Anda di halaman 1dari 2

Sistem Perpajakan di India

    

Sistem perpajakan negara dengan salah satu dari keajaiban dunia ini menganut


sistem self-assessment. Self-assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang. Ciri-cirinya: Pertama, wewenang untuk menentukan besarnya pajak
terutang ada pada wajib pajak sendiri. Kedua, Wajib Pajak Aktif yaitu mulai dari
menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Ketiga, fiskal
tidak ikut campur dan hanya mengawasi. Otoritas pajak India juga
menerapkan regular/scrutiny assessment, best judgment assessment dan income escaping
assessment yang dilakukan secara official.
India tengah menyeragamkan struktur perpajakannya, salah satunya dengan
amandemen UU PPN. Melalui semboyan “one nation, one tax”, India akan menjadi
tujuan negara yang menarik bagi para investor. Pajak internasional juga menjadi
salah satu fokus pemerintah di India, tidak jarang India menjadi
lokasi untuk menyelenggarakan konferensi pajak internasional. Perlu diketahui,
India telah mengadakan program pengampunan pajak, yang diatur dalam 'Black
Money Act' beberapa bulan lalu. Program ini digulirkan pemerintah untuk
mengungkapkan penghasilan yang belum dilaporkan, sebagai syarat mendapatkan
pengampunan tanpa memedulikan asal-usulnya. 
Sampai saat ini tidak ada aturan controlled foreign corporation (CFC) di India. India
memiliki aturan transfer pricing dan akan berkembang mengikuti arah proyek BEPS,
serta juga memiliki aturan safe harbour.  India memiliki aturan anti penghindaran
pajak (umum) atau GAAR yang akan efektif pada tahun 2017-2018. Cukup banyak
perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) atau tax treaty yang ditandatangani
oleh India mengalami penembahan ketentuan limitation of benefit  di dalamnya.

B.     Jenis Pajak di India


Ada dua jenis pajak, langsung dan tidak langsung. Berikut sedikit penjelasan
mengenai hal tersebut :
1)      Pajak langsung
Pajak yang dibayarkan atas penghasilan secara langsung tiap individu kepada
pemerintah.
2)      Pajak tidak langsung
Pajak yang ada di restoran, bioskop dan situs web e-commerce mengenakan biaya
untuk barang atau layanan. Pajak ini pada gilirannya, diserahkan kepada
pemerintah juga. Pajak ini mengambil banyak bentuk : pajak layanan atas tagihan
restoran dan tiket film, pajak pertambahan nilai (PPN) untuk barang-barang seperti
pakaian dan barang elektronik.

C.    Sumber pajak di India


Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu prinsip terpenting yang
dibutuhkan perekonomian di India, dimana sebagai penetapan pajak utama di India
adalah Undang-Undang Pajak Penghasilan 1961 yang mengenakan pajak atas
penghasilan orang-orang, yang terdiri lima kepala seperti berikut :
1)      Penghasilan dari properti rumah
2)      Penghasilan dari bisnis dan profesi
3)      Penghasilan dari gaji
4)      Penghasilan berupa capital gain
5)      Dsb
Bagi wajib pajak individu, dikenakan tarif PPh orang pribadi progresif. Besaran
tarif berlapis, didasarkan pada batasan penghasilan dari INR 250 ribu – INR 1 juta.
Sedangkan untuk tarif PPh Badan, India menetapkan tariff pajak yang masuk ke
kategori tarif tertinggi di dunia, yaitu sebesar 30%. Sementara bagi perusahaan asing
yang memiliki Bentuk Usaha Tetap (BUT) atau kantor cabang di India akan
dikenakan tarif sebesar 40%.
Jadi, selain PPh badan yang 30% untuk perusahaan domestik, 40% untuk
perusahaan asing dan PPh orang pribadi 0%-30%, India juga menerapkan sumber
pajak yang lain diantaranya tarif PPN 12,5%, tarif pajak bunga sebesar 20% dan juga
tarif pajak royalti sebesar 10%.

D.    One Nation, One Tax Department


Penerapan mengenai prinsip satu negara, satu pajak yang menggaris bawahi
pajak barang dan jasa (Good and Services Tax/GST), rencanannya akan di adopsi oleh
pemerintah India ke dalam prinsip Pajak Penghasilan (PPh) dengan diotoritaskan
melakukan pemeriksaan bebas yurisdiksi (jurisdiction-free assessment) yang nantinya
pemerintah akan memeriksa secara online, sehingga untuk beberapa kasus dapat
diselesaikan hanya dengan korespondensi e-mail. Central Board of Direct
Taxes (CBDT) sebelumnya juga membentuk sebuah komite yang terdiri dari tujuh
anggota untuk merumuskan Standar Prosedur Pemeriksaan Online atau e-
secrutiny untuk menggalakkan kepastian, transparansi, dan akuntabilitas dengan
lebih baik. Selain itu, dengan kehadiran komite ini tentunya akan menutup
kesempatan untuk bertatap muka antara wajib pajak dengan pemeriksa.
Dengan adanya prinsip ini diharapkan bisa menjadi sebuah lompatan yang besar
untuk memberantas tindak pidana korupsi, serta tentunya pemeriksaan pjak akan
lebih cepat untuk keseluruhan India. Rencana ini juga akan menjadi agenda
perubahan Undang-Undang PPh (Income Tax Law) dan menjadi harapan juga untuk
mengakhiri sebuah sistem yang penuh praktik suap-menyuap dalam administrasi
pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai