Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STANDAR AKUNTANSI ETAP UNTUK LEMBAGA KEUANGAN

MATA KULIAH : AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD


DOSEN : Ni Luh Putu Widhiastuti, SE., M.Si

OLEH :
KELOMPOK 12
Ni Luh Januati (1902622010159)
Ni Kadek Indah Mas Sukreni (1902622010180)
Ni Ketut Yustika Sari Devi (1902622010187)

KELAS A - REGULER MALAM

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan “STANDAR AKUNTANSI ETAP
UNTUK LEMBAGA KEUANGAN” ini dengan baik dan benar, serta tepat pada
waktunya. Dalam tugas makalah ini penulis membahas tentang konsep dan prinsip
standar akuntansi ETAP untuk lembaga keuangan. Tidak lupa pula penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak ada
kekurangan, untuk itu kritik dan saran serta dukungan penulis butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan ilmu dan kita semua.

Denpasar, 18 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar…………………………………………………………… ii
Daftar Isi…………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….
1.1 Latar Belakang………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………
2.1 SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)…………………..
2.2 Karakter SAK-ETAP………………………………………………..
2.3 Manfaat dari SAK-ETAP……………………………………………
2.4 Ruang Lingkup SAK ETAP…………………………………………
2.5 Konsep dan Prinsip Pervasif SAK ETAP……………………………..
2.6 Penyajian Laporan Keuangan SAK ETAP……………………………..
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………
3.2 Saran……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Standar akuntansi merupakan masalah penting dalam profesi dan


semua pemakai laporan keuangan. Oleh karena itu, mekanisme penyusunan
standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan. Standar akuntansi akan
terus berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
masyarakat. Standar akuntansi secara umum diterima sebagai aturan baku,
yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,
2006).

Salah satu standar akuntansi adalah Standar Akuntansi Keuangan


Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Sesuai dengan ruang
lingkup SAK ETAP maka Standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh
entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang
dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan;
dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statement) bagi pengguna eksternal (SAK ETAP, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)?

2. Apa saja Karakter SAK-ETAP?

3. Apa manfaat dari SAK-ETAP?

4. Apa Ruang Lingkup SAK ETAP?

5. Bagaimana Konsep dan Prinsip Pervasif SAK ETAP ?

6. Bagaimana Penyajian Laporan Keuangan SAK ETAP?


1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)

2. Karakter SAK-ETAP

3. Manfaat dari SAK-ETAP

4. Ruang Lingkup SAK ETAP

5. Konsep dan Prinsip Pervasif SAK ETAP

6. Penyajian Laporan Keuangan SAK ETAP


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)

SAK ETAP yang merupakan kepanjangan dari Standar Akuntansi


Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ditetapkan oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia untuk perusahaan kecil dan menengah. SAK ETAP ini
dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Standar ETAP ini cukup sederhana dan
pasti tidak akan menyulitkan bagi penggunanya.

Diterbitkan pada 17 Juli 2009 dan berlaku efektif pada 01 Januari 2011.
PSAK – IFRS dan SAK ETAP disusun dan diterbitkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK – IAI). Terdiri dari
17 orang mewakili : Akuntan Publik, Akademisi, Akuntan Sektor Publik, dan
Akuntan Manajemen. Hasilnya adalah PSAK dan ISAK.

SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa


Akuntabilitas Publik. ETAP adalah entitas yang: (1) tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan; dan (2) menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal.
Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. SAK ETAP
menggunakan acuan IFRS for Small Medium Enterprises (SME) yang lebih
sederhana antara lain:

1. Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan.

2. Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan


metode ekuitas.

3. Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.


4. Laporan keuangan sesuai SAK ETAP menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja, dan arus kas entitas yang berguna bagi
pengguna luas.

Pada dasarnya, SAK-ETAP adalah PSAK yang disederhanakan yaitu :

1. Mengabaikan yang tidak relevan.


2. Merupakan pilihan alternative standar akuntansi yang sederhana.
3. Penyederhanaan pengakuan dan pengukuran.
4. Mengurangi tingkat pengungkapan
5. Penyederhanaan proses penyusunan.

2.2 Karakter SAK-ETAP:

1. Berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK-Umum

2. Menggunakan historical cost

3. Hanya mengatur transaksi umum yang terjadi pada ETAP

4. Lebih sederhana

5. Tidak berubah dalam beberapa tahun kedepan

Apabila SAK ETAP ini telah berlaku efektif, maka lembaga keuangan
seperti LPD tidak perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan
PSAK umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan
banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK dengan
ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat mata dapat
dilihat dari ketebalan SAK ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan
menyajikan 30 bab.

2.3 Manfaat SAK ETAP

Dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan


menangah dapat untuk menyusun laporan keuangannya sendiri juga dapat
diaudit dan mendapatkan opini audit, sehingga perusahaan dapat
menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk
pengembangan usahanya.

Manfaat lain dari SAK ETAP antara lain :

1. Lebih mudah implementasinya dibandingkan PSAK-IFRS karena


lebih sederhana

2. Walaupun sederhana namun tetap dapat memberikan informasi yang


handal dalam penyajian laporan keuangan

3. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai


dengan kondisi  di Indonesia serta dibuat lebih ringkas

4. SAK ETAP masih memerlukan profesional judgement namun tidak


sebanyak untuk PSAK-IFRS

5. Tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama,


namun ada beberapa hal yang diadopsi/modifikasi dari IFRS/IAS

2.4 Ruang Lingkup SAK ETAP

Digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik yaitu:

1. Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik,

2. Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general


purpose financial statement) bagi pengguna eksternal,
3. Entitas dengan akuntabilitas publilk signifikan boleh menggunakan
SAK ETAP jika diijinkan oleh otoritas berwenang. SE
No.11/37/DKBU Bank Indonesia tanggal 31 Desember 2009 yang
menetapkan standar akuntansi keuangan untuk BPR adalah SAK
ETAP dan SE No. 12/14/DKBU Bank Indonesia tanggal 1 juni 2010
yang menetapkan penggunaan Pedoman Akuntansi Bank Perkreditas
Rakyat (PA – BPR) yang diberlakukan sejak 1 Januari 2010.
SAK ETAP, dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (ETAP), yaitu entitas yang:
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna
eksternal
Entitas dengan akuntabilitas publik signifikan adalah:
1. Telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau sedang dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
2. Menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,pialang dan atau
pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan
penggunaan SAK ETAP. Contoh: Bank Perkreditan Rakyat
Entitas berakuntabillitas publik adalah:
a. Perusahaan kecil yang memiliki saham di pasar modal.
b. Perusahaan manufaktur besar (bukan emiten).
c. Bank umum besar (bukan emiten).
d. Entitas yang bisnis satu-satunya adalah pendapatan bunga atas uang
yang dipinjamkan kepada nasabah. Entitas ini memperoleh semua
dana dari seorang pemilik yang milyuner.
e. Laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pengguna laporan keuangan, misalnya:
pemegang saham, kreditor, pekerja, dan masyarakat dalam arti luas.

2.5 Konsep dan Prinsip Pervasif SAK ETAP

1. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh
siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus
untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu.
2. Karakteristik Kualitatif Informasi Dalam Laporan Keuangan
 Dapat Dipahami
 Relevan
 Materialitas
 Keandalan
 Substansi Mengungguli Bentuk
 Pertimbangan Sehat
 Kelengkapan
 Dapat Dibandingkan
 Tepat Waktu
 Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
3. Posisi Keuangan
Posisi Keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas pada
suatu waktu tertentu.
a. Aset
Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan
diharapkan akan diperoleh entitas.
b. Kewajiban
Kewajiban merupakan  masa kini entitas yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi
semua kewajiban.

4. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah hubungan anatara penghasilan dan beban dari
entitas sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi.
a. Penghasilan
Penghasilan meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan
(gains)
b. Beban
Beban  mencakup beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
entitas yang biasa dan kerugian yang mencerminkan pos lain yang
memenuhi definisi beban yang mungki, atau mungkin tidak, timbul
dari pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa.
5. Pengakuan Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu
pos dalam neraca atau laporan laba-rugi.
a. Probabilitas Manfaat Ekonomi Masa Depan
Konsep probabilitas digunakan dalam kriteria pengakuan mengacu 
kepada pengertian derajat ketidakpastian bahwa manfaat ekonomi
masa depan yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir ke atau
dari dalam entitas.
b. Keandalan Pengukuran
Biaya atau nilai suatu pos harus dapat diukur dengan andal. Dalam
banyak kasus biaya atau nilai suatu pos diketahui namun dalam
kasus lainnya biaya atau nilai harus diestimasi.

6. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan


Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas
untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan
keuangan. Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai
wajar.

7. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran Berpengaruh Luas (Pervasif)


Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban,
penghasilan dan beban dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip
pervasif dari kerangka dasar penyajian dan pengukuran laporan keuangan.

8. Dasar Akrual
Entitas harus menyusun laporan keuangan, kecuali laporan arus kas
dengan menggunakan dasar akrual.

9. Pengakuan dalam Laporan Keuangan


a. Aset
Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya
di masa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
b. Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan
jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
c. Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba/rugi jika kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan
peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur secara andal.
d. Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat
ekonomi dimasa depan yang berkaitan dengan penurunan aset
atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur
secara andal.
e. Laba atau Rugi
Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan
dan beban. SAK ETAP tidak mengijinkan pengakuan pos-pos
dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aset atau
kewajiban dengan mengabaikan apakah pos-pos tersebut
merupakan hasil dari penerapan matching concept.
10. Saling Hapus
Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban atau
penghasilan dengan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK
ETAP.

