Anda di halaman 1dari 9

JURNAL RISET MAHASISWA AKUNTANSI (JRMA)

Volume X, No. X, Tahun XXXX


e-ISSN : 2715 - 7016

Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Usaha Mikro, Kecil dan


Menengah Dalam Penyusunan Laporan Keuangan

Kadek Ryan Fernanda1, Ni Kadek Sinarwati2


1,2, Universitas Pendidikan Ganesha, Indonesia

Corresponding Author
Nama Penulis: Kadek Ryan Fernanda
E-mail: ryan.fernanda@undiksha.ac.id

Abstrak
SAK EMKM merupakan standar akuntansi keuangan yang disusun untuk meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas pelaporan keuangan entitas. Penelitian ini bertujuan menganalisis penyajian laporan
keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM).
Penelitian ini menggunakan kajian kepustakaan (library research). Pengumpulan data dilakukan dengan
3 tahap yaitu ; editing, organizing dan finding. Data selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis data
yaitu ; Deduktif, Induktif, Interpretatif, Komparatif dan Historis.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa (1) UMKM di Indonesia masih belum menerapkan standar
akuntansi keuangan entitas mikro kecil dan menengah (SAK EMKM) pada penyajian laporan
keuangannya disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki UMKM serta
terbatasnya pemahaman akuntansi dari pihak penyusunan laporan keuangan. (2) Laporan keuangan
UMKM sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (Sak EMKM)
disusun melalui proses penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan pada akun Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) dan Laporan Laba Rugi (Perhitungan Sisa Hasil Usaha). Selain melakukan
penyesuaian terhadap akun tersebut.

Kata kunci- Penerapan, SAK EMKM, UMKM

Abstract
SAK EMKM is a financial accounting standard designed to increase transparency and accountability of entity's
financial reporting. This study aims to analyze the presentation of financial statements based on Financial
Accounting Standards for Micro, Small and Medium Entities (SAK EMKM). This study uses a literature study
(library research). Data collection is carried out in 3 stages, namely; editing, organizing and finding. The data
were then analyzed by data analysis techniques, namely; Deductive, Inductive, Interpretative, Comparative and
Historical.

Copyright © JRMA 2020 e-ISSN. 2715-7016 Hal | 1


Penulis, Judul (10)

The results of this study state that (1) MSMEs in Indonesia still have not implemented financial accounting
standards for micro, small and medium entities (SAK EMKM) in the presentation of their financial statements
due to the limited human resources (HR) owned by MSMEs and the limited understanding of accounting from
the reporting party. finance. (2) MSME financial reports in accordance with the Financial Accounting Standards
for Micro, Small and Medium Entities (Sak EMKM) are prepared through an adjustment process. Adjustments
made to the Statement of Financial Position (Balance Sheet) and Income Statement (Calculation of Remaining
Operating Results) accounts. In addition to making adjustments to the account.

