Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

HUKUM PAJAK DAN ACARA PERPAJAKAN

Nama : Simone Maldini Febrianto


NIM : 044074312

Sektor pajak merupakan sumber pendapatan negara yang terbesar. Menurut Mustikasari, (2007),
saat ini sekitar 80% dana APBN berasal dari penerimaan pajak. Hal ini menjadi suatu bukti
bahwa penerimaan pajak telah menjadi tulang punggung penerimaan negara yang dapat
diandalkan.

Karena peran pajak sangat besar bagi negara, pemerintah berupaya untuk meningkatkan
penerimaan dari sektor pajak. Upaya untuk mengoptimalkan penerimaan pajak ini mengalami
kendala, salah satunya adanya aktivitas penghindaran pajak atau disebut tax avoidance (Swingly,
C. dan Sukartha, 2015) yang dilakukan para Wajib Pajak pribadi maupun badan,

Masih sering kita dikejutkan dengan adanya pemberitaan tentang penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan. Padahal perusahaan merupakan salah satu Wajib Pajak yang
memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak negara. Bagi perusahaan, pajak
merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih sehingga perusahaan selalu menginginkan
pembayaran pajak seminimal mungkin (Astuti & Aryani, 2017).

Adanya beban pajak yang memberatkan perusahaan dan pemiliknya maka ada upaya untuk
penghindaran pajak (Chen, 2010). Upaya pengurangan pajak secara legal disebut penghindaran
pajak (tax avoidance) sedangkan upaya pengurangan pajak secara ilegal disebut penggelapan
pajak (tax evasion).

Sumber:
https://www.pajakku.com/read/5dae89a34c6a88754c088058/Penghindaran-Pajak-oleh-Perusahaan-
perusahaan-di-Indonesia

1. Berdasarkan artikel di atas, bagaimana sistem pemungutan pajak di Indonesia?

Pengaturan pajak di Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.10 tahun 1994, yang
mengatur segala hal yang terkait dengan subjek dan objek pajak. Fokus utama undang-undang ini
adalah penerapan dua prinsip sekaligus, yaitu asas domisili dan asas sumber dalam proses
pemungutan pajak. Indonesia menerapkan kedua prinsip ini secara bersamaan, dan hal ini
dianggap sebagai aset vital bagi Negara, berpotensi meningkatkan penerimaan devisa negara.

Sistem pemungutan perpajakan dapat dikatakan sebagai metode pengelolaan utang pajak yang
dibayarkan oleh yang bersangkutan agar dapat masuk kas negara. Menurut sistem
pemungutannya, pajak dibedakan menjadi :
1. Official/Government System

Adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang pada negara untuk
menentukan besaran pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak. Ciri dari sistem ini
adalah :

a. Negara mempunyai wewenang dalam menentukan besaran pajak terutang;


b. Wajib pajak bersifat pasif;
c. Hutang pajak timbul setelah adanya surat ketetapan pajak yang dikeluarkan oleh
fiskus

Official Assessment System diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi dan


Bangunan (PBB) atau jenis-jenis pajak daerah lainnya.

Sistem official/government assessment sejak reformasi perpajakan di awal 1984, dengan


ditetapkannya UU No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
yang mengatur hak dan kewajiban pemerintah dan wajib pajak, sistem ini diganti menjadi
sistem self assesment

2. Self Assessment System

Adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besaran pajak terutang sesuai ketentuan UU Perpajakan. Mekanisme
perhitungannya dilaporkan lewat SPT, adapun ciri sistem ini adalah :

a. Wajib pajak memiliki kewenangan menentukan besarnya pajak terutang dan


membayarkannya ke kas negara atau bank yang ditunjuk;
b. Wajib pajak bersifat aktif (menghitung, menyetor dan melapor sendiri pajak yang
terutang);
c. Negara sifatnya hanya mengawasi saja

Sistem pemungutan perpajakan dapat dikatakan sebagai metode pengelolaan utang pajak
yang dibayarkan oleh yang bersangkutan agar dapat masuk kas negara. Sistem self
assessment berlaku di Indonesia sejak awal 1984, dengan ditetapkannya semua ketentuan
hukum formal perpajakan di Indonesia dalam UU No 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.

3. With Holding Tax System

Merupakan sebuah cara atau sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan pada
pihak ketiga untuk memotong, menentukan besaran pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak.

Sistem ini juga berlaku di Indonesia, yaitu bagi bendaharawan pemerintah dan
badan-badan tertentu yang dalam peraturan perundang-undangan diwajibkan memotong
pajak terutang dan menyetorkan ke kas negara.
Contoh penerapan sistem perpajakan ini adalah pemotongan penghasilan karyawan yang
dilakukan oleh bendahara instansi terkait. Oleh karena itu, karyawan tidak perlu lagi
mendatangi Kantor Pelayanan Pajak untuk membayarkan pajak terutang tersebut.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat 2
dan Pajak Pertambahan Nilai adalah jenis-jenis pengenaan pajak yang diterapkan
menggunakan withholding system. Bukti potong atau bukti pungut sebagai bukti yang
diterbitkan atas pelunasan pajak dengan menggunakan sistem pemungutan perpajakan ini.

