Anda di halaman 1dari 70

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Perkembangan perekonomian di Indonesia, terdapat banyak usaha yang

berkembang dalam masyarakat. Dari usaha yang bernilai tinggi hingga usaha

kecil dan menengah. Usaha kecil dan menengah atau yang sering disebut

dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) ini dilakukan oleh 90% dari total

perusahaan di Indonesia. Kendala utama yang menjadi fokus dalam

pengembangan UKM selain modal adalah pengelolaan keuangan. Sistem

pembukuan UKM selama ini sangat sederhana dan cenderung mengabaikan

standar yang berlaku. Padahal, laporan keuangan yang akurat dan baku akan

banyak membantu mereka dalam pengembangan bisnisnya secara kuantitatif

dan kualitatif.

Setiap usaha diharapkan mempunyai laporan keuangan untuk menganalisis

kinerja keuangan sehingga dapat memberikan informasi tentang posisi

keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna

laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta


2

menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya

yang dipercayakan kepada mereka.

Praktek akuntansi keuangan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

masih rendah dan memiliki banyak kelemahan (Suhairi, 2014). Kurangnya

kemampuan pelaku UKM dalam bidang pengelolaan usaha juga termasuk

kendala yang dihadapi UKM, antara lain rendahnya pendidikan dan kurangnya

pemahaman pelaku UKM tersebut dalam bidang akuntansi (Benjamin, 1990).

Biasanya pembukuan UKM dilakukan dengan cara-cara sederhana dan tidak

detail (Krisdiartiwi, 2011).

Semakin berkembangnya usaha, menuntut UKM untuk berhubungan

dengan pihak eksternal perusahaan. Misalnya untuk meningkatkan pendanaan

UKM akan berhubungan dengan pihak bank/ lembaga keuangan lainnya.

Pihak bank/ lembaga keuangan tersebut biasanya akan mensyaratkan laporan

keuangan untuk menilai kelayakan kredit dari UKM. Demikian juga ketika

UKM akan mengikuti lelang pengadaan barang maupun jasa yang diadakan

oleh pihak rekanan, pihak rekanan biasanya akan meminta laporan keuangan

sebagai syarat kelengkapan administratif. Dengan demikian semakin

berkembangnya usaha, menuntut UKM untuk menyediakan laporan

keuangannya dengan baik sesuai standar yang berlaku.

Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan

untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada tanggal 17 Juli

2014 dan berlaku efektif 1 Januari 2011. Diterbitkannya SAK ETAP bertujuan

untuk diimplementasikan pada entitas tanpa akuntabilitas publik. Pada

umumnya, UKM adalah entitas tanpa akuntabilitas publik karena UKM pada
3

umumnya belum memiliki akuntabilitas publik signifikan dan tidak

menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial

stetment).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi

UKM dalam menyusun laporan keuangan berbasis SAK ETAP serta untuk

merancang sistem akuntansi sederhana yang dapat membantu dan

memudahkan para pemilik UKM dalam membuat laporan keuangan berbasis

SAK ETAP. Dengan laporan keuangan tersebut diharapkan pemilik UKM

dapat mengevaluasi usahanya serta dapat menggunakan informasi dalam

laporan keuangan tersebut sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

bisnisnya.

Besarnya potensi UKM yang ada saat ini ternyata belum sebanding dengan

tingkat kemajuan UKM. Dalam melakukan kegiatan, UKM masih menghadapi

beberapa masalah. Masalah yang mempunyai bagian yang cukup besar yaitu

masalah modal, teknologi, dan keahlian manajerial (Soetrisno,2015).

Salah satu masalah UKM adalah pengelolaan keuangan dan permodalan

dimana UKM masih menghadapi kendala yang cukup serius. Fenomena yang

terjadi adalah UKM menghadapi kendala permodalan dan sedikitnya para

investor yang bersedia meminjamkan atau menanamkan modalnya pada UKM

walaupun menghasilkan laba yang cukup besar. Alasan mendasar adalah

UKM tersebut tidak dapat menunjukkan bukti operasional dan keuntungan

perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Menurut Krisdiartiwi (2011:1).

Selama ini pembukuan sering dianggap sebagai sesuatu yang rumit dan

"kurang begitu penting" dalam membangun bisnis. Padahal, bagi sebuah


4

perusahaan, pembukuan sangat diperlukan untuk membantu manajemen dalam

mengambil keputusan. Tak hanya bagi perusahaan besar, pembukuan juga

mutlak diperlukan bagi usaha kecil menengah atau UKM.

Pembuatan laporan keuangan membuat pihak luar dapat menganalisis

kelayakan pemberian kredit atas permohonan yang diajukan. Laporan

keuangan yang menggambarkan kondisi yang sebenarnya akan sangat

membantu proses evaluasi kelayakan kredit. Namun sebagian besar UKM

belum mampu menyediakan informasi keuangan dengan benar dan teratur

sehingga mereka mengalami kendala dalam mengajukan kredit pada lembaga

formal seperti pihak perbankan.

Semua pihak menyadari pentingnya akuntansi dalam sebuah bisnis, tetapi

UKM di Indonesia belum secara baik mempraktikkannya. Sehingga UKM

tidak dapat mengetahui prestasi kerja dan kesulitan dalam pengajuan kredit ke

lembaga formal. Kita tidak bisa menyalahkan UKM yang selalu enggan

melakukan pembukuan transaksi dan bervariasinya pelaporan keuangan UKM,

karena PSAK umum yang terlalu rumit untuk usaha sektor kecil. SAK ETAP

ini akan membantu perusahaan kecil menengah dalam menyediakan pelaporan

keuangan yang tetap relevan dan andal. SAK ETAP memberikan banyak

kemudahan untuk UKM dibandingkan dengan PSAK umum, perbedaan secara

kasat mata dapat dilihat dari ketebalan SAK ETAP yang hanya sekitar seratus

halaman dengan menyajikan 30 bab.

Kehadiran SAK ETAP dengan prinsip kesederhanaan dapat memberikan

kemudahan UKM dalam menyajikan laporan keuangan. Standar ETAP

diharapkan memberi kebebasan berbisnis, kebebasan berinvestasi dan


5

membangun ekonomi kerakyatan berbasis UKM bagi Indonesia. Dengan

aplikasi SAK ETAP dalam dunia UKM membuat tumbuh suburnya UKM.

Selain itu SAK ETAP juga memberi kemudahan untuk perusahaan

dibandingkan dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih

kompleks. Namun pada kenyataannya SAK ETAP belum banyak diterapkan

para pelaku UKM dalam menyusun laporan keuangan.di Indonesia khususnya

yang ada di Kota Singaraja dalam menyusun laporan keuangan.

Peneliti telah melakukan observasi awal pada UD SINAR ABADI dan UD

SINAR ABADI belum sepenuhnya menyusun laporan keuangan yang sesuai

dengan SAK ETAP. Hal ini dapat dilihat tidak adanya laporan perubahan

ekuitas, laporan arus kas, neraca, dan catatan atas laporan keuangan untuk

UKM ini. UKM ini hanya menyusun laporan laba rugi secara sederhana, kartu

persediaan barang dagangan, kartu bahan baku, buku pembantu hutang dan

piutang. Berikut ini dilampirkan rekapan penjualan dan catatan terkait

kegiatan keuangan UKM UD SINAR ABADI (terlampir). Catatan yang

ditampilkan hanyalah pencatatan transaksi bulanan. Artinya penyusunan yang

sesuai dengan standar SAK ETAP belum diimplementasikan secara penuh.

Sedangkan laporan dalam SAK ETAP (2014:3.12) meliputi neraca, laporan

laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan.

Peneliti menyampaikan pula manfaat dari pembuatan laporan keuangan

berdasarkam SAK ETAP untuk UMKM kepada pemilik UD SINAR ABADI.

Mengingat bahwa UD SINAR ABADI sedang mengalami kesulitan dalam

permodalan untuk pengembangan usahanya. Sehingga perlu mencari


6

tambahan modal ke pihak eksternal dalam hal ini adalah lembaga perbankan.

Peneliti juga menjelaskan untuk memenuhi syarat dalam pengajuan kredit,

maka UD SINAR ABADI harus menyusun laporan keuangan sesuai dengan

standar yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka ditemukan masalah –

masalah yang dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1 Apa alasan UD SINAR ABADI belum menerapkan SAK – ETAP ?

1.2.2 Kendala Apa yang dihadapi UD SINAR ABADI dalam menyusun laporan

keuangannya ?

1.2.3 Bagaimana rancangan penerapan SAK ETAP pada UD SINAR ABADI ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1.3.1 Mengetahui alasan belum menerapkan SAK ETAP pada UD SINAR

ABADI.

1.3.2 Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi UD SINAR ABADI dalam

menyusun laporan keuangannya.

1.3.3 Membantu pengelola UD SINAR ABADI dalam memahami penyajian

laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis :

1.4.1.1 Memberikan pemahaman tentang rancangan penerapan SAK ETAP pada

UKM

1.4.1.2 Memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi entitas dalam penyusunan

laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP yang diharapkan berdampak

pada pengembangan entitas.

1.4.1.3 Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menrapkan teori – teori yang

telah di pelajari selama ini sehingga dapat memperdalam pengetahuan

tentang penelitian dan menambah wawasan serta pemahaman yang lebih

baik.

1.4.2 Manfaat Praktis :

1.4.2.1 Sebagai bahan masukan atau sumbangan informasi kepada pihak

pengelola UD SINAR ABADI mengenai penerapan SAK ETAP pada

UKM.

1.4.2.2 Sebagai bahan informasi kepada akademisi dan masyarakat mengenai

penerapan SAK ETAP pada UKM.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi

2.1.1 Pengertian dan Definisi Akuntansi

Kata Akuntansi berasal dari kata account ( jika dimaksudkan kata

benda ) artinya laporan, catatan, rekening. Merujuk pada arti yang

disebutkan pertama bahwa account adalah laporan, maka tepatlah

akuntansi identik dengan laporan khususnya laporan keuangan. Salah

satu tujuan dari akuntansi adalah menyediakan laporan keuangan

kepada pemakai yang berguna untuk dipakai sebagai bahan

pertimbangan di dalam mengambil keputusan. Ditinjau dari segi proses

akuntansi adalah proses penmcatatan, penggolongan, peringkasan dan

pelaporan transaksi-transaksi yang dirangkum dalam laporan keuangan

kepada pemakai. Pemakai laporan keuangan dibedakan menjadi dua

yakni pemakai internal yang terdiri dari karyawan, pemilik dan

manajemen. Sedangkan pemakai eksternal adalah kreditor dan instansi

pemerintah. ( Sinarwati, dkk : 2013 )


9

Warren, Reeve, dan Fees (2006) mendefinisikan akuntansi adalah

sistem informasi yang memberikan laporan kepada pihak – pihak

berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan.

Penulis menyimpulkan bahwa, akuntansi adalah system informasi

yang menyangkut pemeriksaan atau penilaian (evaluasi) atas hasil

proses pelaksanaan pembukuan yang memberikan laporan kepada pihak

– pihak yang berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi

perusahaan.

Akuntansi sering dijuluki sebagai bahasa bisnis ( the language of

bussines). Perubahan yang sangnat cepat dalam masyarakat telah

zaqmenyebabkan semakin kompleksnya behasa tersebut, yang

digunakan untuk mencatat, meringkas, melaporkan,

menginterpretasikan data dasar ekonomi untuk kepentingan perorangan,

perusahaan, pemerintah dan anggota masyarakat lainnya (Sadeli:2008).

AAA ( American Accouting Association) dalam sadeli (2008) juga

mengemukakan, akuntansi didefinisikan sebagai proses

mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi

untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat

bagi pemakai informasi tersebut.

Secara umum, akuntasi dapat didefinisikan sebagai sistem

informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak – pihak yang

berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan

(Warren, Reeve, dan Fees:2006).


10

Menurut AICPA (American Institute of Certified Public

Accountant) dalam Ahmed Riahi dan Belkaoui(2006) akuntansi adalah

suatu seni pencatatan, pengklasifikasian dan pengkhtisaran dalam cara

yang signifikan dan satuan mata uang transaksi-transaksi dan kejadian-

kejadain yang paling tidak sebagian diantaranya, memiliki sifat

keuangan dan selanjutnya menginterpretasikan hasilnya.

Pihak – pihak yang berkepentingan menggunakan laporan

akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan

keputusan mereka. Pihak – pihaj yang berkepentingan juga

menggunakan informasi lain untuk pengambilan keputusan mengenai

perusahaan. Pihak – Pihak yang berkeentingan terhadap perusahaan

(Bussines Stakeholder) adalah perorangan atau entitas yang mempunyai

kepentingan dalam menentukan kinerja perusahaan(Warren, Reeve dan

Fees: 2006).

Penulis menarik kesimpulan berdasarkan definisi – definisi yang

telah dipaparkan oleh beberapa ahli bahwa, akutansi adalah proses

pengidentifikasian, pengukuran dan pekaporan informasi ekonomi atas

transaksi-trasnsaksi dan kejadian-kejadian dalam perusahaan yang

kegiatannya dapat di ukur dengan satuan mata uang untuk membuat

pertimbangan dan pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan dalam perusahaan ( Bussines Stakeholder).


11

2.1.2 Siklus Akuntansi

Siklus akutansi menurut Warren (2006) adalah proses akutansi yang

diawali dengan menganalisis serta menjurnal transaksi dan diakhiri dengan

mengisihtisarkan dan melaporkan transaksi tersrbut.

Pengertian siklus akutansi adalah suatu proses penyediaan laporan

keuangan perusahaan untuk suatu periode tertentu. Siklus ini dimulai dari

terjdinya transaksi, sampai penyiapan laporan keuangan pada akhir suatu

periode.

Menurut Kieso (2008) yang dimaksud dengan siklus akutansi adalah

prosedur akutansi yang biasanya digunakan oleh perusahaan untuk

mencatat transaksi dan membuat laporan keuangan digambarkan pada

gambar 2.1 berikut ini

Gambar 2.1 Siklus Akuntansi

Jurnal Pembalik Jurnal Penutup

Laporan Keuangan

Transaksi

Neraca Lajur

Bukti
Jurnal Penyesuaian

Neraca Saldo
Jurnal

Buku Besar / Ledger


12

Sumber : Kieso (2008)

2.1.3 Laporan Keuangan

2.1.3.1 Pengertian laporan keuangan

Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan laporan

bagi pemakai. Laporan akuntansi yang menghasilkan informasi demikian

disebut laporan keuangan (Warren:2006).

Perusahaan memiliki kewajiban untuk membuat dan melaporkan

keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan

kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi

perusahaan terkini. Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa

yang akan diambil oleh perusahaan sekarang dan kedepan, dengan melihat

berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang

dimilikinya. Dalam pengertian yang sederhana menurut Kamir (2009),

laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan

perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Sadeli (2008) mengemukakan laporan keuangan adalah laporan tertulis

yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan

perubahan –perubahannya serta hasil yang dicapai selama periode tertentu.


13

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Putra (2012), laporan

keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan tersebut.

Laporan keuangan berguna bagi banker, kreditor, pemilik, dan pihak-pihak

yang berkepentingan dalam menganalisis dan mennginterpretasikan

kinerja keuangan dan kondisi perusahaan.

Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan beberapa pendapat yang

disampaikan oleh beberapa ahli tersebut bahwa, laporan keuangan adalah

suatu laporan tertulis yang menyajikan dan memberi informasi tentang

kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

2.1.3.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut IAI dalam PSAK (2009) adalah

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan

keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga

menunjukkan hasil pertanggungjwaban manajemen atas penggunaan

sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut, maka harus dibuat laporan

keuangan yang menyajikan informasi yang meliputi :

- Asset

- Liabilitas (kewajiban)
14

- Ekuitas

- Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan

kerugian

- Kontribusi diri dan distribusi kepada pemilik dalam

kapasitasnya sebagai pemilik

- Arus kas

2.1.3.3 Penyajian Laporan Keuangan

Penyajian yang wajar dari laporan keuangan SAK ETAP antara lain

dijelaskan dalam SAK ETAP sebagai berikut :

a. Penyajian wajar

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan,

kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar

mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa dan

kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan criteria pengakuan asset,

kewajiban, penghasilan dan beban

b. Kepatuhan terhadap SAK ETAP

Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus

membuat suatu pernyataan ekspilisit dan secara penuh (explicit and


15

underserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas

laporan keuangan.

c. Kelangsungan Usaha

Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang

menggunakan SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan

entitas melanjutkan kelangsungan usaha.

d. Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk

informasi komparatif) minimal satu tahun sekali.

e. Penyajian yang Konsisten

Penyajian dan klasifikasi pos – pos dalam laporan keuangan antar

periode harus konsisten kecuali jika terjadi perubahan yang signifikan

atas sifat operasi entitas atau perubahan penyajian atau

pengklasifikasian yang bertujuan untuk menghasilkan penyajian lebih

baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi.


16

f. Informasi komparatif

Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode

sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk

informasi dalam laporan keuanan dan catatan atas lapora keuangan).

g. Materialitas dan Agregasi

Pos – pos yang material disajikan terpisah dalam laporan

keuangan sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah

yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis.

2.1.3.4 Jenis Laporan Keuangan

Jenis-jenis laporan keuangan berdasarkan Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) terdiri dari lima jenis laporan keuangan,

yaitu :

a. Laporan Laba/Rugi (Income Statement)

Laporan laba/rugi menggambarkan pendapatan, biaya-biaya yang

dikeluarkan, dan hasil neto suatu perusahaan dalam satu periode. Unsur

utama dalam penyusunan laporan laba/rugi adalah penghasilan (revenue)

dan biaya (expense). Laporan laba/rugi (income statement) adalah salah


17

satu laporan yang sangat krusial dan penting dalam penyajian laporan

keuangan selain neraca (balance sheet).

Sinarwati, dkk (2013) juga mengemukakan laporan laba rugi

merupakan laporan yang mengukur kesuksesan organisasi perusahaan

untuk suatu periode tertentu. Masyarakat dunia usaha dan investasi

menggunakan laporan ini untuk menentukan kemampuan perusahaan

dalam menciptakan laba, nilai investasi dan kelayakan kredit atau

kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban – kewajibannya.

1) Kegunaan dan Keterbatasan Laporan Laba Rugi

Perhitungan laba rugi menjadi sangat penting dikarenakan

alasan alasan sebagai berikut :

a) Laporan laba rugi memberikan informasi kepada investor dan

kreditor yang membantu mereka meramalkan jumlah, waktu

dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Perhitungan laba

rugi membantu pemakai laporan keuangan meramalkan arus

kas masa depan dalam beberapa cara yakni :

(1) Investor dan kreditor dapat menggunakan informasi pada

perhitungan laba rugi untuk mengevaluasi prestasi masa

lalu perusahaan. Meskipun keberhasilan di masa lalu tidak

harus berarti keberhasilan di masa depan, beberapa

kecenderungan penting dapat ditentukan.


18

(2) Perhitungan laba rugi membantu pemakai menentukan

risiko (tingkat ketidakpastian) dari tidak mencapai arus kas

tertentu.

b) Perhitungan laba rugi digunakan oleh pihak – pihak selain dari

investor dan kreditor. Misalnya para pelanggan untuk

menentukan kemampuan suatu perusahaan memberikan barang

dab jasa yang diperlukan. Serikat pekerja menelaah laba secara

cermat sebagai dasar untuk pembahasan mengenai gaji, dan

pemerintah menggunakan perhitungan laba rugi untuk

merumuskan pajak dan kebijakan ekonomi.

Pengguna laporan laba rugi juga menyadari keterbatasan-

keterbatasan yang ada dalam laporan laba rugi. Laba bersih

sebagai hasil penandingan antara beban dan pendapatan,

merupakan suatu estimasi dan mencerminkan sejumlah asumsi.

Beberapa keterbatasan dari laporan laba rugi tersebut antara

lain :

a) Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak

dilaporkan

b) Laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang

digunakan

c) Laba dipengaruhi oleh faktor estimasi (melibatkan

pertimbangan subjektif manajemen). (Sinarwati,

dkk:2013)
19

2) Bentuk Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua bentuk sebagai berikut:

a) Bertahap (Multiple Step)

Bentuk multiple step adalah bentuk laporan laba rugi di mana

dilakukan beberapa pengelompokan terhadap pendapatan-

pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urut-urutan

tertentu sehingga bias dihitung penghasilan-penghasilan sebagai

berikut:

(1) Laba bruto, yaitu hasil penjualan dikurangi harga pokok

penjualan.

(2) Laba usaha bersih, yaitu laba bruto dikurangi biaya-biaya

usaha

(3) Laba bersih sebelum pajak, yaitu laba usaha ditambah dan

dikurangi dengan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya

di luar usaha.

(4) Laba bersih sesudah pajak, yaitu laba bersih sebelum pajak

dikurangi pajak penghasilan.

(5) Laba bersih dan elemen-elemen luar biasa, yaitu laba bersih

sesudah pajak dan/atau dikurangi dengan elemen-elemen

yang tidak biasa (ssudah diperhitungkan pajak penghasilan

untuk pos luar biasa).


20

b) Satu Langkah (Single Step)

Pelaporan laba rugi dengan bentuk ini tidak dilakukan

pengelompokan pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-

kelompok usaha dan diluar usaha, tetapi hanya dipisahkan

antara:

(1) Pendapatan-pendapatan dan laba

(2) Biaya dan kerugian-kerugian. (Sinarwati, dkk:2013)

3) Komponen Laporan Laba Rugi

Perusahaan yang menggunakan laporan laba rugi bentuk bertahap,

maka perusahaan akan menyajikan sebagian atau semua bagian

berikut ini:

a) Pendapatan penjualan

b) Harga pokok penjualan

c) Laba kotor

d) Beban operasional

e) Laba operasional

f) Pendapatan dan keuntungan lain-lain

g) Beban dan kerugian lain-lain

h) Laba dari operasi berlanjut sebelum pajak penghasilan

i) Pajak penghasilan atas operasi berlanjut

j) Laba dari operasi berlanjut


21

k) Operasi yang dihentikan

l) Pos-pos luar biasa

m) Laba rugi bersih

n) Laba per saham

(Sinarwati, dkk:2013)

b. Laporan Perubahan Modal (Capital Statement)

Laporan ini terdiri atas modal awal dan laba/rugi yang

mengakibatkan perubahan pada modal di akhir periode. Net

laba/rugi yang diperoleh dari laporan rugi/laba (income statement)

diperlukan untuk mengetahui perubahan modal. Laporan

perubahan modal (capital statement) adalah laporan untuk

mengetahui kemajuan atau kemunduran suatu perusahaan.

Perusahaan mengalami kemajuan jika modal akhir yang

ditunjukkan pada laporan perubahan modal lebih besar dari modal

awal, sebaliknya kemunduran perusahaan terjadi bila modal akhir

lebih kecil dari modal awal. Perubahan modal disebabkan oleh

transaksi-transaksi berikkut :

1) Transaksi Operasi

Transaksi operasi adalah transaksi yang diakibatkan oleh

kegiatan utama perusahaan. Deskripsi transaksi operasi dapat

terlihat seperti yang disajikan pada laporan laba/rugi, yang


22

terdiri dari penghasilan (revenue) dan biaya (expense) atas

operasional perusahaan.

2) Transaksi Modal

Transaksi modal diakibatkan transaksi yang terjadi dalam

rangka penyediaan dana untuk menambah atau mengurangi

modal. Transaksi modal dilakukan oleh pemilik perusahaan

dengan melakukan penyetoran atau pengambilan pribadi/prive

(withdrawals).

c. Neraca (Balance Sheet)

Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan akun-

akun aktiva, kewajiban, dan modal dalam satu periode. Nilai modal

pada neraca merupakan nilai yang tercatat pada Laporan Perubahan

Modal. Keseimbangan pada neraca dapat tercapai karena pada

Laporan Perubahan Modal sudah terdiri dari pendapatan dan biaya

yang tercatat pada Laporan Laba-Rugi.

Sinarwati, dkk (2013) mengungkapkan bahwa sampai

dengan akhir-akhir ini, investor hanya memfokuskan pada laporan

laba rugi dan pendapatan per lembar saham. Neraca hanya

dipelajari sepintas, sementara laporan arus kas diabaikan. Akan


23

tetapi peristiwa inflasi yang tinggi dan banyak kredit macet yang

terjadi pada tahun-tahun terakhir ini telah membuat investor

berpikir mengenai suatu pelajaran penting. Banyak terjadi bahwa

laba perlembar saham dapat diantisipasi jika berbagai laporan

keuangan tidak diabaikan. Likuiditas dan fleksibilitas keuangan

merupakan kondisi penting bagi keuntungan perusahaan.

Diperlukan analisis yang mendalam terhadap neraca dan catatan

laporan agar investor memperoleh informasi yang lengkap.

1) Kegunaan dan Keterbatasan Neraca

Neraca menyediakan informasi tentang sifat dan jumlah

investasi dalam sumber perusahaan, kewajiban kepada kreditor,

dan sisa kepemilikan dalam kekayaan bersih perusahaan.

Sumbangan neraca terhadap laporan keuangan dengan

menyediakan dasar untuk:

a) Menghitung tingkat pengembalian (rate of return)

b) Menilai struktur modal perusahaan

c) Menetapkan likuiditas dan fleksibilitas keuangan

perusahaan.

Neraca harus dapat secara memadai dan akurat

mencerminkan aktiva dan kewajiban perusahaan. Pengguna

laporan keuangan seharusnya dapat memanfaatkanneraca untuk


24

memperoleh gambaran yang cukup mengenai suatu

perusahaan. Namun pada kenyataannya banyak sekali

keterbatasan-keterbatasan yang terkandung dalam neraca,

diantaranya adalah kecenderungan untuk mengabaikan efek

inflasi, tidak mencerminkan nilai perusahaan saat ini, tidak

mengungkap seluruh aktiva dan kewajiban perusahaan, serta

kurangnya memiliki daya banding.

Biaya historis yang dilaporkan dalam neraca tidak pernah

disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang trejadi dalam

daya beli dari unit yang diukur. Hasilnya adalah neraca yang

mencerminkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam satuan

unit daya beli tidak sama. Variasi daya beli atas jumlah-jumlah

yang dilaporkan dalam neraca ini telah membuat perbandingan

diantara perusahaan, dan bahkan dalam satu perusahaan yang

sama menjadi kurang bermakna. Konsep biaya historis yang

diterapkan dalam neraca telah menjadi efek inflasi diabaikan,

sesuai dengan asumsi stable monetary, dimana daya beli

dianggap konstan. Karena banyak aktiva yang dilaporkan

dalam neraca sebesar biaya historis ini nilainya relative lebih

kecil dibandingkan nilai pasarnya, maka neraca pada umumnya

tidak menggambarkan nilai perusahaan atau kondisi kekayaan

perusahaan yang sebenarnya pada saat ini.

Ketidak mampuan untuk mengakui seluruh aktiva dalam

neraca telah menghasilkan neraca yang hanya menunjukkan


25

sedikit posisi keuangan yang sebenarnya. Banyak intangible

economic assets, seperti reputasi produk atau jasa unggulan

tidak diakui dalam neraca, karena tidak dapat diukur dalam

satuan unit moneter.

Satu dari keterbatasan neraca lainnya adalah penggunaan

off-balance financing. Hal ini juga merupakan masalah bagi

profesi akuntansi yang dihadapi pada saat ini, di mana

perusahaan pada umumnya enggan untuk mengungkapkan

seluruh kewajibannya dengan maksud untuk membuat posisi

keuangan mereka seolah-olah tampak lebih kuat. Secara

tradisional, leasing telah menjadi salah satu dari kebanyakan

bentuk off-balance financing lainnya.

Keterbatasan lainnya adalah terkait dengan kebutuhan daya

banding, yaitu bahwa seluruh perusahaan tidak

mengklasifikasikan dan melaporkan seluruh item yang sama

dengan cara yang sama. (Sinarwati, dkk:2013)

2) Komponen Neraca

Tiga komponen neraca adalah aktiva, utang, dan ekuitas

(modal).

Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di

masa depan, yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas

sebagai hasil dari tyransaksi atau peristiwa masa lalu.


26

Utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin

terjadi di masa depan, yang timbul dari kewajiban entitas pada

saat ini, untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa

kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari

transaksi atau peristiwa di masa lalu.

Ekuitas adalah kepemilikan atau kepentingan residu dalam

aktiva entitas, yang masih tersisa setelah dikurangi dengan

kewajibannya. (Sinarwati,dkk:2013)

3) Klasifikasi Pos Neraca

Neraca memang tidak ada kategori yang standar dalam

penyusunannya, namun klasifikasi untuk masing-masing pos

yang ada dalam neraca pada umumnya adalah sebagai berikut:

a) Aktiva

(1) Aktiva Lancar

Aktiva lancar adalah kas dan aktiva lainnya yang

diharapkan akan dapat dikonversi menjadi kas, dijual,

atau dikonsumsi dalam waktu satu tahun atau dalam

siklus operasi normal perusahaan, tergantung mana

yang paling lama.


27

Untuk aktiva yang tergolong lancar, urutan

penyajiannya haruslah berdasarkan pada urutan tingkat

likuiditas. Kas merupakan aktiva yang paling likuid,

lalu diikuti dengan investasi jangka pendek, piutang,

persediaan, dan biaya dibayar dimuka.

Pada umumnya, urutan penyusunan dalam neraca untuk

aktiva lancar adalah sebagai berikut:

(a) Kas dan Setara Kas

(b) Investasi Jangka Pendek

(c) Piutang

(d) Persediaan

(e) Biaya dibayar Di muka

(2) Aktiva Tidak Lancar

Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang tidak memenuhi

definisi aktiva lancar. Aktiva tidak lancar mencakup

berbagai pos, yaitu investasi jangka panjang (yang

sering disebut investasi saja), aktiva tetap, aktiva tetap

berwujud, aktiva tetap tidak berwujud, dan aktiva tidak

lancar lainnya. Aktiva tidak lancar pada umumnya akan

disajikan di neraca setelah penyajian aktiva lancar.

Susunan atau urutan penyajian seperti ini adalah

berdasarkan pada kebiasaan (tradisi), bukan keharusan.


28

Aktiva tidak lancar diantaranya adalah sebagai berikut:

(a) Investasi jangka panjang

(b) Aktiva tetap

(c) Aktiva tidak berwujud

(d) Aktiva tidak lancar lainnya

b) Kewajiban

(1) Kewajiban lancar

Kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkirakan

akan dibayar denngan menggunakan aktiva lancar atau

menciptakan kewajiban lancar lainnya dan harus segera

dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus

operasi normal perusahaan, tergantung mana yang lebih

lama.

Kewajiban lancar diantaranya adalah sebagai berikut:

(a) Utang usaha dan utang wesel jangka pendek

(b) Beban yang masih harus dibayar

(c) Pendapatan diterima dimuka

(d) Bagian utang jangka panjang yang lancar

(2) Kewajiban tidak lancar

Kewajiban tidak lancar adalah kewajiban yang

diperkirakan akan dibayar dalam waktu lebih dai satu

tahun atau satu siklus operasi normal.

Kewajiban tidak lancar diantaranya adalah:

(a) Utang jangka panjang


29

(b) Kewajiban sewa jangka panjang

(c) Kewajiban pajak yang ditangguhkan

(d) Kewajiban tidak lancar lainnya

c) Ekuitas pemilik

Metode pelaporan ekuitas bervariasi tergantung pada

bentuk perusahaan. Untuk perusahaan perseorangan,

ekuitas dilaporkan secara tunggal dengan menggunakan

akun modal. Saldo dalam akun ini merupakan hasil

kumulatif dari investasi dan penarikan pemilik serta laba

atau rugi bersih. Sedangkan untuk perusahaan persekutuan,

ekuitas dilaporkan dengan menggunakan beberapa akun

modal yang disajikan secara terpisah untuk masing-masing

anggota sekutu. Ekuitas pada perusahaan perseroan

dinamakan sebagai ekuitas pemegang saham. Dalam

perusahaan perseroan, investor atau para pemegang saham

merupakan pemilik perusahaan. Dalam neraca perseroan,

bagian ekuitas pemegang saham akan melaporkan secara

treperinci jumlah dari masing-masing dua sumber utama

modal. Sumber modal yang pertama adalah modal yang

disetor dan yang kedua adalah laba bersih yang ditahan atau

diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. (Sinarwati,

dkk:2013)
30

4) Format Neraca

Ketika menyiapkan neraca, susunan klasifikasi utang dapat

bervariasi. Akan tetapi, kebanyakan perusahaan menyajikan

neracanya dengan penekanan likuiditas, dimana aktiva dan

utang diurut berdasarkan tingkat likuiditas. Sedangkan aktiva

tetap dilaporkan dalam neraca berdasarkan urutan masa

manfaatnya yang paling lama, yaitu dimulai dari tanah,

bangunan dan seterusnya.

Susunan neraca yang sering digunakan dalam penyajian

neraca adalah bentuk akun (account form). Dengan format ini,

kelompok aktiva dicantumkan pada sisi kiri, sedangkan

kelompok pasiva pada sisi kanan. Kelemahan utama dari

format ini adalah diperlukannya satu halaman yang cukup lebar

untuk menyajikan pos-pos tersebut saling berdampingan.

Untuk menghindari kelemahan tersebut, neraca bentuk laporan

(report form) digunakan. Dengan format ini, kewajiban dan

ekuitas disajikan di bawah aktiva. Neraca bentuk laporan ini

juga kadang-kadang disajikan dengan melaporkan dua atau

lebih tanggal neraca (komparatif).

(Sinarwati, dkk:2013)

d. Laporan Arus Kas (Cash Flow)


31

Standar akuntansi mewajibkan perusahaan untuk menyusun

laporan arus kas. Tujuan utama dari laporan keuangan ini

adalah memberikan informasi yang relevan mengenai

penerimaan dan pengeluaran kas perusahaandalam satu

periode. Manfaat laporan aliran kas adalah untuk mengetahui

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas di masa depan

dan kemampuan perusahaan membayar deviden serta melunasi

kewajibannya. Laporan aliran kas juga dapat digunakan untuk

mengetahui transaksi kas dan non kas yang trejadi dalam

perusahaan untuk satu periode. (Sinarwati,dkk:2013)

e. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan berfungsi sebagai

penjelasan keadaan perusahaan secara detail. Biasanya terdiri

dari visi, misi, dan tujuan perusahaan, sejarah perusahaan.

Catatan atas laporan keuangan juga menjelaskan tentang

struktur organisasi, struktur modal, kegiatan operasional

perusahaan, kemajuan yang telah dicapai, perkembangan

perusahaan, inovasi, prospek, dan rencana perusahaan di masa

yang akan datang . Catatan atas Laporan Keuangan

dimaksudkan untuk menjelaskan gambaran perusahaan secara

lebih detail untuk melengkapi penyajian laporan keuangan

secara kuantitatif. (Sinarwati, dkk:2013)


32

2.2 SAK ETAP

2.2.1 Sejarah Singkat SAK ETAP

Ikatan Akuntan Indonesia sejak Juli 2009 telah

meluncurkan standar akuntansi ETAP (SAK-ETAP). Nama standar

ini sedikit unik karena exposure draftnya diberi nama Standar

Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan Menengah), namun mengingat

definisi UKM sendiri sering berubah, maka untuk menghindari

kerancuan, standar ini diberi nama SAK Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik (Wahyuni: 2011).

Sesuai dengan namanya maka sasaran pengguna dari

standar ini adalah entitas yang tidak memiliki tanggung jawab

akuntabilitas kepada publik (ETAP). SAK ETAP beranalogi

dengan IFRS SMEs (Small and Medium Enterprises), bahkan

semangat pengembangan SAK ETAP berasal dari IFRS SMEs

namun dengan beberapa penyesuaian (Eka: 2010)

Keberadaan SAK ETAP dapat membantu perusahaan kecil

seperti UKM untuk tidak perlu membuat laporan keuangan dengan

menggunakan SAK Umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal

SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan

dibandingkan dengan SAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih

kompleks..

Perusahaan yang tidak memiliki akuntabilitas publik

(misalnya UKM, private entities, dan lainnya) mengalami dilema


33

dalam penyusunan laporan keuangan. Mereka menginginkan

laporan keuangan yang sesuai dengan standar, untuk tujuan-tujuan

antara lain memperoleh kredit dari bank, tujuan pelaporan pajak

maupun tujuan internal perusahaan namun, hambatan dalam

pengaplikasian SAK Umum terkait dengan kompleksitas SAK

Umum sehingga menimbulkan biaya yang besar apabila tetap

diterapkan.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) memahami

hal ini dan memberikan solusi berupa penerbitan SAK ETAP yang

merupakan simplifikasi dari SAK Umum. Secara substansi tidak

terdapat perbedaan signifikan antara keduanya, namun persyaratan

disclosure dari SAK ETAP berkurang signifikan dari SAK Umum

(Eka: 2010)

Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP

harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh

(explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam

catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh

menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua

persyaratan dalam SAK ETAP. Apabila perusahaan memakai

SAK-ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit di

perusahaan tersebut juga akan mengacu kepada SAKETAP.

Mengingat kebijakan akuntansi SAK-ETAP di beberapa aspek

lebih ringan daripada SAK Umum, maka ketentuan transisi dalam

SAK-ETAP ini cukup ketat. Pada BAB 29 misalnya disebutkan


34

bahwa pada tahun awal penerapan SAK ETAP, yakni 1 Januari

2011, Entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK

ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK

ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non- ETAP sepanjang diterapkan

secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk

kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan

keuangan berikutnya. Oleh sebab itu per 1 Januari 2011,

perusahaan yang memenuhi definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik harus memilih apakah akan tetap menyusun laporan

keuangan menggunakan PSAK atau beralih menggunakan SAK-

ETAP (Wahyuni: 2011).

Ketentuan transisi juga menjelaskan bahwa entitas yang

menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian

tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK

ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun

laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. Hal ini misalnya ada

perusahaan menengah yang memutuskan menggunakan SAK-

ETAP pada tahun 2011, namun kemudian mendaftar menjadi

perusahaan publik pada tahun berikutnya. Entitas tersebut wajib

menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK non-ETAP dan

tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP ini kembali.

Sebaliknya entitas yang sebelumnya menggunakan SAK non-

ETAP dalam menyusun laporan keuangannya dan kemudian

memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK


35

ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini

dalam menyusun laporan keuangan (Wahyuni: 2011).

2.2.2 Persiapan Penerapan SAK ETAP

Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) akan dinyatakan efektif berlaku

untuk entitas yang tidak memiliki akuntabiltas publik, yaitu entitas

yang memiliki 2 kriteria yaitu: tidak memiliki akuntabilitas publik

secara signifikan, dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk

tujuan umum (general purpose financial statements) bagi pengguna

eksternal. Contoh pengguna eksternal dalam kriteria kedua ini

adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan

usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat kredit (Basir: 2010).

Kriteria ETAP di atas bisa dibedakan dengan entitas yang memiliki

akuntabilitas publik, yaitu jika (SAK ETAP: 2009):

1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas

dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas

pasar modal (BAPEPAM-LK) atau regulator lain untuk tujuan

penerbitan efek di pasar modal.

2. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebaga fidusia untuk

sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,

pialang dan/atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana, dan

bank investasi.
36

Pada umumnya, entitas tanpa akuntabilitas publik adalah

UKM, oleh karena itu pengguna ETAP akan banyak terdiri dari

entitas dengan kategori UKM. Penerbitana SAK ETAP oleh DSAK

IAI ini adalah sebagai alternatif SAK yang boleh diterapkan oleh

entitas di Indonesia. sebagai bentuk SAK yang lebih sederhana

dibandingkan dengan SAK Umum yang lebih rumit (Basir: 2010).

2.2.3 Ruang Lingkup SAK ETAP

Berdasarkan ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik maka standar ini dimaksudkan

untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas

tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak

memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan tidak menerbitkan

laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial

statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal

adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan

usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

Ruang lingkup standar ini juga menjelaskan bahwa entitas

dikatakan memiliki akuntabilitas publik signifikan jika : proses

pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau

regulator lain untuk tujuan penerbitan efek dipasar modal; atau

entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk

sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,


37

pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksadana dan bank

investasi. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan

dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat

regulasi mengizinkan penggunaan standar tersebut.

2.2.4 Penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP

SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan

yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan dini

diperkenankan. Jika SAK ETAP diterapkan dini, maka entitas harus

menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan yang

dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010 Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI) dalam SAK ETAP (2009). Sesuai dengan ruang lingkup

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

maka standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa

akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang

dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik

signifikan; dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan

umum (general purpose financial statement) bagi pengguna

eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak

terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga

pemeringkat kredit.

Ruang lingkup standar ini juga menjelaskan bahwa entitas

dikatakan memiliki akuntabilitas publik signifikan jika : proses


38

pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau

regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau

entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk

sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang

dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank

investasi.

Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat

menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi

mengizinkan penggunaan standar tersebut. Hal ini dimungkinkan

apabila misalnya pihak otoritas berwenang merasa ketentuan

pelaporan dengan menggunakan PSAK terlalu tinggi biayanya

ataupun terlalu rumit untuk entitas yang mereka awasi.

Mengingat kebijakan akuntansi SAK ETAP di beberapa

aspek lebih ringan daripada PSAK, maka ketentuan transisi dalam

SAK ETAP ini cukup ketat. Pada BAB 29 misalnya disebutkan

bahwa pada tahun awal penerapan SAK ETAP, yakni 1 Januari

2011, entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK

ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK

ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan

secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk

kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan

keuangan berikutnya. Selanjutnya ketentuan transisi juga

menjelaskan bahwa entitas yang menyusun laporan keuangan

berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan


39

entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut

tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan

SAK ETAP. Hal ini misalnya ada perusahaan menengah yang

memutuskan menggunakan SAK-ETAP, namun kemudian mendaftar

menjadi perusahaan publik di tahun berikutnya. Entitas tersebut

wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK non-ETAP

dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP ini kembali.

Sebaliknya entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP

dalam menyusun laporan keuangannya dan kemudian memenuhi

persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK ETAP, maka

entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun

laporan keuangan. Perbedaan antara PSAK Umum dengan PSAK

ETAP dapat dilihat pada tabel 2.2.4


40

Tabel 2.2.4. Perbedaan PSAK Umum dengan PSAK ETAP

No Elemen PSAK SAK


ETAP
1 Penyajian  Laporan posisi keuangan Sama dengan PSAK, kecuali informasi yang disajikan
Laporan  Informasi yang disajikan dalam laporan dalam neraca, yang menghilangkan pos:
Keuangan posisi keuangan  Aset keuangan
 Pembedaan aset lancar dan tidak lancar dan  Properti investasi yang diukur pada nilai wajar
laibilitas jangka pendek dan jangka panjang (ED PSAK 1)
 Aset lancar  Aset biolojik yang diukur pada biaya perolehan dan
 Laibilitas jangka pendek nilai wajar (ED PSAK 1)
 Informasi yang disajikan dalam laporan  Kewajiban berbunga jangka panjang
posisi keuangan atau catatan atas laporan  Aset dan kewajiban pajak tangguhan
keuangan  Kepentingan nonpengendalian
(Perubahan istilah di ED PSAK 1: Neraca menjadi
Laporan Posisi Keuangan, Kewajiban
(liability) menjadi laibilitas)
2 Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi komprehensif Tidak sama dengan PSAK yang menggunakan
 Informasi yang disajikan dalam laporan Laba istilah laporan laba rugi komprehensif, SAK
Rugi Komprehensif ETAP menggunakan istilah laporan laba rugi.
 Laba rugi selama periode
 Pendapatan komprehensif lain selama periode
 Informasi yang disajikan dalam laporan laba
rugi komprehensif atau catatan atas laporan
keuangan
41

3 Penyajian Perubahan Sama dengan PSAK, kecuali untuk beberapa hal yang
Ekuitas terkait
pendapatan komprehensif lain.
4 Catatan Atas  Catatan atas laporan keuangan Sama dengan PSAK, kecuali pengungkapan modal.
Laporan  Struktur
Keuangan  Pengungkapan kebijakan Akuntansi
 Sumber estimasi ketidakpastian
 Modal (ED PSAK 1)
 Pengungkapan lain
5 Laporan Arus Kas  Arus kas aktivitas operasi: metode langsung dan Sama dengan PSAK kecuali:
tidak langsung  Arus kas aktivitas operasi: metode tidak langsung
 Arus kas aktivitas investasi  Arus kas mata uang asing, tidak diatur.
 Arus kas aktivitas pendanaan
 Arus kas mata uang asing
 Arus kas bunga dan dividen, pajak
penghasilan, transaksi non-kas
6 Laporan  Persyaratan penyajian lapkeu konsolidasi Tidak diatur (Lihat Bab 12).
keuangan  Entitas bertujuan khusus
konsolidasi dan  Prosedur konsolidasi
terpisah  Lapkeu tersendiri
 Lapkeu gabungan

7 Kebijakan PSAK 25 (Laba atau Rugi Bersih untuk  Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi
akuntansi, periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan  Konsistensi dan perubahan kebijakan akuntansi
estimasi, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi)  Perubahan Estimasi akuntansi
kesalahan  Laba atau rugi bersih untuk Periode berjalan  Kesalahan.
o Kesalahan Mendasar SAK ETAP sudah maju satu langkah dibandingkan
o Perubahan kebijakan Akuntansi PSAK (tidak ada “kesalahan mendasar” dan “laba
o Pemilihan dan penerapan kebijakan atau rugi luar biasa”).
akuntansi
o Konsistensi dan perubahan kebijakan
42

akuntansi
o Perubahan Estimasi akuntansi Kesalahan.
 Pos luar biasa
 Laba atau rugi dari aktivitas normal
 Operasi yang tidak dilanjutkan
 Perubahan estimasi Akuntansi
o Penerapan suatu standar Akuntansi keuangan
o Perubahan kebijakan Akuntansi yang lain
8 Instrumen  Ruang lingkup: aset dan kewajiban keuangan  Ruang lingkup: investasi pada efek tertentu
Keuangan Dasar  Instrumen keuangan dasar:  Klasifikasi trading, held to maturity, dan
 Diklasifikasikan pada nilai wajar melalui laporan available for sale. Hal tsb mengacu ke PSAK 50
laba rugi, dimiliki hingga jatuh tempo, tersedia (1998).
untuk dijual, pinjaman dan pinjaman yang
diberikan
 Impairment menggunakan incurred loss concept
 Derecognition
 Hedging dan derivatif
9 Persediaan  Pengukuran persediaan Sama dengan PSAK
 Biaya persediaan
 Biaya pembelian
 Biaya konversi
 Biaya lain-lain
 Biaya persediaan pemberian jasa
 Teknik pengukuran biaya
 Rumus biaya
 Nilai realisasi bersih
 Pengakuan sebagai beban
 Pengungkapan
10 Investasi  Ruang lingkup: entitas asosiasi  Ruang lingkup: entitas asosiasi dan entitas anak
pada perusahaan  Metode akuntansi  Metode akuntansi
asosiasi dan  Metode biaya  Entitas asosiasi : metode biaya
entitas anak  Metode ekuitas  Entitas anak : metode ekuitas
 Model nilai wajar (ED PSAK 15)
43

11 Investasi  Jointly controlled operation, aset, and entity Sama dengan PSAK kecuali metode akuntansi
pada perusahaan  Metode akuntansi hanya menggunakan metode biaya.
asosiasi dan  Metode konsolidasi proporsional
entitas anak  Metode ekuitas
 Model nilai wajar (ED PSAK 12 :
PBA/PBO/PBE)
12 Property Investasi Metode akuntansi Metode akuntansi: model biaya
 Model nilai wajar : Model
biaya
13 Aset Tetap  Menggunakan pendekatan komponenisasi Sama dengan PSAK kecuali:
 Pengukuran menggunakan model biaya atau  Tidak menggunakan pendekatan komponenisasi.
model revaluasi  Revaluasi diijinkan jika dilakukan berdasarkan
 Pengukuran biaya perolehan Pengakuan Peraturan Pemerintah. Hal ini mengacu ke PSAK
pengeluaran selanjutnya 16 (1994)
 Penyusutan  Tidak perlu review nilai residu.
 Tidak perlu review nilai residu, metode
penyusutan,
dan umur manfaat setiap akhir periode
pelaporan, tetapi jika ada indikasi perubahan
saja
14 Aset Tidak Berwujud  Prinsip umum untuk pengakuan Sama dengan PSAK, kecuali aset tidak berwujud
 Pengakuan awal, pengukuran selanjutnya yang diperoleh dari penggabungan usaha.
 Amortisasi selama umur manfaat atau 10 Penurunan nilai tidak diatur
tahun Penurunan nilai
 Menggunakan metode pembelian
 Goodwill dimaortisasi 5 tahun atau 20 tahun
dengan justifikasi manajemen
15 Sewa  Mengatur perjanjian yang mengandung sewa  Tidak mengatur perjanjian yang mengandung sewa
 Klasifikasi bersifat principle based (ISAK 8)
 Laporan keuangan lessee dan lessor  Klasifikasi sewa: kombinasi IFRS for SMEs dan
SFAS 13
 Laporan keuangan lessee dan lessor menggunakan
44

PSAK 30 (1990): Akuntansi Sewa Guna Usaha


16 Kewajiban  Kewajiban diestimasi Sama dengan PSAK
diestimasi dan  Kewajiban kontinjensi
kontonjensi  Aset kontinjensi
17 Ekuitas  Penjelasan Sama dengan PSAK, kecuali :
 Akuntasi ekuitas untuk badan usaha bukan PT  Reorganisasi
 Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk  Selisih penilaian kembali
PT
 Reorganisasi
 Selisih penilaian kembali
18 Pendapatan  Penjualan barang Sama dengan PSAK.
 Penjualan jasa
 Kontrak konstruksi
 Bunga, dividen dan royalti
 Lampiran kasus pengakuan pendapatan (ED
PSAK 23)
19 Biaya Pinjaman  Komponen biaya pinjaman Biaya pinjaman langsung dibebankan
 Pengakuan dan kapitalisasi biaya pinjaman
20 Penurunan Nilai  Penurunan nilai persediaan Sama dengan PSAK, kecuali:
Aset  Penurunan nilai non-persediaan  Ruang lingkup yang meliputi semua jenis aset.
 Penurunan nilai goodwill  Tidak mengatur penurunan nilai goodwill
 Ada tambahan penurunan nilai untuk pinjaman
yang diberikan dan piutang yang menggunakan
PSAK 31: Akuntansi Perbankan paragraf 16
dan 17.
21 Imbalan Kerja  Imbalan kerja jangka pendek Sama dengan PSAK, kecuali untuk manfaat pasti
 Imbalan pasca kerja, untuk manfaat menggunakan PUC dan jika tidak bisa, menggunakan
pasti menggunakan PUC metode yang disederhanakan
 Imbalan jangka panjang
lainnya Pesangon pemutusan
kerja
45

22 Pajak Penghasilan  Menggunakan deferred tax concept  Menggunakan tax payable concept
 Pengakuan dan pengukuran pajak kini  Tidak ada pengakuan dan pengukuran pajak
 Pengakuan dan pengukuran pajak tangguhan tangguhan
23 Mata Uang  Mata uang pencatatan dan pelaporan Sama dengan PSAK Mata Uang Pelaporan
Pelaporan  Mata uang fungsional  Mata uang fungsional
 Penentuan saldo awal  Pelaporan transaksi mata uang asing dalam mata
 Penyajian komparatif uang fungsional
 Perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan  Perubahan mata uang
fungsional (Pada prinsipnya
sama)
24 Peristiwa setelah  Peristiwa yang memerlukan penyesuaian Sama dengan PSAK
akhir  Peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian
periode
pelaporan
25 Pengungkapan  Pengertian pihak-pihak yang mempunyai Sama dengan PSAK 7
pihak- pihak yang hubungan istimewa
mempunyai  Pengungkapan
hubungan
istimewa
26 Aktivitas Khusus  Akuntansi perkoperasian Tidak diatur
 Akuntansi minyak dan gas bumi
 Akuntansi pertambangan umum
 Akuntansi perusahaan efek
 Akuntansi reksa dana
 Akuntansi perbankan dan asuransi
27 Ketentuan Transisi  Retrospektif atau prospektif (jika tidak praktis)
yang diterapkan secara prospective catchup
(dampak ke saldo laba)
 Perpindahan dari dan ke SAK ETAP
28 Tanggal Efektif Berlaku efektif untuk laporan keuangan yang dimulai
pada
tanggal 1 Januari 2011, penerapan dini 1 Januari 2010
46

(sumber: Majalah Akuntan Indonesia; Edisi No.19/Tahun III/Agustus 2009)


47

a. Jenis laporan keuangan lengkap

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam SAK ETAP

(2009), laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan

keuangan, dan laporan keuangan yang lengkap meliputi:

1) Neraca

Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan suatu

perusahan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang

menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode

tersebut. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut:

a) Kas dan setara kas

b) Piutang usaha dan piutang lainnya

c) Persediaan

d) Properti dan investasi

e) Aset tetap

f) Aset tidak berwujud

g) Utang usaha dan utang lainnya

h) Aset dan kewajiban pajak

i) Kewajiban diestimasi
48

j) Ekuitas

2) Laporan laba rugi

Laporan laba rugi menyajikan hubungan antara penghasilan

dan beban dari entitas. Laba sering digunakan sebagai ukuran

kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat

pengembalian investasi atau laba per saham. Unsur-unsur laporan

keuangan yang secara langsung terkait dengan pengukuran laba

adalah penghasilan dan beban. Laporan laba rugi minimal

mencakup pos-pos sebagai berikut:

a) Pendapatan

b) Beban keuangan

c) Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan

metode ekuitas

d) Beban pajak

e) Laba atau rugi neto

3) Laporan perubahan ekuitas

Laporan ini menunjukan:


49

a) Seluruh perubahan dalam ekuitas untuk suatu periode,

termasuk di dalamnya pos pendapatan dan beban yang

diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode

tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan

koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut,

atau

b) Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari

transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik termasuk jumlah investasi, penghitungan dividen

dan distribusi lain ke pemilik ekuitas selama suatu

periode. pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan

koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut,

atau

c) Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari

transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik

termasuk jumlah investasi, penghitungan dividen dan

d) distribusi lain ke pemilik ekuitas selama suatu periode.

4) Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas

kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah


50

perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi,

investasi, dan pendanaan.

5) Catatan atas laporan keuangan yang berisiringkasan kebijakan

akuntansi yang signifikan dan penjelasan lainnya.

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai

tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau

rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan

informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam

laporan keuangan

b. Pengakuan dalam laporan keuangan

1) Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat

ekonominya dimasa depan akan mengalir ke entitas dan aset

tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan

andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi

dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke

dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai

alternative transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam

laporan laba rugi.


51

a) Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika:

(1) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk

dijual atau digunakan, dalam jangka waktu siklus

operasi normal entitas

(2) Dimiliki untuk diperdagangkan

(3) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12

bulan setelah akhir periode pelaporan; atau

(4) Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi

penggunaannya dari pertukaran atau digunakan

untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12

bulan setelah akhir periode pelaporan.

b) Entitas mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai tidak

lancar. Jika siklus operasi normal entitas tidak dapat

diidentifikasi dengan jelas, maka siklus operasi diasumsikan 12

bulan.

(1) Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan

pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat

ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban

masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur

dengan andal.
52

(a) Entitas mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban

jangka pendek jika:

1) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu

siklus normal operasi entitas

2) Dimiliki untuk diperdagangkan

3) Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12

bulan setelah akhir periode pelaporan; atau

4) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda

penyelesaian kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir

periode pelaporan.

(b) Entitas mengklasifikasikan semua kewajiban lainnya

sebagai kewajiban jangka panjang.

(2) Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari

pengakuan aset dan kewajiban.

Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika

kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan

dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah

terjadi dan dapat diukur secara andal.


53

(3) Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari

pengakuan aset dan kewajiban.

Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan

manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan

penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi

dan dapat diukur secara andal. Laba atau rugi merupakan

selisih antara penghasilan dan beban. Hal tersebut bukan

merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan

prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.

2.3 USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

2.3.1 Definisi Usaha Kecil Menengah (UKM)

Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan

Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki

jumlah paling besar. Selain itu Kelompok ini terbukti tahan

terhadap berbagai macam goncangan krisi ekonomi. Maka sudah

menjadi keharusan penguatan kelompok usaha mikro, kecil dan

menengah yang melibatkan banyak kelompok. Kriteria usaha

yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah

diatur dalam payung hukum berdasarkan undang-undang.


54

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah

istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri.

Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian

Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala

kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan

kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari

persaingan usaha yang tidak sehat.”

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah

sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,-

(Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.

1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah)

3. Milik Warga Negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau

cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau

berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan

Usaha Menengah atau Usaha Besar


55

5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum,

termasuk koperasi.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada

beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan

Pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :

1. Usaha Mikro

Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif

milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang

memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil

Kriteria Usaha Kecil Adalah usaha ekonomi produktif

yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha


56

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha

Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha

kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau

hasil penjualan tahunan (Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Bab 1 pasal 1). Usaha

kecil menengah juga berfungsi sebagai sarana untuk

memeratakan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.

Kewirausahaan dalam menjalankan industri menengah

adalah modalnya cukup besar, peralatan dan sarana tempat

sudah bagus dan pembagian kerja sudah jelas, tenaga

kerja/karyawan berjumlah 20 sampai 100 orang. UKM

(Usaha Kecil Menengah) adalah tulang punggung ekonomi

Indonesia. Jumlah UKM hingga 2011 mencapai sekitar 52

juta. UKM di Indonesia sangat penting bagi ekonomi karena

menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga

kerja. 
57

1. Ciri-ciri Usaha Menengah

Sebelumnya orang yang sedang menjalankan

usaha/bisnis menengah dan besar harus sudah memiliki

segala persyaratan legalitas diantaranya yaitu:

a. Izin kepada ketua Rt setempat, izin kepada desa.

b. Izin terhadap tetangga, izin usaha, izin tempat, dalam

upaya menerapkan pengelolaan lingkungan.

c. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) , dsb.

2. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai

dengan paling banyak Rp 10 miliar tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5

miliar sampai dengan paling banyak Rp 50 miliar.

3. Contoh Usaha Menengah

a. Usaha Pertanian, Perternakan, Perkebunan

b. Usaha Perdagangan (Grosir) Termasuk Expor dan Impor

c. Usaha Dealer Mobil 

d. Usaha Jasa Membuat jasa Alat Transportasi 

e. Usaha Industri Makanan Dan Minuman 


58

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu disajikan dalam tabel 2.4 berikut ini.

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu


Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Fatwa ANALISIS 1. Penerapan SAK ETAP dalam penyusunan
PENERAPAN laporan keuangan UKM Penggilingan Padi
SAK ETAP PADA 2. Kemampuan pengetahuan dasar akuntansi
USAHA KECIL adalah responden yang menjawab Ya hanya
MENENGAH 40%, sedangkan yang menjawab Tidak sebesar
(UKM) 60%. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak
PENGGILINGAN pelaku UKM yang tidak memiliki kemampuan
PADI dan pengetahuan dasar tentang akuntansi.
Sehingga mereka sulit untuk mengetahui
kondisi keuangan dari usaha yang dikelola
3. Pengumpulan Bukti Transaksi dilakukan oleh
pelaku UKM memiliki hasil persentase 100%
atas jawaban Ya, dan 0% untuk jawaban Tidak.
Hal ini menunjukan bahwa pengumpulan bukti
transaksi dilakukan oleh pelaku UKM
4. Dalam hal membuat catatan tentang kegiatan
usaha, responden yang menjawan Ya lebih
mendominasi dengan persentase 75%,
sedangkan yang menjawab Tidak sebesar 0%.
Hal ini menunjukan bahwa mayoritas pelaku
UKM membuat catatan atas usahanya,
dikarekan untuk mengetahui kegiatan selama
melakukan proses jual-beli
5. Dalam hal membuat pencatatan usaha dalam
bentuk jurnal akuntansi di dominasi dengan
jawaban Tidak sebesar 90 %, dibandingkan
dengan jawaban Ya sebesar 10%. Hal tersebut
menunjukan bahwa pelaku UKM
masihbanyaknya pelaku UKM yang membuat
jurnal atas transaksi yang terjadi, dan komentar
mereka mengenai tersebut , terlalu rumit dan
tidak punya waktu yang cukup sehingga
mereka tidak membuat jurnal akuntansi
6. Dalam hal membuat buku besar, dari jawaban
responden, yang membuat buku besar hanya
sebesar 10%, sedangkan yang menjawab Tidak
membuat sebesar 90%.Hal tersebut
59

menunjukan bahwa masih banyaknya pelaku


UKM untuk melakukan ppencatatan akuntansi
yang sesuai dengan siklus, karena kurangnya
pengetahuan dari pelaku usaha
7. Membedakan antara kepentingan pribadi
dengan kepentingan usaha, yang menjawab Ya
sebesar 80% hal tersebut karena pelaku
menghindari terjadinya kesalahan dalam
mencatat keungan mereka, sedangkan 20%
menjawab Tidak, karena mereka beranggapan
terlalu rumit, sehingga mereka menganggap
uang perusahaan itu termasuk uang mereka
juga, sehingga tidak ada pengendalian pada kas
UKM
8. Komponen laporan keuangan yang disajikan
selama ini, secara dominan di responden masih
melakukan laporan laba rugi karena 100%
menjawab Ya, sedangkan untuk komponen
neraca dan laporan perubahan modal hanya
sedikit yangg menyajikan. Hal tersebut
dikarenakan pelaku UKM hanya ingin
mengetahi laba/omset dari usaha yang
dijalankan
9. Penggunaan software akuntansi pada UKM
didominasi oleh jawaban Tidak sebesar 85%,
sedangkan 15% menjawab Ya. Hal tersebut
menunjukan perkembangan teknologi yang
digunakan sebagai penunjang kegiatan
pencatatan keuangan masih kurang dikalangan
UKM, sehingga pelaku UKM masih melakukan
pencatatan secara manual dan
sederhana.Sedangkan yang telah memakai
software, pelaku UKM menggunakan MS
Excel
10. Membuat laporan keuangan, responden
menjawab 40% pada keperluan internal dan
keperluan eksternal, sedangkan untuk
pelaporan ke Bank hanya 20%. Hal tersebut
menunjukan bahwa pelaku UKM menggunakan
laporan keuangan utnuk mengetahui keadaan
dari usaha yang dijalankan, sedangkan
keperluan eksternal digunakan untuk
memudahkan para Investor dan Bank untuk
membaca laporan keuangan, sehingga dapat
60

membantu dalam penambahan modal untuk


pengembangan usaha
11. Secara dominan para pelaadanya kendala ku
UKM masih banyak yang terkendala mengenai
penerapan akuntansi yang baik dan benar, hal
tersebut dikarenakan krangnya pengetahuan
mereka mengenai akuntansi
12. Laporan keuangan di dalam usaha mereka
berpengaruh dalam menjalankan usaha
meskipun mereka hanya membuat pencatatan
laporan secara sederhana
13. Pengetahuan pelaku UKM terhadap SAK
ETAP, pada jawaban responden yang
menjawab Ya sebesar 35%, sedangkan yang
menjawab tidak sebesar 65%. Hal tersebut
menujukan bahwa pelaku UKM masih terbatas
mengenai pengetahuan tentang SAK ETAP
14. Masih kurangnya pengetahuan dari respoden
terhadap informasi SAK ETAP, karena hanya
35% yang mengetahui tentang informasi SAK
ETAP untuk UKM. Sedangkan 65% tidak
mengetahui informasi darimanapun
15. Tidak adanya pelaku UKM yang mendapatkan
sosialisasi/seminar mengenai SAK ETAP,
sehingga membuat mereka terbatas pada
pengetahuan akuntansi yang sederhana, tanpa
mengikuti standar yang ada
16. Pemahaman pelaku UKM mengenai isi dari
SAK ETAP. Dari jawaban responden tidak ada
yang memahami mengenai isi dari SAK ETAP,
karena responden hanya sebatas mengetahui
informasi mengenai SAK ETAP, sehingga
tidak ada yang memahami mengenai isi dari
SAK ETAP
17. Penerapan akuntansi yang sesuai dengan SAK
ETAP, dari jawaban Responden yang
menjawab Belum sebesar 100%, sedangkan
yang menjawab sudah 0%. Hal tersebut
menunjukan bahwa pelaku UKM belum
pelakukan penerapan akuntansi sesuai dengan
Standar yang ada yaitu SAK ETAP, karena
pelaku masih terbatas pengetahuan mengenai
informasi mengenai SAK ETAP yang membuat
mereka terkendala dalam menyajikan lapoeran
61

keuangan yang sesuai dengan standar yang ada


18. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak
terlaksananya pencatatan keuangan berbasis
SAK ETAP pada UMKM
19. Faktor Internal Penyebab Gagalnya Penerapan
SAK ETAP

Alfitri PENERAPAN (1) Pemahaman perajin mebel tentang Standar


STANDAR
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
AKUNTANSI
KEUANGAN Publik (SAK-ETAP) masih rendah (2a) Pencatatan
ENTITAS TANPA
keuangan yang dilakukan perajin mebel hanya sebatas
AKUNTABILITAS
PUBLIK (SAK- laporan bisnis yang dibuat sesuai dengan pemahaman
ETAP) PADA
dan kebutuhan masing-masing perajin mebel. (2b)
USAHA MIKRO
KECIL Perajin mebel tidak menerapkan SAK-ETAP dalam
MENENGAH
menyusun laporan keuangan, karena perajin mebel
(UMKM)
PERAJIN MEBEL kurang memahami SAK-ETAP. (3) Kendala-kendala
DESA
perajin mebel dalam menerapkan SAK-ETAP, sebagai
GONDANGSARI
KECAMATAN berikut: kurangnya pengetahuan perajin mebel tentang
JUWIRING
SAK-ETAP, belum adanya tenaga akuntansi yang
KABUPATEN
KLATEN profesional pada perajin mebel, perajin mebel kurang
memahami pentingnya pencatatan dan penyusunan
laporan keuangan, dan kurang efektifnya sosialisasi
dari pihak yang berkompeten tentang SAK-ETAP.
Ade dkk. ANALISIS Dalam hasil penelitian ini, menunjukan bahwa
PENERAPAN
perusahaan belum menyajikan laporan perubahan
SAK ETAP PADA
PENYAJIAN ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
LAPORAN
keuangan (CALK) serta terjadi inkonsistensi dalam
KEUANGAN PT.
NICHINDO penyajian beberapa pos pada Neraca yang tidak
MANADO
diungkapkan dalam CALK. 
SUISAN

Sumber : berbagai jurnal di http://google/jurnal-penelitian-sak-etap// diakses pada April 2017


62

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif

yang berupa tindakan (Action Research) yaitu memanfaatkan data kuantitatif

dengan data kualitatif yang berfokus pada terapan. tujuan penelitian ini dalam

dunia akuntansi adalah untuk meningkatkan praktek akuntansi dalam dunia usaha

dimana dalam penelitian ini yaitu pada UD SINAR ABADI sebagai objek

penelitian. Peneliti menggunakan rancangan ini karena rancangan penelitian

tindakan merupakan prosedur sistematik yang dipakai untuk mengumpulkan data

kuantitatif dan/atau data kualitatif tentang kegiatan ekonomi objek penelitian

khususnya dalam kegiatan pelaporan keuangannya.

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada

aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat

permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka

menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysys), yaitu mengkaji

masalah secara kasus perkasus karena metode kualitatif yakin bahwa sifat suatu
63

masalah akan berbeda dengan sifat masalah yang lainnya. Tujuan dari metode ini

bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu

masalah. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif dari pada penelitian atau survey

kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dalam mengumpulkan

informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam

dan group fokus. Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan

berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, intropeksi,

riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional, dan visual:

yang bergambarkan momen rutin dan problematic, serta maknanya dalam

kehidupan individual dan kolektif.(Ikhwan : 2013)

Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller pada mulanya bersumber

pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif,

lalu mereka mendefinisikan bahwa metodelogi kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dala peristilahannya.

Penelitian deskriptif adalah penelitian non hipotesis yang menggambarkan

mengenai bagaimana keadaan perusahaan tersebut sampai pada data-data yang

dibutuhkan untuk dapat membuat laporan keuangan sesuai dengan SAK ETAP.

3.2 Subjek Penelitian


64

Peneliti mengambil penelitian pada UD SINAR ABADI. UD SINAR ABADI

merupakan perusahaan dengan bentuk usaha perseorangan. Jenis usaha yang

dijalankan oleh UD SINAR ABADI adalah jenis usaha manufaktur.

Peneliti mengambil penelitian di UD SINAR ABADI karena peneliti

menemukan permasalahan pada pelaporan keuangan UD SINAR ABADI yang

tidak sesuai dengan standar akuntansi, dalam hal ini adalah Standar Akuntansi

Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Selain itu, UD

SINAR ABADI sedang merencanakan untuk melakukan ekspansi usaha dan

melakukan kerja sama dengan pihak luar (eksternal) dalam hal permodalan.

Untuk itu dibutuhkan laporan keuangan yang memenuhi standar yang berlaku

(SAK-ETAP). UD SINAR ABADI selama ini hanya melakukan pencatatan

sederhana dalam penjualan, kas masuk, kas keluar, dan buku catatan hutang

pihutang. Hal ini mengindikasikan bahwa belum diterapkannya praktek akuntansi

dengan benar khususnya dalam hal pelaporan keuangan oleh bagian akuntansi di

UD SINAR ABADI.

3.3 Variabel dan Definisi Operasional


65

3.3.1 SAK ETAP ( Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik)

SAK ETAP yang merupakan kepanjangan berasal Standar akuntansi

keuangan guna Entitas tidak dengan Akuntabilitas Publik ditetapkan oleh

ikatan akuntansi indonesia terhadap perusahaan kecil & menengah. SAK

ETAP ini dimaksudkan supaya seluruhnya satuan bisnis mengeluarkan

informasi keuangan tepat dgn standar yg sudah ditetapkan. Standar ETAP ini

lumayan sederhana & tentu tidak akan menyulitkan terhadap penggunanya

ETAP sama seperti kepanjangan yg sudah diuraikan di atas yaitu

satuan gerakan yg lakukan aktifitas walaupun sahamnya tak dipunyai oleh

masyarakat atau dgn kata lain satuan bisnis yg dimiliki oleh orang perorang

atau sekelompok orang, di mana kegiatan & modalnya pun terbatas. tipe

aktivitas seperti ini di Indonesia menempati angka kurang lebih 80 %. Oleh

karena itu butuh adanya perhatian khusus dari seluruh pihak yg

berkepentingan dalam aktivitas ini.

SAK yang kedua adalah SAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik). Pada awalnya SAK ETAP ini menggunakan istilah Standar

Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah (SAK UKM). Hal ini

terlihat saat Exposure Draft (ED) SAK tersebut diterbitkan oleh DSAK IAI

(Ikatan Akuntan Indonesia). Dalam perjalanannya, akhirnya DSAK IAI

mengesahkan ED SAK UKM tersebut menjadi SAK ETAP. SAK ETAP ini
66

identik dengan IFRS for SMEs yang diterbitkan oleh International Accounting

Standards Board (IASB). SAK ETAP dimaksudkan untuk digunakan entitas

tanpa akuntabilitas publik. ETAP adalah entitas yang:

a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general

purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh

pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam

pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat kredit.

SAK ETAP adalah entitas yang memiliki akuntabilitas publik

signifikan jika:

1. entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam

proses pengajuan penyataan pendaftaran, pada otoritas pasar

modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar

modal atau

2. entias menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk

sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,

pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan

bank investasi.

3.3.2 Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM)


67

UMKM merupakan sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil

yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Peneliti dalam metode pengumpulan data menggunakan metode yang

bersifat interaktif yaitu metode wawancara. Wawancara merupakan alat

rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang

diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang akan peneliti gunakan adalah

teknik wawancara mendalam. Wawancara mendalam (In-depth interview)

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau

orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan

sosial yang relative lama. (Sutopo 2006 : 72)

Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama

dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face

relationship) antara yang mencari informasi dengan informan. (Sutopo 2006:

74)

Jenis interview meliputi interview bebas, interview terpimpin, dan interview

bebas terpimpin. (Sugiyono, 2008: 233). Peneliti menggunakan interview bebas


68

dengan menggunakan pertanyaan yang tidak terstruktur dan dilakukan sesantai

mungkin, dengan tujuan untuk menggali lebih banyak informasi dari informan. Hal

ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih akurat dan memudahkan dalam

proses analisis data.

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu data yang berisikan

informasi mengenai pencatatan- pencatatan atas transaksi keuangan UD SINAR

ABADI pada tahun berjalan yang diperoleh dari informan yang mempunyai peran

penting dalam UD SINAR ABADI, terutama mengenai data- data keuangan dan

transaksi yang terjadi di entitas tersebut.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber data internal

yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan yang terdiri atas data primer dan

data sekunder.

3.4.2.1 Data Primer


69

Data ini didapat dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan pihak

yang bersangkutan dalam UKM, seperti pemilik usaha, penanggung jawab keuangan,

pemodal dan bagian-bagian yang bersangkutan dengan pengolahan data keuangan,

sehingga dapat diperoleh keterangan yang dibutuhkan sehubungan dengan masalah

yang diteliti yakni penerapan akuntansi.

3.4.2.2 Data Sekunder

Data ini diperoleh dari data yang sudah ada di UKM dalam bentuk dokumen

dan informasi lain terutama pada informasi keuangan yang terjadi dalam setiap

kegiatan bank yang dapat membantu dalam pembuatan laporan keuangan.

3.5 Teknik Analasis Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif. Metode

deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan

menginterprestasikan objek dengan apa adanya. Hasil laporan menggambarkan

keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan kata lain

penelitian deskriptif mengambarkan dengan sistematis fakta dan karakteristik objek

dan subjek yang diteliti secara tepat.


70

Adapun langkah- langkah dalam memperoleh data penelitian adalah sebagai

berikut (Auliyah: 2012) :

1. Melakukan pengamatan/ observasi dan wawancara,

2. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang terjadi pada UD

SINAR ABADI,

3. Mengevaluasi hasil dari pengamatan dan wawancara serta data yang

didapat,

4. Menyimpulkan kelemahan dan menyarankan perbaikan dalam penyajian

laporan keuangan sesuai dengan SAK ETAP.

Anda mungkin juga menyukai