MAKALAH
Oleh:
Dede Rukmana
55120120097
Pembimbing:
Dr. Sudjono, M.Acc.
ii
ABSTRACT
The global crisis that occurred in 2008 has prompted the leaders of G-20 countries to
declare international efforts aimed at increasing transparency, accountability, and regulation in
the financial sector trough strengthening the quantity of capital of the banking sector. This is
based on the limitation of the global financial crisis in 2008, one of which was caused by
excessive levels of leverage in the banking system both for positions recorder on the balance
sheet and administrative accounts (off-balance sheet). The final results of the recommendation
were published by Basel III: A Global Regulatory Framework for More Resilient Banks and
Banking System in December 2010. In general, the Basel II agreement has 3 main components,
namely capital, liquidity and leverage ratio. The implementation of Basel III capital has an
impact that will vary across different countries depending on the amount of exposure affected.
This study will explain in general terms the Basel III rules and the impact on the financial and
macroeconomic sectors globally. The purpose of the Basel III rules launched by the Bank for
International Settlement to make banks at the global level more resistant to economic shocks that
occur so that bankruptcy due to previous crisis does not occur in the future.
Keywords : Bank; Basel III; Economy Impact; Financial Crisis.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan serta petunjuk sehingga makalah dengan judul
“Dampak Ekonomi Terhadap Penerapan Basel III” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat
beserta salam semoga dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya dan para
pengikutnya.
Makalah ini ditulis merupakan Tugas Besar sebagai salah satu komponen persyaratan
untuk menyelesaikan mata kuliah Manajemen Risiko di semester III Fakultas Pascasarjana,
Jurusan Magister Management di Universitas Mercu Buana. Saya memiih tema ini sebagai tema
Tugas Besar 2 mata kuliah Manajemen Risiko karena begitu menarikanya Basel III baik dari segi
Saya menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak selama ini, maka
mustahil pencapaian ini dapat saya raih. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati saya
1. Dr. Sudjono, M.Acc., selaku dosen mata kuliah Risk Management yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan ilmu terkait manajemen risiko yang sangat
Ahir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas berlipat ganda atas segala
kebaikan dan juga senantiasa mencurahken kebaikan, kesuksesan serta kesehatan kepada semua
pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan, terutama terkait manajemen risiko dan Basel III. Terima kasih.
iv
Jakarta, 23 Mei 2022
Dede Rukmana
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................................2
ABSTRACT..............................................................................................................3
KATA PENGANTAR...............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................8
Latar Belakang...........................................................................................................8
Rumusan Masalah....................................................................................................10
Batasan Masalah......................................................................................................10
Tujuan Penelitian.....................................................................................................10
Manfaat Penelitian...................................................................................................10
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................12
Bank Indonesia........................................................................................................12
Basel I......................................................................................................................12
Basel II.....................................................................................................................13
Basel III...................................................................................................................14
Teori Legitimasi......................................................................................................15
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................19
Respon terhadap Krisis Finansial Global................................................................19
Kelemahan Basel II.................................................................................................20
Gambaran Umum Aturan Basel III.........................................................................22
Definisi Modal (berdasarkan consultative paper Bank Indonesia).........................23
Dampak Ekonomi Makro Penerapan Basel III........................................................24
Dampak terhadap Pembiayaaan Perdagangan (Trade Finance)..............................28
BAB IV PENUTUP.................................................................................................30
Kesimpulan..............................................................................................................30
Saran........................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................31
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1..............................................................................................................18
BASEL III Regulatory Framework.....................................................................18
vi
Tabel 3.2..............................................................................................................22
Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal menurut Basel III Tahun 2015.....22
Table 3.3..............................................................................................................23
Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal Menurut Basel III Tahun 2019.....23
vii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dunia perbankan merupakan dunia penuh dinamika, tentunya di samping peranan penting
yang dimilikinya dalam perekonomian suatu negara ataupun dunia. Dunia perbankan sendiri
termasuk ke dalam system keuangan yang pada dasarnya merupakan suatu kesatuan system yang
dibentuk dari semua Lembaga keuangan yang ada dan kegiatan utamanya di bidang keuangan
adalah menarik dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada masyarakat pula.
berujung kepada runtuhnya kejayaan raksasa investasi Lehman Brother, JP Morgan, Morgan
Stanley, Goldman Sanch yang lebih focus pada bisnis finansial menyadarkan pelaku perbankan
bahwa kesepakatan Basel I dan Basel II belum cukup untuk mengantisipasi risiko usaha
perbankan. Kesepakatan Basel I ini mengatur perihal standar berapa modal yang harus disisihkan
Bank sebagai perlindungan terhadap risiko keuangan dan operasional yang akan dihadapi Bank,
yang pada intinya Basel I ini memperhitungkan Kredit Risiko Pasar dan Risiko Operasional
namun masih dalam tahap yang sederhana dan disempurnakan secara detail melalui kesepakatan
Demi menyelamatkan bank dari ancaman kebangkrutan paska krisis keuangan global
pada tahun 2008 – 2009, the Basel Committee of Banking Supervision (BCBS) membuat
serangkaian kebijakan yang secara substantial merevisi ketentuan tentang kewajiban modal
perbankan yang sudah berjalan. Restrukturisasi mendasar di sector keuangan melalui perubahan
aturan dan pendekatan diharapkan dapat memperkuat ketahanan perbankan dalam menghadapi
krisis yang terjadi di kemudian hari. Aturan baru pernguatan modal dan likuiditas perbankan
disebut (The new Basel 3 capital and liquidity requirements) telah disepakati oleh para
pemimpin negara di forum G-20 dalam summit meeting G-20 di seoul pada bulan November
viii
2010). Secara umum kesepakatan Basel III terdapat 3 komponen Utama yakni permodalan,
likuiditas dan leverage ratio. Terkait permodalan ada tiga modal tambahan yang harus disiapkan
bank, yakni countercyclical buffer, capital conservation buffer dan capital surcharge. Ketiga
permodalan tambahan tersebut dipersiapkan untuk menghadapi perubahan dan goncangan yang
mempengaruhi kinerja dari perbankan. Dalam kesepakatan Basel III, perbankan diwajibkan
mencadangkan modal kualitas tinggi (core tier-1) sebesar 4,5% dari asetnya, ditambah modal
penyangga sebesar 2,5% jika terjadi goncangan, atau menjadi 7% di tahun 2016, serta harus
menyediakan modal penyangga lagi sebesar 2,5% atau total 9,5% di tahun 2019.
Bank for International Settlement (BIS) yang merupakan kumpulan dari para gubernur
bank sentral dunia Kembali bertemu pada tanggal 23-24 Juni 2011 di Swiss. Dalam pertemuan
tersebut dibahas tentang Langkah dan upaya sector perbankan untuk menghadapi krisis yang
mungkin terjadi di masa yang akan dating. Dalam pertemuan tersebut juga telah dimatangkan
aturan Basel III sebagai kelanjukan dari Basel II yang disebut Basel III: A global Regulatory
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
3. Dampak apa yang ditimbulkan atas penerapan Basel III pada sector keuangan dan
makroekonomi?
ix
Batasan Masalah
Tulisan ini menjelaskan secara umum tentang aturan Basel III tersebut diata dan dampak
yang ditimbulkan atas penerapannya terhadap sector keuangan dan makroekonomi secara global.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari tulisan ini adalah memberikan Selayang pandang pemahaman kepada
pembaca tentang gambaran umum aturan Basel III, latar belakang yang memunculkan aturan
tersebut dan dampak yang ditimbulkan atas penerapannya di sector keuangan dan
makroekonomi.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Investor. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam melakukan
2. Bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat dipakai sebagai referensi dalam melakukan
x
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga
negara independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan
pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-
Basel I
Komite Basel (The Basel Committee) untuk pengawasan perbankan dicetuskan pada
tahun 1974. Pembentukan Komite Basel telah diprakarsaia oleh gubernur Bank sentral The
Group of Ten (G10), dengan focus pada regulasi dan praktek pengawasan perbankan.
- Amerika Serikat
- Belanda
- Belgia
- Inggris
- Italia
- Jepang
- Jerman
- Kanada
- Perancis
- Swedia
- Swiss
xi
Komite Basel untuk pertama kali menetapkan metodologi yang dibakukan dalam
penghitungan besarnya “modal berdasarkan risiko” (risk-based capital) dari suatu Bank yang
perlu disediakan. Komite Basel untuk pertama kali mempublikasikan “Kesepakatan Basel
Basel II
Basel II merupakan sebuah kerangka kerja yang menawarkan sebuah standar baru
untuk menetapkan persyaratan modal minimum bagi organisasi perbankan yang aktif secara
bank. Kerangka baru Basel II dirancang mencakup tiga konsep yang dikenal sebagai tiga
tertentu
xii
Basel III
Hasil final rekomentasi yang diterbitkan Basel III adalah “A global regulatory
framework for more resilient banks and banking system pada Desmber 2010. Secara umum
Basel III terdapat tiga komponen utama yakni: Permodalan, Likuiditas dan Leverage Ratio.
Terkait permodalan ada tiga modal tambahan yang harus disiapkan bank, yakni
yang mempengaruhi kinerja dari perbankan. Dalam kespakatan Basel III, perbankan
diwajibkan mencadangkan modal kualitas tinggi (core tier-1) sebesar 4,5% dari asetnya,
ditambah modal penyangga sebesar 2,5% jika terjadi goncangan, atau menjadi 7% di tahun
2016, serta harus menyediakan modal penyangga lagi sebesar 2,5% atau total menjadi 9,5%
di tahun 2019.
Teori Legitimasi
Teori legitimasi menegaskan perusahaan terus berupata untuk memastikan bahwa mereka
beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan dimana
perusahaan berada, dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka diterima
oleh pihak luar sebagai suatu yang “sah” (Deegan, Rankin & Tobin, 2002). Semantara itu,
Deephouse & Suchman (2008) menyebutkan legitimasi bisa juga berupa legitimasi kognitif dan
legitimasi sosiopolitik. Legitimasi kognitif mengacu pada penyebaran pengetahuan tentang suatu
usaha baru. Legitimasi sosiopolitik mengacu pada proses dimana para pemangku kepentingan
utama, masyarakat umum, pejabat pemerintah menerima sebuah usaha sebagai mestinya yang
xiii
Dalam perbankan agar tidak timbu legitimasi gap, Basel Committee on Bank Supervision
(BCBS) hadir sebagai forum internasonal yang bekerjasama dalam hal pengawasan perbankan.
Mandate komite ini adalah untuk memperkuat regulasi, pengawasan dan praktik bank di seluruh
dunia dengan tujuan meningkatkan stabilitas keuangan. Peraturan yang dikeluarkan BCBS
sikerja dengan Basel Accord yang merupakan sejumlah set regulasi perbankan yang dibuat oleh
BCBS. Aturan yang saat ini terdiri dari Basel I, II dan III ini memberi rekomendasi tentang
peraturan perbankan terhadap risiko modal, risiko pasar dan risiko operasional.
Penelitian terkait Basel sudah banyak dilakukan oleh akademisi di dalam dan luar negeri
karena keterkaitannya terhadap sector-sektor yang krusial di dalam perekonomian sebuah negara
atara lain: keuangan, perbankan, asuransi, ekonomi mikro, ekonomi makro, kebijakan bank
Berikut daftar penelitian terdahulu terkait penelitian Basel I, Basel II, dan Basel III:
xiv
terhadap
pertumbuhan kredit
- Gross Domestic
Product (GDP)
mempengaruhi
pertumbuhan kredit
- BI rate
mempengaruhi
pertumbuhan kredit
2 Laksmana, K.A.R.I., (2019). Penerarapan - Capital Adequacy
https://osf.io/preprints/inarxiv/mnhcj/ Basel III dan Ratio (CAR)
DOI: 10.31227/osf.io/mnhcj Implikasinya berpengaruh
terhadap negative signifikan
Kinerja terhadap ROA
Perbankan di - Net Stable Funding
Indonesia Ratio (NSFR)
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA
- Liquidity Coverage
Ratio (LCR)
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA
- CAR, NSFR &
LCR secara
simultan
berpengaruh
terhadap ROA
3 Gunawan, Arif. (2021). Determinan - Firm Size
Jurnal Ilmiah Indonesia. P-ISSN: Profitabilitas berpengaruh positif
2541-0849 Perbankan dan signifikan
e-ISSN: 2548-1398 Bank Buku terhadap
Vol.6, No.6, Juni 2021. IV Era Profitabilitas
Implementas - Capital Adequacy
i Penuh Ratio (CAR)
REgulasi berpengaruh positif
Basel III dan signifikan
Perbankan terhadap
Indonesia Profitabilitas
- Biaya Operasional /
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
berpengaruh
negative dan
xv
signifikan terhadap
Profitabilitas
- NFSR tidak
berpengaruh
terhadap
profitabilitas
- Loan Coverage
Ratio (LCR) tidak
berpengaruh
terhadap
Profitabilitas
- Non Performing
Loan (NPL) tidak
berpengaruh
terhadap
Profitabilitas
- Loan to Deposit
Ratio (LDR) tidak
berpengaruh
terhadap
Profitabilitas
4 Dang, V.D., (2021). The Basel III - Banks with higher
Asian Academy of Management Net Stable NSFR gain more
Journal of Accounting and Finance. Funding potential benefit
AAMJAF Vol.17, NO.2, 247-274, Ratio and - Bank with higher
2021. Risk-Return NSFR decreases
Doi: 10.21315/aamjaf2021.17.2.10 Trade-Off: bank funding costs.
Bank-Level
Evidence
From
Vietnam
5 Fritsch, N.T., & Siedlarek, J.P., How Do - The new ways of
(2022). Bank computing
Federal Reserve Bank of Cleveland Respond to regulatory capital
Working Paper Series Capital ratios under Basel
doi: 10.26509/frbc-wp-202211 Regulation? III were not
The Impact implemented until
of Basel III early 2015, and in
Reforms in many cases phased-
the United in slowly
States - Banks could have
continued with their
existing regulatory
capital policy for a
substantial time
following the
xvi
announcement of
thr proposed rules
in 2012.
- Banks do respond
in measurable ways
well before the full
implementation of
the new rules.
Krisis keuangan global yang terjadi sejak 2008 tak dapat dipungkiri telah membuka tabir
berbagai kelemahan sistemik dalam struktur manajemen risiko perbankan. Hal ini membuat
aturan dan kebijakan yang dapat meningkatkan stabilitas sector keuangan dan mengengah efek
negative terhadap perekonomian dari krisis yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
disebabkan sector tersebut memainkan peranan yang sangat signifikan dalam fungsi ekonomi.
Selain sebagai penyedia lapangan kerja yang utama, sector keuangan juga menentukan arus lalu-
lintas keuangan seperti tabungan masyarakat, dan system pembayaran sebagai urat nadi
kehidupan perekonomian di setiap negara. Oleh karena itu, menjaga dan memelihara tingkat
Salah satu regulasi keuangan yang penting untuk memastikan kestabilan system
perbankan adalah aturan tentang penguatan modal dan likuiditas perbankan global. Basel III
dikeluarkan sebagai aturan tersebut yang berfungsi sebagai shock absorber bagi perbankan untuk
menghadapi krisis keuangan dan tekanan ekonomi. Pada bulan Desember 2010, the Based
Committee on Banking Supervision (BCBS) mengeluarkan dua buah dokumen “Basel III: A
global regulatory framework for more resilient banks and banking systems (edisi revisi
xvii
dikeuarkan di bulan Juni 2011)”, dan “Basel III: International framework for liquidity risk
Kelemahan Basel II
Dampak buruk dari krisis finansial yang diikuti dengan resesi global segera direspon oleh
the Basel Committee on Banking Supervision dengan merancang Kembali aturan system
perbankan global yang dikenal dengan Basel II (Basel Accord). Kesepakatan tersebut pada
dasarnya telah mencakup semua issue termasuk standar likuiditas, kredit, manajemen risiko
pasar dan operasional, dan standar akuntansi. Meskipun demikian, hal utama yang diatur dalam
Basel II terssebut adalah kewajiban bank untuk memeuhi ketentuan minimal rasio Tier I Capital
terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (risk-weighted assets) sebesar 4% (Tier I capital yaitu
modal inti yang benar-benar disetorkan kepada bank dalam bentuk ekuitas atau paid up share
capital). Tier I capital terdiri dari saham biasa (common stock) dan cadangan yang dilaporkan
(disclosed reserves). Tujuan dari kewajiban modal tersebut adalah untuk mengantisipasi bank
terhadap kerugian yang tidak diharapkan seperti yang terjadi selama krisis keuangan yang terahir
(2008).
