Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS


TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK
(SAK ETAP)

Kelompok 2:
Ibnu Afdal Paisal (C0222351)

Mulki (C0222352)

Herista (C0222354)

Putri Nurfadila (C0222355)

Nugrah Meylati Sukma DT (C0222356)

Muh Reski (C0222357)

Yanti (C0222358)
1

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah meluncurkan standar akuntansi


ETAP (SAK-ETAP) bertepatan dalam acara Seminar Nasional Akuntansi “Tiga
pilar Standar Akuntansi Indonesia” yang dilaksanakan oleh Universitas
Brawijaya dan Ikatan Akuntan Indonesia. Nama standar ini sedikit unik karena
exposure draftnya diberi nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan
Menengah), namun mengingat definisi UKM sendiri sering berubah, maka untuk
menghindari kerancuan, standard ini diberi nama SAK Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik.

Apabila SAK- ETAP ini telah berlaku efektif, maka perusahaan kecil
seperti UKM tidak perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan
PSAK umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan
banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK dengan
ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat mata dapat
dilihat dari ketebalan SAK-ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan
menyajikan 30 Bab. Sesuai dengan ruang lingkup SAK-ETAP maka standar ini
dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik.

1
2

1. 2 Rumusan Masalah

1. Apa Standar Akuntansi Keuangan (SAK) umum itu sendiri?


2. Bagaimana Standar Akuntansi Keuangan Untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)?
3. Apa manfaat dan tujuan SAK ETAP?
4. Apa perbedaan antara SAK umum dengan SAK ETAP?
5. Bagaimana perkembangan SAK yang berlaku di Indonesia?
3

II. PEMBAHASAN

A. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) UMUM

Standar Akuntansi Keuangan menciptakan metode yang seragam untuk


menyajikan informasi, sehingga laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang
berbeda dapat dibandingkan dengan lebih mudah. Kumpulan konsep, standar,
prosedur, metode, konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih dan dianggap
berterima umum disebut: Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).

Pengaturan akuntansi di Indonesia sebelum konvergensi IFRS merupakan


pengaturan yang kebanyakan diambil dari US GAAP (standar akuntansi
Amerika). US GAAP merupakan standar akuntansi yang rule based dan cukup
powerful di negaranya. Hal ini dikarenakan standar ini memang diciptakan dengan
tujuan untuk mengatur berbagai praktik akuntansi dan instrumen keuangan yang
muncul di Amerika. Kita tahu bahwa Amerika adalah negara yang
perekonomiannya menggunakan liberalisme pasar (kapitalisme murni) yang mana
perekonomiannya dikendalikan oleh pasar (entitas penjual dan pembeli). Supaya
perekonomian dan sumber daya di Amerika dapat dikelola secara efektif dan
efisien, maka entitas-entitas yang menguasai pasar ini harus dikendalikan.
Pengendalian ini menggunakan standar akuntansi. Hal inilah yang menyebabkan
Amerika memiliki pengaturan standar akuntansi yang rigid dan powerful untuk
praktik di negaranya, dan enggan untuk melakukan konvergensi dengan IFRS
(namun Amerika akhirnya setuju untuk konvergensi pada tahun 014).
SAK yang dikonvergensikan dengan IFRS ini diterapkan pada entitas-
entitas yang memiliki fungsi fidusia (memegang kepentingan orang banyak) atau
disebut juga dengan berakuntabilitas publik. Contoh entitas yang memiliki fungsi
fidusia adalah entitas perbankan, BUMN, dan entitas yang menjual saham di pasar
modal.
3
4

Komponen utama dari SAK adalah Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan (PSAK) yang diadopsi dari International Accounting Standard (IAS)
dan International Financial Reporting Standard (IFRS) dan Intepretasi atas
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diadopsi dari SIC (Standard
Intepretation Committee) dan IFRIC (International Financial Reporting
Intepretation Committee). Hal ini berarti bahwa IFRSs terdiri dari IAS, IFRS,
SIC, dan IFRIC. Perbedaannya, IAS dibuat oleh International Accounting
Standards Committee (IASC) organisasi pendahulu IASB yang berdiri pada tahun
1973. IASC ini kemudian direstrukturisasi menjadi IASB pada tahun 1999.

B. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN UNTUK ENTITAS TANPA


AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)

Pada tanggal 19 Mei 009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)


mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP). SAK ETAP ini nampak berbeda dengan International
Financial Reporting Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for
SMEs). Meskipun memiliki judul yang berbeda, namun baik SAK ETAP maupun
IFRS for SMEs sama-sama diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik,
hanya saja istilah yang digunakan sebagai judul pada IFRS adalah small and
medium-sized entities / SMEs (Riska: 012).

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik


(SAK ETAP) adalah standar yang dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas
tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud
adalah entitas yang: (a) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (b)
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik
yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga
pemeringkat kredit.
5

Lebih lanjut ruang lingkup standar ini juga menjelaskan bahwa entitas
dikatakan memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:

a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses


pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (BAPEPAM-
LK) atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.
b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi.

SAK ETAP menggunakan acuan IFRS for Small Medium Enterprises


(SME) yang lebih sederhana antara lain:
1. Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan.
2. Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode
ekuitas.
3. Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.
4. Laporan keuangan sesuai SAK ETAP menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja, dan arus kas entitas yang berguna bagi pengguna
luas.

Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil dan menengah


dapat menyusun laporan keuangannya sendiri dan dapat diaudit untuk
mendapatkan opini audit. Informasi keuangan yang sederhana tetapi memberikan
informasi yang andal. SAK ETAP disusun dengan mengadopsi IFRS for SME
dengan modifikasi sesuai dengan kondisi di Indonesia (Nugrohudi: Makalah
ETAP).

C. MANFAAT DAN TUJUAN SAK ETAP

PSAK – IFRS based sulit diterapkan bagi perusahaan menengah kecil


mengingat penentuan fair value memerlukan biaya yang tidak murah. PSAK –
6

IFRS rumit dalam implementasinya seperti kasus PSAK 50 dan PSAK 55


meskipun sudah disahkan tahun 006 namun implementasinya tertunda bahkan 010
sudah keluar PSAK 50 (revisi). PSAK – IFRS menggunakan principle based
sehingga membutuhkan banyak professional judgement. PSAK – IFRS perlu
dokumentasi dan IT yang kuat. SAK ETAP sebagai solusi untuk SME (ETAP)
(Nugrohudi; Makalah ETAP).

SAK ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan


keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan
memiliki prinsip going concern yakni menginginkan usahanya terus berkembang.
Untuk mengembangkan usaha perlu banyak upaya yang harus dilakukan. Salah
satu upaya itu adalah perlunya meyakinkan publik bahwa usaha yang dilakukan
dapat dipertanggungjawabkan. Dalam akuntansi wujud pertanggungjawaban
tersebut dilakukan dengan menyusun dan menyajikan laporan keuangan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Penyajian laporan keuangan yang sesuai
dengan standar, akan membantu manajemen perusahaan untuk memperoleh
berbagai kemudahan, misalnya: untuk menentukan kebijakan perusahaan di masa
yang datang; dapat memperoleh pinjaman dana dari pihak ketiga, dan sebagainya.

Standar ETAP ini disusun cukup sederhana sehingga tidak akan


menyulitkan bagi penggunanya yang merupakan entitas tanpa akuntabilitas publik
(ETAP) yang mayoritas adalah perusahaan yang tergolong usaha kecil dan
menengah. ETAP sebagaimana kepanjangan yang telah diuraikan di atas
merupakan unit kegiatan yang melakukan aktifitas tetapi sahamnya tidak dimiliki
oleh masyarakat atau dengan kata lain unit usaha yang dimiliki oleh orang
perorang atau sekelompok orang, dimana kegiatan dan modalnya masih terbatas.
Jenis kegiatan seperti ini di Indonesia menempati angka sekitar 80%. Oleh sebab
itu perlu adanya perhatian khusus dari semua pihak yang berkepentingan dalam
hal penyajian laporan keuangan (Riska; 012).
7

D. PERBEDAAN ANTARA SAK UMUM DENGAN SAK ETAP

Mengingat kebijakan akuntansi SAK ETAP di beberapa aspek lebih ringan


daripada PSAK, maka ketentuan transisi dalam SAK ETAP ini cukup ketat. Pada
BAB 9 misalnya disebutkan bahwa pada tahun awal penerapan SAK ETAP, yakni
1 Januari 011, entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP
dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP, tetapi
berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas
tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk
penyusunan laporan keuangan berikutnya. Oleh sebab itu per 1 Januari 011,
perusahaan yang memenuhi definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik harus
memilih apakah akan tetap menyusun laporan keuangan menggunakan PSAK atau
beralih menggunakan SAK-ETAP.

