Anda di halaman 1dari 17

ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT

DISUSUN OLEH:

Niken Natalia R. Warkey

12162201200062

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan resume tentang Anti Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat ini tepat pada
waktunya.

Resume ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Bapak Alex R. Tutuhatunewa, SH, M.Si pada mata
kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis. Selain itu, resume ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca maupun penulis tentang Anti Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alex R. Tutuhatunewa, SH, M.Si selaku dosen
mata kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan sesuai dengan mata kuliah yang dipelajari.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya melalui beberapa buku dan beberapa blog ataupun website sehingga penulis dapat
menggunakannya sebagai referensi dalam pengerjaan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa tugas yang dibuat ini masih banyak memiliki kekurangan, dan mungkin
saja ada beberapa materi yang belum termuat didalamnya. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan
saran dari dosen serta pembaca yang lainnya guna untuk menyempurnakan tugas ini.

Ambon, 7 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………………………..……….i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………….…..…...iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………….……….....1

a. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………………..………….....2


b. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………….....3
c. Tujuan Masalah ……………………………………………………………………………….………..4

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………………….…5

A. Sejarah Munculnya Regulasi Antimonopoli dan Persaingan Tidak Sehat ………………………6


B. Perjanjian dan Kegiatan yang Dilarang dalam UU No. 5 Tahun 1999 …………………………..7
C. Tujuan Dilarangnya Kegiatan Mmonopoli dan Persaingan Tidak Sehat ………………………..8
D. Hal-hal yang Dikecualikan dari Undang-Undang Antimonopoli …………………………………..9
E. Perkembangan Antimonopoli di Indonesia dan Berbagai Negara ……………………………….10
F. Pengaruh UU Antimonopoli dalam Perekonomian Indonesia .…………………………………...11

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………………………...…12

A. Kesimpulan ………………………………………………………………........................................13
B. Saran ……………………………………………………………………………………………….......14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Istilah monopoli sering didengar dan diketahui melalui berbagai media pada saat
membahas tentang hal-hal yang berkenaan dengan perekonomian. Dalam Undang-Undang No.5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat yang lebih
dikenal sebagai Undang-Undang Antimonopoli telah dirumuskan secara tegas dan jelas mengenai
beberapa pengertian antara lain monopoli, praktek monopoli, pemusatan kekuasaan ekonomi dan
persaingan usaha tidak sehat. Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah penguasaan atas produksi  dan/atau
pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok usaha.
Pengertian menurut istilah atau bahasa tersebut apabila dijalankan, maka disebut dengan
praktek monopoli. Dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat juga disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan praktik monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu
atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran atas
barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum. 
Praktek monopoli yang berarti pemusatan kekuatan ekonomi, maksud istilah pemusatan
kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh satu atau
lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan pasar, demikian disebutkan
dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dengan demikan berarti monopoli menciptakan persaingan
usaha yang tidak sehat sehingga merugikan kepentingan masyarakat atau konsumen.
Persaingan usaha merupakan salah satu ntimonop   agar pelaku usaha giat dan rajin
menjalankan usaha dalam rangka mendapatkan keuntungan, namun begitu yang namanya
persaingan usaha ada yang dilakukan secara sehat ntimon yang dilakukan secara tidak sehat.
Persaingan usaha yang sehat sudah pasti berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan, sehingga tidak merugikan konsumen atau pelaku usaha lainnya.
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur
atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha (Pasal 1 angka 6 UU No. 5/1999).
Kegiatan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ini tidak sesuai dengan asas yang diatur
dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat yaitu; bahwa pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan
kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan kesimbangan antara
kepentingan dan pelaku usaha dan kepentingan umum.
Berdasarkan asas demokrasi ekonomi sebagaimana tersebut di atas, pemerintah telah
merumuskan tujuan dilarangnya kegiatan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.

b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka timbullah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana awal muncul regulasi antimonopoli dan persaingan tidak sehat?
2) Apa saja perjanjian dan kegiatan yang dilarang?
3) Apa tujuan dilarangnya kegiatan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat disebutkan dalam
ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999?
4) Apa saja Hal-hal yang dikecualikan dari Undang-undang Antimonopoli?
5) Bagaimana Perkembangan antimonopoli di Indonesia dan berbagai Negara?
6) Bagaimana pengaruh uu antimonopoli dalam perekonomian Indonesia?

c. Tujuan Masalah
1) Menjelaskan sejarah regulasi antimonopoly dan persaingan tidak sehat.
2) Menjelaskan tentang perjanjian dan kegiatan yang dilarang dalam UU No. 5 Tahun 1999.
3) Menjelaskan tujuan dilarangnya kegiatan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang
disebutkan dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
4) Menjelaskan tentang Hal-hal yang dikecualikan dari Undang-undang Antimonopoli.
5) Menjelaskan tentang Perkembangan Antimonopoli di Indonesia dan berbagai Negara.
6) Menjelaskan pengaruh uu antimonopoly dalam perekonomian Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH MUNCULNYA REGULASI ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT


Sebelum diterbitkannya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, di Indonesia terdapat pasal-pasal yang mengatur
tentang perbuatan curang yaitu Pasal 382 bab XXV KUH Pidana, dimana unsur-unsurnya adalah:
perbuatan curang harus berlangsung di bidang perdagangan atau usaha, bertujuan menyesatkan
masyarakat atau orang tertentu dan menimbulkan kerugian bagi pesaingnya. Pasal ini dirasakan
mempunyai ruang hukum yang sangat sempit. Sedangkan di KUH Perdata pada Pasal 1365 dan
1366 yang mengatur tentang kewajiban seriap orang atau pelaku usaha dengan memberikan ganti
rugi kepada orang-orang yang mengalami kerugian akibat kelalaian atau akibat perbuatan
melawan hukumnya.
Perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap pentingnya perwujudan persaingan
usaha yang sehat kemudian telah dimulai dengan satu langkah konkrit dengan dikeluarkannya
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat yang diundangkan pada tanggal 5 Maret 1999. Undang-undang tersebut terdiri dari
11 Bab, 53 Pasal dan berlaku efektif pada bulan Maret tahun 2000. Tujuan undang-undang ini
adalah untuk memberikan perlindungan bagi setiap pelaku usaha untuk bersaing serta diharapkan
dapat memberikan rambu-rambu bagi pelaku usaha untuk berlaku jujur dan sportif dalam
berusaha. Dari persaingan yang sehat diharapkan akan tercapai hasil produksi dan jasa pelayanan
yang efisien, efektif dan berkualitas tinggi. Sehingga tujuan akhirnya yang diuntungkan adalah
konsumen karena diberikan kesempatan untuk memiliki pilihan terhadap kualitas produk dan
kualitas jasa (service quality) yang diharapkan dan dapat membeli dengan harga yang bersaing
sehingga kesejahteraan rakyat yang menjadi tujuan UU No. 5 Tahun 1999 ini dapat tercapai.
B. PERJANJIAN DAN KEGIATAN YANG DILARANG DALAM UU NO. 5 TAHUN 1999
 Larangan yang bersifat Per Se Illegal, larangan ini dalam bentuk penetapan harga
bersama (price fixing) dan pembedaan harga ( price discrimination) dan kontrak yang
mengikat (tying contracts).
 Larangan yang bersifat Rule of Reason, Jika suatu kegiatan yang dilarang dilakukan oleh
seorang pelaku usaha akan dilihat seberapa jauh efek negatifnya. Jika terbukti secara
signifikan adanya unsur yang menghambat persaingan, baru diambil tindakan hukum.
Perbuatan dan kegiatan yang dilarang yang bersifat rule of reason adalah:
- Perjanjian yang bersifat oligopoly
Oligopoly merupakan salah satu bentuk pasar dimana di dalam pasar tersebut
hanya terdiri dari sedikit perusahaan dan setiap perusahaan memiliki kekuatan yang
cukup besar untuk mempengaruhi perilaku perusahaan lainnya dalam pasar.
- Perjanjian pembagian wilayah pemasaran atau alokasi pasar
Adalah membagi wilayah untuk memperoleh atau memasok barang dan jasa dan
menetapkan pihak-pihak tertentu yang dapat memperoleh atau memasok barang dan
atau jas. Tujuannya untuk mengontrol kepadatan distribusi dan mencegah terjadinya
kelebihan barang pada lokasi tertentu.
- Perjanjian yang bersifat kartel
Merupakan salah satu strategi yang diterapkan diantara para pelaku usaha untuk
dapat mempengaruhi harga dengan mengatur jumlah produksi mereka.
- Perjanjian yang bersifat trust
Dalam UU Antimonopoli adalah pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan
perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perseroan
anggotanya, dengan tujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas
baranhg dan jasa.
- Perjanjian yang bersifat oligosponi
a) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan
pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan atau jasa dalam pasar
bersangkutan.
b) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-bersama menguasai
pembeliann atau penerimaan pasokan, apabila dua atau tiga pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar tertentu.
- Kegiatan usaha yang melakukan praktik monopoli
Monopoli dalam Pasal 17 Ayat 1 disebutkan bahwa pelaku usaha dilarang
melakukan penguasaan atas produksi dan pemasaran barang dan jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.
- Kegiatan usaha yang melakukan praktik monopsony
Monopsoni dalam Pasal 18 Ayat 1 didefinisikan sebagai penguasaan penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan jasa dalam pasar
bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
- Kegiatan penguasaan pasar
Pelaku usaha dilarang melakukan:
1) Penolakan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan
usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan; atau
2) Menghalangi menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya
untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu;
atau
3) Membatasi peredaran atau penjualan barang dan jasa pada pasar bersangkutan;
atau
4) Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
- Kegiatan menjual dibawah harga pokok ( predatory pricing)
Dalam Pasal 20 disebutkan bahwa pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan
barang dan jasa dengan cara menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud
untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
- Jabatan rangkap dalam perusahaan yang saling bersaing ( interlocking directorate)
Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris di suatu
perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau
komisaris pada perusahaan lain, apabila berada dalam pasar bersangkutan yang
sama dan memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha.
- Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan perusahaan lain
- Perjanjian dengan pihak luar negeri
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang
memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.

C. TUJUAN DILARANGNYA KEGIATAN MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Tujuan dilarangnya kegiatan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat disebutkan
dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah sebagai berikut:

1) Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2) Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat,
sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang samabagi pelaku usaha besar,
pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil.
3) Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku
usaha.
4) Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kemudian pemerintah mengatur lebih lanjut tentang
perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang, sampai ke pembentukan komisi pengawas
persaingan usaha (KPPU).

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen di


Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larang
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Tugas

1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal
16;
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana
diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;
3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana
diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28;
4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal 36;
5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undang-undang ini;
7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat.

Wewenang

1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang
ditemukan oleh Komisi sebagai hasil penelitiannya;
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-
undang ini;
6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap mengetahui
pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang
sebagaimana dimaksud nomor 5 dan nomor 6, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi;
8. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan atau
pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini;
9. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan
dan atau pemeriksaan;
10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain atau
masyarakat;
11. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat;
12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan
undang-undang ini.

D. HAL-HAL YANG DIKECUALIKAN DARI UNDANG-UNDANG ANTIMONOPOLI


Hal-hal yang dikecualikan antara lain:
1) Perjanjian yang dikecualikan
a) Perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual termasuk lisensi,
paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industry, rangkaian elektronik
terpadu, dan rahasia dagang.
b) Perjanjian yang berkaitan dengan waralaba.
c) Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak
mengekang dan atau menghalangi persaingan.
d) Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk
memasok kembali barang dan jasa dengan harga yang lebih rendah dari harga
yang telah diperjanjikan.
e) Perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar hidup
masyarakat yang luas.

2) Perbuatan yang dikecualikan


a) Perbuatan pelaku usaha yang tergolong dalam pelaku usaha.
b) Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani anggota.
3) Perbuatan atau perjanjian yang dikecualikan
a) Perbuatan atau perjanjian yang bertujuan untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b) Perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan untuk ekspor dan tidak
mengganggu kebutuhan atau pasokan dalam negeri.

E. PERKEMBANGAN ANTIMONOPOLI DI INDONESIA DAN BERBAGAI NEGARA


a) Praktek Antimonopoli di Indonesia
Indonesia dihadapkan dengan kenyataan bahwa perusahaan yang kita miliki baik swasta
maupun BUMN dapat dikatakan masih kecil (dalam ukuran dunia). Dengan terjadinya krisis
ekonomi yang kita hadapi, keuangan Negara menjadi makin kecil ataupun tidak ada sama sekali
untuk mengembangkan perusahaan.
Perusahaan yang berada di bawah pengelolaan BPPN pada waktu itu, termasuk
perbankan, satu per satu “dijual”. Khususnya dalam perbankan terjadi gelombang merger. Bank
Mandiri merupakan gabungan Bank Exim, Bapindo, Bank Bumi Daya, dan Bank Dagang Negara.
Demikian juga dilingkungan BUMN, pabrik semen Padang dan Tonasa digabungkan dengan
Semen Gresik, kemudia sebagian sahamnya dijual kepada perusahaan asing (Cemex-Mexico).
Dua Persero perdagangan (Dharma Niaga dan Panca Niaga) digabung menjadi PT PPI.
Di sisi lain juga terjadi pemisahan seperti PT MNA dikeluarkan kembali dan Garuda. PT Pakarya
Industri (dulunya BPIS), yang merupakan holding company BUMNIS dibubarkan dan perusahaan-
perusahaan yang terkait dikembalikan sebagai BUMN yang mandiri (DI, Pindad, PAL, Inka, KS,
Inti, LEN, dan Dahana).
Dengan terbatasnya keuangan Negara timbul gelombang penyertaan swasta dalam
pembangunan infrastruktur, dinamakan kemitraan (bukan swastanisasi). Hanya bagian-bagian
pengusahaan tertentu yang akan diswastakan.
Isu yang menonjol di dalam negeri ialah sekitar duopoli Indosat dan Telkom dalam
telekomunikasi. Puncaknya ialah penjualan saham Indosat kepada STT Singapura, pada tahun
2002. Dengan memiliki saham Indosat berarti juga menguasai perusahaan IM3 dan Satelindo.
Selain itu kelompok STT juga menjadi mitra Telkom di wilayah Indonesia timur dalam rangka KSO.
Banyak pihak telah menyatakan kepeduliannya terhadap penjualan Indosat kepada STT Singapura
termasuk KPPU tapi penjualan saham Indosat jalan terus.
Meskipun banyak pernak-pernik dalam praktik anti-monopoli di Indonesia, namun langkah
masyarakat dalam menegakkan persaingan usaha yang sehat sudah berada pada jalur yang
benar (on the right track). Bila disandingkan dengan undang-undang Dasar 1945 yang
diamandemen maka undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tentang persaingan usaha yang sehat
dan anti monopoli tersebut telah sejalan. Dalam pasal 33 ayat 4 disebutkan bahwa perekonomian
nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

b) Perkembangan Antimonopoli di Berbagai Negara


Perkembangan peraturan anti-monopoli di beberapa Negara umumnya merupakan
pencerminan dari perkembangan bisnis. Semakin dinamis perkembangan bisnisnya
semakin cepat munculnya peraturan anti-monopoli.
- Amerika Serikat
Pada tahun 1890, kongres menyetujui pemberlakuan Undang-Undang yang
berjudul “Act to Protect Trade and Commerce Against Unlawful Restraint and
Monopolies”. Undang-Undang itu lebih dikenal dengan Sherman Act sesuai dengan
nama penggegasnya. Akan tetapi dikemudian hari muncul serangkaian aturan
perundangan untuk melengkapinya antara lain:
1) Sherman Antitrust Act (1890)
2) Clayton Act (1914)
3) Federal Trade Commision (1914)
4) Robinson Commision Act (1934)
5) Celler-Kefauver Anti Merger Act (1950)
6) Hart-Scott-Rodino Antitrust Improvement Act (1976)
7) Internasional Antitrust Enforcement Assitance Act (1994)

Banyaknya aturan hukum anti monopoli tersebut merupakan refleksi pemerintah


Amerika Serikat agar efektif dan sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan
ekonomi guna menjaga dan menciptakan persaingan usaha yang sehat. Hal ini
sekaligus indikasi bahwa dunia bisnis dan ekonomi telah berkembang dengan pesat
dan sangat dinamis.

- Jepang
Pada tanggal 14 April 1947, Majelis Nasional Jepang mengesahkan undang-
undang yang diberi nama “ Act Concerning Prohibition of Private Monopoly and
Maintenance of Fair Trade”, atau dikenal dengan Dokusen Kinshi Ho. Dengan
berlakunya undang-undang ini beberapa raksasa industry (zaibatsu) Jepang terpaksa
direstrukturisasi dengan memecah diri menjadi beberapa perusahaan yang lebih kecil.
- Korea Selatan
Undang-undang No. 3220 yang diberi nama “ The Regulation of Monopolies and Fair
Trade Act” disahkan pada tanggal 31 Desember 1980. Dengan dekrit Presiden UU
tersebut diberlakukan pada April 1981. Dengan pesatnya perekonomian Negara maka
UU tersebut telah mengalami 7 kali amandemen.
- Australia
Sebagai Negara anggota Persemakmuran yang anggotanya adalah negara-
negara eks jajahan Inggris, maka Australia telah mendasarkan dirinya kepada
ekonomi pasar. Oleh karena sejak tahun 1960 Australia telah memiliki “ Australian
Industries Preservation Act” yang berisi larangan monopoli dan percobaan monopoli
serta praktik-praktik dagang yang bersifat anti-persaingan. Karena pesatnya
perkembangan ekonomi maka setidaknya telah terjadi 3 kali amandemen atas
undang-undang tersebut.
- Jerman
Sejak tahun 1990 memiliki Gesetz gegen Lauteren Wettbewerb UWG (Undang-
Undang Melawan Persaingan Tidak Sehat). Namun sejak selesainya perang dunia ke-
2 di negara Jerman terbagi menjadi 2 yaitu Jerman Barat dan Timur yang berbeda
sistem ekonominya, maka undang-undang tersebut tidak relevan lagi. Di Jerman timur
menganut sistem ekonomi sosialis di mana perekonomian disusun dan dilaksanakan
secara terpusat oleh pemerintah maka UU anti monopoli menjadi tidak relevan,
sebaliknya di Jerman barat yang sistem ekonominya berorientasi pasar meskipun
dijalankan dengan sistem sosialis tetap diperlukan undang-undang anti monopoli
dengan alasan itu parlemen (Bundestag) menyetujui diundangkannya Gesetz gegen
Wettbewerbsbescrankungen (UU Perlindungan Persaingan) yang lebih dikenal
dengan sebutan Kartel Act.

F. PENGARUH UU ANTIMONOPOLI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA


Pengaruh uu anti-monopoli dalam perekonomian Indonesia sangat positif. Ada beberapa
perubahan cara pandang yang cukup signifikan. Beberapa kegiatan ekonomi yang dulunya
dianggap biasa, sekarang sudah lebih luas lagi. Pengaruh uu anti-monopoli ini membuat
terbukanya pasar bagi setiap pelaku usaha dan terjadi persaingan yang mendorong pelaku
melakukan efisiensi dan inovasi. Namun demikian di dalam pelaksanaannya masih terjadi
pelanggaran terhadap UU Antimonopoli tersebut, baik disengaja maupun yang tidak disengaja oleh
pelaku usaha dan pemerintah dalam menerbitkan kebijakan ekonominya.
BAB III

PENUTUP

a) Kesimpulan
Bagi Negara yang ingin atau setidaknya mengurangi konsentrasi kegiatan perekonomian
yang mendasarkan pada kondisi pasar yang tidak ideal, dan penuh persaingan yang curang,
Undang – Undang Antimonopoli merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga. Bahkan
begitu pentinggnya Undang – Undang Antimonopoli bagi suatu Negara sehingga peraturan
mengenai Antitrust Law bagi Amerika Serikat adalah seperti Magna Charta bagi free enterpise
untuk menjaga kebebasan ekonomi dan sistem free enterprise atau seperti Bill of Right bagi hak
asasi Manusia dalam rangka melindungi kebebasan – kebebasan pribadi yang fundamental.
Dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak sehat yang lebih dikenal sebagai Undang-Undang Antimonopoli telah
dirumuskan secara tegas dan jelas mengenai beberapa pengertian antara lain monopoli, praktek
monopoli, pemusatan kekuasaan ekonomi dan persaingan usaha tidak sehat. Undang-Undang
No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah
penguasaan atas produksi  dan/atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu
oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha.

b) Saran
Terkait dengan paparan materi tersebut, kita diharapkan dapat lebih memahami tentang
Anti Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat baik di Indonesia maupun di berbagai Negara lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

 Perwaningsih, Edang. 2015. Hukum Bisnis, Bogor: Ghalia Indonesia.


 Sara, I Made. 2018. Aspek Hukum Dalam Bisnis, Sidoarjo: Indomedia Pustaka

INTERNET

 http://repository.uin-suska.ac.id/7150/4/BAB%20III.pdf
 https://rendratopan.com/2019/09/19/praktik-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehat/
 https://kppu.go.id/tugas-dan-wewenang/
 https://www.kppu.go.id/docs/Makalah/Peranan_UU_No5_1999.pdf

Anda mungkin juga menyukai