Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

HUKUM KETENAGAKERJAAN

Nama : Simone Maldini Febrianto


NIM : 044074312

Uraikan perbedaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Tertentu (PKWTT) ! Sebutkan contoh secara konkrit.
Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dan pengusaha, terjadi setelah diadakan perjanjian antara
pekerja dengan pengusaha, dimana pekerja menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada pengusaha
dengan menerima upah dan dimana pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan
pekerja dengan membayar upah.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (15) UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Hubungan kerja
adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Adapun perjanjian kerja menurut Pasal 1 ayat (14) UU Nomor 13
tahun 2003, Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja
yang memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Pada pasal 52 ayat (1) UU Nomor Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dijelaskan bahwa
Perjanjian Kerja dibuat atas dasar :
a. kesepakatan kedua belah pihak;
b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan
peraturan perundang undangan yang berlaku.

Jenis-jenis perjanjian kerja terbagi menjadi beberapa bagian :


1. Menurut bentuknya
a. Lisan/Tidak Tertulis
b. Tulisan
2. Menurut Waktu Berakhirnya Perjanjian Kerja
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
b. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu

Dalam jenis perjanjian kerja menurut waktu berakhirnya perjanjian kerja, terbagi menjadi 2 :

1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)


Pekerjanya sering disebut “karyawan kontrak”. Perjanjian kerja ini merupakan perjanjian kerja
antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau
untuk pekerjaan tertentu. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.100/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, PKWT adalah
perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam
waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu. Isi PKWT bersifat mengatur hubungan individual
antara pekerja dengan perusahaan/pengusaha, misalnya kedudukan/jabatan, gaji/upah pekerja,
tunjangan serta fasilitas yang akan didapat pekerja, serta hal lain yang bersifat mengatur
hubungan kerja secara pribadi. PKWT harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Didasarkan atas jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun atau selesainya suatu pekerjaan
tertentu
2. Dibuat secara tertulis dalam 3 rangkap; untuk pekerja, pengusaha dan Disnaker. Hal ini
didasarkan pada Permenaker No. Per-02/Men/1993. Apabila perjanjian kerja dibuat
secara lisan, maka dinyatakan sebagai perjanjian kerja waktu tidak tertentu
3. Dalam Bahasa Indonesia dan huruf latin atau dalam Bahasa Indonesia dan bahasa asing
dengan Bahasa Indonesia sebagai yang utama
4. Tidak ada masa percobaan kerja, apabila disyaratkan maka perjanjian kerja batal demi
hukum, hal ini didasarkan pada Pasal 58 UU No. 13 tahun 2003.

Dalam kontrak kerja PKWT, biasanya terdapat ketentuan syarat-syarat kerja, serta hak dan
kewajiban bagi pekerja dan pemberi kerja/pengusaha. Selain itu dalam kontrak kerja PKWT
wajib tercantum status kerja, apakah berstatus karyawan kontrak atau tetap, serta lama masa kerja
sebagai karyawan kontrak.

Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pada pasal 59 ayat (4) menjelaskan
bahwa “Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat
diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.” Pengusaha/perusahaan yang ingin memperpanjang
PKWT tersebut, harus memberitahukan hal tersebut kepada pekerja secara tertulis, paling lambat
7 hari sebelum masa PKWT berakhir. Jika pengusaha tidak memberitahukan perpanjangan
PKWT dalam kurun waktu tersebut, maka perjanjian kerja batal demi hukum dan menjadi
PKWTT.

Terkait pembaharuan PKWT, menurut UU No. 13 tahun 2003, Pada pasal 59 ayat (4)
menjelaskan bahwa “Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu
dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.” Pembaharuan ini dapat diadakan setelah lebih dari 30
hari sejak berakhirnya PKWT. Apabila PKWT tidak melalui masa tenggang 30 hari sejak
berakhirnya PKWT, maka PKWT dapat berubah menjadi PKWTT. Pembaruan PKWT dilakukan
dalam hal PKWT dibuat berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu, namun karena kondisi tertentu
maka pekerjaan tersebut belum dapat diselesaikan, hal ini didasarkan pada Pasal 3 ayat (5)
Kepmenakertrans Nomor KEP.100/MEN/VI/2004.

