buah saudara Edi yang sudah meninggal dan Terlapor
Terlapor II, Terlapor IV dan Terlapor V untuk mengikuti tender yang bertujuan untuk
perusahaan lain untuk mendaftar dan memasukkan dokumen penawaran. Hal ini
bahwa akun LPSE mereka dipakai oleh orang yang tidak dikenal. Terlapor V juga
mengakui bahwa telah memberikan user id dan password LPSE kepada rekan kerja.
Posisi Terlapor II, Terlapor III, Terlapor V dan Terlapor VI dalam tender ini hanya
sebagai pendamping saja. Hal ini bisa dilihat dari tindakan mereka yang tidak
b. Persekongkolan Vertikal
penawaran secara seksama dan tidak memperhatikan check list terkait indikasi
persekongkolan dalam tender. Hal ini dilihat dari adanya kesamaan kesalahan
Penulisan dalam dokumen, nomor surat yang berurutan dan dokumen jaminan
penawaran yang diterbitkan oleh perusahaan yang sama, yang mana merupakan
tender seharusnya pokja menggugurkan para peserta tender yang melakukan tindakan
Terlapor I, dimana tindakan post bidding dilarang untuk dilakukan dalam pengadaan
barang dan jasa karena dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat, sebagaimana
telah diatur dalam Pasal 79 Ayat (2) PP No. 54 Tahun 2010. Tindakan post bidding
Tindakan ini ditemukan dengan diterimanya sertifikat untuk daftar personil inti untuk
Dalam dokumen pengadaan, syarat untuk posisi site manager harus mempunyai
sertifikat SKA Teknik Bangunan Gedung Madya dan SKA Ahli K3-Konstruksi-
Madya. Akan tetapi dalam dokumen penawaran, Terlapor I menawarkan Zarli Yanto,
ST untuk posisi site manager yang hanya memiliki satu sertifikat, yaitu sertifikat
SKA Teknik Bangunan Gedung Madya. Adapun sertifikat (SKA Ahli K3-Konstruksi-
Madya) diperlihatkan kepada Pokja pada saat pembuktian kualifikasi. Hal ini
menimbulkan tindakan post bidding oleh Pokja karena masih menerima sertifikat
yang merupakan salah satu syarat dokumen pengadaan setelah penyerahan dokumen
Agustus 2018 (Pukul 09.00 WIB) sedangkan pembuktian kualifikasi dilakukan pada
04 September 2018 (16.00 WIB). Oleh sebab itu, dalam evaluasi teknis seharusnya
Terlapor I tidak lulus karena tidak memenuhi salah satu persyaratan dalam dokumen
pengadaan.
sumpah. Adapun yang menjadi saksi dalam perkara ini adalah Saifuddin,
Frans, Ir. Almas, dan Hasrizal Hasanudin, SE. sedangkan yang memberikan
keterangan ahli dalam perkara ini adalah Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum,
Ferry Anggriawan dan M. Jamal dan 1 orang Ahli, yaitu Jimmi Zikria beserta
12 bukti surat.
1. TVII-01 Surat dari Dinas Kesehatan Adanya pelimpahan dokumen RPP dari Dinas Telah di nazagelen dan
Nomor139/DINKESAPBA/IV/2018 tanggal 19 Kesehatan kepada Biro Pengadaan Barang dan diberi materai secukupnya
April 2018 Hal: Pelimpahan Dokumen RPP yang Jasa untuk dapat diproses lelang
ditujukan ke Kepala Biro Pengadaan Barang dan
Jasa Setda Aceh
2. TVII-02 Lembar Pemeriksaaan Dokumen RPP SKPA dan Adanya dokumen RPP SKPA yang diserahkan Telah di nazagelen dan
Berita Acara Hasil Pemeriksaan tanggal 27 April oleh Dinas Kesehatan telah diperiksa dan diberi materai secukupnya
2018 dokumennya telah lengkap berdasarkan berita
acara hasil pemeriksaan
3. TVII-03 Daftar Nama Tim Penerima Dokumen (TPD) RPP Bahwa tahun 2018 tim penerima tidak di SKkan Telah di nazagelen dan
SKPA T.A. 2018 tetapi hanya dibuat daftar nama tim saja diberi materai secukupnya
153
Putusan KPPU No. 04/KPPU-L/2020, hlm 146
4. TVII-04 Surat Penugasan Nomor 027/SP/149/PBJ/20 18 Adanya penugasan dari Kepala Biro Pengadaan Telah di nazagelen dan
kepada Pokja Konstruksi LXXXIX tanggal 21 Mei Barang dan Jasa Setda Aceh kepada Pokja diberi materai secukupnya
2018 Kontruksi LXXXIX untuk melaksanakan proses
pelelangan terhadap paket pekerjaan
Pembangunan RS Rujukan Regional Langsa
5. TVII-05 Softcopy Dokumen Rencana Pelaksanaan a. Bahwa menunjukan dokumen RPP tersebut Telah di nazagelen dan
Pengadaan (RPP) dari SKPA menjadi dasar Penulisan Pokja dalam diberi materai secukupnya
membuat dokumen pengadaan.
b. Bahwa dalam dokumen RPP dari SKPA
author-nya juga Saiful dan membuktikan
tidak ada hubungan Pokja dengan author
Saiful dalam dokumen penawaran peserta
tender.
6. TVII-06 Jadwal Pelelangan Pokja LXXXIX Bahwa Pokja LXXXIX telah menayangkan Telah di nazagelen dan
tahapan dan jadwal pelelangan melalui diberi materai secukupnya
lpse.acehprov.go.id
7. TVII-07 Sertifikat K3 atas nama Saudara Zarli Yanto Bahwa membuktikan adanya Sertifikat keahlian Telah di nazagelen dan
K3 untuk posisi Site Manager PT Mina Fajar diberi materai secukupnya
Abadi sebagaimana yang dipersyaratkan di
dalam dokumen pengadaan
8. TVII-08 Summary Report Pelelangan Paket Pekerjaan Adanya ringkasan proses pengadaan Paket Telah di nazagelen dan
Pembangunan RS Rujukan Regional Langsa Pekerjaan Pembangunan RS Rujukan Regional diberi materai secukupnya
Langsa yang menjelaskan proses dari informasi
tender sampai sanggahan lelang
9. TVII-09 Softcopy Dokumen Pengadaan Untuk menjelaskan dan memberi informasi Telah di nazagelen dan
tentang pelaksanaan tender diberi materai secukupnya
10. TVII-10 Surat Sanggah dan Jawaban Sanggah Untuk menjelaskan beberapa peserta tender Telah di nazagelen dan
mengajukan sanggah dan Pokja LXXXIX telah diberi materai secukupnya
menjawab sanggah tersebut berdasarkan
ketentuan persyaratan yang tertuang dalam
Dokumen Pengadaan
11. TVII-11 Personil inti PT Sinatria Inti Surya (posisi ahli Untuk menjelaskan personil inti yang diajukan Telah di nazagelen dan
arsitektur atas nama Ir. Asmardi berprofesi sebagai PT Sinatria Inti Surya tidak sesuai dengan diberi materai secukupnya
dosen) yang diajukan dalam dokumen penawaran Dokumen Pengadaan Bab III IKP Poin Nomor
tidak sesuai dengan dokumen pengadaan. 26.5 Evaluasi Teknis ayat 7 karena profesi dosen
terikat dengan pekerjaannya sehingga tidak
mungkin dapat ditempatkan secara penuh pada
pekerjaan ini.
12. TVII-12 Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor Untuk menjelaskan bahwa Pokja LXXXIX telah Telah di nazagelen dan
01/POKJALXXXIX/05- 10/2018 melakukan pelelangan berdasarkan ketentuan diberi materai secukupnya
peraturan perundang-undangan
oleh KPPU. Berikut gambaran kasus persekongkolan tender yang telah diperiksa dan
Tabel 2. Daftar Putusan KPPU Terkait Persekongkolan Tender Pada Tahun 2016-2021154
No Kasus Perkara No. Perkara Terlapor Amar Putusan Upaya Hukum
.
1. Tender Rehab/Pemeliharaan Jalan 05/KPPU- 8 a. Terlapor 5 dan 6 tidak terbukti melanggar -
Lingkar Timur Kota Prabumulih L/2015 Pasal 22 UU No. 5/1999
Provinsi Sumatera Selatan Tahun b. Denda T.2 Rp 1.446.151.000
Anggaran 2013
c. Denda T.3 Rp 850.677.000
d. Denda T.4 Rp 935.745.000
e. Denda T.7 Rp 935.745.000
f. T.8 dilarang mengikuti tender selama 2
tahun di Kota Prabumulih
154
KPPU, Database Putusan KPPU, diakses dari http://putusan.kppu.go.id/simper/menu/,
Pada 24 Mei 2021
6. Tender Pengadaan Barang/Jasa 20/KPPU- 4 a. Denda T.1 Rp 9.056.479.194 Kasasi Putusan MA No. 724K/Pdt.
Konstruksi di Lingkungan Satuan L/2015 b. Denda T.2 Rp 3.027.656.394 SusKPPU/ 2017. Amar Putusan:
Kerja Pelaksana Jalan Nasional c. Denda T.3 Rp 2.029.778.604 Memperbaiki Putusan KPPU
Wilayah I Provinsi Nusa Tenggara dengan mengurangi denda terlapor
Barat Tahun Anggaran 2015 yaitu:
a. Denda T.1 Rp1,5 M
b. Denda T.2 Rp 1 M
c. Denda T.3 Rp 1 M
7. Pekerjaan Peningkatan Jalan Pesut 01/KPPU- 5 a. Denda T.1 Rp 1.927.965.395 -
Kabupaten Kutai Kartanegara L/2016 b. Denda T.2 Rp 942.560.860
Tahun Anggaran 2015 c. Denda T.3 Rp 385.593.079
d. Denda T.4 Rp 942.560.860
8. Paket Pekerjaan Pembangunan 06/KPPU- 5 a. T.5 tidak terbukti secara sah dan Kasasi Putusan MA Nomor
Bendung DI Sidilanitano 2420 HA L/2016 menyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 5K/Pdt.Sus- KPPU/2019. Amar
Kabupaten Tapanuli Utara dan 5/1999 Putusan:
Paket Pekerjaan Bendung DI Menguatkan Putusan KPPU
b. Denda T.1 Rp 3.335.000.000
Sitakkurak 1000 HA Kabupaten
Tapanuli Tengah Tahun Anggaran c. Denda T.2 Rp 4.711.000.000
2015-2017 (Multiyears) d. Denda T.3 Rp 893.000.000
9. Pengadaan Pupuk Intensifikasi 07/KPPU- 8 a. Denda T.3 Rp 1.939.355.520 Kasasi Putusan MA No.
Tanaman Kakao di Dinas L/2016 b. Denda T.4 Rp 645.227.520 1175K/Pdt.Sus-KPPU/2018. Amar
Perkebunan Provinsi Sulawesi c. Denda T.5 Rp 646.177.920 Putusan:
Selatan Tahun Anggaran 2015 Menguatkan Putusan KPPU
d. Denda T.6 Rp 651.563.520
e. Denda T.7 Rp 126.136.800
11. Paket Pelelangan Proyek 15/KPPU- 10 a. Denda T.1 Rp 4.084.800.000 Kasasi Putusan MA No.
Peningkatan Struktur Jalan I/2016 b. Denda T.2 Rp 2.245.800.000 162K/Pdt.SusKPPU/2019. Amar
Putussibau-Nanga Era, Peningkatan c. Denda T.3 Rp 1.223.000.000 Putusan:
Struktur Jalan Putussibau-Nanga Menguatkan Putusan KPPU -
d. Denda T.4 Rp 116.400.000
Era-Bts.Kaltim, Proyek Pelebaran
Jalan Nanga Semangut-Bts.Kota e. Denda T.5 Rp 110.600.000
Putussibau-Tanjung Kerja dan f. Denda T.6 Rp 202.500.000
Proyek Pelebaran Jalan Nanga g. Denda T.7 Rp 2.071.800.000
Semangut-Putu sibau Kalbar h. Denda T.8 Rp 33.900.000
i. Denda T.9 Rp 91.900.000
14. Pelelangan Pekerjaan Lanjutan 18/KPPU- 19 a. Denda T.1 Rp 2.133.000.000 Keberatan di PN Medan No.
16. Paket Pekerjaan Preservasi Dan 19/KPPU- 4 a. T.4 4 tidak terbukti secara sah dan -
Pelebaran Jalan Arah Muara I/2016 menyakinkan melanggar Pasal 22 UU No.
Tebo/Pattimura (Muara Bungo) – 5/1999
Sei. Bengkal
b. Denda T.1 Rp 1.957.486.847
c. Denda T.2 Rp 978.743.424
d. Denda T.3 Rp 978.743.424
17. Paket Pekerjaan Preservasi dan 18/KPPU- 4 a. T.4 tidak terbukti secara sah dan Kasasi Putusan MA No.
Pelebaran Bts. Provinsi Riau- I/2016 menyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 1009K/Pdt.Sus-KPPU/2018. Amar
Merlung-Sp. Niam APBN 2016 5/1999 Putusan:
Membatalkan Putusan PN Jambi
b. Denda T.1 Rp 2.745.900.000
No. 01/Pdt.G/KPPU/2017/PN.Jmb
c. Denda T.2 Rp. 588.400.000 dan menguatkan putusan KPPU
d. Denda T.3 Rp 588.400.000
24. Tender Paket Preservasi 03/KPPU- 4 a. T.1, T.2, T.3, dan T.4 terbukti secara sah -
Rekonstruksi Jalan dan L/2018 dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU
Pemeliharaan Rutin Jembatan No. 5/1999
Simpang Sei Asam-Takaras-
b. Denda T.2 Rp 1.565.000.000
Tumbang Talaken, Kalteng, T.A.
2017 c. Denda T.3 dan T.4 Rp 1.000.000.000
d. Panitia Pokja dilarang sebagai panitia
tender yang sumber proyeknya berasal dari
APBN/APBD selama 1 tahun
e. T.2 dan T.3 dilarang mengikuti tender
yang berasal APBN/APBD selama 2 tahun
f. T.4 dilarang mengikuti tender yang asal
dana dari APBN/APBD selama 1 tahun
25. Preservasi Rekonstruksi Esang- 11/KPPU- 3 a. T.1, T.2, T.3, dan T.4 terbukti secara sah -
Rainis-Melonguane-Beo, Tahun I/2017 dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU
Anggaran 2017 No. 5/1999
b. Denda T.2 Rp 3.665.873.880
c. Denda T.3 Rp 1.000.000.000
26. Paket Lelang Preservasi 06/KPPU- 4 a. T.1, T.2, T.3, dan T.4 terbukti secara sah -
Rekonstruksi Jalan Dan L/2018 dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU
Pemeliharaan Rutin Jembatan No. 5/1999
Kalahien-Buntok-Ampah di
b. Denda T.2 Rp 1.152.144.270
Lingkungan Pokja Satker Pelaksana
Jalan Nasional Wilayah III Provinsi
Kalteng Tahun Anggaran 2017
27. Lelang Preservasi Rekonstruksi 05/KPPU- 3 a. T.1 tidak terbukti secara sah dan -
Jalan dan Pemeliharaan Rutin L/2018 meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No.
Jembatan Bukit Batu-Lungkuh 5/1999
Layang-Kalahien, Satuan Kerja b. T.2 dan T.3 terbukti secara sah dan
Pelaksanaan Jalan Nasional
Wilayah III, Provinsi Kalimantan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No.
