Dosen :
Dr. Hj Ratih Tresnati, SE.,M.P
LIYA SETIAWATI
20090316803
PASCA SARJANA
2017
1.1 Latar Belakang
Perbankan sebagai suatu lembaga keuangan kepercayaan masyarakat yang memegang
peranan penting dalam sistem perekonomian, sehingga dapat dikatakan bank merupakan urat
nadi dari sistem keuangan yang beraktifitas menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk
tabungan, giro, deposito dll, yang kemudian dana yang terkumpul dari masyarakat tersebut
disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Sebagai badan usaha yang bergerak
dalam bidang jasa, kepercayaan dari semua pihak yang terkait adalah hal yang sangat penting
baik, bagi pemilik dan pengelola bank maupun masyarakat sebagai pengguna jasa bank.
Mengkaji peranan bank yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana ke masyarakat. Dalam peranannya, terdapat hubungan antara bank
dan nasabah yang didasarkan pada unsur kepercayaan dan hukum. Suatu bank hanya dapat
melakukan kegiatan dan mengembangkan banknya apabila masyarakat percaya untuk
menempatkan uangnya dalam produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut.
Berdasarkan kepercayaan dari masyarakat tersebutlah bank dapat memobilisasi dana dari
masyarakat untuk ditempatkan di banknya dan menyalurkan kembali uangnya ke masyarakat
dalam bentuk kredit.
Sebagai lembaga intermediasi, pihak perbankan membutuhkan kepercayaan dari masyarakat
terutama nasabahnya sehingga kelangsungan sektor perbankan sebagai urat nadi perekonomian
dapat terus berjalan. Untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat, maka sektor perbankan
harus dikelola secara profesional mulai dari segi pelayanannya, strategi pemasaran yang baik,
segi keuangan yang harus di kelola dengan prinsip ke hati-hatian, serta perbankan juga harus
inovatif dalam menciptakan produk yang di butuhkan oleh masyarakat. Karena yang dibutuhkan
oleh masyarakat (nasabah) adalah kepuasan dalam hal pelayanan oleh pihak bank. Konsumen
akan sulit di puaskan karena telah terjadi pergeseran, yang semula hanya untuk memenuhi
kebutuhan menigkat menjadi harapan (expectation) untuk memenuhi kepuasan.
Usaha jasa perbankan yang merupakan usaha jasa yang berdasarkan pada azas kepercayaan
mengutamakan masalah kualitas pelayanan (service quality). Kualitas pelayanan ini menjadi
faktor penting dalam menentukan keberhasilan suatu perbankan. Fenomena ini terjadi hampir di
seluruh bank, dimana nasabah juga menginginkan adanya peningkatan pelayanan maksimal
secara terus menerus, ketika menggunakan jasa yang ada di bank. Namun kenyataannnya
terkadang masih jauh dari apa yang menjadi harapan, atau keinginan dari nasabah itu sendiri,
dengan melihat berbagai hal mengenai keinginan kepuasan nasabah yang semakin tidak terbatas.
Menurut Kotler, kepuasan nasabah (customer) adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya (Kotler
dkk, 2000 : 52). Oleh karena itu setiap perusahaan jasa wajib merencanakan, mengorganisasikan,
mengimplementasikan, dan mengendalikan sistem kualitas pelayanan sedemikian rupa, sehingga
pelayanan dapat memuaskan para nasabahnya.
Peningkatan kualitas jasa yang diberikan oleh perbankan dapat sebagai alternative dalam
keberhasilan bisnis perbankan pada saat ini maupun masa yang akan datang. Konsep kualitas
jasa merupakan hal yang penting baik bagi perusahaan maupun konsumen pada umumnya.
Beberapa penelitian menunjukkan keuntungan strategis dari kualitas dalam menyumbang kepada
pencapaian market share dan return on investment sebanding dengan penurunan biaya
manufaktur dan peningkatan produktivias. Sehingga penelitian terhadap kualitas diperkirakan
akan menjadi trend yang paling penting bagi konsumen apalagi dengan meningkatnya
permintaan konsumen terhadap kualitas yang lebih tinggi dibanding dengan masa-masa
sebelumnya.
Faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas jasa menurut John Svikola salah
satunya adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan layanan yang bermutu kepada
konsumennya, pencapaian pangsa pasar yang tinggi, serta peningkatan profit perusahaan Salah
satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan adalah model SERVQUAL
(Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithamal, dan Berry. Terdapat lima
dimensi SERVQUAL yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan berdasarkan
perbandingan antara persepsi pelanggan atas layanan yang nyata mereka terima (perceived
service dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan atau diinginkan (expected service)
yakni; Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Empathy.
Tangibles (kemampuan atau bukti fisik) yaitu suatu bentuk penampilan fisik, peralatan,
media komunikasi dan hal-hal lainnya yang bersifat fisik. Reliability (keandalan) suatu
kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya.
Responsiveness (daya tanggap atau kesigapan) adalah suatu respon atau kesigapan karyawan
dalam membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap. Assurance
(jaminan) adalah kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas,
keramah tamahan, kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan
informasi dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
Empathy (empati) adalah kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian
pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan.
Agar perusahaan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama biasanya dipengaruhi oleh
kepuasan nasabah. Karena nasabah yang memiliki kepuasan tinggi atau kesenangan tinggi akan
menciptakan kelekatan emosional terhadap merek tertentu, bukan hanya kesukaan/preferensi
rasional. Hasilnya adalah kesetiaan nasabah yang tinggi terhadap produk jasa yang dipilihnya.
Kepuasan nasabah dapat diartikan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang
berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-
harapannya (Philip Kotler, 2002). Hal ini dapat berarti jika kinerja dibawah harapan, nasabah
akan merasa tidak puas. Jika kinerja sama dengan harapan, nasabah merasa puas, dan jika kinerja
melampaui harapan, nasabah akan sangat puas atau bahagia. Nasabah yang merasa puas, akan
selalu memberikan komentar yang baik tentang perusahaan dan cenderung akan setia lebih lama
pada perusahaan.
Semakin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia melahirkan banyak bank umum
syariah yang hadir untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah. Salah satunya ialah PT
Bank BRISyariah, merupakan bank nasional berbasis syariah yang sedang berkembang. Biaya
administrasi yang terjangkau, meyediakan produk dan jasa syariah yang cukup lengkap, serta
kualitas pelayanan yang prima menjadikan PT Bank BRISyariah sebagai bank syariah ketiga
terbesar berdasarkan asset.
Pertumbuhan laba yang diperoleh BRISyariah tidak sejalan dengan pertumbuhan aset. Pada
tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 5 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Kemudian pada
tahun 2012 terjadi lonjakan yang sangat signifikan dibandingkan tahun 2011 yang hanya
mencatatkan laba sebesar 12 miliar menjadi sebesar 102 Miliar. Namun terjadi penurunan secara
drastis pada kinerja tahun 2014 dimana laba tahun sebelumnya sebesar 129 miliar menjadi 7
miliar pada tahun 2014.
Persaingan Perbankan Indonesia yang semakin ketat dimana semua bank berusaha
menawarkan keunggulan yang dimiliki. Produk dan jasa yang dimiliki oleh bank memiliki
karakteristik yang hampir sama dimana hal ini diatur oleh otoritas pemerintah. Sedangkan aspek
fisik juga hampir sama antara bank yang satu dengan bank yang lain. Maka yang dapat menjadi
unggulan dari sebuah bank untuk menarik nasabahnya adalah dengan memberikan pelayanan
yang sesuai harapan nasabah. Dengan adanya pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan
kepada nasabah, sehingga menjadi loyal dan tidak beralih pada Bank lain, bahkan dapat
mendatangkan nasabah baru yang pada akhirnya dapat mendatangkan laba.
Untuk memenangkan persaingan ini maka setiap bank berusaha mengoptimalkan jasa dan
kepuasan yang terbaik bagi nasabahnya dan terus melakukan pengembangan layanan yang
diberikan. Hal ini tentu dilakukan agar nasabah merasa nyaman dan akhirnya loyal terhadap bank
tersebut. Mengingat sangat mudah untuk berpindah layanan antara bank yang satu dengan bank
yang lain.