menghindari kerugian besar yang akan timbul karena krisis keuangan global, namun serangkaian
imbas krisis menunjukan bahwa Basel II ternyata memiliki banyak kelemahan antara lain :
- Rasio kewajiban modal sebesar 4% ternyata tidak cukup kuat menghadapi kerugian besar
xviii
- Tanggung jawab untuk mengukur tingkat risiko tertimbang asset bank diserahkan kepada
perusahaan penilai (rating agencies), yang terbukti sangat rentan terhadap potensi konflik
kepentingan.
- Kewajiban modal bersifat pro-cyclical: Jika ekonomi global dalam keadaan bagus dan harga-
harga asset meningkat, risiko antara negara dan rekanan di sector keuangan yang
lebih rendah; namun dalam keadaan resesi ekonomi, yang terjadi adalah sebaliknya yang
- Basel II memberikan insentif kepada proses sekuritiasasi, yaitu lembaga keuangan yang
menjadikan kredit mereka menjadi sekuritas berjaminkan asset (asset backed securites)
kemudian mengeluarkannya dari neraca (off balance sheet) sehingga mengurangi risiko
Menurut the BCBS, Basel III memiliki dua tujuan utama, yaitu :
1. Memperkuat aturan tentang permodalan dan likuiditas global melalui peningkatan ketahanan
sector perbankan;
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, aturan Basel III dibagi menjadi tiga bagian utama
sebagai berikut :
1. Pembaruan ketentuan permodalan (terdiri antara lain: kualitas dan kuantitas modal, cakupan
risiko secara komprehensif, leverage ratio, penyangga konversi modal (capital conservation
xix
buffers), dan (counter-cyclical capital buffer);
Ketentuan-ketentuan utama dalam paket regulasi Basel III menurut the BCBS dapat
Secara umum ruang lingkup dokumen Basel III mengenai kewajiban modal dan likuiditas
xx
3. Monitoring Tools
Modal bank terdiri dari Modal Inti Tambahan (Additiona Tier 1); dan Modal Pelengkap
(Tier 2). Bank wajib menyediakan Modal Inti Utama minimal 4,5% dari Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR); bank wajib menyediakan Modal Inti paling tidak 6% dari ATMR;
bank wajib menyediakan total modal paling sedikit 8% dari ATMR. Bagi bank yang memiliki
juga berlaku bagi bank secara individual dan/atau bank secara konsolidasi dengan perusahan
anak. Modal Inti Utama terdiri dari: modal disetor berupa saham biasa; Surplus saham (agio
saham) yang berasal dari penerbitan instrument yang termasuk dalam Modal Inti Utama; Laba
ditahan; Akumulasi pendapatan komprehensif lain dan cadangan tambahan modal (disclosed
reserve); Modal saham yang diterbitka oleh perusahaan anak yang dikonsolidasi oleh bank dan
dimiliki oleh pihak ketiga (minority interest) yang memenuhi kriteria untuk dimasukan dalam
Reformasi yang dilakukan oleh Basel Committee (melalui amandemen aturan Basel I
sampai dengan Basel III seperti sekarang), merupakan Langkah maju penguatan permodalan dan
likuiditas perbankan global. Hal ini tidak dapat dipungkiri dilakukan dalam rangka penguatan
stabilitas sector keuangan. Meskipun demikian, berbagai risiko dan dampak yang ditimbulkan
oleh penerapan Basel III framework juga dikhawatirkan banyak pihak dengan berbagai
argumentasi.
xxi
Pertama, waktu yang cukup renggang dalam tahapan penerapan Basel III dapat
menghindari dampak negative dari kondisi pasar kredit dan lambannya pemulihan ekonomi.
Sebagian besar aturan Basel III akan diterapkan secara bertahap mulai dari tahun 2013 sampai
dengan 2019. Hal ini akan memberikan cukup kesempatan bagi pembuat kebijakan nasional dan
yang baru tanpa mempengaruhi kebijakan kreditnya (lending ability) secara signifikan.
Overleverage tertentu dan bank-bank kecil akan mengalami kesulitan untuk akses kredit. Secara
lebih khusus, kemungkinan besar aturan Basel III akan menciptakan kondisi pengetatan kredit
untuk lembaga-lembaga kecil dan menengah (small and medium-sized firms), dan untuk
Kedua, dampak Basel III terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah dan
jangka panjang masih belum dapat dipastikan. The Basel Committee dan The Institute of
International Finance (IIFF) telah melakukan studi terhadap permasalahan tersebut dengan hasil
yang berlawanan. Walaupun kedua studi tersebut mengakui adanya efek positif naiknya rasio
kewajiban modal terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang (karena berkurangnya
terjadi krisis finansial), pendekatan terhadap biaya implementasi yang ditimbulkan sangat
berbeda secara signifikan. Menurut scenario Basel Committee, kenaikan 2 persen kewajiban
modal akan berdampak pada penurunan real GDP sebesar 0,04 persen per tahun selama empat
tahun. Di pihak lain, The IIF menghasilkan kesimpulan studinya yang lebih pesimis bahwa
dengan presentase kenaikan yang sama atas rasio kewajiban modal akan berdampak pada
menurunnya real GDP per tahun sebesar 0,6 persen selama periode yang sama (empat tahun).
Walaupun risiko dampak yang signifikan terhadap prospek pertumbuhan tidak dapat dihindari,
xxii
scenario yang dilakukan oleh The Basel Committee tampaknya lebih memungkinkan terjadi (Dun
Dalam studi penerapan ketentuan Basel III terhadap kondisi makroekonomi di tiga
wilayah (Amerika Serikat, Eropa dan Jepang), the OECD (Organization of Economic
makro dalam jangka menengah dan jangka panjang. Penerapan ketentuan Basel III yang secara
efektif berlaku pada tahun 2015 akan berdampak pada penurunan level GDP pada tiga wilayah
ekonomi OECD utama rata-rata sebesar -0,23 persen setelah lima tahun penerapan aturan
rata-rata negative sebesar -0,05 persen per tahun (Slovik and Cournede, 2011).
Tabel 3.2 Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal menurut Basel III Tahun 2015
GDP level GDP
growth
(percentages) (percentage
points)
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Annual
United -0,01 -0,04 -0,07 -0,10 -0,11 -0,02
states
Euro area 0,00 -0,04 -0,17 -0,26 -0,39 -0,08
Japan 0,00 -0,05 -0,07 -0,17 -0,19 -0,04
Average 0,00 -0,04 -0,10 -0,17 -0,23 -0,05
(simple)
Average 0,00 -0,04 -0,11 -0,17 -0,23 -0,05
(GDP
weighted)
Sumber : Slovik and Cournede, 2011.
Apabila kewajiban modal Basel III efektif dilaksanakan pada tahun 2019, dampak yang
ditimbulkan diperkirakan akan lebih besar. Dalam hal ini, pertumbuhan GDP rata-rata turun
sebesar 0,15 persen. Penerapan ketentuan Basel III yang secara efektif berlaku pada tahun 2019
akan berdampak pada penurunan level GDP pada tiga wilayah ekonomi OECD utama rata-rata
xxiii
sebesar -0,73 persen setelah lima tahun penerapan aturan tersebut. Perkiraan dampak Basel III
terhadap level GDP dan pertumbuhan GDP dalam persen dapat dilihat di tabel berikut :
Table 3.3 Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal Menurut Basel III Tahun 2019
GDP level GDP
growth
(percentages) (percentage
points)
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Annual
United -0,05 -0,20 -0,34 -0,49 -0,59 -0,12
states
Euro area 0,00 -0,13 -0,51 -0,76 -1,14 -0,23
Japan 0,00 -0,12 -0,18 -0,41 -0,47 -0,09
Average -0,02 -0,15 -0,34 -0,55 -0,73 -0,15
(simple)
Average -0,02 -0,16 -0,38 -0,58 -0,79 -0,16
(GDP
weighted)
Sumber : Slovik and Cournede, 2011.
Ketiga, regulasi Basel III tidak memasukan permasalahan lembaga keuangan non bank
dalam ruang lingkup kerangka peraturan barunya. Shadow banking (seperti perusahaan asuransi,
dana pension dan bank investasi) memainkan peranan yang sangat besar dalam terjadinya krisis
keuangan terahir dalam posisi sebagai pemberi kredit. Meskipun demikian, regulasi Basel III
tidak memperhitungkan sector keuangan tersebut yang keberadaanya cukup signifikan dalam
system keuangan global. Hal ini mengindikasikan bahwa Basel III berdampak memberikan
insentif kepada aksi risk taking di sector tersebut. Padahal dalam kondisi sector keuangan non
bank yang insolvent, sector keuangan perbankan tidak dapat terhindar dari risiko contagious
effect.
xxiv
Dampak terhadap Pembiayaaan Perdagangan (Trade Finance)
Salah satu issue yang sangat fundamental berkaitan dengan kejadian krisis keuangan
global terahir adalah dampak sekuritisasi terhadap kestabilan system perbankan. Di bawah aturan
dengan memindahkan asetnya menjadi off balance sheet. Hal ini menyebabkan terjadinya
kenaikan risiko secara signifikan di sector keuangan, seperti yang terjadi dalam krisis sub-prime
mortgage. Untuk menghindari berulangnya kejadian seperti ini, Basel Committee telah
menetapkan untuk menaikan factor bobot risiko terkait dengan asset off balance sheet. Intinya
adalah menaikan factor konversi kredit (the risk-weighting) asset off balance sheet dari 20%
menjadi 10%. Hal ini berarti bahwa bank-bank harus meningkatkan rasio modalnya untuk
pinjaman berjaminkan asset sebesar 5 kali. Dalam hal ini, Basel III mencoba untuk membatasi
Bobot risiko (risk weighting) instrumen pembiayaan tradisional (seperti letter of credit)
dipastikan akan meningkatkan secara signifikan mengingat standby letters of credit dan trade
letters of credit termasuk dalam definisi off balance item menurut The Basel Committee. Dengan
aturan baru Basel III maka implikasi yang akan terjadi adalah biaya pembiayaan perdagangan
akan naik sebesar lima kali lipat (Dun and Bradstreet, 2010). Hal ini akan menyebabkan bank-
bank menghadapi dua pilihan, pertama akan memindahkan biaya tersebut kepad customer, atau
akan mengalihkan focus kepada usaha yang lebih menguntungkan dan mengurangi eksposur
kredit mereka.
perdagangan akan mengalami penurunan yang cukup serius. Hal ini dikarenakan transaksi yang
xxv
melibatkan peran pelaku usaha dari pasar negara berkembang lazimnya dilakukan dengan
menggunakan mekanisme letter of credit (L/C). Akibatnya harga letter of credit akan menjadi
lebih mahal, dan eksportir akan mencari instrument pembiayaan lain yang lebih murah seperti
mekanisme produk pembiayaan yang lebih murah tersebut berisiko bahwa perusahaan harus
lebih berhati-hati dalam mengevaluasi profil counterpart-nya. Pada ahirnya, peningkatan factor
konversi kredit untuk instrument kredit perdagangan akan mengakibatkan pengetatan akses
perdagangan global.
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Aturan Basel III yang diluncurkan oleh Bank for International Settlement bertujuan untuk
membuat perbankan di level global lebih tahan terhadap guncangan ekonomi yang terjadi
sehingg kebangkrutan akibat krisi seperti yang terjadi dalam krisis financial global yang lalu
tidak terulang lagi di masa yang akan datang. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia
tidak dapat melepaskan diri dari jarring keuangan dan ekonomi global sebagai konsekuensi dari
sebuah system perekonomian terbuka. Tinggal diperlukan kesiapan para pemangku kepentingan
untuk mengadaptasi system regulasi dan kebijakan yang ada agar tidak meninmbulkan ekses
Saran
Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, saran yang dapat Penulis ajukan kepada
xxvi
1. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengaitkan Basel I, II, dan II dengan rasio rasio keuangan
perusahaan
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat focus untuk membahas Basel I, II dan III yang berkaitan
xxvii
DAFTAR PUSTAKA
Accenture. Basel III Handbook. Diakses tanggal 18 Mei 2022 secara online dari: https://fitc-
ng.com/vlearning/fvltest/BCAM%20Demo/story_content/external_files/Accenture-
Basel-III-Handbook1.pdf
Bank Indonesia. (2012). Basel III: Global Regulatory Framework for more Resilient Banks and
Banking Systems. Consultive Paper.
Basel Committee on Banking Supervision (2010). Basel III: A Global Regulatory Framework
for more Resilient Banks and Banking Systmens. December 2020 (rev. June 2011). Bank
for International Settlement.
Deegan, C., Rankin, M., & Tobin, J. (2022). An Examination of the Corporate Social and
Environmental Disclosures of BHP from 1983-1997. Accounting, Auditing &
Accountability Journal (Vol.15).
Dun and Bradstreet. (2010). The Business Impact of Basel III. A D&B Special Report. October
2010.
KPMG LLP. Basel III: Issues and Implications. Diakses tanggal 18 mei 2022 secar online dari:
https://www.iia.nl/SiteFiles/basell-III-issues-implications.pdf
Laksamana, K.A.R.I., (2019). Penerapan Permodalan Basel III Terhadap Kinerja Perbankan di
Indonesia. Prosiding. Seminar Nasional Manajemen Bisnis dan Call for Paper.
Suryanto, D.A., (2019). Pertumbuhan Kredit di Indonesia: Sebuah Analisis Kepatuhan Bank
Terhadap Implementasi Basel Accord I - III. Jurnal ASET (Akuntasni Riset), 11 (2),
224-237. ISSN: 2541-0342. DOI : 10.17509/jaset.v11i2.18721.
Suttle, P. (2011).Measuring the Cumulative Economic Impact of Basel III. Presentation at the 9th
Annual Risk Capital Conference, Frankfurt, 19 September. 2011.
Slovik, P.B., Courbede. (2011). Macroeconomic Impact of Basel III. OECD Economics
Department Working Papers, No.844, OECD Publishing.
Welling, N. (2011). Basel III and the Impact on Financial Markets. Speech by Chairman of the
BCBS, 14 April. 2011.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xxviii
Quality, consistency and Short term: Liquidity Capital incentives for
transparency of capital coverage ratio (LCR) using CCPs for OTC
base
Capturing of all risks Long term: Net stable Higher capital for systemic
funding ratio (NSFR) derivatives
Controlling leverage Higher capital for inter
financial exposures
Buffers Contingen capital
Capital surcharge for
systemic banks
Sumber : KPMG, 2010.
Tabel 3.2 Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal menurut Basel III Tahun 2015
GDP level GDP
growth
(percentages) (percentage
points)
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Annual
United -0,01 -0,04 -0,07 -0,10 -0,11 -0,02
states
Euro area 0,00 -0,04 -0,17 -0,26 -0,39 -0,08
Japan 0,00 -0,05 -0,07 -0,17 -0,19 -0,04
Average 0,00 -0,04 -0,10 -0,17 -0,23 -0,05
(simple)
Average 0,00 -0,04 -0,11 -0,17 -0,23 -0,05
(GDP
weighted)
Sumber : Slovik and Cournede, 2011.
Table 3.3 Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal Menurut Basel III Tahun 2019
GDP level GDP
growth
(percentages) (percentage
points)
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Annual
United -0,05 -0,20 -0,34 -0,49 -0,59 -0,12
states
Euro area 0,00 -0,13 -0,51 -0,76 -1,14 -0,23
Japan 0,00 -0,12 -0,18 -0,41 -0,47 -0,09
Average -0,02 -0,15 -0,34 -0,55 -0,73 -0,15
(simple)
Average -0,02 -0,16 -0,38 -0,58 -0,79 -0,16
(GDP
weighted)
Sumber : Slovik and Cournede, 2011.
xxix