Keywords- Application, SAK EMKM, MSME

PENDAHULUAN

Pandemi covid-19 membuat perekonomian tidak stabil dan berdampak terhadap kehidupan
masyarakat. Pembangunan organisasi ekonomi diharapkan dapat membantu meningkatkan taraf
kehidupan dengan tujuan untuk dapat meningkatkan tatanan perekonomian nasional serta memenuhi
kebutuhan ekonomi masyarakat di tengah pandemi.
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu usaha kecil dibentuk oleh
masyarakat yang bersifat perorangan. Dewasa ini (UMKM) sangat berkembang dengan pesat, terlebih
lagi dimasa pandemi covid-19, masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat dari pandemi lebih
banyak beralih ke usaha mikro, kecil dan menengah. Hal ini dikarenakan UMKM dapat menjadi
penyelamat dan penopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. UMKM memiliki peran yang cukup
besar bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya di Indonesia. Namun UMKM juga memiliki
kelemahan yang harus diperbaiki, yakni kurangnya informasi akuntansi keuangan dalam UMKM.
Akuntansi keuangan dalam UMKM di Indonesia masih tergolong rendah, hal ini dikarenakan
kurangnya pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan masih kurangnya
informasi mengenai pentingnya penyusunan laporan keuangan. Dengan demikian UMKM akan sulit
dalam mendapatkan pinjaman akibat tidak jelasnya sistem akuntansi mereka.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terbukti telah mendorong dan merangsang
pertumbuhan ekonomi nasional secara berkesinambungan. Kontribusi besar UMKM meliputi
penciptaan lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja, dan terutama menjadi penopang saat terjadinya
krisis ekonomi. Melihat peran penting tersebut, maka dibutuhkan dukungan dari seluruh pihak untuk
mengembangkan dan mewujudkan UMKM yang maju, mandiri, dan modern termasuk memiliki akses
pendanaan yang semakin luas ke sektor perbankan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi
profesi yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia, senantiasa memenuhi komitmennya untuk turut
memajukan perekonomian negara. Sebagai bagian organisasi IAI yang mempunyai otonomi untuk
menyusun dan mengesahkan standar akuntansi keuangan, Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) IAI telah mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah
(SAK EMKM) pada tanggal 24 Oktober 2016 dan akan berlaku efektif pada tanggal 01 Januari 2018
dengan penerapan dini diperkenankan (IAI;2016) dalam Yunita (2018).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah UMKM telah menerapkan laporan
keuangan yang memiliki Standar Akuntansi Keuangan pada Usaha mikro, kecil dan menengah

Copyright © JRMA 2020 e-ISSN. 2715-7016 Hal | 2


Penulis, Judul (10)

(UMKM) dalam menjalankan usahanya dan merancang sistem akuntansi sederhana dalam membuat
laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) serta menganalisis upaya
pengembangan yang dilakukannya. Laporan keuangan tersebut sangat diharapkan agar pemilik
UMKM dapat mengevaluasi usahanya serta dapat menggunakan informasi dalam laporan keuangan
sebagai suatu dasar dalam pengambilan keputusan usaha yang dilakukannya.
Laporan keuangan merupakan alat penyedia informasi keuangan, sehinggal hal ini harus
didasarkan pada standar khusus, agar laporan keuangan tersebut dapat terjamin kebenarannya dan
mampu mempertanggungjawabkan. Oleh karna itu, suatu usaha yang semakin berkembang dalam hal
ini UMKM dituntut untuk mempunyai laporan keuangan yang benar serta berdasarkan
standar/ketetapan yang berlaku.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan yang telah dilakukan melalui
studi literatur. Tidak hanya itu, peneliti juga berusaha untuk mengetahui penyebab dari belum
diterapkannya SAK EMKM yang menjadi standar dalam pelaporan keuangan usaha.

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi sebagai bagan yang berkonsep secara struktural yang digunakan dalam penerapan
metode-metodenya, sebagai hal yang konsisten yang terdiri atas maksud dan pikiran fundamental
yang menjadi dasar dalam penentuan standar dari akuntansi pada laporan keuangan. Dimana aturan
dasar dan konsep akuntansi yang diterapkan di Indonesia diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI).
UU No. 20 Tahun 2008 yang mengatur jaminan serta keadilan terhadap Usaha mikro, kecil dan
menengah. Dalam UU tersebut juga jelas dikatakan bahwa UMKM merupakan sarana untuk
mempermudah membuka lapangan kerja serta diharapkan mampu meniadakan kemiskinan di
Indonesia.
Pembuatan laporan keuangan sesuai dengan SAK EMKM ditujukan untuk memudahkan
UMKM dalam pencatatan keuangan. Dalam pelaporan keuangan terstandar maka, UMKM dapat
mengakui, menyukur dan menyajikan semua informasi akuntansi yang dibutuhkan untuk membantu
proses pengambilan keputusan yang tepat. Dalam SAK EMKM tersebut telah diatur terkait jenis-jenis
laporan keuangan yang harus dibuat UMKM misalnya laporan laba rugi, laporan perubahan modal
dan laporan posisi keuangan. Dengan penyususnan yang terstandar SAK EMKM tersebutm maka
UMKM juga dengan mudah melakukan perhitungan pajak dan mudah pula mendapatkan kredit dari
bank mengingat salah satu syarat utama dari pengauan kredit di bank adalah kemampuan membayar
kredit, dimana salah satu indikatornya tercermin dari laporan keuangan yang terstandar SAK EMKM
(Pertama, 2020)
SAK EMKM merupakan standar yang dibentuk oleh IAI yang telah disetujui oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan pada 18 Mei 2016 yang dialokasikan untuk semua entitas tanpa akuntan
publik dan sebagai patokan pada usaha dari mikro, kecil, hingga menengah. Seperti halnya telah
dibentuk dalam peraturan perundang-undangan yang sudah diberlakukan di Indonesia. Standar
akuntansi ini sudah resmi dilaksanakan pada 1 Januari 2018. SAK EMKM ini berlandaskan sebagai
berikut :

