Anda di halaman 1dari 12

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

UNTUK ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN


MENENGAH (SAK — EMKM)

DOSEN PEMBIMBING: CUT DELSIE HASRIANA,SE.M.Si.AK


MATA KULIAH: SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

 IMA SUSANTI (20120019)  NURLIZA (19120014)


 MUNAWARAH (20120038)  PUTRI MUNAWARAH M
 WILIN ANDINI (20120002) (20120085)
 SAHARA NUR (20120107)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS UNIVERSITAS
ABULYATAMA
T/A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb

Alhamdulillahirobbilalamin puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, yang
telah memberikan kesempatan sehingga makalah Mata Kuliah “Seminar Akuntansi Keuangan”
yang dapat terselesaikan dengan judul “Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan
Menengah”

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Seminar
Akuntansi Keuangan, selain itu makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca dan
pada akhirnya akan bermanfaat menjadi sumber ilmu.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapa/Ibu Dosen
dan semua pihak yang terkait.Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir
kata terima kasih.

Wassalamualaikum.wr.wb

Aceh Besar, 11 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................6
A. KONSEP DAN PENGERTIAN SAK EMKM........................................................................6
B. DEFINISI UMKM.....................................................................................................................6
C. KRITERIA UMKM...................................................................................................................7
D. ISI SAK EMKM.........................................................................................................................7
E. PENGGUNAAN SAK EMKM BAGI PELAKU UMKM................................12
F. PERBANDINGAN SAK EMKM DAN IFRS DAN SAK ETAP.....................13
BAB III..................................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN........................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)
sebagai penyusun standar akuntansi keuangan yang diakui di Indonesia, menyadari
pentingnya peran Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam memajukan
perekonomian bangsa. Oleh karena itu, pada tahun 2009 DSAK IAI menerbitkan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) sebagai
bentuk dukungan untuk mendorong perkembangan dan pertumbuhan UMKM di
Indonesia.

Seiring perkembangannya, terdapat kebutuhan mengenai ketersediaan standar


akuntansi yang lebih sederhana dari SAK umum berbasis IFRS dan SAK ETAP
dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia dalam menghasilkan laporan keuangan
menggunakan kedua pilar SAL tersebut. Kerena itu, DSAK IAI melakukan
pengembangan standar akuntansi yang dapat memenuhi kebutuhan UMKM dengan
membentuk kelompok kerja yang melibatkan asosiasi industri, regulator, dan pihak-pihak
lain yang berkepentingan dalam menghadirkan SAK yang dapat mendukung kemajuan
UMKM di Indonesia. Hingga akhirnya pada tahun 2016, DSAK IAI mengesahkan
SAK Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM) sebagai upaya mendukung
kemajuan perekonomian di Indonesia.

SAK EMKM memuat pengaturan akuntansi yang lebih sederhana dari SAK ETAP
karena mengatur transaksi yang umum dilakukan oleh EMKM dan dasar pengukurannya
murni menggunakan biaya historis. SAK EMKM juga dilengkapi dengan hal-hal yang
bukan merupakan bagian dari SAK EMKM, yakni Dasar Kesimpulan (DK) dan
Contoh Ilustratif.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat mengangkat beberapa
rumusan masalah sebagi berikut :
1. Apa konsep dan Pengertian SAK-EMKM ?
2. Apa definisi dari UMKM?
3. Apa saja kriteria dari UMKM ?
4. Apa penjelasan dari isi SAK-EMKM?
5. Bagaimana penggunaan SAK-EMKM ?
6. Bagaimana implementasi dari SAK-EMKM?
7. Apa saja Perbedaan SAK-EMKM dengan PSAK ?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan masalah yang dihadapi maka makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa itu konsep SAK-EMKM dan Pengertiannya
2. Mengetahui definisi UMKM
3. Mengetahui kriteria UMKM
4. Mengetahui isi SAK-EMKM
5. Mengetahui penjelasan dari isi SAK-EMKM
6. Mengetahui bagai mana penggunaan SAK-EMKM
7. Mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan SAK-EMKM
8. Mengetahui apa saja perbedaan SAK-EMKM dengan PSAK
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DAN PENGERTIAN SAK EMKM

SAK EMKM adalah kepanjangan dari Standar Akuntansi Keuangan Entitas


Mikro Kecil Menengah Makro yang dirancang secara khusus sebagai patokan standar
akuntansi keuangan pada UMKM.
Standar Keuangan ini disusun dan disahkan oleh IAI atau Ikatan Akuntansi
Indonesia sebagai organisasi profesi yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia. SAK
EMKM ini merupakan salah satu dorongan kepada pengusaha- pengusaha di Indonesia
agar dapat berkontribusi secara siknifikan dalam pengembangan UMKM yang lebih maju.
Standar ini diunjukan pada usaha yang belum mampu memenuhi standar
akuntansi entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yang berlaku sebelumnya. SAK
EMKM dirancang lebih sederhana dibandingkan SAK ETAP.
Entitas Mikro, Kecil, dan Menenga (EMKM) adalah entitas tanpa akuntabilitas
publik yang signifikan, sebagaimana didenifisikan dalam SAK ETAP, yang memenuhi
definisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang- undangan yang berlaku di indonesia, setidak-tidaknya selama 2
tahun berturut- turut
SAK EMKM akan digunakan oleh ETAP yang memenuhi definisi UMKM
sesuaidengan regulasi. UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
UMKM diatur berdasarkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah.

B. DEFINISI UMKM

Sesuai dengan definisi dari SAK EMKM, pengertian serta kriteria EMKM
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidaktidaknya
selama dua tahun berturut-turut. Berikut definisi UMKM yang telah ditetapkan oleh
Undang- undang No. 20 tahun 2008.

• Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memiliki kekayaan bersih maksimal 50 juta rupiah dan hasil
penjualan tahunan dengan maksimal 300 juta rupiah.
• Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memiliki kekayaan bersih maksimal 50 juta rupiah dan hasil penjualan tahunan
dengan maksimal 500 juta rupiah.
• Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih maksimal 300 juta rupiah dan hasil penjualan tahunan
dengan maksimal 2 miliar rupiah.
C. KRITERIA UMKM
pemerintah memberi batasan berdasarkan undang-undang sesuai dengan kriteria jenis usaha
masing masing yang didasarkan atas peredaran usaha dan atau jumlah aktiva yang dimiliki
sebagai berikut :
 Kriteria Usaha Mikro adalah :
Usaha Mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp 300.000.000,00.
 Kriteria Usaha Menengah adalah :
Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 sampai
dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00
sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00

D. ISI SAK EMKM

1. Ruang Lingkup
• SAK EMKM, dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas mikro, kecil dan
menengah.
• Entitas mikro, kecil dan menengah adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang
signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam Standar Akuntansi Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro,
kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama 2 tahun berturut-turut.
• SAK EMKM dapat digunakan oleh entitas yang tidak memenuhi definisi dan kriteria
dalam 2 point diatas, jika otoritas mengizinkan entitas tersebut untuk menyusun
laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.

2. Konsep dan Prinsip Pervasive


• Konsep dan prinsif pervasive merupakan KDPPLK (Kerangka Dasar Penyajian
Pengukuran LK) untuk EMKM;
• Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan,Maksudnya:
Dapat dipahami, relevan, materialitas, keandalan, substansi mengungguli
bentuk pertimbangan sehat, kelengkapan, dapat dibandingkan, tepat waktu,
keseimbangan antara biaya dan manfaat.
• Posisi Keungan : Asset, Kewajiban, dan Ekuitas;

• Kinerja Keuangan : Pendapatan dan Beban;

• Prinsip pengakuan dan pengukuran pervasif

• Asumsi dasar : Dasar akrual, Kelangsungan usaha, Konsep entitas bisnis

• Pengakuan dalam laporan keuangan : Aset, Liabilitas, Penghasilan dan Beban

3. Penyajian Laporan Keuangan


• Penyajian wajar
• Kepatuhan terhadap SAK EMKM : Entitas yang laporan keuangannya
telah patuh terhadap SAK EMKM membuat pernyataan secara
eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK EMKM
dalam catatan atas laporan keuangan
• Frekuensi Pelaporan : Entitas menyajikan laporan keuangan pada akhir setiap
periode pelaporan, termasuk informasi keomparatifnya

4. Laporan Posisi Keuangan


• Informasi yang disajikan
a) Kas dan setara kas
b) Piutang usaha
c) Persediaan
d) Aset tetap
e) Utang usaha
f) Utang bank
• Urutan dan format pos tidak ditentukan oleh SAK EMKM
• Klasifikasi Aset dan Liabilitas
• Klasifikasi Ekuitas

5. Laporan Laba Rugi


• Menyajikan laporan laba rugi suatu periode tertentu yang menunjukan kinerja
keuangan selama periode tersebut.
• Pos minimal
a) Pendapatan
b) beban keuangan
c) beban pajak

• Pos luar biasa tidak diperkenankan


• Entitas dapat menyajikan beban berdasarkan
a) Sifat beban : beban bahan baku, beban tenaga kerja, beban penyusutan,
beban sewa ruangan , beban listrik, beban operasi lainnya
b) Fungsi beban :beban pokok penjualan, beban pemasaran ,beban umum
dan administrasi, beban operasi lainnya.

6. Catatan Atas Laporan Keuangan


1. Informasi yang disajikan : suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah
disussun sesuai dengan SAK EMKM, ikhtisar kenijakan akuntansi, informasi
tambahan dan rincian pos tertentu yang menjelaskan transaksi penting dan
material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan
keuangan.
7. Kebijakan Akuntansi, Estimasi dan Kesalahan

• Kebijakan Akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, aturan dan praktik tertentu
yang diterapkan oleh entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangannya

• Konsistensi kebijakan akuntansi : Entitas memilih dan menerapkan kebijakan


akuntansinya secara konsisten untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang
serupa Perubahan kebijakan akuntansi : Entitas mengubah kebijakan akuntansinya
hanya jika perubahan tersebut disyaratkan berubah sesuai SAK EMKM atau
menghasilkan laporan keuangan yang menyediaka informasi yang andal dan lebih
relevan mengeani pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi lain terhadap posisi
keuangan atau kinerja keuangan.

• Perubahan Estimasi Akuntansi adalah penyesuaian jumlah tercatat aset atau


liabilitas yang berasal dari informasi baru atau tambahan pengalaman dan,
oleh karena itu, bukan koreksi kesalahan

• Koreksi Kesalahan Periode Lalu adalah kesalahan dan kelalaian pencatatan dalam
laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang muncul dari
kegagalan untuk menggunakan atau kesalahan penggunaan informasi yang
anda

8. Ketentuan Transisi
Entitas yang menerapkan SAK EMKM untuk pertama kalinya, menyusun laporan
keuangannya sesuai dengan SAK EMKM dengan mengikuti ketentuan dalam Bab
ini. Lporan keuangan pertama yang sesuai dengan SAK EMKM adalah laporan
keuangan pertama di mana entitas membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa
terkecuali tentang kepatuhan terhadap SAK EMKM dalam catatan atas laporan
keuangannya. Laporan keuangan pertama disusun sesuai dengan SAK EMKM.

9. Tanggal Efektif
Entitas menerapkan SAK EMKM untuk periode tahun buku yang dimulai pada
atau setalah tanggan 1 Januari 2018. Penerapan dini dianjurkan.

E. PENGGUNAAN SAK EMKM BAGI PELAKU UMKM


UMKM memiliki potensi yang besar bagi perkembangan ekonomi di Indonesia.
Namun dalam perkembangan UMKM ada kendala yang dihadapi yaitu modal. Untuk
mengatasi hal tersebut pemerintah memberikan fasilitas dana berupa pinjaman bank. Untuk
mengajukan pinjaman ke bank, UMKM harus menyerahkan laporan keuangan sebagai
syaratuntuk mengajukan pinjaman dana ke bank. Kendati demikian, selain modal laporan
keuangan juga menjadi kendala lain yang dihadapi UMKM. Laporan keuangan
digunakan untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, arus kas, serta kinerja
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi para pengguna yang berkepentingan.
Namun dalam prakteknya banyak pelaku UMKM yang belum melakukan pencatatan
keuangan sesuai dengan standar yang telah ditentukan bahkan ada pelaku UMKM yang
sama sekali tidak memiliki laporan keuangan ata Laporan keuangan disusun agar para
pelaku usaha dapat melakukan perencanaan dan penganggaran untuk kegiatan usaha dalam
suatu periode tertentu. Selain itu laporan keuangan disusun untuk mengendalikan usaha,
karena dengan dilakukannya pengendalian pelaku usaha target yang direncanakan dapat
tercapai. Pengendalian juga dapat digunakan sebagai pencegah dalam terjadinya
penyimpangan dalam suatu usaha. Sehingga jika suatu saat penyimpangan tersebut terjadi
maka dapat ditelusuri penyebabnya dengan mudah.
Laporan keuangan dapat digunakan oleh investor atau kreditur untuk menilai hasil
perkembangan usaha tersebut. UMKM memiliki Kelemahan dalam menyusun laporan
keuangan, karena menyusun laporan keuangan sesuai standar yang telah ditetapkan
dianggap susah dan rumit oleh pelaku UMKM.
Untuk memudahkan pelaku UMKM dalam menyusun laporan keuangan, Ikatan
Akuntan Indonesia ( IAI ) menyusun standar baru untuk UMKM yaitu Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah ( SAK EMKM ). Karena ditujukan bagi
pelaku UMKM, maka standar yang disusun lebih sederhana. Dengan menyusun laporan
sesuai SAK EMKM, diharapkan UMKM dapat mengajukan pendanaan kepada bank atau
kepada pihak lain maupun sebagai dasar untuk pelaporan pajak.
Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) merupakan sebuah organisasi profesi akuntan yang
mendukung penegakan transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan perusahaan di
Indonesia. Dalam rapatnya pada tanggal 24 Oktober 2016 Dewan Standar Akuntansi
Keuangan ( DSAK ) IAI mengesahkan Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah ( ED SAK EMKM ) menjadi Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM). Ini merupakan bukti
besarnya perhatian IAI untuk seluruh pelaku ekonomi, terutama EMKM. SAK EMKM ini
sengaja dibuat sederhana agar menjadi Standar Akuntansi Keuangan yang mudah dipahami
oleh sekitar 57,9 juta pelaku UMKM. Sehingga UMKM di Indonesia menjadi semakin
maju, mandiri, dan modern.

Dengan disahkannya SAK EMKM ini diharapkan dapat membantu para pelaku
UMKM di indonesia dalam menyusun laporan keuangannya dengan tepat serta tidak
kesulitan lagi dalam menyusun laporan keuangan. Serta diharapkan dapat menjadi salah satu
pendorong literasi keuangan bagi UMKM di Indonesia akses pembiayaan dari industri
perbankan semakin luas. SAK EMKM juga kedepannya diharapkan dapat menjadi dasar
penyusunan dan panduan akuntansi bagi UMKM yang bergerak diberbagai jenis usaha.
SAK EMKM berlaku secara efektif per 1 Januari 2018.s usaha yang dimiliki.

F. PERBANDINGAN SAK EMKM DAN IFRS DAN SAK ETAP

1. SAK EMKM
Dalam rangka mewujudkan UMKM Indonesia yang maju, mandiri, dan modern,
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI telah mengesahkan Exposure Draft
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (“ED SAK
EMKM”) dalam rapatnya pada tanggan 18 Mei 2016. Dengan disahkannya ED
SAK EMKM ini, maka standar akuntansi keuangan di Indonesia nantinya akan
menjadi lengkap dengan 3 pilar strandar akuntansi keuangan, yakni SAK umum yang
berbasis IFRS, SAK ETAP, dan SAK EMKM. Masing-masing pilar utama tersebut
merupakan dukungan infrastruktur dalam konteks standar akuntansi keuangan yang dapat
mencermnkan esensi dari entitas dunia usaha di Indonesia, yaitu:
1. SAK umum yang berbasis IFRS merupakan standar akuntansi keuangan yang
mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang dilakukan oleh entitas
dengan akuntabilitas publik signifikan.
2. SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan namun menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum bagi penggunanya.

3. ED SAK EMKM yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelaporan


keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah.

2. IFRS/ PSAK
PSAK/ IFRS adalah singkatan dari pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
International Financial rRepotying Standards.Ada beberapa “Principles Base” yang
digunakan IFRS. Yang pertama adalah untuk lebih menekankan Interpretasi dan aplikasi
atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut. Prinsip kedua
adalah standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah
presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi. Dan prinsip ketiga adalah
dibutuhkan professional judgement pada penerapan standar akuntansi.
Dengan menerapkan PSAK, perusahaan/entitas akan memiliki beberapa
kelebihan, sebagai berikut:
1. Daya banding laporan keuangan meningkat
2. Dalam lingkup pasar modal internasional, informasi yang diberikan berkualitas
3. Perbedaan dalam ketentuan laporan keuangan dikurangi sehingga hambatan arus
modal internasional bisa dihilangkan
4. Biaya untuk analisis keuangan bagi para analis dan biaya pelaporan keuangan
perusahaan multinasional bisa dihemat.
5. Kualitas pelaporan keuangan meningkat menuju best practice.
3. SAK ETAP

SAK ETAP merupakan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa


Akuntabilitas Publik. . ETAP di sini berarti entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik yang signifikan serta menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi
pengguna eksternal.
Manfaat lainnya dari SAK ETAP adalah bahwa lebih mudah implementasinya
bagi UMKM dibandingkan PSAK-IFRS karena lebih sederhana. Meskipun bisa dibilang
sederhana namun tetap dapat memberikan informasi yang handal dalam penyajian
laporan keuangan. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai
dengan kondisi di Indonesia serta dibuat lebih ringkas. Namun, SAK ETAP masih
memerlukan profesional judgement hanya tidak sebanyak untuk PSAK-IFRS.
SAK ETAP pada dasarnya adalah penyederhanaan SAK IFRS. Beberapa
penyederhanaan yang terdapat dalam SAK ETAP adalah :
1. Tidak ada laporan laba rugi komprehensif
2. Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud, dan properti investasi setelah tanggal
perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai
wajar revaluasi atau nilai wajar.
3. Tidak ada pengakuan liabilitas dan asset pajak tangguhan. Beban pajak sebesar
jumlah pajak menurut ketentuan pajak.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK-
ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagaimana dimaksudkan untuk digunakan
entitas tanpa akuntabilitas public yang dimaksudkan agar semua unit usaha menyususn
laporan keuangan secara mudah sesuai dengan standard yang ditetapkan.
Perbedaan SAK IFRS dan SAK ETAP adalah materi SAK ETAP lebih
sederhana dengankan PSAK IFRS complicated dan rumit. SAK ETAP cenderung
menggunakan basis stewardship sebagai pertanggungjawaban pengelola kepada
stakeholder sehingga cenderung menggunakan prinsip reability, sedangkan PSAK IFRS telah
bergeser untuk pemenuhan user dalam pengambilan keputusan sehingga cenderung
menggunakan prinsip relevan. SAK ETAP tidak mengatur pajak pajak tangguhan, hanya
menggunakan metode tidak langsung untuk laporan arus kas, menggunakan cost model untuk
investasi ke asosiasi dan mengggunakanmetode ekuitas untuk anak perusahaan.
SAK ETAP cocok digunakan oleh UMKM karena apliksainya yang sederhana
dan fleksibel, sehingga sangat mudah dipelajari. Dengan SAK ETAP, penyajian
laporankeuangan mampu menghadirkan data keuangan yang akurat dan terpercaya.
Melalui standar baru akuntansi in, pelaku UMKM tak perlu membayar mahal akuntan
public.Namun, mereka tetap bis tampil sebagai usahawan professional.

Anda mungkin juga menyukai