Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Istilah Sewa guna usaha sudah sering terdengar di masyarakat umum terutama di
kalangan pebisnis atau pelaku usaha. Kebutuhan akan barang modal sebagai sarana
utama penunjang kegiatan usaha membutuhkan dana yang cukup besar, dan tidak
sedikit para pengusaha yang memiliki keterbatasan dana tersebut. Untuk itu, sewa
guna usaha merupakan salah satu solusi lembaga pembiayaan di luar metode
pembiayaan yang disediakan oleh bank konvensional. Perusahaan sewa guna usaha di
Indonesia lebih dikenal dengan nama sewa guna usaha. Kegiatan utama perusahaan
sewa guna usaha adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-
barang modal yang diinginkan nasabah. Pembiayaan di sini maksudnya jika seseorang
nasabah membutuhkan barang-barang modal seperti alat-alat berat, peralatan kantor,
mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kredit dapat diperoleh dari perusahaan
sewa guna usaha.1
Sewa guna usaha dalam arti modern pertama kali berkembang di Amerika Serikat
tahun 1850 dalam bentuk sewa guna usaha kereta api, dan kemudian menyebar ke
seluruh dunia, termasuk Indonesia.2 Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan
Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance
lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan
oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha
dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati.
Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa
guna usaha. Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna
usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna

1 Anna Maria. Sewa Guna Usaha (Sewa guna usaha). Wartawarga.gunadarma.ac.id. 1 Maret 2010.
2 Munir Fuady (I) . Hukum tentang Pembiayaan: dalam Teori dan Praktek, Penerbit PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2002. Hal. 12.

1
usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga
berdasarkan nilai sisa.
Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama,
yaitu:
a) Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak yang
memiliki hak kepemilikan atas barang
b) Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi
pada akhir perjanjian
c) Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.3

BAB II
3 http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/SEWA+GUNA+USAHA.pdf. Hal.75

2
PEMBAHASAN

2.1. Permasalahan
Pada kasus rumah makan bebek goreng pak slamet setelah di pegang oleh
anaknya Ronaldo, saldo kas perusahaan telah turun drastis. Masalahnya dengan
Ronaldo, tidak seperti ayahnya, ia menikmati gaya hidup yang sangat berlebihan.
Mobil baru dan rumah mewah, semuanya dibayar sepenuhnya dengan laba
perusahaan. Pak Slamet sering kali menasehati anaknya tentang keuntungan hidup
hemat, tetapi tidak ada pengaruhnya. Ronaldo muda lebih suka untuk hidup demi hari
ini.
bersama bisnis tersebut Ronaldo juga mewarisi pula peralatan yang telah usang
yang dulunya memang sangat berguna. Ronaldo bosan harus terus menerus
menelepon pihak reparasi untuk memperbaiki berbagai peralatannya. Akibatnya,
kualitas layanan menurun dan laba terpengaruh. Yang terutama harus diganti adalah
tiga oven (mesin presto) dan alat pencuci piring.
Ronaldo mendengar dari rekan bisnisnya bahwa dalam beberapa kasus, lebih baik
menyewa daripada membeli. Setelah memperoleh informasi, Ronaldo menemukan
bahwa ia dapat melakukan sewa guna usaha perlatan dari AAA Leasing Company
untuk pembayaran sewa guna usaha tahunan sebesar Rp25.000.000,- selama 5 tahun.
Sewa guna usaha tersebut akan memberikan pilihan untuk membeli perlatan seharga
Rp. 40.000.000,- pada akhir tahun ke 5. Kenaikkan efisiensi dari peralatan baru
tersbut diperkirakan akan memberikan penghematan biaya sebesar Rp. 4.000.000,-
per tahun.
Setelah melihat permasalahan dari latar belakang diatas maka ada beberapa
pertanyaan yang harus di jawab dan di bahas, yaitu :
1. Apa saja jenis sewa guna, dan mana yang paling sesuai untuk rumah makan
Ronaldo? Jelaskan alasannya!
2. Jelaskan tentang financial lease dan operating lease !
3. Hitunglah keuntungan bersih sewa guna usaha (net adventage to leasing-
NAL) peralatan rumah makan tersebut. Asumsikan bahwa peralatan lama
tidak memiliki nilai penjualan kembali sementara peralatan baru akan
memiliki nilai sebesar 30.000.000 setelah 5 tahun. Tarif pajak restoran
tersebut adalah 10%.

