Anda di halaman 1dari 94

REVISI

LAPORAN PELAKSANAAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
bank bjb, TAHUN 2012

I. GOOD CORPORATE GOVERNANCE


Corporate Governance adalah suatu proses atau tata cara pengaturan yang
digunakan/diterapkan oleh manajemen perusahaan dalam memimpin atau
mengatur bisnis perusahaan dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan,
menyelaraskan perilaku perusahaan dengan harapan masyarakat, termasuk
tanggung jawab manajemen kepada pemegang saham baik mayoritas maupun
minoritas. bank bjb sebagai bank umum yang mengemban misi sebagai
penggerak dan pendorong laju pertumbuhan perekonomian daerah, sangat
menjunjung tinggi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance) dan menyadari pentingnya penerapan prinsip-prinsip
tersebut dalam setiap langkah usaha bank demi kepentingan stakeholder seperti
para nasabah, investor, para pemegang saham serta masyarakat umum,
termasuk pegawai serta pihak lainnya.
1. Prinsip-prinsip Utama
Pelaksanaan GCG pada industri perbankan harus senantiasa berlandaskan
pada 5 (lima) prinsip dasar sebagai berikut :
1. transparansi (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan;
2. akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ Bank sehingga pengelolaannya berjalan
secara efektif;
3. pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan
Bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip
pengelolaan Bank yang sehat;
4. independensi (independency) yaitu pengelolaan Bank secara
profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun; dan
5. kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi
hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan aturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pencantuman prinsip utama Good Corporate Governance (GCG) dalam KUDT
bertujuan untuk mewujudkan keseragaman, kesatuan bahasa, kesamaan
pandangan dan kesatuan gerak langkah operasional serta memastikan bahwa
seluruh jajaran bank bjb akan selalu berpedoman pada Good Corporate

Governance (GCG) dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari. Dalam


rangka meningkatkan penerapan praktek Good Corporate Governance (GCG)
secara menyeluruh di bank bjb seperti yang diisyaratkan oleh Bank Indonesia,
bank bjb telah merancang dan menyempurnakan pedoman kebijakan serta
panduan implementasi Good Corporate Governance (GCG) sesuai ketentuan
Bank Indonesia yang diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 serta
Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP Tanggal 30 Mei 2007 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi Bank Umum.
2. Visi, Misi dan Corporate Values

Visi : Menjadi 10 Bank terbesar dan berkinerja baik di Indonesia.


Misi : - Penggerak dan pendorong laju perekonomian daerah ;
- Melaksanakan penyimpanan uang daerah ;
- Salah satu sumber pendapatan asli daerah.
Nilai-nilai Budaya Perusahaan bank bjb
Nilai-nilai Budaya Perusahaan bank bjb merupakan penjabaran atas
slogan bank bjb sebagai acuan pokok bagaimana perilaku bank bjb dengan
segenap jajarannya dalam mengelola bisnisnya. Dari slogan tersebut lebih
lanjut dapat dijabarkan nilai-nilai perusahaan bank bjb sebagai berikut :

SPIRIT
Service Excellence
Professionalism
Integrity
Respect
Intelligence
Trust

Dari keenam nilai perusahaan tersebut diatas, dapat dijabarkan dalam 14


(empat belas) perilaku utama yang meliputi :

GO SPIRIT
Corporate Values
1. Service Excellence
2. Professionalism

Perilaku Utama
1. Ramah, tulus, kekeluargan
2. Selalu memberikan pelayanan prima
3. Cepat, Tepat, Akurat

3. Integrity
4. Respect
5. Intelligence
6. Trust

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Kompenten dan bertanggungjawab


Memahami dan melaksanakan ketentuan perusahaan
Konsisten, disiplin, dan penuh semangat
Menjaga citra Bank melalui perilaku terpuji
menjungjung tinggi etika
Fokus pada nasabah
Peduli pada lingkungan
Selalu memberikan solusi yang baik
Berkeinginan kuat untuk mengembangkan diri
Menyukai perubahan yang positif
Menumbuhkan
Transparansi,
Kebersamaan,
Kerjasama yang sehat
Menjaga rahasia bank dan perusahaan

dan

dan

3. Struktur Good Corporate Governance

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) di bank bjb


berlandaskan pada komitmen bersama dari seluruh jajaran manajemen
dan karyawan untuk tunduk dan patuh pada seluruh peraturan dan
perundangan yang berlaku. Hal ini dimulai dari puncak kepengurusan
bank bjb yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dan Direksi yang
independen dan profesional. Secara umum, kegiatan perbankan dilakukan
oleh Komisaris dan Direksi. Komisaris mengkaji kebijakan-kebijakan dan
melaksanakan pengawasan serta memberikan saran terhadap
pengelolaan bank, sedangkan Direksi memimpin pelaksanaan kebijakan
dan pengelolaan sehari-hari.
4. Dewan Komisaris
a. Susunan Dewan Komisaris :
- Akta No. 74, 75, 76 tanggal 25 Juli 2011 Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten,Tbk.
Menetapkan Susunan Dewan Komisaris sebagai berikut :
Agus Ruswendi
Muhadi
Klemi Subiyantoro
Achmad Baraba
Yayat Sutaryat

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris Independen
Komisaris Independen
Komisaris Independen

- Akta No. 129, 130 tanggal 27 September 2012 Berita Acara Rapat
Umum Para Pemegang Saham Luar Biasa PT. Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat dan Banten,Tbk.
Menetapkan Susunan Dewan Komisaris sebagai berikut :
Agus Ruswendi
Muhadi
Klemi Subiyantoro

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris Independen

Achmad Baraba
Yayat Sutaryat
Rudhyanto Mooduto

Komisaris Independen
Komisaris Independen
Komisaris Independen

b. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Menurut Surat

Keputusan Dewan Komisaris Nomor 06/DK/2007 :


1) Melakukan pengawasan, memberi nasihat serta mengarahkan,
memantau dan mengevaluasi jalannya kepengurusan Bank oleh
Direksi serta memberikan persetujuan atas Rencana Korporasi dan
Rencana Bisnis, serta pelaksanaan ketentuan Anggaran Dasar
Bank, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku;
2) Membantu serta mendorong usaha pembinaan dan pengembangan
Bank dalam mencapai visi Bank;
3) Dalam melakukan pengawasan, pembinaan dan pengembangan
Bank, Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan
keputusan kegiatan operasional Bank, kecuali hal-hal Iain yang
ditetapkan dalam Anggaran Dasar atau peraturan perundangundangan yang berlaku;
4) Persetujuan yang diberikan Dewan Komisaris merupakan bagian
dari tugas pengawasan Dewan Komisaris sehingga tidak
menghilangkan tanggung jawab Direksi dalam pelaksanaan
kepengurusan Bank. Tugas pengawasan oleh Dewan Komisaris
tersebut merupakan upaya pengawasan dini yang perlu
dilaksanakan;
5) Melakukan tugas yang secara khusus diberikan kepada Dewan
Komisaris menurut Anggaran Dasar Bank, Peraturan Perundangundangan yang berlaku, Peraturan Bank Indonesia dan/atau
berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);
6) Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS);
7) Mengevaluasi Iaporan tahunan yang dipersiapkan oleh Direksi serta
menandatangani laporan tersebut. Penelaahan Iaporan tahunan
dilakukan sebelum pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS);
8) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah
menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Satuan Kerja
Audit Internal (SKAI) Bank, auditor eksternal, hasil pengawasan
Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas Iainnya;
9) Dewan Komisaris melakukan pemberitahuan kepada Bank
Indonesia paling Iambat 7 (tujuh) hari semenjak ditemukannya ;
a) Pelanggaran peraturan perundang - undangan di bidang
keuangan dan perbankan; dan

b) Keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan


kelangsungan usaha Bank.
yang didasarkan pada temuan maupun rekomendasi dari komitekomite yang membantu Dewan Komisaris dalam pengawasan
operasional Bank. Hal-hal yang wajib dilaporkan di atas yang belum
atau tidak dilaporkan oleh Bank dan/atau Direktur Kepatuhan dan
Manajemen Risiko kepada Bank Indonesia;
10) Wajib menerapkan dan memastikan serta memantau efektivitas
praktik pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) dalam setiap kegiatan operasional Bank dan bilamana
perlu melakukan penyesuaian untuk pelaksanaannya pada seluruh
tingkatan/jenjang;
11) Mengkaji dan menyetujui kebijakan-kebijakan yang diusulkan oleh
Direksi;
12) Mengkaji pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan kebijakankebijakan yang telah disetujui;
13) Mengkaji dan menyetujui Kebijakan Penyertaan Modal dan
Penyertaan Modal Sementara;
14) Melakukan pemantauan, pengarahan serta evaluasi terhadap kinerja
Direksi terutama pelaksanaan kebijakan strategis Bank;
15) Menyusun dan melakukan pemuktahiran Pedoman Kerja Komisaris;
16) Mengusulkan penunjukan Akuntan Publik atas rekomendasi Komite
Audit untuk melakukan audit atas laporan keuangan Bank untuk
mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham;
17) Menentukan dan melaksanakan sistem nominasi, evaluasi,
remunerasi
yang
transparan
bagi
Direksi
setelah
mempertimbangkan hasil kajian Komite Remunerasi dan Nominasi
yang selanjutnya diajukan untuk memperoleh persetujuan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Memastikan bahwa sistem
remunerasi, nominasi, evaluasi kinerja para Pejabat Bank yang tidak
menjabat sebagai anggota Direksi telah ada dan dilaksanakan
secara transparan dan konsisten;
18) 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Dewan Komisaris berakhir,
Dewan Komisaris dilarang menyetujui kebijakan Direksi yang
bersifat strategis.
Pada Tahun 2012 Dewan Komisaris telah melakukan pengawasan
terhadap :
- Pemantauan atas pelaksanaan Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun
2012 melalui rapat gabungan Dewan Komisaris dan Direksi ;
- Pemantauan kerja Keuangan bank bjb ;
- Pemantauan kerja Non Keuangan bank bjb.

5. Komisaris Independen
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30
Januari 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 serta Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, yang
dimaksud dengan Komisaris Independen adalah anggota Dewan
Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,
kepemilikan saham dan atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan
Komisaris lainnya, Direksi dan atau pemegang saham pengendali atau
hubungan dengan Bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk bertindak independen. Selain tugas dan fungsi pengawasan
terhadap jalannya operasional bank secara umum dan memastikan
kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku, Komisaris
Independen juga mempunyai tanggung jawab khusus yaitu mewakili
kepentingan pemegang saham minoritas Bank.
6. Direksi
a. Susunan Direksi
- Akta Nomor 129 dan 130 tanggal 27 September 2012 Berita Acara
Rapat Umum Para Pemegang Saham Luar Biasa PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk.
Menetapkan Susunan Direksi sebagai berikut :
Bien Subiantoro
Arie Yulianto
Entis Kushendar
Zaenal Aripin
Acu Kusnandar
Djamal Muslim

Direktur Utama
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur

- Surat Keputusan Direktur Utama PT. Bank Pembangunan Daerah


Jawa Barat dan Banten, Tbk., Nomor 575/SK/DIR-CS/2012 tanggal
04 Oktober 2012 tentang Penetapan Susunan Direksi mencabut
Surat Keputusan Direksi PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dan Banten, Tbk. Nomor 530/SK/BOD-CS/2011 tanggal 26
September 2011 tentang Penetapan Susunan Board of Directors.
Menetapkan susunan Direksi bank bjb sebagai berikut :
Bien Subiantoro
Entis Kushendar
Arie Yulianto
Zaenal Aripin
Acu Kusnandar
Djamal Muslim

Direktur Utama
Direktur Trisuri dan Internasional
Direktur Konsumer
Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko
Direktur Komersial
Direktur Operasi

b. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi menurut Surat Keputusan Direksi


Nomor 519/SK/DIR-CS/2011 :
- Tugas Direksi :
1) Direksi
bertanggungjawab
penuh
atas
pelaksanaan
kepengurusan Bank;
2) Direksi wajib mengelola Bank sesuai dengan kewenangan dan
tanggungjawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3) Direksi mengurus kekayaan Bank sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
4) Direksi wajib membuat dan melaksanakan Rencana Kerja
Tahunan yang harus disampaikan kepada Dewan Komisaris
paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender sebelum dimulainya
tahun buku yang akan datang;
5) Dalam hal Direksi tidak menyampaikan rencana kerja
sebagaimana dimaksud, rencana kerja tahun yang lampau
diberlakukan. Rencana kerja tahun yang lampau berlaku juga
bagi Bank yang rencana kerjanya belum memperoleh
persetujuan sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar
atau peraturan perundang-undangan;
6) Direksi wajib menyerahkan laporan tahunan Bank kepada
akuntan publik yang ditunjuk oleh Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) untuk diperiksa. Laporan atas hasil pemeriksaan
akuntan publik tersebut disampaikan secara tertulis kepada
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. Laporan
tahunan harus memuat sekurang-kurangnya :
a) Laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya
neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam
perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba
rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas,
dan laporan perubahan ekuitas, secara catatan atas laporan
keuangan tersebut ;
b) Laporan mengenai kegiatan Bank ;
c) Laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan;
d) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang
mempengaruhi kegiatan usaha Bank ;
e) Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah
dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku
yang baru lampau ;
f) Nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris ;
g) Gaji dan Tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau
honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris
Bank untuk tahun baru lampau.

7) Direksi wajib menerapkan manajemen risiko dan prinsip-prinsip


Good Corporate Governance (GCG) dalam setiap kegiatan
usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
Dalam rangka pelaksanaan Good Corporate Governance
(GCG), Direksi harus membentuk sekurang-kurangnya :
a) Satuan kerja yang menjalankan fungsi Audit Internal, untuk
membantu Direksi dalam pengawasan operasional Bank
pada seluruh organisasi Bank. Satuan Kerja Audit Internal ini
wajib independen terhadap satuan kerja operasional;
b) Satuan kerja yang menjalankan fungsi Manajemen Risiko
dan Komite Manajemen Risiko untuk membantu Direksi
dalam penerapan manajemen risiko sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bank Indonesia;
c) Satuan Kerja yang menjalankan fungsi kepatuhan, untuk
membantu Direksi dalam melakukan kepatuhan hukum,
perundang-undangan serta peraturan Bank Indonesia atas
operasional yang memiliki terkait dengan hukum,
perundang-undangan serta Peraturan Bank Indonesia.
8) Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi
dari satuan kerja Audit Internal Bank, Auditor Eksternal, hasil
pengawasan Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan
otoritas lain;
9) Melakukan tugas yang secara khusus diberikan oleh Dewan
Komisaris dan/atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ;
10) Direksi menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) Tahunan dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa (RUPSLB) dengan didahului pemanggilan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) ;
11) Pada penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), dalam hal semua anggota Dewan Komisaris tidak hadir
atau memiliki benturan kepentingan, maka Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dipimpin oleh salah satu Direktur
yang ditunjuk oleh Direksi ;
12) Direksi melalui jajarannya di bidang Sumber Daya Manusia
dengan menggunakan sarana yang mudah diketahui dan
diakses oleh Pegawai, wajib mengungkapkan kepada Pegawai
kebijakan Bank yang bersifat strategis di bidang kepegawaian
baik mengenai pemberian gaji, tunjangan, fasilitas, sistem
penerimaan pegawai, sistem promosi, termasuk rencana Bank
untuk mengadakan efisiensi melalui pengurangan pegawai
maupun kebijakan strategis Bank tentang kepegawaian lainnya;
13) Tiga bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir, Direksi
dilarang mengambil/menetapkan kebijakan yang bersifat
strategis ;

14) Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat,


relevan dan tepat waktu pada Dewan Komisaris ;
15) Direksi wajib memberikan jawaban dan penjelasan atas segala
sesuatu yang ditanyakan oleh Dewan Komisaris ;
16) Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antara Bank
dengan stakeholders melalui pemberdayaan fungsi Corporate
Secretary ;
17) Direksi berkewajiban untuk menyimpan dan memelihara daftar
Pemegang Saham dan Daftar Khusus sebaik-baiknya ;
18) Anggota Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya wajib mentaati Standar Etika Bank dan Standar Etika
yang tercantum pada Pedoman Kerja ini.
- Tanggung Jawab Direksi
1) Direksi bertanggung jawab atas Laporan Keuangan ;
2) Direksi dalam penyelenggaraan tugas yang bersifat strategis
untuk kepentingan maksud dan tujuan Bank bertanggung jawab
secara kolegial. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab
dalam menyenggarakan kegiatan operasional dari keputusan
yang bersifat strategis dan keputusan lainnya sesuai dengan
tugas dan wewenangnya ;
3) Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya
kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ;
4) Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha Bank,
Direksi harus dapat memastikan dipenuhinya tanggung jawab
sosial Bank (Corporate Social Responsibility) yaitu dengan
adanya perencanaan tertulis yang jelas dan fokus dalam
melaksanakan tanggung jawab sosial bank ;
5) Segala keputusan Direksi yang diambil sesuai dengan pedoman
dan tata tertib kerja mengikat dan menjadi tanggung jawab
seluruh Direksi ;
6) Direksi bertanggung jawab atas penerapan Etika Usaha dan tata
perilaku (Code of Conduct) di lingkungan perusahaan.
7. Hubungan antara Dewan Komisaris dan Direksi
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006
tanggal 30 Januari 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 serta Surat
Edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP Tanggal 30 Mei 2007 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi Bank Umum, bank
bjb telah sejak lama menerapkan pemisahan tugas, fungsi dan tanggung
jawab Direksi dan Dewan Komisaris. Selain itu, tidak terdapat hubungan
keluarga baik horizontal maupun vertikal, termasuk hubungan karena
pernikahan, sampai derajat ketiga, antara sesama anggota Direksi, atau

antar anggota Direksi dengan anggota Dewan Komisaris, atau sesama


anggota Dewan Komisaris.
Secara umum hubungan Direksi dengan Dewan Komisaris sesuai
Anggaran Dasar Bank dan Peraturan Perundang-undangan serta
Peraturan Bank Indonesia yang berlaku, adalah :
1) Direksi dan Dewan Komisaris secara bersama-sama menandatangani
dokumen Perusahaan, yaitu Rencana Korporasi, Rencana Bisnis dan
Laporan Keuangan Tahunan Bank;
2) Transaksi yang berdiri sendiri ataupun yang Direksi bertanggung jawab
untuk memastikan agar semua informasi mengenai bank secara tepat
waktu dan lengkap disampaikan kepada Dewan Komisaris;
3) Direksi wajib memberikan akses atas informasi bank secara tepat
waktu dan lengkap kepada Dewan Komisaris ;
4) Direksi wajib membebaskan para anggota Dewan Komisaris untuk
secara bersama-sama maupun sendiri setiap waktu dalam jam kerja
bank, berhak memasuki bangunan dan halaman atau tempat lain yang
dipergunakan atau yang dikuasai oleh bank dan berhak memeriksa
semua pembukuan, surat dan alat bukti lainnya, persediaan barang,
memeriksa dan mencocokan keadaan uang kas (untuk keperluan
verifikasi) dan lain-lain surat berharga serta berhak untuk mengetahui
segala tindakan yang dijalankan oleh Direksi ;
5) Direksi dan tiap anggota Direksi wajib untuk memberikan penjelasan
tentang segala hal yang ditanyakan oleh anggota Dewan Komisaris ;
6) Atas permintaan tertulis dari Dewan Komisaris, Direksi memberikan
keterangan hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas Audit
Internal ;
7) Menyampaikan laporan keuangan bulanan sesuai permintaan Dewan
Komisaris ;
8) Menyampaikan surat permohonan persetujuan tambahan modal di
setor untuk mendapat persetujuan Dewan Komisaris ;
9) Menyampaikan laporan pelaksanaan manajemen risiko dan laporan
pelaksanaan tugas bidang kepatuhan kepada Dewan Komisaris ;
10) Menyampaikan materi RUPS/RUPSLB untuk menjadi bahan keputusan
bersama dan mendapat persetujuan Dewan Komisaris dengan Direksi;
11) Jika dianggap perlu, Dewan Komisaris dapat meminta secara langsung
informasi dari fungsi - fungsi manajemen terkait operasional bank untuk
melaksanakan fungsi pengawasan dengan sepengetahuan Direksi ;
12) Direksi dan atau pejabat bank lainnya wajib menghadiri undangan
rapat Dewan Komisaris dengan sepengetahuan Direksi ;
13) Direksi wajib memberikan akses atas informasi bank kepada komitekomite yang membantu Dewan Komisaris dengan sebelumnya
mengirimkan pemberitahuan terlebih dahulu melalui Dewan Komisaris
kepada Direksi ;

10

14) Direksi dapat mengundang anggota Dewan Komisaris jika diperlukan


pendapatnya dalam Rapat Direksi ;
15) Risalah Rapat Direksi harus tersedia apabila diminta oleh anggota
Dewan Komisaris;
16) Direksi mempunyai hak dan wewenang untuk menetapkan
kebijaksanaan Bank berdasarkan persetujuan Dewan Komisaris dalam
menjamin kepengurusan Bank, kecuali ditetapkan lain berdasarkan
peraturan perundang-undangan ;
17) Direksi menetapkan susunan Organisasi dan tata kerja Bank dengan
persetujuan Dewan Komisaris ;
18) Direksi berdasarkan persetujuan tertulis Dewan Komisaris dengan
berpedoman kepada perundang-undangan yang berlaku dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut :
Mengadakan kerjasama Bangun Guna Serah (Built, Operate, and
Transfer/BOT), Bangun Guna Milik (Built, Operate and Own/BOO)
dan perjanjian-perjanjian lain yang mempunyai sifat yang sama ;
Mengambil bagian atau ikut serta dalam Perseroan/badan-badan
lain atau menyelenggarakan perusahaan baru yang tidak dalam
rangka penyelamatan piutang, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku ;
Melepaskan sebagian atau seluruhnya penyertaan Perseroan dalam
perusahaan atau badan-badan lain ;
Menggunakan cadangan untuk penghapusan kredit kepada pihak
terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK) Umum atau peraturan perundangan yang
berlaku ;
Melakukan hapus tagih terhadap pokok kredit yang diberikan
kepada pihak terkait sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
19) Transaksi yang berdiri sendiri ataupun yang berkaitan satu sama lain,
yang terjadi dalam jangka waktu 1 (satu) tahun buku atau jangka waktu
yang lebih lama sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan
dapat dilakukan Direksi dengan persetujuan tertulis dari Dewan
Komisaris, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan
yang berlaku khususnya peraturan Pasar Modal ;
20) Dalam hal Bank mempunyai benturan kepentingan dengan
kepentingan pribadi seorang anggota Direksi, maka Perseroan akan
diwakili oleh anggota Direksi lainnya dan dalam hal Perseroan
mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan
seluruh anggota Direksi, maka dalam hal ini bank diwakili oleh Dewan
Komisaris. Pengurusan Perseroan oleh Direksi pada umumnya, (baik
mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan dan memberikan

11

nasehat kepada Direksi) dijalankan dibawah pengawasan Dewan


Komisaris.
8. Rapat Dewan Komisaris dan Direksi
Dewan Komisaris melakukan rapat rutin dan rapat non-rutin setiap
diperlukan, sedangkan Direksi mengadakan rapat setiap minggu
sesuai dengan yang diperlukan. Rapat bersama Dewan Komisaris
Direksi diadakan paling sedikit satu kali setiap bulan atau setiap
dibutuhkan.

kali
dan
dan
kali

9. Komite di bawah Dewan Komisaris


Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dewan Komisaris dibantu oleh
Komite Audit, Komite Pemantau Risiko serta Komite Remunerasi dan
Nominasi.
a. Komite Audit
Komite Audit merupakan alat kelengkapan Dewan Komisaris yang
berfungsi untuk melakukan pengawasan atas efektifitas sistem
pengendalian intern, internal audit dan proses pelaporan keuangan.
Peraturan Bank Indonesia mewajibkan Bank untuk membentuk Komite
Audit sebagai bagian dari penerapan Good Corporate Governance
(GCG) sehingga Bank dapat dikelola berdasarkan prinsip-prinsip
transparansi, akuntabilitas, pertangungjawaban, independensi, dan
kewajaran.
Fungsi utama Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris
memenuhi tugas dan tanggung jawabnya dengan mengkaji laporan
keuangan dan informasi keuangan lainnya sebelum diberikan Bank
kepada stakeholders serta menelaah sistim pengendalian internal
bank, dan efektifitas fungsi audit internal.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, Dewan Komisaris telah
membentuk Komite Audit, dengan berpedoman antara lain:
a) Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik
Negara Nomor KEP-117/M-PBUMN/2002 tanggal 1 Agustus 2002
tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada
Badan Usaha Milik Negara ;
b) Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. Bank Jabar Nomor :
04A/SK/DK/2007 Tanggal 28 Juni 2007 Tentang Pembentukan
Komite Dan Pedoman Kerja Komite Dewan Komisaris PT. Bank
Jabar.
Dalam periode 2012 terdapat perubahan susunan Komite Audit bank
bjb, sehingga secara keseluruhan susunan Komite bank bjb adalah
sebagai berikut:
a) Periode Januari 2012 sampai dengan Juli 2012

12

Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. BPD Jawa


Barat dan Banten, Tbk. Nomor 02/SK/DK/2011 tanggal 25 Agustus
2011 tentang Pembagian Tugas dan Pelaksanaan Jadwal
Kegiatan Dewan Komisaris serta Komite-Komite, Surat Keputusan
Direktur Sumber Daya Manusia Nomor 456/SK/DIR-SDM/2011
dan Nomor 596/SK/DIR-SDM/2011. Adapun susunan Komite Audit
adalah sebagai berikut :
Ketua
: Klemi Subiyantoro (Komisaris Independen)
Anggota : - Achmad Baraba (Komisaris Independen)
- Ramson Sinaga (Independen)
- Erick (Independen)
b) Periode Agustus 2012 sampai dengan September 2012
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. BPD Jawa
Barat dan Banten, Tbk. Nomor 02/SK/DK/2011 tanggal 25 Agustus
2011 tentang Pembagian Tugas dan Pelaksanaan Jadwal
Kegiatan Dewan Komisaris serta Komite-Komite dan Surat
Keputusan Direktur Sumber Daya Manusia Nomor 438/SK/DIRSDM/2012 dan Nomor 439/SK/DIR-SDM/2012. Adapun susunan
Komite Audit adalah sebagai berikut :
Ketua
: Klemi Subiyantoro (Komisaris Independen)
Anggota : - Achmad Baraba (Komisaris Independen)
- Ramson Sinaga (Independen)
- Memed Sueb (Independen)
- Suwarta (Independen)
c) Periode Oktober 2012 sampai dengan Desember 2012
Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. BPD Jawa Barat dan
Banten, Tbk. Nomor 06/SK/DK/2012 tanggal 3 Oktober 2012
tentang Perubahan Susunan Keanggotaan Komite Pada Dewan
Komisaris. Adapun susunan Komite Audit adalah sebagai berikut :
Ketua
: Klemi Subiyantoro (Komisaris Independen)
Anggota : - Achmad Baraba (Komisaris Independen)
- Rudhyanto Mooduto (Komisaris Independen)
- Ramson Sinaga (Independen)
- Memed Sueb (Independen)
- Suwarta (Independen)
Komite Audit secara kolektif mempunyai kompetensi dan pengalaman
dalam bidang akuntansi, keuangan, dan perbankan. Semua anggota
Komite bertindak secara independen terhadap Direksi dan Auditor
Ekstern, serta melaporkan kegiatannya kepada Dewan Komisaris.
Komite Audit mendukung Dewan Komisaris dalam hal :

13

1. Memastikan bahwa laporan keuangan Bank dapat dimengerti,


transparan dan dapat diandalkan ;
2. Menilai Pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan
oleh Divisi Audit Internal maupun Audit Eksternal, sehingga dapat
mencegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi
standar ;
3. Melakukan evaluasi kebijakan Bank yang berhubungan dengan
kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku, etika, benturan kepentingan dan investigasi akan adanya
kesalahan maupun kecurangan, melalui Dewan Komisaris
memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian intern Bank serta pelaksanaannya;
4. Melakukan evaluasi Rencana Kerja Divisi Audit Internal, pelaporan
dan temuan yang signifikan ;
5. Berkomunikasi dengan Direksi dan Satuan Kerja terkait tentang
status, kemajuan dan perkembangan baru pada permasalahan
operasional yang dijumpai serta temuan Divisi Audit Internal ;
6. Memastikan bahwa Divisi Audit Internal dapat memiliki akses
langsung kepada Komite Audit dan mendorong adanya komunikasi
di luar rapat komite yang telah dijadwalkan ;
7. Menciptakan jalur komunikasi langsung dengan External
Auditor/Pengawas Bank untuk membahas rencana audit, temuan
maupun laporan.
Sehubungan dengan Tugas dan Tanggung Jawab tersebut di atas,
Komite Audit memiliki wewenang sebagai berikut :
a) Komite Audit berwenang untuk mendapatkan informasi, melalui
Dewan Komisaris, mengenai operasional Bank, data karyawan,
dana, aset serta sumber daya Bank lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugasnya ;
b) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta wewenang
komite audit bekerja sama dengan Divisi Audit Internal ;
c) Memberi masukan kepada Dewan Komisaris mengenai keperluan
perbaikan dalam proses audit internal, audit eksternal, dan laporan
keuangan Bank ;
d) Melakukan evaluasi deskripsi mengenai internal control/audit yang
akan dipublikasikan dalam laporan keuangan dan laporan
pelaksanaan penerapan Good Corporate Governance ;
e) Melakukan kajian atas independensi dan objektivitas auditor
eksternal serta merekomendasikan auditor eksternal yang akan
dipilih oleh Bank untuk melakukan audit laporan keuangan Bank,
unit bisnis maupun anak perusahaan;
f) Secara garis besar, Komite Audit memberikan pendapat profesional
yang independen kepada Komisaris dari hasil evaluasi dan semua

14

risiko yang penting dipertimbangkan. Identifikasi hal-hal yang


memerlukan perhatian khusus dalam bidang laporan keuangan dari
Direksi, laporan dari auditor eksternal, serta ketaatan pada
peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan manajemen
risiko.
Laporan Kegiatan Komite Audit
Komite Audit melaporkan kegiatannya kepada Dewan Komisaris,
sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas Komite Audit.
Komite Audit telah melakukan tugasnya, baik yang bersifat rutin
maupun yang non-rutin. Komite Audit selama tahun 2012 telah
melaksanakan tugas sesuai Piagam Komite Audit sebagai berikut:
1. Penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Bank
seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan
lainnya. Komite Audit melakukan penelaahan atas draft final
laporan keuangan publikasi triwulanan sesuai jadwal dengan
memberikan beberapa saran perbaikan. Komite Audit telah secara
aktif melakukan diskusi dengan akuntan publik dan manajemen
mengenai masalah yang perlu di diskusikan sesuai Standar Audit
Seksi 380 perihal komunikasi dengan Komite Audit ;
2. Evaluasi atas efektivitas pelaksanaan audit dari auditor eksternal
termasuk menelaah independensi dan objektivitas auditor eksternal
serta menelaah kecukupan pemeriksaan yang dilakukannya untuk
memastikan semua risiko yang penting dipertimbangkan ;
3. Penelaahan atas ketaatan Bank terhadap perundangundangan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan Bank. Pengujian dan
pemantauan kepatuhan yang dilakukan oleh Bank telah diupayakan
secara optimal. Namun demikian, masih perlu dilakukan
peningkatan pengawasan secara efektif dan efisien oleh Divisi
Audit Internal dan Divisi Kepatuhan baik secara sendiri-sendiri
maupun bersinergi.
4. Pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan
audit serta pemantauan atas tindaklanjut hasil audit dalam rangka
menilai kecukupan proses pelaporan keuangan. Selama tahun
2012, Komite Audit telah melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap :
a. Pelaksanaan tugas Divisi Audit Internal (DAI). Dari hasil
evaluasi dapat disimpulkan bahwa perencanaan Divisi Audit Internal (DAI) telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
audit berbasis risiko, pelaksanaan audit dan pelaporan telah
dilakukan sesuai dengan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit
Intern Bank (SPFAIB).
b. Kesesuaian pelaksanaan audit oleh kantor akuntan publik
dengan standar yang berlaku. Dari hasil pemantauan dan

15

evaluasi Komite Audit, kantor akuntan publik telah


melaksanakan sesuai dengan Standar Auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Publik Indonesia.
c. Kesesuaian laporan keuangan dengan standar yang berlaku.
Komite Audit telah beberapa kali berdiskusi tentang kesiapan
dan penerapan PSAK Nomor 50 dan Nomor 55 baik dengan
manajemen maupun dengan pihak Auditor dan Konsultan.
d. Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Divisi
Audit Internal (DAI), akuntan publik dan hasil pengawasan Bank
Indonesia. Selama tahun 2012 Komite Audit melakukan
beberapa kali pertemuan dengan Divisi Audit Internal (DAI)
dalam rangka membahas temuan dan tindak lanjut temuan
Divisi Audit Internal (DAI). Komite Audit juga menjaga jalur
komunikasi langsung dengan Divisi Audit Internal (DAI), baik
yang terjadwal dalam rapat rutin maupun di luar jadwal rapat.
e. Pemberian rekomendasi mengenai penunjukkan akuntan publik
dan kantor akuntan publik kepada Dewan Komisaris. Untuk
tahun buku 2012, Tim Pemilihan Akuntan Publik yang terdiri dari
Komite Audit dan unsur manajemen telah melakukan proses
pemilihan akuntan publik untuk melakukan audit atas Laporan
Keuangan Konsolidasi bank bjb. Tim telah mengusulkan dan
Dewan Komisaris telah menetapkan Kantor Akuntan Publik
Ernst and Young sebagai Independent Auditor.
Komite Audit juga melakukan beberapa tugas lain yang diberikan oleh
Dewan Komisaris. Di tahun 2012, Komite Audit memperoleh beberapa
penugasan khusus oleh Dewan Komisaris, diantaranya memberikan
masukan terhadap pembahasan Rencana Bisnis Bank (RBB).
b. Komite Remunerasi dan Nominasi
Komite Remunerasi dan Nominasi bank bjb dibentuk berdasarkan
Keputusan Dewan Komisaris PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten Nomor 04A/SK/DK/2007 tanggal 28 Juni 2007
tentang Pembentukan Komite dan Pedoman Kerja Komite Dewan
Komisaris, Keputusan Dewan Komisaris Nomor 02/SK/DK/2011
tanggal 25 Agustus 2011 tentang Pembagian Tugas dan Pelaksanaan
Jadwal Kegiatan Dewan Komisaris serta Komite-komite. Berdasarkan
posisi 31 Desember 2012, susunan Komite Remunerasi dan Nominasi
bank bjb adalah sebagai berikut :
a. Pada periode Januari 2012 sampai Oktober 2012
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. Nomor
02/SK/DK/2011 tanggal 25 Agustus 2011 tentang Pembagian
Tugas dan Pelaksanaan Jadwal Kegiatan Dewan Komisaris serta

16

Komite-Komite. Adapun Komite Remunerasi dan Nominasi bank


bjb sebagai berikut:
Ketua
Yayat Sutaryat
Anggota
Agus Ruswendi
Anggota
Klemi Subiyantoro
Anggota
Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia
b. Pada periode Oktober 2012 sampai dengan Desember 2012
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk., Nomor
06/SK/DK/2012 tanggal 03 Oktober 2012 tentang Perubahan
Susunan Keanggotaan Komite pada Dewan Komisaris sebagai
berikut:
Ketua
Yayat Sutaryat
Anggota
Agus Ruswendi
Anggota
Klemi Subiyantoro
Anggota
Rudhyanto Mooduto
Anggota
Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia
Program kerja Komite, secara garis besar, Komite Remunerasi dan
Nominasi mempunyai tugas dan tanggung jawab paling kurang
sebagai berikut :
1. Melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi dan
memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, mengenai
kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi untuk
disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan evaluasi
terhadap kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan pegawai
secara keseluruhan untuk disampaikan kepada Direksi ;
2. Terkait dengan kebijakan Nominasi, Komite Remunerasi dan
Nominasi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyusun
dan memberikan rekomendasi mengenai sistem serta prosedur
pemilihan dan/atau penggantian anggota Dewan Komisaris dan
Direksi kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) ;
3. Disamping sistem dan prosedur pemilihan dan penggantian
Pengurus, Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas
dan tanggung jawab untuk memberikan rekomendasi mengenai
calon anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi kepada Dewan
Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) ;
4. Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk memberikan rekomendasi mengenai Pihak

17

Independen yang akan menjadi anggota Komite, untuk Komite


Audit dan Komite Pemantau Risiko ;
5. Tugas dan tanggung jawab yang terkait dengan Sumber Daya
Manusia (SDM) adalah melalui evaluasi pelaporan kebijakan SDM
dan memberikan saran untuk perbaikan / peningkatanya ;
6. Tugas Komite Remunerasi dan Nominasi terkait dengan penilaian
kinerja, yaitu memfasilitasi penilaian kinerja anggota Dewan
Komisaris dan Direksi dan menyampaikan saran serta evaluasi
terhadap Key Performance Indicator (standar/kunci Indikator
Kinerja) ;
7. Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas melakukan
self assessment dalam pelaksanaannya, serta melaksanakan
tugas khusus yang diberikan Dewan Komisaris.
Adapun kegiatan yang dilakukan Komite Remunerasi dan Nominasi
dalam rapat sepanjang tahun 2012 telah melakukan pembahasan
terhadap hal-hal sebagai berikut :
1. Pembahasan mengenai remunerasi (review formula gaji, tantiem,
kendaraan dinas) ;
2. Pembahasan lanjutan mengenai remunerasi (review formula, gaji,
tantiem, kendaraan dinas) ;
3. Tindaklanjut Bank atas hasil konsekuensi tidak lulus fit and proper
test Calon Direksi atau Direksi terpilih RUPS ;
4. Pembahasan penetapan remunerasi Pengurus bank bjb ;
5. Pembahasan pedoman kerja Komite Remunerasi dan Nominasi ;
6. Pembahasan tugas Komite Remunerasi dan Nominasi/Penyusunan
Draft Sistem dan Prosedur Pemilihan atau penggantian anggota
Dewan Komisaris ;
7. Laporan Triwulanan periode Januari - Maret 2012 ;
8. Pembahasan Surat Direksi No. 290/Dir-KH/2012 tanggal 22 Mei
2012 tentang laporan hasil fit and proper test pengurus bank bjb ;
9. Pembahasan Tenaga Kontrak bank bjb ;
10. Pembahasan Tenaga PKWT bank bjb ;
11. Pembahasan Draft Pedoman Penerimaan Calon Pengurus bank
bjb ;
12. Pembahasan calon anggota Komite Audit dari pihak independen ;
13. Pembahasan time schedule proses seleksi calon pengurus oleh
Komite Remunerasi dan Nominasi ;
14. Pembahasan TOR untuk pemilihan konsultan ;
15. Pembahasan Pedoman Penerimaan Calon Pengurus PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk.
16. Pembahasan persyaratan pendaftar Calon Pengurus ;

18

17. Pembahasan Persiapan dan Pelaksanaan Seleksi Administrasi


Calon Direksi PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten, Tbk. Tahun 2012 oleh Komite Remunerasi dan Nominasi ;
18. Pembahasan Hasil Assessment Calon Anggota Direksi PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk.;
19. Pelaksanaan Assessment Calon Anggota Komisaris PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk., tahun 2012
oleh Komite Remunerasi dan Nominasi ;
20. Pembahasan penyusunan Rencana Kerja Komite Remunerasi dan
Nominasi tahun 2013.
c. Komite Pemantau Risiko (KPR)
Komite Pemantau Risiko (KPR) bank bjb merupakan salah satu
Komite yang dibentuk Dewan Komisaris Bank dalam rangka
mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya,
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance
(GCG) bagi Bank Umum.
Komite Pemantau Risiko (KPR) dibentuk berdasarkan
Keputusan Dewan komisaris PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten, Tbk. Nomor 04A/SK/DK/2009, tanggal 28 Juni 2007
tentang Pembentukan Komite dan Pedoman Kerja Komite Dewan
Komisaris, Keputusan Dewan Komisaris Nomor 02/SK/DK/2011,
Tanggal 25 Agustus 2011 tentang Pembagian Tugas dan Pelaksanaan
Jadwal Kegiatan Dewan Komisaris serta Komite-Komite.
Adapun susunan ketua dan anggota Komite Pemantau Kredit sebagai
berikut :
a) Periode Januari 2012 sampai dengan Oktober 2012
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. BPD Jawa
Barat dan Banten, Tbk. Nomor 02/SK/DK/2011 tanggal 2 Agustus
2011 tentang Pembagian Tugas dan Pelaksanaan Jadwal Kegiatan
Dewan Komisaris serta Komite-Komite.
Adapun Susunan ketua dan anggota Komite Pemantau Risiko
adalah sebagai berikut :
Ketua
: Achmad Baraba
Anggota
: Muhadi
Nurry Effendi
Poppy Sofia Koeswayo
b) Periode Oktober 2012 sampai dengan Desember 2012
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. BPD Jawa
Barat dan Banten, Tbk. Nomor 06/SK/DK/2011 tanggal 3 Oktober
2012 tentang Perubahan Susunan Keanggotaan Komite pada
Dewan Komisaris.

19

Adapun susunan ketua dan anggota Komite Pemantau Risiko


adalah sebagai berikut :
Ketua
: Achmad Baraba
Anggota
: Yayat Sutaryat
Rudhyanto Mooduto
Nurry Effendi
Poppy Sofia Koeswayo
Komite Pemantau Risiko melaksanakan rapat mingguan yang
merupakan rapat internal Komite Pemantau Risiko, rapat koordinasi
dengan Divisi Manajemen Risiko, Komite Audit, atau rapat gabungan
dengan bagian lain sesuai program kerja dan kebutuhan.
Tugas utama Komite Pemantau Risiko (KPR) adalah sebagai berikut :
1. Mengevaluasi Implementasi kebijakan manajemen risiko termasuk
memantau pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan
Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) ;
2. Memantau pelaksanaan manajemen risiko pada risk taking unit ;
3. Mengkaji Rencana Bisnis Bank (RBB) sebelum mendapat
persetujuan Dewan Komisaris, khususnya yang terkait dengan
risiko-risiko yang akan dihadapi oleh Bank ;
4. Memantau dan memberikan tanggapan atas laporan realisasi
rencana bisnis;
5. Memonitor risiko yang dihadapi Bank dan memastikan bahwa
Direksi telah memitigasi risiko tersebut ;
Evaluasi
atas
pelaksanaan
kebijakan
pengelolaan
risiko
merekomendasikan penyempurnaan infrastruktur dan metodologi
pengukuran risiko. Secara berkala, Komite Manajemen Risiko (KPR)
melakukan penyempurnaan kebijakan dan pedoman pengelolaan risiko
agar dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan bisnis bank
bjb.
Sesuai pedoman kerja Komite Pemantau Risiko, maka pada tahun
2012 disusun rencana kerja sebagai berikut :
Kegiatan sesuai program kerja Komite Pemantau Risiko Tahun
2012
1. Menyusun rencana kerja tahunan Komite sesuai arahan Dewan
Komisaris dan ketentuan yang berlaku :
a. Rencana kerja Komite Pemantau Risiko tahun 2012
diselesaikan bulan Januari tahun 2012 ;
b. Pembahasan laporan realisasi kegiatan Komite Pemantau
Risiko semester II tahun 2011 diselesaikan bulan Februari

20

2.

3.

4.

2012 ;
c. Pembahasan dan laporan realisasi kegiatan Komite Pemantau
Risiko semester I tahun 2012 diselesaikan bulan September
2012 ;
d. Pembahasan Komite Pemantau Risiko dengan Dewan
Komisaris tentang rencana kerja Komite Pemantau Risiko
yang masih harus dilaksanakan sampai dengan akhir tahun
2012.
Mengevaluasi implementasi kebijakan manajemen risiko dan
pelaksanaannya sesuai Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
13/23/DNPN serta melaporkan dan memberikan rekomendasi
berdasarkan hasilevaluasi kepada Dewan Komisaris dengan
hasil sebagai berikut :
a. Profil risiko triwulanan bank bjb baik individual, maupun
konsolidasi selama tahun 2011 dan triwulan berjalan tahun
2012 ;
b. Profil risiko bank bjb pada triwulan IV tahun 2011 adalah low
dengan trend stabil sampai dengan triwulan III tahun 2012 ;
c. Risiko kredit bank bjb triwulan IV tahun 2011 adalah 1,2% ;
d. Risiko kredit, risiko pasar, risiko strategi, risiko kepatuhan, dan
risiko reputasi adalah low ;
e. Risiko likuiditas, risiko operasional, dan risiko hukum adalah
low to moderate.
Melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan tugas
Satuan Kerja yang menjalankan fungsi Manajemen Risiko
melalui :
a. Rapat koordinasi sesuai kebutuhan yaitu bulan Februari, Mei,
Juni, September, dan Oktober tahun 2012 ;
b. Diskusi dan telaahan atas program kerja Satuan Manajemen
risiko;
c. Diskusi dan telaah mendesain mekanisme risk tolerance dan
risk culture ;
d. Diskusi pengembangan metode dan tools pengukuran risiko
pasar pada dealing room ;
e. Diskusi dan pengembangan metode perhitungan limit setiap
sektor industri ;
f. Knowledge sharing : dampak krisis Eropa terhadap perbankan
Indonesia.
Mengkaji dan mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas
pelaksanaan manajemen risiko yang dilakukan melalui :
a. Rapat koordinasi dengan Komite Audit membahas temuan
hasil pemeriksaan Bank Indonesia dan progress tindaklanjut ;
b. Pembahasan laporan pengawasan Dewan Komisaris setiap

21

5.

6.

7.

8.
9.

10.

11.

12.

semester.
Mengkaji dan mengevaluasi atas usulan Direksi yang terkait
dengan pelaksanaan manajemen risiko yang memerlukan
persetujuan Dewan Komisaris
a. Evaluasi risiko produk baru yaitu derivative cross currency
swap dan interest rate swap bulan Juni tahun 2012 ;
b. Evalusi risiko produk baru e-banking, sampai akhir tahun 2012
dinyatakan masih harus melengkapi.
Mengevaluasi, mengkaji dan memberikan rekomendasi atas
rencana bisnis dan rencana kerja sebelum mendapat persetujuan
Dewan Komisaris, khususnya yang terkait dengan risiko-risiko
yang akan dihadapi oleh Bank melalui telaahan draft Rencana
Bisnis Bank tahun 2013 pada bulan Oktober 2012;
Mengevaluasi, mengkaji dan memberikan rekomendasi atas
rencana bisnis dan rencana kerja sebelum mendapat persetujuan
Dewan Komisaris, khususnya yang terkait dengan risiko-risiko
yang akan dihadapi oleh Bank melalui telaahan draft Komite
Pemantau Risiko tahun 2013 pada bulan Oktober 2012 ;
Mengevaluasi perkembangan portofolio pinjaman melalui
koordinasi dengan Komite Audit bulan Juli dan Desember 2012 ;
Memantau restrukturisasi pinjaman, penghapusbukuan pinjaman
dan recovery pinjaman melalui koordinasi dengan Komite Audit
bulan Juli dan Desember 2012 ;
Memonitor risiko bank wide yang dihadapi Bank dan memastikan
bahwa Direksi telah melakukan mitigasi risiko-risiko tersebut
melalui pembahasan profil risiko triwulanan ;
Mengkaji ulang secara berkala terhadap kebijakan dan strategi
usaha Bank dan memastikan bahwa Direksi telah memantau
efektifitas pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern melalui :
a. Pembahasan dan diskusi laporan hasil pemeriksaan Satuan
Kerja Audit Internal ke cabang-cabang maupun Divisi tentang
pelaksanaan kepatuhan SOP dan IT bulan November 2012 ;
b. Pembahasan tentang laporan pemeriksaan oleh Bank
Indonesia dan tindak lanjut yang belum diselesaikan,
dilaksanakan pada bulan Oktober, November, dan Desember
2012.
Melakukan penelaahan atas informasi yang berkaitan dengan
manajemen risiko dalam laporan-laporan yang akan
dipublikasikan Bank, berkoordinasi dengan Satuan Kerja Internal
Audit dan Komite Audit :
a. Laporan Keuangan akhir tahun 2011, pada bulan Februari
dan Maret tahun 2012;
b. Laporan Keuangan semester I tahun 2012, pada bulan

22

Agustus tahun 2012;


c. Diskusi dan telaahan hasil audit internal ke Divisi Mikro,
bulan Juni 2012.
13. Melakukan penelaahan atas pengelolaan manajemen risiko dan
kepatuhan atas peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku bersama dengan manajemen, auditor eksternal, Divisi
Audit Internal serta Satuan Kerja yang menjalankan fungsi
Manajemen Risiko
a. Telaah profil risiko dan RCCR triwulan IV tahun 2011, bulan
Maret tahun 2012;
b. Telaah profil risiko dan RCCR triwuan I tahun 2012, bulan
Mei 2012;
c. Telaah profil risiko triwulan dan RCCR II tahun 2012, bulan
Agustus 2012;
d. Telaah profil risiko triwulan III dan RCCR tahun 2012, bulan
Oktober 2012.
14. Mengkaji risk philosophy yang telah ditetapkan Bank dan
memastikan bahwa risk philosophy tersebut telah direfleksikan
pada tiap kebijakan Bank dan dikomunikasikan kepada seluruh
Pegawai Bank sehingga dapat terbentuk budaya risiko (risk
culture) yang kondusif melalui :
a. Pembahasan strategi penetapan risk philosophy dan risiko
(risk culture) melalui penggunaan jasa konsultan manajemen
risiko ;
b. Pembahasan rencana survey pemahaman Pimpinan Cabang
terhadap risiko Cabang bulan Oktober 2012.
15. Memastikan bahwa Bank telah memiliki risk appetite dan risk
tolerance serta telah dijabarkan ke dalam kebijakan pada tiap
unit kerja, unit bisnis dan Bank secara keseluruhan.
16. Memberi masukan atas penetapan strategi dan objektif tiap unit
kerja, unit bisnis dan Bank secara keseluruhan agar sejalan
dengan risk appetite dan risk tolerance yang telah ditetapkan
sebelumnya, melalui diskusi dan sharing knowledge tentang
rencana penggunaan bantuan konsultan manajemen risiko.
17. Memberi masukan atas struktur organisasi, pendelegasian
tanggung jawab dan kewenangan serta kebijakan/praktek
manajemen Sumber Daya Manusia agar mendukung risk culture
yang dikehendaki Bank melalui rapat koordinasi dan diskusi
dengan Komite Remunerasi dan Nominasi tentang :
a. Analisis gap kuantitas dan kompetensi SDM cabang ;
b. Analisis kualitas dan kuantitas pelatihan SDM ;
c. Analisis kebijakan SDM yang masih harus diperbaiki.