Selanjutnya ketentuan transisi juga menjelaskan bahwa entitas yang


menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi
persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut
tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP.
Hal ini misalnya ada perusahaan menengah yang memutuskan menggunakan
SAK-ETAP pada tahun 011, namun kemudian mendaftar menjadi perusahaan
publik di tahun berikutnya. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan
berdasarkan PSAK non-ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK
ETAP ini kembali. Sebaliknya entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-
ETAP dalam menyusun laporan keuangannya dan kemudian memenuhi
persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut
dapat menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun laporan keuangan.

E. PERKEMBANGAN SAK YANG BERLAKU DI INDONESIA


8

Standar akuntansi merupakan pedoman utama bagi akuntan dalam rangka


melakukan penyusunan laporan keuangan. Standar akuntansi keuangan adalah
metode dan format baku yang digunakan dalam penyajian informasi laporan
keuangan. Standar akuntansi di Indonesia mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai dengan perkembangan dunia bisnis global, peraturan yang
berlaku dan lain – lain. Standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia
antara lain PSAK-IFRS, SAK-ETAP, PSAK Syariah, SAP, dan SAK EMKM.

Standar akuntansi keuangan di Indonesia telah dimulai pada saat zaman


penjajahan, tahun 1602 – 1799 saat zaman kolonial telah dilakukan pencatatan
sederhana, pada tahun 1800 – 1942 saat zaman penjajahan Belanda telah
dilakukan pencatatan debit dan kredit, tahun 1942 – 1945 pencatataan tetap
menggunakan debit dan kredit dan belum terdapat banyak perubahan dalam
pencatatan akuntansi sedangkan pada tahun 1945 sampai dengan sekarang
dilakukan harmonisasi terhadap standar keuangan salah satunya harmonisasi pada
standar IFRS. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berdiri sejak tahun 1957
merupakan wadah profesi akuntansi di Indonesia yang terus melakukan
pengembangan standar untuk menyesuaikan dengan dunia usaha dan profesi
akuntansi dan merupakan anggota dari International Federation of
Accountants (IFAC). Pada tahun 1973 dibentuknya panitia penghimpunan bahan
– bahan dan struktur GAAP dan GAAS yang Selanjutnya pada tahun 1974
dibentuk komite prinsip akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan
mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan. Pada tahun 1994 komite PAI
diubah menjadi komite standar akuntansi keuangan yang kemudian pada tahun
1998 berubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

IAI sebagai anggota dari IFAC memiliki komitmen untuk melaksanakan


semua Standar Internasional yang ditetapkan demi kualitas tinggi dan penguatan
profesi akuntan di Indonesia. IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi
terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) kepada International
Financial Reporting Standard (IFRS) yang kemudian dilanjutkan dengan
konvergensi terhadap IFRS. PSAK adalah aturan baku yang mengatur pencatatan,
9

penyusunan, perlakuan, dan penyajian laporan keuangan sedangkan IFRS


merupakan Standar Akuntansi Internasional. Tahun 012 mencatatkan satu momen
penting, dimana pada tahun ini dilakukan pengimplementasian PSAK berbasis
IFRS di Indonesia. Sehubungan dengan pengimplementasian IFRS tersebut, maka
terdapat beberapa perubahan dalam PSAK yang kemudian disesuaikan dengan
pengaturan dalam IFRS. PSAK-IFRS ini biasanya digunakan pada bisnis dan
organisasi yang berskala publik dan bersifat umum.

Semetara itu adanya perkembangan industri syariah di Indonesia yang


sangat pesat mengharuskan suatu keberadaan standar akuntansi yang sesuai
dengan kebutuhan syariah. Adanya kebutuhan tersebut melahirkan Dewan Standar
Akuntansi Syariah (DSAK) yang berada dibawah naungan IAI yang bertugas
untuk menyusun Standarisasi laporan keuangan syariah. PSAK Syariah disahkan
pada tahun 002. PSAK Syariah terdiri atas kerangka konseptual penyusunan dan
pengungkapan laporan, standar penyajian laporan keuangan dan standar khusus
transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan istishna.

Selain standar akuntansi yang harus dijalankan oleh industri bisnis dan
syariah di atas, Instansi Pemerintahan juga memiliki kewajiban dalam
menjalankan standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangannya. Laporan
keuangan yang dibuat oleh instansi pemerintahan harus sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi yang digunakan oleh Instansi
Pemerintahan dalam menyusun laporan keuangan menggunakan Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP). SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No.
71 Tahun 010 dan digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan
Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, dengan adanya
SAP diharapkan dapat menjamin transparansi, partisipasi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan negara sehingga terwujudnya pemerintah yang baik dan
bersih.

Banyaknya unit bisnis yang tergolong masih kecil di Indonesia


membutuhkan standar akuntansi yang sesuai dengan bisnis tersebut, maka pada 17
Juli 009 IAI menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
10

Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) dan telah disahkan oleh DSAK IAI pada
tanggal 19 Mei 009. SAK-ETAP digunakan oleh entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik seperti usaha – usaha yang tergolong masih kecil. SAK-
ETAP memiliki bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan
akuntansi sehingga dapat menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan
diharapkan dapat memberi kemudahan dalam hal pendanaan dari perbankan.

SAK-ETAP memiliki beberapa persyaratan akuntansi yang tidak atau


belum mampu dipenuhi oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), maka pada
tanggal 18 Mei 016 Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah
mengesahkan Ekposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil,
dan Menengah (“ED SAK EMKM). SAK EMKM ini mulai berlaku efektif pada
tanggal 1 Januari 018. SAK EMKM adalah standar akuntansi yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan
menengah. Laporan Keuangan pada SAK EMKM hanya meliputi Laporan Laba
Rugi, Laporan Posisi Keuangan, dan Cataan Atas Laporan Keuangan.

Pada praktiknya standar akuntansi keuangan di Indonesia dari dulu sampai


dengan sekarang terus – menerus mengalami perubahan sesuai dengan kondisi
dunia usaha, profesi akuntansi, dan peraturan yang berlaku. Perkembangan
tersebut mengharuskan para pelaku usaha dan instansi/lembaga untuk mampu
menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku,
sehingga laporan keuangan yang disusun berfungsi sebagaimana wajarnya.
11

III. PEUNUTUP

A. Kesimpulan

Standar Akuntansi Keuangan menciptakan metode yang seragam untuk


menyajikan informasi, sehingga laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang
berbeda dapat dibandingkan dengan lebih mudah. Kumpulan konsep, standar,
prosedur, metode, konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih dan dianggap
berterima umum disebut: Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).
SAK ETAP) adalah standar yang dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa
akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah
entitas yang: (a) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (b)
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal.
Pada praktiknya standar akuntansi keuangan di Indonesia dari dulu sampai
dengan sekarang terus – menerus mengalami perubahan sesuai dengan kondisi
dunia usaha, profesi akuntansi, dan peraturan yang berlaku.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/367817206/327278729-Makalah-Kelompok-2-

Sak-Etap-docx

https://www.ppak.co.id/artikel/perkembangan-sak-yang-berlaku-di-

indonesia#:~:text=Standar%20akuntansi%20keuangan%20yang%20berlaku

,%2C%20SAP%2C%20dan%20SAK%20EMKM.
https://finance.detik.com/solusiukm/d-6331455/sak-etap-adalah-pengertian-

manfaat-dan-contoh-penggunaan

https://accurate.id/akuntansi/sak-etap/

https://www.ppak.co.id/artikel/perkembangan-sak-yang-berlaku-di-
indonesia#:~:text=Standar%20akuntansi%20keuangan%20di%20indonesia,
tetap%20menggunakan%20debit%20dan%20kredit

12

Anda mungkin juga menyukai