3
4. Apa menurut Anda yang biasanya akan terjadi dalam sewa guna usaha setelah
periodenya berakhir?
5. Bagaimana seharusnya depresiasi dan pajak diperhitungkan?
6. Jika peralatan akan disewaguna usaha, akankah pembayaran sewa guna usaha
dapat dikurangkan dari pajak? Jelaskan !
7. Jika tarif pajak AAA Leasing Company adalah 40%, dan tingkat keuntungan
yang diharapkan adalah 15%, berapakah harga sewa yang layak?
8. Apakah jenis aktiva yang dipertimbangkan memiliki pengaruh besar atas
keputusan sewa guna usaha vs membeli? Jelaskan !
9. Jika semua hal tersebut telah dipertimbangkan, apakah yang harus dipilih
Ronaldo; menyewa, meminjam, atau membeli peralatan tersebut? Jelaskan!

2.2 Dasar Teori


A. Pengertian
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha:
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang dimaksud
dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai
sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha.
Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha
merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha
adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan
nilai sisa.
Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama,
yaitu:
a) Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak yang
memiliki hak kepemilikan atas barang

4
b) Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi
pada akhir perjanjian
c) Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.

B. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Leasing


Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang
berkepentingan, yaitu : lessor, lessee, supplier, dan bank atau kreditor.
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease
bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai
penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam
operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang
serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian
barang modal tersebut.
Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam
bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau
secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut.
Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan
harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi
kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa
risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan
barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam
mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee
tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya,
dalam operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau
berkala.
Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak
terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang
peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme
leverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank.
Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank,

5
untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek leasing
kepada lessee atau lessor.

C. Penggolongan Perusahaan Leasing


Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke
dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Independent Leasing Company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing.
Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin dapat
sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang
modal nasabahnya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai supplier atau
produsen kemudian di-lease kepada pemakai. Untuk memperoleh gambaran jelas
mengenai mekanisme leasing jenis ini dapat dilihat pada Gambar 7-1.

Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya bank-
bank, dapat pula disebut sebagai lessor independent. Banyak lembaga keuangan yang
bertindak sebagai lessor tidak hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee
tetapi juga memberikan pendanaan kepada perusahaan leasing. Di samping itu lessor
independen dapat pula memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer) yang
sering disebut dengan vendor program.

2. Captive Lessor Captive lessor

6
Akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan leasing
sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak
supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan leasing sendiri akan
dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan
menggunakan pembiayaan trasdisional. Captive lessor ini sering pula disebut dengan
twoparty lessor. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan
leasing (subsidiary) dan pihak kedua adalah lessee atau pemakai barang. Untuk
jelasnya perhatikan Gambar 7-2.

3. Lease Broker atau Packager


Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager. Broker
leasing berfungsi mempertemukan calon lessee denngan pihak lessor yang
membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing. Broker leasing beasanya tidak
memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas
namanya. Disamping itu perusahaan broker leasing memberikan satu atau lebih jasa-
jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi
leasing. Mekanisme lease broker atau packager dapat dilihat pada Gambar 7-3

D. Proses Dan Mekanisme Transaksi Leasing

7
Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara
lain bidang perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi leasing yang
telah dibahas pada awal bab ini dapat disimpulkan bahwa leasing mengandung arti
suatu perjanjian antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai barang (lessee).
Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi leasing
(basic lease). Pihak lessee berkewajiban membayar sewa secara periodic kepada
lessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut (lihat Gambar 7-4).

Dalam definisi ini hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor dan lessee padahal
dalam praktiknya pihak supplier merupakan pihak yang terlibat dalam suatu
mekanisme transaksi leasing (lihat Gambar 7-5).

E. Teknik-Teknik Pembiayaan Leasing


Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara
garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu :4
1. Finance lease
2. Operating lease

Keterangan gambar 14-5


4 http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/sewa-guna-usaha.pdf

8
1. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminan purnajual atas barang
yang akan di-lease
2. Lessee melakukan negoasiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan
barang modal. Pada tahap awal ini, lessee dapat meminta lease quotation yang
tidak mengikat dari lessor. Dalam lease quotation ini dimuat mengenai syarat-
syarat pokok pembiayaan leasing antara lain : keterangan barang, cash security
deposit, residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa dan
persyaratan-persyaratan lainnya.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang
berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal
yang dibutuhkan lessee tersebut. Apabila lessee menyetujui semua ketentuan
dan persyaratan dalam letter of offer, kemudian lessee menandatangani dan
mengembalikannya kepada lessor.
4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee.
Kontrak leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup hal-hal antara lain :
pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi
lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan,
jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengiriman barang
kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.
6. Pengriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan.
Selanjutnya lessee menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar dan
diserahkan kepada supplier.
7. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk faktur dan bukti-
bukti kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada supplier.
9. Pembayaran angsuran (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor
selama masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian
jumlah yang dibiayai serta bungannya.

1. Finance Lease

9
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor
adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha
(lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan
leasing, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan
serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa
leasing, lessee melakukan pembayaran nilai sisa (residual value). Kalau ada, akan
mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya,
yang merupakan pendapatan perusahaan leasing. Dari pengertian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa finace lease atau kadang-kadang pula disebut full-pay out leasing
adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan lessee di
mana :
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimana objek leasing
dapat berupa barang bergerak ataupun tidak bergerak dan memiliki umur
maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut.
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan
jumlah dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut
merupakan angsuran atau lease payment yang terdiri atas biaya perolehan
barang ditambah dengan semua biaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan
tingkat keuntungan atau spread yang diinginkan lessor.
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak
mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomis
termasuk biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan
barang yang di-lease tersebut ditanggung oleh lessee.
d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang
tersebut sesuai dengan nilai sisa atau residual value yang disepakati, atau
mengembalikan pada lessor, atau memperpanjang masa lease sesuai dengan
syarat-syarat yang disetujui bersama. Pembayaran berkala pada masa
perpanjanngan lease tersebut biasanya jauh lebih rendah daripada angsuran
sebelumnya. Ciri-ciri finance lease antara lain :
a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi
b. Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak / tidak bergerak
c. Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya
d. Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan + biaya-biaya lainnya + spread

10
e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-cancellablea),
atau akan dikenakan denda.
f. Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee.
g. Transaksi keuangan
h. Full pay out
i. Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value
j. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal
k. Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23
Selanjutnya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai
berikut :
a. Direct Financial Lease
Transaksi leasing dalam bentuk direct financial lease, sering pula disebut truelease,
atau disingkat direct lease aja ; merupakan suatu bentuk transaksi leasing di mana
lessor membeli suatu barang atas permintaan pihak lessee dan sekaligus
menyewagunausahakan barang tersebut kepada lessee yang bersangkuatan.
Spesifikasi barang yang akan di-lease tersebut termasuk penentuan harga dan
penentuan supplier dapat dilakukan oleh lessee. Tujuan utama lessee pada dasarnya
adalah semata-mata untuk mendapatkan pembiayaan dengan cara leasing, guna
memperoleh barang modal yang dapat digunakan dalam proses produksi dan atau
meningkatkan kapasitas produksi. Sedangkan proses pembelian mulai dari order
pembelian dilakukan pihak lessor dan semata-mata untuk kebutuhan lessee.
Mekanisme transaksi bentuk direct lease dapat dilihat pada Gambar 7-6.

Keterangan :
1. Penandatangan kontrak antara lessor dengan lessee
2. Penerimaan pembayaran pertama dari lessee, yang berupa :
- Security Deposit
- Uang lease pertama, jika in advance

11
- Biaya administrasi
- Premi asuransi tahun pertama
- Pembayaran pertama lainnya, jika ad
3. Pemesanan barang modal kepada supplier / dealer
4. Pengiriman barang modal ke alamat lease
5. Lessor akan melaksanakan pembayaran kepada supplier/dealer
6. Kontrak penutupan asuransi
7. Pembayaran premi asuransi
8. Pembayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor
Ciri-ciri direct financial lease antara lain :
a. Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal (kebalikan dengan sale and
lease back)
b. Pembelian barang oleh lessor semata-mata untuk kebutuhan lessee
c. Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplier dapat dilakukan oleh lessee
d. Tujuan utama lessee semata-mata untuk mendapatkan financing untuk tujuan
proses produksi atau peningkatan kapasitas produksi.

b. Sale and Lease Back


Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease back ini pada prisipnya adalah
pihak lessee sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian
dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut. Lessee dalam hal ini
berperan sebagai pihak yang menjual barang untuk digunakan selama masa lease yang
disetujui kedua pihak. Metode leasing ini dimaksudkan untuk memperoleh tambahan
dana untuk modal kerja. Jadi transaksi leasing di sini bersifat refinancing. Transaksi
leasing seperti ini banyak dilakukan di Indonesia akibat adanya masalah impor barang
modal, perizinan serta pengoperasian, maupun pembiayaan kembali terhadap
pinjaman yang telah diperoleh lessee untuk memperoleh barang modal ini terutama
dalam hal pengenaan bea masuk atau pajak dalam rangka pengadaan suatu barang
modal, umunya pihak lessee akan membeli lebih dahulu atas nama sendiri barang
impor atau eks-impor, termasuk membayar bea masuk dan bea impor lainnya.
Selanjutnya barang tersebut dijual kepada lessor untuk selanjutnya diserahkan
kembali kepada lessee untuk digunakan sesuai dengan jangka waktu yang disetujui
dalam kontrak leasing. Transaksi leasing seperti di atas sering disebut technical sale
and lease back (lihat Gambar 14-7)

