1
JASA = KEPERCAYAAN
• Kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi ditentukan oleh
keandalan, kecermatan, ketepatan waktu, dan mutu jasa atau pelayanan
yang dapat diberikan oleh profesi yang bersangkutan.
• Untuk membangun kepercayaan tersebut, perilaku dan kualitas hasil
pekerjaan para pelaku profesi perlu diatur agar dapat
WWW.BISACPNS.COM
dipertanggungjawabkan.
• Kondisi ini menuntut penetapan standar tertentu sebagai alat bagi
masyarakat untuk dapat meyakini kualitas pekerjaan seorang profesional.
• Auditor yang bekerja di sektor publik, selain dituntut untuk mematuhi
ketentuan dan peraturan kepegawaian sebagai seorang pegawai
negeri sipil, juga dituntut untuk menaati kode etik Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) serta Standar Audit APIP atau standar audit
lainnya yang telah ditetapkan.
2
PEKERJAAN AUDIT ADALAH PEKERJAAN PROFESI
Suatu pekerjaan keahlian dapat digolongkan sebagai suatu pekerjaan profesi jika
memenuhi persyaratan tertentu.
Prof. Welenski di dalam buku Sawyers Internal Auditanng menyebutkan tujuh syarat agar
suatu pekerjaan disebut sebagai pekerjaan profesi, yaitu:
• pekerjaan tersebut adalah untuk melayani kepentingan orang banyak (umum);
• bagi yang ingin terlibat dalam profesi dimaksud harus melalui pelatihan yang cukup dan
WWW.BISACPNS.COM
berkelanjutan;
• adanya kode etik dan standar yang ditaati di dalam organisasi tersebut;
• menjadi anggota dalam organisasi profesi dan selalu mengikuti pertemuan ilmiah yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi tersebut
• mempunyai media massa/publikasi yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan
keterampilan anggotanya;
• kewajiban menempuh ujian untuk menguji pengetahuan bagi yang ingin menjadi
anggota;
• adanya suatu badan tersendiri yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk
mengeluarkan sertifikat
3
BEDA KODE ETIK DAN PERILAKU
• Kode Etik biasanya memuat nilai dan prinsip etis sebagai
pondasi suatu organisasi, sedangkan pedoman perilaku
mencakup panduan rinci tentang perilaku yang boleh dan tidak
boleh dikerjakan.
WWW.BISACPNS.COM
• Keduanya sama-sama bertujuan untuk menegakkan kredibilitas
organisasi, tetapi pedoman perilaku lebih memberikan tekanan
pada kredibilitas perorangan yang jika terpelihara akan
menopang kredibilitas organisasi.
• Selain itu pedoman etika bersifat ideal, sedangkan pedoman
perilaku bersifat operasional.
4
RUANG LINGKUP KODE ETIK
• Pendahuluan
• Prinsip Etika
• Aturan Perilaku
• Aturan perilaku dalam organisasi
WWW.BISACPNS.COM
• Hubungan sesama auditor
• Hubungan auditor dengan auditan
• Larangan
• Pelanggaran
• Sanksi atas pelanggaran
5
Pendahuluan
• Pasal 52 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun
2008 mewajibkan AAIPI sebagai organisasi profesi untuk menyusun kode
etik aparat pengawasan intern pemerintah (KE-AIPI)
• Untuk menjaga perilaku pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan
WWW.BISACPNS.COM
pengawasan dan yang telah memenuhi syarat kompetensi keahlian
sebagai auditor intern pemerintah
• Tugas Pengawasan APIP:
1. Audit
2. Reviu
3. Evaluasi
4. Monitoring
5. Kegiatan Pengawasan Lainnya
6
Tujuan Kode Etik
WWW.BISACPNS.COM
7
Fungsi Kode Etik
WWW.BISACPNS.COM
8
Ruang Lingkup
• auditor dan
• pejabat yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung
jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan intern
pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain yang di
WWW.BISACPNS.COM
dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
9
Komponen
