Anda di halaman 1dari 29

DAMPAK EKONOMI TERHADAP PENERAPAN BASEL III

MAKALAH

Oleh:
Dede Rukmana
55120120097

Pembimbing:
Dr. Sudjono, M.Acc.

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2022
ABSTRAK
Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 telah mendorong pemimpin Negara
yang tergabung dalam G-20 untuk mendeklarasikan upaya internasional yang bertujuan
meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan regulasi di sector keuangan melalui penguatan
kuantitas permodalan sector perbankan. Hal ini didasari terhadinya krisis keuangan global tahun
2008 lalu salah satunya disebabkan oleh tingkat leverage yang berlebihan di system perbankan
baik untuk posisi yang tercatat di neraca (on-balance sheet) maupun di rekening administrative
(off-balance sheet). Hasil final rekomendasi dimaksud kemudian diterbitkan oleh Basel III: A
Global Regulatory Framework for More Resilient Banks and Banking System pada Desember
2010. Secara umum kesepakatan Basel II terdapat 3 komponen utama yakni permodalan,
likuiditas dan leverage ratio. Penerapan permodalan Basel III memiliki dampak yang akan
bervariasi di berbagai negara tergantung pada jumlah eksposur yang terkena dampak. Studi ini
akan menjelaskan secara umum tentang aturan Basel III dan dampak yang ditimbulkan atas
penerapannya terhadap sector keuangan dan makroekonomi secara global. Tujuan aturan Basel
III yang diluncurkan oleh Bank for International Settlement adalah untuk membuat perbankan di
level global lebih tahan terhadap guncangan ekonomi yang terjadi sehingga kebangkrutan akibat
krisis sebelumnya tidak terjadi di masa yang akan datang.
Kata kunci: Basel III; Dampak Ekonomi; Krisis Keuangan; Perbankan.

ii
ABSTRACT
The global crisis that occurred in 2008 has prompted the leaders of G-20 countries to
declare international efforts aimed at increasing transparency, accountability, and regulation in
the financial sector trough strengthening the quantity of capital of the banking sector. This is
based on the limitation of the global financial crisis in 2008, one of which was caused by
excessive levels of leverage in the banking system both for positions recorder on the balance
sheet and administrative accounts (off-balance sheet). The final results of the recommendation
were published by Basel III: A Global Regulatory Framework for More Resilient Banks and
Banking System in December 2010. In general, the Basel II agreement has 3 main components,
namely capital, liquidity and leverage ratio. The implementation of Basel III capital has an
impact that will vary across different countries depending on the amount of exposure affected.
This study will explain in general terms the Basel III rules and the impact on the financial and
macroeconomic sectors globally. The purpose of the Basel III rules launched by the Bank for
International Settlement to make banks at the global level more resistant to economic shocks that
occur so that bankruptcy due to previous crisis does not occur in the future.
Keywords : Bank; Basel III; Economy Impact; Financial Crisis.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan serta petunjuk sehingga makalah dengan judul

“Dampak Ekonomi Terhadap Penerapan Basel III” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat

beserta salam semoga dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya dan para

pengikutnya.

Makalah ini ditulis merupakan Tugas Besar sebagai salah satu komponen persyaratan

untuk menyelesaikan mata kuliah Manajemen Risiko di semester III Fakultas Pascasarjana,

Jurusan Magister Management di Universitas Mercu Buana. Saya memiih tema ini sebagai tema

Tugas Besar 2 mata kuliah Manajemen Risiko karena begitu menarikanya Basel III baik dari segi

pengaturannya, daya mengikatnya, maupun manfaatnya di sector perbankan dan perekonomian.

Saya menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak selama ini, maka

mustahil pencapaian ini dapat saya raih. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati saya

mengucapkan terima kasi kepada:

1. Dr. Sudjono, M.Acc., selaku dosen mata kuliah Risk Management yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan ilmu terkait manajemen risiko yang sangat

penting dan berharga.

2. Keluarga yang telah mendukung secara moril dan material.

Ahir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas berlipat ganda atas segala

kebaikan dan juga senantiasa mencurahken kebaikan, kesuksesan serta kesehatan kepada semua

pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan, terutama terkait manajemen risiko dan Basel III. Terima kasih.

iv
Jakarta, 23 Mei 2022

Dede Rukmana

v
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................................2
ABSTRACT..............................................................................................................3
KATA PENGANTAR...............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................8
Latar Belakang...........................................................................................................8
Rumusan Masalah....................................................................................................10
Batasan Masalah......................................................................................................10
Tujuan Penelitian.....................................................................................................10
Manfaat Penelitian...................................................................................................10
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................12
Bank Indonesia........................................................................................................12
Basel I......................................................................................................................12
Basel II.....................................................................................................................13
Basel III...................................................................................................................14
Teori Legitimasi......................................................................................................15
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................19
Respon terhadap Krisis Finansial Global................................................................19
Kelemahan Basel II.................................................................................................20
Gambaran Umum Aturan Basel III.........................................................................22
Definisi Modal (berdasarkan consultative paper Bank Indonesia).........................23
Dampak Ekonomi Makro Penerapan Basel III........................................................24
Dampak terhadap Pembiayaaan Perdagangan (Trade Finance)..............................28
BAB IV PENUTUP.................................................................................................30
Kesimpulan..............................................................................................................30
Saran........................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................31

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1..............................................................................................................18
BASEL III Regulatory Framework.....................................................................18

vi
Tabel 3.2..............................................................................................................22
Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal menurut Basel III Tahun 2015.....22
Table 3.3..............................................................................................................23
Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal Menurut Basel III Tahun 2019.....23

vii
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dunia perbankan merupakan dunia penuh dinamika, tentunya di samping peranan penting

yang dimilikinya dalam perekonomian suatu negara ataupun dunia. Dunia perbankan sendiri

termasuk ke dalam system keuangan yang pada dasarnya merupakan suatu kesatuan system yang

dibentuk dari semua Lembaga keuangan yang ada dan kegiatan utamanya di bidang keuangan

adalah menarik dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada masyarakat pula.

Fenomena Subprime mortgage yang mengakibatkan terjadinya efek domino yang

berujung kepada runtuhnya kejayaan raksasa investasi Lehman Brother, JP Morgan, Morgan

Stanley, Goldman Sanch yang lebih focus pada bisnis finansial menyadarkan pelaku perbankan

bahwa kesepakatan Basel I dan Basel II belum cukup untuk mengantisipasi risiko usaha

perbankan. Kesepakatan Basel I ini mengatur perihal standar berapa modal yang harus disisihkan

Bank sebagai perlindungan terhadap risiko keuangan dan operasional yang akan dihadapi Bank,

yang pada intinya Basel I ini memperhitungkan Kredit Risiko Pasar dan Risiko Operasional

namun masih dalam tahap yang sederhana dan disempurnakan secara detail melalui kesepakatan

Basel II dengan parameter risiko yang kuantitatif dan definitif.

Demi menyelamatkan bank dari ancaman kebangkrutan paska krisis keuangan global

pada tahun 2008 – 2009, the Basel Committee of Banking Supervision (BCBS) membuat

serangkaian kebijakan yang secara substantial merevisi ketentuan tentang kewajiban modal

perbankan yang sudah berjalan. Restrukturisasi mendasar di sector keuangan melalui perubahan

aturan dan pendekatan diharapkan dapat memperkuat ketahanan perbankan dalam menghadapi

krisis yang terjadi di kemudian hari. Aturan baru pernguatan modal dan likuiditas perbankan

disebut (The new Basel 3 capital and liquidity requirements) telah disepakati oleh para

pemimpin negara di forum G-20 dalam summit meeting G-20 di seoul pada bulan November

viii
2010). Secara umum kesepakatan Basel III terdapat 3 komponen Utama yakni permodalan,

likuiditas dan leverage ratio. Terkait permodalan ada tiga modal tambahan yang harus disiapkan

bank, yakni countercyclical buffer, capital conservation buffer dan capital surcharge. Ketiga

permodalan tambahan tersebut dipersiapkan untuk menghadapi perubahan dan goncangan yang

mempengaruhi kinerja dari perbankan. Dalam kesepakatan Basel III, perbankan diwajibkan

mencadangkan modal kualitas tinggi (core tier-1) sebesar 4,5% dari asetnya, ditambah modal

penyangga sebesar 2,5% jika terjadi goncangan, atau menjadi 7% di tahun 2016, serta harus

menyediakan modal penyangga lagi sebesar 2,5% atau total 9,5% di tahun 2019.

Bank for International Settlement (BIS) yang merupakan kumpulan dari para gubernur

bank sentral dunia Kembali bertemu pada tanggal 23-24 Juni 2011 di Swiss. Dalam pertemuan

tersebut dibahas tentang Langkah dan upaya sector perbankan untuk menghadapi krisis yang

mungkin terjadi di masa yang akan dating. Dalam pertemuan tersebut juga telah dimatangkan

aturan Basel III sebagai kelanjukan dari Basel II yang disebut Basel III: A global Regulatory

Framework for more Resilient Banks and Banking Systems.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Seperti apakah gambaran umum aturan Basel III?

2. Apa latar belakang yang memunculkan aturan Basel III?

3. Dampak apa yang ditimbulkan atas penerapan Basel III pada sector keuangan dan

makroekonomi?

ix
Batasan Masalah
Tulisan ini menjelaskan secara umum tentang aturan Basel III tersebut diata dan dampak

yang ditimbulkan atas penerapannya terhadap sector keuangan dan makroekonomi secara global.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari tulisan ini adalah memberikan Selayang pandang pemahaman kepada

pembaca tentang gambaran umum aturan Basel III, latar belakang yang memunculkan aturan

tersebut dan dampak yang ditimbulkan atas penerapannya di sector keuangan dan

makroekonomi.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Investor. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam melakukan

screening sebelum memilih saham terutama sector perbankan.

2. Bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat dipakai sebagai referensi dalam melakukan

penelitian terbaik Basel I, Basel II & III.

x
BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga

negara independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan

pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-

undang tentang Bank Indonesia.

Basel I
Komite Basel (The Basel Committee) untuk pengawasan perbankan dicetuskan pada

tahun 1974. Pembentukan Komite Basel telah diprakarsaia oleh gubernur Bank sentral The

Group of Ten (G10), dengan focus pada regulasi dan praktek pengawasan perbankan.