Sesuai dengan Misi Bank BRISyariah yang akan memberikan pelayanan transaksional
dengan nyaman, maka Bank BRISyariah selalu melakukan peningkatan layanan yang diberikan
untuk para nasabahnya. Pada tahun 2014, cabang Bank BRISyariah berjumlah 254 Kantor
cabang dan didukung oleh Kantor Layanan Syariah (KLS) yang bekerjasama dengan BRI
sebanyak 569 KLS. Selain itu terdapat ribuan ATM yang tersebar di berbagai daerah di
Indonesia dan BRISyariah pun ikut dalam Jaringan Layanan ATM Prima dan ATM Bersama.
Untuk mengetahui sejauh mana kepuasan pelanggan terhadap kualitas jasa Bank
BRISyariah, maka diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui bagaimana kinerja dari Bank
BRISyariah. Hal ini dapat diukur dengan sebuah alat yang bernama SERVQUAL yang terdiri
dari enam dimensi kualitas layanan (Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance,
Empathy).
1) Intagibility : Karena wujud jasa merupakan kinerja dari suatu objek, maka ketepatan dan
kesegaraman spesifikasi dalam pabrikasi seringkali tidak terwujud dalam satu kesatuan.
Umumnya jasa tidak dapat di hitung, di ukur , di rasakan dan dibuktikan dalam
peningkatan penjualan sebagai jaminan atas kualitasnya. Mengingat sifat
ketidakterwujudnya tersebut maka perusahaan jasa seringkali menemukan kesulitas untu
mengetahui bagaimana konsumen mempersepsikan jasa mereka dan mengevaluasi
kualitasnya.
2) Heterogenity : Kinerja mereka sering bervariasi dari produsen satu ke produsen lain, dari
konsumen satu ke konsumen lain, dari suatu hari ke hari lain. Konsistensi perilaku
personal jasa sulit untuk di jamin, karena itu apa yang dikirimkan perusahaan kepada
konsumen mungkin secara keseluruhan berbeda dari apa yang di terima konsumen/
3) Inseparatibility of production and consumtion : Sebagai konsuekuensi atas karakteristik
ini, kualitas jasa tidak di buat di lokasi pabrik kemudian baru dikirimkan secara utuh
kepada konsumen. Perusahaan jasa dapat kehilangan kendali manajerial atas kinerja
jasanya dalam situasi konsumen berpartisipasi aktif dan intens karena konsumen akan
mempengaruhi proses tersebut. Dalam situasi seperti itu, masukan konsumen menjadi
elemen penting yang akan mempengaruhi kinerjan suatu jasa.
Ketiga karakteristik diatas tersebut memiliki arti penting dalam, menentukan kualitas jasa,
parasuraman dkk (2007) menyarankan tiga tema pokok dalam menentukan kualitas jasa :
1. Bagi konsumen kualitas jasa adalah lebih sulit diukur dibandingkan dengan kualitas
barang.
2. Persepsi terhadap kualitas jasa adalah hasil dari perbandingan antara apa yang dihapkan
konsumen dengan kinerja jasa yang sesungguhnya
3. Evaluasi terhadap kualitas jasa bukan hanya pada hasil jasa semata, melainkan juga
mencakup evaluasi terhadap proses pengirimannya (delivery process)
Berdasarkan ketiga tema pokok dalam penentuan kualitas jasa tersebut, paransuraman, dkk
(1985) mendefinisikan kualitas jasa sebagai suatu konsep yang secara tepat mewakili inti dari
konerja suatu jasa, yaitu perbandingan terhadap keterandalan (excellence) dalam service
ecounter yang dilakukan oleh konsumen.
Pengukuran kualitas jasa berdasarkan 5 dimensi SERVQUAL Parasuraman, Zeithamal &
Bery (Rangkuti, 2002: 29) sebagai berikut:
1. Tangibles (berwujud) yaitu, penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan media
komunikasi
2. Reliability (keandalan) yaitu, kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan
dengan tepat dan terpercaya.
