Standar akuntansi adalah suatu metode dan format baku dalam penyajian informasi laporan
keuangan suatu kegiatan usaha. Standar akuntansi dibuat, disusun dan disahkan oleh
lembaga resmi (Standard Setting Body). Di dalam standar ini dijelaskan transaksi apa saja
yang harus dicatat; bagaimana cara mencatatnya dan bagaimana penyajiannya.
Standar akuntansi ini adalah permasalah utama akuntan dan semua pengguna laporan
yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu, metode dan format penyusunan
standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan
kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Standar akuntansi
ini akan berubah dan berkembang sesuai tuntutan di masyarakat.
Standar akuntansi di Indonesia saat berkembang menjadi 4 (empat) yang dikenal dengan 4
Pilar Standar Akuntansi. Keempat pilar standar tersebut disusun dengan mengikuti
perkembangan dunia usaha. Empat pilar standar itu adalah:
SAK digunakan untuk suatu badan yang memiliki akuntanbilitas publik, yaitu badan yang
terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal atau badan fidusia (badan
usaha yang menggunakan dana masyarakat, seperti asuransi, perbankan dan dana
pensiun). Sejak tahun 2012, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengadopsi standar
dari International Financial Report Standard (IFRS) untuk standar akuntansi keuangan yang
berlaku di seluruh perusahaan terdaftar yang ada di Indonesia.
SAK ETAP digunakan untuk suatu badan yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan
dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum. SAK-ETAP juga mengikuti standar
yang ditetapkan oleh IFRS khususnya bidang Small Medium Enterprise (Usaha Kecil
Menengah). SAK-ETAP ini dikeluarkan sejak tahun 2009 dan berlaku efektif pada tahun
2011.
Sasaran SAK-ETAP ini memang ditujukan untuk jenis Usaha Kecil dan Menengah, namun
tidak banyak pengusaha UKM yang memahami hal ini. Perlu adanya sosialisasi dan
pelatihan untuk SAK-ETAP ini agar UKM dapat berkembang dan dipercaya oleh investor.
Akuntansionline.id memberikan solusi untuk permasalahan ini. Di situs kami terdapat fitur
aplikasi pelaporan keuangan dengan menggunakan format SAK-ETAP. [highlights]Klik
disini[/highlights] untuk mengikuti demo dan mengetahui fitur dari aplikasi tersebut.
Standar ini digunakan untuk badan usaha yang memiliki transaksi syariah atau berbasis
syariah. Standar ini terdiri atas keraengka konseptual penyusunan dan pengungkapan
laporan, standar penyajian laporan keuangan dan standar khusus transaksi syariah seperti
mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan istishna.
Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun laporan keuangan. Sebagai
badan usaha yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, bank syariah menggunakan
PSAK, sedangkan untuk transaksi syariahnya menggunakan PSAK Syariah.
Akuntansi syariah memang salah satu cabang akuntansi yang tergolong baru. Tidak banyak
orang yang mengetahui penerapan prinsip-prinsip syariah ke dalam bidang akuntansi.
Sehingga perlu adanya sosialisasi dan pelatihan tentang cabang terbaru bidang akuntansi.
Jika anda memerlukan penjelasan dan konsultasi tentang penerapan prinsip syariah ke
dalam pelaporan keuangan, silakan [highlights]klik disini[/highlights] untuk berkonsultasi
dengan pakar akuntansi dari situs akuntansionline.id. Baca juga artikel tentang Standar
Akuntansi Syariah [highlights]disini[/highlights].
SAP berbasis kas menuju akrual menggunakan basis kas untuk penyusunan laporan
realisasi anggaran dan menggunakan basis akrual untuk penyusunan neraca. Pada SAP
berbasis akrual, laporan realisasi anggaran tetap menggunakan basis kas karena akan
dibandingkan dengan anggaran yang disusun dengan menggunakan basis kas, sedangkan
laporan operasional yang melaporkan kinerja badan usaha disusun dengan menggunakan
basis akrual.
Kesimpulan
Tujuan standar akuntansi keuangan adalah menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut “laporan keuangan” agar dapat dibadingkan
baik dengan laporan keuangan perusahaan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan perusahaan
lain.
Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi dan peristiwa tertantu diatur dalam standar akuntansi yang
terkait.
Tujuan standar Akuntansi Keuangan adalah untuk menetapkan dasar-dasar bagi
penyajian laporan keuangan, agar dapat membandingkan kondisi dua perusahaan atau
membandingkan laporan keuangan perusahaan periode sebelumnya dengan laporan
keuangan perusahaan lain, selain itu dalam membaca kondisi perusahaan tersebut dapat
dilakukan tidak hanya oleh akuntan professional tetapi juga dapat dibaca oleh orang
awam.
Standar akuntansi di Indonesia saat berkembang menjadi 4 (empat) yang dikenal dengan
4 Pilar Standar Akuntansi. Keempat pilar standar tersebut disusun dengan mengikuti
perkembangan dunia usaha. Empat pilar standar itu adalah:
1. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)
SAK digunakan untuk suatu badan yang memiliki akuntanbilitas publik, yaitu badan
yang terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal atau badan fidusia
(badan usaha yang menggunakan dana masyarakat, seperti asuransi, perbankan dan
dana pensiun).
2. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BADAN USAHA TANPA
AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK-ETAP)
SAK ETAP digunakan untuk suatu badan yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum. SAK-ETAP juga
mengikuti standar yang ditetapkan oleh IFRS khususnya bidang Small Medium
Enterprise (Usaha Kecil Menengah).
3. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH (SAK SYARIAH)
Standar ini digunakan untuk badan usaha yang memiliki transaksi syariah atau
berbasis syariah. Standar ini terdiri atas keraengka konseptual penyusunan dan
pengungkapan laporan, standar penyajian laporan keuangan dan standar khusus
transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan istishna.
4. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)
SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP),
dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun mengacu
kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Standar ini digunakan untuk
menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan, baik pusat ataupun daerah.
Perlu diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian siklus Akuntansi, bahwa Siklus
Akuntansi merupakan proses penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterima. secara umum prinsip-prinsip dan kaidah
akuntansi, prosedur-prosedur, metode-metode, serta teknik-teknik dari segala
sesuatu yang dicakup dalam ruang lingkup akuntansi dalam suatu periode tertentu.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan akuntansi,
yaitu aktivitas mengumpulkan dan mengolah suatu data finansial untuk disajikan
dalam format laporan keuangan atau ikhtisar-ikhtisar laporan keuangan lainnya yang
dapat digunakan untuk membantu dalam membuat atau mengambil suatu
keputusan atau analisa keuangan.
Neraca adalah suatu ihtisar laporan keuangan yang menunjukkan posisi Aktiva atau Assets,
Hutang atau Liabilities, dan Modal atau Equity
Laporan Rugi Laba adalah laporan keuangan dari suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu
periode tertentu yang terdiri dari seluruh pendapatan dan beban sehingga menghasilkan nilai laba
atau rugi.
Laporan Perubahan Modal adalah suatu ihtisar dari laporan keuangan yang mencatat informasi
mengenai perubahan modal, yang terdiri dari jumlah Modal disetor awal (Capital Stock),
tambahan modal disetor (Paid-in Capital), Saldo Laba Periode Berjalan (Current Earning), dan
Saldo Laba Ditahan(Reatained Earning)
Laporan Arus Kas adalah bagian dari laporan keuangan perusahaan yang dihasilkan dari suatu
periode akuntansi yang terdiri dari aliran dana kas masuk dan keluar, yang biasanya
dikelompokkan berdasarkan Arus Kas dari Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi, dan Aktivitas
Pendanaan.
Prinsip ini mengharuskan kita untuk melakukan pencatatan terhadap biaya yang
dikeluarkanbaik untuk memperoleh barang maupun jasa.
Pendapatan adalah aliran harta yang masuk (aktiva) yang didapat dari penyerahan
barang/jasa. Nah, prinsip ini mengharuskan kita mencatat “harta” itu sebagai pendapatan.
Contoh: jika perusahaan kita mendapat 1 juta rupiah dari hasil penjualan mobil. Itu artinya,
selain diakui sebagai “harta”, 1 juta rupiah tersebut juga harus dimasukkan ke dalam
“pendapatan”.
Prinsip dasar akuntansi ini mempertemukan pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan.
Tujuannya, untuk menentukan keuntungan bersih dalam periode tertentu.
Metode dan standar yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara
konsisten.Misalnya, perusahaan kamu menggunakan sistem accrual basis. Nah, seharusnya,
sistem ini tidak boleh bergonti-ganti dengan sistem lain seenaknya karena akan membuat para
pengguna informasi akuntansi kebingungan.
5. Prinsip Pengungkapan Secara Lengkap (Full Disclosure Principle)
Maksud dari entitas ekonomi adalah sistem informasi ekonomi harus berdiri
sendiri. Kita tidak boleh mencampurkan laporan keuangan akuntansi
antara perusahaan dengan pribadi maupun pihak lain.
Prinsip ini menganggap bahwa sebuah usaha ekonomi harus terus berjalan
secara berkesinambungan, kecuali ada peristiwa khusus yang bisa
menghentikannya. Misalnya: bencana alam.
Nah, itu tadi 10 prinsip dasar akuntansi yang harus kamu ketahui dalam
sistem informasi akuntansi. Prinsip ini tentunya penting dan harus
diperhatikan demi menjaga standar dan kualitas informasi akuntansi itu
sendiri.
Persamaan dasar akuntansi yang lazim adalah”
H=U+M
Yang dapat diperluas dengan unsur penambah dan pengurang
modal :
H=U+M+P–B
Bolehkah persamaan itu diubah-ubah, misalnya dengan
memindahkan unsur B ke sisi H ?
H+B=U+M+P
Jelaskan argumen Anda !
persamaan akuntansi merupakan persamaan elemen akuntansi bukan persamaan
jurnal. Terlihat dari adanya persamaan dasar dan persamaan ekstensi, yang mana
persamaan dasar adalah Aset = Liabilitas + Ekuitas, dengan variabel persamaan yang
merupakan elemen utama laporan posisi keuangan (neraca), dan persamaan ekstensi
menunjukkan adanya kinerja keuangan (laporan laba rugi) dan artikulasinya dengan
laporan posisi keuangan. Persamaan ini memiliki filosofi yang dalam (sebagian telah
saya jelaskan sebelumnya) dan membungkus (wrap up) seluruh kejadian bisnis yang
dialami sehari-hari ke dalam sebuah penyajian informasi periodik. Sekali lagi saya
tekankan, mengubah urutan persamaan sama saja mendistorsi akuntansi menjadi
sebesar otomatisasi jurnal yang bisa dilakukan oleh ERP.
Coba bayangkan jika tiba-tiba pembelajar akuntansi diberitahu bahwa persamaan dasar
akuntansi adalah Liabilitas = Aset – Ekuitas. Secara aljabar tidak masalah, tapi secara
bisnis, ini tidak mencerminkan apapun. Apakah informasi bisnis artinya liabilitas adalah
nilai dari aset setelah dikurangi ekuitas? Penjelasan ini akan membingungkan
pembelajar mengenai konsep entitas dan konsep tanggungjawab entitas. Akan lebih
mudah jika kita menjelaskan, bahwa ketika perusahaan baru berdiri (belum melakukan
kegiatan usaha), aset yang dikuasai oleh perusahaan asalnya pasti hanya dari pemilik
(ekuitas). Sehingga pada awal perusahaan berdiri, Aset = Ekuitas. Ini menunjukkan
konsep entitas, memisahkan antara perusahaan dan pemilik sebagai entitas yang
berbeda secara ekonomik. Kemudian, jika sumber ekonomik dari pemilik tidak cukup,
perusahaan pasti akan meminjam dari kreditur (liabilitas). Namun, kreditur sebagai
pihak ketiga memiliki hak atas aset yang harus didahulukan oleh perusahaan daripada
hak pemilik atas aset perusahaan, oleh karena itu persamaan akuntansi ditulis sebagai
Aset = Liabilitas + Ekuitas, bukan Aset = Ekuitas + Liabilitas, ini untuk menunjukkan
prioritas hak atas aset yang dikuasai perusahaan.
Pendekatan ini melihat dari bagaimana transaksi dicatat ke dalam jurnal (debit kredit)
dan dibuat dengan sistematika aljabar yang mencerminkan kejadian ekonomik dan
diukur dalam satuan moneter. Dikarenakan persamaan akuntansi dipandang dari segi
input menggunakan dasar aljabar, maka persamaan ini boleh saja dibolak-balik
urutannya bahkan dipindah ruas, yang penting bisa menjelaskan penjurnalan dalam
pencatatan transaksi.
Aset = Liabilitas + Modal + Pendapatan – Biaya. Agar biaya menjadi positif maka
dipindah ruas ke kiri, sehingga persamaan tadi ekuivalen dengan Aset + Biaya =
Liabilitas + Modal + Pendapatan >>> persamaan debit = kredit (lebih lengkapnya cek di
tautan paper).
Dari sudut pandang output, akuntansi adalah proses menyajikan transaksi dan kejadian
ekonomik ke para pemangku kepentingan. Dari sudut padang ini, akuntan harus melihat
bagaimana informasi keuangan yang tersaji dalam laporan keuangan dapat meringkas
kejadian ekonomik yang terjadi dalam satu periode untuk para pemangku kepentingan.
Menyajikan informasi ini juga termasuk bagaimana suatu transaksi atau kejadian
ekonomik dapat direpresentasikan dengan wajar dan jujur dalam elemen laporan
keuangan. Sehingga, menggunakan sudut pandang output, persamaan akuntansi
adalah persamaan yang merepresentasikan kejadian bisnis dalam bentuk elemen
laporan keuangan. Dikarenakan persamaan ini merepresentasikan kejadian bisnis,
maka persamaan ini secara urutan seharusnya jangan dibolak-balik atau malah
dipindah ruas, karena mengubah susunan elemen persamaan akan mengubah makna
dari kejadian bisnis.
Dalam proses ‘pembukuan’ modern yang menggunakan ERP, ada akun yang
dinamakan dengan clearing account. Clearing account merupakan pos/akun yang
bukan merupakan komponen laporan keuangan. Clearing account ini digunakan untuk
keperluan pengendalian atau cek transaksi. Contohnya di MySAP adalah akun GR/IR
Clearing dan BIC (Bank Incoming Clearing).
Clearing account ini sifatnya sementara dan akan dibersihkan secara berulang. Jika
pada suatu periode tertentu belum dibersihkan, maka clearing account akan menjadi
bagian dari backlog di ERP dan akan berpengaruh pada akurasi data laporan keuangan
karena pada saat pelaporan, akun clearing ini akan dimasukkan ke pos laporan
keuangan sesuai sifatnya.