Negara-negara yang termasuk dalam G10 adalah:

- Amerika Serikat

- Belanda

- Belgia

- Inggris

- Italia

- Jepang

- Jerman

- Kanada

- Perancis

- Swedia

- Swiss

xi
Komite Basel untuk pertama kali menetapkan metodologi yang dibakukan dalam

penghitungan besarnya “modal berdasarkan risiko” (risk-based capital) dari suatu Bank yang

perlu disediakan. Komite Basel untuk pertama kali mempublikasikan “Kesepakatan Basel

Pertama” (the First Basel Capital Accord) pada 1988.

Basel II
Basel II merupakan sebuah kerangka kerja yang menawarkan sebuah standar baru

untuk menetapkan persyaratan modal minimum bagi organisasi perbankan yang aktif secara

internasional yang disiapkan oleh Komite Basel.

Kesepakatan Basel II menggunakan pendekatan baru untuk penilaian dan pengawasan

bank. Kerangka baru Basel II dirancang mencakup tiga konsep yang dikenal sebagai tiga

pilar. Ketiga pilar yang dimaksud adalah:

a. Kewajiban penyediaan modal minimum

- Persyaratan modal untuk risiko pasar

- Persyaratan modal untuk risiko kredit

- Persyaratan modal untuk risiko operasiona

b. Tinjauan berdasar regulasi

- Penilaian terhadap proses alokasi modal internal perbankan

- Kemungkinan untuk meletakkan modal tambahan terhadap institusi perbankan

tertentu

c. Disiplin pasar yang efektif

- Perbaikan praktik terhadap pengungkapan risiko

- Pelaku pasar harus dapat menilai kecukupan modal perbankan

xii
Basel III
Hasil final rekomentasi yang diterbitkan Basel III adalah “A global regulatory

framework for more resilient banks and banking system pada Desmber 2010. Secara umum

Basel III terdapat tiga komponen utama yakni: Permodalan, Likuiditas dan Leverage Ratio.

Terkait permodalan ada tiga modal tambahan yang harus disiapkan bank, yakni

countercyclical buffer, capital conservation buffer, dan capital surcharge. Ketiga

permodalan tambahan tersebut dipersiapkan untuk menghadapi perubahan dan goncangan

yang mempengaruhi kinerja dari perbankan. Dalam kespakatan Basel III, perbankan

diwajibkan mencadangkan modal kualitas tinggi (core tier-1) sebesar 4,5% dari asetnya,

ditambah modal penyangga sebesar 2,5% jika terjadi goncangan, atau menjadi 7% di tahun

2016, serta harus menyediakan modal penyangga lagi sebesar 2,5% atau total menjadi 9,5%

di tahun 2019.

Teori Legitimasi
Teori legitimasi menegaskan perusahaan terus berupata untuk memastikan bahwa mereka

beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan dimana

perusahaan berada, dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka diterima

oleh pihak luar sebagai suatu yang “sah” (Deegan, Rankin & Tobin, 2002). Semantara itu,

Deephouse & Suchman (2008) menyebutkan legitimasi bisa juga berupa legitimasi kognitif dan

legitimasi sosiopolitik. Legitimasi kognitif mengacu pada penyebaran pengetahuan tentang suatu

usaha baru. Legitimasi sosiopolitik mengacu pada proses dimana para pemangku kepentingan

utama, masyarakat umum, pejabat pemerintah menerima sebuah usaha sebagai mestinya yang

didasarkan pada kepatuhan perusahaan terhadap norma dan undang-undang.

xiii
Dalam perbankan agar tidak timbu legitimasi gap, Basel Committee on Bank Supervision

(BCBS) hadir sebagai forum internasonal yang bekerjasama dalam hal pengawasan perbankan.

Mandate komite ini adalah untuk memperkuat regulasi, pengawasan dan praktik bank di seluruh

dunia dengan tujuan meningkatkan stabilitas keuangan. Peraturan yang dikeluarkan BCBS

sikerja dengan Basel Accord yang merupakan sejumlah set regulasi perbankan yang dibuat oleh

BCBS. Aturan yang saat ini terdiri dari Basel I, II dan III ini memberi rekomendasi tentang

peraturan perbankan terhadap risiko modal, risiko pasar dan risiko operasional.

Penelitian terkait Basel sudah banyak dilakukan oleh akademisi di dalam dan luar negeri

karena keterkaitannya terhadap sector-sektor yang krusial di dalam perekonomian sebuah negara

atara lain: keuangan, perbankan, asuransi, ekonomi mikro, ekonomi makro, kebijakan bank

sentral dan lain-lain.

Berikut daftar penelitian terdahulu terkait penelitian Basel I, Basel II, dan Basel III:

No Peneliti, Tahun & Sumber Judul Hasil


.
1 Suryanto, D.A., (2019). Pertumbuhan - Bank konvensional
Online ISSN: 2541-0342. Print ISSN: Kredit di telah mematuhi
2086-2563. DOI: Indonesia: ketentuan OJK
10.17509/jaset.v11i2.18721 Sebuah tentang batas
Analisis maksimal Non
Kepatuhan Performing Loan
Bank (NPL)
Terhadap - Bank Syariah belum
Implementas mematuhi ketentuan
i Basel I OJK
Accord I – - NPL memiliki
III. pengaruh yang
signifikan terhadap
pertumbuhan kredit
- BOPO berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan kredit
- Capital Adequacy
Ratio (CAR) tidak
berpengaruh

xiv
terhadap
pertumbuhan kredit
- Gross Domestic
Product (GDP)
mempengaruhi
pertumbuhan kredit
- BI rate
mempengaruhi
pertumbuhan kredit
2 Laksmana, K.A.R.I., (2019). Penerarapan - Capital Adequacy
https://osf.io/preprints/inarxiv/mnhcj/ Basel III dan Ratio (CAR)
DOI: 10.31227/osf.io/mnhcj Implikasinya berpengaruh
terhadap negative signifikan
Kinerja terhadap ROA
Perbankan di - Net Stable Funding
Indonesia Ratio (NSFR)
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA
- Liquidity Coverage
Ratio (LCR)
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA
- CAR, NSFR &
LCR secara
simultan
berpengaruh
terhadap ROA
3 Gunawan, Arif. (2021). Determinan - Firm Size
Jurnal Ilmiah Indonesia. P-ISSN: Profitabilitas berpengaruh positif
2541-0849 Perbankan dan signifikan
e-ISSN: 2548-1398 Bank Buku terhadap
Vol.6, No.6, Juni 2021. IV Era Profitabilitas
Implementas - Capital Adequacy
i Penuh Ratio (CAR)
REgulasi berpengaruh positif
Basel III dan signifikan
Perbankan terhadap
Indonesia Profitabilitas
- Biaya Operasional /
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
berpengaruh
negative dan

xv
signifikan terhadap
Profitabilitas
- NFSR tidak
berpengaruh
terhadap
profitabilitas
- Loan Coverage
Ratio (LCR) tidak
berpengaruh
terhadap
Profitabilitas
- Non Performing
Loan (NPL) tidak
berpengaruh
terhadap
Profitabilitas
- Loan to Deposit
Ratio (LDR) tidak
berpengaruh
terhadap
Profitabilitas
4 Dang, V.D., (2021). The Basel III - Banks with higher
Asian Academy of Management Net Stable NSFR gain more
Journal of Accounting and Finance. Funding potential benefit
AAMJAF Vol.17, NO.2, 247-274, Ratio and - Bank with higher
2021. Risk-Return NSFR decreases
Doi: 10.21315/aamjaf2021.17.2.10 Trade-Off: bank funding costs.
Bank-Level
Evidence
From
Vietnam
5 Fritsch, N.T., & Siedlarek, J.P., How Do - The new ways of
(2022). Bank computing
Federal Reserve Bank of Cleveland Respond to regulatory capital
Working Paper Series Capital ratios under Basel
doi: 10.26509/frbc-wp-202211 Regulation? III were not
The Impact implemented until
of Basel III early 2015, and in
Reforms in many cases phased-
the United in slowly
States - Banks could have
continued with their
existing regulatory
capital policy for a
substantial time
following the

xvi
announcement of
thr proposed rules
in 2012.
- Banks do respond
in measurable ways
well before the full
implementation of
the new rules.

BAB III PEMBAHASAN

Respon terhadap Krisis Finansial Global

Krisis keuangan global yang terjadi sejak 2008 tak dapat dipungkiri telah membuka tabir

berbagai kelemahan sistemik dalam struktur manajemen risiko perbankan. Hal ini membuat

aturan dan kebijakan yang dapat meningkatkan stabilitas sector keuangan dan mengengah efek

negative terhadap perekonomian dari krisis yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

Pentingnya penjagaan yang berkelanjutan terhadap kestabilan sector keuangan

disebabkan sector tersebut memainkan peranan yang sangat signifikan dalam fungsi ekonomi.

Selain sebagai penyedia lapangan kerja yang utama, sector keuangan juga menentukan arus lalu-

lintas keuangan seperti tabungan masyarakat, dan system pembayaran sebagai urat nadi

kehidupan perekonomian di setiap negara. Oleh karena itu, menjaga dan memelihara tingkat

kepercayaan semua pelaku ekonomi adalah Langkah yang sangat menentukan.

Salah satu regulasi keuangan yang penting untuk memastikan kestabilan system

perbankan adalah aturan tentang penguatan modal dan likuiditas perbankan global. Basel III

dikeluarkan sebagai aturan tersebut yang berfungsi sebagai shock absorber bagi perbankan untuk

menghadapi krisis keuangan dan tekanan ekonomi. Pada bulan Desember 2010, the Based

Committee on Banking Supervision (BCBS) mengeluarkan dua buah dokumen “Basel III: A

global regulatory framework for more resilient banks and banking systems (edisi revisi

xvii
dikeuarkan di bulan Juni 2011)”, dan “Basel III: International framework for liquidity risk

measurement, standards and monitoring” (Accenture, 2011).

