TESIS
Oleh
Rasyada Abdillah
177011174
MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Saya, Rasyada Abdillah dengan ini menyatakan bahwa tesis saya dengan judul:
Adalah karya orisinil saya dan setiap seluruh sumber acuan telah ditulis sesuai
dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Magister kenotariatan Universitas
Sumatera Utara.
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dengan
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak
menyimpan, mengalih media/memformat, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
merawat dan mempublikasikan tesis saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Untuk tulusnya persahabatan dan cinta yang telah terjalin, orang-orang terdekat
yaitusahabatku, Faisal Ramadhan Harahap, Raskita J.F. Surbakti, Mavoarota
Jamili, Satria Ginting, Panji Prapdayuda, Muhammad Rizza Fuady, Zulfikar,
Subhan, Alfred, Dara Triani Putri, Dara Ayuwi, Alifah Nadra, Lyla Mayasari,
Aulia Ummulmadinah, Julaifa Sarah,Sarmaida Sagala, Nursara Siregar, Indarsi
Unthari, Inka Kristina Gultom, Hendrika Saut Situmorang, Suka dukatelah kita
lalui selama ini dari awal perkuliahan hingga sekarang. Begitu banyak
kenanganindah yang telah terjadi. terima kasih telah membantu, memberikan
motivasi, dan kekuatanselama ini. Serta doa dan dukungan selama ini. Semoga tali
silaturahmi dapat terjalin denganbaik sampai kita tua nanti. Semoga Allah
membalas semua kebaikan kalian dan semoga kitasemua menjadi orang-orang yang
sukes. Aamiin.
Salam
Rasyada Abdillah
Puji dan syukur hanya milik Allah Subhanallahu wa ta‟ala yang telah
Sumatera Utara Tahun 2015-2018)” ini dapat diselesaikan dengan baik. Salawat
dan salam penulis sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad Salallahu „alaihi
wassalam yang telah bersusah payah membawa umatnya dari alam kegelapan ke
alam yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Peneliti
menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat kekurangan dan
penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti mengucapakan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan kepada
pihak yang telah menjadi bagian penting selama penulis menjalani kehidupan
Kenotariatan, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas
tesis ini.
4. Bapak Dr. Edy Ikhsan, S.H, M.A, selaku Sekretaris Program Studi Magister
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku pembimbing kedua yang
6. Bapak Dr. Henry Sinaga S,H., M.Kn, selaku pembimbing ketiga yang telah
7. Bapak Dr. Tony, S.H., M.Kn. dan Bapak Dr. Suprayitno, S.H., M.Kn. selaku
dosen penguji yang telah memberi masukan dan saran untuk perbaikan penulisan
tesis.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses
kegiatan perkuliahan.
ii
10. Ibu Rahmayani Saragih, S.H., M.H. selaku Sekretaris Majelis Pengawas
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara dan seluruh jajaran Kantor Wilayah
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara dan juga kepada
Ibu Ihdina Nida Marbun, S.H., M.Kn. dan Ibu Rohmawaty Sondang
11. Kedua orang tua tercinta, Abdurrahman saputra dan Hamiyati, yang telah
menyelesaikan Pendidikan.
12. Kedua adik-adik tercinta, Astha Faina, S.M. dan Nuzaffar Habar, yang telah
13. Calon istri tercinta, Purnama Sari Ramadhan, S.Psi., yang telah memberikan
ini.
14. Sahabat-sahabat dan juga seluruh mahasiswa angkatan 2017 yang telah banyak
kepadakita semua selaku orang-orang yang selalu ingin mencari kehidupan yang
iii
Aamiin Ya Rabbal’aalamiin.
Peneliti,
Rasyada Abdillah
177011174
iv
vi
Tahun
2018................................................................................................. 114
vii
viii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa
atau perbuatan hukum. Dengan dasar seperti ini mereka yang diangkat sebagai
pelayanan tersebut, masyarakat yang telah merasa dilayani oleh notaris sesuai
karena itu Notaris tidak berarti apa-apa jika masyarakat tidak membutuhkannya. 1
bukti tertulis dan mempunyai sifat autentik dan dapat berbuat banyak untuk
dengan akta autentik diatur dalam pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang berbunyi: adalah akta yang bentuknya ditentukan oleh undang-
undang diperbuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang terhadap itu
1
Habib Adjie, Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik, Cet. III, Refika Aditama, Bandung, 2013, h.32.
2
M.U. Sembiring, Teknik Pembuatan Akta, Pogram Pendidikan Spesialis Notariat
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1997, h. 5.
3
R. Soegondo Notodisoerojo, Hukum Notariat Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007, h. 82.
1
Universitas Sumatera Utara
2
boleh keluar dari “rambu-rambu” yang telah diatur oleh perangkat hukum yang
sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku. Notaris wajib menjunjung tinggi
tugas jabatannya. Ini berarti bahwa notaris harus selalu menjaga agar perilakunya
Notaris.4
Notaris berasal dari kata Notarius yang berarti penulis cepat atau
stenografer, yang berasal pada zaman Kaisar Yustinianus (Romawi). Pada masa
itu telah dikenal pembuatan alat bukti. Pada awalnya alat bukti itu hanyalah
berdasarkan kepada saksi, dimana saksi itu adalah orang yang pada perbuatan
tentang apa yang mereka dengar dan apa yang mereka lihat. Namun seiring
yang dikembangkan anggota masyarakat semakin kompleks dan rumit, disisi lain
mungkin saja jangka waktu perjanjian yang mereka buat lebih panjang yang
4
Daud Widya Pranata Septiadi, Keabsahan Akta Notaris Disaat Terjadi Ketidaksesuaian
Jabatan Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dengan Wilayah Yang Berbeda, Tesis,
Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan,
2016,h. 1.
5
Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, cet. I, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, h. 33.
Coen yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal di Jacatra (sekarang
terdiri dari 66 pasal. Peraturan Jabatan Notaris ini masih berlaku sampai dengan
dengan dasar tersebut tetap diberlakukannya statsblad 1860 Nomor 3. Sejak tahun
Tahun 1949 melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) yang salah satu hasil
ada pada Menteri Kehakiman dari tahun 1949 sampai 1954 menetapkan dan
6
Habib Adjie, op.cit., h. 1.
menyebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta
undang ini atau berdasarkan undang-undang lainya. Pembuatan akta autentik ada
memuat kebenaran formal sesuai dengan apa yang diberitahukan para pihak
7
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap Undang-Undang 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung, 2009, h. 4.
8
Herry Susanto, Peranan Notaris Dalam Menciptakan Kepatutan Dalam Kontrak, FH UII
Press, Yogyakarta, 2010, h. 6.
c. Membuat kopi dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang
tersebut,
9
Habib Adjie, op.cit., h.78.
(3) Selain kewenangan yang diatur pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris
undangan.
autentik maupun akta lainnya, yaitu untuk memberikan kepastian hukum terhadap
perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat atau subjek hukum. Sedangkan
secara sosiologis banyak kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada Notaris
tidak dapat dilaksanakan dengan baik, hal ini disebabkan karena masih banyak
kewenangan untuk membuat akta koperasi, akta wakaf, dan akta lainnya. 10
10
Salim HS, Peraturan Jabatan Notaris, Sinar Grafika, Jakarta, 2018, h. 27.
11
Jusmar, Peran Majelis Kehormatan Notaris Sumatera Utara Dalam Memberikan
Perlindungan Dan Penegakan Hukum Sesuai Dengan Undang-Undang Jabatan Notaris, Tesis,
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2018, h. 16.
12
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Kepemilikan Properti Di Indonesia
Termasuk Kepemilikan Rumah Oleh Orang Asing, Mandar Maju, Bandung, 2013, h.31.
karena itu haruslah diatur oleh hukum.13 Beragam pelanggaran dapat terjadi dalam
terjadi dan tentu saja ada pihak-pihak yang dirugikan dari pelanggaran-
pelanggaran tersebut. Pihak yang biasanya sering dirugikan adalah klien dari
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara. Ternyata kasus tersebut bermula dari
produk yang dibuat sendiri oleh Notaris tersebut, yaitu akta autentik. Setidaknya
ada 4 (empat) potensi masalah yang mudah menjerat Notaris dari sanksi
13
Sutiarnoto, Tantangan Dan Peluang Investasi Asing Di Indonesia, Pustaka Bangsa
Press, Medan, 2008, h. 1.
14
Silvia Sumbogo, Analisis Hukum Tentang Wewenang Majelis Pengawas Daerah Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/Puu-X/2012, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2015,h. 3.
15
Junita Tampubolon, Analisis Yuridis Akibat Hukum Dari Buku Daftar Akta Notaris
Yang Tidak Ditandatangani Dan Di Paraf Kepada Majelis Pengawas Daerah, Tesis, Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2019,h. 3.
1. Pada saat akta itu dibuat oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam akta
tersebut, ternyata ada pihak lain yang merasa dirugikan misalnya pihak ke-
3.
akta itu hanya menguntungkan salah satu pihak atau Notaris menjadi pihak
dalam akta autentik sehingga akta itu menjadi akta dibawah tangan.
Notaris sebagai pejabat umum yang diangkat oleh Menteri Hukum dan
mendatangi Notaris untuk membuat akta otentik yaitu karena akta otentik tersebut
akan berlaku sebagai alat bukti yang sempurna baginya. Selain itu, Notaris dalam
untuk tetap menjaga keluhuran harkat dan martabat jabatannya, termasuk ketika
untuk merahasiakan keterangan yang diperoleh, guna pembuatan akta Notaris dan
16
Rahmayani Saragih, Sekretaris Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera
Utara, Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, 21 Januari
2019.
ketigauntuk menjaga minuta atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris pengawasan dilakukan oleh Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Tujuan dari pengawasan tersebut
persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan Notaris, demi untuk
kepentingan masyarakat yang dilayaninya. Tujuan lain dari pengawasan ini adalah
17
Nurhapifah Asri Lubis, Penerapan Asas Keadilan Dalam Pelaksanan Sidang Pemeriksan
Dugaan Pelanggaran Jabatan Notaris Dan Etika Profesi Notaris,Tesis, Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2018, h. 83.
18
Habib Adjie, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Refika
Aditama, Bandung, 2011, h. 3.
19
Risma Ernawati S, Analisis Yuridis Terhadap Notaris Yang Bertindak Sebagai
Perantara Berkaitan Dengan Jual Beli Tanah, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, Medan, 2018,h. 6.
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara, tetap saja bisa terjadi pelanggaran.
Hal ini harus diselaraskan pula dengan kesadaran dan rasa penuh tanggung jawab
hukum yang berlaku. Tidak kalah pentingnya lagi, adanya peranan masyarakat
melaksanakan tugas jabatannya tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku
adanya laporan seperti ini, Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera
Utara dapat menindak tindakan Notaris yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.20
Tiap jenjang Majelis Pengawas Notaris (MPN) terdiri dari Majelis Pengawas
Daerah (MPD), Majelis Pengawas Wilayah (MPW), dan Majelis Pengawas Pusat
20
Habib Adjie, Memahami Majelis Pengawas Notaris (MPN) Dan Majelis Kehormatan
Notaris (MKN), Refika Aditama, Bandung, 2017, h. 9.
Pemanggilan Notaris.
setidaknya Notaris diawasi oleh anggota majelis pengawas yang memahami dunia
internal, artinya dilakukan oleh sesama Notaris yang mengetahui dan memahami
setiap pengawasan dilakukan berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan para
Jabatan Notaris (UUJN), tetapi juga Kode Etik Notaris dan tindakan-tindakan atau
perilaku kehidupan Notaris yang dapat melakukan perbuatan yang tidak baik bagi
bahwa selama ini majelis pengawas merupakan aparat penegak hukum yang
Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
21
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap Undang-Undang 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Op.,Cit, h. 173.
22
Melky S. Pardede, Efektivitas Kewenangan Majelis Pengawas Daerah Dalam Rangka
Pengawasan Terhadap Notaris Di Kabupaten Toba Samosir, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2017, h. 78.
Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 adalah suatu badan yang memiliki lingkup
terhadap Notaris.
hukum yang berkaitan dengan Notaris dalam pembuatan aktadi Majelis Pengawas
Notaris(UUJN), maka hal ini menjadi alasan yang kuat dan mendorong penulis
B. Perumusan Masalah
akta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan tesis ini adalah sebagai
berikut:
akta.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
dan/atau dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan
berbagai konsep keilmuan yang dapat memberi andil bagi perkembangan ilmu
2. Secara Praktis
E. Keaslian penelitian
menunjukkan bahwa penelitian dengan judul ini belum pernah dilakukan. Akan
tetapi ditemukan beberapa judul tesis yang berhubungan dengan topik dalam tesis
masalah:
Ambon?
mengatasinya?
masalah:
penelitian yang dilakukan. Dengan demikian judul ini belum ada yang
1. Kerangka Teori
kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, asas maupun konsep yang
23
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, h. 80.
proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan
c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang diteliti.
24
Salim H.S, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, h.
54.
25
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pers, Jakarta, 1986, h. 6.
26
JJ. Warisman, Penyunting M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, UI Pers,
Jakarta, 1996, h. 203.
27
Soerjono Soekanto, op.cit., h.121.
yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Semua orang dipandang sama
dimata hukum (equality before the law). Namun dalam realitanya, peraturan
28
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Disertasi Dan Tesis, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, h. 301.
yaitu effectiveness of the legal theory, dalam bahasa Belanda disebut dengan
hukum sesuai dengan bunyi dari norma hukum. bagi orang-orang yang dikenai
Hukum diartikan norma hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Norma hukum tertulis merupakan norma hukum yang ditetapkan oleh lembaga
yang berwenang untuk itu, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR RI) dengan persetujuan presiden. Sedangkan norma hukum yang tidak
adat.30
29
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2006,
h. 39.
30
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani,op.cit.,h. 302.
yang berlaku, misalnya tidak membuat semua urusan menjadi mudah demi
31
Ibid., h. 303.
adalah aturan, norma, dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam
undangan yang berlaku dan memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi
hukum yang merupakan sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum.
yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat
tanpa didukung dengan budaya hukum oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
sistem dan masyarakat maka penegakan hukum tidak akan berjalan secara
efektif.34
tidak lain hanya merupakan ide-ide yang ingin diwujudkan oleh hukum itu.
kearah yang lebih baik, maka bukan hanya dibutuhkan ketersediaan hukum
dalam arti kaidah atau aturan, melainkan juga adanya jaminan atas
32
Saifullah, Refleksi Sosiologi Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2007, h. 26.
33
Achmad Ali, Keterpurukan Hukum Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, h. 8.
34
Seesio Jimee Nainggolan, Analisis Yuridis Penentuan Kedudukan Saksi Pelaku Sebagai
Justice Colaboration Dalam Tindak Pidana Narkotika Di Pengadilan Negeri Pematang Siantar
(Studi Putusan No: 231/Pid.Sus/2015/PN), USU Law Journal, Nomor 3, Oktober 2017, h. 109.
perwujudan kaidah hukum tersebut kedalam praktek hukum, dengan kata lain
budaya hukum di dunia Notaris masih belum sempurna meski sudah adanya
aturan hukum dan aparat penegak hukumnya. Dengan ini diharapkan Majelis
Pengawas Notaris (MPN) harus bisa mengubah budaya hukum dalam dunia
2. Kerangka Konsepsi
merupakan alat yang dipakai oleh hukum disamping unsur lainnya seperti asas
merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan penting dalam hukum.
35
Munir Fuady, Aliran Hukum Kritis: Paradigma Ketidakberdayaan Hukum, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung , 2003, h. 40.
oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan
analisis.36
merupakan defenisi yang dalam bahasa lain adalah defenitio. Defenisi tersebut
bentuk lain yang dikenal didalam epistimologi atau teori ilmu pengetahuan. 37
Pada bagian ini terlihat dengan jelas bahwa suatu konsepsional atau
pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis (tinjauan pustaka) yang
hubungan empiris.40
36
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, h. 48.
37
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Roke Sarasni, Yogyakarta, 1996, h.
22.
38
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, h. 21.
39
Satjipto Rahardjo, op.cit., h. 30.
40
Koentjaraningrat, et-al, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet. III, Gramedia,
Jakarta, 1980, h. 21.
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Konsep tersebut adalah sebagai
berikut:
dalam hal ini suatu kaidah-kaidah hukum yang diangggap hukum atau
permasalahan.41
undang lainnya.43
41
Digilib.unila.ac.id, diakses pada tanggal 27 agustus 2018, pukul 16.27 WIB.
42
Bahan kuliah Edy Ikhsan, di Magister Kenotariatan USU, pada tanggal 10 januari 2018.
43
Pasal1 ayat (1), Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang PerubahanUndang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
G. Metode Penelitian
Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang
a. Jenis Penelitian
tepat dan sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan serta harus
44
Pasal1 ayat (6), Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
45
Soerjono Soekanto, op.cit., h. 42.
b. Sifat Penelitian
Atau dengan kata lain dapat dikatakan, hasil penelitian ditekankan pada
46
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. III, UI Press, Jakarta, 2007, h. 3.
47
Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, PPM, Jakarta,
2004, h. 6.
48
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Alumni,
Bandung, 1994, h. 101.
49
objek yang diselidiki. Spesifikasi penelitian yang bersifat analitis
2. Sumber Data
digunakan dalam penelitian ini bersumber pada data primer dan data sekunder
pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yang sering
dapat berupa pendapat para pakar yang ahli terhadap masalah-masalah ini,
yang disampaikan dalam berbagai literatur baik dari buku-buku, naskah ilmiah,
49
Hadari Nabawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 1996, h. 31.
50
Fajat dan Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2010, h. 34.
laporan penelitian, media masa, dan lain-lain. Adapun data sekunder tersebut
Pengawas Notaris,
Pengawas,
ini.
51
Muis, Pedoman Penulisan Skripsi Dan Metode Penelitian Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, Medan, 1990, h. 48.
4. Lokasi Penelitian
Utara dan dikantor-kantor Notaris yang dijatuhi sanksi oleh Majelis Pengawas
5. Analisis data
atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat pola
menggambarkan bagaimana suatu data dianalisis dan apa manfaat data yang
dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang
penelitian ini.
52
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis Dan
Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h . 53.
53
Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008, h. 174.
54
Bahan Kuliah Jelly Leviza, di Magister Kenotariatan USU, pada tanggal 6 November
2017.
1. Pengawasan Notaris
berwenang membuat akta autentik diawasi oleh Majelis Pengawas Notaris yang
Pengawasan.
dan menjaga serta memberi pengarahan yang bijak. Tujuan dari pengawasan yang
dituntut itu tidak hanya oleh hukum atau undang-undang saja, akan tetapi juga
Tujuan dari pengawasan itupun tidak hanya ditujukan bagi penataan kode etik
33
Universitas Sumatera Utara
34
Notaris, akan tetapi juga untuk tujuan yang lebih luas, yaitu agar para Notaris
yang dilayani.55
Notaris dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris. Kode etik profesi merupakan
kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga dapat diketahui dengan
kelompok profesi. Dengan demikian pemerintah atau masyarakat tidak perlu ikut
setidaknya Notaris diawasi oleh anggota majelis pengawas yang memahami dunia
internal, artinya dilakukan oleh sesama Notaris yang mengetahui dan memahami
setiap pengawasan dilakukan berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan para
peradilan bagi Notaris. Majelis Pengawas Notaris (MPN) menurut Pasal 1 Ayat
(2) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
40 Tahun 2015 adalah suatu badan yang memiliki lingkup kewenangan dan
Pasal 7 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
(sembilan) orang yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua merangkap anggota, 2
(dua) orang wakil ketua merangkap anggota dan 6 (enam) orang anggota.
sanksi.
2. Pemeriksaan Notaris
pemeriksaan terhadap Protokol Notaris secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun atau setiap waktu apabila dianggap perlu. Tim pemeriksa atau majelis
dengan tugas seperti ini hanya ada pada Majelis Pengawas Daerah saja, yang
a. Minuta akta;
d. Buku daftar nama penghadap atau klepper dari daftar akta dan daftar
ketentuan perundang-undangan.
7) Keadaan arsip;
56
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap Undang-Undang 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Op. Cit, h. 146.
9) Laporan bulanan pengiriman salinan yang disahkan dari daftar akta, daftar
surat dibawah tangan yang disahkan, dan daftar surat dibawah tangan yang
dibukukan;
a. Sarjana, dan
b. Non sarjana.
a. Komputer;
b. Meja;
c. Lemari;
d. Kursi tamu;
e. Mesin tik;
f. Filling cabinet;
g. Pesawat telepon/faksimili/internet.
3. Penjatuhan Sanksi
kebal terhadap hukum. Notaris dapat dijatuhi sanksi administratif, sanksi perdata,
sanksi pidana, dan sanksi etik. Menurut Philipus M. Hadjon, sanksi merupakan
alat kekuasaan yang bersifat hukum publik, yang digunakan oleh penguasa
ketidakaturan yang sebenarnya tidak diinginkan oleh aturan hukum. Hal ini sesuai
dengan fungsi sanksi yang dipakai untuk penegakkan hukum terhadap ketentuan-
yang dilakukannya telah tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, dan
hukum yang berlaku, juga untuk menjaga keseimbangan berjalannya suatu aturan
57
Philipus M. Hadjon, Penegakan Hukum Administrasi Dalam Kaitannya Dengan
Ketentuan Pasal 20 Ayat (3) Dan (4) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Yuridika, Surabaya, 1996, h. 1.
58
Philipus M. Hadjon, Pemerintah Menurut Hukum, Yuridika, Surabaya, 1992, h. 6.
59
Tatiek Sri Djatmiati, Prinsip Izin Industri Di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana
Universitas Airlangga, Surabaya, 2004, h. 82.
memaksa atau merupakan suatu aturan hukum yang imperatif untuk ditegakkan
jabatannya.61
60
Desni Prianty Eff. Manik, Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam
Pengawasan Notaris Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,
Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009. h. 90.
61
Ibid., h. 91.
Jabatan Notaris.62
akibat, atau konsekuensi pelanggaran kaidah sosial.64 Dari defenisi tersebut dapat
tertentu.
62
Munir Fuady, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum Bagi Hakim, Jaksa, Advokat
,Notaris, Kurator, Dan Pengurus, PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, 2005,h. 4.
63
Mardiyah, Sanksi Hukum Terhadap Notaris Yang Melanggar Kewajiban Dan Larangan
UUJN, Op., Cit, h. 114.
64
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2011, h. 42.
memiliki nilai dan bobot yang handal, serta tidak menimbulkan kerugian bagi diri
mengindahkan yang menjadi tugas dan kewajiban yang diamanatkan yang sesuai
adanya pemeriksaan secara berkala 1 (satu) kali dalam setahun atau setiap waktu
yang dianggap perlu untuk memeriksa ketaatan Notaris dalam menjalankan tugas
jabatannya yang dilihat dari protokolnya oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD).
65
Mardiyah, Ketut Rai Setiabudhi, Gde Made Swardhana, “Sanksi Hukum Terhadap
Notaris Yang Melanggar Kewajiban Dan Larangan Undang-Undang Jabatan Notaris”,Acta
Comitas, 2017, h. 5.
66
Layla Maysaroh, Upaya Keberatan Notaris Terhadap Majelis Kehormatan Notaris
Wilayah Atas Disetujuinya Permintaan Penyidik, Penuntut Umum Dan Hakim Dalam Proses
Peradilan, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan,
2018,h. 80.
Majelis Pengawas Wilayah (MPW) dan Majelis Pengawas Pusat (MPP) dapat
Notaris sebagai wujud dari penegakan hukum bila dibandingkan lebih berat sanksi
dikenakan bagi Notaris yang melanggar kode etik Notaris adalah dikeluarkan dari
organisasi Ikatan Notaris Indonesia, tapi sebenarnya Notaris tersebut masih dapat
membuat akta sedangkan sanksi dari pelanggaran jabatan yang paling maksimal
yang dapat diberikan kepada Notaris adalah pemberhentian secara tidak hormat
oleh Menteri. Apabila Notaris tersebut diberhentikan secara tidak hormat berarti
Notaris tersebut sudah tidak diperkenankan lagi untuk menjalankan tugas dan
67
Ibid., h. 9.
68
Edelin Patricia, Sinergitas Dewan Kehormatan Notaris Dan Majelis Pengawas Notaris
Dalam Pemberian Sanksi Atas Pelanggaran Kode Etik, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2019, h. 79.
69
Habib Adjie, Memahami Majelis Pengawas Notaris (MPN) Dan Majelis Kehormatan
Notaris (MKN), Op.,Cit, h. 26.
sanksi berupa teguran lisan atau tertulis, dan sanksi seperti ini bersifat final
lisan atau tertulis dan bersifat final tidak dapat dikategorikan sebagai
sanksi, tetapi merupakan tahap awal dari aspek prosedur paksaan nyata
Sanksi berupa teguran lisan dan tertulis hanya dapat dijatuhkan oleh
jabatan Notaris hanya dapat dilakukan oleh Majelis Pengawas Pusat (MPP), dan
sanksi berupa pemberhentian tidak hormat dari jabatan Notaris dan pemberhentian
dengan hormat dari jabatan Notaris hanya dapat dilakukan oleh Menteri atas
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 91A mengatakan
70
Ibid.,h. 27.
dalam Pasal 7 ayat (2), Pasal 16 ayat (11) dan ayat (13), Pasal 17 ayat (2), Pasal
19 ayat (4), Pasal 32 ayat (4), Pasal 37 ayat (2), Pasal 54 ayat (2), dan Pasal 65A
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 61 Tahun 2016 Tentang Tata
penjatuhan sanksi ini diatur dari Pasal 4 sampai Pasal 12 yang berbunyi: apabila
terhadap terlapor (Notaris) dan berita acara temuan hasil pemeriksaan protokol
dapat menjatuhkan sanksi peringatan tertulis kepada Notaris apabila Notaris tidak
Tentang Jabatan Notaris, Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Pasal 32 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
dapat dikenakan sanksi peringatan tertulis pertama. Apabila Notaris dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari setelah dikenakan sanksi peringatan tertulis pertama,
Notaris belum juga menyelesaikan juga masalahnya atau melakukan masalah lain,
maka Notaris dapat dikenakan sanksi peringatan tertulis kedua. Apabila Notaris
dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah dikenakan sanksi peringatan
melakukan masalah lain, maka Notaris dapat dikenkan sanksi peringatan tertulis
Pusat dijatuhkan untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam)
Notaris (MPN)
Akta Notaris merupakan salah satu hasil dari pelaksanaan tugas jabatan
yang ada dalam Pasal 85 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan
Notaris. Jika sanksi tersebut dijatuhkan kepada Notaris, maka harus ada upaya
hukum dari Notaris untuk mempertahankan hak-hak nya, dengan tujuan untuk
memperoleh pemeriksaan yang berimbang dan objektif, dalam hal ini Notaris
Pusat (MPP).
dan memeriksa laporan yang diterima oleh masyarakat atau dari sesama Notaris.