1. Prinsip etika yang relevan dengan profesi dan praktik
pengawasan intern pemerintah, dan
2. Aturan perilaku yang menggambarkan norma perilaku yang
diharapkan bagi auditor intern pemerintah dalam memenuhi
WWW.BISACPNS.COM
tanggung jawab profesionalnya. Aturan ini membantu untuk
menafsirkan prinsip dalam penerapan praktis dan
dimaksudkan sebagai pedoman perilaku etis bagi auditor
intern pemerintah
10
PRINSIP ETIKA
WWW.BISACPNS.COM
11
Prinsip Etika Aturan Perilaku Umum
a.Integritas kejujuran, ketekunan, Mentaati hukum dan membuat Menghormati dan
dan tanggung jawab pengungkapan yang berkontribusi pada
diharuskan oleh ketentuan tujuan organisasi
Tidak menerima perundang-undangan dan yang sah dan etis
gratifikasi terkait dengan profesi
jabatan dalam bentuk
apapun
WWW.BISACPNS.COM
b. Objektivitas Tidak berpartisipasi
dalam kegiatan atau
hubungan - konflik
Tidak menerima sesuatu dalam
bentuk apapun yang dapat
mengganggu atau patut diduga
Mengungkapkan
semua fakta
material yang
kepentingan, dapat mengganggu pertimbangan diketahui
menimbulkan prasangka profesionalnya
c. Kerahasiaan Berhati-hati dalam Tidak menggunakan informasi untuk keuntungan
penggunaan dan pribadi atau dengan cara apapun yang akan
perlindungan informasi bertentangan dengan ketentuan perundang-
yang diperoleh undangan atau merugikan tujuan organisasi yang sah
dan etis
12
Prinsip Etika Aturan Perilaku
d. Kompetensi Memberikan layanan Melakukan Terus-menerus meningkatkan
sepanjang memiliki pengawasan sesuai keahlian serta efektivitas dan
pengetahuan, keahlian dengan Standar Audit kualitas pelaksanaan
dan keterampilan, serta Intern Pemerintah tugasnya, baik yang diperoleh
pengalaman Indonesia dari pendidikan formal,
pelatihan, sertifikasi, maupun
pengalaman kerja
e. Akuntabel menyampaikan pertanggungjawaban atau jawaban dan keterangan atas kinerja
WWW.BISACPNS.COM
dan tindakannya secara sendiri atau kolektif kepada pihak yang memiliki hak atau
kewenangan
f. Perilaku Tidak terlibat dalam segala aktivitas Tidak mengambil alih peran, tugas, fungsi,
Profesional ilegal, atau terlibat dalam tindakan dan tanggung jawab manajemen auditan
yang menghilangkan kepercayaan dalam melaksanakan tugas yang bersifat
kepada profesi pengawasan intern konsultasi
atau organisasi
13
Contoh DO & Don’t
WWW.BISACPNS.COM
Contoh DO & Don’t
WWW.BISACPNS.COM
Contoh DO & Don’t
WWW.BISACPNS.COM
Contoh DO & Don’t
WWW.BISACPNS.COM
Contoh DO & Don’t
WWW.BISACPNS.COM
Contoh DO & Don’t
WWW.BISACPNS.COM
KENAPA INDEPENDENSI TIDAK
MASUK PRINSIP ETIKA?
Apa beda independensi dengan Objektivitas?
WWW.BISACPNS.COM
20
KONFLIK KEPENTINGAN
Auditor harus objektif dalam melaksanakan audit intern. Prinsip objektivitas
mensyaratkan agar auditor melaksanakan penugasan dengan jujur dan tidak
mengompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan
auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan
berdasarkan pertimbangan profesionalnya.
WWW.BISACPNS.COM
Konflik kepentingan adalah situasi di mana auditor, berada dalam posisi yang
dipercaya, memiliki persaingan profesional atau kepentingan pribadi. Persaingan
kepentingan tersebut dapat menyulitkan dalam memenuhi tugas tanpa memihak.
Konflik kepentingan bahkan ada walaupun hasil tindakannya tidak terdapat
ketidaketisan atau ketidakpatutan. Konflik kepentingan dapat membuat
ketidakpantasan muncul yang dapat merusak kepercayaan auditor, aktivitas
audit intern, dan profesi. Konflik kepentingan dapat mengganggu kemampuan
auditor untuk melakukan tugasnya dan tanggung jawabnya secara obyektif.
21
INDEPENDEN
• In Fact
• In Appearance
WWW.BISACPNS.COM
• In Competence
22
ATURAN PERILAKU DALAM ORGANISASI
a. Taat peraturan
b. Dukung visi, misi, tujuan, sasaran organisasi
c. Setia pada profesi dan organisasi
d. Mengikuti perkembangan peraturan, mengungkapkan sesuai
WWW.BISACPNS.COM
pertauran, etika, standar audit
e. Jujur, teliti, tanggung jawab, sungguh-sungguh
f. Tidak menjadi bagian kegiatan illegal, diskreditkan profesi dan
organisasi
g. Berani dan bertanggungjawab ungkapkan seluruh fakta
berdasar bukti audit
23
ATURAN PERILAKU DALAM ORGANISASI (Lanjutan)
24
WWW.BISACPNS.COM
25
LARANGAN
a. Melakukan pengawasan di luar ruang lingkup yang
ditetapkan dalam surat tugas;
b. Menggunakan data/informasi yang sifatnya rahasia untuk
kepentingan pribadi atau golongan yang mungkin akan
WWW.BISACPNS.COM
merusak nama baik organisasi;
c. Menerima suatu pemberian dari auditan yang terkait dengan
keputusan maupun pertimbangan profesionalnya; dan
d. Berafiliasi dengan partai politik/golongan tertentu yang
dapat mengganggu integritas, obyektivitas, dan
keharmonisan dalam pelaksanaan tugas.
26
PELANGGARAN KE-AIPI DAN SANKSI
Pimpinan
Organisasi Katagori Pelanggaran:
a. Pelanggaran Ringan
b. Pelanggaran Sedang
Pengurus AAIPI
oran
Lap
c. Pelanggaran Berat
1. Laporan
Pimpinan APIP Komite Kode Etik
WWW.BISACPNS.COM
sank
si
Rekom
2
a.
Bentuk sanksi:
teguran tertulis,
b. usulan pemberhentian dari tim
4. KEP
FInal
pengawasan,
Auditor yang disangka c. tidak diberi penugasan
melanggar kode etik 3 pengawasan selama jangka
Majelis Kode Etik waktu tertentu.
Pejabat lain yang d. sanksi sesuai dengan peraturan
3
terkait perundang-undangan
Keanggotaan Majelis Kode Etik min: 5 org
1 Ketua merangkap Anggota, 1 Sekretaris
merangkap Anggota, dan 3 orang Anggota.
(Jlh harus ganjil)
27
WWW.BISACPNS.COM
TERIMAKASIH
KOD
K E ETTIK
AUDIT
A TOR INTER
RN PEEMERINTAH IND
DONEESIA
ASOSIA
A ASI AUD
DITOR INTER
RN PEM
MERINTTAH IND
DONESSIA
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI)
SAMBUTAN
KETUA DEWAN PENGURUS NASIONAL AAIPI
Dengan diiringi puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, saya
menyambut baik berkenaan, dengan selesainya penyusunan Kode Etik auditor Intern
Pemerintah Indonesia (AAIPI) yang pada dasarnya merupakan system dari prinsip-
prinsip moral yang diimplementasikan dalam suatu organisasi Auditor Internal
Pemerintah.
Kode Etik AAIPI merupakan aturan prilaku dan etika yang harus dipatuhi oleh
setiap mereka yang menjalankan tugas profesi auditor Intern Pemerintah. Sungguh
merupakan suatu prestasi sendiri, bahwa penetapan kode etik Intern Pemerintah
Indonesia (AAIPI) mengayunkan langkah pertamanya sejak didirikan pada tanggal 30
November 2012 dengan susunan Dewan Pengurus Nasional (DPN) yang dikukuhkan
oleh Wakil Presiden RI pada tanggal 19 Desember 2012.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, adalah instansi pemerintah yang berhak
untuk mengemban tugas pengawasan intern yang meliputi : Audit, reviu, evaluasi,
monitoring, konsultasi, assistensi dan kegiatan pengawasan lainnya, dalam rangka
memberikan nilai tambah bagi effektifitas dan effesiensi organisasi, maka dengan
adanya implementasi Kode Etik bagi para auditor yang merupakan subyek dari
pengawasan tertentu tersebut, dipastikan akan membantu organisasi/instansi dalam
mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good gevermence) sebagai bagian dari
tugas nasional.
Demikian sambutan saya, mengiringi sejuta harapan semoga Kode Etik Auditor Intern
Pemerintah Indonesia yang selain akan menjadi pedoman prilaku, juga menjadi
pendorong semangat dan motivasi bagi para auditor intern pemerintah Indonesia dalam
mendharmabaktikan prestasi dan hanya pengabdiannya demi kejayaan Pertiwi.
Insya Allah.
Jakarta, ..... Februari 2014
Dewan Pengurus Nasional AAIPI
Ketua,
DAFTAR ISI
Halaman
DARTAR ISI i
1. PENDAHULUAN 1
2. PRINSIP ETIKA 2
a. Integritas 2
b. Obyektivitas 2
c. Kerahasiaan 2
d. Kompetensi 3
e. Akuntabel 3
f. Prilaku Profesional 3
7. LARANGAN 4
8. PELANGGARAN 5
9. PENGECUALIAN 5
Referensi
KODE ETIK
AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
PENDAHULUAN
01. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2010 menetapkan kriteria
jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional ketrampilan memiliki etika
profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi. Etika profesi adalah norma-norma
atau kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh disiplin ilmu pengetahuan dan organisasi
profesi yang harus dipatuhi oleh pejabat fungsional di dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya.
02. Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (disingkat AAIPI) dibentuk untuk
mengemban amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun
2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah. Pasal 13 ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 mewajibkan organisasi profesi di
lingkungan Pegawai Negeri Sipil menetapkan kode etiknya masing-masing. Pasal
52 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 mewajibkan
AAIPI sebagai organisasi profesi untuk menyusun kode etik aparat pengawasan
intern pemerintah untuk menjaga perilaku pejabat yang mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan dan yang telah memenuhi syarat kompetensi keahlian
sebagai auditor intern pemerintah.
03. Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia (disingkat KE-AIPI) disusun
sebagai pedoman perilaku bagi auditor intern pemerintah dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya dan bagi pimpinan APIP dalam mengevaluasi
perilaku auditor intern pemerintah.
04. KE-AIPI disusun dengan tujuan sebagai berikut:
a. untuk mendorong sebuah budaya etis dalam profesi pengawasan intern
pemerintah;
b. untuk memastikan bahwa seorang profesional akan berperilaku pada tingkat
lebih tinggi dibandingkan pegawai negeri sipil lainnya;
PRINSIP ETIKA
10. Auditor intern pemerintah diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-
prinsip etika sebagai berikut:
a. Integritas
Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang
utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan dan kejujuran.
Integritas auditor intern pemerintah membangun kepercayaan dan dengan
demikian memberikan dasar untuk kepercayaan dalam pertimbangannya.
Integritas tidak hanya menyatakan kejujuran, namun juga hubungan wajar dan
keadaan yang sebenarnya.
b. Objektivitas
Objektivitas adalah sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat dan
pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan.
Auditor intern pemerintah menunjukkan objektivitas profesional tingkat tertinggi
dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi
tentang kegiatan atau proses yang sedang diaudit. Auditor intern pemerintah
membuat penilaian berimbang dari semua keadaan yang relevan dan tidak
ATURAN PERILAKU
11. Untuk menerapkan prinsip Integritas, auditor intern pemerintah wajib:
a. Melakukan pekerjaan dengan kejujuran, ketekunan, dan tanggung jawab;
b. Mentaati hukum dan membuat pengungkapan yang diharuskan oleh ketentuan
perundang-undangan dan profesi;
c. Menghormati dan berkontribusi pada tujuan organisasi yang sah dan etis; dan
d. Tidak menerima gratifikasi terkait dengan jabatan dalam bentuk apapun.
Bila gratifikasi tidak bisa dihindari, auditor intern pemerintah wajib melaporkan
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (disingkat KPK) paling lama dalam
waktu 7 (tujuh) hari setelah gratifikasi diterima atau sesuai ketentuan
pelaporan gratifikasi.
12. Untuk menerapkan prinsip Objektivitas, auditor intern pemerintah wajib:
a. Tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun yang dapat
menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya, atau yang dapat
menimbulkan prasangka, atau yang meragukan kemampuannya untuk dapat
melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya secara
objektif;
b. Tidak menerima sesuatu dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu atau
patut diduga mengganggu pertimbangan profesionalnya; dan
c. Mengungkapkan semua fakta material yang diketahui, yaitu fakta yang jika
tidak diungkapkan dapat mengubah atau mempengaruhi pengambilan
keputusan atau menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum.