Kelemahan Basel II

Dampak buruk dari krisis finansial yang diikuti dengan resesi global segera direspon oleh

the Basel Committee on Banking Supervision dengan merancang Kembali aturan system

perbankan global yang dikenal dengan Basel II (Basel Accord). Kesepakatan tersebut pada

dasarnya telah mencakup semua issue termasuk standar likuiditas, kredit, manajemen risiko

pasar dan operasional, dan standar akuntansi. Meskipun demikian, hal utama yang diatur dalam

Basel II terssebut adalah kewajiban bank untuk memeuhi ketentuan minimal rasio Tier I Capital

terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (risk-weighted assets) sebesar 4% (Tier I capital yaitu

modal inti yang benar-benar disetorkan kepada bank dalam bentuk ekuitas atau paid up share

capital). Tier I capital terdiri dari saham biasa (common stock) dan cadangan yang dilaporkan

(disclosed reserves). Tujuan dari kewajiban modal tersebut adalah untuk mengantisipasi bank

terhadap kerugian yang tidak diharapkan seperti yang terjadi selama krisis keuangan yang terahir

(2008).

Walaupun Basel II telah dirancang untuk memperkuat sector perbankan dalam

menghindari kerugian besar yang akan timbul karena krisis keuangan global, namun serangkaian

imbas krisis menunjukan bahwa Basel II ternyata memiliki banyak kelemahan antara lain :

- Rasio kewajiban modal sebesar 4% ternyata tidak cukup kuat menghadapi kerugian besar

yang dialami akibat krisis

xviii
- Tanggung jawab untuk mengukur tingkat risiko tertimbang asset bank diserahkan kepada

perusahaan penilai (rating agencies), yang terbukti sangat rentan terhadap potensi konflik

kepentingan.

- Kewajiban modal bersifat pro-cyclical: Jika ekonomi global dalam keadaan bagus dan harga-

harga asset meningkat, risiko antara negara dan rekanan di sector keuangan yang

berhubungan dengan peminjam cenderung menurun, sehingga kewajiban modal menjadi

lebih rendah; namun dalam keadaan resesi ekonomi, yang terjadi adalah sebaliknya yang

berdampak pada kenaikan kewajiban modal dan pengetatan kredit

- Basel II memberikan insentif kepada proses sekuritiasasi, yaitu lembaga keuangan yang

menjadikan kredit mereka menjadi sekuritas berjaminkan asset (asset backed securites)

kemudian mengeluarkannya dari neraca (off balance sheet) sehingga mengurangi risiko

tertimbang asset (assets risk-weighting).

Gambaran Umum Aturan Basel III

Menurut the BCBS, Basel III memiliki dua tujuan utama, yaitu :

1. Memperkuat aturan tentang permodalan dan likuiditas global melalui peningkatan ketahanan

sector perbankan;

2. Meningkatkan kemampuan sector perbankan dalam menghadapi guncangan yang timbul

akibat terjadinya krisis keuangan dan tekanan ekonomi.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, aturan Basel III dibagi menjadi tiga bagian utama

sebagai berikut :

1. Pembaruan ketentuan permodalan (terdiri antara lain: kualitas dan kuantitas modal, cakupan

risiko secara komprehensif, leverage ratio, penyangga konversi modal (capital conservation

xix
buffers), dan (counter-cyclical capital buffer);

2. Pembaruan ketentuan likuiditas (rasio-rasio jangka pendek dan jangka panjang);

3. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan peningkatan stabilitas system keuangan.

Ketentuan-ketentuan utama dalam paket regulasi Basel III menurut the BCBS dapat

digambarkan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 BASEL III Regulatory Framework


Capital Reform Liquidity Standards Systemic risk and
interconnectedness
Quality, consistency and Short term: Liquidity Capital incentives for
transparency of capital coverage ratio (LCR) using CCPs for OTC
base
Capturing of all risks Long term: Net stable Higher capital for systemic
funding ratio (NSFR) derivatives
Controlling leverage Higher capital for inter
financial exposures
Buffers Contingen capital
Capital surcharge for
systemic banks
Sumber : KPMG, 2010.

Secara umum ruang lingkup dokumen Basel III mengenai kewajiban modal dan likuiditas

global mencakup aspek-aspek sebagai berikut (Bank Indonesia, 2012):

A. Penguatan Kerangka Permodalan Global

1. Meningkatkan kualitas, konsistensi dan transparansi permodalan

2. Mengembangkan cakupan rasio

3. Tambahan persyaratan modal berbasis risiko dengan leverage ratio

4. Mengurangi procyclicality dan meningkatkan countercyclical buffer

5. Penganganan terhadap risiko sistematik dan keterkaitan antar lembaga keuangan

B. Pengenalan Standar Likuiditas Global

1. Liquidity Coverage Ratio (LCR)

2. Net Stable Funding Ratio (BSFR)

xx
3. Monitoring Tools

Definisi Modal (berdasarkan consultative paper Bank Indonesia)

Modal bank terdiri dari Modal Inti Tambahan (Additiona Tier 1); dan Modal Pelengkap

(Tier 2). Bank wajib menyediakan Modal Inti Utama minimal 4,5% dari Aktiva Tertimbang