3. Responsiveness (ketanggapan) yaitu, kemampuan untuk membantu pelanggan dalam
memberikan jasa dengan cepat dan tanggap.
4. Assurance (keyakinan atau jaminan) yaitu, pengetahuan dan kesopanan karyawan serta
kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
5. Emphaty (empati) yaitu, merupakan syarat untuk peduli, memberikan perhatian pribadi
pada pelanggan.
1.7. Kesimpulan
Wujud (Tangibles) yang masih perlu ditingkatkan adalah area parkir gedung BRIS KCP
Kopo yang sempit, dan jika hujan jalan depan kantor terkena genangan air banjir, serta
fasilitas fisiknya yang kurang memiliki daya Tarik visual seperti Logo BRIS di depan
kantor dan penyediaan brosur yang tidak komplit.
Kehandalan (reliability) pada BRIS KCP Kopo cukup baik untuk ketepatan dalam mencatat
dokumen nasabah.
Daya tanggap (responsiveness) yang perlu ditingkatkan terutama kecepatan di bidang
pelayanan kepada nasabah baik oleh teller maupun unit pelayanan nasabah.
Keyakinan atas Pelayanan (Assurance) Rasa aman nasabah dalam bertransaksi di BRIS
KCP Kopo cukup baik, karena ada beberapa nasabah yang menjadi langganan untuk
setor/tarik tunai setiap hari di BRIS KCP Kopo.
Tingkat kepedulian (empathy) dalam hal perhatian karyawan kepada nasabah dan
pemahaman karyawan terhadap kebutuhan nasabah khususnya nasabah kreditur, serta
keseragaman jam layanan terutama pada jam setelah istirahat masih perlu ditingkatkan.
1.8. Saran
1) Untuk meningkatkan jumlah nasabah khususnya nasabah yang akan berefek terhadap
reputasi Bank BRIS KCP Kopo atau bahkan reputasi PT Bank BRI Syariah secara
keseluruhan adanya penambahan fitur-fitur layanan perbankannya seperti tabungan umroh,
tabungan emas dan tabungan untuk idul adha. Ketersediaan mesin ATM BRIS yang masih
minim juga perlu ditambah, dan menjalin kerjasama dengan restaurat atau toko
perbelanjaan guna bekerjasama dalam hal pemberian diskon atau adanya cashback belanja
di toko tersebut.
2) Bank BRI diharapkan lebih meningkatkan program promosi di media cetak maupun televisi
agar masyarakat lebih mengenal bank BRIS dalam hal produk serta layanan perbankan
yang ada. Atau dapat juga dengan mengikuti berbagai sponsorship pada kegiatan-kegiatan
yang melibatkan masyarakat banyak sehingga bank BRIS dapat dikenal oleh masyarakat
dan diharapkan pada akhirnya dapat bertransaksi perbankan di bank BRIS.
DAFTAR PUSTAKA
Cronin, J. Joseph, Jr. and Steven A. Taylor. 1992. Measuring Service Quality : A Reexamination
and Extension. Journal of Marketing, vol: 56(Juy). Hak 55-68
C.M. Lingga Purnama, Strategic Marketing Plan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001
Fandy Tjiptono dan Anastasia, Prinsip & Dinamika Pemasaran, Yogyakarta : J&J Learning,
2000
Parasuranman, Valarie A. Zeithml, and Leonard L. Berry, 1985. A Conceptua; Model Service
Quality and its Implications for Future Research. Journal of Marketing, no 49 (fall), hal.
41-50.
Philip Kotler dan Armstrong, Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi kesembilan, Jilid 1, New Jersey
Prentice Hall, Inc., 2003.
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Dasar-Dasar Manajemen, Jilid 1, PT.Indeks : Gramedia,
2001
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jilid 2, Jakarta : Pearson Education Asia
dan PT. Prehallindo, 2002
Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi 13, Jilid 2, Jakarta :
Erlangga, 2009
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi 13, jilid 1, Jakarta :
Erlangga, 2008