MAKALAH
Oleh:
Seno Sasongko
NIM 55120120147
Pembimbing
Dr. Sudjono, M.Acc.
ii
KATA PENGANTAR
Kesehatan Perbankan”.
perbankan sesuai dengan kesepakatan pada Basel III. Dengan nilai NSFR
iii
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Kritik
selanjutnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ..............................................................1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................6
1.3. Batasan Masalah ..........................................................................6
1.4. Tujuan Penelitian .........................................................................7
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................9
2.1 Perkembangan Kesepakatan Basel ............................................12
2.2 Teori Permodalan.......................................................................13
2.3 Liquidity Coverage Ratio (LCR) ...............................................14
2.4 Net Stable Funding Ratio (NSFR) .............................................15
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................20
3.1 Peraturan Regulator ...................................................................20
3.2 Hasil Penelitian Sebelumnya .....................................................21
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................26
4.1. Kesimpulan ................................................................................26
4.2. Keterbatasan Penelitian..............................................................27
4.3. Saran ..........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatannya.
Saat krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 banyak bank
bank dalam memenuhi standar terkait prinsip dasar pengukuran dan penerapan
pada tahun 2012, dimana dalam proses penerapan tersebut, dilakukan secara
tahan individual bank dalam menghadapi krisis. Dalam kerangka Basel III
dari rasio modal inti paling rendah sebesar 6% dari Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR) dan rasio modal inti utama paling rendah sebesar
baik (boom period) guna menyerap kerugian saat terjadi krisis (boost
(penambahan modal).
pendek yaitu Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan untuk jangka yang lebih
panjang yaitu Net Stable Funding Ratio (NSFR). Secara mendasar, kedua
tools) yang sudah ada untuk memantau bank dan sekaligus dapat digunakan
sistem perbankan yang sehat dan mampu berkembang serta bersaing secara
High Quality Liquid Asset (HQLA) yang bebas dari segala klaim.
Rasio Pendanaan Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio), yang bertujuan
dengan sumber dana stabil yang memadai dalam rangka memitigasi risiko
terlihat dalam kerangka Basel III yang dikeluarkan BCBS dengan tujuan
likuiditas yang baru yaitu Net Stable Funding Ratio (NSFR) dan Liquidity
berlaku efektif sejak 1 Januari 2013 sedangkan NSFR berlaku efektif sejak
hati (prudent) untuk bank dan searah dengan keterikatan Indonesia sebagai
anggota BCBS dalam rangka adopsi kerangka Basel III termasuk kerangka
yang tidak sama tetapi bisa saling melengkapi. Tujuan dari standar yang
Quality Liquid Asset (HQLA) yang mencukupi untuk tetap bertahan selama
periode scenario stress yang signifikan pada 30 hari kedepan. Kondisi ini
pendanaan dalam jangka waktu yang lebih lama dengan memberi syarat
kepada bank agar mendanai aktivitasnya dari sumber dana yang stabil dan
memadai untuk dapat memitigasi risiko pada pendanaan dimasa yang akan
standar untuk NSFR. Dua standar ini, LCR dan NSFR, secara bersama-
sama dengan liquidity risk monitoring tools akan digunakan menjadi alat
dana-dana stabil (stable funding) yang dipadankan dengan struktur aset dan
pendanaan bank.
2. Pendekatan apakah yang sesuai dengan implementasi Basel III yang dapat
digunakan agar bank dapat menjaga tingkat kesehatannya dan tahan dalam
permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini perlu dibatasi agar cakupan
2017):
(BUKU) 3
(BUKU) 4
c. Bank asing meliputi kantor cabang yang beroperasi di luar negeri dan
pihak asing yang memiliki sebagian saham bank tersebut, baik secara
Basel III yang dapat digunakan agar bank dapat menjaga tingkat
1. Bagi Akademisi
Implikasi dari penelitian ini yaitu para peneliti dapat menilai arti
2. Bagi Investor
KAJIAN PUSTAKA
Hingga saat ini, telah terdapat tiga adaptasi peraturan Basel, yaitu Basel
I (1988), Basel II (2004), dan Basel III (2010). Peraturan dalam Basel tujuan
yang terkait dengan aset bank, aturan yang berkaitan dengan modal minimum
yang harus dimiliki, untuk mencakup risiko dan tindakan analisis, pengawasan
yang dikenakan pada lembaga kredit dan dengan ketentuan sebagai berikut
definisi modal yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (mewakili
hingga 100% dari modal inti). Menentukan bobot risiko aset bank masing-
masing: 0% risiko nol, risiko rendah 20%, risiko sedang 50% dan risiko tinggi
risiko. Kecukupan modal, yaitu tingkat minimum yang harus dijaga bank
antara modal dan aset yang ditimbang berdasarkan tingkat risiko. Nilai
harus minimal 8% ketika menyatakan rasio total modal (modal inti ditambah
modal tambahan) dan aset yang ditimbang berdasarkan tingkat risiko atau
setidaknya minimal 4 % jika dihitung sebagai rasio antara modal inti dan aset
didasarkan pada tiga pilar yang saling memperkuat. Persyaratan minimum dana
sendiri – rasio kecukupan modal harus minimal 8%, dihitung sebagai rasio
antara ekuitas bank dan aset, tetapi kali ini aset ditimbang menurut tiga risiko,
yaitu resiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Proses pengawasan
pelaporan yang lebih rinci oleh Bank Sentral dan publik mengenai struktur
bulan oleh bank nasional dan setiap triwulan oleh bank yang aktif secara
internasional).