23

18. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku :
a. Melakukan kajian atas rencana perubahan produk
Bancassurance, semula merupakan kerja sama distribusi
menjadi kerja sama referensi pada bulan Januari 2011
sesuai Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/35/DPNP
tanggal 23 Desember 2010, dengan hasil bahwa Bank telah
memenuhi semua persyaratan dan dengan kajian
manajemen risiko yang memadai dari Satuan Kerja
Manajemen Risiko;
b. Melakukan self-assessment untuk menilai kualitas Good
Corporate Governance dan memastikan bahwa Direksi bank
bjb telah menerapkan manajemen risiko melalui instrumen
kuesioner berkoordinasi dengan Satuan Kerja Manajemen
Risiko pada bulan Februari 2012. Hasil self assessment
menunjukakan nilai penerapan Good Corporate Governance
dan manajemen risiko pada nilai sangat baik dan baik.
19. Memutahirkan secara periodik Pedoman Kerja Komite Pemantau
Risiko. Draft Pedoman Kerja Komite Pemantau Risiko
diselesaikan dan didiskusikan pada bulan November dan
Desember 2012.
10. Komite Eksekutif

Saat ini Direksi dibantu oleh beberapa Komite Eksekutif dalam


menjalankan tugasnya, yaitu :
a. Komite Manajemen Risiko
Komite Manajemen Risiko yang terdiri dari anggota Direksi dan Para
Pemimpin Divisi terkait terdiri dari :
Ketua
: Direktur Utama
Wakil Ketua : Direktur Kepatuhan & Manajemen Risiko
Sekretaris : Pemimpin Divisi Manajemen Risiko
Anggota Permanen :
1. Direktur Operasi
2. Direktur Konsumer
3. Direktur Komersial
4. Direktur Treasury & International
5. Pemimpin Divisi Perencanaan Strategis
6. Pemimpin Divisi Kepatuhan dan Hukum
7. Pemimpin Divisi Audit Internal
8. Pemimpin Divisi Keuangan dan Akuntansi
9. Pemimpin Divisi Credit Risk Reviewer
Anggota Tidak Tetap :

24

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Pemimpin Divisi KPR & Mortgage


Pemimpin Divisi Jaringan dan Layanan
Pemimpin Divisi SDM
Pemimpin Divisi Treasury
Pemimpin Divisi Internasional
Pemimpin Divisi Korporasi & Komersial
Pemimpin Divisi Konsumer
Pemimpin Divisi Dana Jasa Konsumer
Pemimpin Divisi Mikro
Pemimpin Divisi Umum
Pemimpin Divisi Change Management Office
Pemimpin Divisi Pendidikan & Pelatihan
Pemimpin Divisi Manajemen Anak Perusahaan
Pemimpin Divisi Corporate Secretary
Pemimpin Divisi Institutional Banking
Pemimpin Divisi Teknologi Informasi
Pemimpin Unit Card Center
Pemimpin Unit Electronic Banking
Kesatuan Satuan Kerja Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit
Melaporkan risiko yang
signifikan dan rencana
kontijensi
Merekomendasikan batas
dan kebijakan risiko
Komite
Manajemen
Risiko

Dewan Komisaris

Dewan Direksi

Pengawasan

Direktur
Kepatuhan &
Manajemen Risiko
Laporan Kepatuhan

Unit Bisnis Kredit


Risiko Kredit

Unit Bisnis Tresuri & Likuiditas


Risiko Pasar dan Likuiditas

Divisi Kepatuhan
dan Hukum

Unit Bisnis mengelola risiko atas


kegiatan harian

Operasional

Divisi Manajemen
Risiko

Memantau batas/kebijakan risiko


Mempersiapkan laporan kelebihan
batas risiko

Divisi pada Kantor Pusat, Unit Grup Pada Kantor Wilayah dan Kantor Cabang Pemantauan Risiko
Operasional
Setiap Divisi di Kantor Pusat/Unit Grup di Kantor Wilayah dan Cabang bertanggung jawab mengelola risiko
di Divisi/Wilayah/Cabang masing-masing

Struktur organisasi menjelaskan kegiatan usaha Bank dan telah


menetapkan jalur pelaporan dan fungsi yang jelas dari satuan kerja
operasional kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi
pengendalian internal. Ruang lingkup pengendalian internal yang tidak
termasuk dalam fungsi pengambil keputusan adalah Divisi Kepatuhan
dan Hukum, Divisi Audit Internal serta Divisi Manajemen Risiko dimana

25

tugas dan fungsinya tidak mengambil keputusan pada kegiatan usaha


Bank.
Wewenang dan tanggung jawab Komite Manajemen Risiko
adalah memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama yang
sekurang-kurangnya meliputi :
1) Penyusunan
kebijakan
manajemen
risiko
serta
perubahannya, termasuk strategi manajemen risiko dan
contingency plan dalam kondisi eksternal tidak normal terjadi;
2) Perbaikan dan penyempurnaan penerapan Manajemen
Risiko yang dilakukan secara berkala maupun insidentil
sebagai akibat dari suatu perubahan kondisi eksternal dan
internal Bank yang mempengaruhi kecukupan permodalan
dan profil risiko Bank dan hasil evaluasi terhadap efektivitas
penerapan tersebut ;
3) Penetapan (justification) atas hal-hal yang terkait dengan
keputusan-keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur
normal (irregularities), seperti keputusan pelampauan
ekspansi usaha yang signifikan dibandingkan dengan
rencana bisnis Bank yang telah ditetapkan sebelumnya atau
pengambilan posisi/exposure risiko yang melampaui limit
yang telah ditetapkan ;
4) Menetapkan perubahan materi yang terdapat pada kebijakan
dan prosedur penerapan manajemen risiko ;
5) Melakukan evaluasi terhadap penerapan model-model
pengukuran risiko bank ;
6) Memastikan dilakukannya pengawasan risiko melalui
penetapan toleransi atau limit risiko yang dapat diterima serta
alokasi modal terkait cadangan risiko untuk seluruh kegiatan
operasional bank ;
7) Mengkoordinasikan dan memantau seluruh strategi
manajemen risiko ;
8) Menyetujui strategi manajemen risiko yang melampaui
kewenangan pimpinan satuan kerja operasional ;
9) Menilai keseluruhan komposisi risiko dalam portofolio bank ;
10) Mengkaji proposal mengenai produk dan aktivitas baru dan
menilai kemampuan bank untuk melaksanakan produk dan
aktivitas baru tersebut ;
11) Melakukan evaluasi terhadap penyusunan contingency plan
dalam kondisi tidak normal (worst case scenario) ;
12) Melakukan pemantauan kecukupan permodalan bank
terhadap risk exposure sesuai ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku ;

26

13) Mengevaluasi efektivitas pelaksanaan manajemen risiko.


Justifikasi yang disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada
Direktur Utama berdasarkan suatu pertimbangan bisnis dan hasil
analisis yang terkait dengan transaksi atau kegiatan usaha Bank
tertentu sehingga memerlukan adanya penyimpangan terhadap
prosedur yang telah ditetapkan oleh Bank. Rekomendasi yang
diberikan oleh Komite Manajemen Risiko harus mencerminkan suatu
kesepakatan diantara para anggota komite.
Risk Management Committee (RMC)
Salah satu pilar pelaksanaan Manajemen Risiko yang efektif
adalah pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi. Sebagai
bentuk implementasi atas pilar tersebut, Bank Indonesia telah
mengatur wewenang dan tanggung jawab Direksi yang tertuang dalam
Surat Edaran Nomor 13/23/DPNP perihal Perubahan atas Surat
Edaran Nomor 5/21/DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum. Ketentuan tersebut diantaranya menyebutkan bahwa
Direksi berwenang dan bertanggung jawab untuk menetapkan struktur
organisasi termasuk wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada
setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan Manajemen
Risiko.
Organisasi Manajemen Risiko ditetapkan oleh Direksi dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tugas dan tanggung jawab secara umum maupun terkait
dengan penerapan Manajemen Risiko pada seluruh satuan
kerja sesuai dengan visi, misi dan kegiatan operasional serta
fokus bisnis bank ;
2. Satuan Kerja Manajemen Risiko bersifat independen
terhadap unit kerja yang melaksanakan kegiatan bisnis bank ;
3. Memiliki Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja
Manajemen Risiko ;
4. Pendelegasian wewenang disesuaikan dengan karakteristik,
kompleksitas produk, tingkat risiko yang akan diambil serta
pengalaman dan keahlian personil yang bersangkutan.
Penetapan kewenangan tersebut di review secara berkala
untuk memastikan bahwa nilai yang ditetapkan masih sesuai
dengan kondisi terkini.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pembentukan Komite
Manajemen Risiko merupakan salah satu manifestasi atas tugas dan
tanggung jawab Direksi dalam mengimplementasikan penerapan
Manajemen Risiko yang efektif bagi Bank sesuai dengan ketentuan

27

Bank Indonesia yang berlaku dan mengatur mengenai penerapan


Manajemen Risiko tersebut.
Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan yang mengalami
perkembangan dan diikuti dengan semakin kompleksnya risiko
kegiatan usaha perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktek
tata kelola bank yang sehat (Good Corporate Governance) dan
penerapan Manajemen Risiko yang meliputi 4 (empat) pilar
sebagaimana tersebut diatas. Untuk membantu manajemen dalam
pengendalian risiko, pengawasan atas kebijakan bank dan optimalisasi
fungsi Manajemen Risiko dibentuk suatu Risk Management Committee
yang dapat disebut sebagai RMC.
Pembentukan Risk Management Committee memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
1. Keanggotaan Risk Management Committee dapat berisi
anggota tetap dan anggota tidak tetap sesuai dengan
kebutuhan Bank ;
2. Keanggotaan Risk Management Committee terdiri dari
Direksi dan Pejabat Eksekutif terkait ;
3. Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko merupakan
anggota tetap dari Risk Management Committee ;
4. Pejabat Eksekutif terkait komite yakni Pejabat setingkat
Pemimpin Divisi, Ketua Satuan Kerja, atau Pemimpin Unit
yang membawahi Satuan Kerja Bisnis, Satuan Kerja
Manajemen Risiko, Satuan Kerja Audit Internal dan Satuan
Kerja Supporting sesuai dengan kebutuhan ;
5. Risk Management Committee memiliki sub committee yang
melakukan pembahasan atas permasalahan-permasalahan
sesuai dengan ruang lingkup kewenangannya.
Berdasarkan Kebijakan Manajemen Risiko bank yang berlaku, Bank
membagi aktivitas usahanya (bisnis dan pendukung) menjadi sebagai
berikut :
1. Perkreditan ;
2. Treasury dan Investasi ;
3. Pembiayaan Trade Finance dan Garansi Bank ;
4. Pendanaan dan Instrument Hutang ;
5. Operasional Layanan ;
6. Jasa Layanan ;
7. Sistem Informasi Manajemen ;

28

8. Teknologi Sistem Informasi ;


9. Pengelolaan Sumber Daya Manusia ;
10. Sistem Pengendalian Internal.
Dalam rangka peningkatan efektifitas dan fokus pembahasan setiap
permasalahan bank yang timbul dan diangkat kepada level Komite,
Bank memiliki 3 (tiga) besaran sub komite yakni sebagai berikut :
1. Risk Management Committee (RMC);
2. Credit Risk Committee (CRC);
3. Operational Risk Committee (ORC);
4. Market & Liqudity Risk Committee (MRC);
5. SSG MRC;
6. SSG CRC;
7. SSG ORC.
Bank mengelompokkan pembahasan atas permasalahan terkait risiko
yang terkandung dalam aktivitas usaha diatas ke dalam 3 (tiga) sub
komite. Penjelasan atas masing-masing komite tersebut adalah
sebagai berikut :
Risk Management Committee merupakan komite utama serta
tertinggi dan digunakan sebagai forum pengambil keputusan dari
seluruh pelaksanaan kegiatan komite di bawahnya. Komite ini
bersifat top level committee dalam struktur organisasi RMC;
Market & Liquidity Risk Committee merupakan komite yang
fokus terhadap pembahasan atas permasalahan-permasalahan
dari aktivitas usaha bank yang memiliki Inheren Risk berasal dari
Risiko Pasar dan Risiko Likuiditas. Komite ini bersifat middle level
committee dalam struktur organisasi RMC;
Credit Risk Committee merupakan komite yang fokus terhadap
pembahasan atas permasalahan-permasalahan dari aktivitas
usaha bank yang memiliki Inheren Risk berasal dari Risiko Kredit.
Komite ini bersifat middle level committee dalam struktur
organisasi RMC;
Operational Risk Committee merupakan komite yang fokus
terhadap pembahasan atas permasalahan-permasalahan dari
aktivitas usaha bank yang memiliki Inheren Risk berasal dari
Risiko Operasional dan Risiko lainnya (Risiko Strategik, Risiko
Reputasi, Risiko Hukum dan Risiko Kepatuhan).
Komite ini bersifat middle level committee dalam struktur organisasi
RMC. Dalam melaksanakan fungsi dan peran setiap committee untuk
membantu manajemen dalam melakukan pengendalian risiko,
pengawasan atas kebijakan dan optimalisasi fungsi manajemen risiko,
setiap sub committee memiliki tim Staf Supporting Group (SSG) yang

29

bertugas untuk membantu mempersiapkan manajemen dalam upaya


pengendalian risiko melalui administrasi dan penyusunan analisis serta
kebijakan maupun pedoman yang akan direkomendasikan khusus
dalam masing-masing komite. SSG bersifat lower level committee
dalam struktur organisasi RMC.
Tugas dan tanggung jawab organisasi Risk Management Committee
adalah sebagai berikut :
Risk Management Committee
Wewenang dan tanggung jawab Risk Management Committee
adalah sebagai berikut :
a. Penetapan kebijakan manajemen risiko serta perubahannya,
termasuk strategi manajemen risiko dan contingency plan dalam
kondisi eksternal tidak normal terjadi ;
b. Penetapan atas perbaikan dan penyempurnaan penerapan
Manajemen Risiko yang dilakukan secara berkala maupun
insidentil sebagai akibat dari suatu perubahan kondisi eksternal
dan internal Bank yang mempengaruhi kecukupan permodalan
dan profil risiko Bank dan hasil evaluasi terhadap efektivitas
penerapan tersebut ;
c. Penetapan (justification) atas hal-hal yang terkait dengan
keputusan-keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur
normal (irregularities), seperti keputusan pelampauan ekspansi
usaha yang signifikan dibandingkan dengan rencana bisnis
bank yang telah ditetapkan sebelumnya atau pengambilan
posisi/eksposur risiko yang melampaui limit yang telah
ditetapkan ;
d. Penetapan perubahan materi yang terdapat pada kebijakan dan
prosedur penerapan manajemen risiko ;
e. Melakukan evaluasi terhadap penerapan model-model
pengukuran risiko bank ;
f. Memastikan dilakukannya pengawasan risiko melalui penetapan
toleransi atau limit risiko yang dapat diterima serta alokasi
modal terkait cadangan risiko untuk seluruh kegiatan
operasional bank ;
g. Mengkoordinasikan dan memantau seluruh strategi manajemen
risiko ;
h. Menyetujui strategi manajemen risiko yang melampaui
kewenangan pimpinan satuan kerja operasional ;
i. Penetapan risk appetite & risk tolerance atas produk dan
aktivitas baru dan sesuai dengan kemampuan bank untuk
melaksanakan produk dan aktivitas baru tersebut ;
j. Penetapan contingency plan dalam kondisi tidak normal (worst
case scenario) ;

30

k.
l.

Melakukan pemantauan kecukupan permodalan bank terhadap


risk exposure sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku ;
Mengevaluasi efektivitas pelaksanaaan manajemen risiko.

Market & Liquidity Risk Committee


Wewenang dan tanggung jawab Market & Liquidity Risk Committee
(MRC) adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penyusunan kebijakan dan prosedur manajemen
risiko serta perubahannya, termasuk menyusun rekomendasi
strategi manajemen risiko dan contingency plan dalam kondisi
eksternal tidak normal terjadi ;
b. Menyusun langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan serta
merekomendasikan penerapan Manajemen Risiko yang
dilakukan secara berkala maupun insidentil sebagai akibat dari
suatu perubahan kondisi eksternal dan internal Bank yang
mempengaruhi kecukupan permodalan dan profil risiko Bank dan
hasil evaluasi terhadap efektivitas penerapan tersebut ;
c. Melakukan analisis bisnis dan merekomendasikan hal-hal yang
terkait dengan keputusan-keputusan bisnis yang menyimpang
dari prosedur normal (irregularities), seperti keputusan
pelampauan ekspansi usaha yang signifikan dibandingkan
dengan rencana bisnis bank yang telah ditetapkan sebelumnya
atau pengambilan posisi/eksposur risiko yang melampaui limit
yang telah ditetapkan;
d. Merekomendasikan perubahan materi yang terdapat pada
kebijakan dan prosedur penerapan manajemen risiko ;
e. Melakukan evaluasi terhadap penerapan model-model
pengukuran risiko bank ;
f. Mengkoordinasikan dan memantau seluruh strategi manajemen
risiko ;
g. Menganalisis dan merekomendasikan strategi manajemen risiko
yang melampaui kewenangan pimpinan satuan kerja
operasional;
h. Mengkaji proposal mengenai produk dan aktivitas baru dan
menilai kemampuan bank untuk melaksanakan produk dan
aktivitas baru tersebut ;
i. Melakukan evaluasi terhadap penyusunan contingency plan
dalam kondisi tidak normal (worst case scenario) dan
merekomendasikan perubahan apabila diperlukan ;
j. Melakukan pemantauan kecukupan permodalan bank terhadap
risk exposure sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku ;
k. Mengevaluasi efektivitas pelaksanaaan manajemen risiko.

31

Ruang lingkup kewenangan Komite Market & Liquidity Risk


Committee sesuai dengan penjelasan tersebut diatas.
SSG Market & Liquidity Risk Committee
Wewenang dan tanggung jawab SSG - Market & Liquidity Risk
Committee (SSG-MRC) adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan bahan rapat MRC khususnya berkenaan dengan
kebijakan umum manajemen risiko pasar dan likuiditas dan
melengkapinya dengan hasil-hasil laporan sebelumnya ;
2. Menyiapkan laporan yang bersifat informatif untuk menjelaskan
apa saja yang perlu ditanggapi berkenaan dengan kebijakan
manajemen risiko ;
3. Mengembangkan teknik-teknik dan metode-metode yang sesuai
dan dapat di implementasikan berkenaan dengan konsep
manajemen risiko ;
4. Menyiapkan simulasi mengenai metodologi manajemen risiko
yang akan dibahas dalam rapat MRC ;
5. Memantau pelaksanaan hasil-hasil rapat MRC ;
6. Mengumpulkan dan menganalisa data, membuat kesimpulan
hasil analisis dan konsep rekomendasi untuk bahan
pertimbangan ;
7. Mempersiapkan materi terkait kaji ulang kebijakan risiko yang
signifikan sesuai dengan strategi bisnis keseluruhan yang dapat
mempengaruhi eksposur risiko sebagai bahan pembahasan
dalam next higher level committee ;
8. Memantau serta mengevaluasi terhadap keseluruhan komposisi
risiko dalam portofolio bank ;
9. Tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan MRC.
Credit Risk Committee (CRC)
CRC bertugas untuk membantu manajemen dalam merumuskan
kebijakan,
mengawasi
pelaksanaan
kebijakan,
memantau
perkembangan dan kondisi portofolio pekreditan serta memberikan
saran-saran langkah perbaikan. Wewenang dan tanggung jawab
Credit Risk Committee (CRC) adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan permasalahan yang bersifat signifikan dan material,
meliputi penyusunan kebijakan dan prosedur bidang kredit serta
perubahannya, perbaikan atau penyempurnaan penerapan
termasuk strategi kebijakan kredit serta contingency plan apabila
terdapat kondisi yang tidak normal ;
2. Merumuskan
dan
merekomendasikan
perbaikan
dan
penyempurnaan penerapan manajemen risiko kredit yang
dilakukan secara berkala maupun insidentil sebagai akibat dari
suatu perubahan kondisi eksternal dan internal Bank yang

32

mempengaruhi kecukupan permodalan dan profil risiko Bank dan


hasil evaluasi terhadap efektivitas penerapan tersebut ;
3. Merumuskan kebijakan perkreditan berdasarkan hal-hal khusus
yang dikehendaki (risk appetite) yang berkaitan dengan :
a. Target market ;
b. Segmentasi ;
c. Risk Mitigation ;
d. Merumuskan limit kewenangan memutus kredit.
4. Mengawasi pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB)
secara konsisten serta merumuskan pemecahan masalah apabila
terdapat hambatan/kendala dalam penerapan Kebijakan
Perkreditan Bank (KPB) ;
5. Melaksanakan pengkajian/evaluasi secara berkala terhadap
Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) dan memberikan saran kepada
Direksi apabila diperlukan perubahan atau penambahan
Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) ;
6. Melaksanakan
pengkajian
terhadap
efektivitas
Sistem
Pengendalian Internal Perkreditan secara berkala;
7. Merumuskan perubahan materi yang terdapat pada kebijakan dan
prosedur penerapan manajemen risiko kredit ;
8. Melakukan
evaluasi
terhadap
penerapan
model-model
pengukuran risiko bank ;
9. Merumuskan strategi manajemen risiko kredit yang melampaui
kewenangan pimpinan satuan kerja operasional ;
10. Menyusun analisa dan merekomendasikan risk appetite & risk
tolerance atas produk dan aktivitas baru bidang perkreditan dan
sesuai dengan kemampuan bank untuk melaksanakan produk
dan aktivitas baru bidang perkreditan tersebut ;
11. Memantau dan mengevaluasi :
a. Perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan secara
keseluruhan termasuk perkembangan dan kualitas kredit yang
diberikan kepada pihak yang terkait dengan bank dan debiturdebitur besar tertentu ;
b. Pelaksanaan kewenangan memutus kredit dan ketentuan
(Batas Minimum Pemberian Kredit) BMPK ;
c. Penyelesaian kredit bermasalah sesuai dengan yang
ditetapkan dalam Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) ;
d. Kepatuhan dalam memenuhi ketentuan mengenai kecukupan
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) ;
e. Debitur-debitur besar tertentu dan kredit yang berada dalam
daftar kredit dalam pengawasan khusus ;
f. Pencapaian target Rencana Kerja dan Pengawasan Kredit
Bermasalah ;

33

g. Perencanaan
perkreditan.

dan

pelaksanaan

operasional

di

bidang

SSG Credit Risk Committee


Wewenang dan tanggung jawab SSG Credit Risk Committee
(SSG - CRC) adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan bahan rapat CRC khususnya berkenaan
dengan kebijakan umum manajemen risiko pasar dan likuiditas
dan melengkapinya dengan hasil-hasil laporan sebelumnya ;
b. Menyiapkan laporan yang bersifat informatif untuk
menjelaskan apa saja yang perlu ditanggapi berkenaan
dengan kebijakan manajemen risiko ;
c. Mengembangkan teknik-teknik dan metode-metode yang
sesuai dan dapat di implementasikan berkenaan dengan
konsep manajemen risiko ;
d. Menyiapkan simulasi mengenai metodologi manajemen risiko
yang akan dibahas dalam rapat CRC ;
e. Memantau pelaksanaan hasil-hasil rapat CRC ;
f. Mengumpulkan dan menganalisa data, membuat kesimpulan
hasil analisis dan konsep rekomendasi untuk bahan
pertimbangan ;
g. Melakukan kaji ulang kebijakan risiko yang signifikan sesuai
dengan strategi bisnis keseluruhan yang dapat mempengaruhi
eksposur risiko ;
h. Memantau serta mengevaluasi terhadap keseluruhan
komposisi risiko dalam portofolio bank ;
i. Tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan CRC.
Operational Risk Committee
Seperti hal-nya MRC dan CRC, ORC bertugas untuk membantu
manajemen dalam merumuskan kebijakan, mengawasi pelaksanaan
kebijakan, memberikan saran-saran langkah perbaikan, serta
menyusun langkah-langkah contingency plan kegiatan operasional
bank dalam kondisi tidak normal. Secara spesifik, wewenang dan
tanggung jawab Operational Risk Committee (ORC) adalah sebagai
berikut :
1. Merumuskan kebijakan dan prosedur manajemen risiko terkait
kegiatan operasional bank beserta perubahannya, termasuk
strategi manajemen risiko dan contingency plan dalam kondisi
eksternal tidak normal terjadi;
2. Merumuskan
dan
merekomendasikan
perbaikan
dan
penyempurnaan penerapan manajemen risiko operasional yang
dilakukan secara berkala maupun insidentil sebagai akibat dari
suatu perubahan kondisi eksternal dan internal Bank yang

34

mempengaruhi kecukupan permodalan dan profil risiko Bank


dan hasil evaluasi terhadap efektivitas penerapan tersebut ;
3. Menganalisis dan merumuskan hal-hal yang terkait dengan
keputusan-keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur
normal (irregularities), seperti keputusan pelampauan limit
operasional bank dibandingkan dengan nilai yang telah
ditetapkan sebelumnya atau pengambilan posisi/exposure risiko
yang melampaui limit yang telah ditetapkan ;
4. Menganalisis dan merumuskan perubahan materi yang terdapat
pada kebijakan dan prosedur penerapan manajemen risiko
operasional ;
5. Melakukan evaluasi terhadap penerapan model-model
pengukuran risiko operasional bank ;
6. Memastikan dilakukannya pengawasan risiko melalui penetapan
toleransi atau limit risiko yang dapat diterima serta alokasi
modal terkait cadangan risiko untuk seluruh kegiatan
operasional bank ;
7. Mengkoordinasikan dan memantau seluruh strategi manajemen
risiko operasional ;
8. Menganalisis dan memberikan rekomendasi atas strategi
manajemen risiko yang melampaui kewenangan pimpinan
satuan kerja operasional ;
9. Menganalisis dan merekomendasikan risk appetite & risk
tolerance atas produk dan aktivitas baru dan sesuai dengan
kemampuan bank untuk melaksanakan produk dan aktivitas
baru tersebut ;
10. Mengembangkan dan memberikan rekomendasi langkahlangkah contingency plan dalam kondisi tidak normal (worst
case scenario) ;
11. Melakukan pemantauan kecukupan permodalan bank terhadap
risk exposure sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku ;
12. Mengevaluasi efektivitas pelaksanaaan manajemen risiko.
Pelaksanaan fungsi ORC berlaku untuk seluruh kegiatan
operasional bank kecuali kegiatan yang terkait dengan Teknologi
Informasi. Pengawasan direksi atas pengembangan kegiatan
Teknologi Informasi telah dilakukan oleh komite tersendiri yakni IT
Steering Committee. Batasan atas pelaksanaan kewenangan ORC
adalah melakukan analisis dan memberikan rekomendasi diluar
hal-hal sebagai berikut :
a) Rencana Strategis Teknologi Informasi ;
b) Kebijakan dan Prosedur Teknologi Informasi seperti kebijakan
pengamanan Teknologi Informasi dan manajemen risiko terkait
penggunaan Teknologi Informasi di bank ;

35

c) Kesesuaian proyek Teknologi Informasi dengan Rencana


Strategis Teknologi Informasi ;
d) Kesesuaian pelaksanaan proyek Teknologi Informasi dengan
rencana proyek (project charter) yang disepakati ;
e) Kesesuaian Teknologi Informasi dengan kebutuhan sistem
informasi manajemen yang mendukung pengelolaan kegiatan
usaha bank ;
f) Pemantauan atas kinerja Teknologi Informasi.
SSG Operational Risk Committee
Wewenang dan tanggung jawab SSG Operational Risk
Committee (SSG - ORC) adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan bahan rapat ORC khususnya berkenaan dengan
kebijakan
umum
manajemen
risiko
operasional
dan
melengkapinya dengan hasil-hasil laporan sebelumnya ;
b. Menyiapkan laporan yang bersifat informatif untuk menjelaskan
apa saja yang perlu ditanggapi berkenaan dengan kebijakan
manajemen risiko;
c. Mengembangkan teknik-teknik dan metode-metode yang sesuai
dan dapat di implementasikan berkenaan dengan konsep
manajemen risiko ;
d. Menyiapkan simulasi mengenai metodologi manajemen risiko
yang akan dibahas dalam rapat ORC ;
e. Memantau pelaksanaan hasil-hasil rapat ORC ;
f. Mengumpulkan dan menganalisa data, membuat kesimpulan
hasil analisis dan konsep rekomendasi untuk bahan
pertimbangan ;
g. Melakukan kaji ulang kebijakan risiko yang signifikan sesuai
dengan strategi bisnis keseluruhan yang dapat mempengaruhi
exposure risiko ;
h. Memantau serta mengevaluasi terhadap keseluruhan komposisi
risiko dalam portofolio bank ;
i. Tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan ORC.
Hubungan dengan Committee lain
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) yang baik sebagai bagian dari
upaya bank dalam melakukan pertumbuhan usaha yang memiliki nilai
tambah dan pencapaian visi serta misi yang telah ditetapkan, bank
memiliki susunan komite lainnya berada dibawah kewenangan Direksi
yakni sebagai berikut :
1. Asset & Liabillity Committee (ALCO) : komite ini fokus kepada
pencapaian rentabilitas, pricing strategy, evaluasi performansi bank
terkait gap management, BMPK dan PDN, dan melakukan review

36

terkait penempatan dana serta posisi sumber dana untuk


mendapatkan cost of fund yang optimal ;
2. Information Technology Steering Committee (ITSC) : committee ini
dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris dan Direksi dalam
melakukan pengawasan terkait pengembangan dan pengelolaan
Teknologi Informasi.
Komite yang berada dibawah RMC dapat berkoordinasi dengan komite
lainnya yang berada pada ruang lingkup bank dan dapat secara
bersama-sama memberikan rekomendasi kepada Direksi (dalam hal ini
RMC sebagai forum komite tertinggi dan pengambil keputusan) terkait
keputusan-keputusan strategis terhadap pengembangan dan
pengelolaan kegiatan usaha bank. Masing-masing komite bersifat
mandiri karena memiliki ruang lingkup kewenangan yang berbeda
namun memiliki tugas dan fungsi yang sama sebagai perumus
rekomendasi kepada Direksi terkait kebijakan strategis bank.
b. Credit Policy Committe (CPC)
Pembentukan tim Credit Policy Committe (CPC) telah disahkan melalui
Surat Keputusan Direksi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dan Banten, Tbk., Nomor 580/SK/DIR-MR/2011 tanggal 13 Oktober
2011 tentang Pembentukan Anggota Susunan Tim ALCO, CPC, dan
RMC bank bjb.
Berikut adalah susunan tim Credit Policy Committe (CPC):
Ketua CPC
: Direktur Utama
Wakil Ketua
: Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko
Sekretaris
: Pemimpin Divisi Manajemen Risiko
Anggota Permanen :
1. Direktur Treasury & Internasional
2. Direktur Komersial
3. Direktur Konsumer
4. Pemimpin Divisi Korporasi & Komersial
5. Pemimpin Divisi Konsumer
6. Pemimpin Divisi Mikro & Ritel
7. Pemimpin Divisi Card Center & Electronic Banking
8. Pemimpin Divisi Treasury
9. Pemimpin Divisi Kepatuhan dan Hukum
10. Pemimpin Divisi Audit Internal
11. Pemimpin Divisi Perencanaan Strategis
12. Pemimpin Divisi Internasional
13. Pemimpin Divisi Credit Risk Reviewer
Anggota Non Permanen:
1. Pemimpin Divisi Jaringan dan Pengembangan Layanan
2. Pemimpin Divisi Akuntansi

37

3. Pemimpin Divisi SDM


4. Pemimpin Divisi Manajemen Anak Perusahaan
5. Pemimpin Divisi Layanan Operasional
Tim CPC memiliki tugas pokok sebagai berikut:
1. Merumuskan dan menetapkan permasalahan yang bersifat
signifikan dan material, meliputi penyusunan kebijakan kredit
beserta perubahannya, perbaikan atau penyempurnaan penerapan
termasuk strategi kebijakan kredit serta contingency plan apabila
terdapat kondisi yang tidak normal;
2. Menetapkan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang
menyimpang dari prosedur normal di bidang kredit antara lain
keputusan pelampauan ekspansi kredit yang signifikan
dibandingkan dengan Rencana Bisnis Bank yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Merumuskan kebijakan perkreditan berdasarkan hal-hal khusus
yang dikehendaki (risk appetite) yang berkaitan dengan:
a. Target market dan porsi;
b. Segmentasi;
c. Risk Mitigation;
d. Maksimum hapus buku.
3. Merumuskan limit kewenangan memutus kredit;
4. Menetapkan kebijakan dalam hal kredit bermasalah berupa:
a. Penyelamatan (rescheduling, reconditioning, restructuring) atau
b. Penyelesaian melalui proses di pengadilan ataupun proses di
luar pengadilan.
5. Mengawasi pelaksanaan KPB secara konsisten serta merumuskan
pemecahan masalah apabila terdapat hambatan/kendala dalam
penerapan KPB;
6. Melaksanakan pengkajian/evaluasi secara berkala terhadap KPB
dan memberikan saran kepada Direksi apabila diperlukan
perubahan atau penambahan KPB;
7. Melaksanakan
pengkajian
terhadap
efektivitas
Sistem
Pengendalian Internal Perkreditan secara berkala;
8. Memantau serta memberikan saran atas perencanaan dan
pelaksanaan training di bidang perkreditan;
9. Memantau dan mengevaluasi :
a. Perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan secara
keseluruhan termasuk perkembangan dan kualitas kredit yang
diberikan kepada pihak yang terkait dengan bank dan debiturdebitur besar tertentu;
b. Pelaksanaan kewenangan memutus kredit dan ketentuan
BMPK;

38

c. Kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan dan


peraturan lainnya dalam pelaksanaan pemberian kredit;
d. Penyelesaian kredit bermasalah sesuai dengan yang ditetapkan
dalam KPB;
e. Kepatuhan dalam memenuhi ketentuan mengenai kecukupan
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN);
f. Debitur-debitur besar tertentu dan kredit yang berada dalam
daftar kredit dalam pengawasan khusus;
g. Pencapaian target Rencana Kerja dan Pengawasan Kredit
Bermasalah.
c. ALCO (Asset Liability Committee)
bank bjb telah membentuk ALCO berdasarkan SK Direksi Nomor
580/SK/DIR-MR/2011 tanggal 13 Oktober 2011 tentang Pembentukan
Anggota Susunan Tim ALCO, CPC dan RMC bank bjb.
Adapun terkait Susunan Anggota ALCO bank bjb berdasarkan Surat
Keputusan Direksi Nomor 580/SK/DIR-MR/2011 tanggal 13 Oktober
2011. Adapun susunan Tim ALCO sebagai berikut :
Susunan Tim Asset Liability Committee (ALCO)
Penanggung Jawab : Direksi
Ketua

: 1. Direktur Treasury & Internasional


2. Direktur Komersial
3. Direktur Konsumer

Sekretaris

: 1. Pemimpin Divisi Treasury


2. Pemimpin Divisi Manajemen Risiko

Anggota
1. Pemimpin Divisi Korporasi & Komersial
2. Pemimpin Divisi Konsumer
3. Pemimpin Divisi Mikro
4. Pemimpin Divisi Perencanaan Strategis
5. Pemimpin Unit Card Center
6. Pemimpin Unit Electronic Banking
7. Pemimpin Divisi Keuangan & Akuntasi
8. Pemimpin Divisi Internasional
9. Pemimpin Divisi Institutional Banking
10. Pemimpin Divisi Credit Risk Reviewer
11. Pemimpin Divisi Jaringan & Pengembangan Layanan
Anggota Non Permanen:
1. Pemimpin Divisi Teknologi Informasi
2. Pemimpin Divisi Umum
3. Pemimpin Divisi Kepatuhan & Hukum

39

Pemimpin Divisi Corporate Secretary


5. Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia
6. Pemimpin Divisi Layanan Operasional
7. Pemimpin Divisi Pendidikan & Pelatihan
8. Pemimpin Divisi Change Management Office
9. Pemimpin Divisi Audit Internal
10. Pemimpin Divisi Manajemen Anak Perusahaan
11. Pemimpin Kantor Wilayah
4.

Susunan Tim Staff Suppoting Group (SSG) ALCO


Ketua SSG ALCO

: Pemimpin Divisi Treasury

Wakil Ketua
1. Pemimpin Divisi Korporasi & Komersial
2. Pemimpin Divisi Konsumer
3. Pemimpin Divisi Manajemen Risiko
Sekretaris
1. Pemimpin Group Manajemen Likuiditas & ALM
2. Pemimpin Group Risiko Likuiditas & Pasar
3. Pemimpin Group Komersial
Anggota
1. Pemimpin Divisi Mikro
2. Pemimpin Unit Card Center
3. Pemimpin Unit Electronic Banking
4. Pemimpin Divisi Internasional
5. Pemimpin Divisi Institutional Banking
6. Pemimpin Divisi Credit Risk Reviewer
7. Pemimpin Divisi Keuangan & Akuntasi
8. Pemimpin Divisi Perencanaan Strategis
9. Pemimpin Group Perencanaan Strategis
10. Pemimpin Group Korporasi
11. Pemimpin Group Ritel Divisi Mikro
12. Pemimpin Group Treasury Trading
13. Pemimpin Group Trade Finance & Services
14. Pemimpin Group Operational TI
15. Pemimpin Group Likuiditas
16. Pemimpin Group Akutansi Manajemen
17. Pemimpin Group Risiko Kredit
18. Pemimpin Group Risiko Operasional
19. Pemimpin Group Business Legal
20. Pemimpin Group Hubungan Investor
21. Pemimpin Group KPR Business Process
22. Pemimpin Group Pengembangan Produk & Prosedur, Divisi Mikro

40

23. Pemimpin Group Pengembangan Produk & Prosedur, Divisi


Korporasi & Komersial
24. Pemimpin Group Pengembangan Produk & Prosedur, Divisi
Konsumer
Tugas Tugas Pokok Tim ALCO (Asset Liability Committee):
1. Bertanggung jawab atas pencapaian rentabilitas bank sesuai dengan
target keuntungan (laba), pertumbuhan neraca dan beberapa ukuran
rentabilitas yang telah ditetapkan dalam anggaran ;
2. Melakukan rapat secara berkala minimum sebulan sekali untuk
menilai,
merencanakan
dan
mengambil
langkah
berupa
kebijaksanaan dan action plan untuk mengejar target rencana kerja
dan anggaran dengan realisasi yang terjadi serta usulan
kemungkinan perubahan anggaran ;
3. Merumuskan dan memutuskan pricing strategy yang meliputi :
a. Credit Pricing (Based Lending Rate, Time Deposit, Deposit on
Call, dll)
b. Deposit Pricing (Demand Deposit, Time Deposit, Deposit on Call,
dll)
c. Pricing Produk dan Jasa Bank Lainnya.
4. Melakukan rapat secara berkala untuk menilai, mengevaluasi
performance Bank yang berkaitan dengan posisi gap management,
Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan Posisi Devisa Netto
(PDN) ;
5. Mengevaluasi posisi risiko suku bunga bank dan strategi Bank untuk
memastikan bahwa hasil risk taking position Bank telah konsisten
dengan tujuan pengelolaan risiko suku bunga;
6. Melakukan review secara periodik posisi likuiditas bank dan
merumuskan
besarnya
persentase
likuiditas
yang
akan
dipertahankan oleh bank ;
7. Melakukan review secara periodik posisi alokasi penempatan dana
bank pada aktiva yang menghasilkan (earning assets) dan
merumuskan pada alokasi dana pada earning assets yang optimal ;
8. Melakukan review secara periodik posisi sumber dana bank dan
merumuskan komposisi jenis-jenis sumber dana yang menghasilkan
Cost of Fund yang optimal ;
9. Melakukan review secara periodik posisi dan exposure penempatan
dana di pasar uang antara bank dengan menetapkan limit global
besarnya aset bank pada penempatan dana di pasar uang ;

41

10. Melakukan review dan merencanakan secara periodik posisi kualitas


Porfolio perkreditan, juga menetapkan besarnya posisi Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang akan diambil bank ;
11. Melakukan pembahasan mengenai posisi permodalan bank dalam
upaya mencapai posisi Capital Adequacy Ratio (CAR) yang
ditentukan oleh Bank Indonesia dengan melaksanakan capital
planning yang cermat ;
12. Melakukan review pembahasan mengenai posisi/alokasi dana pada
penyertaan dan investasi bank pada surat-surat berharga, serta pada
jumlah yang optimal atas harta tetap dan inventaris kantor ;
13. Mereview deviasi antara hasil actual dengan proyeksi anggaran dan
rencana bisnis bank ;
14. Menyampaikan informasi kepada Direksi mengenai setiap
perkembangan ketentuan dan peraturan terkait yang mempengaruhi
strategi dan kebijakan bank ;
15. Melaksanakan rapat-rapat lainnya yang diisyaratkan oleh perubahanperubahan yang terjadi di pasar ataupun perubahan-perubahan dari
segi regulasi pemerntahan yang terjadi secara tiba-tiba.
Adapun ketentuan tim ALCO adalah :
1. Anggota ALCO terdiri dari anggota permanen dan non permanen.
2. Setiap anggota permanen mempunyai satu hak suara dalam proses
pengambilan keputusan melalui voting, sedangkan anggota non
permanen tidak mempunyai hak suara.
3. Hasil akhir proses voting merupakan suatu usulan tim ALCO yang
nantinya keputusan akhir ada dalam rapat Direksi.
d. Information Technology Steering Committee (ITSC)
Susunan Komite Pengarah Teknologi Informasi menurut
Surat
Keputusan Direksi PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten, Tbk., Nomor 0280/SK/DIR-TI/2011 tanggal 28 April 2011
tentang Perubahan Pembentukan Komite Pengarahan Teknologi
Informasi sebagai berikut:
Pengarah
: Direksi
Ketua
: Direktur Operasi
Wakil Ketua
: Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko
Sekretaris
: Pemimpin Divisi Teknologi Informasi
Anggota Permanen : 1. Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko;
2. Pemimpin Divisi Layanan Operasional;
3. Pemimpin Divisi Keuangan dan Akuntansi;
4. Pemimpin Divisi Card Center dan Electronic
Banking.

42

Anggota

: Pemimpin Divisi lainnya yang berkaitan dengan


(Tidak Permanen) pembahasan agenda rapat
komite.
Wewenang dan Tanggung Jawab Komite Pengarah Teknologi Informasi
adalah memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi
dalam kegiatan terkait Teknologi Informasi Informasi yang paling kurang
mencakup :
a) Rencana Strategis IT (Information Technology Strategic Plan) yang
sesuai dengan rencana strategis kegiatan usaha Bank. Dalam
memberikan rekomendasi, Komite Pengarah Teknologi Informasi
hendaknya memperhatikan faktor efisiensi, efektivitas serta hal-hal
sebagai berikut :
1) Rencana pelaksanaan (road-map) untuk mencapai kebutuhan
Teknologi Informasi yang mendukung strategi bisnis Bank. Road
map terdiri dari kondisi saat ini (current state), kondisi yang ingin
dicapai (future state) serta langkah-langkah yang akan dilakukan
untuk mencapai future state ;
2) Sumber daya yang dibutuhkan ;
3) Keuntungan/manfaat yang akan diperoleh saat rencana
diterapkan.
b) Perumusan kebijakan dan prosedur Teknologi Informasi yang utama
seperti kebijakan pengamanan Teknologi Informasi dan manajemen
risiko terkait penggunaan Teknologi Informasi di Bank ;
c) Kesesuaian proyek-proyek Teknologi Informasi yang disetujui
dengan Rencana Strategis Teknologi Informasi, Komite Pengarah
Teknologi Informasi juga menetapkan status prioritas proyek
Teknologi Informasi yang bersifat kritikal (berdampak signifikan
terhadap kegiatan operasional Bank) misalnya penggantian core
banking application, server production dan topologi jaringan ;
d) Kesesuaian pelaksanaan proyek-proyek Teknologi Informasi dengan
rencana proyek (project charter) yang disepakati dalam service level
agreement. Komite Pengarah Teknologi Informasi hendaknya
melengkapi rekomendasi dengan hasil analisis dari proyek-proyek
Teknologi Informasi yang utama sehingga memungkinkan Direksi
mengambil keputusan secara efisien ;
e) Kesesuaian Teknologi Informasi dengan kebutuhan sistem informasi
manajemen yang mendukung pengelolaan kegiatan usaha Bank ;
f) Efektivitas langkah-langkah meminimalisasi risiko atas investasi
Bank pada sektor Teknologi Informasi dan bahwa investasi tersebut
memberikan kontribusi terhadap tercapainya tujuan bisnis Bank ;

43

g) Pemantauan atas kinerja Teknologi Informasi, dan upaya


peningkatan misalnya dengan mendeteksi keusangan Teknologi
Informasi dan mengukur efektivitas dan efisiensi penerapan
kebijakan pengamana Teknologi Informasi ;
h) Upaya penyelesaian berbagai masalah terkait Teknologi Informasi
yang tidak dapat diselesaikan oleh satuan kerja pengguna dan
satuan kerja penyelenggara. Komite Pengarah Teknologi Informasi
dapat memfasilitasi hubungan antar kedua satuan kerja tersebut ;
i) Kecukupan dan alokasi sumber daya yang dimiliki Bank. Apabila
sumber daya yang dimiliki tidak memadai dan Bank akan
menggunakan jasa pihak lain dalam penyelenggaraan Teknologi
Informasi maka Komite Pengarah Teknologi Informasi harus
memastikan Bank telah memiliki kebijakan dan prosedur terkait ;
j) Wewenang dan tanggung jawab pengurus dan anggota Komite
Pengarah Teknologi Informasi diatas tetap mempertimbangkan
wewenang dan tanggung jawab yang melekat pada jabatan misal
independensi.
Syarat Sah Penyelenggaraan Rapat Komite Pengarah Teknologi
Informasi, dalam setiap penyelenggaraan rapat Komite Pengarah
Teknologi Informasi. Rapat dinyatakan sah bila dihadiri minimal oleh
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Anggota Permanen atau pejabat
setingkat Pemimpin Bagian yang mewakilinya.
Jadwal Kegiatan rapat Komite Pengarah Teknologi Informasi minimal
satu kali dalam 3 (tiga) bulan atau dalam keadaan tertentu rapat dapat
diadakan sewaktu-waktu. Rapat Komite Pengarah Teknologi Informasi
harus dilengkapi dengan berita acara atau notulen rapat yang dilampiri
daftar hadir peserta rapat dan dilaporkan kepada Direksi dan seluruh
anggota komite.
Pengembangan IT Strategic Plan Bank bjb 2012-2017 dijelaskan halhal sebagai berikut :
Pembaharuaan ITSP sangat diperlukan oleh bank bjb karena :
- ITSP memuat tujuan dan strategi pengembangan usaha bank bjb ;
- ITSP memberikan acuan/arah kebijakan pengembangan TI bank bjb
sehingga keselarasan antara kebutuhan bisnis dan pengembangan
infrastruktur TI dapat senantiasa terpenuhi ;
- ITSP menjadi referensi untuk pengadaan fasilitas TI ;
Untuk menangkap vision dari segenap business leaders bank bjb
diperlukan adanya interview dengan segenap stakeholder TI.

44

e. Tim Peneliti dan Pertimbangan Masalah Kepegawaian (TPPMK)


bank bjb telah membentuk Tim Peneliti dan Pertimbangan Masalah
Kepegawaian bank bjb yang berdasarkan Surat Keputusan terakhir
adalah Surat Keputusan Direksi
Nomor 106/SK/DIR-SDM/2008
tanggal 11 Februari 2008 tentang Pembentukan Tim Peneliti dan
Pertimbangan Masalah Kepegawaian Bank Jabar Banten.
Susunan Tim terdiri dari :
Ketua
: Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia
Wakil Ketua : Pemimpin Divisi Audit Intern
Sekretaris : Pemimpin Bagian Administrasi Sumber Daya Manusia
Anggota
:
1. Pemimpin Divisi Manajemen Risiko
2. Pemimpin Divisi Kepatuhan dan Hukum
3. Pemimpin Divisi dari Unit Bisnis terkait (Narasumber)
Tugas dan tanggung jawab Tim Peneliti dan Pertimbangan Masalah
Kepegawaian adalah :
1) Berdasarkan instruksi Direksi melaksanakan penelitian terhadap
hasil temuan pengawasan/audit baik internal maupun eksternal
yang memerlukan tindak lanjut dalam penetapan hukuman disiplin ;
2) Memberikan saran/pertimbangan kepada Direksi mengenai tindak
lanjut penetapan hukuman disiplin kepada pegawai yang terbukti
lalai dan atau melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku.
11. Corporate Secretary

Sejalan dengan prinsip keterbukaan dan ketentuan Bank Indonesia


mengenai kewajiban pengungkapan informasi bank, Corporate Secretary
bertanggung jawab atas komunikasi dan penyampaian informasi yang
penting mengenai bank kepada Otoritas Perbankan, Moneter dan Pasar
Modal, Pemegang Saham serta masyarakat umum. Sepanjang tahun
2012 Corporate Secretary telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
1. Mempersiapkan rapat-rapat Dewan Komisaris dan Direksi, mencatat
notulen rapat dan mendistribusikannya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan ;
2. Mengirimkan pemberitahuan dan mempersiapkan segala sesuatunya
untuk penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham, dan
mempublikasikan hasil keputusan rapat ;
3. Menjaga hubungan baik dengan otoritas Pasar Modal dan
mempersiapkan
laporan-laporan
mengenai
pengungkapan
keterbukaan informasi Perseroan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku ;
4. Melakukan koordinasi dan administrasi pencatatan kepemilikan saham
dan tindakan korporasi ;

45

5. Mengkoordinasikan public relations dan marketing communications


untuk bank bjb ;
6. Mengelola dan melakukan kegiatan promosi produk dan jasa bank,
termasuk pembuatan Buku Laporan tahunan ;
7. Mengelola hubungan kelembagaan (counterparty) ;
8. Mengkoordinasikan dan memantau tindak lanjut atas pengaduan
nasabah ;
9. Melaksanakan pembinaan cabang dalam bidang kehumasan,
pengaduan nasabah dan kesekretariatan ;
10. Melaksanakan program CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai
wujud kepedulian dan kontribusi bank bjb terhadap peningkatkan
kualitas hidup masyarakat sekitar ;
11. Melaksanakan prinsip kehati-hatian dan kepatutan terhadap peraturan
Bank Indonesia, peraturan perundang-undangan, serta peraturan
intern bank lainnya yang berlaku ;
12. Melaksanakan program edukasi perbankan untuk masyarakat umum.
12. Penyebarluasan Informasi
Informasi keuangan dalam bentuk Laporan Keuangan selalu di
publikasikan setiap tiga bulan di surat kabar berskala lokal dan nasional.
Dalam rangka memberikan edukasi dan informasi, bank bjb menyediakan
situs web www.bankbjb.co.id yang dapat diakses oleh stakeholder dan
masyarakat umum.
13. Peringkat Obligasi
Hasil pemeringkatan dari PT Pefindo terhadap Obligasi bank bjb, bank
bjb memperoleh peringkat idAA- (Double A Minus) Stable Outlook per 1
November 2012 1 November 2013.
II. PENERAPAN
FUNGSI
KEPATUHAN,
FUNGSI
AUDIT
DAN
PENGELOLAAN RISIKO
1. Penerapan fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern.
a. Fungsi Kepatuhan
Fungsi, tugas, tanggungjawab Direktur yang membawahkan fungsi
kepatuhan
A. Fungsi Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan
a. Mewujudkan terlaksananya Budaya Kepatuhan pada
semua tingkatan organisasi dan kegiatan usaha Bank ;
b. Mengelola Risiko Kepatuhan yang dihadapi oleh Bank ;
c. Memastikan agar kebijakan, ketentuan, sistem, dan
prosedur serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank
telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk

46

Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit


Usaha Syariah; dan
d. Memastikan kepatuhan Bank terhadap komitmen yang
dibuat oleh Bank kepada Bank Indonesia dan/atau
otoritas pengawas lain yang berwenang.
B. Tugas Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan
Tugas dan tanggung jawab Direktur yang membawahkan
Fungsi Kepatuhan, paling kurang mencakup :
a. Merumuskan strategi guna mendorong terciptanya
Budaya Kepatuhan Bank ;
b. Mengusulkan kebijakan kepatuhan atau prinsip-prinsip
kepatuhan yang akan ditetapkan oleh Direksi ;
c. Menetapkan sistem dan prosedur kepatuhan yang akan
digunakan untuk menyusun ketentuan dan pedoman internal Bank ;
d. Memastikan bahwa seluruh kebijakan, ketentuan,
sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang
dilakukan Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, termasuk Prinsip Syariah bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah ;
e. Meminimalkan Risiko Kepatuhan Bank ;
f. Melakukan tindakan pencegahan agar kebijakan
dan/atau keputusan yang diambil Direksi Bank atau
pimpinan Kantor Cabang Bank Asing tidak menyimpang
dari ketentuan Bank Indonesia dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ;
g. Melakukan tugas-tugas lainnya yang terkait dengan
Fungsi Kepatuhan.
Tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud di atas
tidak menghilangkan hak dan kewajiban Direktur yang
membawahkan Fungsi Kepatuhan sebagai anggota Direksi
Bank sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Perseroan Terbatas, apabila untuk perbuatan-perbuatan
tertentu tersebut diperlukan keputusan dari seluruh anggota
Direksi Bank.
Tanggung jawab Direktur Kepatuhan
Tanggung jawab Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan
a) Memastikan semua rancangan keputusan yang menjadi
cakupan tugasnya telah diketahui dan diuji, sepanjang
rancangan keputusan tersebut disampaikan secara terbuka
kepada Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan ;

47

b) Memastikan bahwa rancangan keputusan yang menurut


pengkajian Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan
mengandung unsur pelanggaran benar-benar dipatuhi untuk
tidak dilaksanakan oleh forum atau pejabat pembuat keputusan;
c) Memastikan bahwa Bank telah memenuhi seluruh peraturan
Bank Indonesia, peraturan Perundang-undangan lainnya dan
Kebijakan Intern Bank yang berlaku dalam rangka menjamin
kepatuhan terhadap hukum dan prinsip kehati-hatian ;
d) Memastikan Good Corporate Governance telah dilaksanakan ;
e) Memastikan penerapan prinsip mengenal nasabah telah
dilaksanakan ;
f) Memastikan Manajemen risiko Kepatuhan telah dilaksanakan.
Peran Direktur Kepatuhan dalam Pelaksanaan Penerapan
Good Corporate Governance (GCG).
Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan berkewajiban
memastikan penerapan Good Corporate Governance (GCG) serta
memantau pelaksanaannya.
Tugas Satuan Kerja Kepatuhan
Peran, Tanggung Jawab Divisi Kepatuhan
Tugas dan tanggung jawab Divisi Kepatuhan paling kurang
mencakup:
a. Membuat langkah-langkah dalam rangka mendukung terciptanya
Budaya Kepatuhan pada seluruh kegiatan usaha Bank pada
setiap jenjang organisasi;
b. Melakukan
identifikasi,
pengukuran,
monitoring,
dan
pengendalian terhadap Risiko Kepatuhan dengan mengacu
pada peraturan Bank Indonesia mengenai Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum ;
c. Menilai dan mengevaluasi efektivitas, kecukupan, dan
kesesuaian kebijakan, ketentuan, sistem maupun prosedur yang
dimiliki oleh Bank dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku ;
d. Melakukan review dan/atau merekomendasikan pengkinian dan
penyempurnaan kebijakan, ketentuan, sistem maupun prosedur
yang dimiliki oleh Bank agar sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah;
e. Melakukan upaya-upaya untuk memastikan bahwa kebijakan,
ketentuan, sistem dan prosedur, serta kegiatan usaha Bank

48

telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan


perundang-undangan yang berlaku; dan
f. Melakukan tugas-tugas lainnya yang terkait dengan Fungsi
Kepatuhan.
Tanggung Jawab Utama
a. Terkait ke Strategi Perusahaan
1. Melakukan koordinasi dengan divisi lain dalam menyusun
dan merumuskan Rencana Bisnis Divisi ;
2. Mengelola penerapan manajemen risiko bidang Kepatuhan;
3. Menyusun, merumuskan dan mengembangkan Buku
Pedoman Perusahaan (BPP) dan Kebijakan Fungsi
Kepatuhan ;
4. Menyusun, merumuskan dan mengembangkan arah,
kebijakan, dan Standar Operasional Prosedur (SOP) serta
dokumentasi Fungsi Kepatuhan.
b. Anggaran
1. Mempersiapkan, mengkoordinasikan, dan mengontrol
anggaran Satuan Kerja Kepatuhan/Divisi Kepatuhan,
sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun ;
2. Memanfaatkan anggaran yang ada se-efisien dan se-efektif
mungkin, memastikan agar program dan sistem berjalan
secara cost effective (efektif dari segi biaya).
c. Terkait ke Kepatuhan
a) Memastikan pelaksanaan Pedoman Kepatuhan yang berisi
kerangka kerja, kebijakan dan proses yang tepat untuk
memastikan terpenuhinya peraturan Bank Indonesia,
Peraturan Bapepam LK dan perundang-undangan lainnya
yang berlaku. Mengembangkan suatu program kepatuhan
bagi Bank dan bekerjasama dengan divisi lain untuk
memperjelas tanggung jawab masing-masing pihak ;
b) Mengembangkan prosedur kepatuhan pada setiap satuan
kerja, dengan menginformasikan perubahan peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk disesuaikan ke
dalam pedoman internal bank oleh Divisi terkait ;
c) Mengembangkan,melaksanakan dan mempertahankan
kepatuhan bank dengan memberikan pandangan kepada
pihak manajemen mengenai masalah hukum yang
ditemukan ;
d) Mengembangkan, melaksanakan dan mempertahankan
kepatuhan bank terhadap penerapan kebijakan, prosedur
dan panduan mengenai anti tindak pencucian uang dan
tindak pidana terorisme ;

49

e) Bertindak sebagai pihak yang dihubungi di Bank mengenai


penanganan secara internal laporan transaksi yang
mencurigakan dari staff dan juga pihak yang dapat
dihubungi untuk Unit Anti-Money Laundring oleh instansi
pemerintah yang berkepentingan terhadap tindak
pencucian uang ini ;
f) Melakukan kajian atas kebijakan bank yang belum selaras
dengan peraturan perundangan yang berlaku ;
g) Memberikan masukan kepada pihak manajemen
mengenai masalah Kepatuhan dan potensi dampak, trend
serta perkembangan peraturan yang ada ;
h) Melaksanakan penyelidikan mandiri atas setiap transaksi
yang mencurigakan, yang dilaporkan baik oleh staff Bank
sendiri ataupun oleh nasabah Bank ;
i) Memastikan bahwa Bank selalu memenuhi persyaratan
regulasi dalam waktu yang tepat ;
j) Mengkaji aspek kepatuhan atas usulan produk baru dan
pengembangan bisnis baru ;
k) Mengkaji aspek kepatuhan atas dokumentasi publik
mengenai Bank, termasuk data yang ditampilkan di website Bank ;
l) Menanggapi dokumen konsultatif ataupun diskusi terkait
aspek hukum dan kepatuhan yang diterbitkan oleh badan
regulasi perbankan atau keuangan ;
m) Meningkatkan kesadaran akan kepatuhan di antara para
staff dengan cara memberikan informasi, publikasi dan
pelatihan mengenai Kepatuhan secara regular ;
n) Melaksanakan pemantauan Kepatuhan ;
o) Memastikan Bank selalu mematuhi peraturan yang
berlaku;
d. Kajian
a) Melakukan kajian aspek kepatuhan dan penerapan prinsip
kehati-hatian terhadap peraturan internal Bank antara lain
berupa Surat Keputusan, Surat Edaran, dan bentuk surat
lainnya sesuai tata naskah dinas Bank yang berlaku serta
perjanjian atau dokumen hukum lainnya baik yang telah
berjalan ataupun yang diajukan;
b) Mempertahankan operasional bisnis berjalan sesuai
ketentuan.
e. Manajemen Divisi
Mempekerjakan,
mengawasi
pekerjaan,
melatih,
mendampingi,
mengembangkan
keterampilan,
serta

50

mengevaluasi para staff kepatuhan guna mencapai tingkat


efektivitas kinerja di Divisi ini.
f. Terkait Manajemen Krisis
Berperan aktif dalam Tim Manajemen Krisis (Bussiness
Continuity Plan / BCP) sesuai dengan peran dan tanggung
jawab
sebagaimana
tercantum
di
dalam
Buku
Manual/Panduan Manajemen Krisis.
g. Kerjasama Internal
Mengembangkan,
mempertahankan
lini
kerja,
dan
memfasilitasi komunikasi dengan Divisi lain, Kantor Wilayah/
Kantor Cabang, dalam hal konsultasi dan pendapat serta
pendampingan hukum. Tujuannya adalah untuk memastikan
semua risiko kepatuhan telah tertangani dengan baik.
h. Pelaporan
a) Memastikan dilaksanakannya penyampaian
laporan
kepada Bank Indonesia tentang pelaksanaan Direktur
yang membawahkan fungsi kepatuhan, meliputi:
1. Rencana kerja kepatuhan yang dimuat dalam Rencana
Bisnis Bank (RBB) ;
2. Laporan kepatuhan; dan
3. Laporan khusus mengenai kebijakan dan/atau
keputusan Direksi yang menurut Direktur yang
membawahkan Fungsi Kepatuhan telah menyimpang
dari ketentuan Bank Indonesia dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf (b),
wajib ditandatangani oleh Direktur yang membawahkan
Fungsi Kepatuhan, dan disampaikan kepada Bank Indonesia setiap semester dan diterima Bank Indonesia paling
lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan berakhir
dengan tembusan kepada Dewan Komisaris dan Direktur
Utama ;
c) Bank dianggap terlambat menyampaikan laporan
kepatuhan apabila laporan diterima Bank Indonesia
melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi belum
melampaui 1 (satu) bulan setelah batas akhir waktu
penyampaian laporan ;
d) Bank dianggap tidak menyampaikan laporan kepatuhan
apabila laporan tersebut belum diterima Bank Indonesia
hingga akhir batas waktu keterlambatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ;
e) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c

51

disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 7 (tujuh)


hari kerja sejak diketahui oleh Direktur yang membawahkan
Fungsi Kepatuhan mengenai adanya penyimpangan.
i. Terkait Program Pengendalian Gratifikasi (PPG)
a) Menyusun Pedoman dan SOP Program Pengendalian
Gratifikasi, LHKPN, Sistem Pelaporan Pelanggaran ;
b) Membawahi Unit Pengendalian Gratifikasi yang berada di
bawah Grup Kepatuhan dalam mengelola pelaksanaan
Program Pengendalian Gratifikasi, Perluasan LHKPN dan
Sistem Pelaporan Pelanggaran ;
c) Senantiasa bekerjasama dengan KPK dalam pelaksanaan
Program Pengendalian Gratifikasi.
j. Lain-lain
a) Mengelola penerapan Manajemen Risiko di Divisi ;
b) Melaksanakan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan
terhadap peraturan Bank Indonesia dan Peraturan
Perundang-undangan lainnya, serta Peraturan Internal
Bank yang berlaku ;
c) Melakukan tindaklanjut temuan hasil pemeriksaan ;
d) Mengelola Buku Pedoman Perusahaan Divisi Kepatuhan ;
e) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh
Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan.
Kewenangan
Divisi Kepatuhan memiliki kewenangan untuk :
a. Menandatangani surat-surat, memorandum dan dokumendokumen yang berkaitan dengan tugas Divisi Kepatuhan,
sesuai batas kewenangan yang diberikan oleh Direktur yang
membawahkan fungsi kepatuhan ;
b. Melakukan kajian serta memberikan rekomendasi aspek
hukum terhadap peraturan internal bank antara lain berupa
Surat Keputusan, Surat Edaran, dan bentuk surat lainnya
sesuai Tata Naskah Dinas yang berlaku serta perjanjian
atau dokumen hukum lainnya baik yang telah berjalan
ataupun yang diajukan ;
c. Melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia dan Lembaga
terkait lainnya dalam rangka pengelolaan tugas Divisi
Kepatuhan ;
d. Menetapkan pembagian tugas serta penegakan disiplin
kepada Pejabat/Pegawai yang menjadi tanggung jawab
penyeliaannya ;
e. Memberikan penilaian kinerja terhadap Pejabat dan
Pegawai bawahannya ;

52

f. Melakukan kunjungan pembinaan dan sosialisasi kepada


seluruh unit kerja, untuk membangun budaya hukum ;
g. Menyampaikan rekomendasi untuk pengembangan Pejabat
dan Pegawai Divisi Kepatuhan ;
h. Melakukan persetujuan/keputusan lainnya sesuai dengan
BPP kewenangan dan/atau keputusan/kebijakan Direksi.
Dalam mengimplementasikan Fungsi Kepatuhan, Direktur
Kepatuhan dibantu oleh Satuan Kerja Kepatuhan yang bertanggung
jawab untuk membuat langkah-langkah dalam rangka mendukung
terciptanya budaya kepatuhan pada seluruh kegiatan usaha bank
pada setiap jenjang organisasi, antara lain melalui pelaksanaan :
1. Melaksanakan penyempurnaan Compliance Sheet bagi bidangbidang operasional dan non operasional secara bertahap.
2. Melakukan pengkajian terhadap seluruh kebijakan dan prosedur
terkait produk dan jasa Bank.
3. Melakukan review atas ketentuan-ketentuan internal yang telah
diberlakukan.
4. Melakukan pemantauan kewajiban pelaporan Divisi dan Kantor
Cabang.
5. Memantau pelaksanaan hasil pemeriksaan Bank Indonesia dan
pemantauan terhadap komitmen Divisi dan Kantor Cabang atas
hasil pemeriksaan Divisi Audit Internal.
6. Menginformasikan setiap ketentuan internal maupun eksternal
Bank kepada unit terkait.
7. Mensosialisasikan Fungsi Kepatuhan, Ketentuan Internal &
Eksternal Bank kepada segenap organisasi bank bjb.
8. Membuat Sistem Aplikasi Kodifikasi Ketentuan Internal bank bjb.
9. Pengembangan SDM Bagian Kepatuhan melalui program
pendidikan dan pelatihan baik yang ditugaskan oleh Divisi
Pendidikan
dan
Pelatihan
maupun
berdasarkan
pengajuan/inisiatif dari Satuan Kerja Kepatuhan.
Dalam menjalankan kegiatan usaha, bank bjb telah memenuhi
ketentuan Bank Indonesia yang terkait dengan aspek kecukupan
modal, pemenuhan ketentuan bidang perkreditan, pemeliharaan
likuiditas, serta penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme.
Namun untuk Kepatuhan terhadap ketentuan maupun system
operasional prosedur di bidang pekreditan layanan, pengadaan
barang dan jasa masih perlu ditingkatkan mengingat masih terdapat
beberapa yang complai.

53

Aspek Kepatuhan

Pemenuhan
Bank*

Acuan
(Ketentuan)

17.13%

8%

Tidak ada

Tidak
diperkenank
an

Rasio Non Performing Loan


(NPL)

1.99%

5%

Rasio Giro Wajib Minimum


(GWM) Primer

8.00%

8%

Rasio GWM Sekunder

24.11%

2.5%

Rasio GWM dalam Valuta Asing

8.68%

8%

Rasio Posisi Devisa Neto (PDN)

1.25%

20%

Rasio Kewajiban Penyediaan


Modal Minimum (KPMM)
Pelampauan / Pelanggaran Batas
Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK)

*Posisi per Desember 2012

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan


Pendanaan Terorisme (Program APUPPT)
Pelaksanaan Program Anti Pencucian uang dan Pencegahan
pendanaan Terorisme merupakan program yang dilaksanakan
secara berkesinambungan dalam rangka pemenuhan kewajiban
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012
tanggal 28 Desember 2012 Tentang Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank
Umum. Selama Tahun 2012, sebagai langkah keseriusan dalam
menerapkan Program APUPPT, bank bjb telah melaksanakan
berbagai aktivitas sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengembangan dan penyempurnaan sistem
aplikasi sebagai alat bantu penerapan program APUPPT
yang dapat digunakan untuk :
a. mendeteksi transaksi-transaksi keuangan yang memenuhi
kriteria sebagai transaksi yang wajib dilaporkan kepada
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan,
b. mengidentifikasi pengelompokan risiko nasabah dari sisi
APUPPT dan alat bantu dalam rangka pemantauan
Pengkinian Data Nasabah bank bjb;

54

2. Melaksanakan pembenahan database CIF (Costumer


Identification File) nasabah bank bjb dalam rangka penerapan
ketentuan Single CIF;
3. Melaksanakan program pelatihan secara rutin baik pelatihan
secara regular yang diterapkan kepada calon pegawai baru
maupun pelatihan yang khusus kepada pegawai yang
berhubungan langsung dengan nasabah atau pegawai yang
posisisnya strategis dalam penerapan APUPPT;
4. Adapun statistik pelaksanaan program APUPPT selama
tahun 2012 sebagai berikut :
Aktivitas
Laporan Transaksi Keuangan
Tunai
Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan
Korespondensi dengan pihak
Berwenang
Pengkajian APUPPT
Pengisian
Kuisioner
Cross
Border Correspondent Banking

Jumlah
5337 Laporan
53 Laporan
67 Korespondensi
6 Kajian
22 Korespondensi

b. Fungsi Audit Internal


Fungsi Audit internal Bank (SPFAIB) yang ditetapkan berdasarkan
keputusan Direksi Nomor 656/SK-DAI/2009 tanggal 30 Juni 2009 dan
Piagam Audit Internal (Audit Charter) yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Direksi Nomor 657/SK/DIR-DAI/2009 tanggal 30 Juni 2009.
Satuan kerja Audit Internal dalam tugasnya, wajib menjaga
perkembangan Bank kearah yang dapat menunjang program dari
Stakeholders (Manajemen, Pemerintahan, Pemegang Saham dan
Masyarakat). Dalam rangka menjaga independensi fungsi audit
internal, Direksi bank bjb menempatkan Divisi Audit Internal (DAI)
berada langsung dibawah supervisi Direktur Utama.
Pelaksanaan fungsi audit pada bank bjb dimulai dengan tahapan
perencanaan audit, persiapan audit, penyusunan pre audit, penugasan
auditor, pelaporan hasil audit (LHA) dan Monitoring Tindak Lanjut.
Laporan hasil audit disampaikan kepada Direktur Utama, Dewan
Komisaris dan Auditee atau unit kerja terkait sebagaimana prinsip
Good Corporate Governance (GCG).
Penerapan fungsi audit intern sebagaimana yang tercantum dalam
piagam dan standar, audit intern telah melakukan pemeriksaan
sepanjang tahun 2012 secara independen dengan cakupan audit
terhadap unit operasional kantor cabang, divisi dan kantor wilayah
serta proses teknologi informasi.

55

Proses pemeriksaan yang dilakukan oleh audit intern berdasarkan


rencana kerja audit tahunan yang telah mendapat persetujuan dari
Dewan Komisaris.
Pendekatan yang dipakai dalam pemeriksaan berdasarkan risiko (risk
based audit) dengan melihat profil risiko auditee. Sumber profil risiko
didapat dari laporan hasil pengukuran dan analisa risiko dari satuan
kerja manajemen risiko. Pada saat dilakukan penyusunan rencana
kerja, komposit bankwide tergolong Low. Oleh karena itu, untuk
kepentingan fokus pemeriksaan terhadap risiko risiko tersebut audit
intern melakukan pengukuran dan analisis kembali dengan pendekatan
menitik beratkan skala prioritas pada auditee yang memiliki risiko
tinggi. Prioritas hasil pengukuran kembali pemeriksaan untuk tahun
2012 difokuskan pada risiko kredit dan risiko operasional.
Secara umum implementasi proses audit pada setiap penugasan yang
dimulai dari tahap persiapan sampai dengan pengendalian mutu telah
merujuk kepada Kebijakan SPFAIB bank bjb dan realisasinya telah
sesuai dengan yang direncanakan dalam program kerja.
Selama tahun 2012, realisasi kegiatan audit yang dilaksanakan
terhadap rencana audit yaitu sebagai berikut:
Aktifitas Audit
Audit Umum Kantor Cabang
Audit Divisi
Audit Kantor Wilayah
Audit Proses Teknologi Sistem Informasi
Laporan Semester
Menjadi LO untuk Kegiatan Pemeriksaan BI

Rencana
27
6
1
8
2
1

Realisasi
29
6
1
8
2
1

Laporan hasil audit disampaikan kepada Direktur Utama dan Dewan


Komisaris dengan ditembuskan kepada Direktur Kepatuhan dan
Manajemen Risiko serta auditee. Temuan hasil pemeriksaan selama
2012 tersebut pada umumnya bersumber dari risiko operasional pada
aspek internal proses dan aspek sumber daya manusia berupa
kelemahan implementasi kebijakan dan prosedur internal dan fungsi
pengendalian yang melekat pada proses bisnis dan operasional bank.
Audit intern telah memberikan rekomendasi langkah perbaikan yang
telah dilaksanakan oleh auditee. Rata rata penyelesaian komitmen
tindak lanjut sampai dengan akhir Desember 2012 sebesar 93%.
Komitmen tindak lanjut yang belum selesai masih dalam batas waktu
komitmen. Hal tersebut menunjukkan audit intern telah melakukan
pemantauan, analisis, dan melaporkan perkembangan tindak lanjut
yang dilakukan oleh auditee.

56

Bank telah melakukan kaji ulang secara berkala setiap 3 tahun sekali
terhadap efektifitas pelaksanaan kerja audit intern dan kepatuhan
terhadap SPFAIB oleh pihak ekternal. Kaji ulang terakhir dilaksanakan
pada tahun 2011 oleh Auditor Independen Drs. J. Tanzil dan Rekan
dengan pokok pokok hasil audit Auditor Independent tersebut telah
ditindaklanjuti sepenuhnya.
Terkait adanya kelemahan minor dalam tataran penyusunan kebijakan
dan implementasi pada tahun 2011, sesuai ketentuan dan
perundangan yang berlaku setiap 3 (tiga) tahun, pedoman serta sistem
dan prosedur kerja yang dimiliki bank sedang dilakukan pengkinian
oleh konsultan seiring perkembangan organisasi dan bisnis bank.
Disamping itu, upaya peningkatan kompetensi terhadap sumber daya
manusia audit intern terus dijalankan secara berkesinambungan untuk
mendapatkan keahlian secara spesifik dengan bekerjasama dengan
Divisi Pelatihan dan Pendidikan dengan cara mengikutsertakan pada
workshop, seminar, dan pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak
ekternal. Setiap sumber daya manusia audit intern untuk tahun 2012
telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan sesuai alokasi anggaran
hari pelatihan/pendidikan rata rata 9 hari.
c. Fungsi Audit Eksternal
Sebagai pihak independen untuk menyampaikan laporan (transparansi
kondisi) keuangan bank dalam rangka meningkatkan kualitas
pelaporan dan akurasi penyajian kondisi keuangan bank.
Laporan Keuangan bank bjb setiap tahun diaudit oleh Akuntan Publik
(KAP) independen sebagai pelaksana fungsi audit eksternal.
Penunjukan KAP tersebut menunjuk pada hasil rekomendasi Komite
Audit. Persyaratan lainnya yang harus dipenuhi KAP adalah terdaftar di
Bank Indonesia sebagai kantor akuntan publik dan memiliki kriteria
yang disyaratkan dalam Peraturan Bank Indonesia.
Auditor Independen melakukan audit sesuai dengan standar
profesional akuntan publik untuk memastikan laporan keuangan bank
disusun sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
Sesuai dengan Rapat Dewan Komisaris dan Direksi tanggal 25 Juli
2011 bank bjb menunjuk Auditor Independen Ernst & Young
(Indonesia Stock Exchange Building Tower 2,7 th Floor Jl. Jend
Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190, Indonesia) . Penunjukan Auditor
Independen tersebut ditindaklanjuti dengan Perjanjian Nomor
05398/PSS-AS/2012.
Daftar kantor Akuntan Publik yang telah mengaudit Laporan bank bjb
adalah sebagai berikut :

57

Tahun
Kantor Akuntan Publik
Buku

Akuntan

2012

Ernst & Young

Benyanto Suherman

2011

Ernst & Young

Drs. Hari Purwantono

2010

Ernst & Young

Drs. Hari Purwantono

2009

Ernst & Young

Drs. Hari Purwantono

2008

Pricewaterhousecoopers

Lucy Luciana Suhenda, SE, Ak., CPA

Laporan hasil pemeriksaan dilaporkan langsung oleh KAP ke Bank Indonesia

d. Kegiatan dan Sosialisasi Good Corporate Governance Tahun 2012


Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diawali dengan
penerapan budaya perusahaan yang didalamnya terdapat tata nilai
atau nilai-nilai utama yang menjadi corporate value bank bjb.
Dalam mewujudkan komitmen untuk melaksanakan praktik-praktik
Good Corporate Governance (GCG) maka corporate value bank bjb
dijabarkan dalam bentuk code of conduct (etika usaha dana tata
perilaku) untuk menjadi acuan perilaku bagi Komisaris, Direksi dan
seluruh pegawai bank bjb dalam mengelola perusahaan guna
mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan.
Salah satu etika perilaku yang terdapat pada code of conduct yaitu
standar etika untuk menghindari benturan kepentingan dan
penyalahgunaan jabatan serta etika untuk tidak menerima gratifikasi
dalam bentuk apapun yang berhubungan dengan jabatan, dan
sebagaimana diketahui salah satu cakupan dalam pelaksanaan Good
Corporate Governance (GCG) yaitu penanganan benturan kepentingan
(conflict of interest).
Maka dalam rangka implementasi standar etika pada code of conduct
dan penanganan benturan kepentingan sebagai salah satu wujud
penerapan Good Corporate Governance (GCG), bank bjb menerapkan
Program Pengendalian Gratifikasi sebagaimana kesepakatan
kerjasama dengan pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Program Pengendalian Gratifikasi adalah sekumpulan perangkat dan
rangkaian kegiatan dan mekanisme pengendalian gratifikasi secara
berkesinambungan guna menjaga integritas pegawai dari praktik
gratifikasi yang dilarang.
Program pengendalian gratifikasi terdiri dari pembuatan perangkat
aturan tentang pengendalian gratifikasi, pembentukan organisasi yang
mengelola pengendalian gratifikasi, kegiatan sosialisasi/diseminasi

58

tentang aturan pengendalian gratifikasi dan peningkatan kesadaran


individu dan organisasi tentang gratifikasi serta implementasi
pengelolaan pelaporan penerimaan gratifikasi yang berkoordinasi
dengan pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kegiatan sosialisasi/diseminasi Program Pengendalian Gratifikasi
sebagai bagian dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG)
pada sepanjang tahun 2012 telah dilaksanakan kepada 2.624 pegawai
bank bjb termasuk kepada Direksi.
Dalam kegiatan diseminasi aturan pengendalian gratifikasi tersebut
telah dilaksanakan kegiatan Penandatangan Kontrak Komitmen untuk
tidak menerima atau memberikan gratifikasi dalam bentuk apapun yang
berhubungan kedudukan atau jabatan oleh para stakeholder bank bjb
antara lain Direksi, Komisaris, Pegawai, Nasabah, dan Mitra Kerja
(vendor/supplier).
Dalam implementasi pengelolaan pelaporan gratifikasi sampai dengan
Desember 2012 telah diterima sebanyak 541 laporan penerimaan
gratifikasi senilai eq Rp. 327,8 juta yang mana sebanyak 59 laporan
senilai eq Rp. 51,3 juta menjadi penanganan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dalam penetapan status gratifikasi yang diterima.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) diketahui bahwa dalam menerapkan
Program Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan bank BUMN/BUMD,
pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan melakukan
koordinasi dengan Bank Indonesia dan menjadikan bank bjb sebagai
contoh penerapan PPG di sektor perbankan, serta selama tahun 2012
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah memberikan penghargaan
kepada bank bjb, diantaranya kategori penghargaan untuk laporan
penetapan milik negara dari BUMN sebanyak 36 laporan dan
penghargaan dengan pelaporan gratifikasi terkecil.
Dalam upaya untuk meningkatkan peran serta aktif para pelapor
(whistleblower)
dalam
mengungkapkan/mengadukan
tindakan
pelanggaran yang dilakukan para Direksi, Komisaris dan Pegawai
maka bank bjb telah membentuk Sistem Pengaduan Pelanggaran
(whistleblowing system) bank bjb.
Sistem Pengaduan Pelanggaran (whistleblowing system) bank bjb
adalah sistem pengelolaan pengaduan tindakan pelanggaran atau
perbuatan melawan hukum, perbuatan yang tidak sesuai prinsip etika/
tidak bermoral, atau perbuatan lain yang merugikan bank yang bersifat
independen dan rahasia.
Dalam aturan Sistem Pengaduan Pelanggaran (whistleblowing system)
bank bjb pengungkapan pelaporan pelanggaran dan identitas pelapor

59

dirahasiahkan melalui media whistleblowing system, serta pelapor


diberikan perlindungan.
Media Sistem Pengaduan Pelanggaran (whistleblowing system) bank
bjb yaitu melalui :
- Telepon/Fax

: 022 4211161

- SMS

: 0811 2255 909

- Email

: pengaduan_upg@bankbjb.co.id

- Surat

: Unit Pengendalian Gratifikasi


PO.BOX 1355/ Bandung 40111

Lingkup pengaduan pelanggaran pada whistleblowing bank bjb


meliputi tindakan korupsi, suap, gratifikasi yang dianggap suap,
benturan kepentingan, pencurian, kecurangan, pelanggaran pedoman
etika perusahaan dan perbuatan yang menimbulkan kerugian bank.
Laporan pengaduan pelanggaran yang diterima sampai dengan
Desember 2012 yaitu sebanyak 2 (dua) laporan terkait gratifikasi
dengan tindaklanjut tidak dapat dilaksanakan karena kebenaran
pelaporan tidak dapat diklarifikasi kepada pelapor dan sebanyak 3
(tiga) laporan terkait keluhan pelayanan nasabah dengan tindaklanjut
laporan dilaksanakan oleh Divisi Corporate Secretary dan Divisi
Jaringan dan Layanan.
2. Pengelolaan Risiko
a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Manajemen Risiko disusun dan disesuaikan


dengan arah dan tujuan strategi Bank yang telah ditetapkan oleh

60

Direksi. Penetapan struktur organisasi manajemen risiko juga


berpedoman kepada Peraturan Bank Indonesia tentang kewenangan
manajemen risiko dalam memberi keputusan. Manajemen risiko di
bank bjb mencakup pengelolaan atas Risiko Pasar, Risiko Likuiditas,
Risiko Kredit, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Reputasi,
Risiko Strategik, dan Risiko Kepatuhan di seluruh aktivitas fungsional
bank sesuai dengan kompleksitas serta lini bisnis dan regulasi yang
telah ditetapkan.
Tugas dan tanggung jawab Satuan Kerja Manajemen Risiko meliputi
proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengawasan
eksposur risiko Bank secara keseluruhan. Satuan Kerja Manajemen
Risiko bersifat independen dari unit-unit bisnis dan pendukung lainnya.

b. Pegawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi


1. Jumlah, Komposisi, Kriteria, dan Independensi Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bank bjb dipimpin oleh Komisaris Utama Seluruh
Anggotanya berdomisili di Indonesia. Dewan Komisaris bank bjb
secara keseluruhan terdiri dari 6 anggota dengan susunan sebagai
berikut :
Dewan Komisaris bank bjb
1. Komisaris Utama

Agus Ruswendi

2. Komisaris

Muhadi

3. Komisaris Independen

Achmad Baraba

4. Komisaris Independen

Klemi Subiyantoro

5. Komisaris Independen

Yayat Sutaryat

6. Komisaris Independen

Rudhyanto Moduto

Jumlah anggota Dewan Komisaris adalab 6 (enam) orang dan lebih dari
60% anggota Dewan Komisaris merupakan Komisaris Independen. Oleh
karena itu, bank bjb telah memenuhi Ketentuan Bank Indonesia yang
menyebutkan bahwa angota Dewan Komisaris paling sedikit 3 (tiga)
orang dan paling banyak sama dengan Jumlah Direksi.
2. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris
Sebagai bentuk dari pengawasan aktif Dewan Komisaris terhadap
Manajemen, bank membentuk Komite Pemantau Risiko yang berfungsi
sebagai pihak independen untuk meningkatkan pelaksanaan Tata
Kelola yang baik melalui fungsi dari Dewan Komisaris. Dewan

61

Komisaris sebagai penanggung jawab utama dalam menyetujui dan


mengevaluasi Kebijakan Manajemen Risiko yang mencakup hal-hal
sebagai berikut :
1) Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk memahami dengan
baik jenis dan tingkat risiko yang melekat pada aktivitas usaha
bank serta terinformasi mengenai karakterisitik, kompleksitas,
metodologi pengukuran dan pengelolaan risiko yang dihadapi
bank. Hal ini dapat tercermin dari intensnya undangan rapat oleh
Komite Pemantau Risiko dengan SKMR yang membahas antara
lain mengenai Pengembangan Enterprise Risk Management
(ERM), Penyusunan Sistem Statistik baru pada Divisi Manajemen
Risiko, Pengembangan Budaya Mitigasi risiko di Kantor Cabang,
Penyempurnaan Kebijakan-kebijakan (Surat undangan Rapat
Komite Pemantau Risiko nomor 12/DK-KPR/2012 tanggal 16 Mei
2012).
2) Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk memastikan
penerapan Manajemen Risiko telah memadai sesuai profil risiko
bank. SKMR secara rutin minimal setiap triwulan melakukan rapat
koordinasi dengan Komite Pemantau Risiko untuk membahas
mengenai kesesuaian metodologi manajemen risiko dalam rangka
memastikan penerapan Manajemen Risiko telah memadai yaitu
salh satunya berupa penerapan risk permium dalam pemberian
kredit baik kepada korporasi maupun individu (Surat undangan
Rapat Komite Pemantau Risiko no. 12/DK-KPR/2012 tanggal 23
Mei 2012).
3) Dewan Komisaris secara berkala melakukan review dan
persetujuan atas penerapan Manajemen Risiko yang mencakup
antara lain kebijakan, struktur, alokasi sumber daya, proses
Manajemen Risiko, sistem informasi, pelaporan, dan independent
review (assurance) atas pelaksanaan Manajemen Risiko. Proses
review tersebut diperlukan untuk mengembangkan metogologi
Manajemen Risiko yang lebih advance sehingga dapat menangkap
eksposur risiko yang memiliki signifikansi terhadap bank. review
tersebut telah dilakukan melalui Rapat Komite Pemantau Risiko
(Notulen Rapat Komite Pemantau Risiko tanggal 23 Mei 2012)
dengan Agenda rapat Pembahasan Program Kerja Divisi
Manajemen Risiko dan tindaklanjut pertemuan rapat pertama
melalui rapat kembali dengan Komite Pemantau Risiko dengan
agenda rapat Laporan Program Kerja Satuan Kerja Manajemen
Risiko (SKMR) tahun 2012.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
Anggota Dewan Komisaris dipilih oleh pemegang saham Bank untuk
mengawasi Direksi dalam mengelola Bank. Dewan Komisaris juga

62

memantau efektivitas penerapan GCG, memberikan masukan dan


melakukan kajian khusus serta tindakan yang dianggap perlu untuk
memastikan pengelolaan Bank yang sehat dan berhati-hati. Dewan
Komisaris bank bjb menjalankan tugasnya berdasarkan pada
Kebijakan dan Pedoman Dewan Komisaris, Anggaran Dasar
Perseroan,
Undang-Undang
Perseroan
Terbatas,
Peraturan
Perbankan, Undang-Undang Pasar Modal, dan Peraturan Bank
Indonesia.
Komite Pemantau Risiko secara berkala mengevaluasi kebijakan
Manajemen Risiko dan Strategi Manajemen Risiko paling kurang satu
kali dalam satu tahun atau dalam frekuensi yang lebih sering dalam hal
terdapat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha
Bank dengan mengadakan Rapat dengan Satuan Kerja Manajemen
Risiko (SKMR) melalui pertemuan dengan Komite Pemantau Risiko
(KPR) yang diantaranya membahas hal- hal sebagai berikut :
a. Program kerja SKMR
Dewan Komisaris secara rutin mengundang Satuan Kerja
Manajemen Risiko (SKMR) untuk melakukan pembahasan
mengenai Program Kerja manajemen risiko bank bjb. Hal tersebut
dilakukan Dewan Komisaris sebagai salah satu fungsi evaluasi atas
kebijakan manajemen risiko dan strategi manajemen risiko ke
depannya. Pembahasan tersebut telah dilakukan melalui Notulen
Rapat Komite Pemantau Risiko tanggal 23 Mei 2012 dengan
Agenda rapat Pembahasan Program Kerja Divisi Manajemen Risiko
dan tindaklanjut pertemuan rapat pertama melalui rapat kembali
dengan Komite Pemantau Risiko dengan agenda rapat Laporan
Program Kerja Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) tahun 2012.
Selanjutnya, Dewan Komisaris juga melakukan review terkait
Metodologi Manajemen Risiko yaitu pembahasan mengenai
pengembangan Konsep Metodologi Perhitungan Limit Sektor
Industri berdasarkan Notulen Rapat Komite Pemantau Risiko
tanggal 12 Juni 2012 dengan agenda Rapat Pembahasan Konsep
Metodologi Perhitungan Limit Sektor Industri.
b. Profil Risiko bank bjb
Dewan Komisaris melalui Rapat Komite Pemantau Risiko juga
melakukan review terkait Parameter Profil Risiko bank. Review
tersebut dilakukan untuk menilai kesesuaian parameter profil risiko
terhadap eksposur risiko yang selalu dinamis sehingga bank dapat
mencapai strategis bisnis namun dengan tingkat risiko yang masih
dapat diterima. Salah satu bentuk Pengawasan tersebut adalah
dengan adanya rapat Komite Pemantau Risiko antara Dewan
Komisaris dengan Direksi dan SKMR dengan bahasan mengenai

63

Profil Risiko Kredit (Surat Undangan


116/DK/2012).
c.

Dewan Komisaris nomor

Branch Risk Profile bank bjb


Cabang sebagai faktor penggerak bisnis bank dan pendorong
profitabilitas bank memiliki potensi risiko sesuai dengan
karakteristik dan performansinya. Potensi risiko tersebut perlu
diidentifikasi sejak dini sehingga diharapkan bank dapat melakukan
tindakan preventif terhadap potensi-potensi risiko yang dapat
menghambat kinerja cabang. Selain itu, bank merupakan faktor
pendorong ekonomi daerah maupun nasional sehingga dituntut
untuk bersikap prudent dan menciptakan awareness akan setiap
potensi risiko yang dapat menggangu operasional dan
perkembangan bisnis bank. Dalam rangka menciptakan risk culture
akan potensi risiko Cabang maka diperlukan adanya suatu
pengukuran yang berguna dalam memberikan gambaran profil
risiko di Cabang. Menindaklanjuti pentingnya hal tersebut, Divisi
Manajemen Risiko melakukan pengukuran profil risiko cabang.

d. Pengukuran Toleransi Risiko


Bank telah mengembangkan pengukuran toleransi risiko terkait
risiko kredit, dan aktivitas treasuri dengan rincian sebagai berikut :
Limit Sektor Industri (SK Direksi bank bjb 453/SK/DIRMR/2012 tentang Pedoman Metodologi Perhitungan Limit
Sektor Industri/Ekonomi)
Tool Kelayakan Credit Line Bank dan Non-Bank (SK Direksi
bank bjb 245/SK/DIR-MR/2011 tentang Penetapan Tools
Penilaian Kelayakan Credit Line Bank dan SOP Tools
Penilaian Kelayakan Credit Line Bank)
Limit Treasuri (SK Direksi bank bjb 343/SK/DIR-TR/2012
tentang Pedoman Penanaman Dana dan Limit Transaksi)
4. Jumlah, Komposisi, Kriteria, Direksi
Jumlah Direksi bank bjb yang terpilih berdasarkan rapat umum
pemegang saham yaitu berjumlah 5 (lima) orang anggota Direksi yang
dipimpin oleh 1 (satu) orang Direktur Utama dengan komposisi sebagai
berikut :

64

Susunan Anggota Direksi bank bjb


1. Direktur Utama

Bien Subiantoro

2. Direktur Konsumer

Arie Yulianto

3. Direktur Tresuri & Internasional

Entis Kushendar

4. Direktur Kepatuhan & Manajemen Risiko

Zaenal Aripin

5. Direktur Komersial

Acu Kusnandar

6. Direktur Operasi

Djamal Muslim

Anggota Direksi bank bjb dipimpin oleh Direktur Utama yang tidak
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan
hubungan keluarga terhadap pemegang saham pengendali. Seluruh
anggota Direksi memiliki pengalaman di bidang perbankan dan tidak
memiliki hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris
dan/atau Direksi lainnya serta tidak memiliki rangkap jabatan sebagai
Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada Bank,Perseroan dan
atau lembaga lainnya.
5. Pengawasan Aktif Direksi
Direksi adalah penanggung jawab utama terhadap pelaksanaan proses
manajemen risiko dalam seluruh kegiatan operasional Bank,
menerapkan manajemen risiko dalam seluruh kebijakan dan prosedur
bank, menetapkan limit toleransi risiko serta memastikan bahwa limit
risiko tersebut tidak dilanggar oleh unit bisnis.
Direksi adalah penanggungjawab utama dalam menyetujui dan
mengevaluasi Kebijakan Manajemen Risiko sekurang-kurangnya
mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Direksi wajib menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas
pada setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan
Manajemen Risiko sesuai struktur organisasi bank.
2) Direksi bertanggung jawab untuk memahami dengan baik jenis dan
tingkat risiko yang melekat pada aktivitas usaha bank serta
terinformasi mengenai karakterisitik, kompleksitas, metodologi
pengukuran dan pengelolaan risiko yang dihadapi bank.
3) Direksi bertanggung jawab untuk memastikan penerapan Manajemen
Risiko telah memadai sesuai profil risiko bank.
4) Direksi secara berkala melakukan review dan persetujuan atas
penerapan Manajemen Risiko yang mencakup antara lain kebijakan,
struktur, alokasi sumber daya, serta pelaporan.