1. Adanya beda waktu antar kejadian transaksi (GR/IR Clearing, Clearing Others)
2. Segregasi tugas dalam organisasi (Bank Incoming Clearing, Bank Outcoming Clearing)
3. Transaksi akuntansi memerlukan klarifikasi
Contoh kejadian transaksi yang sering terjadi adalah, pada saat Purchase Order (PO)
barang memasuki tanggal delivery, katakanlah bahwa barang ini sudah diterima 100%
dari vendor sejumlah 100 barang. Dikarenakan vendor sudah menyerahkan barang
sejumlah 100, maka PO ini dicatat sebagai GR (Goods Received) oleh bagian
penerimaan. Pencatatan Goods Received ini dalam sistem akan memunculkan jurnal
Material (debit) pada GR/IR Clearing (kredit). Material di sini merupakan pos dari akun
persediaan yang merupakan akun dari elemen aset.
Pada akuntansi pengantar, jurnal yang akan ditemui pembelajar akuntansi dari
transaksi ini adalah Material (debit) pada Hutang (kredit) – jika pembayaran mencicil
atau Material (debit) pada Kas (kredit) jika pembayaran tunai.
Jika kita memasukkan unsur pengendalian internal dalam kejadian bisnis di atas, akan
rawan jika penerimaan barang, pencatatan penerimaan barang, pencatatan penagihan,
dan pembayaran dilakukan oleh satu pihak. Sehingga, kegiatan ini disegregasikan.
Penerimaan dan pencatatan barang dilakukan oleh bagian penerimaan, pencatatan
penagihan dan pembayaran dilakukan oleh bagian keuangan.
Segregasi tugas dan pengendalian transaksi inilah yang memunculkan pos GR/IR
Clearing dalam ERP. Sehingga, pada saat tagihan diterima (tagihan datang seringkali
beberapa hari atau bahkan beberapa bulan setelah barang diterima), bagian keuangan
(di lapangan) akan memasukkan tagihan ke dalam sistem dan dalam sistem akan
muncul jurnal GR/IR Clearing (debit) pada Vendor 3rd party (kredit). Dengan adanya
proses ini, akan dapat diketahui jika terjadi perbedaan pencatatan barang diterima
dengan barang yang ditagihkan. Jika misalnya bagian penerimaan membuat GR yang
lebih besar atau lebih kecil dari nilai tagihan, maka akan dilakukan koreksi GR.
Sebagai tambahan cerita, jika prosesnya dilanjutkan lagi sampai ketika bagian
pembayaran akan melakukan pembayaran, maka jurnal yang akan muncul adalah
Vendor 3rd party (debit) pada Bank Outcoming Clearing (kredit), dan ketika pembayaran
dilakukan, maka Bank Outcoming Clearing akan didebit dan Main Bank akan dikredit.
Menggunakan pendekatan input, mudah menjelaskan debit kredit dan kemunculan pos-
pos clearing, karena pendekatan input menjelaskan persamaan akuntansi secara
aljabar dan debit kredit merupakan konsekuensi logis dari persamaan aljabar tersebut.
Namun, contoh clearing account dan adanya ERP ini memunculkan suatu isu, bahwa
dengan adanya ERP, pada dasarnya akuntan tidak perlu terlalu fokus pada
permasalahan jurnal dan debit kredit, karena persamaan aljabar dan jurnal bisa
dilakukan oleh sistem ERP. Bahkan, orang-orang operasional di lapangan yang
notabene non-keuangan bisa mencatat transaksi, dan karena saking canggihnya ERP,
tanpa mereka sadari pencatatan yang mereka lakukan tersebut secara otomatis sudah
menjadi jurnal di sistem. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya teknologi
informasi, kemampuan tata buku menjadi tidak terlalu diperlukan lagi. Mungkin untuk
bisnis kecil atau start-up yang baru menyusun laporan hal ini masih perlu, tapi kalau
dipikir-pikir, sistem akuntansi seperti Myob atau Accurate sekarang juga sudah
terjangkau semua kalangan.
Dalam konteks akuntansi modern yang mana saat ini kita hidup di dalamnya,
pemahaman jurnal akuntansi jika tidak dikaitkan ke outputnya, yaitu sebagai informasi
yang bermanfaat bagi pemangku kepentingan, akan menjadi tidak bermanfaat, karena
jurnal akuntansi sebagai persamaan aljabar sudah dibenamkan ke dalam struktur
program aplikasi semacam ERP. Mengajarkan persamaan akuntansi dari sudut
pandang input memang mudah dan praktis, namun sudut pandang ini akan mendistorsi
akuntansi menjadi sebesar apa yang dapat dilakukan sistem ERP secara otomatis.
Permasalahan akuntansi era ini (dan mungkin sudah sejak era berkembangnya bisnis,
kapitalisme dan pasar saham) adalah bagaimana agar informasi ekonomik dapat
disajikan secara jujur dan wajar, sehingga pemangku kepentingan dapat mengambil
keputusan yang optimal dengan adanya informasi tersebut. Peran akuntan bukan lagi
bagaimana mencatatat dan mendebit kredit seperti era pacioli dan merchant dari timur
tengah, namun bagimana memperlakukan dan menyajikan suatu transaksi yang sesuai
dengan prinsip akuntansi (terutama PABU). Sebagai contoh, bagimana akuntan
menentukan unit penghasil kas dari suatu entitas, konsep apa saja yang digunakan
dalam penentuan tersebut. Kemudian bagaimana akuntan menghitung nilai pakai dan
nilai terpulihkan dalam melakukan uji penurunan nilai. Selain itu, bagaimana akuntan
menerapkan model revaluasi untuk aset tetap. Bagaimana menentukan penurunan nilai
untuk piutang. Bagaimana menentukan komponenisasi aset dan menerapkan review
umur manfaat atas aset tersebut. Bahkan perubahan penyajian penghasilan
komprehensif lain menjadi pos yang akan direklas ke laba rugi dan pos yang tidak
direklas ke laba rugi merupakan isu bagaimana informasi keuangan disajikan sehingga
dapat bermanfaat untuk pemangku kepentingan.
Berdasar apa yang saya alami, penguasaan atas prinsip akuntansi, konsep dasar, dan
filosofi akuntansi jauh lebih diperlukan daripada penguasaan praktis akuntansi seperti
yang saat ini sudah dapat dilakukan oleh ERP.
Pendekatan output yang dilengkapi dengan pemahamaman atas prinsip akuntansi akan
lebih memudahkan pembelajar akuntansi dalam memahami apa yang harus dihasilkan
oleh akuntan dan apa kaitannya dengan bisnis. Terlebih lagi, persamaan akuntansi
merupakan persamaan elemen akuntansi bukan persamaan jurnal. Terlihat dari adanya
persamaan dasar dan persamaan ekstensi, yang mana persamaan dasar adalah Aset =
Liabilitas + Ekuitas, dengan variabel persamaan yang merupakan elemen utama
laporan posisi keuangan (neraca), dan persamaan ekstensi menunjukkan adanya
kinerja keuangan (laporan laba rugi) dan artikulasinya dengan laporan posisi keuangan.
Persamaan ini memiliki filosofi yang dalam (sebagian telah saya jelaskan sebelumnya)
dan membungkus (wrap up) seluruh kejadian bisnis yang dialami sehari-hari ke dalam
sebuah penyajian informasi periodik. Sekali lagi saya tekankan, mengubah urutan
persamaan sama saja mendistorsi akuntansi menjadi sebesar otomatisasi jurnal yang
bisa dilakukan oleh ERP.
Coba bayangkan jika tiba-tiba pembelajar akuntansi diberitahu bahwa persamaan dasar
akuntansi adalah Liabilitas = Aset – Ekuitas. Secara aljabar tidak masalah, tapi secara
bisnis, ini tidak mencerminkan apapun. Apakah informasi bisnis artinya liabilitas adalah
nilai dari aset setelah dikurangi ekuitas? Penjelasan ini akan membingungkan
pembelajar mengenai konsep entitas dan konsep tanggungjawab entitas. Akan lebih
mudah jika kita menjelaskan, bahwa ketika perusahaan baru berdiri (belum melakukan
kegiatan usaha), aset yang dikuasai oleh perusahaan asalnya pasti hanya dari pemilik
(ekuitas). Sehingga pada awal perusahaan berdiri, Aset = Ekuitas. Ini menunjukkan
konsep entitas, memisahkan antara perusahaan dan pemilik sebagai entitas yang
berbeda secara ekonomik. Kemudian, jika sumber ekonomik dari pemilik tidak cukup,
perusahaan pasti akan meminjam dari kreditur (liabilitas). Namun, kreditur sebagai
pihak ketiga memiliki hak atas aset yang harus didahulukan oleh perusahaan daripada
hak pemilik atas aset perusahaan, oleh karena itu persamaan akuntansi ditulis sebagai
Aset = Liabilitas + Ekuitas, bukan Aset = Ekuitas + Liabilitas, ini untuk menunjukkan
prioritas hak atas aset yang dikuasai perusahaan.
Kemudian, ketika aset meningkat atau menurun karena adanya laba atau rugi, maka
persamaan dasar harus dijabarkan untuk mencerminkan kegiatan bisnis ini, menjadi
Aset = Liabilitas + Ekuitas (+Laba/-Rugi). Kenapa persamaannya bukan Aset =
Liabilitas (+Laba/-Rugi) + Ekuitas? Toh secara aljabar tidak masalah bukan?
Permasalahannya, karena Laba/Rugi merupakan hak/tanggungan pemilik, bukan
kreditur. Pemilik mendirikan perusahaan untuk melakukan kegiatan usaha yang
harapannya menghasilkan laba (apesnya ya rugi). Sehingga, persamaan ekstensi
ditulis Aset = Liabilitas + Ekuitas (+Laba/-Rugi), selain untuk menunjukkan bahwa aset
meningkat/menurun karena adanya variabel laba atau rugi di ruas kanan, juga karena
untuk menunjukkan bahwa laba/rugi merupakan hak/tanggungan pemilik. Begitu
seterusnya jika dijabarkan akan menjadi satu kuliah teori akuntansi. Jadi,
permasalahannya bukan pada kenapa kok debit kredit? Kenapa kok persamaan
aljabar? Tetapi lebih kepada, kenapa persamaan dasar akuntansi adalah Aset =
Liabilitas + Ekuitas. Bukan yang lain?