13. Untuk menerapkan prinsip Kerahasiaan, auditor intern pemerintah wajib:
a. Berhati-hati dalam penggunaan dan perlindungan informasi yang diperoleh
dalam tugasnya; dan
b. Tidak menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi atau dengan cara
apapun yang akan bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan atau
merugikan tujuan organisasi yang sah dan etis.
14. Untuk menerapkan prinsip Kompetensi, auditor intern pemerintah wajib:
a. Memberikan layanan yang dapat diselesaikan sepanjang memiliki
pengetahuan, keahlian dan keterampilan, serta pengalaman yang diperlukan;
b. Melakukan pengawasan sesuai dengan Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia; dan
LARANGAN
20. Auditor intern pemerintah dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan di luar ruang lingkup yang ditetapkan dalam surat
tugas;
b. Menggunakan data/informasi yang sifatnya rahasia untuk kepentingan pribadi
atau golongan yang mungkin akan merusak nama baik organisasi;
c. Menerima suatu pemberian dari auditan yang terkait dengan keputusan
maupun pertimbangan profesionalnya; dan
d. Berafiliasi dengan partai politik/golongan tertentu yang dapat mengganggu
integritas, obyektivitas, dan keharmonisan dalam pelaksanaan tugas.
PELANGGARAN
21. Pelanggaran terhadap KE-AIPI dapat mengakibatkan auditor intern pemerintah
diberi peringatan atau diberhentikan dari tugas pengawasan dan/atau organisasi.
22. Tindakan yang tidak sesuai dengan KE-AIPI tidak dapat diberi toleransi meskipun
dengan alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi atau
diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.
23. Auditor intern pemerintah tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa
karyawan lain melakukan tindakan melawan hukum atau tidak etis.
24. Pemeriksaan, investigasi, dan pelaporan pelanggaran KE-AIPI ditangani oleh
Komite Kode Etik. Komite Kode Etik melaporkan hasil pemeriksaan dan
investigasi kepada pimpinan APIP. Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran
KE-AIPI oleh auditor intern pemerintah kepada pimpinan organisasi.
25. Untuk menegakkan KE-AIPI, Komite Kode Etik membentuk Majelis Kode Etik.
Majelis Kode Etik bersifat temporer, yaitu hanya dibentuk apabila ada auditor
intern pemerintah yang disangka melakukan pelanggaran terhadap kode etik.
26. Keanggotaan Majelis Kode Etik sekurang-kurangnya 5 (lima) orang, terdiri atas: 1
(satu) orang Ketua merangkap Anggota, 1 (satu) orang Sekretaris merangkap
Anggota, dan 3 (tiga) orang Anggota. Dalam hal Anggota Majelis Kode Etik lebih
dari 5 (lima) orang, maka harus berjumlah ganjil. Jabatan dan pangkat Anggota
Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat auditor yang
disangka melanggar kode etik.
27. Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memanggil dan memeriksa
auditor yang disangka melanggar kode etik. Keputusan Majelis Kode Etik diambil
secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam hal musyawarah tidak
mencapai mufakat, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak dari para
Anggota Majelis Kode Etik.
28. Untuk mendapatkan objektivitas atas sangkaan pelanggaran kode etik, di samping
dapat memanggil dan memeriksa auditor yang bersangkutan, Majelis Kode Etik
juga dapat mendengar keterangan pejabat lain atau pihak lain yang dianggap
perlu dan auditor yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.
29. Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final, artinya bahwa keputusan Majelis Kode
Etik tidak dapat diajukan keberatan dalam bentuk apapun. Majelis Kode Etik wajib
menyampaikan keputusan hasil sidang majelis kepada Ketua Komite Kode Etik
TIM PERUMUS
PENANGGUNG JAWAB:
Sidik Wiyoto, SH., MH.
KOORDINATOR:
Sunaryono, Ak., MM.
Drs. Eddy Rachman S, MM., Ak.
KETUA TIM:
Rini Wartini, Ak.
ANGGOTA TIM:
Sabastian, S.S.T., M.Si., Ak., CA.
Adi Sucipto, Ak., M.Si., CA.
Agus Purnomo, Ak., M.Si., CA.
Toni Triyulianto, Ak., MPP.
Robudi Musa, SE., ME., Ak., CIA.
KEPUTUSAN
NOMOR KEP-063/AAIPI/DPN/2018
TENTANG
PEDOMAN PERILAKU
AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 17 Oktober 2018
PEDOMAN PERILAKU
AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
-ii-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ii
1. PENDAHULUAN 1
2. DEFINISI 1
3. TUJUAN PEDOMAN PERILAKU 2
4. HAKIKAT PEDOMAN PERILAKU 3
5. PRINSIP ETIKA 3
a. Integritas 3
b. Objektivitas 3
c. Kerahasiaan 3
d. Kompetensi 4
e. Akuntabel 4
f. Perilaku Profesional 4
6. ATURAN PERILAKU AUDITOR 4
7. ATURAN PERILAKU DALAM ORGANISASI 8
8. HUBUNGAN SESAMA AUDITOR 11
9. HUBUNGAN AUDITOR DENGAN AUDITAN 12
10. PELANGGARAN 14
TIM PERUMUS 15
TIM PENYUSUN 16
TIM PENDUKUNG 18
-1-
PENDAHULUAN
1. Pegawai Negeri Sipil selaku Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki fungsi
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan
pemersatu bangsa. Selain itu ASN juga berperan sebagai perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
2. Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AIPI) selain memiliki hak-hak sebagai
ASN, juga mempunyai kewajiban untuk menunjukkan integritas dan
keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan tindakan kepada setiap
orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan, maka diperlukan suatu
pedoman perilaku untuk memastikan tugas, fungsi, dan peran Auditor
berjalan dengan baik.
3. Dengan adanya pedoman perilaku tersebut diharapkan para Auditor
sebagai warga negara melaksanakan etika berorganisasi secara baik,
dalam hubungannya dengan sesama Auditor dan dengan auditan harus
melaksanakan etika secara baik.
4. Berdasarkan pemikiran di atas, dipandang perlu untuk menyusun
Pedoman Perilaku Auditor Intern Pemerintah Indonesia, yang selanjutnya
disebut Pedoman Perilaku Auditor Intern Pemerintah Indonesia (PP-AIPI).
Dengan adanya pedoman perilaku ini, diharapkan pembinaan jiwa korps
Auditor sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2004, peraturan disiplin pegawai negeri
sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2010, serta Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
DEFINISI
5. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah
yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di
lingkungan pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah, yang terdiri dari
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat
Jenderal/Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada
Kementerian/Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga
Pemerintah Non Kementerian, Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat
Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Unit Pengawasan Intern pada Badan Hukum
Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Pengawasan intern adalah kegiatan yang independen dan objektif dalam
bentuk pemberian keyakinan (assurance activities) dan konsultansi
(consulting activities), yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan
-2-
PRINSIP ETIKA
16. Auditor diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-prinsip etika
sebagai berikut:
a. I ntegritas
Integritas adalah mutu, sifat, dan keadaan yang menunjukkan kesatuan
yang utuh dan melekat pada diri seseorang sehingga memiliki potensi
dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.
Integritas tidak hanya menyatakan kejujuran, namun juga hubungan
wajar dan keadaan yang sebenarnya. Dengan menegakkan integritas
maka pertimbangan profesional (professional judgement) seorang
Auditor akan lebih dipercaya kehandalannya.
b. Objektivitas
Objektivitas adalah sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat dan
pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau
tindakan. Auditor menunjukkan objektivitas profesional tingkat
tertinggi dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengomunikasikan
informasi tentang kegiatan atau proses yang sedang diaudit. Auditor
membuat penilaian berimbang dari semua keadaan yang relevan
dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingannya sendiri
ataupun orang lain dalam membuat penilaian. Prinsip objektivitas
menentukan kewajiban bagi Auditor untuk berterus terang, jujur
secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan.
c. Kerahasiaan
Kerahasiaan adalah sifat sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang
agar tidak diceritakan kepada orang lain yang tidak berwenang
-4-
curang), tulus hati (ikhlas), serta etika keadilan dan kebenaran yang
dilandasi pada ajaran agama dan/atau kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Ketekunan adalah sifat rajin, keras hati dan bersungguh-sungguh
(dalam bekerja).
Bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung segala sesuatu
dalam lingkup penugasan.
Untuk melaksanakan etika ini setiap Auditor wajib:
1) selalu tanggap terhadap kepentingan bangsa dan negara;
2) bersikap dan bertindak transparan;
3) melaksanakan tugas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4) menggunakan daya dan upaya yang maksimal agar tidak terjadi
kesalahan yang dapat menyebabkan kerugian negara; dan
5) berupaya menyelesaikan tugas sebaik-baiknya dalam waktu yang
tersedia sehingga hasil kerja dapat dimanfaatkan secara optimal.
b. Menaati hukum dan membuat pengungkapan yang diharuskan oleh
ketentuan perundang-undangan dan profesi
Menaati hukum adalah memandang dan menyelesaikan masalah
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Pengungkapan adalah menunjukkan, membuktikan, menyingkapkan
tentang sesuatu yang tadinya masih menjadi rahasia atau tidak banyak
diketahui orang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk melaksanakan etika ini, setiap Auditor harus:
1) menaati segala peraturan yang berlaku yaitu memandang dan
menyelesaikan masalah berdasarkan ketentuan yang berlaku; dan
2) berusaha agar setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku
ditaati oleh masyarakat.
c. Menghormati dan berkontribusi pada tujuan organisasi yang sah dan
etis
Menghormati dan berkontribusi adalah menghargai, menjunjung tinggi
dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menurunkan
harkat dan martabat organisasi serta meningkatkan etos dan
produktivitas kerja dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Tujuan yang sah dan etis adalah tujuan organisasi yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dan norma-norma yang berlaku.
Untuk melaksanakan etika ini setiap Auditor wajib:
1) menghormati apa yang menjadi visi, misi dan tujuan organisasi.
2) menghargai pendapat sesama Auditor, auditan dan organisasi lainnya
dalam pelaksanaaan tugas.
-6-
PELANGGARAN
27. Pelanggaran terhadap PP-AIPI dapat mengakibatkan Auditor diberi
peringatan atau diberhentikan dari tugas pengawasan dan/atau organisasi
setelah dilakukan prosedur penanganan pelanggaran yang berlaku.
28. Tindakan yang tidak sesuai dengan PP-AIPI tidak dapat diberi toleransi
meskipun dengan alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan
organisasi atau diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.
29. Prosedur penanganan pelanggaran dan pengenaan sanksi atas pelanggaran
diatur dalam Pedoman Penanganan Pelanggaran dan Pengenaan Sanksi.
-15-
TIM PERUMUS
PEDOMAN PERILAKU AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
KOMITE KODE ETIK AIPI
Jabatan
Nama Unit Kerja Instansi
No. Nama Dalam Tim
Pemerintah
Perumus
Inspektorat Jenderal
1 Heri Sudarmadji Ketua
Kementerian Perhubungan
Inspektorat Jenderal
2 Sofandi Arifin Wakil Ketua
Kementerian Keuangan
Inspektorat Jenderal
3 Muh. Anto Julianto Wakil Ketua
Kementerian Perhubungan
Badan Pengawasan
4 Bambang Suryawirya Anggota
Keuangan dan Pembangunan
Inspektorat Jenderal
5 Dudung Rudi Hendratna Anggota
Kementerian Keuangan
Inspektorat Jenderal
6 Renowidya Anggota
Kementerian Keuangan
Inspektorat Jenderal
7 Peter Umar Anggota
Kementerian Keuangan
Inspektorat Jenderal
8 Endang lndarwati Anggota
Kementerian Perhubungan
Inspektorat Jenderal
9 Maizar Radjin Anggota
Kementerian Perhubungan
-16-
TIM PENYUSUN
PEDOMAN PERILAKU AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
KOMITE KODE ETIK AIPI
Jabatan
Nama Unit Kerja Instansi
No. Nama Dalam Tim
Pemerintah
Penyusun
Inspektorat Jenderal
1 Wahyu Satrio Utomo Ketua
Kementerian Perhubungan
Inspektorat Kabupaten
3 I Nyoman Swardana Anggota
Jombang
Inspektorat Jenderal Kementerian
4 Eny Puji Astuti Anggota
Perhubungan
Inspektorat Jenderal
5 Kementerian Kelautan Lina Herlina Anggota
Perikanan
Inspektorat Jenderal
6 Kementerian Kelautan Umar Sholeh Anggota
Perikanan
Badan Pengawasan Keuangan
7 Ratih Kusmartiwi Anggota
dan Pembangunan
Inspektorat Jenderal
8 Gunarso Joko Santoso Anggota
Kementerian Koordinator Kesra
Inspektorat Jenderal
10 Jimmi Lapotulo Anggota
Kementerian Keuangan
Inspektorat Jenderal
11 M. Hisyam Haikal Anggota
Kementerian Keuangan
Inspektorat Jenderal
12 Kementerian Pendidikan dan Maretono Anggota
Kebudayaan
Inspektorat Jenderal
13 Kementerian Pendidikan dan Raisa Anggota
Kebudayaan
Inspektorat Jenderal
14 Haruddin Anggota
Kementerian Kesehatan
-17-
Inspektorat Jenderal
15 Umar Firdous Anggota
Kementerian Kesehatan
Inspektorat Jenderal
16 Helma Agnes Dinantia Anggota
Kementerian Perhubungan
Inspektorat Jenderal
17 Abadi Dwi Saputra Anggota
Kementerian Perhubungan
-18-
TIM PENDUKUNG
PEDOMAN PERILAKU AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
KOMITE KODE ETIK AIPI
memberikan pedoman bagi setiap anggota AAIPI tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan merupakan salah satu fungsi dari KE-AIPI.
