Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Perbankan & LPD
Dosen Pengampu: Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., M.Si., CA
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.5 Bagaimana penyajian Laporan Keuangan SAK ETAP?
1.2.6 Apa saja manfaat dan tujuan SAK ETAP?
1.2.7 Bagaimana implementasi SAK ETAP?
1.2.8 Bagaimana kebijakan akuntansi SAK ETAP?
1.2.9 Bagaimana penerapan SAK ETAP di Lembaga Keuangan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian SAK ETAP
SAK ETAP adalah Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik, artinya SAK ETAP diperuntukkan bagi entitas yang laporan
keuangannya tidak akuntabel untuk publik secara luas. Biasanya SAK ETAP
diterapkan oleh usaha kecil dan menengah, karena tidak memperjualbelikan
sahamnya di pasar modal. SAK ETAP disusun dengan mengadopsi IFRS for SME
dengan modifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia.
SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada
SAK Umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya historis dimana
mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP dengan bentuk pengaturan yang
lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama
beberapa tahun. SAK ETAP disahkan pada tanggal 19 Mei 2009 oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang berlaku efektif 1 Januari 2011 dan
dapat diterapkan lebih awal yaitu 1 Januari 2010. Diharapkan dengan adanya SAK
ETAP, perusahaan kecil dan menengah dapat menyusun laporan keuangannya
sendiri dengan informasi keuangan yang sederhana tetapi memberikan informasi
yang andal.
3
Desember 2009 yang menetapkan standar akuntansi keuangan untuk BPR adalah
SAK ETAP dan SE No. 12/14/DKBU Bank Indonesia tanggal 1 juni 2010.
Suatu entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan apabila:
a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator
lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal, atau
b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
4
Aset
Merupakan sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan
diharapkan akan diperoleh entitas.
Kewajiban
Merupakan masa kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu,
yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Ekuitas
Merupakan hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua
kewajiban.
4) Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari
entitas sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi.
a. Penghasilan
Penghasilan meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains)
b. Beban
Beban mencakup beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
entitas yang biasa dan kerugian yang mencerminkan pos lain yang
memenuhi definisi beban.
5) Pengakuan Unsur-unsur Laporan Keuangan
Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan
suatu pos dalam neraca atau laporan laba-rugi, yang memenuhi definisi
suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
b) pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal.
6) Pengukuran Unsur-unsur Laporan Keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan
entitas untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam
laporan keuangan. Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan
nilai wajar.
5
7) Prinsip Pengakuan dan Pengukuran Berpengaruh Luas (Pervasif)
Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban,
penghasilan dan beban dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasif
dari kerangka dasar penyajian dan pengukuran laporan keuangan.
8) Dasar Akrual
Entitas harus menyusun laporan keuangan, kecuali laporan arus kas,
dengan menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui
sebagai aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban ketika memenuhi
definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut.
9) Pengakuan dalam Laporan Keuangan
a. Aset
Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di
masa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai
nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
b. Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal.
c. Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba/rugi jika kenaikan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau
penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
d. Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat
ekonomi dimasa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
e. Laba atau Rugi
Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan
beban. Hal tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari
laporan keuangan, dan prinsip pengakuan yang terpisah tidak
diperlukan.
6
10) Saling Hapus
Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau
penghasilan dengan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK
ETAP.
7
- Dapat dibandingkan, dapat membandingkan laporan keuangan entitas
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan.
- Tepat waktu, meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam
jangka waktu pengambilan keputusan.
- Keseimbangan antara biaya dan manfaat, dalam evaluasi manfaat dan
biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga
manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.
4) SAK ETAP tidak mengijinkan pengakuan pos-pos dalam neraca yang
tidak memenuhi definisi aset atau kewajiban dengan mengabaikan apakah
pos-pos tersebut merupakan hasil dari penerapan “matching concept”.
5) Hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan Usaha Kecil dan
Menengah.
8
4. Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan termasuk informasi
komparatif minimum satu tahun sekali.
5. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode
harus konsisten, kecuali:
- Terjadi perubahan yang signifikan atas operasi entitas atau perubahan
penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian
lebih baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi,
atau
- SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian
6. Informasi Komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode
sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk dalam
laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan).
7. Materialitas
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan
sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki
sifat atau fungsi yang sejenis. Kelalaian dalam mencantumkan atau
kesalahan dalam mecatat suatu pos dianggap material jika, baik secara
individuan maupun bersama-sama, dapat memengaruhi pengguna laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan.
8. Laporan Keuangan Lengkap
Laporan keuangan entitas meliputi:
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan ekuitas yang menujukkan juga:
Seluruh perubahan dalam ekuitas, atau
Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik
d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan
akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya
9
9. Identifikasi Laporan Keuangan
Entitas harus mengidentifikasikan secara jelas setiap komponen laporan
keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan. Jika laporan keuangan
merupakan komponen dari laporan lain, maka laporan keuangan harus
dibedakan dari informasi lain dalam laporan tersebut.
10
prospektif. Entitas yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah
menerapkan laporan keuangan, maka :
1. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan
dalam SAK ETAP.
2. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP
tidak mengijinkan pengakuan tersebut
3. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset,
kewajiban atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan
sebelumnya, tetapi merupakan jenis aset, kewajiban, dan ekuitas yang
berbeda berdasarkan SAK ETAP
4. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban
yang diakui.
Penerapan secara retrospektif artinya bahwa kebijakan akuntansi yang
baru diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan
sebelumnya. Oleh karena itu kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada
kejadian atau transaksi sejak tanggal terjadinya transaksi atau kejadian tersebut.
Sedangkan penerapan secara prospektif artinya kebijakan akuntansi yang baru,
diterapkan pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan.
Tidak ada penyesuaian yang dilakukan terhadap periode sebelumnya.
Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang menenuhi
persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan
tidak berdasarkan SAK ETAP tetapi berdasarkan PSAK-non ETAP sepanjang
diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian
menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya.
Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian
tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka
entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP. Entitas yang
sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan
keuangannya dan memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK
ETAP, maka entitas ini dapat menerapkan SAK ETAP dalam menyusun laporan
keuangan.
11
2.8 Kebijakan Akuntansi SAK ETAP
Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, aturan, dan praktik
tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan. Jika SAK ETAP secara spesifik mengatur transaksi, keadaan
atau kejadian lainnya, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP. Namun, jika
dampak tidak material maka entitas maka entitas tidak perlu mengikuti
persyaratan dalam SAK ETAP. Jika transaksi, peristiwa tidak diatur spesifik
dalam SAK ETAP, maka manajemen dengan menggunakan judgementnya
mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan
informasi:
1. Relevan bagi pemakai untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi
2. Andal yaitu dalam laporan keuangan yang menyajikan dengan jujur posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas dari suatu entitas
3. Mencerminkan substansi ekonomi dari transaksi, peristiwa dan kondisi
lainnya, serta tidak hanya mencerminkan bentuk hukumnya.
4. Netral yaitu bebas dari bias
5. Mencerminkan kehati-hatian
6. Bersifat lengkap dalam semua hal yang material
Acuan dalam membuat pertimbangan (Bab 9.5):
a. Persyaratan dan panduan dalam SAK ETAP yang berhubungan dengan isu
yang serupa dan terkait
b. Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset,
kewajiban, pendapatan dan beban, dan prinsip-prinsip pervasif
c. PSAK non-ETAP dan panduan tambahan dapat dijadikan rujukan, namun
tidak boleh bertentangan dengan Bab 9.5
12
Sebelum penerapan
1. Kredit yang diberikan
- Kredit yang diberikan = Pokok kredit.
- Provisi yang diterima diakui sebagai kewajiban lain-lain (rupa-rupa
pasiva).
- Amortisasi provisi diakui sebagai pendapatan non-bunga
- Biaya transaksi diakui sekaligus sebagai beban periode berjalan,
biasanya sebagai beban pemasaran atau beban umum
2. Pendapatan bunga
- Pendapatan bunga kredit performing diakui secara akrual, sedangkan
non-performing atas dasar kas
- Amortisasi provisi (rupa-rupa pasiva) diakui sebagai pendapatan non-
bunga
3. PPAP
- L 0,5% dari baki debet
- KL 10% dari baki debet – agunan
- D 50% dari baki debet – agunan
- M 100% dari baki debet – agunan
Setelah penerapan
1. Kredit yang diberikan
- Kredit yang diberikan = Pokok kredit – Provisi + Biaya Transaksi.
- Amortisasi provisi diakui sebagai bagian dari pendapatan bunga
(penambah pendapatan bunga).
- Amortisasi biaya transaksi diakui sebagai bagian dari pendapatan bunga
(pengurang pendapatan bunga).
2. Pendapatan bunga
- Pendapatan bunga kredit performing diakui secara akrual, sedangkan
non-performing atas dasar kas.
- Amortisasi provisi dan biaya transaksi diakui sebagai pendapatan
bunga, baik kredit performing maupun non-performing
13
3. PPAP
- L 0,5% dari baki debet
- KL 10% dari baki debet – agunan minimal 0,5% dari baki debet
- D 50% dari baki debet – agunan minimal 0,5% dari baki debet
- M 100% dari baki debet – agunan minimal 0,5 % dari baki debet
Selain Badan Perkreditan Rakyat, SAK ETAP juga diterapkan pada
lembaga keuangan lainnya seperti LPD. Dengan adanya penggunaan SAK ETAP
pada LPD maka LPD bisa menyusun laporan keuangannya sendiri dan laporan
keuangan LPD bisa diaudit (auditable) dan mendapatkan opini audit, sehingga
dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk
pengembangan usaha. Penggunaan SAK ETAP pada LPD bisa menjadikan
pelaporan keuangan LPD menjadi lebih transparan, komprehensif, dan relevan.
Selain itu dengan menggunakan SAK ETAP, LPD sebagai usaha mikro bisa
dibandingkan dengan usaha-usaha lainnya.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
SAK ETAP adalah Standar Akuntansi Keuangan yang disahkan pada
tanggal 19 Mei 2009 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Ruang
lingkup dari SAK ETAP dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (ETAP). SAK ETAP memiliki berbagai konsep dan prinsip
pervasif. Adapun karakteristik SAK ETAP yakni merupakan standar yang tidak
mengacu ke SAK Umum serta hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan
Usaha Kecil dan Menengah. Lalu dalam melakukan penyajian laporan keuangan
SAK ETAP, entitas harus membuat suatu pernyataan secara eksplisit dan secara
penuh atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam laporan keuangan. Manfaat
penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar akan membantu
manajemen perusahaan untuk memperoleh berbagai kemudahan untuk
menentukan kebijakan perusahaan di masa mendatang. Entitas dapat menerapkan
SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis maka entitas
diperkenankan menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Penerapan suatu
kebijakan akuntansi dapat menghasilkan beberapa informasi dan memiliki acuan
dalam membuat pertimbangan. Penerapan SAK ETAP pada lembaga keuangan
(Bank Perkreditan Rakyat atau BPR) dapat dilihat dari beberapa aspek seperti
kredit yang diberikan, pendapatan bunga, dan PPAP. Selain Badan Perkreditan
Rakyat, SAK ETAP juga diterapkan pada lembaga keuangan lainnya seperti LPD.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2009). Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi
Keuangan IAI.
Ibnu. (2021). SAK ETAP: Pengertian dan Pembahasan Lengkapnya. Diakses dari
https://accurate.id/akuntansi/sak-etap/ pada Selasa, 29 November 2022.
Kumara, A.W. (2016). SAK ETAP untuk Lembaga Keuangan. Diakses dari
https://www.scribd.com/document/333612780/Ak-Lpd-Sap-13-Sak-Etap
pada Senin, 28 November 2022.
Subekti, Wibowo. (2022). Karakteristik Kualitatif Informasi Dalam Laporan
Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Diakses dari
https://www.wibowopajak.com/2012/06/karakteristik-kualitatif-
informasi.html pada Selasa, 29 November 2022.
Vika. (2019). SAK ETAP untuk Lembaga Keuangan. Diakses dari
https://www.scribd.com/document/437961976/RMK-13# pada Senin, 28
November 2022.
Yunnapark. (2014). SAK ETAP untuk Lembaga Keuangan Lanjutan. Diakses dari
https://www.coursehero.com/file/37677087/Akuntansi-LPD-dan-Bank-
sap-14docx/ pada Senin, 28 November 2022.
16