Baiklah, karena tulisan saya sudah terlalu panjang untuk posting blog, saya simpulkan
bahwa pendekatan terbaik untuk menjelaskan akuntansi bagi para pembelajar tetap
pendekatan output. Pendekatan input memberikan sebuah sudut pandang lain pada
akuntansi. Namun perlu diingat bahwa filosofi akuntansi bukan jurnal menjurnal.
Akuntansi bukan merupakan formulasi kimia atau fisika yang walaupun sama-sama
menggunakan aljabar namun hasilnya tetap sama karena berdasar hukum alam dan
digunakan untuk menjabarkan fenomena alam.
Sebagai penutup, konsep utama yang tidak boleh dilupakan oleh siapapun yang belajar
akuntansi, bahwa akuntansi dibuat oleh manusia untuk tujuan tertentu, yaitu sebagai
alat komunikasi yang memastikan agar hubungan bisnis antar entitas dapat berjalan
dengan jujur dan wajar.
Perlu diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian siklus Akuntansi, bahwa Siklus
Akuntansi merupakan proses penyusunan suatu laporan keuangan, adapun tahapan dalam proses
siklus akuntansi dapat dikelompokkan dalam beberapa tahap, yakni:
1. Tahap Pencatatan Bukti Transaksi Keuangan;
2. Tahap Membuat Ikhtisar Laporan Keuangan;
3. Tahap Membuat Laporan Keuangan atau Financial Statements
a. Laporan Neraca (Balance Sheets)
b. Laporan Rugi Laba (Income Statements)
c. Laporan Perubahan Modal (Equity Statements);
d. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statements)
e. Catatan atas Laporan Keuangan.
Dan mengenai hubungan tahapan tersebut dengan prinsip dasar akuntansi tentu sangatlah penting
dan harus diperhatikan demi menjaga standar dan kualitas informasi akuntansi itu sendiri.
2. Perlu diketahui kalau manfaat smart card adalah mempermudah proses transaksi dan akan
memudahkan menyimpan data penjualan setiap saat selama aplikasi ini masih digunakan.
Dalam smart card terbagi menjadi dua bagian yaitu hardware dan software. Pada bagian
hardware terdapat dua komponen penting yaitu RFID ID 12 yang merupakan sebuah
reader untuk membaca data ID-card setiap kartu yang melakukan transaksi dan
Mikrokontroler Atmega 328P yang berfungsi menampung data RFID card yang terbaca
oleh reader. Pada bagian software terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yang pertama
adalah Microsoft Visual Basic 6 yang difungsikan sebagai aplikasi pembuka browser dan
penerima data dari hardware kemudian mengirimkan data tersebut ke website melalui
URL. Bagian yang kedua adalah website Database, yang berfungsi sebagai kalkulator
otomatis yang akan langsung mengurangi nilai saldo kartu pada saat melakukan transaksi
dan kemudian menyimpan kembali saldo yang telah dikurangi tersebut. Proses tersebut
dilakukan bila saldo pada database lebih besar nilainya dibandingkan dengan nilai
perbelanjaan. Setiap data transaksi yang dilakukan akan disimpan kedalam database
sebagai data history, sehingga smart card ini mampu melakukan penghitungan uang
secara otomatis dan menyimpan data transaksi yang telah terjadi.
1. Ada 3 jenis transaksi keuangan perusahaan jasa, yaitu transaksi keuangan internal, transaksi keuangan
eksternal, dan transaksi modal.
2. Ada 8 langkah untuk membuat laporan keuangan pada perusahaan jasa yang dikenal dengan siklus
akuntansi. Berikut ini langkah-langkahnya.
3. Tidak ada akun persediaan karena jasa tidak berwujud sehingga tidak dapat disimpan. Jasa hanya bisa
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sebagai konsumen.
4. Tidak ada membutuhkan pencatatan untuk pengeluaran jasa angkut. Produk yang dijual adalah jasa
sehingga tidak membutuhkan jasa angkut untuk memperlancar operasional atau pun proses produksinya.
Kecuali untuk perusahaan jasa transportasi umum yang melakukan kegiatan pengangkutan penumpang
atau pengiriman barang maka harus dicatat jasa angkut sebagai pendapatan bukan pengeluaran.
5. Tingkatan harga jual produk jasa tidak bisa digeneralisasi sehingga pembuatan laporan keuangan akan
berbeda-beda jenis pemasukannya. Jasa yang dihasilkan oleh perusahaan jasa sesuai tingkat kebutuhan
setiap konsumen sehingga mahal atau murahnya jasa tidak bisa dipatok secara umum pada semua
konsumen.
6. Tidak ada Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan pada laporan keuangan Laba-Rugi. Harga
Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan merupakan jenis perhitungan dari penggunaan bahan baku,
barang setengah jadi dan barang jadi. Setiap produk yang berwujud seperti barang biasanya untuk
perusahaan yang mengolah dan menjual produk barang seperti perusahaan manufaktur. Pada
perusahaan jasa tidak ada perhitungan Harga Pokok Produksi atau Harga Pokok Penjualan pada
pelaporan keuangan karena perusahaan jasa hanya menjual produk jasa.
7. Hanya ada akun Pendapatan dan Biaya-Biaya pada perhitungan Laporan Laba-Rugi. Perusahaan jasa
tentu saja menjual produk jasa sehingga perhitungan Laporan Laba-Rugi hanya berkaitan dengan
Pendapatan Jasa dan Biaya-Biaya (pelajari: perbedaan biaya dan beban dalam akuntansi) yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan (pemasukan) tersebut.
Menurut saya, seperti yang diketahui bahwa Perusahaan Jasa adalah perusahaan yang tidak
memproduksi dan menghasilkan barang atau suatu produk. Oleh karena itu, perusahaan jasa
tidak mempunyai persediaan barang apapun untuk dipasarkan atau dijual kepada konsumen,
dimana Perusahaan jasa sendiri menjual produk yang bersifat tidak berwujud lain halnya pada
perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Adapun tujuannya adalah untuk
mendapatkan laba keuntungan yang telah ditetapkan sebelumnya (prinsip
mempertemukan/mencocokkan) dan harus ada kesepakatan antara perusahaan dan konsumen
yang terlibat (Prinsip Kesinambungan Usaha). Ada dua transaksi utama yang dilakukan oleh
perusahaan jasa yaitu transaksi administratif dan penjualan jasa yang ada (termasuk dalam
prinsip pengakuan pendapatan)
Berikut siklus atau pun prosedur alur akuntansi pada perusahaan jasa yang pada umumnya
berbeda dengan jenis perusahaan lainnya:
Mencatat keuangan
Dalam tahap ini, terdapat proses pembuatan jurnal dan pemindahbukuan dari semua transaksi
keuangan yang ada.
Membuat ringkasan
Tahap selanjutnya yaitu membuat ringkasan yang nantinya berpengaruh terhadap seluruh
transaksi keuangan yang terjadi selama periode tersebut berlangsung, dengan menyusun
neraca saldo, membuat jurnal penyesuaian, menyusun neraca lajur, membuat jurnal penutup,
dan neraca saldo setelah penutupan jurnal.
Tahap terakhir adalah membuat laporan keuangan. Hal-hal yang harus ada dalam membuat
laporan keuangan yaitu laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, dan laporan aliran
kas
1. Catatlah saldo awal buku besar dari neraca awal, dengan catatan
perusahaan mempunyai laporan keuangan pada periode sebelumnya.
Akun yang terdapat pada sisi debet neraca dicatat sebagai saldo awal
debit akun buku besar, dan akun yang terdapat pada sisi kredit neraca
dicatat sebagai saldo awal kredit akun buku besar.
2. Catat tanggal pada buku besar dengan cara mengambilnya dari kolom
tanggal transaksi pada jurnal, kemudian pindahkan ke kolom tanggal akun
buku besar, dengan cara berurutan dimulai dari tanggal termuda.
3. Catatlah keterangan buku besar yang diambil dari keterangan atau uraian
jurnal ke dalam kolom keterangan pada akun buku besar.
4. Catat jumlah debit akun pada jurnal ke dalam kolom debet akun buku
besar dan catat jumlah kredit akun pada jurnal ke dalam kolom kredit akun
buku besar.
5. Catat nomor halaman jurnal yang diposting ke dalam kolom referensi (Ref)
pada akun buku besar.
6. Apabila akun dalam jurnal telah dipindahkan atau diposting ke dalam akun
buku besar maka catatlah dengan nomor kode akun yang bersangkutan
pada kolom referensi jurnal, agar menandakan bahwa akun tersebut telah
diposting.
7. Apabila menggunakan akun buku besar yang berbentuk 3 komol atau 4
kolom, carilah saldonya dengan membandingkan antara keseluruhan
saldo debit dengan kredit transaksi sebelum dimasuki transaksi periode
baru, untuk mendapatkan saldo akhir dari setiap akun.
Pencatatan akun yang saldo awalnya debit akan menambah saldo debit dan
mengurangi saldo kredit, dan sebaliknya pencatatan akun yang saldo awalnya
kredit akan menambah saldo kredit dan mengurangi saldo debit.
Perlu diperhatikan bahwa tidak boleh memposting mulai dari satu akun
keseluruhan saja tapi harus berdasarkan tanggal yang termuda
Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa Posting atau pemindahbukuan adalah proses
memindahkan transaksi yang telah dicatat dalam jurnal ke dalam setiap akun buku besar yang
sesuai, dimana Buku besar ini merupakan kumpulan akun-akun yang saling berhubungan dan
merupakan satu kesatuan
Cara memposting ke buku besar melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Mencatat tanggal transaksi dan jumlah yang akan didebit atau dikredit ke dalam
akun yang sesuai;
2. Mengisi kolom “Referensi: dalam akun nomor halaman jurnal;
3. Mengisi kolom “Referensi” dalam jurnal dengan akun yang bersangkutan.
Perlu diperhatikan bahwa tidak boleh memposting mulai dari satu akun keseluruhan saja tapi
harus berdasarkan tanggal yang termuda.
Pada buku besar, bentuk-bentuk akun yang biasa digunakan, yaitu akun bentuk T, akun 2
kolom, akun 3 kolom, dan akun 4 kolom. Penyebutan istilah “dua kolom” mengacu pada jumlah
kolom yang digunakan untuk mencatat nilai uang. Berikut disajikan bentuk-bentuk buku besar
tersebut.
Keterangan:
1. Nama akun, diisi nama akun yang bersangkutan
2. Kode akun, diisi nomor akun yang bersangkutan
3. Tanggal, untuk mencatat tanggal, bulan, tahun, terjadinya transaksi
4. Keterangan, digunakan untuk mencatat penjelasan singkat transaksi
5. Ref, atau referensi; digunakan untuk mencatat nomor halaman dokumen yang menjadi
sumber pencatatan.
6. Debit dan kredit, untuk mencatat nilai transaksi
7. Saldo, untuk mencatat saldo akhir suatu akun setelah suatu transaksi dicatat dalam akun
tersebut.
Perhatikan cara memposting dari jurnal ke dalam buku besar bentuk tiga kolom di bawah ini!
Setelah membuat laporan keuangan, akuntan harus membuat jurnal penutup dan
jurnal pembalik, karena keduanya merupakan tahapan dari siklus akuntansi
walaupun memiliki sifat yang berbeda. Dimana Jurnal penutup adalah tahapan
yang harus dilakukan pada proses akuntansi, tetapi jurnal pembalik sifatnya
opsional (dapat dilakukan ataupun tidak).
Jurnal penutup hanya dibuat pada akhir periode akuntansi saja dan rekening yang
ditutup hanya rekening nominal atau rekening laba-rugi, dengan cara me-nol kan
atau membuat nihil rekening terkait. Rekening-rekening nominal harus ditutup
karena rekening tersebut digunakan untuk mengukur aktivitas atau aliran sumber-
sumber yang terjadi pada periode berjalan. Pada akhir periode akuntansi, rekening
nominal sudah selesai menjalankan fungsinya sehingga harus ditutup. Selanjutnya,
pada periode berikutnya dapat digunakan kembali untuk mengukur aktivitas yang
baru dan mulai terjadi. Adapun Jurnal pembalik adalah jurnal yang dibuat pada
awal perioda untuk membalik beberapa jurnal penyesuaian yang telah dibuat agar
tidak terjadi kesalahan pada perioda selanjutnya. Tujuan dari jurnal pembalik
adalah untuk mempermudah penjurnalan pada perioda akuntansi selanjutnya dan
yang perlu diingat bahwa tidak semua jurnal penyesuaian harus dibalik.
Setelah membuat laporan keuangan, akuntan harus membuat jurnal penutup dan
jurnal pembalik, karena keduanya merupakan tahapan dari siklus akuntansi
walaupun memiliki sifat yang berbeda. Dimana Jurnal penutup adalah tahapan
yang harus dilakukan pada proses akuntansi, tetapi jurnal pembalik sifatnya
opsional (dapat dilakukan ataupun tidak).
Jurnal penutup hanya dibuat pada akhir periode akuntansi saja dan rekening yang
ditutup hanya rekening nominal atau rekening laba-rugi, dengan cara me-nol kan
atau membuat nihil rekening terkait. Rekening-rekening nominal harus ditutup
karena rekening tersebut digunakan untuk mengukur aktivitas atau aliran sumber-
sumber yang terjadi pada periode berjalan. Pada akhir periode akuntansi, rekening
nominal sudah selesai menjalankan fungsinya sehingga harus ditutup. Selanjutnya,
pada periode berikutnya dapat digunakan kembali untuk mengukur aktivitas yang
baru dan mulai terjadi. Adapun Jurnal pembalik adalah jurnal yang dibuat pada
awal perioda untuk membalik beberapa jurnal penyesuaian yang telah dibuat agar
tidak terjadi kesalahan pada perioda selanjutnya. Tujuan dari jurnal pembalik
adalah untuk mempermudah penjurnalan pada perioda akuntansi selanjutnya dan
yang perlu diingat bahwa tidak semua jurnal penyesuaian harus dibalik.
emikian tentang jurnal penutup dan jurnal pembalik yang perlu Anda ketahui.
Seperti yang diketahui, kedua jurnal tersebut merupakan 2 tahapan dari proses
akuntansi yang panjang
Perlu diketahui, bahwa Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat pada akhir periode
akuntansi yang mana memiliki unsur akun - akun nominal. (pendapatan, beban dan lain – lain). Jurnal
penutup dibuat agar dapat menutup akun pendapatan dan beban sehingga bersaldo nol, dimana
saldo tersebut nantinya dipindahkan ke akun Modal, sehingga kita dapat menentukan apakah dia
laba atau rugi.