Notaris dan Kode Etik Notaris, maka Majelis Pengawas Notaris (MPN) dapat
1) Teguran lisan;
2) Teguran tertulis;
3) Pemberhentian sementara;
Pengawas Wilayah (MPW), Majelis Pengawas Pusat (MPP), dan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia atas usulan Majelis Pengawas Pusat (MPP) berdasarkan
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor M.02.PR.08.10 tahun 2004, mengatakan
bahwa pelapor dan/atau terlapor yang merasa keberatan atas putusan Majelis
Pengawas Pusat (MPP),71 dan putusan Majelis Pemeriksa Pusat bersifat final dan
(Pasal 35 Ayat (2) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor
kepada Majelis Pengawas Pusat (MPP) untuk diteruskan kepada Menteri (Pasal 35
Ayat (3) dan (4) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor
M.02.PR.08.10 tahun 2004). Apabila semua prosedur ini tetap tidak memuaskan
Tata Usaha Negara (PTUN) untuk menggugat putusan Majelis Pengawas Pusat
71
Namun terhadap putusan teguran lisan dan teguran tertulis yang dikeluarkan oleh
Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) ini tidak dapat dilakukan banding, karena bersifat
final sesuai dengan Pasal 73 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan
Notaris, hanya putusan pemberhentian sementara saja yang dapat dilakukan banding ke Majelis
Pengawas Pusat Notaris (MPPN).
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) berjalan untuk sementara waktu Notaris
tidak dapat menjalankan tugas jabatan Notaris nya sampai ada putusan pengadilan
bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak
yang terkait dalam perbuatan hukum. dalam Pasal 4 pula ditegaskan tentang
menyatakan sumpah, dan dinyatakan dengan tegas pula Notaris harus bertindak
amanah, jujur, mandiri, seksama, dan tidak berpihak. Ternyata hal ini tidak bisa
melekat dalam diri Notaris, terbukti masih banyaknya Notaris yang dilaporkan
Sejak bulan Juni sampai dengan bulan Juli dilakukan penelitian dikantor
Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara dengan hasil berupa
dokumen dan hasil wawanncara, dari hasil tersebut diketahui sejak tahun 2015
sampai tahun 2018ada27 (dua puluh tujuh) laporan masyarakat yang dilapor ke
72
Habib Adjie, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Op.,Cit.
h. 52-54.
(dua puluh lima) laporan saja yang sampai pada proses putusansedangkan 2 (dua)
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara.73 Dari 25 (dua puluh lima) laporan
masyarakat yang sampai pada proses putusan tersebut, dapat disimpulkan atau
Sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2018, pernah juga beberapa kali
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara. Yaitu, pertama terjadi pada tahun
2017, yaitu masyarakat melaporkan seorang Notaris, namun dari fakta-fakta yang
didapat dalam persidangan bahwa apa yang dibuat oleh Notaris tersebut adalah
Akta Jual Beli (AJB) yang dimana Akta Jual Beli (AJB) tersebut murni
merupakan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), maka ini bukan
sehingga perkara ini diputus gugur. Kedua pada tahun 2018, pernah terjadi
Utara, pelaporan ini dilakukan oleh istri dari Notaris itu sendiri, dalam laporannya
ataupun terhadap Kode Etik Notaris, melainkan ini merupakan masalah pribadi
(INI). 74 Sedangkan untuk kasus pidana yang diduga dilakukan oleh Notaris,
Notaris di wilayah Sumatera Utara dari tahun 2015 sampai tahun 2018, Sanksi
Utara, serta Rincian pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris berdasarkan tahun
dan daerah kerja Notaris yang telah sampai pada proses putusan dalam bentuk
tabel
74
Menurut Kode Etik Notaris Pasal 1 Ayat 1 mengatakan bahwa, Ikatan Notaris Indonesia
adalah perkumpulan/organisasi bagi para Notaris, berdiri semenjak tanggal 1 Juli 1908, diakui
sebagai badan hukum (rechtspersoon) berdasarkan Gouvernements Besluit (penetapan pemerintah)
tanggal 5 September 1908 Nomor 9, merupakan satu-satunyawadah pemersatu bagi semua dan
setiap orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan sebagai pejabat umum di Indonesia,
sebagaimana hal itu telah diakui dan mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan keputusan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2-1022.HT.01.06
Tahun 1995, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesiatanggal 7 April 1995
Nomor 28 tambahan Nomor 1/P-1995,oleh karena itu sebagai dan merupakan organisasi Notaris
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan
Notaris yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117.
75
Rahmayani Saragih, Sekretaris Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera
Utara, Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, 10 Juli
2019.
Tabel 1
Bentuk dan jumlah pelanggaran dari tahun 2015-2018
No. Bentuk Pelanggaran 2015 2016 2017 2018 Jumlah
1 Notaris tidak membacakan akta. 1 - - - 1
2 Notaris membuat akta baru tanpa 1 - - - 1
sepengetahuan para pihak.
3 Notaris tidak amanah, tidak jujur, 4 2 - 2 8
dan tidak menjaga kepentingan para
pihak dalam menjalankan tugas
jabatannya.
4 Notaris melakukan rangkap jabatan 1 - - - 1
5 Notaris tidak cermat dan tidak hati- 2 - - - 2
hati dalam membuat akta autentik.
6 Notaris membuat akta pengakuan. 1 - - - 1
7 Notaris membuat akta fiktif. 1 - - - 1
8 Notaris melakukan pembatalan akta 1 - 1 - 2
secara sepihak.
9 Notaris tidak mau mengeluarkan - 1 - - 1
salinan kedua.
10. Notaris tidak mengirim laporan - 1 - - 1
bulanan Notaris ke Majelis Pengawas
Daerah Notaris.
11. Notaris memeras pihak yang - 1 - - 1
berkepentingan terhadap akta.
12. Akta Notaris ditandatangani tidak - 1 2 - 3
dihadapan Notaris.
13. Notaris membuat surat kuasa menjual - 1 - - 1
terhadap suatu objek jaminan.
14. Notaris membuat akta jual beli PPAT - - 1 - 1
Jumlah 12 7 4 2 25
Sumber: Hasil penelitian di Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN)
Sumatera Utara dari bulan Juni 2019-Juli 2019.
Bentuk pelanggaran yang paling sering dilanggar oleh Notaris di provinsi
Sumatera Utara, berdasarkan penelitian yang dilakukan di Majelis Pengawas
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara yaitu mengenai Notaris tidak amanah,
tidak jujur, dan tidak menjaga kepentingan para pihak dalam menjalankan tugas
jabatannya. Dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 ada 8 laporan mengenai
bentuk pelanggaran ini. menurut hasil penelitian yang dilakukan, hal ini
disebabkan oleh dua faktor, yaitu karena ketidaktahuan Notaris tentang aturan
yang dilanggarnya dan ada pula unsur kesengajaan yang dilakukan oleh Notaris
demi menguntungkan dirinya sendiri ataupun pihak lain.76
Berikut akan dijabarkan mengenai 14 (empas belas) bentuk pelanggaran
tersebut, yaitu:
1. Notaris Tidak Membacakan Akta
kehendak para pihak, yaitu dengan cara membacakannya, sehingga isi dari akta
Seseorang yang menjabat sebagai Notaris harus memiliki sifat jujur yang
tinggi, yang harus tertanam dalam dirinya, agar seorang Notaris dapat menjunjung
dalam posisinya sebagai pejabat umum dan sekaligus sebagai profesi yang
merupakan suatu akta yang memiliki kekuatan pembuktian hukum yang kuat dan
sempurna.79
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 16 ayat (1) huruf a
sudah jelas menjelaskan bahwa Notaris harus bertindak amanah, jujur, seksama,
76
Rahmayani Saragih, Sekretaris Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera
Utara, Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, 21 Oktober
2019.
77
Sjaifurrahman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta, Mandar
Maju, Bandung, 2011, h. 11.
78
Muhammad Tiantanik Citra Mido, I Nyoman Nurjaya, dan Rachmad Safa‟at,
“Tanggung Jawab Perdata Notaris Terhadap Akta Yang Dibacakan Oleh Staf Notaris Dihadapan
Penghadap”, Lentera Hukum, 08 Mei 2018, h. 162.
79
Supriadi, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia,Sinar Grafika, Jakarta,
2006, h. 45.
mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam
perbuatan hukum, dan dalam huruf m, Notaris wajib membacakan akta dihadapan
penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat)
orang saksi khusus untuk pembuatan akta wasiat dibawah tangan, dan
ditandatangani pada saat itu juga, oleh penghadap, saksi, dan Notaris.
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 38 ayat (4) huruf a
mengatakan bahwa, akhir atau penutup akta memuat uraian tentang pembacaan
akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf m atau Pasal 16 ayat
(7), dimana apabila pasal ini dilanggar oleh Notaris dapat mengakibatkan akta
para pihak berkehendak agar Notaris tidak perlu membacakan isi akta tersebut
dikarenakan para pihak telah mengetahui dan memahami isi akta, maka
diwajibkan untuk memberikan paraf pada setiap halamannya oleh para pihak,
saksi dan Notaris. Ditambahkan pula bahwa kehendak tersebut haruslah ditulis
Pada kasus Notaris tidak membacakan akta, kasus ini pernah ditangani di
80
Agus Toni Purnayasa, “Akibat Hukum Terdegradasinya Akta Notaris Yang Tidak
Memenuhi Syarat Pembuatan Akta Autentik”, Acta Comitas, 03 Desember 2018, h. 406.
Notaris SU, diketahui dari hasil pemeriksaan Majelis Pengawas Wilayah Notaris
Sumatera Utara, selama proses pembuatan akta, para pelapor tidak pernah
berhadapan langsung dengan Notaris SU, berarti demikian jelaslah bahwa Notaris
SU tidak membacakan isi akta itu kepada para pihak. Pembacaan akta bukan
hanya bermanfaat bagi Notaris, namun bermanfaat juga bagi para penghadap.
yang sebelumnya tidak terlihat. Proses pembacaan akta ini merupakan upaya
terakhir bagi Notaris untuk memperbaiki isi dari akta yang dibuatnya apabila
masih ada terjadi kesalahan yang dimana kesalahan-kesalahan tersebut bisa saja
tidak terlihat. Untuk para penghadap juga memiliki manfaat kalau akta Notaris
hal-hal yang kurang jelas yang ada didalam akta, sehingga sebelum terjadi proses
penandatanganan yang dilakukan oleh para pihak, saksi-saksi dan Notaris sendiri,
maka isi akta itu masih bisa dilakukan revisi. Pada putusan ini Majelis Pengawas
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 48 ayat (1) secara
jelas dan tegas mengatakan isi akta dilarang untuk diubah dengan diganti,
ditambah, dicoret, disisipkan, dihapus, dan/atau ditulis tindih. Namun pada ayat
(2) menyatakan bahwa perubahan isi akta tersebut dapat dilakukan dan sah apabila
perubahan tersebut di paraf atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap,
saksi, dan Notaris. Dalam ayat (3) dijelaskan bahwa apabila terjadi perubahan
terhadap akta Notaris tanpa sepengetahuan para pihak atau saksi yang dilakukan
oleh Notaris, maka akta tersebut hanya memiliki kekuatan pembuktian sebagai
akta dibawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi para pihak yang menderita
kerugian dapat menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.
2004 Tentang Jabatan Notaris hanya untuk perubahan yang dilakukan terhadap
rancangan akta, yang dimana akta tersebut belum ditanda tangani oleh para pihak,
membetulkan kesalahan penulisan yang terdapat pada minuta akta yang telah
para penghadap dan saksi-saksi yang dituangkan dalam berita acara dan
memberikan catatan tentang hal tersebut pada minuta akta asli dengan
menyebutkan tanggal dan nomor akta berita acara pembetulan dan selanjutnya
kepada para pihak sebagaiman aturan ini telah dijelaskan dalam Pasal 51 Undang-
Pada kasus Notaris membuat akta baru tanpa sepengetahuan para pihak,
membuat akta baru tanpa sepengetahuan para pihak, dengan alasan bahwa adanya
permintaan dari pihak ketiga sehingga akta itu dirubah, Sehingga para pihak disini
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara. Notaris tersebut tidak hanya membuat
akta baru tanpa sepengetahuan para pihak, tetapi ia juga merobek akta yang
sebelumnya. Jelas ini tidak sesuai dengan isi sumpah jabatan Notaris, dimana
seorang Notaris menjunjung tinggi sikap, tingkah laku, kehormatan, martabat, dan
tanggung jawab sebagai seorang Notaris. Pada putusan ini Majelis Pengawas
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 16 ayat (1) huruf a
secara jelas dan tegas mengatakan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya,
Notaris wajib bertindak amanah, jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. dengan sudah
jabatan sehari-harinya, notaris tidak hanya menjunjung tinggi harkat dan martabat
Notarisnya namun Notaris akan terhindar dari segala masalah hukum yang kapan
Permasalahan Notaris yang tidak amanah, tidak jujur, dan tidak menjaga
Pengawas Wilayah Notaris Sumatera Utara, dari tahun 2015 sampai tahun 2018,
sudah ada 8 (delapan) laporan. Itu menunjukkan bahwa masih ada juga notaris
Notaris, dan Kode Etik Notaris, yang diharapkan Notaris senantiasa meningkatkan
Pada kasus ini dapat kita ambil 1 (satu) contoh putusan yang pernah
terlapornya yaitu Notaris IN. pada tahun 2009 pelapor menerima covernote yang
menerangkan bahwa sebidang tanah dengan sertifikat HGB No. 565 yang terletak
Serdang terdaftar atas nama H sedang dalam peningkatam menjadi hak milik di
kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Deli Serdang yang dibuat
oleh Notaris IN dengan penyelesaian dalam jangka waktu 6 bulan sejak covernote
milik selesai maka asli sertifikat akan dikembalikan kepada pelapor. Namun
81
Frans Hendra Winarta, Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Hukum Di Indonesia,
Majalah Renvoi, Jakarta, 2005, h.12.
terlapor baik secara lisan maupun tertulis tentang penyelesaian sertifikat tanah
tersebut, tetapi tidak ada jawaban dari terlapor. Namun dari hasil pemeriksaan
mengatakan bahwa sertifikat HGB No. 565 tidak benarsedang dalam proses
peningkatan hak milik, melainkan sedang dalam anggunan kredit atas nama PT
AIG kepada bank BTN. berdasarkan kesepakatan antar pelapor dan terlapor
bahwa terlapor akan mengurus ke bank BTN dan akan mengembalikan sertifikat
tanah tersebut dalam jangka waktu 2 minggu sejak sidang MPW dilakukan dan
putusan ditunda, namun setelah melebihi dari jangka waktu yang telah ditentukan
tersebut, terlapor tidak juga mengembalikan asli sertifikat HGB No. 565 tersebut.
Pada putusan ini Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 3 huruf g sudah
menjelaskan kepada calon Notaris bahwa untuk dapat diangkat menjadi seorang
Notaris, tidak sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau sedang
dengan jabatan Notaris. Dalam pasal 17 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 2
sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha milik negara, badan usaha milik
Setiap profesi, baik itu profesi Notaris ataupun profesi lainnya, selalu
kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur. Nilai moral itu bisa
yang harus dipenuhi selama menjalankan profesi, dan memiliki idealisme sebagai
perwujudan misi organisasi profesi.82 Atas dasar ketiga nilai moral itulah setiap
profesional dituntut untuk bertindak sesuai dengan cita-cita dan tuntutan profesi,
serta memiliki nilai moral yang kuat. Dalam melakukan tugas profesi, profesional
harus bertindak objektif, artinya bebas dari rasa takut, malu, sentimen, benci,
besar.83
HTW. Dimana Notaris HTW pernah beberapa kali bekerja dibeberapa perusahaan
swasta dan terakhir kali bekerja di suatu bank swasta. Dimana pada saat yang
dan lain-lain, serta mengirim laporan bulanan secara rutin ke Majelis Pengawas
82
Ignatius Ridwan Widyadharma, Etika Profesi Hukum Dan Keperanannya, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2001, h. 17.
83
Ibid.
HTW tidak memasang plank namanya diluar kantor Notaris nya. Alasan Notaris
HTW melakukan ini adalah alasan ekonomi. Namun apapun alasannya, ini tidak
bisa untuk dijadikan alasan pembenar, karena bagaimana pun juga mengenai
rangkap jabatan ini sudah secara tegas dilarang dalam Undang-Undang Jabatan
Notaris. Terhadap putusan ini, Notaris HTW diberi sanksi berupa pengusulan
Autentik
terhadap data para pihak ataupun terhadap data mengenai obyek yang dibawa oleh
para pihak untuk membuat akta autentik sehingga menyebabkan sering terjadinya
tindak kejahatan, seperti dokumen palsu atau keterangan palsu yang dilakukan
oleh para pihak dalam akta autentik yang dibuat oleh Notaris.
dituangkan dalam bentuk akta atau tidak. Sebelum sampai pada keputusan seperti
harus didasarkan pada alasan hukum yang harus dijelaskan kepada para pihak.
masalah hukum yang akan timbul dikemudian hari. Selain itu, setiap akta yang
dibuat dihadapan atau oleh Notaris harus mempunyai alasan dan fakta hukum
yang mendukung akta yang bersangkutan atau ada pertimbangan hukum yang
Sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2018, Majelis Pengawas Wilayah
Notaris (MPWN) Sumatera Utara sudah pernah menyidangkan kasus Notaris yang
kurang cermat dan kurang hati-hati dalam menjalankan tugas jabatannya sebagai
Notaris. Dimana, selama rentang waktu itu sudah terjadi 2 laporan. Pada kasus ini
dapat kita ambil 1 (satu) contoh putusan yang pernah ditangani di Majelis
RSS, Pelapor melaporkan Terlapor sehubungan dengan Akta Jual Beli (AJB) No.
54 tanggal 27 Februari 2013 yang dibuat oleh terlapor. Pada bulan Agustus 2013
disebabkannya ada Akta Jual Beli (AJB) tersebut yang dibuat oleh terlapor.
Bahwa dari hasil pemeriksaan yang dilakuakn oleh Majelis Pengawas Wilayah
Notaris (MPWN) Sumatera Utara, benar adanya dalam perjanjian antara pelapor
perlengkapan, dari 30 item tersebut yang akan disita oleh pelapor, hanya 12 item
yang merupakan hak milik dari pelapor. Namun dari hasil pemeriksaan yang
84
Hartanti Sulihandri Dan Nisya Rifani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia
Cerdas, Jakarta, Cet. Kesatu, 2003, h. 87.
pada saat pembuatan Akta Jual Beli (AJB) tersebut, terlapor tidak mengetahui
terhadap objek Jual beli tersebut akan dilakukan sita eksekusi. Bahwa pernah juga
pelapor mendatangi kantor terlapor untuk melakukan mediasi, namun mediasi ini
tidak pernah dilakukan. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis
Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara itu pula terungkap bahwa
pada saat Akta Jual Beli tersebut dibuat, yang berupa sebuah pabrik kelapa sawit
dokumen atau invoice kepemilikan mesin-mesin itu. Pada putusan ini Majelis
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 1 ayat (1)
mengatakan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta autentik
(7) mengatakan bahwa akta autentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan
Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang ini.
Akta pengakuan adalah suatu akta yang berisi pengakuan tentang suatu
kewajiban yang dilakukan secara sepihak, dimana satu pihak mengakui bahwa
dirinya mempunyai suatu kewajiban kepada pihak lain. 85 Dalam kasus yang
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara, ternyata akta tersebut bukan dibuat
oleh Notaris TT sebagaimana yang telah dilaporkan oleh pelapor, namun surat
tersebut dikeluarkan oleh kepala desa atau lurah setempat. Akhirnya Majelis
tersebut gugur dan tidak dapat diajukan kembali, dan Notaris TT dinyatakan tidak
bersalah.
Akta fiktif adalah akta yang dimana pada proses pembuatannya tidak
sesuai dengan apa yang terjadi, seperti mengenai keterangan para pihak, identitas
para pihak, identitas obyek, atau pun akta ini tidak sesuai dengan apa yang sudah
diatur dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. Notaris yang membuat akta fiktif
memutus kasus ini dengan putusan tidak bersalah. Kasus ini melibatkan Notaris
FSL, kasus ini bermula pada tahun 2005 pelapor pernah membuat perjanjian
kerjasama yang dibuat dibawah tangan dengan pihak lain, namun setelah beberapa
lama berjalan perjanjian tersebut, antara pelapor dengan pihak lain tersebut
merasa tidak cocok lagi kalau perjanjian ini diteruskan, maka mereka sepakat
untuk membuat pengakhiran perjanjian kerjasama yang dibuat oleh Notaris FSL.
Sebelum akta pengakhiran perjanjian kerja sama ini dibuat, ternyata Notaris FSL
pernah membuat 2 Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi (APHGR) atas nama
Notaris (MPWN) Sumatera Utara oleh pelapor, bahwasannya akta yang dibuat
oleh Notaris FSL adalah akta fiktif dan cacat hukum, namun dari hasil
tuduhan tersebut tidak benar adanya dan hanya fitnah yang dilakukan oleh pelapor
Dalam kasus ini apabila Notaris FSL dengan sengaja membuat akta fiktif
sebagaimana yang telah dilaporkan oleh pelapor, maka Notaris FSL dapat dituntut
secara pidana, tentang pemalsuan akta autentik yang dilakukan oleh notaris
sebagaimana yang tertera dalam Pasal 266 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
dibandingkan dengan akta dibawah tangan. Akta Notaris sebagai akta otentik
pembuktian formil, dimana akta itu membuktikan bahwa para pihak telah
menjelaskan apa yang tertulis di akta tersebut, dan kekuatan pembuktian materil
yaitu akta tersebut membuktikan bahwa peristiwa yang tercantum dalam akta
tersebut benar-benar terjadi dan kekuatan mengikat keluar kepada pihak ketiga. 86
kerugian kepada orang lain, mewajibkan kepada orang yang salah menimbulkan
Notaris selaku pejabat umum memiliki tanggung jawab yang terdiri dari,87
b. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materil akta yang
dibuatnya.
melakukan suatu perbuatan yang merugikan salah satu atau kedua belah pihak
yang menghadap didalam pembuatan suatu akta dan hal itu benar-benar dapat
86
Retno Wulan Sutanto Dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata, CV.
Mandar Maju, Bandung, Cet. 10, 2005, h.67.
87
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum Dan Etika,
UII Press, Yogyakarta, 2010. h.34.
diketahui, bahwa suatu yang dilakukan oleh Notaris adalah sesuatu yang
Perdata.
Kasus Notaris yang melakukan pembatalan akta secara sepihak ini pernah
terlapornya yaitu Notaris HS. Dalam kasus ini, Notaris HS membatalkan akta
secara sepihak yang diakibatkan Notaris HS mendapat tekanan dari pihak ketiga.
Kasus ini bermula ketika pelapor membeli tanah dari DA yang dituangkan dalam
Akta Pelepasan Dan Penyerahan Hak Dengan Ganti Rugi (APHGR) yang dibuat
oleh Notaris HS nomor 01 dan 02 tahun 2010. Pada tahun 2015 Notaris HS
02,03,04 tahun 2015. Akibat dari pembatalan akta yang dibuat oleh Notaris HS,
pelapor mengalami kerugian karena tanah yang kini dibeli pelapor telah dikuasai
oleh pihak lain dan pelapor harus mengembalikan uang kepada pihak konsumen
yang telah membeli tanah tersebut. Pada kasus ini Notaris HS dijatuhkan dengan
Pada kasus seperti ini, Notaris tidak hanya dapat dituntut dengan Undang-
Undang Jabatan Notaris, tetapi Notaris dapat dituntut secara perdata atas kerugian
mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam
perbuatan hukum, sesuai dengan pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor
memberitahukan isi akta, grosse akta, salinan akta atau kutipan akta, kepada orang
yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris, atau orang yang memperoleh
Kasus ini bermula ketika pelapor membuat akta pemberian kuasa kepada
pihak pemilik tanah dihadapan Notaris X nomor 91 tahun 2011. Dan pelapor telah
menyerahkan uang sebesar Rp. 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) kepada
pembangunan rumah dan penentuan bagian yang dimuat dalam akta nomor 91
tahun 2011 yang dibuat dihadapan Notaris X. Namun salinan akta tersebut telah
hilang ditangan pelapor. Dan pelapor telah meminta salinan kedua itu kepada
Notaris X, namun Notaris tersebut tidak mau memberikan salinan akta tersebut,
Sumatera Utara, alasan Notaris X tidak mau mengeluarkan salinan kedua akta
nomor 91 tahun 2011 tersebut dikarenakan adanya keberatan dari pihak pemilik
tanah. Notaris harus pula memperhatikan Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Notaris wajib bertindak amanah, jujur,
seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait
semua persyaratan untuk memperoleh salinan kedua atas akta tersebut, namun
tetap saja Notaris X tidak mau mengeluarkan salinan kedua tersebut karena
adanya keberatan dari pihak pemilik tanah. Seharusnya Notaris harus berperilaku
pihak mana pun. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas
peringatan tertulis.
disebut sebagai perilaku profesi yang memiliki unsur-unsur, yaitu Notaris harus
memiliki integritas moral yang mantap, harus bersikap jujur kepada klien maupun
diri sendiri, sadar akan batas-batas kewenangannya dan tidak bertindak semata-
88
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Dan Profesi Hukum, Aneka Ilmu, Semarang,2003,
h. 93.