12
Keterangan :
1. Jual beli barang modal dari pihak lessee ke pihak lessor
2. Penutupan kontrak asuransi
3. Lessor melakukan pembayaran kepada lessee, sesuai dengan kontrak jual beli
4. Penandatangan kontrak leasing antara lessor dengan lessee
5. Lessee melakukan pembayaran pertama, yang berupa :
- Security Deposit
- Uang lease pertama, jika in advance
- Biaya administrasi
- Premi asuransi tahun pertama
- Pembayaran pertama lainnya, jika ada.
6. Pembayaran premi asuransi
7. Pmbayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor

c. Leveraged Lease
Pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu teknik pembiayaan dalam
finance lease yang digunakan lessor. Menurut teknik ini, disamping melibatkan lessor
dan lessee juga melibatkan kreditor jangka panjang dalam membiayai suatu objek
leasing. Pihak kreditor jangka panjang inilah yang memiliki porsi terbesar dalam
membiayai transaksi leasing ini. Sedangkan porsi pembiayaan pihak lessor biasanya
berkisar 20%-40% dari keseluruhan pembiayaan, sisanya disediakan oleh kreditor.
Kreditor tersebut dapat berupa bank atau lembaga keuangan lainnya. Status kreditor di
sini hanya sebagai penyedia dana kepada lessor, sedangkan jaminannya biasanya
adalah objek leasing itu sendiri. Perbedaannya dengan teknik direct lease adalah
terletak pada jumlah pembiayaan yang diberikan oleh lessor 100%. Oleh karena itu,
lessor bertanggung jawab langsung kepada kreditor sesuai dengan jumlah
pembiayaannya.

13
d. Syndicated Lease Syndicated lease
adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas suatu
objek leasing. Syndicated lease terjadi apabila lessor karena alasan-alasan risiko tidak
bersedia, atau karean alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup
sendiri suatu transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee.
Untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka beberapa
perusahaan leasing melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing
dimaksud. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok lessor, berdasarkan
persetujuan ditunjuk salah satu lessor untuk bertindak sebagai koordinator dalam
melaksanakan perjanjian leasing dengan pihak lessee termasuk dengan pihak supplier.

e. Cross Border Lease Cross border lease


adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu negara, di mana lessor
berkedudukan di negara berbeda dengan negara lessee. Jenis transaksi leasing ini
kadang-kadang disebut pula sebagai leasing lintas negara atau transaksi leasing
internasional karena yang dilakukan melibatkan dua negara yang berbeda. Metode
pembiayaan ini merupakan hal yang kompleks dan bersifat khusus. Transaksi leasing
ini mengandung banyak risiko bagi lessor karena bagaimanapun juga akan melibatkan
mekanisme hukum, perpajakan dan masalah-masalah lainnya dari masing-masing
negara yang bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut biasanya
transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinya atau subsidiary perusahaan
leasing yang bersangkutan. Transaksi leasing biasanya dilakukan dengan cara
perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee diwajibkan membeli barang yang di-
lease-nya pada akhir kontrak.
Cara ini pada dasarnya hanya untuk melindungi lessor dari kompleksitas
peraturan dan ketentuan-ketentuan negara asing. Mekanisme cross border lease pada
gambar di bawah ini. Kompleksitas dalam transaksi leasing internasional bagi lessor
ini meliputi beberapa masalah antara lain:
a. Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas negara lessee
b. Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing
c. Perpajakan yaitu menyangkut ketentuan pajak ganda (double taxation)
d. Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan penggunaan
valuta asing negara lesse
e. Peraturan penyusutan

14
f. Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya

f. Vendor Program Vendor


program atau disebut juga vendor lease adalah suatu metode penjualan yang
dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan leasing memberikan
atau menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Dalam mekanisme
transaksi vendor program ini, lessor membayar kepada vendor sesuai dengan
harga barang yang dipilih atau ditentukan oleh pembeli (lessee). Selanjutnya
pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee dapat dilakukan langsung kepada
lessor, atau dapat dibayarkan melalui vendor yang bersangkutan. Cara
pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.

2. Operating Lease
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya
di-lease-kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh
pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Operating lease atau
kadang-kadang juga disebut dengan sewa guna usaha biasa adalah suatu perjanjian
kontrak antara lessor dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur
ekonomis barang modal tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara
berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya
perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out
lease
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barangbarang
tersebut
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor
e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu
atau disebut cancelable.
Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu keahlian khusus
terutama untuk pemeliharaannya dan pemasaran kembali barang modal yang dilease-
kan tersebut. Oleh karena itu berbeda dengan finance lease objek leasing di akhir

15
masa kontrak merupakan hak milik lessor untuk kemudian dilakukan pemasaran
kembali barang modal tersebut. Lessor dalam operating lease bertanggung jawab atas
segala biaya pelaksanaan lease antara lain misalnya, biaya asuransi, pembayaran pajak
dan pemeliharaan barang modal. Perbedaan lain dengan finance lease adalah angsuran
operating lease tidak menggambarkan keseluruhan biaya perolehan barang. Hal ini
disebabkan lessor mengharapkan keuntungan dari kontrak leasing berikutnya.
Selanjutnya menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991
tanggal 27 Nopember 1991 kegiatan leasing dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
Penggolongan suatu transaksi leasing menurut ketentuan Menteri Keuangan tersebut
di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Leasing digolongkan sebagai finance lease apabila memenuhi semua criteria
berikut :
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga
perolehan barang modal dan keuntungan lessor.
b. Masa sewa guna usaha untuk barang modal ditetapkan sekurangkurangnya :
- 2 tahun untuk Golongan I
- 3 tahun untuk Golongan II dan III
- 7 tahun untuk Golongan bangunan
c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan, mengenai hak opsi
2) Leasing digolongkan sebagai operating lease apabila memenuhi kriteria berikut :
a. Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi
harga perolehan barang modal yang di-lease-kan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan oleh lessor.
b. Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessor

F. Perbedaan Pembiayaan Leasing Dengan Pembiayaan Lainnya


Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok
dengan metode pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan lain
misalnya bank atau dengan teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa menyewa dan
sewa beli. (lihat Tabel 7-1) Tabel 7-1.
Pembiayaan Leasing dan Teknik Pembiayaan Lainnya

16
G. Kelebihan Leasing Sebagai Sumber Pembiayaan
Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain sebagai berikut:
1. Pembiayaan Penuh Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan
pembiayaannya dapat diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu
cash flow terutama bagi perusahaan (lessee) yang beru berdiri atau beroperasi dan
perusahaan yang mulai berkembang.
2. Lebih Fleksibel Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena
leasing lebih mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan
perbankan. Pembayaran angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan
pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara
berkala dapat disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease.
Artinya pembayaran sewa baru dilakukan setelah barang modal yang di-lease tersebut
telah mulai produktif. Selain itu perusahaan leasing dapat melakukan pengaturan
pembayaran yang menggelembung (baloon payment) pada awal atau akhir masa
lease, pembayaran musiman (khusus apabila lessee bergerak dalam bidang pertanian,

17
perkebunan atau peternakan) bahkan mungkin pula suatu tenggang waktu pembayaran
yang sesuai dengan keadaan keuangan lessee.
3. Sumber Pembiayaan Alternatif Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi
perusahaan tanpa mengganggu fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari
segi jaminan leasing tidak terlalu menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih
banyak dibandingkan apabila lessee memperoleh pinjaman dari pihak lainnya. Karena
hak kepemilikan sah atas objek lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai
dengan pendapatan yang dihasilkan oleh objek lease sehingga merupakan jaminan
bagi leasing itu sendiri. Dengan demikian harta yang telah dijaminkan untuk kredit
tetap dapat menjamin kredit yang sudah ada.
4. Off Balance Sheet Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi
leasing dalam neraca memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa
mencantumkan sebagai aktiva berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi
secara terperinci karena mungkin masih dalam batas kewenangan direksi (seringkali
kewenangan pembelian barang modal baru sah apabila disetujui Dewan Komisaris
atau bahkan Rapat Pemegang Saham). Dengan demikian keputusan secara cepat dan
tepat dapat lebih mudah dilakukan oleh direksi. Di pihak lain, tanpa mencantumkan
sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan mencantumkannya sebagai kewajiban. Hal
ini mempunyai dampak positif terhadap kondisi rasio keuangan perusahaan lessee
karena transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat dalam neraca lessee sebagai
komponen utang. Kondisi ini disebut off balance sheet financing.
5. Arus Dana Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam
perencanaan arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti
terhadap pendapatan lessee. Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang
relatif lebih kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada
pertimbangan kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.
6. Proteksi Inflasi Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun
dalam beberapa keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun
berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan
tarif suku bunga tetap,maka lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa
kewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.
7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi Dengan memanfaatkan leasing, lessee
dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang disewa tersebut mengalami
ketinggalan model dan teknologi disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi.

18
Dalam suatu kontrak leasing objek leasing sering dimasukkan sebagai perjanjian
bahwa barang yang sedang disewa tersebut dapat ditukarkan dengan barang yang
serupa yang lebih canggih apabila di kemudian hari terdapat penemuan-penemuan
baru yang lebih unggul daripada produk barang yang sama.
8. Sumber Pelunasan Kewajiban Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit
dapat diatasi melalui leasing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran
angsuran hampir selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh
adanya barang yang di lease. Sehingga kekhawatiran para kreditor terhadap gangguan
penggunaan modal kerja yang akan mempengaruhi pelunasan kredit yang telah
diberikan dapat diatasi.
9. Kapitalisasi Biaya Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti
biaya penyerahan, instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat
dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat
disusutkan berdasarkan lamanya leasing.
10. Risiko Keusangan Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang
berjangka waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko
keusangan (obsolescence) sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada
tahap dini yang mungkin terjadi.
11. Kemudahan Penyusutan Anggaran Adanya pembayaran sewa secara berkala yang
jumlahnya relatif tetap akan merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran
tahunan lessee.
12. Pembiayaan Proyek Skala Besar Adanya keengganan untuk memikul risiko
investasi dalam pembiayaan proyek yang seringkali menjadi masalah di antara
pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat diatasi melalui perusahaan leasing
sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima dan / serta
kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian.
13. Meningkatkan Debt Capacity Perolehan barang modal melalui leasing tidak
otomatis manaikkan debt equity ratio yang mempengaruhi bankability dari lessee
yang bersangkutan.

19
2.3. Pembahasan
1. Jenis sewa guna usaha meliputi operating lease dan financial lease. Untuk
rumah makan ronaldo, yang terbaik adalah operating lease karena
menyediakan jasa reparasi dan perawatan

2. Jenis sewa guna :


a. Financial lease

Perusahaan leasing pada jenis ini berfungsi atau berlaku


sebagai suatu lembaga keuangan. Lessee yang membutuhkan suatu
barang modal menentukan sendiri jenis dan spesifikasi barang yang
dibutuhkan dan mengadakan negosiasi langsung dengan suplier
mengenai harga, syarat-syarat pemeliharaaan serta hal-hal lain yang
berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut.

Lessor hanya berkepentingan terhadap kepemilikan barang


tersebut secara hukum. Lessor akan mengeluarkan dananya untuk
membayar barang teserbut kepada suplier dan barang tersebut
kemudian diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan atas jasa
penggunaan barang tersebut, lessee akan membayar secara berkala
kepada lessor sejumlah uang rental untuk jangka waktu tertentuyang
telah dispekati bersama. Jumlah rental ini secara keseluruhan akan
meliputi harga barang yang dibayar lessor ditambah faktor bunga serta
keuntungan untuk pihak lessor.

Suatu leasing diklasifikasikan sebagai leasing modal, jika


memiliki salah satu dari kondisi berikut;

1. Menurut perjanjian leasing, kpemilikan barang beralih


secara efektif dari lessor ke lesse
2. Lesse boleh membeli barang yang bersangkutan di bawah
harga pasar saat jatuh tempo leasing.
3. Jangka waktu jatuh leasing sama atau lebih panjang dari
75% umur aktiva yang bersangkutan. Jadi, kalau umur aktiva
10 tahun sedangkan jangka waktu leasing 8 tahun, maka
leasing harus dikapitalisasikan.

20
4. Nilai sekarang dari pembayaran sewa adalah sama ata
lebih besar 90% daripada nilai aktiva dikurangi keringanan
pajak yang diterima oleh lessor.
Financial lessee dapat dibedakan menjadi dua, pertama; Direct
financial lease: transaksi ini terjadi jika lessee belum pernah memiliki
barang yang dijadikan objek lease. Lessor membeli barang atas
permintaan lessee dan akan digunakan oleh lessee. Kedua, Sale and
lease back: dalam transaksi ini lessee menjual barang yang sudah
dimiliki kepada lessor, atas barang ini kemudian dilakukan suatu
kontrak antara lessor dan lessee. Lessee menerima harga penjualan dari
lessor, pada saat yang sama lessee tetap dapat menggunakan aktiva
tersebut dengan disertai daftar pembayaran lease.

b. Operating lease
Operating lease atau lease service meliputi jasa keuangan
maupun jasa perawatan. Jenis barang yang ditawarkan seperti
komputer, mesin potokopi, dan mobil. Dalam kontrak, lessor wajib
memelihara dan merawat peralatan yang di-lease, dan biaya perawatan
ini sudah termasuk dalam biaya lease atau diatur dalam kontrak
tersendiri.
Peralatan yang di-lease biasanya tidak diarmortaisasi secara
penuh-pembayaran sewa selama masa lease tidak cukup untuk
menutup seluruh harga peralatan. Namun, perjanjian mencakup waktu
yang lebih pendek dari umur peralatan yang dilease dan lessor
mengharapkan bahwa harga peralatan tersebut akan tertutup dengan
perpanjangan kontrak lease atau kontrak lease yag baru atau dari hasil
pernjualan alat tersebut.
Dalam kontrak operating lease sering dicantumkan klausul
khusus yang mengatur bahwa pihak lessee berhak mengembalikan
peralatan yang dilease sebelum kontrak selesai, jika perlatan yang
dilease telah ketinggalan jaman karena perkembangan teknologi atau
jika peralatan tersebut ternyata sudah tidak diperlukan lagi.
Bentuk lain dari leasing dalah leveraged leasing. Dalam
leveraged leasing, selain lessee danl lessor, ada pihak ketiga yaitu
kreditor yang membantu menyediakan dana pembelian aktiva yang

21
disewa. Bagi lessor, keberadaan pihak ketiga bisa membantunya dalam
pengadaan aktiva yang hendak disewakan, sehingga lessor, misalnya,
hanya menyediakan 20% hingga 30% dari dana untuk membeli aktiva,
sementara sisanya akan dipinjamnya dari pihak ketiga seperti bank
komersial atau perusahaan asuransi

3. Hitunglah keuntungan bersih sewa guna usaha (net adventage to leasing -


NAL) peralatan rumah makan tersebut. Asumsikan bahwa peralatan lama tidak
memiliki nilai penjualan kembali sementara peralatan baru akan memiliki nilai
sebesar 30.000.000 setelah 5 tahun. Tarif pajak restoran tersebut adalah 10%.
Dijawab pada lembar terakhir.

4. Apa yang terjadi setelah sewa guna usaha berakhir?


Setelah jangka waktu sewa berakhir, peralatan sewa biasanya disewakan lagi
(dalam hal operating lease) atau dijual di pasar yang digunakan. Tergantung
pada jenis peralatan, perkembangan teknologi di lapangan, serta kondisi
ekonomi dan keuangan pasar.

5. Bagaimana seharusnya depresiasi dan pajak diperhitungkan?


Depresiasi adalah wujud penghapusan pajak bagi pemilik. Penghematan pajak
sama dengan biaya depresiasi tahunan dikali tarif pajak. Pajak harus
disesuaikan ketika menghitung nilai sisa (jika ada), pembayaran sewa, dan
penghematan biaya operasi.

6. Jika peralatan akan disewaguna usaha, akankah pembayaran sewa guna usaha
dapat dikurangkan dari pajak?
Ya, pembayaran sewa adalah pengurangan pajak, seperti pembayaran bunga
atas utang.

7. Jika tarif pajak AAA Leasing Company adalah 40%, dan tingkat keuntungan
yang diharapkan adalah 15%, berapakah harga sewa yang layak?
Dijawab pada lembar terakhir.
8. Apakah jenis aktiva yang dipertimbangkan memiliki pengaruh besar atas
keputusan sewa guna usaha vs membeli? Jelaskan !
Jenis aset dapat menentukan tingkat dan jumlah pembiayaan yang pada
gilirannya akan membantu menentukan apakah akan efektif untuk sewa atau
tidak.
Selain itu, jenis aset yang dipertimbangkan akan menentukan masa berlaku
aset yang dapat didepresiasi, yang pada gilirannya mempengaruhi arus kas
setelah pajak.

22
9. Jika semua hal telah dipertimbangkan, apakah yang harus dipilih Ronaldo?
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, Ronaldo sebaiknya meminjam
uang di bank untuk membeli peralatan.

23
JAWABAN SOAL HITUNGAN

1. Jika tarif pajak AAA Leasing Company adalah 40%, dan tingkat keuntungan yang diharapkan adalah 15%, berapakah harga sewa yang
layak?
Aliran kas dari pembelian aset (asumsi : penghematan pajak 4.000.000, dan depresiasi garis lurus)
Tahun Depresiasi Penghematan pajak Present value present value penghematan pajak
1 20,000,000 4,000,000 0.870 3,480,000
2 20,000,000 4,000,000 0.756 3,024,000
3 20,000,000 4,000,000 0.658 2,632,000
4 20,000,000 4,000,000 0.572 2,288,000
5 20,000,000 4,000,000 0.497 1,988,000
13,412,000

Aliran kas dari pembelian aset (asumsi : penghematan pajak belum ditentukan, dan depresiasi garis lurus)
Tahun Depresiasi Penghematan pajak Present value present value penghematan pajak
1 20,000,000 8,000,000 0.870 6,960,000
2 20,000,000 8,000,000 0.756 6,048,000
3 20,000,000 8,000,000 0.658 5,264,000
4 20,000,000 8,000,000 0.572 4,576,000
5 20,000,000 8,000,000 0.497 3,976,000
26,824,000

2. Hitunglah keuntungan bersih sewa guna usaha (net adventage to leasing - NAL) peralatan rumah makan tersebut. Asumsikan bahwa
peralatan lama tidak memiliki nilai penjualan kembali sementara peralatan baru akan memiliki nilai sebesar 30.000.000 setelah 5 tahun.
Tarif pajak restoran tersebut adalah 10%.