65

Salah satu bentuk dari pengawasan aktif Direksi yaitu telah


dibentuknya Credit Police Comiittee (CPC) , Risk Management
Committee (RMC), dan ALCO (Asset Liability Committee) sesuai
dengan SK Direksi bank bjb Nomor 580/SK/DIR-MR/2011 tentang
Pembentukkan Anggota Susunan Tim ALCO, CPC, dan RMC bank bjb
pelaksanaan kegiatan komite-komite tersebut antara lain yaitu :
Kegiatan Risk Management Committee (RMC) di bank bjb diantaranya
membahas hal- hal sebagai berikut :
a. Profil Risiko Bank bjb
b. Pedoman pengukuran Risiko Pasar dan Likuiditas
c. Pembahasan mengenai penyesuaian Committee Manajemen Risiko
d. Pembahasan mengenai kebijakan Manajemen Risiko
Kegiatan Credit Police Comiittee (CPC) di bank bjb diantaranya
membahas hal- hal sebagai berikut :
a. Pembahasan mengenai kebijakan perkreditan bank
b. Merumuskan mengenai limit kewenangan memutus kredit
c. Mengawasi pelaksanaan KPB (Kebijakan Perkreditan Bank) secara
konsisten
Kegiatan ALCO (Asset Liability Committee) antara lain membahas
mengenai :
a. Membahas mengenai Tingkat suku bunga
b. Merumuskan dan memutuskan pricing strategy
c. Mereview secara periodik mengenai posisi likuiditas bank
d. Mereview secara periodik mengenai posisi kualitas portofolio kredit
Wewenang & Tanggung Jawab Direksi :
Menyusun dan menetapkan kebijakan dan strategi manajemen risiko
secara komprehensif.
Melakukan review secara berkala terhadap kebijakan dan strategi
manajemen risiko dalam hal terdapat perubahan faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan usaha Bank secara signifikan;
Mengevaluasi dan memberikan arahan strategi manajemen risiko
berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Satuan Kerja Manajemen
Risiko secara triwulanan;
Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang melampaui
kewenangan Pemimpin Divisi atau transaksi yang memerlukan
persetujuan sesuai dengan kebijakan dan prosedur internal yang
berlaku;
Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang
organisasi, antara lain meliputi komunikasi yang memadai kepada
seluruh jenjang organisasi tentang pentingnya pengendalian intern
yang efektif;

66

Melakukan evaluasi dan menetapkan program pendidikan dan


pelatihan yang berkesinambungan tentang sistem dan proses
manajemen risiko sesuai dengan jenjang jabatan dalam struktur
organisasi dalam rangka peningkatan kompetensi Sumber Daya
Manusia terkait dengan penerapan manajemen risiko bank;
Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah diterapkan secara
independen yang dicerminkan antara lain adanya pemisahan fungsi
antara Satuan Kerja Manajemen Risiko yang melakukan identifikasi,
pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko dengan satuan kerja
yang melakukan dan menyelesaikan transaksi;
Menyetujui dan melakukan evaluasi terhadap penerapan manajemen
risiko dalam hal :
- Penggunaan metodologi penilaian risiko;
- Kecukupan implementasi sistem informasi manajemen risiko; dan
- Ketepatan kebijakan, prosedur dan penetapan limit toleransi risiko.
I. Kecukupan Kebijakan, prosedur dan penetapan limit
Bank bjb telah memiliki Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit
Risiko dengan cakupan sebagai berikut :
1. Risiko Pasar & Likuiditas
Bank bjb telah memiliki Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit
terkait Risiko Pasar & Likuiditas, hal ini ditandai dengan adanya
pengembangan Limit Risiko salah satunya berupa Toleransi Risiko
Forex Line untuk Korporasi sesuai dengan Surat Keputusan Direksi
Bank bjb Nomor 506/SK/DIR-MR/2012 tentang Standar Operasional
Prosedur Tools Corporate Forex Line. Alur kerja dalam Penentuan
Forex Line untuk Korporasi adalah sebagai berikut :
Risk Taking Unit melakukan review melalui pengukuran secara
komprehensif toleransi risiko yang tercermin dari besaran Forex Line
Counterparty korporasi melalui Tools Corporate Forex Line yang
dibuat oleh Divisi Manajemen Risiko, selanjutnya hasil besaran
Forex Line tersebut dijadikan acuan bagi risk taking unit dalam
memberikan Forex Line kepada Counterparty.
2. Risiko Kredit
Bank telah memiliki Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit terkait
Risiko Kredit. Hal tersebut ditandai dengan telah dilakukannya
pengembangan Limit Risiko berupa Limit Sektor Industri yang telah
disahkan melalui Surat Keputusan Direksi bank bjb Nomor
453/SK/DIR-MR/2012 tentang Pedoman Metodologi Perhitungan
Limit Sektor Industri/Ekonomi. Terhadap pedoman tersebut telah
disosialiasikan
kepada
Divisi
terkait.
Adapun
terhadap

67

perkembangan portofolio kredit telah dilakukan mekanisme


monitoring melalui kajian yang dilakukan secara bulanan. Bank bjb
juga telah menerapkan internal rating melalui penggunaan Internal
Credit Risk Rating (ICRR) dan Internal Credit Risk Scoring (ICRS)
yang digunakan pada proses pengajuan kredit.
3. Risiko Operasional & Lainnya
Dalam manajemen risiko operasional, Bank mengidentifikasi risiko
dengan cara mengenal dan memahami seluruh risiko yang sudah
ada (inherent risk) maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis
baru Bank. Setelah dilakukan identifikasi risiko, selanjutnya secara
berturut-turut Bank melakukan pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko. Dalam melakukan identifikasi, pengukuran dan
pengendalian risiko, Bank menggunakan metode Key Risk Indicator
(KRI), di samping metode self assessment dan loss event database
yang telah diimplementasikan sebelumnya. Melalui penerapan KRI,
diharapkan indikator risiko yang telah ditetapkan dapat diukur dan
Bank mampu mendeteksi eksposur risiko. Key Risk Indicator adalah
kumpulan indikator yang dapat diukur dan hasil pengukuran tersebut
dapat digunakan untuk mendeteksi eksposur risiko yang dihadapi
Bank sebagaimana tercantum dalam SK Direksi bank bjb Nomor
213/SK/DIR-MR/2011 tanggal 21 Juli 2011 tentang Kebijakan dan
Pedoman Manajemen Risiko. Setiap indikator yang didefinisikan
dalam KRI memiliki nilai limit toleransi (threshold) yang diperoleh
berdasarkan data historis dan/atau nilai risk appetite yang diterima
oleh risk taking unit. Selain itu terdapat pembatasan limit transaksi
operasional bank sebagai langkah dalam melakukan upaya
meminimalisir kejadian risiko operasional.
II.

Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan


pengendalian risiko serta sistem informasi Manajemen Risko

Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko


dilaksanakan secara efektif melalui mekanisme sebagai berikut:
1.

2.

Dilakukannya pelaporan profil risiko bank secara berkala kepada Bank


Indonesia. Adapun perhitungan profil risiko dimaksudkan sebgai upaya
assesment dan forecasting atas risiko inheren bank serta menilai
kecukupan proses manajemen risiko;
Telah dikembangkannya mekanisme pengukuran tingkat risiko pada
setiap kantor cabang melalui pengembangan metodologi perhitungan
branch risk profile. Metodologi pengukuran branch risk profile

68

3.

4.

5.

6.

7.
8.

9.

III.

mencakup penilaian atas 8 (delapan) jenis risiko yang dihitung secara


agregat sesuai dengan tingkat materialitasnya;
Dilakukannya pelaporan Root Cause of Credit Risk (RCCR) yang
ditujukan sebagai dashboard atas pertumbuhan portofolio kredit serta
pergerakan kredit bermasalah sehingga kualitas penyediaan dana
yang dilakukan oleh dapat dimonitor secara berkala;
Telah disusunnya laporan Market and Liquidity Risk Measurement, Mitigate and Control yang ditujukan sebagai upaya monitoring atas risiko
likuiditas dan risiko pasar yang dikelola oleh Divisi Treasury;
Menerapkan Internal Credit Risk Rating (ICRR) dan Internal Credit
Risk Scoring (ICRS) untuk mendukung proses analisa kredit
sebagaimana telah disahkan melalui Surat Keputusan sebagai berikut:
a. Surat Keputusan Direksi Nomor 203/SK/DIR-MR/2011 tentang
Aplikasia Credit Scoring dan Analisa Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Berbasis Web;
b. Surat Keputusan Direksi Nomor 1570/SK/DIR-MR/2009 tentang
Aplikasi Credit Scoring dan Analisa Kredit Mikro Utama Berbasis
Web;
c. Surat Keputusan Direksi Nomor 408/SK/DIR-MR/2011 tentang
Standar Operasional Prosedur Aplikasi Credit rating Untuk Kredit
Korporasi, Korporasi Jasa Konstruksi, SMU, dan SME Jasa
Konstruksi Berbasis Web.
Telah dikembangkannya perhitungan stress testing yang dilakukan
sebagai simulasi pengujian tingkat ketahanan bank dalam menghadapi
kejadian risiko ekstrim;
Melakukan pengkajian yang memadai terhadap produk dan aktivitas
baru.
Melakukan pemantauan atas eksposur risiko yang terjadi pada unit
kerja melalui laporan Key Risk Indicator (KRI), laporan Self Assessment, serta Loss Database Event.
Melakukan Pemantauan atas eksposur risiko nilai tukar dalam proses
revaluasi Kurs akhir hari melalui proses Mark to Market pada saat end
of day (EOD).

Sistem pengendalian Intern yang menyeluruh


Dalam rangka penerapan Sistem Pengendalian Intern yang
menyeluruh, bank telah menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1.

2.

Telah diakomodirnya prinsip dual control dan segregation of duty


dalam penyediaan dana melalui pembentukan Divisi Credit Risk Reviewer (CRR) yang berfungsi sebagai pairing Unit Bisnis;
Terdapat dual control dalam pelaksanaan transaksi pada kegiatan
operasional bank dengan adanya limit transaksi.

69

3.

4.

5.

6.

Telah dikembangkannya mekanisme pemeriksaan oleh Satuan Kerja


Audit Intern (SKAI) yang dilakukan secara independen kepada seluruh
unit kerja;
Penerapan Risk Based Audit yang dilaksanakan melalui penggunaan
hasil laporan Self Assessment yang digunakan sebagai salah satu
bahan dalam pelaksanaan audit pada masing-masing unit kerja;
Telah dilaksanakannya kaji ulang secara berkala oleh SKAI atas
kecukupan dan akurasi metodologi perhitungan risiko yang disusun
oleh Divisi Manajemen Risiko;
Bank bjb telah secara aktif menggunakan jasa konsultan eksternal
untuk melakukan penilaian kecukupan metodologi perhitungan risiko
yang dimiliki.

3. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait


Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan
dana besar (large exposure), posisi pada akhir tahun 2012, adalah
sebagai berikut :
No.
1.
2.

Penyediaan Dana
Kepada Pihak Terkait
Kepada Debitur Inti :
a. Individu
b. Grup

Debitur
25

Jumlah
Nominal (Rp)

46
4

45.607

3.560.545
414.750

4. Strategi bank bjb


4.1 Corporate Plan

2011-2012 : Strategi SDM, Infrastuktur Teknologi Informasi, organisasi Mikro&SME,


Konsumer&Komersial, Treasuri dan Internasional.
2013-2014 : Strategi pelayanan bidang SDM/Teknologi Informasi.
2015-2015 : Strategi memberikan pelayanan dan berkinerja yang terbaik.

70

4.2 Prioritas Tahun 2012


Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Teknologi Informasi
yang mendukung kualitas layanan operasional dengan strategi sebagai
berikut:
1.Pengembangan Sumber Daya Manusia
a. Pengembangan kompetensi dan integritas melalui :
a) Proses pengembangan pegawai yang terintegrasi melalui
program diklat maupun melalui program pengembangan
lainnya bagi seluruh pegawai;
b) Peningkatan peran dan fungsi assessment centre sebagai
suatu salah satu alat pengembangan pegawai;
c) Pengembangan sistem informasi Sumber Daya Manusia yang
komprehensif sehingga dapat memberikan peta kondisi
pegawai yang ada saat ini dan arah pengembangan pegawai
yang harus dilakukan;
d) Pelaksanaan program pendidikan di luar negeri dengan
skema bea siswa untuk menciptakan kader-kader pimpinan di
masa mendatang yang memiliki kompetensi dalam bisnis
perbankan domestik maupun internasional;
e) Peningkatan jumlah pegawai dilaksanakan melalui program
rekrutmen pegawai baru untuk mengisi kuota jumlah pegawai
yang dibutuhkan dengan semakin berkembangnya jaringan
pelayanan dan berkembangnya organisasi bank bjb;
f) Program peningkatan status tenaga outsourcing/front liner
menjadi pegawai tetap.
b. Pemenuhan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) terkait
dengan strategi pengembangan kegiatan usaha Bank pada
tahun 2012.
Sesuai dengan Revisi Rencana Bisnis Bank bjb Tahun 2012,
rencana pemenuhan kebutuhan pegawai tahun 2012 adalah
sebanyak 2.683 pegawai dengan rincian sebagai berikut:
Rencana Pemenuhan Kebutuhan
Pegawai
No.

1.

Keterangan

Jumlah

Pegawai Tetap
Staf

Pejabat

Jumlah

Jaringan Kantor Baru


-Kantor Wilayah

24

18

42

-Kantor Cabang
-Kantor Cabang
Pembantu

69

30

99

88

88

176

264

-Kantor Kas

75

75

75

150

-Payment Point
-Peningkatan LCP
menjadi Kantor Cabang

19

19

19

20

28

71

-Peningkatan Status
K.Kas menjadi KCP
-Peningkatan Status PP
menjadi K.Kas
2.
3.

Mikro (Waroeng bjb)


Divisi Institusional
Banking & Credit Risk
Reviewer

407

206

211

10

18

4.

KPR

5.

Staf KIC
Officer Development
Program (ODP)
Pensiun & MPP Tahun
2012

30

30

16

16

14

20

-Kantor Pusat

167

167

-Kantor Wilayah
-Kantor Cabang (termasuk
KCP, K.Kas & PP)
-Staf Audit Yang
ditempatkan di Cabang
-Staf kepatuhan & Hukum
yang ditempatkan di
Cabang

10

10

170

170

62

62

62

62

1300

1300

6.
7.
8.

Pegawai PPDS Des 2012

9.

Jaringan Kantor Existing:

10.

Pegawai Tetap Frontliner

Jumlah pegawai tersebut telah direalisasikan pada tahun 2012


dengan jumlah sebanyak 1.388 pegawai melalui rekrutmen untuk
pemenuhan pegawai diluar frontliner. Sementara untuk pegawai
tetap frontliner telah dipenuhi sejumlah 1.446 pegawai. Sehingga
jumlah total pemenuhan pegawai pada tahun 2012 adalah 2.834
pegawai.
2. Pengembangan Teknologi Informasi
Pengembangan Teknologi Informasi dilakukan dengan tujuan
untuk menunjang pelayanan prima bagi nasabah, peningkatan fee
base income dan juga dalam hal kecepatan, ketepatan dan
keakuratan dalam hal pelaporan bagi manajemen, Pemegang
Saham dan Regulator.
Arah pengembangan Teknologi Informasi adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan performance dan penambahan kapasitas Core
Banking Application.
b) Penambahan feature dan channel untuk e-Banking seperti SMS
dan Internet Banking

72

c) Memperkuat
kemandirian
dalam
pengembangan
dan
pemeliharaan aplikasi dengan penambahan SDM yang
berkualitas dan program pelatihan yang tepat guna.
d) Melengkapi infrastruktur yang dibutuhkan dalam mendukung
operasional perbankan secara menyeluruh.
e) Melengkapi kebijakan dan prosedur yang mendukung penerapan
Good Corporate Governance (GCG) bank bjb khususnya di
bidang Teknologi Informasi.
Adapun pilar bisnis bank bjb adalah sebagai berikut:

1. KGB (Kredit Guna Bakti), sebagai pilar bisnis pertama yang


merupakan captive market bjb
2. Kredit Mikro, sebagai pilar bisnis kedua yang didukung dengan
pembukaan 437 waroeng bjb
3. Tabungan, sebagai pilar bisnis ketiga yang didukung dengan
perluasan jaringan kantor baru baik di jawa Barat dan banten
maupun diluar wilayah tersebut.
4.3 Strategi Jangka Menengah bank bjb Dalam rangka Mendukung
Corporate Plan
a. Langkah Langkah Strategis Yang Akan Ditempuh Bank
Dalam mendukung arah kebijakan bank untuk memasuki next
level, ditetapkan strategi yang mencakup strategi bidang bisnis dan
strategi bidang penunjang, diantaranya sebagai berikut:
1. Pengembangan organisasi dan SDM yang capable untuk
meningkatkan kualitas layanan kepada nasabah dan
memperbesar pangsa pasar;
2. Membangun organisasi, sistem dan teknologi untuk produk Trade
Finance, Remittances dan Dealling Room;

73

3. Memperluas jaringan dan mendekatkan layanan kredit dengan


target market terutama pada produk kredit Mikro;
4. Peningkatan kualitas layanan di cabang- cabang & ATM secara
intensif;
5. Ekspansi dan relokasi cabang dan ATM;
6. Penambahan Fitur/Layanan transaksi E-banking :
a. SMS Banking
b. Internet Banking
7. Memperkuat dan mengembangkan sistem Kredit Guna Bhakti
(KGB), dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) untuk menambah
portofolio kredit dari debitur eksisting maupun menjangkau debitur
baru;
8. Rebranding produk produk bank bjb dan meningkatkan layanan
prima;
9. Menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan terhadap anak
perusahaan bank;
10. Pengembangan Credit Card dengan menggunakan prinsiple Visa;
11. Pengembangan organisasi dan bisnis proses perkreditan dari
segmen korporasi;
12. Pengembangan infrastruktur dan system Cash Management
untuk Institusi Bisnis / Pemerintah;
13. Meningkatkan komunikasi dengan investor dan media;
14. Membangun Corporate Image;
15. Pengembangan aliansi strategis dengan lembaga lain;
16. Membangun bjb Incorporated melalui :
a. Penyertaan modal pada perusahaan Manajer Investasi;
b. Penyertaan modal pada perusahaan Sekuritas;
c. Penyertaan modal pada perusahaan Asuransi Jiwa;
d. Penyertaan modal pada perusahaan Multifinance.
17. Membangun Risk Management Policy dan Risk Culture;
18. Membangun Risk Management System seuai dengan kebutuhan
peraturan Bank Indonesia;
19. Mengembangkan sistem penilaian terhadap debitur dalam
manajemen risiko dan sistem Rating Debitur;
20. Mengembangkan sarana dan prasarana program pengendalian
gratifikasi dalam menunjang Unit pengendalian Gratifikasi yang
berkoordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK);
21. Accounting dan Reporting System akurat, tepat waktu dan patuh
terhadap regulasi;
22. Implementasi
Banking
Data
Warehouse/Banking
data
Intellegence sebagai sarana supporting dalam penyediaan data
yang cepat, tepat dan akurat;
23. Pengembangan Core Banking System dan memperkuat
surrounding system sesuai dengan perkembangan bank;

74

24. Perubahan status Kantor Cabang yang Non Devisa Menjadi


Devisa, untuk mendorong transaksi Devisa.
b. Kebijakan dan Strategi Manajemen
Kebijakan manajemen bank yang diterapkan dalam menjalankan
aktivitas usaha untuk meningkatkan kinerja, adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan dan pengembangan kualitas Sumber Daya
Manusia dan Teknologi Informasi;
2. Peningkatan Market Share Asset terhadap Perbankan
Nasional dari tahun sebelumnya;
3. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang optimal dalam rangka
peningkatan market share Dana Pihak Ketiga (DPK),
peningkatan dana retail dan review dana korporasi
disesuaikan dengan strukur pendanaan serta optimalisasi
peningkatan dana pihak ketiga valas;
4. Pertumbuhan kredit yang optimal dalam rangka peningkatan
market share kredit, melalui peningkatan pemasaran kredit
serta akselerasi proses kredit dengan tetap memperhatikan
prinsip kehati hatian;
5. Memperluas jaringan baik di wilayah Pulau Jawa maupun di
luar Pulau Jawa;
6. Peningkatan kualitas layanan baik layanan di front office
maupun layanan di back office serta peningkatan kualitas
layanan melalui direct sales marketing dan peningkatan
kualitas layanan elektronik melalui dukungan teknologi
informasi yang memadai untuk memberikan pelayanan yang
unggul dalam rangka meningkatkan competitive advantages
dan corporate image;
7. Peningkatan kualitas layanan bagi investor;
8. Pengembangan jasa transaksi perbankan, fiturfitur transaksi
yang berbasis teknologi dan penambahan jumlah jaringan
serta optimalisasi fungsi ATM melalui penambahan fitur
layanan pada ATM guna meningkatkan fee based incomed;
9. Pengembangan produk yang berorientasi kepada kebutuhan
masyarakat/pasar melalui repackaging produk, member get
member dan mengoptimalkan unit kerja grup pengembangan
produk di masing masing unit bisnis;
10. Pengembangan strategi branding untuk meningkatkan
corporate image dengan cara mensosialisasikan new brand
kepada seluruh stakeholders serta memfungsikan marketing
communication untuk membangun image;

75

11. Melakukan penyertaan modal kepada BPR Pemerintah


Daerah dan perusahaan lainnya yang dapat memberikan value
bagi Perusahaan Induk;
12. Pengembangan dan penerapan budaya perusahaan sejalan
dengan pengembangan organisasi;
13. Mengoptimalkan penerapan metodologi Risk Based Audit
(RBA);
14. Bertindak sebagai penerbit dan acquirer kartu kredit dan kartu
prepaid (electronic money);
15. Pengembangan layanan Internet Banking dan Mobile Banking;
16. Penerbitan kartu ATM Debet dengan menggunakan chip untuk
peningkatan keamanan dalam melakukan transaksi di ATM
dan EDC;
17. Meningkatkan kualitas Good Corporate Governance (GCG);
18. Meningkatkan kualitas manajemen risiko dan pelaksanaan
kepatuhan bank secara optimal;
19. Meningkatkan
kuantitas
dan
kualitas
riset
untuk
pengembangan bisnis serta peningkatan kualitas performance
strategi bank.
c. Strategi Manajemen
1. Bidang Operasional
1.1 Bidang Korporasi dan Komersial
Mengembangkan rencana dan strategi pemasaran untuk
mengembangkan Bisnis Komersial melalui share kredit
komersial dan Dana Pihak Ketiga pada tahun 2012 ;
Meningkatkan kredit komersial valas dan komposisi kredit
sebesar 1.12% dari total portofolio kredit pada tahun 2012.
Melaksanakan pemberian kredit dengan berpedoman pada
prinsip kehati hatian ;
Melakukan penyempurnaan ketentuan dan produk Divisi
Korporasi dan Komersial ;
Meningkatkan pelayanan dengan mendirikan Sentra Kredit
Korporasi dan Komersial ;
Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia
di Divisi Korporasi dan Komersial.
1.2 Bidang Mikro
Meningkatkan penyaluran kredit kepada sektor produktif pada
tahun 2012 ;
Menerapkan strategi pemasaran efektif dengan tetap
berpedoman kepada prinsip prudential banking ;

76

Memperluas dan meningkatkan penyaluran kredit program


baik secara langsung maupun melalui lembaga linkage
dengan pola executing serta mengoptimalkan fungsi bank
selaku penata usaha kredit program pola channeling ;
Melakukan evaluasi kebijakan dan prosedur kredit serta
pengembangan produk baru ;
Pengembangan/diversifikasi produk mikro serta jaringan
bisnis mikro bank bjb ;
Memperluas jaringan dan mendekatkan dengan target pasar
dengan membuka 437 (empat ratus tiga puluh tujuh) outlet
dengan nama Waroeng bjb.
1.3 Bidang Konsumer
Meningkatkan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga dan jumlah
rekening pada tahun 2012 ;
Meningkatkan penyaluran kredit pada tahun 2012 ;
Peningkatan market share kredit dengan memperluas pasar
melalui peningkatan penyaluran Consumer Loan ;
Melakukan update ketentuan tarif serta peningkatan
penjualan Product Wealth Management guna meningkatkan
fee based income ;
Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengetahuan produk
Consumer Banking melalui peningkatan SDM;
Memperkuat dan mengembangkan sistem Kredit Pegawai,
Kredit Guna Bhakti dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
1.4 Bidang Treasury
Optimalisasi return dengan mengoptimalkan momentum
pergerakan pasar keuangan ;
Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap internal customer
maupun external customer ;
Meningkatkan
efektivitas
proses
internal
serta
pengembangan proses operasional bisnis ;
Optimalisasi pengelolaan ekses likuiditas dengan tetap
memperhatikan prinsip Good Corporate Governance (GCG)
dan Prudential Banking ;
Meningkatkan kualitas pengelolaan human capital dan
organisasi melalui peningkatan kompetensi dealer ;
Optimalisasi dana kelolaan ;
Meningkatkan transaksi treasury melalui sosialisasi dan
promosi serta peningkatan efektivitas marketing.

77

1.5 Bidang Internasional


Mendukung peningkatan penghimpunan DPK Valas ;
Optimalisasi peningkatan Dana Pihak Ketiga Valas ;
Optimalisasi peningkatan transaksi Remittance ;
Optimalisasi peningkatan transaksi Trade ;
Membina dan memperluas networking dengan correspondent
bank ;
Memperluas networking dengan koresponden lembaga
keuangan non bank yang mendukung aktivitas unit bisnis.
1.6 Bidang Institutional Banking
Mendukung peningkatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(DPK) terutama dana dari Institusi pemerintah ataupun
Institusi non Pemerintah ;
Mendukung meningkatkan perolehan pendapatan fee based
income ;
Mengelola nasabah korporasi dan meningkatkan awareness
nasabah korporasi terhadap produk dan layanan di bank bjb.
2. Bidang Penunjang
2.1 Bidang Teknologi Informasi
Melakukan pengembangan dan implementasi pada sistem
sehingga menjadi lebih terpadu serta melakukan penerapan
kebijakan dan prosedur yang lebih fokus kepada end user
dengan dukungan top management ;
Menyediakan produk dan jasa keuangan yang dapat
memberikan solusi atas kebutuhan nasabah terkait dengan
pencapaian bisnis bank bjb ;
Meningkatkan
performansi
kinerja
sistem
secara
keseluruhan sehingga lebih dapat diandalkan dan stabil
melalui pengembangan kualitas karyawan di bidang
teknologi ;
Sebagai servicing center yang memberikan support kepada
end user dengan menerapkan tata kelola yang baik untuk
meningkatkan kualitas layanan dan waktu (quality and time
deliverables) yang dapat diukur melalui optimalisasi sistem
informasi ;
Berperan aktif dalam penyediaan sarana dan prasarana
penunjang proses bisnis dengan menjunjung tinggi integritas
dan profesionalisme ;
Memperkuat
surrounding
system
sesuai
dengan
perkembangan bank ;
Membangun dan mengembangkan Data Warehouse.