Tengah, Tahun Anggaran 2017 5/1999
c. Denda T.2 Rp 1.034.999.000
d. Denda T.3 Rp 1.086.749.000
28. Lelang Preservasi Rekonstruksi 04/KPPU- 3 a. T.1, T.2, T.3 terbukti secara sah dan -
Jalan dan Pemeliharaan Rutin L/2018 meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No.
Jembatan Palangka Raya-Bagugus- 5/1999
Bukit Batu, Kalteng, Tahun
b. Denda T.2 Rp 1.709.446.598
Anggaran 2017
c. Denda T.3 Rp 1.000.000.000
29. Paket Pembangunan Jalan Balige by 13/KPPU- 4 a. T.1, 2, 3, dan 4 terbukti secara sah dan -
Pass Pada Satker Pelaksanaan Jalan L/2018 meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No.
Nasional Wilayah I Provinsi 5/1999
Sumatera Utara Tahun Anggaran
b. Denda T.1 Rp 1.800.000.000
2017
c. Panitia Pokja dilarang menjadi Panitia
Tender dalam proyek yang sumber
30. Pelelangan Paket Pekerjaan 20/KPPU- 6 a. T.1 tidak terbukti secara sah dan -
Pemeliharaan Berkala Jalan pada I/2018 meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No.
Dinas Pekerjaan Umum dan 5/1999
Penataan Ruang (PUPR) Sumber
b. Denda T.3 Rp3.700.000.000
Dana Spesific Grant/APBD
Kabupaten Kediri TA 2017 c. Denda T.4 dan T.5 Rp 1.000.000.000
d. Panitia Pokja dilarang menjadi Panitia
tender Pengadaan Barang dan/atau Jasa
yang dibiayai APBN/APBD selama 2
tahun
e. T.3 dilarang mengikuti tender pada bidang
jasa konstruksi jalan yang sumber
pembiayaannya dari APBN/APBD selama
2 tahun
f. T.4, T.5, dan T.6 dilarang untuk mengikuti
tender pada bidang jasa konstruksi jalan
yang sumber pembiayaannya dari
APBN/APBD selama 1 tahun
31. Paket Pekerjaan Pembangunan 19/KPPU- 7 a. T.1 tidak terbukti melakukan pelanggaran -
Jalan dan Paket Peningkatan Jalan I/2018 terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999
oleh Dinas Pekerjaan Umum dan b. Denda T.3 Rp 5.826.000.000
Penataan Ruang Kabupaten Kediri
c. Denda T.4 Rp 5.826.000.000
Sumber Dana DAU APBD
Kabupaten Kediri TA 2017 d. Denda T.5 Rp1.942.000.000
e. Denda T.6 Rp 1.942.000.000
f. Panitia Pokja selaku T.1I dilarang untuk
menjadi Panitia Tender Pengadaan Barang
dan/atau Jasa yang dibiayai APBN/ APBD
selama 2 tahun
g. T.3 dilarang mengikuti tender pada bidang
jasa konstruksi jalan yang sumber
pembiayaannya dari APBN/APBD selama
2 tahun
h. T.3, T.4, T.5 dan T.6 dilarang mengikuti
tender pada bidang jasa konstruksi jalan
yang sumber pembiayaannya dari
APBN/APBD selama 1 tahun
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sudah banyak kasus terkait
persekongkolan tender yang diputus oleh KPPU pada tahun 2016-2021. Dalam tabel
di atas terdapat satu kasus persekongkolan terkait tindakan post bidding yang sudah
diputus oleh Majelis Komisi, yaitu Kasus Perkara No. 14/KPPU-L/2019 Tentang
Pelelangan Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Terkait Sistem
berdasarkan alat bukti yang diatur dalam Pasal 42 UU No. 5/1999. Adapun alat bukti
yang digunakan dalam perkara ini adalah keterangan saksi, keterangan ahli,
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Putusan KPPU No.