Dalam beberapa keadaan tertentu, dapat juga menggunakan bukti setor pajak atau SSP.
Bukti pemotongan tersebut akan dilampirkan bersama Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan PPh atau SPT Masa PPN wajib pajak bersangkutan.

Penghindaran pajak adalah komponen dari perencanaan perpajakan yang bertujuan untuk
mengurangi kewajiban pajak yang harus dibayarkan. Ini berbeda dengan penggelapan
pajak, yang merupakan upaya untuk mengurangi jumlah pajak dengan melanggar
ketentuan perpajakan dan hukum yang berlaku di suatu negara. Penggelapan pajak adalah
tindakan ilegal yang dapat mengakibatkan sanksi administratif dan pidana. Penghindaran
pajak merupakan usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk memanfaatkan peluang
yang ada dalam undang-undang perpajakan dengan tujuan membayar pajak yang lebih
rendah. Jika praktik penghindaran pajak dilakukan sesuai dengan undang-undang
perpajakan yang berlaku, maka aktivitas tersebut dianggap sebagai tindakan yang sah dan
dapat diterima secara hukum.

Terdapat beberapa penyebab yang memotivasi perusahaan untuk melakukan


penghindaran pajak, salah satunya faktor leverage. Faktor leverage merefleksikan
tingkatan kewajiban utang yang digunakan perusahaan guna membiayai operasional yang
dilakukan. Leverage berkaitan dengan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan
menggunakan utang untuk pembiayaan.

2. Apa yang dimaksud dengan tax avoidance dan tax evasion? Hal apa yang melatarbelakangi
terjadinya tax avoidance dan tax evasion?

Tax Avoidance dan Tax Evasion adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok
dengan tujuan menghindari atau mengurangi pembayaran pajak. Perbedaan mendasar antara
keduanya adalah masalah legalitas; Tax Avoidance adalah tindakan yang sah, sementara Tax
Evasion adalah tindakan ilegal.

Tax Avoidance merupakan strategi yang umumnya digunakan oleh Wajib Pajak untuk
mengurangi beban pajak yang seharusnya dibayarkan kepada negara. Ini bisa berdampak buruk
pada penerimaan negara dari sektor pajak.
Tax Avoidance adalah upaya untuk menghindari pembayaran pajak dengan memanfaatkan celah
hukum perpajakan. Praktik ini dapat berada dalam dua kategori, yaitu yang diperbolehkan dan
yang tidak diperbolehkan. Penghindaran pajak yang diperbolehkan memiliki niatan yang baik dan
tidak melibatkan tindakan penipuan atau transaksi palsu. Sementara itu, penghindaran pajak yang
tidak diperbolehkan memiliki niatan yang tidak baik, yakni dengan maksud menghindari pajak
dengan cara yang tidak sah, termasuk menggunakan transaksi palsu.

Sebagai contoh, sebagian pengusaha UMKM di Indonesia mungkin menyalahgunakan fasilitas


pajak yang mereka dapatkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018, dengan
memecah laporan keuangan antara badan dan usaha pribadi agar peredaran bruto tidak melebihi
batas tertentu.

Untuk mengatasi praktik Tax Avoidance, pemerintah telah mengeluarkan berbagai ketentuan,
salah satunya adalah anti-thin capitalization, yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak
dengan memperbesar pinjaman dan bukan menambah modal perusahaan.

Tax Evasion adalah tindakan ilegal yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan tujuan mengurangi
jumlah pajak yang seharusnya dibayar atau bahkan tidak membayar pajak sama sekali. Contoh
umum dari Tax Evasion adalah ketidak laporan penghasilan dalam SPT atau penggunaan biaya
yang tidak seharusnya dijadikan pengurang penghasilan untuk mengurangi beban pajak. Praktik
ilegal ini merugikan negara.

Pemerintah telah menetapkan sanksi administratif dan pidana untuk pelaku Tax Evasion,
termasuk bunga, denda, dan bahkan hukuman penjara, sesuai dengan Undang-Undang HPP
Nomor 7 Tahun 2021.

Sumber :

Modul Pembelajaran HKUM 4407 - Modul 3

UU Nomor 10 tahun 1994 :


https://jdih.esdm.go.id/peraturan/UU%20No.%2010%20Th%201994.pdf

UU Nomor 6 tahun 1983 :


https://jdih.kemenkeu.go.id/download/f4b385bf-53bc-4d7b-bae0-9cbd1c88da84/6TAHUN1983U
U.pdf

Peraturan Pemerintah No.23 tahun 2018 :


https://peraturan.bpk.go.id/Details/82680/pp-no-23-tahun-2018

Undang-Undang HPP Nomor 7 Tahun 2021:


https://peraturan.bpk.go.id/Details/185162/uu-no-7-tahun-2021

https://www.sobatpajak.com/article/649ab2b933e4ece4dab24480/Sobat%20Belajar%3A%20Men
genal%20Apa%20Itu%20Tax%20Avoidance%20dan%20Tax%20Evasion%20
https://www.pajakku.com/read/5f6ad6402712877582239046/Apa-Bedanya-Tax-Avoidance-dan-T
ax-Evasion-

https://media.neliti.com/media/publications/77249-ID-none.pdf

https://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/id/eprint/19942/2/BAB%20I.pdf

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-pemungutan-pajak

https://klikpajak.id/blog/3-sistem-pemungutan-pajak-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai