Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

UMKM
PERLAKUAN AKUNTANSI BAGI TRANSAKSI BAGI UMKM
DAN SAK UMKM SERTA SIKLUS AKUNTANSI UMKM

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANDRIANI SAPUTRI DO AHMAD


NPM : 02271911066
KELAS : 3B AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karuniaNya maka makalah yang berjudul “PERLAKUAN
AKUNTANSI BAGI TRANSAKSI BAGI UMKM DAN SAK UMKM SERTA
SIKLUS AKUNTANSI UMKM” dapat terselesaikan. Maksud dan tujuan
membuat makalah ini yaitu sebagai salah stau tugas yang diberikan dalam
mata kuliah UMKM. Dalam pembuatan makalah ini pastilah penulis
mengalami berbagai kesulitan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna, hal ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan
dan kemampuan penulis. Maka dari itu kritik dan saran dapat menjadi
penyempurna karya-karya yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
menjadi sumber wawasan bagi pembaca mengenai Pancasila dan
Kedaulatan Negara.

Penulis

Andriani Saputri
02271911066

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................... 1
1.1.................................................................................LATAR
BELAKANG............................................................. 1
1.2.................................................................................RUMUS
AN MASALAH......................................................... 3
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT....................................... 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................... 4
2.1.................................................................................PERLAK
UAN AKUNTANSI TERHDAP UMKM..................... 4
2.2.................................................................................SAK
UMKM...................................................................... 6
3.2.................................................................................SIKLUS
AKUNTANSI DALAM UMKM.................................. 13
BAB III PENUTUP............................................................ 15
A KESIMPULAN......................................................... 15
B SARAN.................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di era globalisasi, berbagai jenis usaha dituntut untuk lebih
maju dan dapat bertahan dalam menjalankan jenis usahanya.
Indonesia sebagai negara berkembang, lebih menitikberatkan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik.
Proses ini berpengaruh langsung kepada berbagai bentuk usaha di
Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu, di Indonesia terbentuk
berbagai macam jenis usaha, baik usaha berskala kecil maupun usaha
berskala besar. Salah satu jenis usaha di Indonesia adalah Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor Usaha yang tergabung
dalam skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini mempunyai
peranan yang sangat esensial bagi kondisi perekonomian negara
Indonesia, terbukti dengan adanya peningkatan Produk Domestik
Bruto (PDB) dari tahun ke tahun. Menurut data kementrian Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pada tahun 2013 tercatat
kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia pada triwulan ke III- 2012
tumbuh sebesar Rp 135.602.200 juta atau meningkat sebesar 9,90
persen dari tahun 2011.
UMKM merupakan usaha yang memiliki pemilik sekaligus
pengelola yang sama, modal disediakan oleh seorang pemilik atau
sekelompok kecil pemilik modal. Sasaran pasar UMKM umumnya
lokal, meskipun ada yang mengekspor produknya ke luar negeri dan
memiliki jumlah karyawan, total asset, dan sarana-prasarana yang
sedikit. UMKM terdiri dari berbagai jenis usaha, seperti perusahaan
manufaktur, perusahaan dagang, dan perusahaan jasa
(Wuwungan,2015).

1
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh wirausahawan
UMKM adalah terkait dengan pengelolaan dana. Pengelolaan dana
yang baik merupakan faktor kunci yang dapat menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan UMKM. Metode praktis dan manjur
dalam pengelolaan dana pada UMKM adalah dengan menerapkan
akuntansi dengan baik. Dengan demikian, akuntansi menjadikan
UMKM dapat memperoleh berbagai informasi keuangan dalam
menjalankan usahanya (Arifin,dkk,2012).
Pencatatan akuntansi harus sesuai dengan setiap transaksi
yang terjadi dan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Standar
akuntansi mempunyai perlakuan akuntansi mulai pengakuan,
pengukuran, penyajian maupun pengungkapan, dan tentunya dapat
menjadi dasar untuk menyusun laporan keuangan yang andal
(Andrianto,dkk,2017).
Namun dalam pelaksanaanya pembukuan tersebut merupakan
hal yang sulit bagi pengusaha UMKM karena keterbatasan
pengetahuan terhadap ilmu akuntansi, rumitnya proses akutansi, dan
anggapan bahwa laporan keuangan bukanlah hal yang penting bagi
pengusaha UMKM.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
 Perlakuan Akuntansi Terhadap UMKM
 SAK UMKM
 Siklus Akuntansi Dalam UMKM
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
 Dapat mengetahui apa perlakuan akuntansi terhadap UMKM
 Dapat mengetahui apa itu SAK UMKM
 Dapat mengetahui siklus akuntansi dalam UMKM

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP UMKM


Dengan akuntansi yang memadai maka pelaku UMKM dapat
memenuhi persyaratan pemodalan dari pihak eksternal seperti Bank.
Namun dalam pelaksanaannya pembukuan tersebut merupakan hal
yang sulit bagi pengusaha UMKM karena keterbatasan pengetahuan
terhadap ilmu akuntansi, rumitnya proses akuntansi serta anggapan
bahwa laporan keuangan bukanlah hal yang penting bagi pelaku
UMKM. Berdasarkan hasil penelitian adanya kesenjangan antara
standar akuntansi yang ditetapkan pemerintah dan persyaratan kredit
dari bank dengan pencatatan akuntansi pada UMKM.

Ada beberapa factor yang membuat perlakuan akuntansi berupa


pencatatan terhadap UMKM belum dilakukan yaitu:
 Tidak mengetahui bagaimana pencatatan akuntansi yang benar.
Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara, bahwa pemilik
tidak mengetahui bagaimana pencatatan akuntansi khususnya
laporan keuangan yang baik dan benar, sehingga pemilik tidak
menerapkan pencatatan akuntansi sesuai standar akuntansi
keuangan.
 Belum bisa membuat laporan keuangan, selain tidak mengetahui
bagaimana pencatatan akuntansi atau laporan keuangan, pemilik
juga tidak bisa membuat laporan keuangan. Kurangnya
pengetahuan akuntansi yang baik, membuat pemilik tidak bisa
menerapkan pencatatan akuntansi pada usahanya.
 Pemilik belum mengetahui manfaat dari pencatatan akuntansi.
Kurangnya pengetahuan pemilik akan manfaat dari pencatatan

4
akuntansi, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pemilik
tidak melakukan pencatatan akuntansi atau membuat laporan
keuangan.
 Tidak memiliki pegawai yang ahli dalam pencatatan akuntansi.
Pemilik beranggapan bahwa pencatatan akuntansi yang baik dan
benar harus dilakukan oleh ahlinya, sedangkan untuk memiliki
pegawai yang bertanggung jawab sebagai pengelola keuangan di
usaha miliknya pemilik harus memberikan upah sehingga
menambah biaya dalam usaha.
Apabila UMKM telah melakukan pencatatan akuntansi secara
relevan, akurat dan handal pastinya akan mempermudah dalam
proses pengajuan pinjaman ke pihak perbankan. Untuk terciptanya
sektor UMKM dengan pengelolaan keuangan yang baik, profesional
dan berdaya saing, maka diperlukan unsur “keharusan” dalam
pencatatan dan pelaporan keuangan. unsur “keharusan” ini
diantaranya dapat dilaksanakan dalam bentuk persyaratan yang harus
dipenuhi oleh UMKM guna memperoleh pembiayaan. Disinilah
diperlukan adanya dukungan dan perhatian dalam bentuk pengawasan
(controlling) dan pendampingan terhadap penerapan pencatatan
akuntansi pada UMKM.

5
2.2 SAK UMKM
Pada periode terakhir banyak sekali perkembangan pemikiran
akuntansi yang bukan lagi sekedar masalah debit kiri – kredit kanan,
tetapi sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan
teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu
akuntansi modern (Fitriyah, 2006).
Salah satu fungsi akuntansi adalah mengkomunikasikan informasi
ekonomi, yaitu realita ekonomi suatu organisasi. Komunikasi ini dapat
berupa memberikan dan memperoleh informasi, memotivasi dan
mempengaruhi sipemakai informasi akuntansi guna pembuatan
keputusan atau perjanjian kerja sama, termasuk untuk menetapan
harga. Tujuan pemakaian adalah untuk mencatat data yang akan
menjadi dasar penyusunan laporan keuangan pada periode tertentu
dan untuk memberikan informasi tentang aktivitas perusahaan sehari-
hari (Zuhdi, 2011).
Informasi akuntansi juga dibutuhkan dalam menunjang
keberhasilan sebuah kelompok mandiri. Adanya informasi akuntansi
membantu dalam menyelenggarakan kegiatan usaha mandiri.
Akuntansi memberikan informasi kepada organisasi mengenai cara
pembukuan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK). Informasi akuntansi juga membantu bagaimana memproses
produksi yang sesuai dengan sistem biaya standar sehingga selisih
biaya yang terjadi tidak merugikan organisasi tersebut (Herawati dkk,
2008). Pengguna akuntansi sangat bervariasi, dari yang sekedar
memahami akuntansi sebagai: 1) alat hitung menghitung; 2) sumber
informasi dalam pengambilan keputusan; 3) sampai ke pemikiran
bagaimana akuntansi diterapkan sejalan dengan (atau sebagai
bentuk pengamalan) ajaran agama yang biasa disebut akuntansi
syariah. Bila dihubungkan dengan kelompok usaha kecil dan

6
menengah tampaknya pemahaman terhadap akuntansi masih berada
pada tataran pertama dan kedua yaitu sebagai alat hitung-
menghitung dan sebagai sumber informasi untuk pengambilan
keputusan. Oleh karena itu banyak usaha kecil yang belum
menggunakan laporan keuangan karena disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan tentang akuntansi pada usaha kecil dan belum
merasakan manfaatnya jika menggunakan laporan keuangan.
Informasi akuntansi akan bermanfaat jika bisa dipahami dan
diimplementasikan oleh penggunanya. Penting untuk mengetahui 3
sejauh mana tingkat pemahaman pengusaha kecil terhadap informasi
akuntansi dan seberapa jauh informasi akuntansi tersebut
memberikan manfaat bagi pengusaha kecil tersebut (Zuhdi, 2011).
Menurut (Armando, 2014)
pencatatan keuangan usaha mikro dan kecil intensitasnya rendah.
Mereka cenderung untuk tidak melakukan pencatatan transaksi
dengan baik. Sedikit usaha yang melakukan pencatatan dengan
lengkap hingga terbentuk laporan keuangan. Rendahnya intensitas
pencatatan dalam UMKM disebabkan karena beberapa faktor, yaitu :
Pemilik memiliki persepsi bahwa pencatatan, pembukuan, dan
pelaporan bukanlah hal yang penting, Rendahnya pendidikan dan
pelatihan pemilik tentang akuntansi sehingga mereka tidak
mengetahui bagaimana melakukan pencatatan, pembukuan, dan
pelaporan dan kecenderungan pemilik untuk fokus pada kegiatan
produksi dan marketing dari pada akuntansi, seolah-olah akuntansi
adalah anak tiri dalam usaha. Selain itu menurut (Sari dan Setyawan,
2012) bahwa kecilnya kapasitas usaha dan rumitnya pembuatan
laporan keuangan yang menyulitkan untuk menerapkan siklus
akuntansi secara benar.

7
Selain itu nilai omset usaha sangat mempengaruhi penggunaan
akuntansi pada usaha, semakin kecil omsetnya semakin sulit ditemui
akuntansi dan laporan keuangan. Padahal informasi akuntansi
mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian
keberhasilan usaha, termasuk usaha kecil. Dengan akuntansi yang
memadai maka pengusaha UMKM dapat memenuhi syarat dalam
pengajuan kredit berupa laporan keuangan, mengevaluasi kinerja,
mengetahui posisi keuangan, menghitung pajak, dan manfaat lainnya
(Warsono, 2010).
Semakin ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi
ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif
yang akan mampu memenangkan persaingan. Keunggulan tersebut
diantaranya adalah kemampuan dalam mengelola berbagai
informasi, sumber daya manusia, alokasi dana, penerapan teknologi,
sistem pemasaran dan pelayanan (Nahar dan Widiastuti, 2011).
4 Kewajiban untuk melakukan pencatatan akuntansi yang baik
bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia sebenarnya telah
tersirat dalam Peraturan Pemerintah No.17 tahun 2013 Pasal 49 dan
Undang-undang UKM No. 9 tahun 1995 tentang Pengembangan
Usaha Kecil Menengah dan Koperasi. Pemerintah maupun komunitas
akuntansi telah menegaskan pentingnya pencatatan dan
penyelenggaraan informasi akuntansi bagi usaha kecil menengah.
Namun dalam kenyataannya, sebagian besar usaha kecil menengah
di Indonesia belum menyelenggarakan dan memanfaatkan akuntansi
dalam pengelolaan usahanya (Wahyudi, 2009).
Dalam rangka mewujudkan UMKM Indonesia yang maju, mandiri,
dan modern, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI telah
mengesahkan Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Mikro, Kecil, dan Menengah (“ED SAK EMKM”) dalam rapatnya pada

8
tanggal 18 Mei 2016. Dengan disahkannya ED SAK EMKM ini, maka
standar akuntansi keuangan di Indonesia nantinya akan menjadi
lengkap dengan tiga pilar standar akuntansi keuangan, yakni SAK
Umum yang berbasis IFRS, SAK ETAP, dan SAK EMKM. Masing-
masing pilar utama tersebut merupakan dukungan infrastruktur dalam
konteks standar akuntansi keuangan yang dapat mencerminkan
esensi dari entitas dunia usaha di Indonesia, yaitu : 1. SAK Umum
yang berbasis IFRS merupakan standar akuntansi yang mengatur
perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang di lakukan oleh
entitas dengan akuntabilitas publik signifikan. 2. SAK ETAP
merupakan standar akuntansi keuangan yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan
namun menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi
penggunanya 3. ED SAK EMKM yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil dan menengah. 5
ED SAK EMKM ini diharapkan dapat membantu sekitar 57,9 juta
pelaku UMKM di Indonesia dalam menyusun laporan keuangannya
dengan tepat tanpa harus terjebak dalam kerumitan standar
akuntansi keuangan yang ada saat ini. ED SAK EMKM ini merupakan
standar akuntansi keuangan yang jauh lebih sederhana bila
dibandingkan dengan SAK ETAP. Misalnya, dari sisi teknikal, ED
SAK EMKM murni menggunakan dasar pengukuran biaya historis
sehingga UMKM cukup mencatat aset dan liabilitasnya sebesar biaya
perolehannya. (iaiglobal.or.id) Prihatni dan Noviarini (2012)
menyatakan UMKM telah memahami informasi akuntansi, tetapi
dalam hal penerapannya belum cukup terpenuhi. Biasanya para
pelaku UMKM dalam melakukan pencatatan akuntansi hanya melihat
berapa uang yang masuk dan berapa uang yang keluar kemudian
disisihkan yang menghasilkan laba atau rugi, tanpa melihat

9
pengeluaran uang itu untuk usaha atau non usaha. Para pelaku
sering kali mengatakan usahanya berhasil jika dalam penerimaan
lebih besar daripada jumlah yang dikeluarkannya dalam satu periode
dan juga jika penerimaan tahun ini lebih besar daripada penerimaan
tahun kemarin. Berbagai penelitian seputar penggunaan informasi
akuntansi pada usaha kecil menengah yaitu (Handayani, 2011) dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa masa memimpin perusahaan,
pendidikan pemilik dan umur perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap penggunaan informasi akuntansi, sedangkan skala usaha
tidak berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi.
(Kusuma, 2013)
faktor yang berpengaruh pada penggunaan informasi akuntansi
usaha kecil dan menengah dengan variabel masa memimpin
perusahaan, pendidikan pemilik, skala usaha, umur perusahaan dan
pelatihan akuntansi yang diikuti pemilik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masa memimpin perusahaan dan pelatihan akuntansi yang
diikuti pemilik berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penggunaan informasi akuntansi, sedangkan pendidikan pemilik,
skala usaha dan umur perusahaan berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. (Hadi, 2016)
meneliti analisis faktor-faktor yang 6 mempengaruhi penggunaan
informasi akuntansi pada UMKM. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa jenjang pendidikan dan latar belakang pendidikan tidak
berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi, sedangkan
skala usaha dan lama usaha berpengaruh terhadap penggunaan
informasi akuntansi. Persepsi pelaku UMKM dalam dunia usaha
mempengaruhi perkembangan proses keberhasilan usaha. Persepsi
merupakan modal utama pelaku UMKM sebagai penggerak dalam
mendorong kemajuan sektor UMKM. Sebagian besar pelaku UMKM

10
masih diperhadapkan pada masalah pengelolaan keuangan dalam
usaha. Pelaku UMKM masih terbatas pengetahuannya terkait proses
pencatatan akuntansi dalam usaha yang dijalankan, oleh sebab itu
kelayakan usaha UMKM dari aspek keuangan masih sangat terbatas
(Bank Indonesia, 2015).
Informasi akuntansi keuangan dalam bentuk laporan keuangan
meliputi : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan (SAK ETAP,
2013). Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan
memberikan manfaat yang besar bagi pelaku usaha dalam
merumuskan keputusan usaha dalam memecahkan permasalah
usaha yang dihadapi pelaku usaha. Akuntansi dalam UMKM
dimaknai sebagai kegiatan yang meliputi proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan
penyajian data keuangan yang terjadi dari kegiatan penjualan produk.
Informasi posisi keuangan entitas terdiri dari informasi mengenai
asset, liabilitas, dan ekuitas entitas pada tanggal tertentu, dan
disajikan dalam laporan posisi keuangan. Unsur-unsur tersebut
didefinisikan sebagai berikut menurut (SAK EMKM, 2016)
 Asset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan yang dari manfaat ekonomik
dimasa depan diharapkan akan diperoleh entitas.
 Liabilitas adalah kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa
masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
 Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas setelah dikurangi
seluruh liabilitasnya

11
Dasar Pengukuran unsur laporan keuangan dalam SAK UMKM
adalah biaya historis. Biaya historis suatu asset adalah sebesar
jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh asset
tersebut pada saat perolehan. Biaya historis suatu liabilitas adalah
sejumlah kas atau setara kas yang diterima atau jumlah kas yang
diperkirakan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam
pelaksanaan usaha normal.

Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses


pembentukan suatu pos dalam laporan keuangan atau laporan laba
rugi yang memenuhi kriteria

 Manfaat ekonomik yang terkait dengan pos-pos asset,


liabilitas, penghasilan dan beban dapat dipastikan akan
mengalir ke dalam atau keluar dari entitas

 Pos-pos tersebut memiliki biaya yang dapat dikukur dan


andal
Pengungkapan diperlukan ketika kepatuhan atas persyaratan
tertentu dalam SAK UMKM tidak memadai bagi pemakai untuk
memahami pengaruh dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain
atas posisi dan kinerja keuangan entitas.

12
2.3 SIKLUS AKUNTANSI DALAM UMKM
Ada beberapa penerapan siklus akuntansi yang harus dilakukan
oleh pengusaha UMKM di Indonesia. Siklus ini dilakukan, agar bisnis
Anda memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan apa yang Anda
raih selama ini. Dengan adanya siklus akuntansi, Anda bisa
mengarahkan bagaimana bisnis Anda akan berjalan dan keputusan-
keputusan strategis dalam bisnis bisa Anda jalankan dengan baik
untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

 Menyimpan Bukti Transaksi


Hal pertama yang harus Anda lakukan untuk menjalankan
siklus akuntansi adalah menyimpan bukti transaksi yang ada. Bukti
transaksi ini berupa nota, kwitansi, dan catatan-catatan transaksi
yang terjadi dalam usaha Anda.
Karena bukti transaksi ini akan Anda gunakan untuk bahan
pencatatan pada jurnal dan neraca keuangan usaha Anda. Sebab,
tanpa adanya bukti transaksi, Anda tidak bisa menuliskan berbagai
acuan berapa uang yang sudah masuk dan keluar dari usaha yang
Anda jalankan.
 Pencatatan Pada Jurnal
Jurnal ini semacam buku, yang berisi pencatatan keuangan
mengenai kredit dan debit. Jurnal ini digunakan untuk memisahkan
antara transaksi yang keluar dan masuk. Sehingga dapat terlihat,
yang mana transaksi keluar dan transaksi masuk. Sehingga ketika
siklus akuntansi pada UMKM diterapkan dan pembuatan jurnal
terlihat Anda mengetahui lebih banyak transaksi masuk atau
transaksi keluar, Pada UMKM yang belum terjadi cukup banyak
transaksi, pencatatan jurnal bisa dilakukan dengan mengunakan

13
jurnal umum saja. Serta tidak memiliki banyak kolom yang
menyulitkan Anda dalam melihat keadaan keuangan.
 Pencatatan dalam buku besar
Pencatatan pada buku besar sangat wajib dilakukan, setelah
pencatatan dalam jurnal. Buku besar ini dijadikan sebagai
pencatatan perubahan yang terjadi dan disebabkan kehadiran
adanya transaksi. Buku besar ini akan berisi mengenai perkiraan
terhadap pengaruh jumlah transaksi keuangan yang ada pada
perubahan sejumlah akun yang ada dalam usaha milik Anda.
Siklus akuntansi pada UMKM yang harus dilakukan untuk
mencatat setiap keadaan modal usaha yang Anda miliki akan
terlihat. Seperti berapa uang yang dimiliki oleh usaha Anda, dan
berapa jumlah hutang usaha yang Anda miliki.
Buku besar ini bisa dijadikan sebagai dasar penyusunan neraca
keuangan usaha Anda. Tanpa adanya buku besar, maka sangat
sulit untuk membuat neraca keuangan.

14
BAB III

PENUTUP

A KESIMPULAN
UMKM merupakan usaha yang memiliki pemilik sekaligus
pengelola yang sama, modal disediakan oleh seorang pemilik atau
sekelompok kecil pemilik modal. Sasaran pasar UMKM umumnya
lokal, meskipun ada yang mengekspor produknya ke luar negeri dan
memiliki jumlah karyawan, total asset, dan sarana-prasarana yang
sedikit. UMKM terdiri dari berbagai jenis usaha, seperti perusahaan
manufaktur, perusahaan dagang, dan perusahaan jasa.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh wirausahawan
UMKM adalah terkait dengan pengelolaan dana. Pengelolaan dana
yang baik merupakan faktor kunci yang dapat menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan UMKM. Metode praktis dan manjur
dalam pengelolaan dana pada UMKM adalah dengan menerapkan
akuntansi dengan baik. Dengan demikian, akuntansi menjadikan
UMKM dapat memperoleh berbagai informasi keuangan dalam
menjalankan usahanya.
Pencatatan akuntansi harus sesuai dengan setiap transaksi
yang terjadi dan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Standar
akuntansi mempunyai perlakuan akuntansi mulai pengakuan,
pengukuran, penyajian maupun pengungkapan, dan tentunya dapat
menjadi dasar untuk menyusun laporan keuangan yang andal.
Namun dalam pelaksanaanya pembukuan tersebut merupakan
hal yang sulit bagi pengusaha UMKM karena keterbatasan
pengetahuan terhadap ilmu akuntansi, rumitnya proses akutansi, dan

15
anggapan bahwa laporan keuangan bukanlah hal yang penting bagi
pengusaha UMKM.
Informasi akuntansi keuangan dalam bentuk laporan keuangan
meliputi: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan (SAK ETAP, 2013).
Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan memberikan
manfaat yang besar bagi pelaku usaha dalam merumuskan keputusan
usaha dalam memecahkan permasalah usaha yang dihadapi pelaku
usaha. Akuntansi dalam UMKM dimaknai sebagai kegiatan yang
meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran dan penyajian data keuangan yang
terjadi dari kegiatan penjualan produk.
4 Kewajiban untuk melakukan pencatatan akuntansi yang baik
bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia sebenarnya telah
tersirat dalam Peraturan Pemerintah No.17 tahun 2013 Pasal 49 dan
Undang-undang UKM No. 9 tahun 1995 tentang Pengembangan
Usaha Kecil Menengah dan Koperasi. Pemerintah maupun komunitas
akuntansi telah menegaskan pentingnya pencatatan dan
penyelenggaraan informasi akuntansi bagi usaha kecil menengah.
Namun dalam kenyataannya, sebagian besar usaha kecil menengah
di Indonesia belum menyelenggarakan dan memanfaatkan akuntansi
dalam pengelolaan usahanya (Wahyudi, 2009).
Dalam rangka mewujudkan UMKM Indonesia yang maju, mandiri,
dan modern, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI telah
mengesahkan Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Mikro, Kecil, dan Menengah (“ED SAK EMKM”) dalam rapatnya pada
tanggal 18 Mei 2016. Dengan disahkannya ED SAK EMKM ini, maka
standar akuntansi keuangan di Indonesia nantinya akan menjadi
lengkap dengan tiga pilar standar akuntansi keuangan, yakni SAK

16
Umum yang berbasis IFRS, SAK ETAP, dan SAK EMKM. Masing-
masing pilar utama tersebut merupakan dukungan infrastruktur dalam
konteks standar akuntansi keuangan yang dapat mencerminkan
esensi dari entitas dunia usaha di Indonesia, yaitu: 1. SAK Umum
yang berbasis IFRS merupakan standar akuntansi yang mengatur
perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang di lakukan oleh
entitas dengan akuntabilitas publik signifikan. 2. SAK ETAP
merupakan standar akuntansi keuangan yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan
namun menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi
penggunanya 3. ED SAK EMKM yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil dan menengah. 5
ED SAK EMKM ini diharapkan dapat membantu sekitar 57,9 juta
pelaku UMKM di Indonesia dalam menyusun laporan keuangannya
dengan tepat tanpa harus terjebak dalam kerumitan standar
akuntansi keuangan yang ada saat ini. ED SAK EMKM ini merupakan
standar akuntansi keuangan yang jauh lebih sederhana bila
dibandingkan dengan SAK ETAP. Misalnya, dari sisi teknikal, ED
SAK EMKM murni menggunakan dasar pengukuran biaya historis
sehingga UMKM cukup mencatat aset dan liabilitasnya sebesar biaya
perolehannya.
UMKM telah memahami informasi akuntansi, tetapi dalam hal
penerapannya belum cukup terpenuhi. Biasanya para pelaku UMKM
dalam melakukan pencatatan akuntansi hanya melihat berapa uang
yang masuk dan berapa uang yang keluar kemudian disisihkan yang
menghasilkan laba atau rugi, tanpa melihat pengeluaran uang itu
untuk usaha atau non usaha. Para pelaku sering kali mengatakan
usahanya berhasil jika dalam penerimaan lebih besar daripada
jumlah yang dikeluarkannya dalam satu periode dan juga jika

17
penerimaan tahun ini lebih besar daripada penerimaan tahun
kemarin. Berbagai penelitian seputar penggunaan informasi
akuntansi pada usaha kecil menengah yaitu (Handayani, 2011) dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa masa memimpin perusahaan,
pendidikan pemilik dan umur perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap penggunaan informasi akuntansi, sedangkan skala usaha
tidak berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi.
.
B SARAN
Menurut saya sebaiknya UMKM dan Koperasi lebih baik
diperbanyak lagi di Indonesia, hal ini mengingat bahwa masih banyak
pengangguran dan keterbatasan pekerjaan di Negara ini. Maka
dengan memperbanyak jumlah UMKM akan membuat lapangan
pekerjaan terbuka lebih banyak dan menolong para pengangguran
serta perekonomian di Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Isnawan, Ganjar. 2012. Akuntansi Praktis Untuk UMKM. Jakarta: Laskar


Aksara

Jaya, Abdika dan Hidayaturrohman. 2016. Perancangan Sistem Akuntansi


Berdasarka SAK ETAP Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Kopi Sahabat
Kota Lubuk Linggan. Jurnal EMBA, Vol.3 (2).

Muchid, Abdul. 2012. Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan Standar


Akuntansi Keuangan – Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK – ETAP)
(Kasus pada UD. Mebel Novel’l di Banyuwangi). Jember: Universitas Jember

Putra, Hermon A dan Elisabeth Penti K. 2012. Penyusunan Laporan


Keuangan untuk Usaha Kesil dan Menengah (UKM) berbasis Standar
Akuntansi Keuangan Entitas tanpa akuntabilitas Publik (SAK ETAP).
Proceeding for call paper. Salatiga : FEB UKSW

19

Anda mungkin juga menyukai