Oleh:
Emir Gibran Beka
43121010035
Pembimbing
Dr. Sudjono, M.Acc.
KATA PENGANTAR
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan-kekurangan yang ada baik itu dari segi teknis ataupun isi materi yang
saya ambil dikarenakan kemampuan pengalaman yang saya miliki. Dalam penulisan
makalah ini juga tak lepas dari bantuan berbagai pihak yang terus memberikan
dukungan, doa, kritik, maupun saran sehingga makalah ini dapat selesai.
Oleh karena itu, saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak dalam penulisan makalah ini. Akhirnya saya
berharap semoga Allah SWT melimpahkan dan memberikan imbalan yang setara
kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini
dan dapat dinilai sebagai ibadah oleh-Nya.
43121010035
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2
BAB I........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................................7
LANDASAN TEORI................................................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................................17
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................17
3.1 PENERAPAN..............................................................................................................................17
3.2 PERBANDINGAN ANTARA TEORI/PENELITIAN TERDAHULU DAN PRAKTEK.........18
3.3 PEMBAHASAN..........................................................................................................................20
BAB IV...................................................................................................................................................22
PENUTUP...............................................................................................................................................22
4.1 KESIMPULAN............................................................................................................................22
4.2 SARAN........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................24
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pada pertengahan Maret tahun 2020, dunia dihadapi peristiwa yang tidak
biasa, munculnya virus corona yang sangat berbahaya. Penyebarannya tidak hanya
berdampak pada kesehatan tetapi juga perekonomian negara-negara seperti Indonesia.
Usaha kecil dan menengah (UMKM) juga menjadi salah satu perusahaan yang
merasakan dampak ekonomi dari krisis Corona. Mereka mengatakan mereka
kehilangan hingga 50% lebih banyak pelanggan karena mereka merekomendasikan
tinggal di rumah secara fisik. Ini mengurangi penjualan karena orang tidak pergi
keluar dan berbelanja.
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar
pajak?
6
1. Bagi Penulis
Saya pribadi sebagai penulis berharap dengan penelitian ini membawa
manfaat untuk memperluas wawasan serta memperkaya pengetahuan yang
lebih luas lagi tentang pengaruh insentif pajak terhadap kepatuhan Wajib
Pajak di Indonesia pada masa Pandemi Covid-19, serta menumbuhkan
kepedulian bagi saya secara khusus terhadap kewajiban membayar pajak.
2. Bagi Universitas
Memiliki manfaat sebagai tambahan referensi dan gambaran terhadap topik
penelitian "pengaruh insentif pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak di
Indonesia pada masa Pandemi Covid-19" kedepannya agar digunakan sebagai
bahan penelitian dan pertimbangan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Jadi dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kewajiban yang wajib dibayarkan
masyarakat kepada pemerintah yang akan digunakan untuk kepentingan umum dan
pembangunan. Sedangkan retribusi adalah iuran ataupun pembayaran perorangan
ataupun badan perusahaan atas jasa izin tertentu yang telah disediakan oleh negara
atau pemda. Keduanya memiliki persamaan yaitu sama-sama merupakan bayaran
atau pungutan yang diwajibkan pemerintah kepada masyarakat dan keduanya bersifat
paksaan.
Pajak juga dapat didefinisikan sebagai iuran rakyat sebagai warga negara dan
wajib pajak kepada Kas Negara yang berdasarkan kepada undang-undang dengan
tidak mendapat jasa kontra prestasi yang langung dapat ditujnukkan dan dipakai
untuk pembayaran pengeluaran umum, atau dapat dibilang pajak adalah iuran dalam
periode tertentu yang dipaksakan oleh pemerintah kepada wajib pajak yang sifatnya
8
wajib dan harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara sebagai balas jasa tidak
langsung.
Pajak merupakan sumber utama pemasukan dari suatu negara. Sebab itu,
tanpa pajak, sebagian besar kewajiban ataupun kegiatan negara sangat sulit untuk
dilaksanakan. Contohnya adalah seperti membayar gaji pegawai, membangun
insfrastruktur, ataupun memperbarui alat alat militer.
Pajak di negara Indonesia diatur dalam Pasal 23 A UUD 1945 yang isinya
menyatakan bahwa "Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara diatur dengan undang-undang". Kemudian pengertian pajak juga tertulis pada
pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007 yang bunyinya adalah bahwa "Pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat."
Di Indonesia sendiri, terdapat banyak jenis pajak yang wajib untuk dibayarkan
dan disetorkan oleh wajib pajak, seperti pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai
atas barang dan jasa, pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan,
dan pajak-pajak lainnya. Semua ini telah diatur dalam undang-undang tersendiri yang
mana di Indonesia ini memiliki 7 asas pemungutan pajak yang selalu dijadikan acuan.
Ketujuh asas tersebut ialah :
1. Asas finansial
2. Asas ekonomis
Asas ekonomis yaitu asas pajak yang mengatur bahwa hasil pemungutan
pajak di Indonesia wajib digunakan untuk kepentingan umum ataupun kepentingan
masyarakat dan rakyat secara utuh. Pajak juga tidak boleh menyebabkan
perekonomian rakyat menjadi merosot. Justru dengan hadirnya pajak ini, pemerintah
diharapkan dapat membangun negara secara maksimal tanpa harus memikirkan dan
mencari biaya lain seperti hutang kepada negara lain.
3. Asas yuridis
4. Asas umum
Kemudian ada juga asas umum. Asas umum merupakan asas yang
manyatakan bahwa pemungutan pajak di Indonesia haruslah didasarkan kepada
keadilan umum yang maksudnya adalah pemungutan ataupun penggunaan pajak telah
dirancang dari serta untuk rakyat dan masyarakat Indonesia.
5. Asas kebangsaan
Asas kebangsaan perihal pajak di Indonesia mengatur jika setiap orang yang
lahir serta tinggal di Indonesia wajib membayarkan dan menyetorkan pajak sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan dan berlaku di negara Indonesia. Berdasarkan
asas ini juga, warga negara asing yang berada di Indonesia selama lebih dari satu
tahun tanpa sekalipun meninggalkan Indonesia wajib dikenai pajak apabila
penghasilan yang mereka dapatkan bersumber dari Indonesia.
6. Asas sumber
Selanjutnya adalah asas sumber, asaa sumber adalah dasar pemungutan pajak
sesuai dengan di mana letak suatu perusahaan berdiri ataupun di mana letak tempat
tinggal wajib pajak. Jadi menurut asas sumber, pajak yang wajib disetorkan ataupun
dibayarkan Indonesia hanya dikhususkan untuk badan ataupun orang yang tinggal
serta bekerja ataupun berada di Indonesia saja.
7. Asas wilayah
Menurut asas wilayah, pajak berlaku sesuai wilayah tempat tinggal wajib
pajak. Sebagai contohnya apabila seseorang warga negara Indonesia tinggal di luar
negeri, maka sesuai dengan asas wilayah, rumah ataupun barang yang dipakai dan
digunakan oleh seseorang tersebut tidak wajib dikenai pajak oleh pemerintah
Indonesia sebab seseorang tersebut tinggal di luar negeri. Namun apabila jika ada
11
warga negara asing yang tinggal di Indonesia dalam jangka waktu tertentu, maka
warga negara asing tersebut wajib dikenai pajak berdasarkan peraturan yang berlaku.
Insentif pajak ini adalah bentuk pengecualian dari sistem pajak umum. Ini
dapat mengambil banyak bentuk, seperti tarif pajak laba yang lebih rendah,
pembebasan pajak ataupun ketentuan akuntansi yang memiliki potensi terjadinya
penyusutan dan kerugian yang dipercepat pajak. PBB menyebutkan dalam publikasi
mereka bahwa insentif pajak juga dapat berupa bea masuk yang lebih rendah atas
alat-alat, komponen, serta bahan belum jadi yang dilakukan pengiriman ke luar
negeri. Kenaikan bea masuk yang bertujuan melindungi pasar domestik dari produk
impor substitusi dapat juga dilakukan sebagai alternatif cara dari pengurangan.
Secara ringkas, menurut definisi yang telah dijelaskan, manfaat pajak adalah
ketentuan pajak khusus yang berbeda dari ketentuan yang berlaku umum. Manfaat
12
pajak hanya dapat digunakan oleh pihak yang memenuhi kriteria atau ketentuan yang
telah ditentukan. Manfaat pajak datang dalam berbagai bentuk. Misalnya,
pengurangan bea masuk, cuti pajak dan keringanan pajak. Bentuk-bentuk insentif
perpajakan tujuan utamanya adalah untuk membantu penggapaian tujuan maupun
target yang sebelumnya telah ditetapkan oleh pemerintah.
telah berlaku. Rasa sadar tersebut muncul dan merupakan sebuah dorongan motivasi
intrinsik, atau sebuah motivasi yang berasal dari kemauan individu. Sedangkan
motivasi ekstrinsik merupakan sebuah dorongan dari luar pribadi seseorang, sebagai
contohnya adalah pegawai pajak yang mendorong peningkatan kepatuhan pajak.
Penelitian yang diteliti oleh Dwi Ariyanto (2020) menguji Kepatuhan Wajib
Pajak UMKM di Kabupaten Kudus Selama Pandemi COVID-19. variabel yang
digunakan yaitu variabel independen persepsi tarif pajak, kualitas layanan dan
pengetahuan perpajakan, sosialisasi fiskus pajak dan variabel dependen yaitu
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM atas pemberian Insentif Pajak, Metode penelitian
menggunakan metode kuantitatif dengan data primer.
Lalu, teknik pengumpulan data yang dipakai yaitu dengan instrumen
penelitian. Instrumen penelitian dapat didefinisikan sebagai instrumen ataupun alat
yang dipergunakan guna pengukuran fenomena alam ataupun sosial yang diamati.
Sampel penelitian ini 158 Wajib Pajak di Wilayah Kabupaten Kudus. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Dwi Ariyanto meliputi tuga aspek, yaitu penelitian persepsi tarif
pajak, kemudian penelitian kualitas layanan, serta penelitian pengetahuan perpajakan
yang ternyata memiliki pengaruh terhadap adanya kelancaran pemberian insentif
pajak dari pemerintah yang bertujuan untuk menstabilkan penerimaan negara di masa
pandemi Covid-19.
Kesamaan antara penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah
yang pertama penelitiannya sama-sama menggunakan metode penelitian kuantitatif
serta menggunakan data mentah atau data primer. Lalu, kedua penelitiannya juga
mempelajari serta meninjau kepatuhan pajak di sektor UMKM. Kemudian, penelitian
ini sama-sama mempelajari tentang kebijakan pajak preferensial pemerintah. Yang
terakhit, terdapat variabel bebas yang sama pada penelitian sebelumnya dan
penelitian saat ini yaitu pengetahuan perpajakan dan sosialisasi perpajakan.
15
2.3 HIPOTESIS
2.3.1 Faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam
membayar pajak?
Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak adalah sosialisasi
perpajakan. Jika Wajib Pajak diberikan pemahaman yang cukup baik melalui
sosialisasi, mereka dapat memahami pentingnya pembayaran pajak dan dengan
demikian meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Andriani (2016) yang menemukan bahwa sosialisasi perpajakan
berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Menurut survei yang
dilakukan oleh Suardana (2020), sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan pajak mahasiswa UMKM, sehingga semakin sering mahasiswa menerima
informasi dari sosialisasi pajak maka semakin baik kepatuhan pajaknya. Kemudian
ada juga beberapa faktor yang nyatanya mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam
membayar pajak seperti faktor insentif pajak, tarif pajak, sanksi pajak, dan pelayanan
16
pajak membawa pengaruh yang positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam
membayar pajak selama Pandemi Covid-19.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENERAPAN
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23 Tahun 2020 diterbitkan oleh
pemerintah yang mana peraturan tersebut memuat tentang Insentif Pajak Bagi Wajib
Pajak yang terkena dampak wabah virus Covid-19. Pemberian insentif tersebut
merupakan respon pemerintah terhadap data yang menampilkan turunnya
produktivitas para pelaku usaha. Sebelumnya, ada pembicaraan di antara wajib pajak
tentang menawarkan insentif pajak karena penurunan tajam ekonomi wajib pajak
akibat wabah. Covid-19 sendiri telah dinyatakan oleh pemerintah sebagai bencana
tidak alami yang mempengaruhi stabilitas ekonomi dan pendapatan nasional.
Penerapan insentif ini tidak berlaku sama untuk semua jenis pajak, disesuaikan
dengan konsep masing-masing pajak yang berlaku. Penting untuk ditegaskan bahwa
tidak semua jenis pajak penghasilan memenuhi syarat untuk konsesi, juga tidak
semua wajib pajak berhak mendapatkan konsesi dalam PMK ini. Seperti halnya Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), di mana dalam kenyataannya tidak seluruh Pengusaha
Kena Pajak (PKP) dapat mengakses fasilitas ini.
diberlakukannya hal ini, pemerintah berharap dapat memberikan stimulus bagi dunia
usaha yang terkena dampak pandemi. Kemudian beberapa pihak mengecualikan
Pajak Penghasilan yang diatur pada Pasal 22 atas impor atau pembelian barang untuk
penanganan Covid-19. Kemudian, wajib pajak entitas darat dan bentuk usaha tetap
atau BUT, dibebaskan dari pajak penghasilan Bagian 23. Pasal 21 PPh kemudian
akan dibebaskan untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang diberikan
kompensasi dalam beberapa cara untuk layanan yang diperlukan untuk memberikan
layanan dalam konteks pandemi Covid-19. Insentif ini hanya berlaku bagi Wajib
Pajak dengan Klasifikasi Wilayah Usaha tertentu atau bertanda Kemudahan Impor di
Tujuan Ekspor.
Belanja Negara (APBN) masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah total
penerimaan negara.
3.3 PEMBAHASAN
Pembahasan insentif pajak penghasilan final dalam peraturan Kementerian
Keuangan yang dikeluarkan akibat pandemi Covid-19, menjadi penting untuk
memahami definisi UMKM. Pasalnya, dalam undang-undang tersebut, manfaat pajak
penghasilan final merupakan salah satu manfaat yang diberikan kepada wajib pajak
dalam PP Nomor 23 Tahun 2018. Oleh karena itu, sebelum membahas tentang
penawaran itu sendiri, akan dijelaskan definisi UMKM.
(4), ada beberapa jenis penghasilan yang tidak boleh menggunakan tarif 0,5% ini.
Sedikitnya ada tiga kategori penghasilan yang dikecualikan, yaitu penghasilan yang
berkaitan dengan pekerjaan mandiri, penghasilan dari luar negeri dan penghasilan
yang telah dibayar pajak penghasilan final lainnya. Insentif pajak yang dikeluarkan
selama masa pandemi Covid-19 dimulai dengan PMK Nomor 23 Tahun 2020 dan
terus direvisi atau diperbarui. Lulus PMK No 44 Tahun 2020, PMK No 86 Tahun
2020, PMK No 110 Tahun 2020, dan yang terakhir PMK No 9 Tahun 2021. Salah
satu insentif yang diberikan pemerintah dalam regulasi tersebut adalah insentif pajak
penghasilan (DTP) final ditanggung pemerintah bagi wajib pajak dalam Standar PP
Nomor 23 Tahun 2018.
Skema pertama sesuai dengan PMK Nomor 23 Tahun 2020 stdd PMK Nomor
44 Tahun 2020. Dalam skema ini, wajib pajak didasarkan pada kriteria dalam PP.
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 5(3) Perpres-UU No. 23 Tahun 2018, sertifikat
harus diserahkan pada saat melakukan pemotongan/pemungutan atau transaksi impor
oleh pemotong/pengumpul atau Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sebagai
mitra dagang. Selain itu pada ayat (4), pemotong/pemungut pajak dan DJBC perlu
melakukan konfirmasi terhadap surat pernyataan tersebut, dan apabila konfirmasi
tersebut benar maka PPh yang terutang tidak perlu dipotong/dipungut. Karena
ditanggung oleh pemerintah. Begitu pula dengan penghasilan yang diperoleh Wajib
Pajak berdasarkan Skala PP Nomor 23 Tahun 2018, jika pajak penghasilan final
dibayar sendiri, karena termasuk dalam skema DTP, tidak perlu menyetor pajak.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pemerintah memberikan insentif pajak kepada warganya hanya selama
pandemi 2020, dan tidak akan ada draf atau peraturan baru tentang fasilitasi pajak
tahun depan. Hal inilah yang membuat variabel insentif pajak tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak di bidang perpajakan. Ada insentif pajak, daya beli
masyarakat juga berkurang karena pendapatan warganya juga lebih rendah, dan juga
banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena PHK dan lebih sedikit karyawan
yang bekerja dari rumah. Dengan cara ini pendapatan yang mereka peroleh dipotong
dari perusahaan tempat mereka bekerja. Adapun variabel tarif pajak dan sanksi pajak
yang berdampak signifikan terhadap kepatuhan, hal ini disebabkan tarif pajak
pemerintah yang lebih rendah dan pencabutan sanksi administrasi selama pandemi,
yang dapat meningkatkan kepatuhan pajak bulanan.
Di masa pandemi, dengan banyaknya pegawai pajak yang bekerja dari rumah,
banyak layanan perpajakan yang ditutup selama PSBB, sehingga pembayaran dan
pelaporan dilakukan secara online. Namun semua itu memiliki banyak kendala,
seperti jaringan internet yang buruk, tidak banyak petugas pajak yang datang ke
kantor, sehingga banyak pelayanan administrasi yang tertunda. Hal ini membuat
variabel pelayanan perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak.
23
4.2 SARAN
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel lain yang
dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, seperti contohnya motivasi wajib pajak,
kemudian tingkat ekonomi wajib pajak, ataupun sikap wajib pajak.
DAFTAR PUSTAKA
https://repo.undiksha.ac.id/9219/3/1717051404%20-BAB
%201%20PENDAHULUAN.pdf
http://scholar.unand.ac.id/75656/2/BAB%20I%20SKRIPSI.pdf
http://eprints.perbanas.ac.id/7632/21/BAB%20II.pdf
https://stia-binataruna.e-journal.id/PUBLIK/article/view/235/141
https://satvika.co.id/news/pemberian-insentif-pajak-di-tengah-wabah-covid-19.html