Copyright © JRMA 2020 e-ISSN. 2715-7016 Hal | 3


Penulis, Judul (10)

1. SAK EMKM ini dibuat untuk digunakan bagi pihak yang telah memenuhi kriteria sebagai
pemilik usaha seperti telah masuk dalam kriteria usaha mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah.
2. SAK EMKM ini dibuat guna diperuntukkan bagi pemilik usaha yang belum bisa masuk pada
persyaratan kriteria dalam hubungannya dengan SAK ETAP.
SAK ETAP merupakan standar atau aturan akuntansi yang diberlakukan sebelum dibentuknya
SAK EMKM. Dimana usaha tanpa akuntabilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan pemilik dalam
pembuatan laporan keuangan yang benar dan berdasarkan aturan bagi pengguna luar. Sehingga SAK
EMKM sendiri berfungsi untuk perusahaan kecil serta menengah yang ditujukan untuk dijadikan
dasar dalam pembuatan laporan akuntansi, sehingga juga dapat mempercepat dalam proses auditing.
Laporan keuangan harus dibentuk sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. SAK EMKM saat ini
juga lebih meudah digunakan dan dapat menyediakan informasi keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan Menurut SAK EMKM (2016:5), pengukuran
adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui aset, liabilitas, penghasilan, dan beban di dalam
laporan keuangan. Dasar pengukuran unsur laporan keuangan dalam SAK EMKM adalah biaya
historis. Biaya historis suatu aset adalah sebesar jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk
memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Biaya historis suatu liabilitas adalah sebesar jumlah kas
atau setara kas yang diterima atau jumlah kas yang diperkirakan akan dibayarkan untuk memenuhi
liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal.

Dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM, 2016:7)
dalam Pransiska (2018) menjelaskan penyajian wajar dari laporan keuangan sesuai persyaratan SAK
EMKM dan pengertian laporan keuangan yang lengkap untuk entitas.

1. Penyajian Wajar

Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang
sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan dan beban yang dijelaskan
dalam konsep dan prinsip pervasif. Pengungkapan diperlukan ketika kepatuhan atas persyaratan
tertentu dalam SAK EMKM tidak memadai bagi pemakai untuk memahami pengaruh dari transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain atas posisi dan kinerja keuangan entitas.

Penyajian wajar laporan keuangan mensyaratkan entitas untuk menyajikan informasi untuk mencapai
tujuan, yaitu :

1. Relevan, informasi dapat digunakan oleh pengguna untuk proses pengambilan keputusan.
2. Representasi tepat, informasi dalam laporan keuangan merepresentasikan secara tepat apa
yang akan direpresentasikan dan bebas dari kesalahan material dan bias.
3. Keterbandingan, informasi dalam laporan keuangan entitas dapat dibandingkan antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Informasi dalam laporan
keuangan entitas juga dapat dibandingkan antar entitas untuk mengevaluasi posisi dan kinerja
keuangan.