2.6 Penyajian Laporan Keuangan


Entitas harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit
and unreserved statement) atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan
laporan keuangan yang terdiri dari:
a. Penyajian Wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar
mensyarakatkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa,
dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria
pengakuan asset, kewajiban, penghasilan, dan beban.
Penyajian wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus
kas. Entitas yang menggunakan SAK ETAP harus secara eksplisit
menyatakan secara penuh atas kepatuhan terhadap SAK ETAP
dalam catatan laporan keuangan. Entitas harus menilai
kelangsungan usaha pada saat menyusun laporan keuangan.
Entitas menyajikan laporan keuangan minimal satu kali dalam
setahun. Informasi komparatif dengan periode sebelumnya dengan
keunggulan yang sama. Pos-pos yang material disajikan terpisah.
b. Kepatuhan terhadap SAK ETAP
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus
membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and
unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas
laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan
mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan
dalam SAK ETAP.
c. Kelangsungan Usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang
menggunakan SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan
entitas melanjutkan kelangsungan usahanya.
d. Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk
informasi komparatif) minimum satu tahun sekali.
e. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar
perioda harus konsiseten kecuali (a) terjadi perubahan yang
signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan penyajian atau
pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik
sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, aatau
(2) SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.
Penyajian dan klasifikasi pos-pos harus konsisten, kecuali:
 Terjadi perubahan signifikan operasi entitas atau perubahan
tersebut menghasilkan penyajian yang lebih andal dan relevan.
 SAK ETAP mensyaratkan perubahan penyajian.
 Reklasifikasi harus dilakukan retrospektif, kecuali tidak praktis
dapat secara prospektif.
 Jika prospektif: diungkapkan sifat reklasifikasi dan jumlah pos
yang direklasifikasi serta alasannya.
f. Informasi Komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan perioda
sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk
informasi dalam laporan keuangn dan catatan atas laporan
keuangan).
g. Materialitas dan Agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan,
sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang
memiliki sifat atau fungsi yang sejenis. Kelalalian dalam
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos dianggap
material jika, baik secara individua maupun bersama-sama, dapat
memengaruhi pengguna laporan keuangan dalam penggambilan
keputusan ekonomi. Besaran dan sifat unsur tersebut dapat
menjadi factor penentu.
h. Identifikasi Laporan Keuangan Lengkap
Terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan. Perubahan perioda
laporan keuangan sehingga perioda laporan berbeda, maka ETAP
mengungkapkan:
 Fakta tersebut.
 Alasan penggunaan perioda yang lebih pendek atau lebih
panjang.
 Fakta bahwa jumlah informasi komparatif dalam laporan
keuangan yang terkait tidak dapat diperbandingkan.
 Identifikasi secara jelas setiap komponen laporan keuangan.

Informasi berikut, jika perlu, pada setiap halaman :

 Nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut


sejak laporan perioda terakhir;
 tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan,
mana yang lebih tepat bagi setiap komponen laporan
keuangan;
 mata uang pelaporan, seperti didefinisikan dalam Bab 25
Mata Uang Pelaporan;
 pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan
keuangan.

Catatan laporan keuangan:

 domisili , bentuk hukum dan alamat kantor yang terdaftar;


 Penjelasan sifat operasi dan aktivitas Utama.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

SAK ETAP yang merupakan kepanjangan dari Standar Akuntansi


Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ditetapkan oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia untuk perusahaan kecil dan menengah. SAK ETAP ini
dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. SAK ETAP menggunakan acuan IFRS
for Small Medium Enterprises (SME) yang lebih sederhana. Apabila SAK
ETAP ini telah berlaku efektif, maka lembaga keuangan seperti LPD tidak
perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang
berlaku.

Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat


menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi
mengizinkan penggunaan SAK ETAP. SAK ETAP tidak mengijinkan
pengakuan pos-pos dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aset atau
kewajiban dengan mengabaikan apakah pos-pos tersebut merupakan hasil dari
penerapan matching concept.

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja


keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyarakatkan
penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang
sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan asset, kewajiban, penghasilan,
dan beban. Penyajian dan klasifikasi dalam laporan keuangan antar perioda
harus konsiseten kecuali terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi
entitas atau perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan
menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan
kebijakan akuntansi, atau SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan
penyajian.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui dan Riahi Ahmed. 2006. Teori Akuntansi Edisi Kelima.

Jakarta : Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa


AkuntabilitasPublik.

Jakarta. Penerbit, Dewan Standar Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai