Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Standar Akuntansi Keuangan EMKM”. Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Akuntansi Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah yang penulis
laksanakan.

Atas dukungan baik moral dan materi dalam proses penyusunan makalah ini, maka
penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Eliada Herwiyanti, S.E., M.Si., Ak., CA, selaku dosen matakuliah Akuntansi
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah.
2. Rekan-rekan satu tim yang telah saling bekerjasama dalam penyelesaian penulisan
makalah ini.

Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dalam
mengevaluasi tentang SAK EMKM. Menyadari bahwa suatu karya di bidang apapun tidak
terlepas dari kekurangan, oleh karenanya, saran dan kritik yang bermanfaat dari setiap
pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, Maret 2018

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang............................................................................................3

2. Rumusan Masalah.......................................................................................4

3. Tujuan dan Manfaat....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi SAK EMKM ................................................................................5

2. Latar Belakang Adanya SAK EMKM .......................................................5

3. Dasar Pengembangan dan Penyusunan SAK EMKM ...............................6

4. Perbedaan SAK UMUM, SAK ETAP dan SAK EMKM .........................8

5. Isu EMKM ................................................................................................11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kontribusi UMKM dalam perkembangan perekonomian Indonesia sangatbesar. UMKM turut


mengambil peran dalan penyerapan tenaga kerja di tengah berbagai gejolak yang dihadapi
bangsa.UMKM terbukti menjadi usaha yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Selain
itu, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan usaha yang perlu mendapat
perhatian, karena UMKM merupakan usaha yang terbukti menyediakan lapangan pekerjaan
di saat persaingan mendapatkan pekerjaan disektor formal sangat ketat.

Jumlah UMKM di Indonesia kini mencapai 57.895.721 unit usaha (2013) atau99.99% dari
total jenis usaha yang ada di Indonesia. Sektor UKM ini telah menyerap114.144.082 juta
orang tenaga kerja atau 96.99% dari total tenaga kerja di Indonesia.Penerimaan PDB
Indonesia berasal dari UMKM sebesar 50.62%, selama kurun waktu2012-2013 jumlah PDB
UMKM meningkat sebanyak Rp 844.978,8 miliar atau 17,35%dari tahun-tahun sebelumnya
(Laporan Tahunan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecildan Menengah:2015).

Penyusunan laporan keuangan merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh
UMKM apabila ingin mengembangkan usahanya,karena dengan adanya pencatatandan
pembukuan akan memudahkan UMKM untuk mengetahui perjalanan bisnisnya,Kendala-
kendala apa sajayang dialami, dan informasi-informasi yang dibutuhkan dapatdilihat
darilaporan keuangan yang dihasilkan. Menggunakan akuntansi yang memadai dapat
menjadikan pengusaha UMKM dapat memenuhi persyaratan dalam pengajuan kredit berupa
laporan keuangan, mengevaluasi kinerja, mengetahui posisi keuangan,menghitung pajak, dan
manfaaat lainnya.Pada saat ini kebanyakan UMKM masih belum meyelenggarakan
pembukuan akuntansi dan pelaporannya dengan baik. Pelaksanaan pembukuan untuk
menyediakan laporan keuangan yang informatif merupakan hal yang masih sulit bagi
UMKM.

faktor-faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya pencatatan keuangan berbasis SAK


ETAP antara lain dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
menyebab kangagalnya penerapan SAK ETAP ini yakni, pertama, kurangnya pengetahuaan
pemilik usaha mengenai standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan .Kedua,
pemilikusaha merasa belum professional untuk membuat laporan keuangan sesuai standar
akuntansi. Salah satu penyebab dari UMKM tidak melakukan pencatatan akuntansi berbasis
SAK ETAP disebabkan pula karena tidak adanya pengawasan dari pihak-pihakyang
berkepentingan terhadap laporan keuangan UMKM terutama dari pihak pemerintah,
lembaga-lembaga terkait dan regulator.Terkait dengan kondisi tersebut untuk mempermudah
UMKM dalam penyusunan laporan keuangan maka Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) telah membuat SAK ETAP.Namun realitasnya,

3
banyak UMKM yang masih kesulitan dalam membuat laporan keuangan.Maka dari itu
DSAKIAI telah menyusun SAK Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)
untukmemenuhi kebutuhan UMKM dalam memenuhi kebutuhan pelaporan keuangannya.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu SAK EMKM?
2. Apa latar belakang adanya SAK EMKM?
3. Bagaimana dasar pengembangan dan penyusunan SAK EMKM?
4. Apa perbedaan SAK UMUM,SAK ETAP dan SAK EMKM?

3. Tujuan dan Manfaat


Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Mengetahui pentingnya SAK EMKM bagi UMKM
2. Mengetahui latar belakang adanya SAK EMKM di UMKM
3. Mengetahui langkah-langkah penyusunan SAK EMKM untuk UMKM
4. Mengetahui perbedaan SAK UMUM,SAK ETAP dan SAK EMKM

Sementara manfaat yang didapatkan pembaca setelah membaca makalah ini


adalah agar lebih mengetahui dan memahami mengenai SAK EMKM untuk UMKM
dan turut serta berpartisipasi dalam pencapaian keberhasilan penerapan SAK EMKM
bagi UMKM yang sesuai dengan standar yang berlaku.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi SAK EMKM

SAK EMKM yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro,
kecil, dan menengah. ED SAK EMKM ini diharapkan dapat membantu sekitar 57,9 juta
pelaku UMKM di Indonesia dalam menyusun laporan keuangannya dengan tepat tanpa harus
terjebak dalam kerumitan standar akuntansi keuangan yang ada saat ini. ED SAK EMKM ini
merupakan standar akuntansi keuangan yang jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan
SAK ETAP. Misalnya, dari sisi teknikal, ED SAK EMKM murni menggunakan dasar
pengukuran biaya historis sehingga UMKM cukup mencatat aset dan liabilitasnya sebesar
biaya perolehannya.

B. Latar Belakang Adanya SAK EMKM

Dasar penyusunan pertimbangan dalam penyusunan pilar SAK EMKM adalah karena
menurut data statistic dari Kementerian Koperasidan UKMM, pada tahun 2013 total UMKM
di Indonesia mencapai 57.895.721. beberapa riset yang pernah dilakukan juga menemukan
bahwa masih banyak UMKM di Indonesia yang belum mampu menyusun laporan keuangan
baik karena standar akuntansi yang ada masih terlalu sulit sehingga belum dapat diterapkan
oleh UMKM. Dan yang menjadi acuan disusunnya SAK EMKM dengan adanya UU No. 1
Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang mewajibkan agar LKM dapat
menyusun laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku.

Pada tahun 2014, salah satu fokus IAI dalam mendukung program kerakyatan adalah untuk
mendampingi aparat desa dalam melakukan pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan
yang sesuai dengan standar akuntansi yang baik. Dengan meluncurkan program “Akuntan
Masuk Desa”. Program ini dibuat dengan harapan agar akuntansi dapat dipahami oleh para
pelaku didesa. Pada pertengahan tahun 2015 IAI menyisipkan satu program kerja untuk
menyusun SAK yang lebih sederhana dari SAK ETAP. Usulan nama untuk pilar SAK
tersebut adalah SAK Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM).

5
Untuk mewujudkan UMKM Indonesia yang maju, mandiri, dan modern, Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI telah mengesahkan Exposure Draft Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah (“ED SAK EMKM”) pada tanggal 18 Mei
2016. SAK EMKM dirancang sebagai standara kuntansi yang sederhana yang dapat
digunakan untuk entitas mikro kecil dan menengah, sehinga UMKM dapat menyusun laporan
keuangan untuk tujuan akuntabilitas dan pengambilan keputusan. Laporan keungan tersebut
dapat juga digunakan oleh entitas untuk memperoleh pendanaan dari pihak lain serta
lampiran pelaporan pajak.

Dengan disahkannya ED SAK EMKM ini, maka standar akuntansi keuangan di Indonesia
nantinya akan menjadi lengkap dengan tiga pilar standar keuangan, yakni SAK umum yang
berbasis IFRS, SAK ETAP, dan SAK EMKM. ED SAK EMKM ini diharapkan dapat
membantu sekitar 57,9 juta pelaku UMKM di Indonesia dalam menyusun laporan
keuangannya dengan tepat tanpa harus terjebak dalam kerumitan standar akuntansi keuangan
yang jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan SAK ETAP. Misalnya dari sisi tehnikal,
ED SAK EMKM murni menggunakan dasar pengukuran biaya historis sehingga UMKM
cukup mencatat asset dan liabilitasnya sebesar biaya perolehannya.

C. Dasar Pengembangan Dan Penyusunan SAK EMKM

Secara umum, tujuan utama pengembangan standar akuntansi keuangan adalah agar
pengguna dapat menerima laporan keuangan yang bisa dipahami dengan kualitas tinggi yang
sesuai dengan ukuran dan pengembangan standar akuntansi keuangan untuk entitas, mikro,
kecil dan menengah. Dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :

KARAKTERISTIK Tujuan Laporan Penggunaan Laporan


UMKM Keuangan Keuangan

Dasar penyusunan perlakuan Kerangka dasar penyusunan penyajian


akuntansi seperti aset tetap, Laporan Keuangan (asumsi dasar,
persediaan, pendapatan dll. komponen laporan keuangan dll.

6
Gambar 1. Flow Pengembangan dan Penyusunan SAK EMKM

Pengembangan dan penyusunan SAK EMKM ini berangkat dari SAK Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (ETAP) sehingga diharapkan pengaturan yang ada dalam SAK EMKM
ini akan jauh lebih sederhana. Namun, terdapat beberapa refrensi yang dijadikan acuan dalam
penyusunan dan pengembangan SAK EMKM misalnya FRS 105 tentang The Financial
Reporting Standard Applicable to the Micro-entities Regime yang diterbitkan oleh regulator
independen inggris dan irlandia yang menyusun standar untuk standar pelaporan dan tata
kelola perusahaan, financial reporting council. Refrensi utama lain yang digunakan adalah
pedoman umum pencatatan transaksi keuangan (pedoman umum), yang merupakan produk
hasil kerja sama Ikatan Akuntan Indonesia dan Bank Indonesia. Pedoman umum ini pada
dasarnya terbagi atas dua pengaturan sebagaimana dalam gambar 2 berikut ini .

ENTITAS PELAPORAN

Aktivitas Ekonomi

Dapat Dipublikasikan Dari Entitas Lain

Informasi Keuangan Untuk Pengambilan Keputusan

USAHA KECIL PEDOMAN UMUM


Entitas
PENCATATAN TRANSAKSI
Pelapor
Badan usaha KEUANGAN USAHA KECIL
BADAN USAHA YANG
TIDAK BERBADAN HUKUM
perorangan Pemisahan
kekayaan
pribadi dan
USAHA MIKRO usaha PEDOMAN UMUM
Bukan
PENCATATAN TRANSAKSI
Badan usaha perorangan Entitas
KEUANGAN USAHA
Pelapor
MIKRO DAN KECIL
perorangan PERORANGAN

7
Gambar 2. Pedoman Umum Pencatatan Transaksi Keuangan

Perbedaan utama yang harus dipahami adalah bahwa usaha kecil yang berbentuk badan yang
tidak berbadan hukum dapat memenuhi definisi entitas pelapor (reportying entity) sehingga
menggunakan pedoman umum untuk usaha kecil badan usaha yang tidak berbadan hukum.
Asumsi dasar yang digunakan dalam pedoman ini adalah dasar akrual dan kelangsungan
usaha. Sdangkan usaha kecil berbentuk perorangan serta usaha mikro berbentuk perorangan
dan badan usaha perorangan tidak memenuhi definisi entitas pelapor karena dianggap belum
mampu memisahkan kekayaan pribadi dan usahanya sehingga dalam pencatatan transaksinya
akan menggunakan pedoman umum untuk usaha mikro dan kecil perorangan. Asumsi dasar
yang digunakan adalah dasar kas, sehingga pencatatan hanya diakui karena terdapat
penerimaan dan pengeluaran kas saja.

D. PERBEDAAN SAK UMUM, SAK ETAP, DAN SAK EMKM

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah hasil perumusan Komite Prinsipil


Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantkan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun1984.
SAK di Indonesia merupakan terapan dari beberapa standar akuntansi yang ada seperti, IAS,
IFRS, ETAP, GAAP.

SAK merupakan suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar
terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan, selain itu, SAK juga berfungsi untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan, mempermudah auditor serta mempermudah
pembaca laporan keuangan untuk memahami dan membandingkan laporan keuangan entitas
yang berbeda-beda. Berikut ini pembahasan secara singkat mengenai ketiga SAKyang
berlaku di Indonesia.

1. PSAK-IFRS

PSAK – IFRS adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan –Internatonal
Financial Reportng Standards. Banyak dari kita mungkin bertanya-tanya mengapa Indonesia
mengadopsi IFRS. Hal ini karena Indonesia adalah bagian dari IFAC.Bagian dari IFAC
secara otomatis harus mematuhi SMO (Statement Membership Obligaton) yang menjadikan
IFRS sebagai standar akuntansi. Ada beberapa manfaat dari penerapan IFRS. Yang pertama

8
adalah dapat meningkatkan daya banding laporan keuangan. IFRS juga dapat memberikan
informasi yang berkualitas di pasar modal Internasional. Manfaat selanjutnya adalah dapat
menghilangkan hambatan arus modal Internasional dengan mengurangi perbedaan dalam
ketentuan pelaporan keuangan. Manfaat berikutnya adalah mengurangi biaya pelaporan
keuangan perusahaan multnasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analisis dan
yang terakhir adalah dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practce.

Ada beberapa “Principles Base” yang digunakan IFRS. Yang pertama adalah untuk
lebih menekankan Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit
penerapan prinsip tersebut. Prinsip kedua adalah standar membutuhkan penilaian atas
substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
Dan prinsip ketiga adalah dibutuhkan professional judgement pada penerapan standar
akuntansi.

Dengan menerapkan PSAK, perusahaan/entitas akan memiliki beberapa


kelebihan,sebagai berikut:

1. Daya banding laporan keuangan meningkat


2. Dalam lingkup pasar modal internasional, informasi yang diberikan berkualitas
3. Perbedaan dalam ketentuan laporan keuangan dikurangi sehingga hambatan arus
modal internasional bias dihilangkan.
4. Biaya untuk analisis keuangan bagi para analisis dan biaya pelaporan keuangan
perusahaan multinasional bisa dihemat.
5. Kualitas pelaporan keuangan meningkat menuju best practice

2. SAK – ETAP

SAK ETAP merupakan Standar Akuntansi Keuangan untuk Enttas Tanpa


Akuntabilitas Publik. ETAP di sini berarti entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
yang signifikan serta menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna
eksternal. SAK ETAP memiliki banyak manfaat, antara lain membantu perusahaan-
perusahaan kecil menengah dapat menyusun laporan keuangannya sendiri, juga
mempermudah proses audit dan mendapatkan opini audit, sehingga perusahaan dapat
menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk pengembangan
usahanya.

9
Manfaat lainnya dari SAK ETAP adalah bahwa lebih mudah implementasinya bagi
UMKM dibandingkan PSAK-IFRS karena lebih sederhana. Meskipun bisa dibilang
sederhana namun tetap dapat memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan
keuangan.Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan
kondisi diIndonesia serta dibuat lebih ringkas. Namun, SAK ETAP masih memerlukan
professional judgement hanya tidak sebanyak untuk PSAK-IFRS.SAK ETAP pada dasranya
adalah penyederhanaan SAK IFRS. Beberapa penyederhanaan yang terdapat dalam SAK
ETAP adalah :

1) Tidak ada laporan laba rugi komprehensif


2) Penilaian untuk asset tetap, asset tak berwujud, dan properti investasi setelah tanggal
perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai
wajar revaluasi atau nilai wajar.
3) Tidak ada pengakuan liabilitas dan asset pajak tangguhan. Beban pajak diakui sebesar
jumlah pajak menurut ketentuan pajak.

3. SAK – EMKM

Dalam rangka mewujudkan UMKM Indonesia yang maju, mandiri, dan modern,Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI telah mengesahkan Exposure Draft Standar
Akuntansi Keuangan Enttas Mikro, Kecil, dan Menengah (“ED SAK EMKM”) dalam
rapatnya pada tanggal 18 Mei 2016. Dengan disahkannya ED SAK EMKM ini, maka standar
akuntansi keuangan di Indonesia nantinya akan menjadi lengkap dengan 3 pilar strandar
akuntansi keuangan, yakni SAK umum yang berbasis IFRS, SAK ETAP, dan SAK EMKM.
Masing-masing pilar utama tersebut merupakan dukungan infrastruktur dalam konteks
standar akuntansi keuangan yang dapat mencermnkan esensi dari enttas dunia usaha di
Indonesia, yaitu:

a. SAK umum yang berbasis IFRS merupakan standar akuntansi keuangan yang
mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang dilakukan oleh entitas
dengan akuntabilitas public signifikan.
b. SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan namun menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum bagi penggunanya.

10
c. ED SAK EMKM yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan
entitas mikro, kecil, dan menengah.

ED SAK EMKM ini diharap kan dapat membantu sekitar 57,9 juta pelaku UMKM
diIndonesia dalam menyusun laporan keuangannya dengan tepat tanpa harus terjebak dalam
kerumitan standar akuntansi keuangan terdahulu (PSAK dan SAK ETAP). ED SAK EMKM
ini merupakan standar akuntansi keuangan yang jauh lebih sederhana bila dibandingkan
dengan SAK ETAP.

Contoh Laporan Keuangan menurut SAK EMKM

E. Isu EMKM
1. UMKM Dinilai Belum Bankable

Cerita feasible tetapi tidak bankable itu seharusnya tidak lagi terjadi kepada UMKM.
Sebab sudah ada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan. UU Penjaminan
ini batal bagaimana pemerintah menghadapi risiko kegagalan atau kredit bermasalah (non
performing loan/NPL). Pemerintah juga dituntut harus berani mengambil keputusannya untuk
lebih berpihak kepada pelaku UMKM tanpa harus hitung-hitungan risiko kredit bermasalah
KUR. Apalagi pemerintah sedang mendengungkan masalah pemerataan ekonomi sebagai
perwujudan Nawacita (2016 lalu). Terdapatrisiko NPL 5 persen pada KUR bukan masalah

11
sebab bebannya bias diserahkan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).Artinya, pemerintah bias saja menyuntikkan dana kepada bank untuk menutup kredit
bermasalah pelaku UMKM (dikutip dari Misbakhun).

Berbagai permasalahan juga dialami UMKM dalam kegiatan usahanya, antara lain dalam
hal permodalan dan pemasaran. Inovasi, diferensiasi produk, serta kredit pinjaman dapat
dilakukan oleh UMKM. Adanya tambahan modal yang bias diperoleh melalui kredit
pinjaman menjadi angin segar bagi UMKM agar lebih mudah untuk memperluas jenis usaha,
menambah jumlah produksi, dan menambah jumlah pegawai seiring dengan meningkatnya
permintaan pasar. Beberapa hal tersebut dapat berguna untuk mengatasi ketatnya persaingan
dan masalah yang dihadapi UMKM.Untuk mengatasinya, UMKM dapat memperoleh kredit
pinjaman dari pihak ketiga, antara lain perbankan. Pihak perbankan mensyaratkan bagi usaha
untuk menginformasikan keuangannya dalam bentuk Laporan keuangan sehingga ini yang
menjadi salah satu alas an menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM yang
dinilai lebih sederhana dari SAK ETAP. Oleh karena itu, sebaiknya UMKM memulai untuk
menyelenggarakan pencatatan dan pelaporan informasi-informasi keuangan usahanya.
Laporan keuangan bagi industry kecil dan menengah diharapkan dapat berguna saat akan
mengajukan kredit UMKM.

SAK EMKM disusun untuk mendorong dan memfasilitasi usaha mikro, kecil dan
menengah dalam menyusun laporan keuangan. Standar ini digunakan oleh entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas public signifikan dan memenuhi definisi dan kriteria UMKM menurut
Undang-Undang No 20 Tahun 2008. Kriteria yang dimaksud sebagai berikut: (a) bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian dari usaha menengah atau usaha besar; (b) rentang kuantitatif terdiri dari: (i) usaha
mikro, memiliki aset paling banyak Rp 50.000.000 dan omzet paling banyak Rp 300.000.000;
(ii) usaha kecil, memiliki asetRp 50.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 dan omzet
paling banyak Rp 300.000.000 sampai dengan Rp 2.500.000.000; (iii) usaha menengah,
memiliki asset Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 10.000.000.000 dan omzet Rp
2.500.000.000 sampai dengan Rp 50.000.000.000; dan (c) tidak memiliki dan atau menguasai
UMKM mitra usahanya. Selain itu, bagi entitas yang baru berdiri, setidaknya selama 2 tahun
berturut-turut berbentuk UMKM.

12
2. SAK EMKM Aktif per 1 Januari 2018

Mulai 1 Januari 2018, DSAK IAI akan memberlakukan SAK baru khusus untuk Entitas
Mikro, Kecil dan Menengah (SAK EMKM). SAK EMKM diterbitkan untuk membantu
EMKM di Indonesia yang saat ini jumlahnya mencapai 57 Juta serta memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 60%. Kebanyakan EMKM ini adalah para
pelaku usaha kecil yang memiliki prospek usaha namun tidak memiliki akses yang baik
kepada sumber pendanaan, khususnya perbankan dengan alasan EMKM initi dan memiliki
laporan keuangan yang dapat diterima sebagai dasar bagi perbankan atau lembaga keuangan
lainnya untuk bisa memberikan pinjaman dana.

Apabila SAK berbasis IFRS di Indonesia merupakan SAK yang diadopsi dari IFRS dan
wajib diterapkan oleh entitas yang memiliki akuntabilitas publik yang signifikan, maka baik
SAK ETAP maupun SAK EMKM adalah SAK yang disusun berdasarkan kondisi domestik
Indonesia, sederhana, dan diperuntukan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik yang signifikan. Perbedaan utama antara SAK ETAP dengan SAK EMKM adalah
bahwa SAK EMKM diperuntukan kepada entitas yang tidak memiliki akuntablitas publik
yang signifikan yang memenuhi definisi dan karaketeristik EMKM sesuai dengan regulasi
EMKM di Indonesia.

Terdapat beberapa kekhususan standar dalam SAK EMKM, beberapa diantaranya adalah
komponen laporan keuangan EMKM hanya terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan catatan
atas laporan keuangan, dasar pengukuran unsur-unsur laporan keuangan hanya dengan basis
biaya historis, tidak ada pengakuan penurunan nilai kecuali untuk entitas bidang jasa
keuangan yang mengikuti ketentuan regulator terkait, asset tetap disusut kan dengan metode
garis lurus atau saldo menurun tanpa memperhitungkan nilai residu, laporan komparatif
cukup disajikan hanya dengan 1 periode sebelumnya, dampak koreksi atas kesalahan dan
perubahan kebijakan akuntansi diperlakukan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam
periode terjadinya perubahan, entitas yang menyusun laporan keuangan dengan
menggunakan asumsi dasar kas mengubah laporan keuangan tsb menjadi akrual dengan
melakukan penyesuaian pada akhir periode laporan, dan sebagainya. Dengan penerbitan
SAK EMKM oleh DSAK ini, maka disamping diharapkan dapat memberikan kemudahan
kepada pelaku usaha EMKM dalam menyusun laporan keuangan sehingga nantinya dapat
13
menjadi dasar pengambilan keputusan oleh manajemen EMKM dan pihak lain (perbankan,
lembaga keuangan, dan lain-lain), SAK ini juga diharapkan dapat menjadi jembatan bagi
entitas EMKM yang terbiasa menggunakan basis kas menjadi akrual.

3. Sosialisasi SAK EMKM oleh IAI

Telah dilakukan beberapa usaha setelah munculnya penerapan dini SAK EMKM,
diantaranya terbitnya buku SAK EMKM di IAI store, serta beberapa seminar ber-SKP (SKP
16) SAK EMKM yang dilakukan secara berkala, diantaranya tanggal 10-11 April 2018, 28-
29 Juni 2018, 18-19 Desember 2018 di Jakarta Pusat.

14
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

SAK EMKM yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas
mikro, kecil, dan menengah. ED SAK EMKM ini merupakan standar akuntansi keuangan
yang jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan SAK ETAP. Beberapa riset yang
pernah dilakukan juga menemukan bahwa masih banyak UMKM di Indonesia yang belum
mampu menyusun laporan keuangan baik karena standar akuntansi yang ada masih terlalu
sulit sehingga belum dapat diterapkan oleh UMKM. Dan yang menjadi acuan disusunnya
SAK EMKM dengan adanya UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) yang mewajibkan agar LKM dapat menyusun laporan keuangan sesuai standar
akuntansi keuangan yang berlaku. SAK EMKM dirancang sebagai standara kuntansi yang
sederhana yang dapat digunakan untuk entitas mikro kecil dan menengah, sehinga UMKM
dapat menyusun laporan keuangan untuk tujuan akuntabilitas dan pengambilan keputusan.
Laporan keungan tersebut dapat juga digunakan oleh entitas untuk memperoleh pendanaan
dari pihak lain serta lampiran pelaporan pajak.

15
Daftar Pustaka

Herwiyanti, Eliada. dkk. 2017. Akuntansi UMKM. Semarang: Saraswati Nusantara.

http://www.warsidi.com/2016/03/contoh-laporan-keuangan.html

http://dwimartani.com/review-pelapoan-keuangan-dan-contoh-soal/

https://www.slideshare.net/maizarrdj/iai-seminar-seminar-perkembangan-standar-pelaporan-
akuntansi-keuangan-di-indonesia

https://edoc.tips/queue/perbandingan-psak-etap-dan-emkm-part-1_pdf?&queue_id=-
1&v=1521336096&u=MzYuNzkuMzcuMTk5

http://iaiglobal.or.id/v03/public_hearing/detail_ph-1.html

http://bisnissurabaya.com/2017/10/02/standar-akuntansi-keuangan-emkm-dalam-industri-kecil-
dan-menengah/

http://manajemenpraktis.com/showdetail.php?mod=art&id=Standar%20Akuntansi%20Keuangan%2
0EMKM%20Efektif%201%20Januari%202018

http://iapi.or.id/Iapi/detail/131

http://e-commerce.iaiglobal.or.id/

file:///D:/academic/semester%206/academic/semester%206/akuntansi%20KUKM/draft_ed_sak_em
km_kompilasi.pdf

iaiglobal.or.id/v03/home

16
17

Anda mungkin juga menyukai