Menurut Risiko (ATMR); bank wajib menyediakan Modal Inti paling tidak 6% dari ATMR;

bank wajib menyediakan total modal paling sedikit 8% dari ATMR. Bagi bank yang memiliki

dan/atau melakukan pengendalian terhadap perusahaan anak, kewajiban menyediakan modal

juga berlaku bagi bank secara individual dan/atau bank secara konsolidasi dengan perusahan

anak. Modal Inti Utama terdiri dari: modal disetor berupa saham biasa; Surplus saham (agio

saham) yang berasal dari penerbitan instrument yang termasuk dalam Modal Inti Utama; Laba

ditahan; Akumulasi pendapatan komprehensif lain dan cadangan tambahan modal (disclosed

reserve); Modal saham yang diterbitka oleh perusahaan anak yang dikonsolidasi oleh bank dan

dimiliki oleh pihak ketiga (minority interest) yang memenuhi kriteria untuk dimasukan dalam

Modal Inti Utama.

Dampak Ekonomi Makro Penerapan Basel III

Reformasi yang dilakukan oleh Basel Committee (melalui amandemen aturan Basel I

sampai dengan Basel III seperti sekarang), merupakan Langkah maju penguatan permodalan dan

likuiditas perbankan global. Hal ini tidak dapat dipungkiri dilakukan dalam rangka penguatan

stabilitas sector keuangan. Meskipun demikian, berbagai risiko dan dampak yang ditimbulkan

oleh penerapan Basel III framework juga dikhawatirkan banyak pihak dengan berbagai

argumentasi.

xxi
Pertama, waktu yang cukup renggang dalam tahapan penerapan Basel III dapat

menghindari dampak negative dari kondisi pasar kredit dan lambannya pemulihan ekonomi.

Sebagian besar aturan Basel III akan diterapkan secara bertahap mulai dari tahun 2013 sampai

dengan 2019. Hal ini akan memberikan cukup kesempatan bagi pembuat kebijakan nasional dan

lembaga-lembaga keuangan untuk mempersiapkan diri memnuhi kewajiban kecukupan modal

yang baru tanpa mempengaruhi kebijakan kreditnya (lending ability) secara signifikan.

Overleverage tertentu dan bank-bank kecil akan mengalami kesulitan untuk akses kredit. Secara

lebih khusus, kemungkinan besar aturan Basel III akan menciptakan kondisi pengetatan kredit

untuk lembaga-lembaga kecil dan menengah (small and medium-sized firms), dan untuk

perusahaan-perusahaan yang baru berdiri.

Kedua, dampak Basel III terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah dan

jangka panjang masih belum dapat dipastikan. The Basel Committee dan The Institute of

International Finance (IIFF) telah melakukan studi terhadap permasalahan tersebut dengan hasil

yang berlawanan. Walaupun kedua studi tersebut mengakui adanya efek positif naiknya rasio

kewajiban modal terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang (karena berkurangnya

terjadi krisis finansial), pendekatan terhadap biaya implementasi yang ditimbulkan sangat

berbeda secara signifikan. Menurut scenario Basel Committee, kenaikan 2 persen kewajiban

modal akan berdampak pada penurunan real GDP sebesar 0,04 persen per tahun selama empat

tahun. Di pihak lain, The IIF menghasilkan kesimpulan studinya yang lebih pesimis bahwa

dengan presentase kenaikan yang sama atas rasio kewajiban modal akan berdampak pada

menurunnya real GDP per tahun sebesar 0,6 persen selama periode yang sama (empat tahun).

Walaupun risiko dampak yang signifikan terhadap prospek pertumbuhan tidak dapat dihindari,

xxii
scenario yang dilakukan oleh The Basel Committee tampaknya lebih memungkinkan terjadi (Dun

and Bradsrtreet, 2010).

Dalam studi penerapan ketentuan Basel III terhadap kondisi makroekonomi di tiga

wilayah (Amerika Serikat, Eropa dan Jepang), the OECD (Organization of Economic

Cooperation and Development) memperkirakan dampak terhadap terhadap kondisi ekonomi

makro dalam jangka menengah dan jangka panjang. Penerapan ketentuan Basel III yang secara

efektif berlaku pada tahun 2015 akan berdampak pada penurunan level GDP pada tiga wilayah

ekonomi OECD utama rata-rata sebesar -0,23 persen setelah lima tahun penerapan aturan

tersebut. Diperkirakan dampak terhadap pertumbuhan GDP di wilayah-wilayah tersebut adalah

rata-rata negative sebesar -0,05 persen per tahun (Slovik and Cournede, 2011).

Tabel 3.2 Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal menurut Basel III Tahun 2015
GDP level GDP
growth
(percentages) (percentage
points)
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Annual
United -0,01 -0,04 -0,07 -0,10 -0,11 -0,02
states
Euro area 0,00 -0,04 -0,17 -0,26 -0,39 -0,08
Japan 0,00 -0,05 -0,07 -0,17 -0,19 -0,04
Average 0,00 -0,04 -0,10 -0,17 -0,23 -0,05
(simple)
Average 0,00 -0,04 -0,11 -0,17 -0,23 -0,05
(GDP
weighted)
Sumber : Slovik and Cournede, 2011.

Apabila kewajiban modal Basel III efektif dilaksanakan pada tahun 2019, dampak yang

ditimbulkan diperkirakan akan lebih besar. Dalam hal ini, pertumbuhan GDP rata-rata turun

sebesar 0,15 persen. Penerapan ketentuan Basel III yang secara efektif berlaku pada tahun 2019

akan berdampak pada penurunan level GDP pada tiga wilayah ekonomi OECD utama rata-rata

xxiii
sebesar -0,73 persen setelah lima tahun penerapan aturan tersebut. Perkiraan dampak Basel III

terhadap level GDP dan pertumbuhan GDP dalam persen dapat dilihat di tabel berikut :

Table 3.3 Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal Menurut Basel III Tahun 2019
GDP level GDP
growth
(percentages) (percentage
points)
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Annual
United -0,05 -0,20 -0,34 -0,49 -0,59 -0,12
states
Euro area 0,00 -0,13 -0,51 -0,76 -1,14 -0,23
Japan 0,00 -0,12 -0,18 -0,41 -0,47 -0,09
Average -0,02 -0,15 -0,34 -0,55 -0,73 -0,15
(simple)
Average -0,02 -0,16 -0,38 -0,58 -0,79 -0,16
(GDP
weighted)
Sumber : Slovik and Cournede, 2011.

Ketiga, regulasi Basel III tidak memasukan permasalahan lembaga keuangan non bank

dalam ruang lingkup kerangka peraturan barunya. Shadow banking (seperti perusahaan asuransi,

dana pension dan bank investasi) memainkan peranan yang sangat besar dalam terjadinya krisis

keuangan terahir dalam posisi sebagai pemberi kredit. Meskipun demikian, regulasi Basel III

tidak memperhitungkan sector keuangan tersebut yang keberadaanya cukup signifikan dalam

system keuangan global. Hal ini mengindikasikan bahwa Basel III berdampak memberikan

keunggulan kompetitif (competitive advantage) kepada shadow banking dan memberikan

insentif kepada aksi risk taking di sector tersebut. Padahal dalam kondisi sector keuangan non

bank yang insolvent, sector keuangan perbankan tidak dapat terhindar dari risiko contagious

effect.

xxiv
Dampak terhadap Pembiayaaan Perdagangan (Trade Finance)

Salah satu issue yang sangat fundamental berkaitan dengan kejadian krisis keuangan

global terahir adalah dampak sekuritisasi terhadap kestabilan system perbankan. Di bawah aturan

Basel II bank-bank berusaha melakukan sekuritisasi untuk mengurangi kewajiban modalnya

dengan memindahkan asetnya menjadi off balance sheet. Hal ini menyebabkan terjadinya

kenaikan risiko secara signifikan di sector keuangan, seperti yang terjadi dalam krisis sub-prime

mortgage. Untuk menghindari berulangnya kejadian seperti ini, Basel Committee telah

menetapkan untuk menaikan factor bobot risiko terkait dengan asset off balance sheet. Intinya

adalah menaikan factor konversi kredit (the risk-weighting) asset off balance sheet dari 20%

menjadi 10%. Hal ini berarti bahwa bank-bank harus meningkatkan rasio modalnya untuk

pinjaman berjaminkan asset sebesar 5 kali. Dalam hal ini, Basel III mencoba untuk membatasi

aktifitas leveraging dan meningkatkan kestabilan keuangan.

Bobot risiko (risk weighting) instrumen pembiayaan tradisional (seperti letter of credit)

dipastikan akan meningkatkan secara signifikan mengingat standby letters of credit dan trade

letters of credit termasuk dalam definisi off balance item menurut The Basel Committee. Dengan

aturan baru Basel III maka implikasi yang akan terjadi adalah biaya pembiayaan perdagangan

akan naik sebesar lima kali lipat (Dun and Bradstreet, 2010). Hal ini akan menyebabkan bank-

bank menghadapi dua pilihan, pertama akan memindahkan biaya tersebut kepad customer, atau

akan mengalihkan focus kepada usaha yang lebih menguntungkan dan mengurangi eksposur

kredit mereka.

Pengetatan akses kredit seperti digambarkan diatas menyebaban kegiatan pembiayaan

perdagangan akan mengalami penurunan yang cukup serius. Hal ini dikarenakan transaksi yang

xxv
melibatkan peran pelaku usaha dari pasar negara berkembang lazimnya dilakukan dengan

menggunakan mekanisme letter of credit (L/C). Akibatnya harga letter of credit akan menjadi

lebih mahal, dan eksportir akan mencari instrument pembiayaan lain yang lebih murah seperti

mekanisme produk pembiayaan yang lebih murah tersebut berisiko bahwa perusahaan harus

lebih berhati-hati dalam mengevaluasi profil counterpart-nya. Pada ahirnya, peningkatan factor

konversi kredit untuk instrument kredit perdagangan akan mengakibatkan pengetatan akses

kepada kegiatan pembiayaan perdagangan sehingga cenderung berdampak negative terhadap

perdagangan global.

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

Aturan Basel III yang diluncurkan oleh Bank for International Settlement bertujuan untuk

membuat perbankan di level global lebih tahan terhadap guncangan ekonomi yang terjadi

sehingg kebangkrutan akibat krisi seperti yang terjadi dalam krisis financial global yang lalu

tidak terulang lagi di masa yang akan datang. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia

tidak dapat melepaskan diri dari jarring keuangan dan ekonomi global sebagai konsekuensi dari

sebuah system perekonomian terbuka. Tinggal diperlukan kesiapan para pemangku kepentingan

untuk mengadaptasi system regulasi dan kebijakan yang ada agar tidak meninmbulkan ekses

negative terhadap arsitektur ekonomi dan keuangan dalam negeri.

Saran
Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, saran yang dapat Penulis ajukan kepada

pembaca adalah sebagai berikut:

xxvi
1. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengaitkan Basel I, II, dan II dengan rasio rasio keuangan

perusahaan

2. Untuk penelitian selanjutnya dapat membuat makalah/jurnal komparasi

3. Untuk penelitian selanjutnya dapat focus untuk membahas Basel I, II dan III yang berkaitan

dengan ekonomi Indonesia secara spesifik.

xxvii
DAFTAR PUSTAKA

Accenture. Basel III Handbook. Diakses tanggal 18 Mei 2022 secara online dari: https://fitc-
ng.com/vlearning/fvltest/BCAM%20Demo/story_content/external_files/Accenture-
Basel-III-Handbook1.pdf

Bank Indonesia. (2012). Basel III: Global Regulatory Framework for more Resilient Banks and
Banking Systems. Consultive Paper.

Basel Committee on Banking Supervision (2010). Basel III: A Global Regulatory Framework
for more Resilient Banks and Banking Systmens. December 2020 (rev. June 2011). Bank
for International Settlement.

Deegan, C., Rankin, M., & Tobin, J. (2022). An Examination of the Corporate Social and
Environmental Disclosures of BHP from 1983-1997. Accounting, Auditing &
Accountability Journal (Vol.15).

Deephouse, D.L., & Suchman, M. (2008). Legitimacy in Organizational Institutionalism. In the


Sage Handbook of Organizational Institutionalism. (pp. 39-77). Sage Publicaiton, inc.

Dun and Bradstreet. (2010). The Business Impact of Basel III. A D&B Special Report. October
2010.

KPMG LLP. Basel III: Issues and Implications. Diakses tanggal 18 mei 2022 secar online dari:
https://www.iia.nl/SiteFiles/basell-III-issues-implications.pdf

Laksamana, K.A.R.I., (2019). Penerapan Permodalan Basel III Terhadap Kinerja Perbankan di
Indonesia. Prosiding. Seminar Nasional Manajemen Bisnis dan Call for Paper.

Suryanto, D.A., (2019). Pertumbuhan Kredit di Indonesia: Sebuah Analisis Kepatuhan Bank
Terhadap Implementasi Basel Accord I - III. Jurnal ASET (Akuntasni Riset), 11 (2),
224-237. ISSN: 2541-0342. DOI : 10.17509/jaset.v11i2.18721.

Suttle, P. (2011).Measuring the Cumulative Economic Impact of Basel III. Presentation at the 9th
Annual Risk Capital Conference, Frankfurt, 19 September. 2011.

Slovik, P.B., Courbede. (2011). Macroeconomic Impact of Basel III. OECD Economics
Department Working Papers, No.844, OECD Publishing.

Welling, N. (2011). Basel III and the Impact on Financial Markets. Speech by Chairman of the
BCBS, 14 April. 2011.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Tabel 3.1 BASEL III Regulatory Framework


Capital Reform Liquidity Standards Systemic risk and
interconnectedness

xxviii
Quality, consistency and Short term: Liquidity Capital incentives for
transparency of capital coverage ratio (LCR) using CCPs for OTC
base
Capturing of all risks Long term: Net stable Higher capital for systemic
funding ratio (NSFR) derivatives
Controlling leverage Higher capital for inter
financial exposures
Buffers Contingen capital
Capital surcharge for
systemic banks
Sumber : KPMG, 2010.
Tabel 3.2 Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal menurut Basel III Tahun 2015
GDP level GDP
growth
(percentages) (percentage
points)
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Annual
United -0,01 -0,04 -0,07 -0,10 -0,11 -0,02
states
Euro area 0,00 -0,04 -0,17 -0,26 -0,39 -0,08
Japan 0,00 -0,05 -0,07 -0,17 -0,19 -0,04
Average 0,00 -0,04 -0,10 -0,17 -0,23 -0,05
(simple)
Average 0,00 -0,04 -0,11 -0,17 -0,23 -0,05
(GDP
weighted)
Sumber : Slovik and Cournede, 2011.
Table 3.3 Dampak Ekonomi Makro Kewajiban Modal Menurut Basel III Tahun 2019
GDP level GDP
growth
(percentages) (percentage
points)
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Annual
United -0,05 -0,20 -0,34 -0,49 -0,59 -0,12
states
Euro area 0,00 -0,13 -0,51 -0,76 -1,14 -0,23
Japan 0,00 -0,12 -0,18 -0,41 -0,47 -0,09
Average -0,02 -0,15 -0,34 -0,55 -0,73 -0,15
(simple)
Average -0,02 -0,16 -0,38 -0,58 -0,79 -0,16
(GDP
weighted)
Sumber : Slovik and Cournede, 2011.

xxix

Anda mungkin juga menyukai