Skedul aliran kas leasing


asumsi 1 : pembayaran leasing dilakukan di awal tahun
asumsi 2 : penghematan pajak ditentukan 4.000.000 per tahun
asumsi 3 : tingkat DF 15%
tahun 0 tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
Biaya sewa 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000
penghematan pajak 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000
Biaya sewa bersih 25,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 4,000,000
PV biaya sewa DF=15% 25,000,000 18,270,000 15,876,000 13,818,000 12,012,000 -1,988,000

Skedul aliran kas leasing


asumsi 1 : pembayaran leasing dilakukan di awal tahun
asumsi 2 : penghematan pajak belum ditentukan (pajak : 10%)
asumsi 3 : tingkat DF 15%
tahun 0 tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
Biaya sewa 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000
penghematan pajak 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000
Biaya sewa bersih 25,000,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 2,500,000
PV biaya sewa DF=15% 25,000,000 19,575,000 17,010,000 14,805,000 12,870,000 -1,242,500

Skedul aliran kas untuk pembelian aset dengan utang


Asumsi 1: penghematan pajak 4.000.000 Asumsi 3 : Depresiasi garis lurus
Asumsi 2: bunga pinjaman flat
tahun cicilan pertahun saldo pinjaman bunga alokasi unt cicilan pinjaman
0 100,000,000

1 30,000,000 80,000,000 10,000,000 20,000,000

2 30,000,000 60,000,000 10,000,000 20,000,000

3 30,000,000 40,000,000 10,000,000 20,000,000

4 30,000,000 20,000,000 10,000,000 20,000,000

5 30,000,000 - 10,000,000 20,000,000


100,000,000

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5


Depresiasi
20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000

Bunga 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000

Depresiasi+bunga 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000

Penghematan pajak 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000

Cicilan pinjaman 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000

Pembayaran efektif 26,000,000 26,000,000 26,000,000 26,000,000 26,000,000

PV Pembayaran efektif 22,620,000 19,656,000 17,108,000 14,872,000 12,922,000

Skedul aliran kas untuk pembelian aset dengan utang


Asumsi 1: penghematan pajak belum ditentukan Asumsi 3 : Depresiasi garis lurus
Asumsi 2: bunga pinjaman flat
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Depresiasi
20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000

Bunga 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000

Depresiasi+bunga 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000

Penghematan pajak 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000

Cicilan pinjaman 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000

Pembayaran efektif 28,000,000 28,000,000 28,000,000 28,000,000 28,000,000

PV Pembayaran efektif 24,360,000 21,168,000 18,424,000 16,016,000 13,916,000

Analisis kas tambahan


Asumsi : penghematan pajak 4.000.000
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Beli peralatan
Leasing 25,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 21,000,000 4,000,000 40,000,000
26,000,00 26,000,00 26,000,00 26,000,00
Beli-hutang
0 0 0 0 26,000,000
Selisih 25,000,000 -5,000,000 -5,000,000 -5,000,000 -5,000,000 -22,000,000 40,000,000
Uang yang dihabiskan apabila leasing dan mendapatkan hak milik alat =
153,000,000
Uang yang dihabiskan apabila leasing saja =
113,000,000
Uang yang dihabiskan apabila hutang untuk membeli alat =
130,000,000
Total bersih leasing dan mendapatkan hak milik alat (dikurangi penjualan alat)=
123,000,000
Total bersih hutang bank (dikurangi penjualan alat)=
100,000,000

Analisis kas tambahan


Asumsi : penghematan pajak belum diketahui
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Beli peralatan
Leasing 25,000,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 2,500,000 40,000,000
Beli-hutang
28,000,000 28,000,000 28,000,000 28,000,000 28,000,000
Selisih 25,000,000 -5,500,000 -5,500,000 -5,500,000 -5,500,000 -25,500,000 40,000,000

Uang yang dihabiskan apabila leasing dan mendapatkan hak milik alat =
157,500,000
Uang yang dihabiskan apabila leasing saja =
117,500,000
Uang yang dihabiskan apabila hutang untuk membeli alat =
140,000,000
Total bersih leasing dan mendapatkan hak milik alat (dikurangi penjualan alat)=
127,500,000
Total bersih hutang bank (dikurangi penjualan alat)=
110,000,000
BAB III
REKOMENDASI

Rekomendasi kami untuk permasalahan ini yaitu :


1. Ronaldo sebaiknya hidup dengan tidak menghambur-hamburkan uang.
2. Ronaldo seharusnya memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan perusahaan
3. Pak Slamet sebaiknya mempertimbangkan untuk tidak membenci “hutang” lagi,
karena hutang tidak selamanya buruk, bergantung pada situasi dan kondisi yang
ada.
4. Setiap alternatif pembiayaan memiliki sisi positif dan negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Anna Maria. Sewa Guna Usaha (Sewa guna usaha). Wartawarga.gunadarma.ac.id. 1


Maret 2010.

Munir Fuady (I) . Hukum tentang Pembiayaan: dalam Teori dan Praktek, Penerbit PT
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002. Hal. 12.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/SEWA+GUNA+USAHA.pdf.
Hal.75

Anda mungkin juga menyukai