MAKALAH
Oleh:
Alzahra Diva Sabilla
43121010313
Pembimbing
Dr. Sudjono, M.Acc.
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga
penulis dapat menyusun makalah ini sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis memberi ucapan
terima kasih kepada bantuan yang telah berkontribusi atas penyusunan makalah ini baik dari
materi maupun pikiran.
Penulis berharap lebih dari tersusunnya makalh ini dapat memberikan pengetahuan dan
memberikan pengalaman untuk para pembaca. Penulis juga berharap lebih agar makalah ini
dapat menjadi contoh untuk di masa yang akan datang dalam memberikan peraturan perpajakan
bagi pelaku UMKM di Indonesia.
2
DAFTAR ISI
COVER
MAKALAH..................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................4
1.2 Batasan Masalah.......................................................................................................5
1.3. Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.4. Tujuan......................................................................................................................6
1.5. Manfaat....................................................................................................................6
BAB II............................................................................................................................... 7
LANDASAN TEORI........................................................................................................7
2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory..........................................7
2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu.................................................................................8
2.3 Hipotesis................................................................................................................. 10
BAB III............................................................................................................................ 14
PEMBAHASAN.............................................................................................................14
3.1 Penerapan................................................................................................................14
3.2 Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek....................................14
3.3 Pembahasan............................................................................................................17
BAB IV............................................................................................................................ 19
PENUTUP....................................................................................................................... 19
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................19
4.2 Saran....................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memperoleh sebagian besar
penerimaan negaranya dari sektor perpajakan. Pendapatan yang diperoleh dari sektor
perpajakan digunakan untuk pembangunan di berbagai bidang untuk tujuan kesejahteraan sosial.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh individu atau badan yang
koersif berdasarkan hukum, tanpa menerima kompensasi langsung dan digunakan untuk
kebutuhan negara untuk kemakmuran rakyat sebesar-besarnya (Direktorat Jenderal Pajak). Pajak
adalahbagian fiskal penting dari pemerintah. Pajak penghasilan final adalah salah satu bagian
dari sektor perpajakan yang harus dibayar oleh wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan
atas penghasilan yang mereka terima dan pajak ini hanya dapat dikurangkan sekali dalam satu
periode pajak.
Usaha mikro,kecil, dan menengah (UMKM) adalah usaha perdagangan yang dikelola
oleh perorangan mengikuti kriteria usaha ekonomi produktif yang ditetapkan oleh Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008. Keberadaan UMKM memiliki kontribusi yang signifikan
terhadapProduk Domestik Bruto (PDB). Perkembangan UMKM telah menunjukkan
pertumbuhan yang pesat menyebabkan semakin banyak orang tertarik untuk memulai dan
memiliki bisnis sendiri. UMKM memiliki peran yang cukup berpengaruh terhadap
perkembangan pergerakan ekonomi Indonesia karenamembantu menggerakkan roda ekonomi,
membantu mengurangi pengangguran, dan meningkatkan kreativitas masyarakat dalam
membuat usaha yang inovatif dan unik untuk menarik minat pembeli. Hal ini dapat dilihat pada
UMKM yang berada di kawasan Dramaga, Kabupaten Bogor, yang terdiri dari es bisnisdi
berbagai bidang seperti makanan, minuman, pakaian, aksesoris, peralatan rumah tangga, dan
produk kecantikan. Pesatnya pertumbuhan UMKM di kawasan Dramaga sebagian besar
disebabkan oleh lokasinya yang strategis, yaitu berada di lingkungan dengan pasar tradisional
yang memudahkan akses masyarakat untuk mengunjungi UMKM tersebut. Kontribusi pelaku
UMKM dalam pergerakan ekonomi tidak selalu berbanding lurus dengan kepatuhan wajib pajak
penghasilannya. Penerimaan pajak dari sektor UMKM masih belum mewakili besarnyapelaku
UMKM yang seharusnya memberikan kontribusi besar terhadap penerimaan pajak.
Ada tiga aspek yang mendukung kepatuhan wajib pajak, yaitu menghitung, membayar
dan melaporkan. Pertama, wajib pajak menghitung jumlah pajak penghasilan yang perlu
dibayarkan, yaitu penghasilan kotor yang diperoleh dikalikan dengan tarif. Tarif PPh yang
dikenakan bagi pelaku UMKM sebesar 0,5% dari penghasilan bruto yang diperoleh. Kebijakan
insentif pajak penghasilan bagi pelaku UMKM merupakan salah satu fasilitas fiskal yang
diberikan oleh pemerintahkepada pelaku UMKM untuk menggenjot kegiatan dan kemajuan di
sektor UMKM. Kebijakan insentif pajak UMKM memberikan keringanan pajak bagi pelaku
UMKM dengan potongan pajak sebesar 0,5%. Dari sisi bisnis, penurunan tarif baru ini
4
diharapkan dapat merangsang munculnya pelaku UMKM baru dan memberikan ruang finansial
(peluang usaha) dengan mengurangi beban biaya UMKM sehingga dapat digunakan dalam
ekspansi bisnis. (Rafika Sari, 2018).
Pemerintah mendorong UMKM untuk mematuhi kewajiban perpajakannya dengan
menerapkanbeberapa kebijakan yang mendorong penerimaan pajak, seperti ketentuan tarif
pembayaran pajak penghasilan bagi UMKM. Selama masa pajak 2020, mayoritas UMKM
mengalami penurunan penjualan pendapatan akibat pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID19) dan penerapan pembatasan sosial berskala besar untuk mencegah penularan virus
masif yang berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat. Pemerintah menerbitkan PMK
Nomor 44 Tahun 2020 untuk menggantikan PMK Nomor 23 Tahun 2020 yang hanya
menyebutkan empat sektor yang berhak menerima insentif pajak. PMK terbaru nomor 44 tahun
2020 tersebut berisi penambahan satu sektor, yaitu UMKM, dan pemberian insentif perpajakan
bagi sektor ekonomi yang terdampak COVID-19 dalam rangka mengurangi perekonomian wajib
pajak.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diberikan sebelumnya, terdapat rumusan
masalah pada penelitian ini
1. Apa saja dampak dari Wajib Pajak bagi UMKM selama pandemi Covid-19?
2. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengurangi beban Wajib Pajak kepada UMKM
selama pandemi Covid-19?
3. Bagaimana caranya UMKM mengatasi dampak Covid-19 untuk tetap melaksanakan
pembayaran Wajib Pajak?
5
1.4. Tujuan
Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Wajib Pajak dari Covid-19 bagi UMKM
2. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah demi mengurangi beban Wajib Pajak kepada
UMKM selama pandemi Covid-19
3. Untuk mengetahui tindakan UMKM dalam mengatasi pelaksanaan pembayaran Wajib
Pajak selama Covid-19
1.5. Manfaat
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Grand theory
Salah satu bagaimana menyikapi suatu perilaku, norma yang logis dengan adanya
perilaku, dan menghubungkan terhadap perilaku yang diatur biasanya digunakan untuk
melihat niat perilaku dengan ketelitian yang tinggi
Teori ini dikembangkan oleh Ajzen (1991). Ini merupakan pengembangan lebih lanjut
dari Theory Reasonable Action (TRA). Ini terkait dengan perilaku pribadi dan variabel
standar subjektif dan sikap selama studi teoritis Variabel tambahan untuk perilaku yang
direncanakan, yaitu kontrol, telah dikembangkan. Perilaku yang dirasakan. Hal ini
digunakan untuk mengukur perilaku wajib pajak, khususnya kepatuhan pajak,Misalnya
individu Secara sistematis menggunakan sejumlah besar informasi yang berguna. Setiap
orang Individu melihat kembali manfaat dari tindakan sebelumnya Melakukan tindakan
tertentu. Karena itu, berhati-hatilah saat mengonsumsinya. Bertindak dan menjadi
pendapat mereka tentang kondisi Persiapan. Selain itu, Ajzen (1991) Perilaku, norma
subjektif perilaku dan kontrol perilaku Persepsi biasanya digunakan untuk memprediksi
niat perilaku presisi tinggi. Jika teori ini berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak,
kepatuhan Wajib pajak dipengaruhi oleh niatnya sendiri. Sudah dilakukan sebelumnya
Melakukan survei kepatuhan wajib pajak oleh wajib pajak sampel Personal Use Theory
of Planned Behavior (TPB), oleh Aryati (2012), Oktaviani (2015) dan Bobek (2013).
Mereka menerapkan TPB untuk menjelaskan Perilaku kepatuhan wajib pajak dalam hal
ini sangat penting bagi yang memilikinya Akibatnya, penting bahwa pekerjaan
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
B. Middle theory
Teori ini memiliki tujuan dimana membayar pajak sesuai dengan kesanggupan seorang
dalam membayar pajaknya
Teori ini adalah teori bahwa perpajakan adalah rasional. Atas kemampuan wajib pajak itu
sendiri. Pengukuran perpajakan Menurut teori keberlanjutan, yang mampu mengubah diri
menjadi jumlah aset. Jumlah pendapatan dan pengeluaran yang dimiliki dan jumlah
tanggungan tanggungan. Teori ini dapat digunakan 2 unsur Pendekatan, yaitu:
1. Unsur objektif Pendekatan untuk melihat tingkat pendapatan dan kekayaan
Seseorang memilikinya.
7
2. Unsur subyektif Suatu pendekatan yang memperhitungkan besarnya kebutuhan yang
perlu dipenuhi. Teori ini sejalan dengan perubahan tarif UMKM. Sebelumnya,
UMKM dirasakan melawan tarif 1%. Hal ini Daya dukung ditentukan, menurut
Sinninghe Damste Berdasarkan beberapa faktor: pendapatan, kekayaan, struktur
keluarga
C. Operational theory
Berhubungan dengan wajib membayar pajak adalah hak menjalankan kewajiban nya
dengan perpajakan
Teori ini adalah ketentuan untuk setiap wajib pajak dapat menggunakan haknya dan
memenuhi kewajibannya yang terkait Kena Pajak, Oleh karena itu, kepatuhan adalah
sikap Seseorang yang mengikuti semua aturan yang berkaitan dengan kepribadiannya.
Kepatuhan pajak dapat dibagi menjadi dua bidang: kepatuhan kritis dan kepatuhan.
Secara formal. Kepatuhan yang penting adalah ketika wajib pajak berada di negara
bagian. Ini pada dasarnya sesuai dengan semua ketentuan penting Perpajakan sesuai
dengan isi dan semangat undang-undang perpajakan. di samping itu Kinerja formal
merupakan syarat wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya. Dikenakan pajak secara
formal sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Oleh karena itu, wajib pajak
dikatakan memenuhi kepatuhan wajib pajak. Jika Wajib Pajak memenuhi kewajiban
perpajakannya, keduanya Sesuai dengan peraturan substantif dan formal.
Kepatuhan dalam perpajakan adalah suatu kondisidi sini wajib pajak menggunakan hak-hak
mereka dan, yang paling penting, kewajiban mereka, secara disiplin sesuai dengan undang-
undang, peraturan, dan prosedur perpajakan yang berlaku. Kepatuhan pajak terdiri dari tiga
aspek, yaitu: menghitung, membayar, dan melaporkan. Compliance terdiri dari tiga aspek,
yaitu hitungan, laporan dan membayar. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah No.23 Tahun
2018 diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM karena tarif yang
digunakan hanya 0,5% dan pelaporannya lebih mudah. PMK N0. 44 Tahun 2020
merupakan kebijakan pemerintah yang diterapkan untuk memberikan insentif bagi wajib
pajak yang terdampak wabah COVID-19. Penerbitankebijakan oleh pemerintah terkait
perpajakan bertujuan untuk membantu meningkatkan dan mempercepat aliran pembiayaan,
barang dan produksi sehingga bahwa mereka menjadi stabil dan mampu bertahan di tengah
pandemi dan membantu mensejahterakan semua yang menerima manfaat dari kebijakan ini
(Aswin Padyanoor, 2020).
5 teori faktor yang mempengaruhi landasan moral pajak :
1. Adanya kejujuran
2. Melayani dengan baik dan membantu melalui aparat
3. Rasa percaya yang tinggi terhadap pemerintahan
8
4. Saling menghormati apparat pajak
5. Menghargai individu lainnya
Pajak adalah salah satu penerimaan bangsa yang sangat dibutuhkan untuk membantu
biaya pembangunan yang berasal dari dalam negeri. Besarnya suatu pajak bisa
menentukan biaya negara melalui pengeluaran, mulai dari biaya pembangunan atau biaya
anggaran lainnnya. Oleh karena itu, kegunaan pajak sangat dibutuhkan dalam
meningkatkan baik subjek ataupun objek pajak yang tersedia
Kepatuhan membayar pajak menurut Nurmantu (2005) adalah suatu keadaan dimana
wajib pajak mampu memenuhi kewajiban semua dalam pajak dan kewajinam hak pajak.
Terdapat dua kepatuhan perpajakan, yaitu formal dan material, Formal merupakan
keadaan dalam memenuhi kewajiban nya secara formal sesuai dengan UU perpajakan
sedangkan Material, keadaan yang sesuai denga nisi dan jiwa UU perpajakan
UMKM adalah bagian yang sangat penting dalam ekonomi rakyat di dalam wilayah
ataupun Negara dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun pada tenaga kerja
Penelitian Terdahulu
9
2.3 Hipotesis
Dalam rumusan masalah dan teori yang sudah di analisis, dapat dibentuk model hipotesis
berikut :
SOSIALISI
PERPAJAKAN(XI)
PELAKSANAAN SELF
ASSESSMENT SYSTEM
(X3)
Pengembangan Hipotesis
Keyakinan normatif seperti Theory of Planned Behavior (TPB) juga menjadi faktor. Penentu niat
perilaku seseorang ketika seseorang yakin dengan motivasi atau motivasi Dari orang lain (luar).
Seperti sosialisasi perpajakan yang memegang peranan penting Pemerintah khususnya Sekretaris
Pajak memberikan sarana informasi, pengetahuan dan pemahaman perpajakan. Kepada wajib
pajak. Sosialisasi pajak merupakan suatu keyakinan yang memotivasi wajib pajak (orang
pribadi). Kepatuhan Pajak Siahaan, dkk (2018) (Marjan, 2014). Penelitian ini disempurnakan
dengan penelitian Dilakukan oleh Andriani, dkk (2016), yang menemukan bahwa sosialisasi
perpajakan berpengaruh positif. Penting untuk kepatuhan wajib pajak.
H1 : Sosialisasi pajak berpengaruh positif besar terhadap kejujuran pajak
Keyakinan normatif juga merupakan penentu niat otoritas pajak. Layanan keuangannya
Mematuhi undang-undang perpajakan sebagai dorongan untuk membangun kualitas dan
kepercayaan diri Wajib Pajak merasa terbantu, Dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
(Marjan, 2014) di Siahaan, dkk (2018). penelitian Hal ini didukung oleh penelitian Mahalani
(2015) yang menjelaskan tentang pelayanan pajak. Dampak positif yang signifikan terhadap
kepatuhan pajak
H2 : Jasa Fiskal memiliki pengaruh positif yang sangat besar
terhadap kepatuhan wajib pajak. Planned Behavior Theory (TPB) adalah prediktor perilaku yang
baik karena sengaja diseimbangkan. Melakukan tindakan (Ajzen, 1991 Andayani, 2016) bersama
10
Siahaan, dkk (2018). Keyakinan dalam tindakan Ini adalah salah satu penentu niat perilaku
seseorang yang diyakini Mengevaluasi hasil dari tindakan dan perilaku yang baik dan buruk. Jika
wajib pajak memiliki Kami percaya bahwa fungsi pajak sangat penting bagi pembangunan dan
pembiayaan negara. Kekhawatiran muncul tentang pentingnya wajib pajak mengakui kewajiban
perpajakan (Marjan, 2014) Dengan Siahaan dkk. (2018). Dirombak dari Simanjuntak, dkk (2012:
8384), Kesadaran Masyarakat atau Kepatuhan Saat menerapkan sistem penilaian mandiri, Anda
harus fokus pada pajak. untuk mempelajari Hal ini didukung oleh penelitian Maharani (2015)
yang menyatakan self-implementation. Sistem pemeringkatan berpengaruh positif signifikan
terhadap kepatuhan pajak
H3 : Penerapan sistem penilaian mandiri memiliki efek positif yang besar terhadap
kepatuhan wajib Pajak.
H4 : Sosialisasi perpajakan, penerapan jasa fiskus dan self assessment system akan
berdampak Terkait dengan kepatuhan wajib pajak.
Metode Penelitian
Survei ini menggunakan data primer dari tanggapan atau survei responden. Diberikan
sebelumnya. Peneliti bertanya kepada wajib pajak, atau pemilik, serangkaian pertanyaan UKM
Semarang disurvei menggunakan survei dan wajib pajak Bereaksi (Astuti, dkk., 2016). Populasi
dalam survei ini adalah wajib pajak UMKM di kota Semarang. Hingga 2.129 wajib pajak.
Sampel untuk penelitian ini dihitung dan diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. 95
orang. Berdasarkan masing-masing ukuran usaha tersebut adalah ukuran sampel usaha mikro
sebanyak 88 Wajib Pajak & bisnis kecil sebesar 7 Wajib Pajak yg berada pada Kota Semarang.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini merupakan teknik simple secara acak sampling
menggunakan memakai rumus slovin. Menurut Indriantoro & Supomo (1999), simple secara
acak sampling merupakan teknik pemilihan sampel secara acak sederhana dari strata.
Definisi Operasional
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Kepatuhan harus pajak merupakan menjadi suatu keadaan dimana WP memenuhi seluruh
kewajiban perpajakan & melaksanakan hak perpajakannya. Berdasarkan definisi tersebut, maka
dimensi menurut indikator kepatuhan harus pajak merupakan :
1. Wajib pajak memenuhi seluruh kewajiban perpajakan. Indikator menurut dimensi dari
Nurmantu (2005: 148-149) merupakan :
a. Ketepatan memenuhi kewajiban perpajakan.
b. Ketepatan & kejujuran pada membicarakan Surat Pemberitahuan Pajak.
c. Membayar pajak menggunakan sempurna waktu.
d. Tidak mempunyai tunggakan.
11
e. Bersedia memenuhi hukuman jika terjadi kesalahan.
2. Wajib pajak melaksanakan hak perpajakannya. Indikator menurut dimensi dari Nurmantu
(2005: 148-149) merupakan :
a. Konsultasi menggunakan petugas pajak.
b. Tidak pernah dipidana pada bidang perpajakan. Sosialiasi Perpajakan
12
a. Pelayanan yang diberikan.
b. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
c. Pemahaman terhadap ketentuan perpajakan.
d. Sistem berita perpajakan.
e. Kualitas lingkungan tempat kerja pajak.
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
Survei ini berdampak positif bagi pengguna informasi, UMKM itu sendiri dan pemerintah.
Sebagai pembuat kebijakan. Dampak positif dari UMKM adalah pemberian insentif oleh
pemerintah. Dengan mengurangi pembayaran pajak final, sehingga mengurangi beban pajak
UMKM akan menanggungnya. Untuk negara bagian yang diwakili oleh otoritas pajak dalam
survei ini Hal tersebut dapat melihat tingkat kepatuhan wajib pajak UMKM untuk membayar
pajak. Jadi penelitian Ini akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan mendorong peningkatan
penerimaan. Negara.
Pandemi Covid-19 menjadikan kondisi perekonomian yang ada di Indonesia termasuk pelaku
bagi para UMKM menjadi sangat buruk. Sehingga pemerintah telah membuat banyak kebijakan
guna untuk meringankan beban bagi para UMKM, yaitu salah satu kebijakan yang dilakukan
dengan menerapkan pemberian insentif atau diskon bagi para UMKM di bidang perpajakan.
Insentif atau diskon tersebut pemerintah berlakukan dengan memangkas tarif PPh yang
sebelumnya 1% menjadi 0,5% bagi para UMKM yang omset nya tidak melebihi Rp 4,8 Milyar
dalam satu tahun dan telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Tujuan penerapan tersebut untuk
membantu bisnis UMKM agar terus berkembang, tetap menjaga aliran keuangannya (cash flow)
sehingga dapat digunakan sebagai tambahan modal usaha. Dengan begitu, melakukan
pembayaran pajak tidak lagi dianggap menjadi beban
14
independen dari model regresi. Selain itu, untuk uji varians tidak seragam menggunakan
Gletscher, nilai Sig untuk sosialisasi pajak (X1) adalah 0,737, nilai Sig untuk jasa keuangan Sig
(X2) adalah 0,374, dan nilai Sig untuk penerapan sistem self-assessment adalah 0,081.
Uji regresi linier berganda
Uji partial
Table 2 Uji-t
Model Unstandardized Coefficients Standar t Sig.
Coefficients
B Std.Error Beta
Constant 17.332 2.813 6.162 0.000
X1 -0.109 0.118 -0.135 -0.925 0.358
X2 0.042 0.092 0.078 0.457 0.649
X3 0.413 0.115 0.509 3.608 0.001
a. Dependent Variabel : Y
Sumber : Hasil olah data SPSS,2020
Uji serentak
Tabel 3 uji-F
Model Sum of df Mean square F Sig.
squares
Regression 203.563 3 67.854 8.189 0.000
Residual 613.155 74 8.286
Total 816.718 77
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: Constant), X1, X2, X3
15
Sumber : hasil Olah Data, 2020
Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan dan angka tersebut. Dimana F tabel = 2,73, f hitung =
8,189. Berarti F Jika hitung > F tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Oleh karena itu, kita
dapat menyimpulkan dampaknya Tentang variabel kepatuhan wajib pajak (Y) sekaligus antara
sosialisasi perpajakan (X1), pelayanan perpajakan (X2), dan penerapan self assessment system
(X3) terhadap variabel kepatuhan wajib pajak (Y).
Tabel 4 menunjukkan koefisien determinasi (R) atau R squareyang digunakan untuk pengukuran.
Kemampuan melaksanakan variabel sosialisasi perpajakan (X1), pelayanan perpajakan (X2), dan
sistem penilaian diri; Saat menyatakan variabel kepatuhan wajib pajak (Y). Hasil analisis regresi
menunjukkan adjusted Rsquare sebesar 0,219 dapat dijelaskan oleh variasi tiga variabel
independen yaitu sosialisasi perpajakan, pelayanan perpajakan, dan penerapan self assessment
system yang menyumbang 21,9% dari variasi kepatuhan pajak. .Berarti. Sisanya 78,1%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.
16
3.3 Pembahasan
1. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan, nilai t hitung = 0,925 & lt; dari nilai T tabel =
1,993 (t hitung lebih kecil dari t tabel), nilai signifikansi 0,358, 5% (0,050) Jika df = 74,
maka t tabel = 1,993. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa:
Hipotesis 1 ditolak. Dengan kata lain sosialisasi perpajakan tidak mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak. Hasil survei UKM Semarang tidak sesuai dengan teori ini karena
sosialisasi Itu tidak mempengaruhi kepatuhan pajak. Hal ini karena DJP belum optimal.
Memberikan informasi perpajakan kepada wajib pajak melalui sosialisasi perpajakan
terkait regulasi Untuk itu diperlukan konsultasi perpajakan secara berkala dan berbagai
acara. Terkait dengan undang-undang perpajakan untuk membantu wajib pajak
memahami bagaimana menerapkannya kewajiban pajaknya. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Astuti et al. (2016) Saya setuju dengan penelitian yang menunjukkan ini
Sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan kewajiban
perpajakan. Sosialisasi yang dilakukan dinilai belum optimal. Hasil penelitian Siahaan, et
al (2018) menunjukkan bahwa sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap
pemenuhan kewajiban Sedangkan menurut penelitian Wardani et al. (2018) Sosialisasi
pajak akan berdampak besar Untuk kepatuhan wajib pajak.
2. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan, nilai t hitung = 0,457 & lt; nilai t tabel = 1,993 (t
hitung lebih kecil dari t tabel), nilai signifikansi 0,649, 5% (0,050) Jika df = 74, maka t
tabel = 1,993. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa:
Hipotesis 2 ditolak. Artinya pelayanan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak. hasil Studi yang ada tentang UMKM di Semarang tidak sesuai dengan teori
ini. Dalam layanan penelitian ini Otoritas pajak tidak dapat mengontrol kepatuhan wajib
pajak karena tidak memahami kewajibannya. Itu melanggar undang-undang perpajakan
sesuai dengan peraturan penegakan terbaru. Sangat jauh Mempengaruhi kurangnya
pengetahuan wajib pajak dan menyebabkan tingkat kepatuhan yang lebih rendah
Pembayar pajak. Meningkatkan pelayanan perpajakan agar wajib pajak dapat membayar
pajak Dampak terhadap kepatuhan wajib pajak, perlu pelayanan prima dari fiskus, Sistem
perpajakan yang efisien dan efektif serta penerapan saran perpajakan Memberikan
informasi tentang undang-undang perpajakan terbaru yang memotivasi wajib pajak untuk
melakukannya Wajib pajak akan percaya diri dengan wajib pajak mereka dan akan
memilih untuk bertindak dengan cara yang patuh pajak. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Brata et al. (2017) Survei kualitas layanan Hal tersebut tidak
berdampak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, namun lebih disebabkan oleh
kualitas pelayanan. Otoritas pajak tidak dapat memenuhi atau melampaui harapan wajib
pajak. Hasil penelitian oleh Siahaan and et al (2018) Menunjukkan bahwa pelayanan
perpajakan tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Namun, hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan Astuti et al. (2016) saya melakukan survei. Hasil pemeriksaan pajak
menunjukkan bahwa pelayanan perpajakan memiliki pengaruh positif yang jelas.
17
Pada tingkat kepatuhan wajib pajak, hal ini dikarenakan petugas pajak memberikan
pelayanan. Ini memuaskan bagi pembayar pajak.
3. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan, nilai t-hitung = 3,608 > nilai t-tabel = 1,993 (t-
hitung lebih besar dari t-tabel) dengan nilai signifikansi 0,001 yaitu 5% (0,050). df = 74, t
tabel = 1,993. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa Hipotesis 3 diterima. Artinya
penerapan self-assessment system terhadap kepatuhan pajak akan berpengaruh positif
signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Maharani (2015), dan sistem
penilaian diri efektif. Secara jelas tentang tingkat kepatuhan WPUMKM di Pekanbaru,
hal ini menunjukkan: Sistem penilaian mandiri yang canggih juga dapat meningkatkan
kepatuhan KM WPUM Sebaliknya. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Satyawati et
al. (2017) menemukan bahwa sistem self-assessment berpengaruh positif terhadap
kepatuhan pajak. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Astuti et al. (2016)
Saya setuju bahwa penerapan sistem self-assessment tidak akan berdampak signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Ini adalah pengetahuan WP kos masih kurang
memahami penerapan sistem self-assessment.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Wajib Pajak merupakan pribadi atau badan, mencakup pembayar pajak, pemotong pajak,
& pemungut pajak, yg memiliki hak & kewajiban perpajakan sinkron menggunakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dari UU No 16 Tahun 2009
mengenai Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan. Menurut Abdul Rahman (2010:32)
Wajib Pajak merupakan orang eksklusif atau badan yg dipengaruhi buat melakukan
kewajiban perpajakan yaitu memungut atau memotong pajak eksklusif yg sinkron
menggunakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sedangkan dari Fidel
(2010:136) Wajib Pajak adalah subjek pajak yg memenuhi kondisi-kondisi objektif yaitu
warga yg mendapat atau memperoleh Penghasilan Kena Pajak (PKP), yaitu penghasilan
yg melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi harus pajak pada negeri sinkron
menggunakan ketentuan perundang- undangan. Pasal 1 Undang-Undang Ketentuan
Umum & Tata Cara Perpajakan, berbunyi: “Pertumbuhan Wajib Pajak merupakan nilai
terhadap banyaknya harus pajak yg terdaftar berstatus secara aktif buat kewajiban
perpajakannya disetiap tahunnya.
Wajib pajak merupakan orang eksklusif atau badan mencakup pembayar pajak, pemotong
pajak, & pemungut pajak, yg memiliki hak & kewajiban perpajakan sinkron
menggunakan ketentuan perundangundangan perpajakan.” Wajib pajak merupakan orang
eksklusif atau badan, mencakup pembayaran pajak, mutilasi pajak, & pungutan pajak, yg
memiliki hak & kewajiban perpajakan sinkron menggunakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Wajib pajak orang eksklusif pengusaha eksklusif
merupakan harus pajak yg melakukan aktivitas bisnis dibidang perdagangan grosir atau
eceran barang-barang konsumsi melalui loka bisnis/gerai yg beredar pada beberapa
lokasi, nir termasuk perdagangan tunggangan bermotor & restauran (Mardiasmo,
2011:135). Kepatuhan harus pajak melaksanakan kewajiban perpajakan adalah keliru satu
berukuran kinerja harus pajak dibawah supervisi Direktorat Jenderal Pajak, Liberti
(2014:245).
Artinya, tinggi rendahnya kepatuhan harus pajak akan sebagai dasar pertimbangan
Direktorat Jenderal Pajak pada melakukan pembinaan, supervisi, pengelolaan, & tindak
lanjut terhadap Wajib Pajak. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
74/PMK.03/2012, bahwa kriteria kepatuhan harus pajak merupakan:
1. Tepat ketika pada mengungkapkan SPT;
2. Tidak memiliki tunggakan pajak buat seluruh jenis pajak, kecuali sudah memperoleh
biar buat mengangsur atau menahan pembayaran pajak;
3. Laporan Keuangan diaudit sang Akuntan Publik atau forum supervisi keuangan
pemerintah menggunakan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut
19
4. Tidak pernah dipidana lantaran melakukan tindak pidana pada bidang perpajakan dari
putusan pengadilan yg sudah memiliki kekuatan aturan tetap pada jangka ketika 5 (lima)
tahun terakhir.
4.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Amelia Oktrivina Siregar, T. C. (2022). The Effect of Final Income Tax Incentives Rate on .
Journal uses continuous publication model. Current issue is in progress, 34-36.
Stefani Siahaan, H. H. (Februari 2018). PENGARUH KESADARAN PERPAJAKAN,
SOSIALISASI PERPAJAKAN, PELAYANAN FISKUS, DAN SANKSI
PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI. Jurnal Akuntansi Vol,8 No.1.
Wat, D. K. (2018). PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN
WAJIB PAJAK DENGAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING. JURNAL NOMINAL / VOLUME VIINOMOR 1 /
TAHUN 2018.
21