Basel III, yaitu kesepakatan Basel terbaru dari Basel Accords dan
leverage baru dan buffer modal), risiko likuiditas pasar (dengan jangka pendek
dan jangka panjang), dan stress testing yang berfokus pada stabilitas.
Reformasi Basel III terhadap standar regulasi global disepakati oleh G-20 pada
Supervision pada Desember 2010 (BCBS, 2010). Tujuan utama dari reformasi
itu, Basel III merupakan upaya untuk mengendalikan penyebab krisis terkini.
termasuk pengenalan definisi modal yang baru dan lebih ketat – yang dirancang
pengenalan standar likuiditas global (BCBS, 2010). Dua rasio likuiditas baru –
Net Stable Funding Ratio (NSFR) jangka panjang dan Liquidity Coverage
aset likuid berkualitas tinggi dan memperoleh sumber pendanaan yang lebih
risiko likuiditas. Selain itu, Basel III memperkenalkan rasio leverage baru,
sebagai rasio Tier 1 Capital terhadap total eksposur, rasio leverage yang baru
pihak lawan yang timbul dari derivatif. Lebih lagi kerangka kerja baru telah
merumuskan cara untuk mengurangi risiko sistemik dan efek siklus Basel II.
Misalnya, memperkenalkan penyangga modal countercyclical dan capital
convervation.
ekonomi dunia. Implikasi bagi industri perbankan dari Basel III bisa sangat
besar. Menurut BCBS (BCBS, 2010) perubahan standar modal minimum yang
baru dikombinasikan dengan biaya modal yang lebih tinggi untuk trading book
karena meningkatnya likuiditas dan biaya modal. Secara khusus, Basel III
1997. Secara khusus, bank hanya akan memberikan pinjaman jangka pendek
yang dapat dengan mudah dicairkan atau likuid dengan pembayaran kembali
(secara mencicil) pinjaman tersebut. Pelunasan pinjaman ini dilakukan dengan
membayar operasi bisnis sehari-hari. Memiliki modal kerja yang cukup akan
mendukung usaha.
tertentu. Laba yang dihasilkan oleh usaha akan menjadi ukuran keberhasilan
modal kerja. Modal kerja yang diatur dengan baik dapat meningkatkan
perusahaan dalam kondisi yang baik (Susanti, Suhadak dan Azizah, 2017).
kebutuhan likuiditas 30 hari. Jika jangka waktunya kurang dari 30 hari, bank
(LCR) memiliki batasan pada rasio risiko likuiditas jangka pendek bank
adalah rasio alat likuid untuk memperkirakan arus kas dalam kondisi stres.
Standar ini mensyaratkan bahwa nilai rasio ini tidak kurang dari 100 bank
harus selalu memenuhi persyaratan ini. Tujuannya adalah untuk memastikan
Net Stable Funding Ratio (NSFR) didefinisikan oleh Basel III sebagai
jumlah yang tersedia sebagai pendanaan yang stabil relatif terhadap jumlah
yang diperlukan pada pendanaan yang stabil. Standar ini mensyaratkan jumlah
minimum dana yang diperkirakan akan stabil selama satu tahun berdasarkan
jangka panjang dari neraca bank, off-balance sheet eksposur dan kegiatan pasar
modal. rasio ini harus sama dengan minimal 100% secara terus-menerus (Jane
pendanaan untuk jangka waktu yang lebih panjang dengan mensyaratkan Bank
mendanai aktivitas dengan sumber dana stabil yang memadai dalam rangka
menggunakan Net Stable Funding Ratio (NSFR) dan ditetapkan paling rendah
PEMBAHASAN
keuangan tahun 1997-1998 dan krisis keuangan global tahun 2008 menjadi
dibedakan menjadi:
Mengacu pada dasar yang terdapat pada UU PPKSK, maka untuk dapat
yang terdapat di dalam bank itu sendiri yang berasal dari stockholder dan
kreditur bank, hasil penanganan asset dan kewajiban bank. Kebijakan bail in
ini searah dengan perkembangan praktik perbankan secara global dan
keuangan yaitu masalah dalam hal likuiditas bank. Risiko likuiditas akan sering
perdagangan asset atau instrument keuangan dalam waktu yang tidak terlalu
lama dan membentuk harga secara wajar merupakan tanda pasar yang likuid.
bank, mengingat fungsi bank sangat penting dan dominan pada sistem
keuangan di Indonesia.
Likuiditas
yang sehat dan mampu bertahan dalam kondisi krisis. Bank harus menjaga dan
kualitas asset likuid yang tinggi yang dapat dijaminkan dengan tidak
keuangan bank.
stabil bersih (Net Stable Funding Ratio), yang ditujukan untuk menurunkan
dimana bank disyaratkan untuk mendanai aktivitas dari sumber dana yang
pendanaan di waktu yang akan datang. Mengacu hal tersebut, maka PJOK No.
likuiditas bank.
Rehana (2016) menyatakan bahwa konsep likuiditas umumnya terdiri
dari tiga jenis yaitu likuiditas pendanaan, likuiditas pasar, dan penciptaan
mengacu pada PJOK NSFR, maka bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi
pendanaan aktivitasnya dari sumber dana yang stabil dan mencukupi. Dengan
yang stabil terkait dengan proporsi asset dan aktivitas di luar neraca.
mungkin terjadi dan mengganggu sumber pendanaan regular bank yang dapat
salah satu alat pemantau likuiditas bank yaitu bank tidak diperkenankan lagi
dibuat pada situs web masing-masing bank dengan posisi akhir triwulan laporan;
dan paling sedikit melalui surat kabar media cetak dengan Bahasa Indonesia.
Apabila bank tidak melakukan ketentuan ini maka akan diberlakukan dan
dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis sampai dengan denda atau
kewajiban NSFR untuk bank umum tidak hanya terkait dengan hal-hal yang
dipersiapkan bank dari sudut pandang ekonomi saja, namun terkait erat juga
principle dan penerapan tata kelola yang baik. Dengan memastikan pengelolaan
risiko likuiditas bank, NSFR juga merupakan hal utama dari pendekatan
baik dengan disesuaikan kepada profil risiko pendanaan dan hasil pengawasan
stabil, dengan demikian ketentuan NSFR ini dapat dijadikan salah satu upaya
atau alat untuk mengukur risiko likuiditas yang dapat dipercaya mampu
memberikan dampak yang baik dan positif untuk perbankan Indonesia. Terkait
dengan hal tersebut, maka NSFR merupakan bentuk kemajuan baru dalam
kerangka Basel III yang diharapkan memberikan dampak positif terhadap
memiliki struktur pendanaan yang stabil dan sehat agar terhindar dari kesulitan
pandemic Covid-19.
mempunyai nilai yang bagus jika standar Basel III diterapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa kesiapan bank di Indonesia atas standar baru Basel III telah
baik, hal ini akan memberikan angin positif pada perekonomian Indonesia
kedepannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
tahan dan stabil dalam menghadapi goncangan ekonomi dan risiko yang dapat
timbul dalam operasional bank dimasa yang akan datang. Kajian ini telah
dapat diterapkan, dan akan membuat bank lebih kuat dalam menghadapi
Basel III secara prinsip telah memperbaiki kelemahan Basel I dan Basel
tidak sedikit. Penguatan modal dan perbaikan likuiditas yang menjadi fokus
dalam menghadapi goncangan ekonomi dan risiko yang dapat timbul dalam
operasional bank dimasa yang akan datang. Penelitian ini telah menunjukkan
dijalankan, dan akan membuat bank lebih kuat dalam menghadapi tantangan
Penelitian ini masih terbatas pada ketentuan Basel III yang terkait
hanya terkait dengan Pilar 1 mengenai Net Stable Funding Ratio (NSFR)
4.3 Saran
dilakukan. Ketentuan lain mengenai pilar 1, 2 dan 3 dalam Basel III masih
sangat luas untuk dilakukan kajian. Basel III diharapkan dapat meningkatkan
Adam, M., Taufik, T., & Prathama, M. A. E. (2015). Bank liquidity-stress testing
and Basel III implementation in Indonesia. Economic Journal of Emerging
Markets, 7(1), 12–23. https://doi.org/10.20885/ejem.vol7.iss1.art2
Akkizidis, Ioannis. , & Kalyvas, Lamvros. (2018). Final Basel III Modelling
Implementation, Impact and Implications. Switzerland : Palgrave MacMillan.
BI. (2012). Global Regulatory Framework for More resilient Banks and Banking
Systems. Consultative Paper Basel III, 3. https://www.bi.go.id/id/ruang-
media/info-terbaru/Pages/InfoTerbaru 2206.aspx
Fadli, J. A., Sakti, I. M., & Jumono, S. (2021). Market Power and Bank Liquidity
Risk: Implementations of Basel III using Net Stable Funding Ratio Approach.
Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 25(2), 434–449.
https://doi.org/10.26905/jkdp.v25i2.5525
Ferreira, C., Jenkinson, N., & Wilson, C. (2019). From Basel I to Basel III. IMF
Working Papers, 19(127). https://doi.org/10.5089/9781498315227.001
Gregoriou, N Greg. (2009). Operational Risk Toward Basel III Best Practices and
Issues in Modeling, Regulation. New Jersey : 2009.
Gunawan, Arif. (2021). Determinan Profitabilitas Perbankan Bank Buku IV Era
Implementasi Penuh Regulasi Basel III Perbankan Indonesia. Jurnal Ilmiah
Indonesia, Syntax Literate. 6(6). http://dx.doi.org/10.36418/
syntaxliterate.v6i6.2325
Handayani, T., & Abubakar, L. (2018). Regulasi Pengelolaan Likuiditas Bank
melalui Kewajiban Penerapan Net Stable Funding Ratio (NSFR) sebagai
Upaya Menciptakan Perbankan yang Sehat. Varia Justicia, 14(1), 10–20.
https://doi.org/10.31603/variajusticia.v14i1.2039
Izzi, dkk. (2012). Basel III Credit Rating System. Newyork : Palgrave MacMillan.
Kurniawan, A. T., & Lestari, S. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Capital Adequacy Ratio ( Car ). Jp Journal & Proceeding, 4(1),
908–918. http://jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/sca-1/article/view/727
Lestari, M Putri. (2019). Implementasi Basel III Terhadap Kinerja Keuangan Pada
Bank Di Negara ASEAN Periode 2013 – 2017. Skripsi. Surabaya : STIE
Perbanas.
Mirchandani, A., & Rathore, S. (2013). Basel III Implementation : Readiness of
Public Sector Banks in India Corresponding Author : Anita Mirchandani.
Journal of Emerging Trends in Economics and Management Sciences, 4(6),
547–553.
Muriithin, J., & Waweru, . (2017). Liquidity Risk And Financial Performance Of
CommercialBanks In Kenya. InternationalJournal Of Economic And Finance,
3-19
OJK. (2016). Kerangka Basel III: The Net Stable Funding Ratio (NSFR).
Consultative Paper.
Nucu, A. E. (2011). The Challenges of Basel III for Romanian Banking System.
Applied Economics, XVIII(12), 59–70.
Putri, Y. A., & Sari, P. Y. (2019). Rasio Likuiditas dan NPL Terhadap Rasio
Kecukupan Modal Setelah Implementasi BASEL III. Edunomic Jurnal
Pendidikan Ekonomi, 7(1), 16. https://doi.org/10.33603/ejpe.v7i1.1876
Rehana, K. et. a. (2016). Impact of Net Stable Funding Ratio Regulations on Net
Interest Margin. A Multi-Country Comparative Analysis, Journal of
Accounting an Finance in Emerging Economics, 2(2), 101.
Shakdwipee, Pushpkant, and Masuma Mehta. (2017). From Basel I to Basel II to
Basel III. International Journal of New Technology and Research, vol. 3, no.
1.
Sbârcea, I. R. (2014). International Concerns for Evaluating and Preventing the
Bank Risks – Basel I Versus Basel II Versus Basel III. Procedia Economics
and Finance, 16(May), 336–341. https://doi.org/10.1016/s2212-
5671(14)00811-9
Smith, Martin. (2017). Handbook of Basel III Enhancing Bank Capital in Practice.
United Kingdom : John Willey & Son.
Solissa, D. N. (2018). Kesiapan Perbankan Syari’Ah Di Indonesia Dalam
Penerapan Liquidity Coverage Ratio Basel Iii. EkBis: Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis, 1(2), 165. https://doi.org/10.14421/ekbis.2017.1.2.1025
Suryanto, D. A., Campuran, B., & Sementara, A. (2019). Pertumbuhan Kredit Di
Indonesia : Sebuah Analisis Kepatuhan Bank Terhadap Implementasi Basel
Accord I-Iii. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 11(2), 224–237.
Supervision, B. C. on B. (2014). Basel III : The Net Stable Ratio.
Taskinsoy, J. (2013). Rigorous Capital Requirements Under Basel III Possible
Impact on Turkey ’ S Financial Sector. 2(1), 29–59.
Trijayanti, Linda. (2019). Implementasi Basel III Terhadap Kinerja Keuangan Pada
Bank Di Negara ASEAN Periode 2013 – 2017. Skripsi. Surabaya : STIE
Perbanas.
Zahra, L. T. & N. A. R. (2020). Pengaruh Struktur Pendanaan Terhadap Risiko
Likuiditas Pada Sektor Perbankan Di Indonesia. E-Proceeding of
Management, 7(2), 2517–2525.
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/managemen
t/article/download/12216/13236