Copyright © JRMA 2020 e-ISSN. 2715-7016 Hal | 4


Penulis, Judul (10)

4. Keterpahaman, informasi yang disajikan dapat dengan mudah dipahami oleh pengguna.
Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai serta kemauan untuk
mempelajari informasi tersebut dengan ketentuan yang wajar.

Kualitas laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari suatu proses pencatatan, suatu
ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan dan
merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat ats pengelolaan dana public
baik dari pajak, retribusi atau transakasi lainnya. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (SPAP)
No.1 menjelaskan definisi laporan keuangan sebagai laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi - transaksi yang dialkukan oleh suatu entitas pelaporan. Laporan keuanan
menjadi alat yang digunakan untuk menunjukan capaian kinerja dan pelaksanaan fungsi
pertanggungjawaban dalam suatu entitas. Menurut Tuti Herawati (2014) dalam Paniran (2020).
Karakteristik kualitas laporan keuangan adalah ukuranukuran normative yang perlu diwujudkan
dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Menurut Peraturann Pemerintah
Daerah No. 71 Tahun 2010, keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normative yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang di kehendaki yaitu :
1. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat didalamnya dapat
mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu
atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
mereka di masa lalu.
2. Handal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan
material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan tapi
jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara
potensial dapat menyesatkan.
3. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika laporan keuangan
dapat dibandingkan dengan laporan keungan periode sebelumnya atau laporan keunagan entitas lain
pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Perbandingan
secara internal dapat dilakukan bila entitas diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
4. Dapat dipahami
Infoomasi yang disajkan dalam laporan keuangan dapat di pahami oleh pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan
operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang
dimaksud.

Copyright © JRMA 2020 e-ISSN. 2715-7016 Hal | 5


Penulis, Judul (10)

METODE

Kajian kepustaakaan (library research) merupakan metode yang digunakan dalam penelitian
ini. Metode ini memfokuskan untuk memberikan gambaran menyeluruh terkait objek penelitian dalam
dua kurun waktu yakni masa lalu dan saat ini. Metode penelitian ini mengarahkan peneliti untuk
mengumpulkan data dari berbagai macam literatur relevan seperti buku, referensi, majalah, catatan
hingga penelitian terdahulu yang sesuai dengan objek penelitian. Data yang telah dikumpulkan dari
berbagai literature terpercaya tersebut kemudian akan membawa peneliti menemukan jawaban dari
penelitian (Yaniawati, 2020).
Adapun dalam penelitian ini peneliti akan mencari, mengumpulkan, mempelajari, hingga
menganalisis data penerapan SAK EMKM pada UMKM di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan
melalui 3 tahap yakni; editing, organizing dan finding (Sugiyono, 2012). Selanjutnya analisis data
dilakukan dengan tahapan: Deduktif, Induktif, Interpretatif, Komparatif dan Historis (Indrawan dan
Yaniawati, 2014).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang diperoleh, dimana laporan keuangan sebagai hasil akhir dari aktivitas
akuntansi dalam hal ini UMKM. Laporan sebagai data transaski yang berguna dalam pengambilan
keputusan. Berdasarkan hasil dari mini riset yang dilakukan bahwa dari beberpa penelitian
memberikan hasil kurangnya pemahaman terkait Standar Akuntansi Keuangan (SAK) hal ini
dikarenakan minimnya sosialisasi terkait dengan (SAK).
Pencatatan laporan keuangan UMKM masih sangat sederhana dan manual dan terkesan
laporan keuangan dibuat hanya dengan pemahaman pemilik UMKM. Pencatatan yang dilakukan
seperti pemasukan kas. Menerima pesanan dan mengetahui pengeluaran kas. Dengan belum
diterapkannya SAK EMKM dalam pelaporan keuangan UMKM terlihat dari masih ada penggabungan
dan penggunaan keuangan pemilik. Pemilik UMKM masih menggunakan uang bisnis untuk
kepentingan pribadi dan sebalikanya uang pribadi untuk kebutuhan bisnis di sebagian besar pelaku
UMKM.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terbukti telah mendorong dan merangsang
pertumbuhan ekonomi nasional secara berkesinambungan. Kontribusi besar UMKM meliputi
penciptaan lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja, dan terutama menjadi penopang saat terjadinya
krisis ekonomi. Melihat peran penting tersebut, maka dibutuhkan dukungan dari seluruh pihak untuk
mengembangkan dan mewujudkan UMKM yang maju, mandiri, dan modern termasuk memiliki akses
pendanaan yang semakin luas ke sektor perbankan. Jenis usaha yang tergolong dalam entitas mikro,
kecil, dan menengah banyak terdapat di Indonesia. Adapun peranan akuntansi dalam mencapai tujuan
UMKM adalah dalam hal penyajian laporan keuangan. Untuk dapat melihat kemajuan dari suatu
organisasi maupun badan usaha adalah melalui laporan keuangannya. Laporan keuangan tersebut
dapat dijadikan pihak koperasi sebagai alat pertanggungjawaban, penilaian kinerja, pengambilan
keputusan serta pengawasan. Laporan keuangan tersebut dibuat guna memenuhi kebutuhan UMKM
itu sendiri. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, laporan keuangan tersebut harus disusun
berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum.