Daerah Notaris
Pengawas Daerah Notaris ini, pernah disidangkan oleh Majelis Pengawas Wilayah
(enam) bulan berturut-turut tidak pernah menyampaikan salinan dari daftar akta
dan daftar lainnya (laporan bulanan Notaris) terhitung dari bulan September 2015
sampai dengan bulan Februari 2016. Dari hasil pemeriksaan itu pula, tidak
Labuhabatu Selatan.
ayat (1), Pasal 59 ayat (1), dan Pasal 61 ayat (1) juncto Pasal 65A Undang-
Pasal 58 ayat (1), berbunyi: Notaris membuat daftar akta, daftar surat
dibawah tangan yang disahkan, daftar surat yang dibukukan dan daftar surat lain
yang diwajibkan dalam undang-undang ini. Pasal 59 ayat (1), berbunyi: Notaris
membuat daftar klepper untuk daftar akta dan daftar surat dibawah tangan yang
disahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1), disusun menurut abjad
dan dikerjakan setiap bulan. Pasal 61 ayat (1), berbunyi: Notaris melalui
daftar akta dan daftar lain yang dibuat pada bulan sebelumnya paling lama 15
(lima belas) hari pada bulan berikutnya kepada Majelis Pengawas Daerah. Pasal
65A, berbunyi: Notaris yang melanggar ketentuan Pasal 58 dan Pasal 59 dapat
namun tidak menutup kemungkinan juga dilakukan oleh seseorang yang memiliki
profesi atau jabatan, termasuk itu profesi-profesi hukum. tindak pidana pemerasan
diatur dalam Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang berbunyi,
barang siapa yang dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman
adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun
pelapor melakukan pemerasan terhadap dirinya. Kasus ini bermula ketika pelapor
bangunan yang akan dibangun di atas tanah milik Ibu pelapor (telah meninggal
dunia) yang semula akan dibangun rumah sebanyak 14 (empat belas) unit dan
akhirnya berubah menjadi 16 (enam belas) unit. Dalam hasil pemeriksaan itu pula
dikatakan tanah milik ibu pelapor tersebut telah dialihkan kepada S (menantu Ibu
Perikatan Jual Beli Nomor 27 Tahun 2008, dan Akta Surat Kuasa Nomor 15
Tahun 2009, lalu LL melakukan jual beli terhadap tanah tersebut kepada K,
dengan Akta Perikatan Jual Beli (APJB) Nomor 65 Tahun 2014 dan
terhadap pelapor dan terlapor (Notaris FT), menyatakan bahwa perjanjian bangun
bagi yang dimaksud pelapor tidak pernah ada, yang ada hanya perjanjian jual beli,
menyatakan bahwa terlapor (Notaris FT) tidak pernah membuat Site Plan
memeras pelapor untuk membuat sertifikat, dan dari hasil putusan tersebut
Notaris juga sering terjadi di wilayah provinsi Sumatera Utara, selama tahun 2015
sampai tahun 2018 sudah 3 kasus tentang masalah ini, dan bisa saja lebih banyak
lagi kasus-kasus seperti ini diluar sana yang tidak dilaporkan atau diketahui yang
Sumatera Utara dengan berbagai alasan. Pelanggaran seperti ini tidak hanya
dikategorikan Notaris tidak beritikad baik dan ada indikasi Notaris ingin membuat
akta palsu, yang mengarah pada perbuatan tindak pidana dan dapat dilaporkan
kepada pihak kepolisian, namun dalam kenyataannya sulit dilakukan karena pada
umumnya orang yang membutuhkan jasa Notaris tidak mengetahui atas praktek-
praktek tersebut.
Pada kasus akta Notaris ditandatangani tidak dihadapan notaris dapat kita
2015, menurut akta tersebut pelapor dikeluarkan dan digantikan oleh EZ. Menurut
Notaris tetapi dihadapan Pegawai Notaris. Notaris NB mengakui bahwa pada saat
itu, ia sedang berada diluar kantor karena sedang ada pekerjaan. Notaris NB pun
teguran tertulis.
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 16 ayat (1) huruf m
dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi atau 4 (empat) orang saksi
khusus untuk pembuatan Akta Wasiat dibawah tangan, dan ditanda tangani pada
saat itu juga oleh para penghadap, saksi-saksi, dan Notaris. Namun tetap saja
dan selalu bertindak amanah dan jujur dalam menjalankan tugas jaabatannya.
seharusnya:89
89
Endang Purwaningsih, “Bentuk Pelanggaran Hukum Notaris Di Wilayah Provinsi
Banten Dan Penegakan Hukumnya”, Mimbar Hukum, Nomor 1, 2015, h. 18.
Notaris, dan
13. Notaris Membuat Surat Kuasa Menjual Terhadap Suatu Objek Jaminan
kepastian akan pelunasan hutang debitur apabila debitur cidera janji atau
dinyatakan pailit. Oleh karena itu dengan adanya pemberian jaminan kredit maka
kreditur bahwa kreditnya akan tetap kembali walaupun debiturnya cidera janji,
yakni dengan cara mengeksekusi objek jaminan kredit bank yang bersangkutan
melalui lelang.90
Pada praktek Notaris ada suatu tindakan Notaris (saran Notaris atau
permintaan bank), yaitu dibuatnya Akta Kuasa Menjual dari debitur (nasabah)
kepada kreditur (bank), dengan alasan jika debitur wanprestasi, maka prosedur
lelang yang diatur dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b Undang-Undang Hak
Tanggungan dapat dihindari atau tidak dilakukan oleh bank, padahal menurut
90
Asriadi Zainuddin,“Kedudukan Hukum Surat Kuasa Menjual Terhadap Objek Jaminan
Yang Dibebani Dengan Hak Tanggungan”,Al-Himayah,Nomor 2, Oktober 2017, h. 298.
tindakan tersebut batal demi hukum. namun hal seperti ini tidak disadari oleh
Notaris dan bank. Bank melakukan ini dengan alasan “jaga-jaga” apabila debitur
wanprestasi maka kuasa ini akan digunakan, yaitu objek jaminan tersebut akan
langsung dijual tanpa melalui proses lelang. Namun apabila debitur tidak
Pada kasus Notaris membuat surat kuasa menjual terhadap suatu objek
jaminan ini pernah ditangani oleh Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN)
dituduh pelapor telah membuat suatu surat kuasa, dimana objeknya tersebut masih
menjadi objek hak tanggungan. Kasus ini telah diputus oleh Majelis Pengawas
bersalah. Dan tuduhan yang diarahkan oleh pelapor kepada Notaris S tidak
terbukti. Kasus ini bermula ketika tanah dengan Sertifikat Hak Milik Nomor
921/Asam Kumbang atas nama pelapor menjadi objek jaminan pada Bank Sumut.
perubahan jumlah pinjaman yang semula ditentukan oleh pelapor berjumlah Rp.
696.000.000,00 (enam ratus sembilan puluh enam juta rupiah) kemudian berubah
91
https://yogasatriya.wordpress.com/2016/09/25/18/amp, Terakhir diakses pada tanggal
23 Juli 2019.
menjadi Rp. 1.600.000.000,00 (satu miliar enam ratus juta rupiah), dimana
Notaris S, yang dibuat olehnya adalah surat kuasa saja, bukan kuasa untuk
Hutang Nomor 23 Tahun 2010 yaitu pengakuan hutang oleh para pihak antara S
dengan Bank Sumut sebesar Rp. 1.600.000.000,00 (satu miliar enam ratus juta
rupiah), dimana yang menjadi dasarnya adalah perjanjian membuka kredit dan
14. Notaris Membuat Akta Jual Beli Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
oleh terlapor, yaitu akta jual beli Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) akta nomor
31 tahun 2009 tanggal 21 Oktober 2009. Namun dari fakta-fakta yang didapat
dalam persidangan bahwa apa yang dibuat oleh terlapor tersebut adalah Akta Jual
Beli (AJB) yang dimana Akta Jual Beli (AJB) tersebut murni merupakan akta
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), sehingga ini bukan kewenangan Majelis
oleh Notaris.
Tabel 2
Sanksi yang di terapkan Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN)
Sumatera Utara terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris dari
tahun 2015 sampai tahun 2018
No. Putusun Majelis Pengawas Wilayah 2015 2016 2017 2018 Jumlah
Notaris Sumatera Utara
1. Teguran tertulis 9 5 - 2 16
2. Tidak bersalah 1 2 3 - 6
3. Usulan pemberhentian dengan 1 - - - 1
hormat
4. Gugur 1 - 1 - 2
Jumlah 12 7 4 2 25
Sumber: Hasil penelitian di Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN)
Sumatera Utara dari bulan Juni 2019-Juli 2019.
(MPWN) Sumatera Utara, dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018, ada 25
(dua puluh lima) laporan yang disidangkan oleh Majelis Pengawas Wilayah
Notaris (MPWN) Sumatera Utara. Dari hasil penelitian ini, Notaris yang
mendapatkan teguran tertulis sebanyak 16 (enam belas) orang Notaris, dan usulan
putusan tidak bersalah ada sebanyak 6 (enam) orang dan putusan gugur ada
sebanyak 2 (dua) orang. Dari 25 (dua puluh lima) laporan yang telah diputus oleh
Notaris dinyatakan bersalah, dan hanya 6 orang Notaris yang tidak bersalah, ini
membuktikan masih banyaknya Notaris yang lalai atau tidak cermat atau kurang
teliti atau tidak mengerti ataupun adanya unsur kesengajaan yang dilakukan oleh
Notaris.
secara nyata sebagai Notaris, memiliki kantor, memiliki karyawan, memiliki buku
daftar Reportorium, dan lain-lain, serta mengirim laporan bulanan secara rutin ke
Namun Notaris HTW tidak memasang plank namanya diluar kantor Notaris nya.
pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris adalah sumber daya manusianya itu
sendiri, dan juga kurangnya pengawasan dan pembinaan kepada para Notaris
harus ada juga peran dari pemerintah yakni melalui Majelis Pengawas Notaris
(MPN) untuk selalu mengawal kinerja dari Notaris, bukan hanya ketika Notaris
92
Rahmayani Saragih, Sekretaris Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera
Utara, Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, 10 Juli
2019.
seminar seperti ini, kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris dapat
berkurang.
akan mengangkat keluhuran martabat Notaris sebagai seorang pejabat. Kode Etik
rahasia mengenai akta yang dibuatnya dan keterangan atau pernyataan para pihak
kepada pihak yang memintanya. Jadi dalam menjalankan tugas jabatannya dan
Notaris dapat menjadi jabatan kepercayaan dan dihormati oleh masyarakat atau
pihak.
Notaris. Sumpah janji sebagai Notaris mengandung makna yang sangat dalam
yang harus dijalankan dan mengikat selama menjalankan tugas jabatan sebagai
seorang Notaris. Sumpah janji tersebut mengandung dua makna yang mendalam
93
Habib Adjie, Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik, Op.cit., h. 78.
94
Ibid., h. 184.
dan harus dipahami oleh seorang Notaris, pertama, Notaris wajib bertanggung
jawab kepada Tuhan, karena sumpah atau janji yang diucapkan berdasarkan
agama masing-masing artinya segala sesuatu yang dilakukan oleh Notaris akan
bidang hukum perdata dan kepada masyarakat yang telah mempercayai Notaris
yang mampu menuangkan kehendak mereka kedalam bentuk akta, dan percaya
Tabel 3
Rincian pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris berdasarkan tahun dan
daerah kerja Notaris dari 2015 sampai tahun 2018
No. Daerah 2015 2016 2017 2018 Jumlah
1. Kota Medan 7 3 - - 10
2. Kota Sibolga - - 1 - 1
3. Kota Binjai - 1 - - 1
4. Kabupaten Deli Serdang 3 1 - - 4
5. Kabupaten Langkat 1 - - - 1
6. Kabupaten Karo 1 - 1 2 4
7. Kabupaten Labuhan Batu - 1 - - 1
8. Kabupaten Serdang Bedagai - 1 - - 1
9. Kabupaten Simalungun - - 1 - 1
10. Kabupaten Tapanuli Utara - - 1 - 1
Jumlah 12 7 4 2 25
Berdasarkan tabel di atas, dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018,
Notaris (MPWN) Sumatera Utara. Dimana pada tahun 2015 ada 12 laporan,
tahun 2016 ada 7 laporan, tahun 2017 ada 4 laporan, dan pada tahun 2018 ada 2
laporan. Dapat dilihat di tabel tersebut, ada pengurangan yang cukup signifikan
dari tahun ketahun. Ini merupakan perkembangan yang sangat baik yang dapat
tidak mengetahui secara pasti apa penyebab penurunan jumlah laporan yang
masuk ke Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2018, karena Majelis Pengawas Wilayah Notaris
(MPWN) Sumatera Utara tidak akan melakukan penindakan apabila tidak ada
(MPWN) Sumatera Utara, menurut data sampai bulan Mei 2019, terdapat 978
(sembilan ratus tujuh pulah delapan) Notaris yang tersebar 33 (tiga puluh tiga)
dengan tahun 2018, dari 25 (dua puluh lima) laporan yang sudah diputus oleh
menjadi kota yang paling banyak Notaris yang melakukan pelanggaran sebanyak
95
Rahmayani Saragih, Sekretaris Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera
Utara, Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, 21 Oktober
2019.
10 laporan, yang diikuti oleh Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo
Kota Medan dengan jumlah Notaris sebanyak 241 (dua ratus empat puluh
satu) Notaris Berdasarkan data yang diperoleh dari Majelis Pengawas Wilayah
Notaris (MPWN) Sumatera Utara, menurut data sampai bulan Mei 2019 dan
sebagai kota dengan kategori daerah B, merujuk pada Pasal 7 ayat (2) huruf b
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 27 Tahun 2016
yang berada di daerah dengan kategori B ini tentu saja sudah melalui daerah-
kategori B. Yang dimana menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor 27 Tahun 2016 Tentang Formasi Jabatan Notaris dan Penentuan
Kategori Daerah Pasal 3 ayat (1) mengatakan bahwa formasi jabatan Notaris
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) ditetapkan untuk jangka waktu 4
(empat) tahun. Jadi menurut pasal tersebut, untuk wilayah D Notaris harus
maupun resiko-resiko telah banyak dilalui oleh seorang Notaris untuk bisa sampai
ataupun Kode Etik Notaris akan tetapi juga terjerat tindak pidana.
Notaris dan Kode Etik Notaris. Dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018
terdapat 27 (dua puluh lima) laporan masyarakat, dari 27 (dua puluh lima) laporan
Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris tidak berlaku secara
efektif. Tidak efektifnya aturan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya
aparaturnya tidak konsisten dalam menjalankan aturan, dan bisa juga diakibatkan
karena masyarakatnya itu sendiri yang tidak mendukung pelaksanaan dari aturan
tersebut.
efektifnya dalam dunia Notaris disini yaitu Notarisnya itu sendiri dan
paham ataupun tidak mengetahui bahwa ada aturan yang mengatur, notaris tidak
cermat dan tidak teliti dalam membuat akta, ada keinginan untuk menguntungkan
diri sendiri atau pihak lain dan adanya itikad buruk dari masyarakat misalnya
memfitnah Notaris.
1. Kewenangan Notaris
kewenangan yang sah. Tanpa ada kewenangan yang sah seorang Pejabat
ataupun Badan Tata Usaha Negara tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan
pemerintahan. Oleh karena itu kewenangan yang sah merupakan atribut bagi
Tugas dan wewenang Notaris jika dilihat dari jabatannya, maka seorang
Notaris menurut Peraturan Jabatan Notaris selaku Pejabat Umum yang ditunjuk
96
Iwaris Harefa, Kewenangan Majelis Kehormatan Notaris Dalam Memberikan
Persetujuan Terhadap Pemanggilan Penyidik Penuntut Umum Dan Hakim Berkaitan Dengan
Ketentuan Pasal 66 Ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris, Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2018,h. 38.
97
Lutfi Effendi, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Bayumedia Publishing, Malang,
2004, h. 77.
87
Universitas Sumatera Utara
88
akta yang dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut hukum (undang-
undang), dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum, dan ditempat dimana akta
itu dibuat. Selain dari pada itu juga mengacu dan berkaitan dengan pasal 1870
dan mandat.98 Kewenangan yang diperoleh dengan cara atribusi, apabila terjadi
berhalangan.
98
Philipus M. Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2005, h. 139-140.
Jabatan Notaris (UUJN) sendiri. Jadi, wewenang yang diperoleh Notaris bukan
berasal dari lembaga lain, misalnya dari Departemen Hukum dan Hak Asasi
autentik, kecuali jika undang-undang menentukan lain. Intisari dari tugas dan
membuat akta, melegalisasi akta di bawah tangan dan membuat grosse akta
serta berhak mengeluarkan salinan atau turunan akta kepada pihak yang
berkepentingan. Padahal dalam praktek tugas dan wewenang notaris lebih luas
dari apa yang diatur dalam undang-undang. Notaris dalam praktek, yaitu antara
99
G.H.S.Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1999, h. 32.
akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya
itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat lainnya atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
mendaftarkannya dalam buku khusus, membuat kopi dari asli surat dibawah
mengkonstantir apa yang terjadi dan apa yang dilihat, didalamnya serta
3). 100 Berkaitan dengan wewenang yang harus dimiliki oleh Notaris hanya
100
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
1985, h. 123.
tidak diindahkan, akta yang dibuat oleh Notaris menjadi tidak sah. Adapun
wewenang yang dimiliki oleh Notaris meliputi empat (4) hal yaitu sebagai
berikut:
itu;
dibuat;
itu.101
Jadi pihak-pihak dalam akta itulah yang terikat pada isi dari suatu akta
autentik. Notaris bukan tukang membuat akta atau orang yang mempunyai
lainnya yang harus dikuasai secara terintegrasi oleh notaris dan akta yang
101
G.H.S. Lumban Tobing, Op., Cit, h. 49-50.
bukti.102
memang bahwa ada hal/peristiwa yang disebutkan dalam akta. Hal mana untuk
2. Akta juga mempunyai fungsi sebagai alat bukti (probationis causa). Jadi
jelas bahwa itu dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian di
2. Kewajiban Notaris
Jabatan Notaris Pasal 16, yang berbunyi (1) dalam menjalankan jabatannya,
Notaris wajib: bertindak amanah, jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan
membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai bagian
dari protokol Notaris, melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap
sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh
undang menentukan lain, menjilid akta yang dibuatnya dalam satu bulan
menjadi buku yang memuat tidak lebih dati 50 (limapuluh) akta, dan jika
jumlah akta tidak dimuat dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi
lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah minuta akta, bulan, dan tahun
pembuatannya pada sampul setiap buku, membuat daftar dari akta protes
terhadap tidak diterimanya atau tidak dibayar surat berharga, membuat daftar
akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan akta
atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat kepusat daftar wasiat pada
dalam waktu lima hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya; mencatat
Indonesia pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat
dengan dihadiri oleh paling sedikit dua orang saksi, atau empat orang saksi
khusus akta wasiat dibawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu juga oleh
menyimpan minuta akta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b tidak
moral yang mantap, harus jujur bersikap terhadap klien maupun diri sendiri,
Jabatan Notaris Pasal 4 ayat (2) tentang sumpah atau janji Notaris dan Pasal 16
meliputi keseluruhan isi akta yang terdiri dari awal akta, badan akta dan akhir
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, serta keterangan dan
serangkaian fakta yang diberitahukan oleh klien kepada Notaris baik yang
tercantum dalam akta maupun yang tidak tercantum di dalam akta atau dalam
104
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 2003,
h. 93.
105
Eis Fitriyana Mahmud, Batas-batas Kewajiban Ingkar Notaris dalam Penggunaan Hak
Ingkar pada Proses Peradilan Pidana, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, Malang, 2013, h. 18.
bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia
106
memikul tanggung jawab hukum. Konsep tanggung jawab hukum
negara. 107 Menempatkan Notaris sebagai suatu jabatan dan profesi yang
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris adalah sangat erat kaitannya dengan tugas
dan pekerjaan Notaris. Dikatakan demikian oleh karena selain untuk membuat
akta autentik, Notaris juga ditugaskan dan bertanggung jawab untuk melakukan
106
Hans Kelsen, Teori Umum hukum Dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif
Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007, h. 81.
107
Bagir Manan, Hukum Positif Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2004, h. 15.
108
Cut Era Fitriyeni, “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Penyimpanan Minuta Akta
Sebagai Bagian Dari Protokol Notaris”, Kanun, Nomor 58, Desember 2012, h. 8.
109
Rahmad Hendra, “Tanggungjawab Notaris Terhadap Akta Otentik Yang Penghadapnya
Mempergunakan Identitas Palsu Di Kota Pekanbaru”, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 1, h.
9.
bahwa tugas pokok dari Notaris adalah membuat akta autentik dan akta
pembuktian yang sempurna. Hal ini dapat dilihat sebagaimana yang tercantum
bahwa suatu akta autentik memberikan di antara para pihak beserta ahli waris-
ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari pada mereka, suatu
bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya. Disinilah letak arti
penting dari profesi Notaris, bahwa Notaris diberi wewenang menciptakan alat
pembuktian yang sempurna, dalam pengertian bahwa apa yang tersebut dalam
untuk kepentingan suatu usaha. 110 Notaris tidak hanya berwenang untuk
menandatangani dan dalam arti membuat akta dalam bentuk yang ditentukan
110
Soegondo R. Notodisoerjo, Hukum Notariat Di Indonesia (Suatu Penjelasan), Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1993, h. 9.
dalam undang-undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya. Notaris juga
Akta autentik merupakan bukti yang sempurna bagi kedua belah pihak
dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapatkan hak daripadanya.
Dengan demikian, ini berarti bahwa isi akta tersebut oleh hakim dianggap
kekuatan bukti yang sempurna, melainkan hanya bersifat alat pembuktian yang
1. Tanggung jawab Notaris secara perdata atas akta yang dibuatnya, dalam
hal ini adalah tanggung jawab terhadap kebenaran materil akta, dalam
disini dalam sifat aktif maupun pasif. Aktif, dalam artian melakukan
111
M. Nur Rasaid, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, h. 38.
112
Ibid, h. 35-49.
tersebut:
sehari-hari.
2. Tanggung jawab Notaris secara pidana atas akta yang dibuatnya. Pidana
dalam hal ini adalah perbuatan pidana yang dilakukan oleh seorang
a. Perbuatan manusia;
dalam undang-undang);
(UUJN).
negara.113
jabatan adalah:114
3. Profesional.
113
Komar Andasasmita, Notaris I, Sumur Bandung, Bandung, 1981, h. 158.
114
A.A. Andi Prajitno, Pengetahuan Praktis Tentang ApaDan Siapa Notaris di Indonesia,
Putra Media Nusantara, Surabaya, 2010, h. 92.
harus jujur terhadap diri sendiri yang berlandaskan pada spiritual, moral,
mental, akhlak baik dan benar. Selain mempunyai tingkat intelektual tinggi
mengejar materi, menjunjung harkat dan martabat Notaris yang profesional. 115
Undang Nomor 13 Tahun 1956 Tentang Tata Cara Pengawasan Terhadap Notaris,
a. Peradilan Umum;
b. Peradilan Agama;
c. Peradilan Militer;
e. Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung ditegaskan bahwa Mahkamah Agung selaku pelaku salah satu
117
Ibid., h. 2.
Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum Pasal 5 Ayat (1) menegasakan bahwa
oleh Menteri tidak tepat lagi jika pengawasannya dilakukan oleh selain Menteri,
dalam hal ini badan peradilan. Maka ketentuan mengenai pengawasan terhadap
Notaris.118
pengawasan bukanlah hal yang utama yang mendapat perhatian dari aparatur
Notaris (MPN). Kewenangan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
diberikan dalam bentuk pendelegasian atributif kepada Menteri Hukum Dan Hak
(MPN). Dengan adanya majelis pengawas yang secara khusus dibentuk untuk
118
Bayu Nirwana Sari,Pelaksanaan, Pembinaan, Dan Pengawasan Notaris Oleh Majelis
Pengawas Daerah Notaris Di Kabupaten Tanggerang, Tesis, Universitas Indonesia, Depok, 2012,
h. 37.
kegiatan preventif, kuratif dan termasuk juga pembinaan yang dilakukan oleh
majelis pengawas terhadap Notaris. Dengan demikian ada 3 (tiga) tugas yang
1. Pengawasan preventif;
3. Pembinaan.
Notaris, sehingga etika Notaris dalam melaksanakan tugas dan jabatannya sangat
diutamakan. Tujuan dari pengawasan tidak hanya ditujukan bagi penataan Kode
Etik Notaris akan tetapi juga untuk tujuan yang lebih luas, yaitu agar para Notaris
yang dilayani.
119
Ibid.,h. 38.
Pembuatan Akta.
pemeriksaan terhadap Notaris dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
manusia.
ada pada Menteri sendiri, yang secara jelas dikatakan dalam Pasal 67 ayat (1)
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris bahwa pengawasan atas Notaris
Notaris (MPN) tidak semua berasal dari profesi Notaris, sehingga diharapkan
tindakan dan keputusan yang dikeluarkan Majelis Pengawas Notaris (MPN) harus
Notaris, sedangkan perilaku dan tindakan yang dilakukan oleh Notaris diluar
terhadap Notaris itu sendiri oleh karena dengan adanya suatu pengawasan, maka
120
Menurut Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia Pasal 1 huruf a, Dewan Kehormatan
adalah alat perlengkapan perkumpulan sebagai suatu badan atau lembaga yang mandiri dan bebas
dari keberpihakan dalam perkumpulan yang bertugas untuk melakukan pembinaan, bimbingan,
pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik, memeriksa dan mengambil
keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak
mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung, memberikan saran dan
pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan pelanggaran kode etik dan jabatan Notaris.
121
Eureika Kezia Sakudu Dan Wahyuni Safitri, Peranan Majelis Pengawas Wilayah
Notaris Dalam Melakukan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Jabatan Notaris Terkait Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Widya
Gama Mahakam Samarinda, 2016, h. 71.
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 1 ayat (6)
dalam pasal ini jelas dikatakan bahwa peran Majelis Pengawas Notaris (MPN)
adalah pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris, baik terhadap Kode Etik
Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara selama ini belum
maksimal. Hal ini disebabkan tidak adanya anggaran kepada Majelis Pengawas
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara untuk saat sekarang ini dalam
melakukan pembinaan terhadap Notaris, kurangnya waktu yang dimiliki oleh para
122
Admin, Kemenkumham Tingkatkan Pembinaan dan Pengawasan Notaris Demi
Profesionalitas, Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 4 Maret 2019.
(MPDN), maka pada saat itu pula pembinaan dilakukan juga oleh Majelis
Pengawas Daerah Notaris (MPDN), itu pun hanya setahun sekali dilakukan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara pernah juga
sosialisasi kepada para Notaris yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Semua Notaris yang ada di wilayah Provinsi Sumatera diundang dalam suatu
acara, namun dari yang diundang tersebut tidak semua hadir, dan dari yang hadir
tersebut tidak semua bisa mengikuti acara tersebut dengan maksimal, dan setiap
Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara tentang sosialisasi tersebut,
peserta yang hadir selalu peserta yang sama dengan acara-acara sebelumnya.
Sehingga pembinaan tersebut tidak dapat berjalan dengan maksimal dan efektif.
Sumatera Utara tidak dapat berbuat banyak, dikarenakan tidak adanya anggaran
kalau terdapat pelanggaran oleh Notaris maka Notaris tersebut dapat langsung
dan Pengurus Wilayah Ikatan Notaris Indonesia Sumatera Utara untuk melakukan
yang dimaksud oleh Ibu Rahmayani Saragih, yaitu Majelis Pengawas Wilayah
daerah dan membuat suatu acara tentang sosialisasi kepada Notaris namun
kegiatan ini belum bisa dilakukan karena berbagai kendala. Misalnya, terkendala
masalah anggaran, waktu, dan jarak. Dan Majelis Pengawas Wilayah Notaris
dilakukan oleh Notaris kalau bukan Notaris itu sendiri yang menguranginya atas
kesadarannya.123
akta Notaris, Yaitu sepanjang tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 sudah ada 14
bentuk pelanggaran yang berkaitan dengan akta Notaris, dimana dari 14 (empat
belas) bentuk pelanggaran tersebut ada 27 (dua puluh tujuh) laporan masyarakat
Sumatera Utara. Dari hasil penelitian penulis, terdapat 17 (tujuh belas) laporan
dikenai sanksi teguran tertulis dan 1 (satu) laporan Notaris dikenai sanksi usulan
bersalah, 2 (dua) laporan yang dinyatakan gugur, dan 2 (dua) laporan lainnya
hanya sampai pada proses penyidikan dikarenakan Notaris tersebut ada itikad baik
dinyatakan bersalah, dapat timbul dalam dirinya efek jera dan tidak akan
tersebut yang sedang dalam proses persidangan, maka pada saat itu pula Majelis
Kewenangan yang dibahas pada rumusan masalah yang kedua ini yaitu
pembinaan itu sendiri dilakukan pada saat pemeriksaan yang dilakukan kepada
ada Majelis Pengawas Daerah (MPD), maka pengawasan dilakukan oleh Majelis
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang mengatakan bahwa
protokol Notaris secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap
hukum. Dalam teori efektifitas hukum, ada 3 penyebab mengapa suatu aturan
hukum itu tidak dapat berjalan secara efektif, yaitu karena adanya kekaburan
hukum yang dimaksud dalam teori tersebut yaitu Majelis Pengawas Wilayah
Notaris (MPWN) Sumatera Utara. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan di
tugasnya yaitu dalam hal pengawasan dan pembinaan, seusai dengan Undang-
Undang Jabatan Notaris (UUJN). Namun yang menjadi kendala Majelis Pengawas
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara yaitu, anggaran yang sedikit ataupun
tidak ada, waktu dari para anggotanya, dan kualitas dari para anggotanya.
Kepatuhan berasal dari kata patuh, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) patuh berarti menurut, taat, dan disiplin pada perintah aturan dan
suatu keadaan dimana seseorang harus taat terhadap suatu batasan-batasan, yakni
aturan-aturan hukum yang berlaku, baik aturan hukum yang tertulis maupun
kekuasaan tunduk kepada hukum. 125 sebagai negara hukum, maka hukum
individu atau perorangan dan individu dengan kelompok atau masyarakat maupun
125
Mochtar Kusumaatmadja, B. Arief Sidarta, Pengantar Ilmu Hukum Suatu Pengenalan
Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2000, h. 43.
126
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
2003, h.21.
127
Mochtar Kusumaatmadja, B. Arief Sidarta, Op.,cit, h. 17.
112
Universitas Sumatera Utara
113
setiap perbuatan dan hubungan hukum baik bersifat publik maupun keperdataan
yang akan dikenakan kepadanya apabila ia melanggar hukum atau mungkin juga
hukum yang berlaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam dirinya. Masalah
kepatuhan hukum atau ketaatan hukum merupakan satu unsur saja dari persoalan
yang lebih luas, yaitu kesadaran hukum. dari berbagai arti hukum, salah satu
dari suatu masyarakat. Masalah nilai-nilai dalam hukum erat kaitannya dengan
penilaian terhadap hukum yang ada serta hukum yang dikehendaki. 130
128
Supriadi,Op.,cit, h. 55.
129
Soerjono Soekamto, Op.,cit, h. 225.
130
Atang Hermawan Usman, “Kesadaran Hukum Masyarakat Dan Pemerintah Sebagai
Faktor Tegaknya Negara Hukum Di Indonesia”, Wawasan Hukum, Vol 30, Februari 2014, h. 11.
yang teratur atas dasar perencanaan yang mantap. Penyuluhan hukum bertujuan
kondisi penegakan hukum di Indonesia yang sangat lemah bisa menjadi sumber
konflik.131
memeriksa dan menjatuhkan sanksi kepada Notaris, memiliki peran yang sangat
besar dalam hal mengawal kinerja Notaris, agar Notaris tetap berada dalam
patuh dan taat terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) dan Kode Etik
Notaris. Majelis Pengawas Notaris (MPN) harus tetap bekerja dengan profesional
walaupun dalam keanggotan Majelis Pengawas Notaris (MPN) ada Notaris juga
131
Ibid., h. 22.
2015 sampai tahun 2018 ada 14 (empat belas) bentuk pelanggaran yang dilakukan
oleh Notaris, dimana dari 14 (empat belas) bentuk pelanggaran tersebut terdapat
27 (dua puluh tujuh) laporan yang masuk, 25 (dua puluh lima) laporan
diantaranya sudah berhasil sampai pada proses putusan, dimana 17 (tujuh belas)
pihak pelapor. Maka dari 17 (tujuh belas) laporan tersebut, menurut Ibu
telah diputus atau tidak, karena Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN)
Sumatera Utara tidak pernah memantau apakah putusan yang telah diputus
tersebut telah dijalankan oleh Notaris atau tidak. 132 Lebih lanjut lagi, sampai
sejauh ini pun belum ada pihak yang melapor kembali ke Majelis Pengawas
tidak menjalankan putusan yang diputus oleh Majelis Pengawas Wilayah Notaris
132
Rahmayani Saragih, Sekretaris Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera
Utara, Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, 10 Juli
2019.
Utara. Berikut hasil wawancara dengan beberapa Notaris yang dilaporkan oleh
Pada kasus Notaris tidak membacakan akta, kasus ini pernah ditangani di
Notaris SU, diketahui dari hasil pemeriksaan Majelis Pengawas Wilayah Notaris
(MPWN) Sumatera Utara, selama proses pembuatan akta, para pelapor tidak
pernah berhadapan langsung dengan Notaris SU, berarti demikian jelaslah bahwa
Notaris SU tidak membacakan isi akta itu kepada para pihak. Pada putusan ini
Hasil penelitian penulis dengan Notaris SU, pada saat didatangi kantor
Notaris SU, kantornya sudah tidak berada di alamat yang tertera pada putusan
Pada kasus Notaris membuat akta baru tanpa sepengetahuan para pihak,
membuat akta baru tanpa sepengetahuan para pihak, dengan alasan bahwa adanya
permintaan dari pihak ketiga sehingga akta itu dirubah, sehingga para pihak disini
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara. Notaris tersebut tidak hanya membuat
akta baru tanpa sepengetahuan para pihak, tetapi ia juga merobek akta yang
sebelumnya. Jelas ini tidak sesuai dengan isi sumpah jabatan Notaris, dimana
seorang Notaris menjunjung tinggi sikap, tingkah laku, kehormatan, martabat, dan
tanggung jawab sebagai seorang Notaris. Pada putusan ini Majelis Pengawas
mengantar surat penelitian kekantor Notaris F, dan sampai saat ini belum ada
Pada kasus ini dapat diambil 1 (satu) contoh putusan yang pernah
terlapornya yaitu Notaris IN. pada tahun 2009 pelapor menerima covernote yang
menerangkan bahwa sebidang tanah dengan sertifikat HGB No. 565 yang terletak
Serdang terdaftar atas nama H sedang dalam peningkatam menjadi hak milik di
kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Deli Serdang yang dibuat
oleh Notaris IN dengan penyelesaian dalam jangka waktu 6 bulan sejak covernote
milik selesai maka asli sertifikat akan dikembalikan kepada pelapor. Namun
terlapor baik secara lisan maupun tertulis tentang penyelesaian sertifikat tanah
tersebut, tetapi tidak ada jawaban dari terlapor. Namun dari hasil pemeriksaan
mengatakan bahwa sertifikat HGB No. 565 tidak benarsedang dalam proses
peningkatan hak milik, melainkan sedang dalam anggunan kredit atas nama PT
AIG kepada bank BTN. berdasarkan kesepakatan antar pelapor dan terlapor
bahwa terlapor akan mengurus ke bank BTN dan akan mengembalikan sertifikat
tanah tersebut dalam jangka waktu 2 minggu sejak sidang Majelis Pengawas
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara dilakukan dan apabila sertifikat selesai
setelah melebihi dari jangka waktu yang telah ditentukan tersebut, terlapor tidak
juga mengembalikan asli sertifikat HGB No. 565 tersebut. Pada putusan ini
menurut Notaris IN, kasusnya ini bermula ketika Notaris IN membuat perjanjian
kredit di suatu Bank, lalu si klien membuat akta lain yang berkaitan dengan akta
perjanjian kredit tersebut di bank yang sama namun dengan Notaris yang berbeda.
IN seharusnya Notaris yang baru dengan Notaris yang sebelumnya harus saling
(MPWN) Sumatera Utara harus membela dan mengayomi Notaris, bukan malah
memberatkan Notaris.133
HTW. Dimana Notaris HTW pernah beberapa kali bekerja dibeberapa perusahaan
swasta dan terakhir kali bekerja di suatu bank swasta. Dimana pada saat yang
dan lain-lain, serta mengirim laporan bulanan secara rutin ke Majelis Pengawas
Notaris HTW tidak memasang plank namanya diluar kantor Notarisnya. Alasan
Notaris HTW melakukan ini adalah alasan ekonomi. Namun apapun alasannya,
ini tidak bisa untuk dijadikan alasan pembenar, karena bagaimana pun juga
mengenai rangkap jabatan ini sudah secara tegas dilarang dalam Undang-Undang
Jabatan Notaris. Terhadap putusan ini, Notaris HTW diberi sanksi berupa
133
Notaris IN, Kantor Notaris IN, tanggal 19 Agustus 2019.
sekarang ini, kasus tentang rangkap jabatan ini belum selesai diputus oleh Majelis
banding.134
Autentik
Sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2018, Majelis Pengawas Wilayah
Notaris (MPWN) Sumatera Utara sudah pernah menyidangkan kasus Notaris yang
kurang cermat dan kurang hati-hati dalam menjalankan tugas jabatannya sebagai
Notaris. Dimana, selama rentang waktu itu sudah terjadi 2 (dua) laporan. Pada
kasus ini dapat kita ambil 1 (satu) contoh putusan yang pernah ditangani di
Notaris RSS, Pelapor melaporkan Terlapor sehubungan dengan Akta Jual Beli
(AJB) No. 54 tanggal 27 Februari 2013 yang dibuat oleh terlapor. Pada bulan
Agustus 2013 ketika akan dilakukan sita eksekusi dilapangan, sesuai dengan
dilakukan disebabkannya ada Akta Jual Beli (AJB) tersebutyang dibuat oleh
terlapor. Bahwa dari hasil pemeriksaan yang dilakuakn oleh Majelis Pengawas
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara, benar adanya dalam perjanjian antara
134
Rahmayani Saragih, Sekretaris Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera
Utara, Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, 10 Juli
2019.
pelapor dengan PT. BPN ada 30 item daftar perkakas/inventaris/stock barang dan
perlengkapan, dari 30 item tersebut yang akan disita oleh pelapor, hanya 12 item
yang merupakan hak milik dari pelapor. Namun dari hasil pemeriksaan yang
pada saat pembuatan Akta Jual Beli (AJB) tersebut, terlapor tidak mengetahui
terhadap objek Jual beli tersebut akan dilakukan sita eksekusi. Bahwa pernah juga
pelapor mendatangi kantor terlapor untuk melakukan mediasi, namun mediasi ini
tidak pernah dilakukan. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis
Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara itu pula terungkap bahwa
pada saat akta jual beli tersebut dibuat, yang berupa sebuah pabrik kelapa sawit
dokumen atau invoice kepemilikan mesin-mesin itu. Pada putusan ini Majelis
Menurut Notaris RSS, Notaris RSS masih keberatan dengan putusan yang
karena mengapa hasil putusan ini dapat keluar sampai ke penyidik kepolisian,
Notaris RSS merasa dirugikan karena putusan ini dapat keluar sampai ke pihak
penyidik kepolisian.135
135
Notaris RSS, Kantor Notaris RSS, tanggal 19 Agustus 2019.
oleh Majelis Pengawas Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara, ternyata akta
tersebut bukan dibuat oleh Notaris TT sebagaimana yang telah dilaporkan oleh
pelapor, namun surat tersebut dikeluarkan oleh kepala desa atau lurah setempat.
memutuskan laporan tersebut gugur dan tidak dapat diajukan kembali, dan Notaris
tidak bersalah, maka tidak perlu dilakukan penelitian dikantor Notaris TT.
memutus kasus ini dengan putusan tidak bersalah. Kasus ini melibatkan Notaris
FSL, kasus ini bermula pada tahun 2005 pelapor pernah membuat perjanjian
kerjasama yang dibuat dibawah tangan dengan pihak lain, namun setelah beberapa
lama berjalan perjanjian tersebut, antara pelapor dengan pihak lain tersebut
merasa tidak cocok lagi kalau perjanjian ini diteruskan, maka mereka sepakat
untuk membuat pengakhiran perjanjian kerjasama yang dibuat oleh Notaris FSL.
Sebelum akta pengakhiran perjanjian kerja sama ini dibuat, ternyata Notaris FSL
pernah membuat 2 Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi (APHGR) atas nama
Notaris (MPWN) Sumatera Utara oleh pelapor, bahwasannya akta yang dibuat
oleh Notaris FSL adalah akta fiktif dan cacat hukum, namun dari hasil
tuduhan tersebut tidak benar adanya dan hanya fitnah yang dilakukan oleh pelapor
kepada Notaris FSL. Karena hasil putusan ini menyatakan Notaris FSL tidak
Kasus Notaris yang melakukan pembatalan akta secara sepihak ini pernah
terlapornya yaitu Notaris HS. Dalam kasus ini, Notaris HS membatalkan akta
secara sepihak yang diakibatkan Notaris HS mendapat tekanan dari pihak ketiga.
Kasus ini bermula ketika pelapor membeli tanah dari DA yang dituangkan dalam
Akta Pelepasan Dan Penyerahan Hak Dengan Ganti Rugi (APHGR) yang dibuat
oleh Notaris HS Nomor 01 dan 02 tahun 2010. Pada tahun 2015 Notaris HS
02,03,04 tahun 2015. Akibat dari pembatalan akta yang dibuat oleh Notaris HS,
pelapor mengalami kerugian karena tanah yang kini dibeli pelapor telah dikuasai
oleh pihak lain dan pelapor harus mengembalikan uang kepada pihak konsumen
yang telah membeli tanah tersebut. Pada kasus ini Notaris HS dijatuhkan dengan
Pada saat ingin diakukan wawancara dengan Notaris HS, Notaris HS tidak
memberitahukan isi akta, grosse akta, salinan akta atau kutipan akta, kepada orang
yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris, atau orang yang memperoleh
Kasus ini bermula ketika pelapor membuat akta pemberian kuasa kepada
pihak pemilik tanah dihadapan Notaris X nomor 91 tahun 2011. Dan pelapor telah
menyerahkan uang sebesar Rp. 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) kepada
pembangunan rumah dan penentuan bagian yang dimuat dalam akta nomor 91
tahun 2011 yang dibuat dihadapan Notaris K. Namun salinan akta tersebut telah
hilang ditangan pelapor. Dan pelapor telah meminta salinan kedua itu kepada
Notaris X, namun Notaris tersebut tidak mau memberikan salinan akta tersebut,
akta nomor 91 tahun 2011 tersebut dikarenakan adanya keberatan dari pihak
pemilik tanah. Notaris harus pula memperhatikan Pasal 16 ayat (1) huruf a
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Notaris wajib bertindak amanah,
jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang
tersebut, namun tetap saja Notaris X tidak mau mengeluarkan salinan kedua
tersebut karena adanya keberatan dari pihak pemilik tanah. Seharusnya Notaris
intervensi dari pihak mana pun. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
Daerah Notaris
Pengawas Daerah Notaris ini, pernah disidangkan oleh Majelis Pengawas Wilayah
salinan dari daftar akta dan daftar lainnya (laporan bulanan Notaris) terhitung dari
bulan September 2015 sampai dengan bulan Februari 2016. Dari hasil
pemeriksaan itu pula, tidak dijelaskan apa asalan Notaris X tidak mengirim
dikarenakan nama dan alamat kantor Notaris X didalam berkas putusan nomor
pelapor melakukan pemerasan terhadap dirinya. Kasus ini bermula ketika pelapor
bangunan yang akan dibangun di atas tanah milik Ibu pelapor (telah meninggal
dunia) yang semula akan dibangun rumah sebanyak 14 (empat belas) unit dan
akhirnya berubah menjadi 16 (enam belas) unit. Dalam hasil pemeriksaan itu pula
dikatakan tanah milik ibu pelapor tersebut telah dialihkan kepada S (menantu Ibu
Perikatan Jual Beli Nomor 27 Tahun 2008, dan Akta Surat Kuasa Nomor 15
Tahun 2009, lalu LL melakukan jual beli terhadap tanah tersebut kepada K,
dengan Akta Perikatan Jual Beli (APJB) Nomor 65 Tahun 2014 dan
Utara terhadap pelapor dan terlapor (Notaris FT), menyatakan bahwa perjanjian
bangun bagi yang dimaksud pelapor tidak pernah ada, yang ada hanya perjanjian
jual beli, menyatakan bahwa terlapor (Notaris FT) tidak pernah membuat Site
Plan bangunan dan tidak pernah merubahnya, menyatakan tidak benar terlapor
memeras pelapor untuk membuat sertifikat, dan dari hasil putusan tersebut
Notaris FT tidak bersalah, maka tidak perlu dilakukan penelitian dengan Notaris
FT.
Nomor 61 Tahun 2015, menurut akta tersebut pelapor dikeluarkan dan digantikan
mengakui bahwa pada saat itu, ia sedang berada diluar kantor karena sedang ada
terlapor dengan sanksi berupa teguran tertulis. Pada saat ingin dilakukan
13. Notaris Membuat Surat Kuasa Menjual Terhadap Suatu Objek Jaminan
dituduh pelapor telah membuat suatu surat kuasa, dimana objek nya tersebut
masih menjadi objek tanggungan. Kasus ini telah diputus oleh Majelis Pengawas
bersalah. Dan tuduhan yang diarahkan oleh pelapor kepada Notaris S tidak
terbukti. Kasus ini bermula ketika tanah dengan Sertifikat Hak Milik Nomor
921/Asam Kumbang atas nama pelapor menjadi objek jaminan pada Bank Sumut.
perubahan jumlah pinjaman yang semula ditentukan oleh pelapor berjumlah Rp.
696.000.000,00 (enam ratus sembilan puluh enam juta rupiah) kemudian berubah
menjadi Rp. 1.600.000.000,00 (satu miliar enam ratus juta rupiah), dimana
Notaris S, yang dibuat olehnya adalah surat kuasa saja, bukan kuasa untuk
Hutang Nomor 23 Tahun 2010 yaitu pengakuan hutang oleh para pihak antara S
dengan Bank Sumut sebesar Rp. 1.600.000.000,00 (satu miliar enam ratus juta
rupiah), dimana yang menjadi dasarnya adalah perjanjian membuka kredit dan
tidak ada pemberian jaminan. Karena hasil putusan ini menyatakan Notaris S
14. Notaris Membuat Akta Jual Beli Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
04/MPPWN.Provinsi Sumatera Utara/4/2017, terkait akta jul beli yang dibuat oleh
terlapor, yaitu akta jual beli Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) akta nomor 31
tahun 2009 tanggal 21 Oktober 2009. Namun dari fakta-fakta yang didapat dalam
persidangan bahwa apa yang dibuat oleh terlapor tersebut adalahAkta Jual Beli
(AJB) yang dimana Akta Jual Beli (AJB) tersebut murni merupakan akta Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT), sehingga ini bukan kewenangan Majelis Pengawas
Wilayah Notaris, sehingga perkara ini gugur. Karena hasil putusan ini menyatakan
perkara ini gugur, maka tidak perlu dilakukan penelitian dengan Notaris V.
Dan Hak Asasi Manusia Nomor 61 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penjatuhan
melakukan pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) tersebut , maka Notaris dapat
dikenakan sanksi peringatan tertulis pertama. Apabila Notaris dalam jangka waktu
14 (empat belas) hari setelah dikenakan sanksi peringatan tertulis pertama, Notaris
belum juga menyelesaikan juga masalahnya atau melakukan masalah lain, maka
Notaris dapat dikenakan sanksi peringatan tertulis kedua. Apabila Notaris dalam
jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah dikenakan sanksi peringatan tertulis
masalah lain, maka Notaris dapat dikenkan sanksi peringatan tertulis ketiga.
Apabila setelah dikeluarkannya sanksi peringatan tertulis ketiga, dan Notaris tidak
Pusat dijatuhkan untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam)
(MPWN) Sumatera Utara, tidak ada Notaris yang dikenakan sanksi peringatan
tertulis kedua, ketiga, dan sampai pemberhentian dengan tidak hormat, atau
dengan kata lain Notaris tidak menjalankan sanksi peringatan tertulis pertama,
sehingga Notaris dijatuhkan sanksi peringatan tertulis kedua dan seterusnya. Ini
Wilayah Notaris (MPWN) Sumatera Utara walaupun dari hasil penelitian yang
hukum, dan budaya hukum. ketiga komponen ini mendukung berjalannya sistem
hukum disuatu negara. Pada bab ini, berbicara tentang kepatuhan Notaris terhadap
budaya hukum. budaya hukum dalam dunia Notaris menurut hasil penelitian yang
dilakukan, masih belum baik, terbukti dengan masih banyaknya Notaris yang
Utara. Seharusnya Notaris sebagai pejabat yang diangkat oleh negara dan
memiliki tanggung jawab yang besar, harus selalu menjunjung tinggi segala
Notaris.
A. Kesimpulan
Sumatera Utara dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 ada 14
Notaris tidak amanah, tidak jujur, dan tidak menjaga kepentingan para
133
Universitas Sumatera Utara
134
B. Saran
(MPWN) Sumatera Utara, itu pun percuma saja, tidak dapat terealisasi
A. BUKU
Adjie, Habib. 2009. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap Undang-
Undang 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Bandung: Refika
Aditama.
Adjie, Habib. 2013. Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai
Pejabat Publik. Bandung:Refika Aditama.
Fuady, Munir. 2005.Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum Bagi Hakim, Jaksa,
Advokat ,Notaris, Kurator, Dan Pengurus. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.
137
Universitas Sumatera Utara
138
Fajat., dan Yulianto. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
HS, Salim. 2010. Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum. Jakarta: Rajawali
Pers.
HS, Salim. danNurbani, Septiana, Erlies. 2014. Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Disertasi Dan Tesis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kelsen, Hans. 2007.Teori Umum hukum Dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum
Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik. Jakarta: BEE Media
Indonesia.
Lubis, M, Solly. 1994. Filsafat Ilmu dan Penelitian. Bandung: Mandar Maju.
Marwan, M., dan P,Jimmy. 2009. Kamus Hukum. Surabaya: Reality Publisher.
Muis. 1990. Pedoman Penulisan Skripsi Dan Metode Penelitian Hukum. Medan:
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Prajitno, A.A. Andi. 2010. Pengetahuan Praktis Tentang ApaDan Siapa Notaris
di Indonesia. Surabaya: Putra Media Nusantara.
Agus Toni Purnayasa. 2018. Akibat Hukum Terdegradasinya Akta Notaris Yang
Tidak Memenuhi Syarat Pembuatan Akta Autentik.Acta Comitas.
Cut Era Fitriyeni. 2012. Tanggung Jawab Notaris Terhadap Penyimpanan Minuta
Akta Sebagai Bagian Dari Protokol Notaris.Kanun.
Eureika Kezia Sakudu Dan Wahyuni Safitri. 2016. Peranan Majelis Pengawas
Wilayah Notaris Dalam Melakukan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan
Jabatan Notaris Terkait Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Jabatan Notaris, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Widya Gama
Mahakam Samarinda.
Junita Tampubolon, 2019, Analisis Yuridis Akibat Hukum Dari Buku Daftar Akta
Notaris Yang Tidak Ditandatangani Dan Di Paraf Kepada Majelis
Pengawas Daerah, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.
Mardiyah., Ketut Rai Setiabudhi., Dan Gde Made Swardhana. 2017. Sanksi
Hukum Terhadap Notaris Yang Melanggar Kewajiban Dan Larangan
Undang-Undang Jabatan Notaris,Acta Comitas.
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M.02.PR.08.10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota,
Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja, Dan Tata Cara
Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2015 Tentang Tata Susunan Organisai, Tata Cara Pengangkatan
Anggota Dan Tata Kerja Majelis Pengawas.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2014 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan
Pemberhentian, Dan Perpanjangan Masa Jabatan Notaris.
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M.03.HT.03.10 Tahun 2007 Tentang Pengambilan Minuta Dan
Pemanggilan Notaris.
D. WAWANCARA
E. LAIN-LAIN
Bahan kuliah Edy Ikhsan, di Magister Kenotariatan USU, pada tanggal 10 januari
2018.