2. Dua komponen dasar dalam Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia (KE-AIPI) yaitu …
a. Kode Etik dan perilaku
b. Skeptisme profesional dan Integritas
c. Independen dan Integritas
d. Prinsip Etika dan Aturan perilaku
e. Prinsip objektivitas dan Independensi
KE-AIPI meliputi dua komponen dasar, yaitu: 1) Prinsip etika yang relevan dengan profesi
dan praktik pengawasan intern pemerintah, dan 2) Aturan perilaku yang menggambarkan
norma perilaku yang diharapkan bagi auditor intern pemerintah dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya. Aturan ini membantu untuk menafsirkan prinsip dalam penerapan
praktis dan dimaksudkan sebagai pedoman perilaku etis bagi auditor intern pemerintah
3. Mampu menyusun perencanaan dan melaksanakannya dengan efektif adalah salah satu
penerapan dari prinsip Etika auditor, yaitu …
a. Integritas
b. Objektivitas
c. Kompentensi
d. Independen
e. Perilaku Profesional
Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang, berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya. Untuk menerapkan prinsip Kompetensi, auditor wajib memiliki kompetensi dalam
pelaksanaan tugas.
tidak menerima sesuatu dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu atau patut diduga
mengganggu pertimbangan profesionalnya merupakan aturan perilaku “objektivitas” bagi
Auditor.
5. Saat implementasi aplikasi New SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) dari Pemerintah
Pusat, Soni sebagai APIP dan instruktur aplikasi mencermati bahwa SDM di Pemda tersebut
kewalahan dan sulit mengimplementasikannya. Padahal, implementasi aplikasi tersebut cukup
mudah karena sudah ada template-nya. Untuk memudahkan prosesnya, pada akhirnya Soni
meminta data dari Pemda tersebut dan mengisi sendiri template aplikasinya.
Sikap yang dilakukan Soni …
a. Sesuai dengan aturan perilaku profesional
b. Tidak sesuai dengan aturan perilaku profesional
c. Sesuai dengan aturan perilaku Akuntabel
d. Tidak sesuai dengan aturan perilaku Kompentensi
e. Sesuai dengan aturan perilaku Kompetensi
1) tidak terlibat dalam segala aktivitas ilegal, atau terlibat dalam tindakan yang
menghilangkan kepercayaan kepada profesi pengawasan intern atau organisasi;
2) tidak mengambil alih peran, tugas, fungsi, dan tanggung jawab manajemen auditan dalam
melaksanakan tugas yang bersifat konsultasi.
Tidak bertentangan dengan aturan perilaku objektivitas karena bersifat tidak material/tidak
signifikan.
Salah satu penerapan prinsip Objektivitas, auditor intern pemerintah wajib:
Mengungkapkan semua fakta material yang diketahui, yaitu fakta yang jika tidak diungkapkan
dapat mengubah atau mempengaruhi pengambilan keputusan atau menutupi adanya praktik-
praktik yang melanggar hukum.
8. Menghormati dan berkontribusi pada tujuan organisasi yang sah dan etis merupakan salah
satu penerapan prinsip …
a. Integritas
b. Perilaku profesional
c. Independensi
d. Akuntabel
e. Kompetensi
Yang termasuk fungsi Kode Etik-Auditor Intern Pemerintah Indonesia (KE-AIPI) adalah …
a. 1–3–5
b. 2–3–4
c. 2–4–5
d. 1–2–3
e. 3–4–5