78

2.2 Bidang Kepatuhan dan Hukum


Menetapkan langkahlangkah yang diperlukan untuk
memastikan bank telah memenuhi seluruh peraturan Bank
Indonesia dan peraturan perundangundangan yang
berlaku;
Memantau dan menjaga agar kegiatan usaha bank tidak
menyimpang dari ketentuan yang berlaku ;
Meningkatkan pemahaman terhadap ketentuan yang
dikeluarkan oleh regulator ;
Membuat ketentuan bantuan dan atau perlindungan hukum ;
Percepatan penanganan pelayanan permasalahan hukum
yang dihadapi perseroan;
Memastikan keamanan aset, kekayaan dan sumber daya
bank lainnya terlindungi secara hukum;
Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme;
Penyempurnaan Pengendalian Gratifikasi dan LHKPN.
2.3 Bidang Manajemen Risiko
Mengelola dan mengembangkan serta melaporkan potensi
risiko pasar dan likuiditas secara komprehensif ;
Mengelola potensi risiko operasional secara komprehensif ;
Pelaporan risiko secara komprehensif melalui identifikasi,
pengukuran, kompilasi serta pelaporan risiko atas aktivitas
bisnis bank ;
Menerapkan manajemen risiko kredit secara komprehensif ;
Mereview Risk Management Policy dan Risk Culture;
Membangun Risk Management System yang terintegrasi
sesuai dengan kebutuhan peraturan yang berlaku ;
Membentuk
Credit
Policy
Comitee
(CPC)
dan
mengembangkan berbagai kebijakan dan pedoman bisnis
yang berbasis risiko.
2.4 Bidang Umum
Revisi pedoman pengadaan barang/jasa dan pengelolaan
dokumen ;
Pemenuhan Aktiva tetap untuk menunjang aktivitas
operasional bank ;
Peningkatan pengelolaan dokumen perusahaan di pusat, di
wilayah dan di cabang;
Pemenuhan dan pengelolaan bidang kerumahtanggaan
untuk menunjang aktivitas operasional bank.

79

2.5 Bidang Keuangan dan Akuntansi


Penyusunan dan pengembangan Management Information
System (MIS) ;
Perubahan sistem akuntansi keuangan bank bjb seiring
dengan perubahan struktur organisasi serta pemberlakuan
PSAK 50 & 55 ;
Pembenahan prosedur perpajakan melalui perubahan tata
cara pelaporan perpajakan dari desentralisasi menjadi
sentralisasi ;
Meningkatkan Accounting dan Report System yang akurat,
tepat waktu dan patuh terhadap regulasi.
2.6 Bidang Perencanaan Strategis
Mengembangkan struktur organisasi bank bjb yang efektif
dan efisien dalam menunjang tercapainya tujuan dan
sasaran bank bjb dalam jangka panjang;
Mempertahankan dan meneruskan pola proses bottom up
dan top down planning untuk merencanakan pertambahan
aktiva dan laba secara stabil dan berkelanjutan ;
Mengembangkan pola perencanaan strategis yang
terintegrasi dalam rangka mendukung peningkatan market
share dan profitable yang tinggi ;
Mendorong peningkatan kinerja perusahaan dan kinerja
seluruh pegawai melalui pengembangan Sistem Manajemen
Strategi ;
Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan strategik
manajemen melalui dukungan data hasil riset dan penelitian
yang objektif.
2.7 Bidang Jaringan dan Pengembangan Layanan
Ekspansi dan relokasi cabang dan ATM ;
Mendukung unit bisnis dalam memperluas pangsa pasar
yang telah diraih ;
Efektifitas dan efisiensi pendirian jaringan kantor;
Tertib adminstrasi dan standarisasi marketing tools dan
iklan;
Mendukung unit bisnis dalam pemasaran produk ;
Meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatan
standar layanan bank bjb serta peningkatan kualitas SDM
dalam bidang layanan ;
Agresif dalam peningkatan layanan di cabang-cabang dan
ATM ;
Ekspansi Micro/SME Center.

80

2.8 Bidang Sumber Daya Manusia


Pengembangan SIM bidang SDM untuk mendukung kinerja
dan kebutuhan perusahaan melalui HRIS (Human
Resources Information System) ;
Meningkatkan kualitas manajemen kinerja pegawai;
Meningkatkan kesejahteraan pegawai masa yang akan dating ;
Meningkatkan kualitas Reward and Punishment System
dalam rangka mendorong peningkatan kinerja pegawai ;
Pelayanan informasi Sumber Daya Manusia berbasis
teknologi bagi para pegawai ;
Pemenuhan kebutuhan jumlah pegawai ;
Kebijakan dan pelaksanaan recruitment, career path dan
job grading.
2.9 Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Tersedianya SDM yang memiliki integritas dan kompetensi
sesuai persyaratan jabatan dan struktur organisasi ;
Meningkatkan kualitas perencanaan diklat dengan
berdasarkan TNA dan database yang handal ;
Mengembangkan alternatif metode pendidikan dan pelatihan
melalui E- learning ;
Melakukan program pendidikan dan pelatihan secara professional, terprogram dan berkesinambungan dengan
memperhatikan efektifitas dan efisiensi sesuai dengan
Arsitektur Pendidikan dan Pelatihan bank bjb ;
Meningkatkan kualitas evaluasi pendidikan dan pelatihan
serta alignment sistem diklat dengan sistem pengembangan
pegawai.
2.10 Bidang Corporate Secretary
Mendukung peningkatan market share perusahaan dengan
meningkatkan Corporate Image ;
Meningkatkan komunikasi antara perseroan dengan investor
melalui peningkatan fungsi investor relations ;
Mengorganisasikan dan mengelola fungsi kesekretariatan ;
Meningkatkan sarana komunikasi dengan investor dan media;
Meningkatkan Corporate Image.

81

2.11 Bidang Audit Internal


Meningkatkan Peran Divisi Audit Internal sebagai Strategic
Business Partner dan memastikan optimalnya penerapan
SPFAIB ;
Mengoptimalkan penerapan metodologi Risk Based Audit
(RBA) ;
Memastikan pengelolaan dokumentasi dan administrasi audit secara efektif dan efisien ;
Peningkatan kemampuan KIC dalam teknis pelaksanaan
pemeriksaan Kantor Cabang.
2.12 Bidang Change Management Office
Terlaksananya perubahan budaya dengan baik dalam
setiap jajaran organisasi melalui peningkatan pemahaman
dan implementasi individu terhadap budaya perusahaan ;
Mendorong terciptanya proses kerja yang efisien dan efektif
pada bidang Change Management dan bidang Project Monitoring & Control ;
Terlaksananya program/proyek perusahaan sesuai dengan
Rencana Bisnis Bank yang telah ditetapkan;
Mengembangkan sistem manajemen kinerja perusahaan.
2.13 Bidang Card Center dan Electronic Banking
Meningkatkan image produk Bank dan pelayanan kepada
nasabah dengan menggunakan fasilitas E-Banking ;
Mengembangkan layanan Acquirer produk Kartu Kredit dan
Kartu Prepaid (electronic money) ;
Mengembangkan layanan Internet Banking dan Mobile
Banking ;
Menerbitkan kartu ATM dan Debet dengan menggunakan
chip untuk peningkatan keamanan dalam melakukan
transaksi di ATM dan EDC ;
Meningkatkan fee based income melalui aktivitas produk
kartu dan meningkatkan jumlah pemegang kartu.
Layanan Intranet Banking bjb NET dan SMS Banking bjb SMS
Internal untuk Pegawai bank bjb berlandaskan Surat
Keputusan Direksi Nomor 129/SK/DIR-CEB/2012 tanggal
29/02/2012 dimana layanan ujicoba ini bersifat internal dan
terbatas bagi pegawai saja termasuk pembatasan tata cara
registrasi yang bersifat inject (bukan dilakukan sendiri oleh
pegawai) mencakup nomor rekening gaji termasuk nomor kartu
ATM dan nomor ponsel yang terdaftar pada data dari Divisi
Sumber Daya Manusia.

82

Hal-hal tersebut merupakan pengendalian potensi risiko yang


dapat timbul sebagai dasar kami melakukan layanan ujicoba.
Namun mengingat permintaan BI melalui rapat pada tanggal
07/01/2013 untuk menghentikan layanan, maka atas dasar
Surat Keputusan Direksi No. 094/SK/DIR-UEB/2013 tanggal
11/02/2013 terhitung mulai tanggal 11 Februari 2013 layanan
uji coba tersebut dihentikan.
Selanjutnya Bank masih harus melakukan perbaikan dan
pemenuhan atas bukti kesiapan termasuk melakukan proses
asesmen ulang oleh asesor independen baru, sebagai hasil
koordinasi di BI pada tanggal 20/06/2013 menanggapi surat BI
tersebut membahas bukti kesiapan yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan ijin pemberlakuan layanan Internet Banking dan
SMS Banking.

2.14 Bidang Layanan Operasional


Meningkatkan pelayanan transaksi melalui BI-RTGS serta
meningkatkan kecepatan layanan kepada nasabah / counterparty dalam layanan BI-RTGS ;
Penyempurnaan ketentuan ketentuan operasional;
Pemenuhan kebutuhan uang tunai kantor cabang untuk
penyetoran/ penarikan dari Kantor Pusat ;
Pengelolaan adminsitrasi kredit secara tertib ;
Sentralisasi pelaporan SID ;
Membangun Central Operations Straight Thru Processing
(STP) ;
Membangun e-banking operations dan Trade Processing
Center.
2.15 Bidang Manajemen Anak Perusahaan
Meningkatkan Laba dan Aset Perusahaan melalui
pengawasan dan monitoring kinerja anak-anak perusahaan ;
Melakukan merger/konsolidasi PD.BPR LPK dalam 1 (satu)
kabupaten ;
Peningkatan kinerja keuangan Anak Perusahaan.
2.16 Bidang Supervisi dan Penyelamatan Kredit
Meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi kredit hapus
buku ;
Pencapaian target kredit hapus buku melalui peningkatan
kulitas NPL dan jumlah penerimaan kredit hapus buku.

83

2.17 Bidang Credit Risk Reviewer


Mengembangkan sistem dan prosedur pengendalian risiko
kredit dalam mendukung ekspansi kredit atau pengelolaan
kualitas risiko kredit secara berkesinambungan ;
Mengelola risiko kredit dan target market.
c. Kebijakan Remunerasi (Remuneration Policies)
Menyempurnakan semua ketentuan kepegawaian dengan peraturan
yang berlaku, peraturan yang lebih tinggi dan Good Corporate
Governance (GCG) serta disesuaikan dengan perkembangan
perusahaan.
5. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non-Keuangan Bank
Transparansi kondisi keuangan dan Non-Keuangan Bank, telah
disampaikan kepada publik melalui media cetak, media elektronik dan
media lainnya. Pengelolaan pengaduan nasabah telah dikelola dengan
menyediakan sarana pengaduan melalui SMS, Mitra Call dan Counter.
6. Share Option
Tidak terdapat Share Option pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten, Tbk.
7. Hubungan Keuangan dan Hubungan Keluarga
Tidak memiliki hubungan keuangan dan hubungan keluarga anggota
Dewan Komisaris dan Direksi dengan anggota Dewan Komisaris lainnya,
Direksi lainnya dan atau Pemegang Saham Pengendali Bank,
sebagaimana tertera dalam Surat Pernyataan Independen.
8. Kebijakan Remunerasi dan Fasilitas Lain Bagi Dewan Komisaris dan
Direksi Tahun 2012

No
1

Jenis Remunerasi dan Fasilitas


Lain

Jumlah Diterima dalam 1 tahun


Dewan Komisaris
Orang

Jutaan rupiah*)

Remunerasi
a. Imbalan Kerja (Gaji) Tahun 2012
Januari s.d September

2.457

Oktober s.d Desember

975
3.432

Jumlah
b. THR
c. IPK
d. Tantiem
(Dihitung dari laba yang diperoleh)
Total

546

819

11.564
16.361

84

Fasilitas lain dalam bentuk natura


a. Kendaraan
Komisaris Utama - Plafon Maksimal
Komisaris - Plafon Maksimal
Total

500

2.000
18.861

*) dinilai dalam ekuivalen rupiah

No
1

Jenis Remunerasi dan Fasilitas


Lain

Jumlah Diterima dalam 1 tahun


Direksi
Orang

Jutaan rupiah*)

Remunerasi
a. Imbalan Kerja (Gaji) Tahun 2012
Januari s.d Februari

1.008

Maret s.d Mei

1.930

Juni s.d September

1.768

Oktober s.d Desember

1.950
6.656

Jumlah
b. THR
c. IPK
d. Tantiem
(Dihitung dari laba yang diperoleh)

1.126

1.568

15.911
25.261

Total
2

Fasilitas lain dalam bentuk natura


a. Perumahan

660

b. Lainnya (Bekal Cuti)

546

c. Kendaraan
Direktur Utama - Plafon Maksimal

1.000

4.000

Direktur - Plafon Maksimal


Total

31.467

* ) dinilai dalam ekuivalen rupiah

Anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang menerima paket remunerasi


dalam satu tahun yang dikelompokkan dalam kisaran tingkat penghasilan,
sebagai berikut : (satuan orang)
Jumlah Remunerasi per orang
dalam 1 tahun *)
Di atas Rp. 2 miliar
Di atas Rp. 1 miliar s.d. Rp. 2 miliar
Di atas Rp. 500 juta s.d. Rp. 1 miliar
Rp. 500 juta ke bawah

Jumlah Direksi

Jumlah Komisaris

5
1

5
-

4
2

*) yang diterima secara tunai

9. Kepemilikan Saham Dewan Komisaris dan Direksi


Seluruh Dewan Komisaris dan Direksi tidak memiliki saham mencapai 5%
(lima perseratus) atau lebih dari modal di setor suatu perusahaan, baik di

85

bank bjb, bank lain, lembaga keuangan bukan bank maupun perusahaan
lainnya yang berkedudukan di dalam maupun luar negeri.
Kepemilikan saham mencapai 5% (lima perseratus) atau lebih dari modal
yang disetor Per 31 Desember 2012 :
Nama
Agus
Ruswendi
Muhadi
Klemi
Subiyantoro
Achmad
Baraba
Yayat Sutaryat
Rudhyanto
Mooduto
Bien
Subiantoro
Arie Yulianto
Entis
Kushendar
Zaenal Aripin
Bambang
Mulyo Atmodjo
Shahyohan
Johnny Azis
Acu
Kusnandar
Djamal Muslim

bank
bjb

Perusahaan
Lainnya

Bank
Lain

Lembaga
Keuangan
Bukan Bank

Keterangan

Adapun kepemilikan saham Perseroan sebagai berikut per 31 Desember


2012:
No

Nama

Jabatan

1
2
3
4
5
6

Muhadi
Bien Subiantoro
Arie Yulianto
Djamal Muslim
Acu Kusnandar
Entis Kushendar

Komisaris
Direktur Utama
Direksi
Direksi
Direksi
Direksi

Jumlah
(lembar)
2.341.500
757.500
333.000
325.000
245.000
30.000

Persentase
0,024
0,008
0,003
0,003
0,003
0,0003

--10. Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah


Rasio gaji tertinggi dan terendah, dalam skala perbandingan sebagai
berikut :

86

No.
1

Keterangan

Tertinggi

Rasio gaji Pegawai


yang tertinggi dan
terendah
Rasio gaji Direksi
yang tertinggi dan
terendah
Rasio gaji Komisaris
yang tertinggi dan
terendah
Rasio gaji Direksi
tertinggi dan
Pegawai Tertinggi

Terendah

Rasio
Tertinggi
Terendah
17,857
1,00

50.000

2.800

130.000

104.000

1,25

1,00

65.000

52.000

1,23

1,00

130.000

50.000

2,60

1,00

11. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris


Rapat yang diselenggarakan selama tahun 2012 adalah sebagai berikut :
a. Dewan Komisaris
Frekuensi pertemuan rapat Dewan Komisaris pada tahun 2012
berjumlah 47 (empat puluh tujuh) pertemuan.
Nama
Agus Ruswendi
Muhadi
Achmad Baraba
Yayat Sutaryat
Klemi Subiyantoro
Rudhyanto Mooduto*)

Kehadiran
41
27
40
44
32
9

*) Periode September 2012 Desember 2012

b. Direksi
Frekuensi pertemuan rapat Direksi pada tahun 2012 berjumlah 43
(empat puluh tiga) pertemuan.
Direksi
Bien Subiantoro
Zaenal Aripin
Entis Kushendar
Shahyohan Johnny Azis*)
Arie Yulianto
Acu Kusnandar**)
Djamal Muslim**)

Kehadiran
40
38
28
15
34
5
8

*) Periode Januari 2012 Mei 2012


* *) Periode Oktober 2012 Desember 2012

87

c. Komite
Komite Audit
Selama tahun 2012, Komite Audit telah menyelenggarakan pertemuan
sebanyak 18 (delapan belas) kali. Berikut informasi tingkat kehadiran
Anggota Komite Audit dalam Rapat di tahun 2012 :
Komite Audit
Kehadiran
Klemi Subiyantoro
18
Achmad Baraba
11
Rudhyanto Mooduto*)
6
Ramson Sinaga
18
Erick**)
4
Memed Sueb***)
12
Suwarta***)
11
*) Anggota Komite Audit sejak Oktober 2012
**) Anggota Komite Audit s.d Juli 2012

***) Anggota Komite Audit sejak Agustus 2012

Komite Nominasi dan Remunerasi


Selama tahun 2012, Komite Remunerasi dan Nominasi telah
menyelenggarakan pertemuan sebanyak 20 (dua puluh) kali. Berikut
informasi tingkat kehadiran Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi
dalam rapat di tahun 2012 :
Komite Nominasi dan Remunerasi
Yayat Sutaryat
Agus Ruswendi
Klemi Subiyantoro
Rudhyanto Mooduto
Muhadi
Pemimpin Divisi SDM

Kehadiran
20
13
15
3
3
20

Komite Pemantau Risiko


Selama tahun 2012 telah dilaksanakan rapat dan pelaporan dari Komite
Remunerasi dan Nominasi sebanyak 26 (Dua puluh enam) kali rapat,
dengan agenda rapat sesuai dengan rencana kegiatan ataupun yang
sifatnya insidental sesuai dengan kondisi yang timbul sebagai berikut :
Komite Pemantau Risiko
Achmad Baraba
Muhadi
Yayat Sutaryat
Rudhyanto Mooduto
Nurry Effendi
Poppy Sofia Koeswayo

Kehadiran
22
8
3
3
20
23

88

12. Jumlah Penyimpangan Internal (Internal Fraud) Tahun 2012

Internal Fraud
dalam 1 tahun

Total Fraud
Telah
Diselesaikan
Dalam proses
penyelesaian di
internal Bank
Belum
diupayakan
penyelesaian
Telah
ditindaklanjuti
melalui proses
hukum

Jumlah kasus yang dilakukan oleh


Pegawai Tidak
Pengurus
Pegawai Tetap
Tetap
Tahun
Sblmnya

Tahun
Berjalan

Tahun
Sebelum
nya

Tahun
Berjalan

Tahun
Seblmnya

Tahun
Berjalan

13. Permasalahan Hukum


Permasalahan Hukum
Telah selesai (telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap)
Dalam proses penyelesaian
Total

Jumlah
Perdata Pidana
2
-7
-9
--

14. Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan


Selama tahun 2012, tidak ada transaksi yang mengandung benturan
kepentingan.
15. Buy Back Shares dan Buy Back Obligasi Bank
Pada tahun 2012, bank tidak melakukan transaksi buy back atas saham,
karena bank belum melaksanakan penjualan saham ke publik, begitu pula
bank tidak melakukan kegiatan buy back atas obligasi yang telah
diterbitkan.
16. Kepedulian Sosial
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, di tahun 2012 bank
bjb telah menyalurkan dana CSR sebesar Rp.51.952.173.047,- (lima
puluh satu miliar sembilan ratus lima puluh dua juta seratus tujuh puluh
tiga ribu empat puluh tujuh rupiah) untuk kegiatan sektor pendidikan,
kesehatan, lingkungan tersebar di berbagai wilayah.

89

Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, antara lain meliputi :


SEKTOR

SUB SEKTOR

Pelestaraian
Budaya Daerah

PENDIDIKAN

Pembangunan /
rehabilitasi
prasarana
pendidikan

Pengadaan
Sarana
Pendidikan
Penguatan Akses
Masyarakat
Terhadap
Layanan
Pendidikan
Pembangunan /
rehabilitasi
prasarana
kesehatan

KESEHATAN

LINGKUNGAN

Pengadan sarana
kesehatan
Penguatan akses
masyarakat
terhadap layanan
kesehatan
Peningkatan
peran serta
masyarakat
dalam bidang
kesehatan
Pembangunan /
rehabilitasi
prasarana umum

KEGIATAN
Pembangunan Rumah Adat
dan padepokan seni
Pameran dan Pertunjukan
Seni
Pengadaan alat-alat kesenian
(angklung, gamelan)
Pembangunan Ruang Kelas
Perbaikan dan
pengembangan fasilitas
sekolah
Pembangunan Gedung
(asrama, GSG, Sub Centre,
dll)
Perbaikan SD bank bjb
Pembangunan Kampung
Belajar
Penunjang sarana pendidikan
(Meubelair, buku, sarana
teknologi Informasi, dll)
Mobil Pintar
Beasiswa dan bantuan
bimbingan belajar
Pelatihan (Kepemimpinan,
kewirausahaan,dll)
Pembangunan sarana air
bersih dan MCK
Pembangunan Puskesmas,
Posyandu dan UKS
Pembangunan Klinik dan
Panti Rehabilitasi
Pengadaan Ambulance/Mobil
operasional PMI
Operasi Katarak

Pelatihan/penyuluhan

Pembangunan/renovasi
masjid
Pembangunan Lapangan
Olahraga, Tugu, Gapura dan
Gedung

NOMINAL (Rp.)

1.309.556.399

27.041.473.234

906.940.767

716.000.000

2.362.476.748

1.081.500.000

33.000.000

615.400.000

5.085.033.700

90

Pemberdayaan
masyarakat
Pemulihan
Kondisi
Masyarakat

Pengadaan
sarana/fasilitas
umum

Peningkatan
Taraf Hidup
Masyarakat
Peningkatan
Peran serta
masyarakat
dalam
pemeliharaan
lingkungan

Perbaikan/Pening
katan kualitas
lingkungan hidup

TOTAL

Perbaikan dan penataan


makam
Pembangunan Halte
Sarana Usaha Tani
Komoditas Jagung
Budidaya Rumput Laut
Bantuan Pasca banjir
Pencegahan dan
penanggulangan bencana
Bantuan sarana keagamaan
Bantuan kepada organisasi/
kepemudaan
Perbaikan jalan dan jembatan
Pengadaan sepeda dan
shelter
Perbaikan Rumah Tidak
Layak Huni
Bantuan Modal Usaha
Bantuan Alat-alat pertanian
Bakti sosial

Daur ulang sampah

Penghijauan
Perbaikan/pembuatan
drainase dan sumur resapan
Perbaikan dan penerangan
jalan
Pengadaan baktor
Pelaihan relawan

693.688.670

514.495.000

2.187.667.980

7.122.921.502

20.000.000

2.262.019.047

51.952.173.047

91

Kesimpulan Umum Hasil


Revisi Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance
bank bjb Tahun 2012
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari
2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.
8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 serta Surat Edaran Bank Indonesia No.
9/12/DPNP Tanggal 30 Mei 2007 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
bagi bank umum, bank wajib melakukan penilaian (self assessment) atas
pelaksanaan Good Corporate Governance.
Sehubungan dengan hal tersebut, bank bjb telah melakukan self assessment
Good Corporate Governance (GCG). Berdasarkan hasil penilaian (self assessment)
terhadap 11 (sebelas) faktor Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance
(GCG), diperoleh Nilai Komposit Hasil Akhir Self Assessment Pelaksanaan Good
Corporate Governance (GCG) dengan ini kami sampaikan revisi hasil penilaian Self
Assessment GCG Tahun 2012 :
Hasil Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG 2012
Komposit 2,53 "Cukup Baik"

Dari hasil analisis self assessment yang dilakukan terhadap kriteria/indikator per
faktor penilaian sesuai kertas kerja, diperoleh peringkat per faktor penilaian sebagai
berikut :
NO

FAKTOR

Peringkat

Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

3.00

Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

3.00

Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite

3.00

Penanganan Benturan Kepentingan

3.00

Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank

2.00

Penerapan Fungsi Audit Internal

2.00

Penerapan Fungsi Audit Eksternal

1.00

Penerapan Fungsi Manajemen Risiko termasuk Sistem


Pengendalian Internal

Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait (Related Party) dan


Penyediaan Dana Besar (Large Exposure)

10

3.00

2.00

Transparansi kondisi Keuangan dan Non Keuangan, Laporan


Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) dan

2.00

Pelaporan Internal.
11

Rencana Strategis Bank

2.00

92

Demikian laporan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) untuk


memenuhi ketentuan PBI No. 8/4/PBI/2006 yang telah diubah dengan PBI No.
8/14/PBI/2006 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP Tahun 2007.

Bandung, 31 Juli 2013


PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk.

YAYAT SUTARYAT
KOMISARIS INDEPENDEN

ZAENAL ARIPIN
DIREKTUR KEPATUHAN DAN
MANAJEMEN RISIKO

93

94

Anda mungkin juga menyukai