04/KPPU-L/2020
Terdapat beberapa pihak terlapor dalam perkara ini, yaitu PT Mina Fajar Abadi
(Terlapor I), PT Sumber Alam Sejahtera (Terlapor II), PT Arafah Alam Sejahtera
sebagai (Terlapor III), PT Betesda Mandiri (Terlapor IV), PT Eka Jaya Lestari
(Terlapor V), PT Adhi Putra Jaya (Terlapor VI), dan Pokja Konstruksi–LXXXIX
Biro Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Aceh Tahun Anggaran 2018 (Terlapor
VII). Pengadaan barang dan jasa dalam tender ini berpedoman pada Peraturan
UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, yang dimaksud dengan persekongkolan tender adalah kerjasama antara
dua pihak atau lebih, yang dilakukan secara terang-terangan maupun diam-diam
memberikan fasilitas dan atau tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun
pelaku usaha. Dalam hal pembuktian pelanggaran pada perkara a quo, Majelis
“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pelaku usaha lain dan/atau pihak
yang terkait dengan pelaku usaha lain untuk mengatur dan atau menentukan
pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat.”
Berdasarkan ketentuan Pasal 22 tersebut, yang menjadi unsur-unsur dari
1. Pelaku Usaha
“setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara RI, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan
usaha dalam bidang ekonomi.”
Dalam perkara a quo ini, yang menjadi pelaku usaha adalah Terlapor I, yaitu
usaha lain adalah Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, dan
Terlapor VI, yang dimana dalam prakteknya merupakan peserta Tender Paket
Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Aceh Tahun Anggaran 2018. Dalam
4. Unsur Bersekongkol
Terlapor I, II, III, IV, V, dan VI. Hal ini dilihat dari adanya kesamaan
155
Putusan MK No. 85/PUU-XIV/2016, hlm 190
Pendukung dan Bahan untuk Pekerjaan Beton antara Terlapor I dan Terlapor
berurutan, tanggal dan notaris yang sama, serta Dokumen Jaminan Penawaran
Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Banda Aceh dimana dokumen tersebut
diterbitkan pada tanggal yang sama (08 Agustus 2018) dengan nomor surat
yang berurutan.
Terlapor VII. Hal ini dapat dilihat dari tindakan post bidding yang dilakukan
oleh Terlapor VII, yaitu menerima dokumen penawaran setelah batas waktu
personil inti untuk posisi site manager adalah memiliki sertifikat SKA Teknik
untuk posisi site manager yang hanya memiliki sertifikat SKA Teknik
Oleh karena itu, tindakan Terlapor VII yang menerima tambahan dokumen
perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol
Dalam kasus ini, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor V, dan Terlapor VI telah
pembiaran dengan cara tidak melakukan evaluasi secara benar serta tidak
macam indikasi persaingan usaha tidak sehat dan tindakan Terlapor VII
sehat adalah:
Terlapor VII melakukan tindakan Post Bidding. Hal ini dapat dilihat dari
tindakan Terlapor I yang melampirkan Daftar Personil Inti yang tidak sesuai
Zarli Yanto ST yang hanya memiliki sertfikat SKA Teknik Bangunan Gedung
Madya. Padahal dalam dokumen tersebut memiliki syarat harus memiliki dua
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat. Dalam hal ini,
Komisi telah tepat dalam membuktikan unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 22
UU No. 5 Tahun 1999 dan telah sesuai dengan Peraturan Komisi No. 2 Tahun 2010
Pelaku usaha yang dimaksud dalam Perkara KPPU No. 04/KPPU-L/2020 adalah
Pelaku usaha lain yang dimaksud dalam perkara KPPU No. 04/KPPU-L/2020
adalah Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor VI, yang
Pihak yang terkait dengan pelaku usaha dalam perkara KPPU No. 04/KPPU-
d. Unsur Bersekongkol
yang dilakukan oleh Terlapor I, II, III, IV, V, dan VI. Hal ini dilihat dari adanya
dan bahan untuk pekerjaan beton Terlapor I dan Terlapor II dikeluarkan oleh
untuk Pekerjaan Beton antara Terlapor I dan Terlapor II mempunyai nomor surat
yang berurutan, adanya kesamaan kesalahan Penulisan (Blac List Black List),
memiliki nomor waarmerking yang berurutan, tanggal dan notaris yang sama,
Perusahaan yang sama, yaitu PT Asuransi Rama Satria Wibawa Cabang Banda
Aceh dimana dokumen tersebut diterbitkan pada tanggal yang sama (08 Agustus
dilihat dari tindakan post bidding yang dilakukan Terlapor VII terhadap
persyaratan personil inti untuk posisi site manager adalah memiliki Sertifikat
site manager yang hanya memiliki Sertifikat SKA Teknik Bangunan. Terlapor I
Dalam kasus ini, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor V, dan Terlapor VI telah
akan tetapi tidak cukup bukti untuk membuktikan tindakan mengatur dan
tidak melakukan evaluasi secara benar serta tidak menggagalkan proses tender
tidak sehat dan tindakan Terlapor VII tersebut memfasilitasi Terlapor I sebagai
pemenang tender. Dalam hal ini unsur mengatur dan menentukan pemenang
tender terpenuhi.
Dalam dokumen penawaran Terlapor I ada persyaratan yang tidak dipenuhi, yaitu
daftar personil inti untuk posisi site manager. Akan tetapi, dalam evaluasi
yang dilakukan oleh Terlapor VII merupakan perbuatan melawan hukum dan
Oleh sebab itu menurut Penulis, Majelis Komisi dalam memutuskan perkara
KPPU No. 04/KPPU-L/2020 sudah tepat, dimana Terlapor I dan Terlapor VII
Pasal 22 UU No. 5/1999 serta menjatuhkan sanksi denda kepada Terlapor I sebesar
ketentuan yang diatur dalam Pasal 47 Ayat (2) huruf g UU No. 5/1999, yaitu
ekonomi nasional, yang dimana aturan ini mulai berlaku sejak 9 November 2020.
dan persaingan usaha tidak sehat serta pelaksanaan kemitraan dalam rangka
ditentukan oleh KPPU. Beberapa bentuk relaksasi yang diberikan oleh KPPU adalah:
156
Moral hazard adalah suatu keadaan di mana adanya informasi asimetris atau informasi
yang tidak sempurna, yaitu ketika ada satu pihak memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pihak
yang lain, karena pihak lain ini tidak dapat mengakses informasi tersebut. Istilah ini berasal dari abad
ke-17 dan secara luas digunakan oleh perusahaan asuransi Inggris pada akhir abad ke-19 oleh Dembe
dan Boden. Para Ahli Ekonomi akan menggunakan istilah ini untuk menggambarkan ketidakefisienan
yang dapat terjadi ketika risiko dipindahkan atau tidak dapat sepenuhnya dievaluasi, daripada deskripsi
tentang etika atau moral dari pihak yang terlibat. Tokopedia Kamus Keuangan, Moral Hazard, diakses
dari https://kamus.tokopedia.com/m/moral-hazard, Pada 13 April 2021.
157
Peraturan KPPU No. 3 Tahun 2020 Tentang Relaksasi Penegakan Hukum Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Serta Pengawasan Pelaksanaan Kemitraan dalam Rangka
Mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional, Pasal 5 Ayat (2)
pengadaan barang dan jasa tersebut sepenuhnya kepada Pemerintah dengan tetap
memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat. 158 Pihak yang terkait dalam
pengadaan barang dan jasa yang sudah memenuhi kriteria yang diatur dalam Pasal 5
Ayat (2) Peraturan KPPU No. 3 Tahun 2020 tidak perlu mengajukan permintaan
masih berjalan oleh KPPU, namun memenuhi ketentuan relaksasi tersebut dan belum
masuk Sidang Majelis Komisi, maka berlaku ketentuan yang menguntungkan bagi
pelaku usaha. Berbagai relaksasi tersebut diberikan sampai dengan peraturan tersebut
dicabut atau tidak dibutuhkan lagi. KPPU berharap dalam pemberian berbagai
relaksasi ini dapat memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam masa pemulihan
158
KPPU, “FAQ Relaksasi Penegakan Hukum”, diakses dari https://kppu.go.id/faq-relaksasi-
penegakan-hukum/, Pada 20 Mei 2021.
159
KPPU, “KPPU Berikan Relaksasi Penegakan Hukum untuk Mendukung Pemulihan
Ekonomi Nasional”, diakses dari https://kppu.go.id/blog/2020/11/relaksasi-pemulihan-ekonomi/, Pada
20 Mei 2021
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang mana ketentuan
usaha juga mengeluarkan sebuah pedoman tentang Pasal 22, yaitu Peraturan
KPPU No. 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999
tender dalam hukum persaingan usaha sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari
128
2. Sistem pengadaan barang dan jasa yang digunakan dalam Tender Paket
pengadaan barang dan jasa secara elektronik yang dikembangkan oleh LKPP
aplikasi SPSE dari versi 3.0 menjadi versi 4.0. Dalam aplikasi SPSE versi 4.0
Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 sehingga Pokja masih belajar dan
dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 dan telah sesuai dengan Peraturan
Komisi No. 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999
memiliki Sertifikat SKA Teknik Bangunan dan Sertifikat SKA Ahli K3-
Zarli Yanto ST untuk posisi site manager yang hanya memiliki Sertifikat
sebab itu menurut Penulis, Majelis Komisi dalam memutuskan perkara KPPU
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 47 Ayat (2) huruf g UU No.
B. Saran
Tender.
2. Pokja sebagai pihak penyelenggara dalam pengadaan barang dan jasa agar
diperintahkan oleh UU No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan PP No.
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Salah satu peraturan KPPU yang harus direvisi
1. Buku
Agus Kasiyanto, Tindak Pidana Korupsi Pada Proses Pengadaan Barang dan Jasa,
Citrawan, Fitrah Akbar, Hukum Persaingan Usaha (Penerapan Rule of Reason dalam
Kencana, 2008.
Lubis, Andi Fahmi, dkk, Hukum Persaingan Usaha, Jakarta Pusat: KPPU, 2017.
Bakti, 2004.
Nugroho, Susanti Adi, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dalam Teori dan
Purwosusilo, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, Jakarta: Kencana, 2014.
132
2011.
Siswanto, Arie, Hukum Persaingan Usaha/, Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2004.
Sutedi, Adrian, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, Jakarta Timur: Sinar
Grafika, 2012.
2013.
Wibowo, Destivano dan Sinaga, Harjon, Hukum Acara Persaingan Usaha, Jakarta:
Yani, Ahmad dan Widjaja, Gunawan, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, Jakarta: PT
RajaGrafindo, 2000.
2. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Tata
Sehat.
1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Pengajuan
Pemerintah.
Pemerintah.
3. Jurnal
Bakti, Surya, dkk, Eksistensi Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Penanganan
2009.
2018.
4. Website
https://ilmu.lpkn.id/2021/02/22/sejarah-peraturan-pengadaan-barang-jasa-
http://christiangamas.net/siapa-pengguna-anggaran-pada-kementerian-negara-
Hartomo, Giri, Anggaran Pengadaan Barang dan Jasa Capai Rp1.214 Triliun di
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/arti-penafsiran-hukum-
persaingan usaha tidak sehat pasca uu cipta kerja omnibus law.html , (20
April 2021).
LKPP, Sejarah dan Latar Belakang LKPP, diakses dari www.lkpp.go.id, (04 April
2021).
Pramesti, Tri Jata Ayu, Arti Putusan yang Final dan Mengikat, diakses dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt56fe01b271988/arti-
https://pubinfo.id/instansi-255-lkpp--lembaga-kebijakan-pengadaan-barang--
https://ilmu.lpkn.id/2021/02/26/pengertian-pengadaan-barang-jasa-
2021).