Copyright © JRMA 2020 e-ISSN. 2715-7016 Hal | 6


Penulis, Judul (10)

SAK EMKM masih menjadi masalah bagi sebagian UMKM di Indonesia. Walaupun sudah ada
UMKM yang menerapkan SAK EMKM namun masih banyak pula UMKM di berbagai daerah di
Indonesia yang belum menerapkannya. Hal ini dapat dilihat dalam jabaran beberapa hasil penelitian
berikut yang peneliti rangkum dalam pembagian di beberapa daerah di Indonesia.
Secara umum, dapat dilihat SAK EMKM masih menjadi pusat perhatian bagi sebagian UMKM
di Indonesia, karena dianggap belum tercapainya laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya,
dimana dari hasil penelitian terdahulu sebagian besar belum menerapkan SAK EMKM, hal ini di
sebabkan oleh beberapa faktor, yakni salah satunya kurangnya pemahaman terhadap standar yang
ditetapkan, kurangnya kualitas sumber daya manusia dalam menerapkan SAK EMKM serta latar
belakang pendidikan pelaku UMKM yang dinilai kurang sesua dengan bidang akuntansi sehingga
menyebabkan sulitnya pemahaman dalam menerapakan SAK EMKM dan beberapa faktor lainnya
yang dapat menyebabkan kurangnya pencatatan laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai standar yang sudah dikeluarkan oleh IAI.

KESIMPULAN
Studi kepustakaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku UMKM di Indonesia belum
menerapkan SAK EMKM. Penerapan SAK EMKM belum efektif terjadi pada kalangan pengguna
UMKM di Indonesia. Adapun alasan dari belum diterapkannya SAK EMKM adalah ketidakpahaman
pemilik usaha atas proses pencatatan, keterbatasan kompetensi sumber daya manusia, serta minimnya
pendampingan dari pemerintah.

SARAN

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagai lembaga yang menerbitkan SAK EMKM seharusnya
memiliki program jangka panjang untuk memberikan pendampingan kepada pelaku UMKM terkait
dengan strandar pencatatannya serta melakukan evaluasi berkelanjutan untuk mengetahui paham
atau tidaknya UMKM terhadap SAK EMKM yang diterbitkan. Dengan adanya pendampingan
berkelanjutan diharapkan dapat memberikan dorongan kepada pelaku UMKM agar dapat membuat
laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Daftar Pustaka

Alfitri, Arri. Ngadiman. Sohidin. (2014). Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (Sak-Etap) Pada Usaha Mikro Kecil Menengah (Umkm) Perajin Mebel
Desa Gondangsari Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten. Jurnal : Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Vol. 2 No. 2.

Alifta Lutfiaazahra. (2015). Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK-ETAP) Pada UMKM Pengrajin Batik Di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta,
Jurnal-Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta

Copyright © JRMA 2020 e-ISSN. 2715-7016 Hal | 7


Penulis, Judul (10)

Cahyanti Hana Pratiwi (2018). Penerapan Akuntansi Persediaan Berbasis SAK EMKM Pada UD Andika
Jaya Jember. Costing: Journal of Economic, Business and Accounting, Vol2, No.1

Deddy Kurniawansyah. (2016). Penerapan Pencatatan Akuntansi Dan Penyusunan Laporan Keuangan
Berdasarkan SAK ETAP Pada UMKM Desa Gembongsari Kecamatan Kalipuro Kabupaten
Banyuwangi. Unej e-Proceeding

Dianwicaksih Arieftiara, Andi Manggala Putra, Masripah. 2019. Peningkatan Kemampuan Umkm
Dalam Menyusun Laporan Keuangan Sesuai Dengan Sak Emkm Melalui Pendampingan.
Keberlanjutan Program Pemberdayaan Masyarakat Era Revolusi Industri 4.0 . Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Ghozi Triananda (2018). Implementasi SAK ETAP Dalam Penyajian Laporan Keuangan UMKM Nukita
Food. Prosiding Festival Riset Ilmiah Manajemen dan Akuntansi

Hasyim Diana. (2013). Kualitas Manajemen keuangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), JUPIIS
Vol. 5, No. 2

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).2016.Standar Akuntansi Keuangan revisi 2016.Salemba Empat. Jakarta.

Indrawan Rully dan Poppy Yaniawati. (2017). Metodologi Penelitian.Bandung: PT. Refika Aditama
Sugiyono. (2017) . Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Muhamad, K. F. (2021). Analisis Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM. Small Business
Accounting Management and Entrepeneurship Review, 1(1), 1-10.

Nurhasanah, N. (2019). Pengaruh Pemahaman Akuntansi Dan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Umkm (Studi Kasus Pada UMKM Sektor Konveksi
Kecamatan Cibeunying Kaler) (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).

Ningtyas Jilma Dewi Ayu. (2017). Penyusunan Laporan Keuangan UMKM Berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK-EMKM), Riset & Jurnal
Akuntansi, Vol. 2, No. 1.

Nurlela & Heny Elvia (2016). Penerapan Laporan Keuangan Usaha Kecil Menengah Berbasis SAK
ETAP Pada Toko Jamu Nikisami. Jurnal Bisnis Administrasi, Vol. 5, No. 2

NurLaila, N. (2018). Penerapan standar akuntansi keuangan entitas mikro kecil dan menengah pada Sukma
Cipta Ceramic Dinoyo Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim).

Pertama, I. G. A. W., & Sutapa, I. N. (2020). Tingkat penerapan SAK EMKM Pada Pelaku UMKM dan
upaya peningkatan penerapan SAK EMKM dilihat dari persepsi UMKM dan sosialisasi SAK
EMKM. Jurnal KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi, 12(1), 63–68.
https://doi.org/10.22225/kr.12.1.1847.63-68

Copyright © JRMA 2020 e-ISSN. 2715-7016 Hal | 8


Penulis, Judul (10)

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.

Yunita, Santi. dan Tony Seno Aji. 2018. Pengaruh Likuiditas, Tangibility, Growth Opportunity, Risiko
Bisnis dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol 6. No.
4.

Yunita, R., & Mahsun, M. (2018). Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil Dan
Menengah (SAK EMKM) Pada Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Adil
Dlingo (Doctoral dissertation, STIE Widya Wiwaha).

Copyright © JRMA 2020 e-ISSN. 2715-7016 Hal | 9

Anda mungkin juga menyukai