Adapun contoh pada PKWT adalah seorang karyawan baru pada perusahaan IT telah diterima
dan akan menandatangani kontrak perjanjian kerja sebagai karyawan berstatus PKWT. Surat
perjanjian kontrak tersebut diberikan oleh HRD, dengan persetujuan oleh direktur. Dalam surat
tersebut dijelaskan nama direktur sebagai wakil perusahaan, nama pekerja, berikut data dan
informasi kedua belah pihak. Selain itu, berisi hak yang diterima dan kewajiban yang dilakukan
oleh kedua belah pihak. Pada pihak perusahaan, salah satunya adalah perusahaan berhak
menerima hasil kerja sesuai dengan target yang ditetapkan dan kualitas yang diharapkan, dengan
kewajiban memberikan upah sesuai kesepakatan yang ditetapkan pada pekerja. Pekerja berhak
untuk mendapatkan upah atas pekerjaan yang dilakukan dan wajib melaksanakan kerja sesuai
kriteria yang ditetapkan dan dibutuhkan perusahaan serta mengusahakan hasil sebaik mungkin
untuk kemajuan dan kepentingan perusahaan. Selain itu, dalam surat perjanjian kontrak tersebut
tercantum lama masa status PKWT dan tanggal penetapan status tersebut. Dokumen tersebut
kemudian ditandatangani di atas materai oleh kedua belah pihak.

2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)


Berdasarkan Pasal 1 angka (2) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor KEP. 100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk
mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap. Para pekerjanya sering disebut dengan
“karyawan tetap”. Selain tertulis, PKWTT juga dapat dibuat secara lisan dan tidak wajib
mendapat pengesahan dari instansi ketenagakerjaan terkait. Jika PKWTT dibuat secara lisan,
maka perusahaan wajib membuat surat pengangkatan kerja bagi karyawan yang bersangkutan
tersebut. PKWTT dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja paling lama 3 bulan. Apabila
terdapat masa percobaan lebih dari 3 bulan, maka demi hukum; sejak bulan ke-4, pekerja sudah
dinyatakan sebagai karyawan tetap. Selama masa percobaan kerja, perusahaan wajib membayar
upah kepada pekerja, dan upah tersebut tidak boleh lebih rendah dari Upah Minimum yang
berlaku.

Beberapa hal yang menjadi perbedaan PKWT dan PKWTT adalah, bahwa PKWT hanya dapat
dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan
selesai dalam waktu tertentu, yaitu pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya,
sedangkan PKWTT digunakan untuk pekerjaan yang sifatnya tetap dan terus-menerus.
Selanjutnya, adalah bahwa PKWT hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu paling
lama 1 tahun, sedangkan PKWTT bersifat tetap; artinya tidak memerlukan perpanjangan; hanya
saja diperlukan pengangkatan dengan Surat Pengangkatan atau pembuatan Perjanjian Kerja.
PKWTT juga memberikan hak pekerja yang meliputi Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa
Kerja, Uang Penggantian Hak yang seharusnya diterima.

Pasal 59 ayat (1) UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut
jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan
paling lama 3 (tiga) tahun;
c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

Adapun PKWT dapat berubah menjadi PKWTT apabila PKWT yang dijalankan oleh Perusahaan
atau Pekerja tidak memenuhi hal-hal berikut :
1. Sifat dan bentuk pekerjaan yang dijalankan tidak termasuk PKWT sebagaimana
tercantum dalam Pasal 59 ayat (1) UU Nomor 13 tahun 2003
2. Pekerjaan yang dilakukan bersifat tetap, yakni pekerjaan yang harus dilakukan secara
terus menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari
suatu proses produksi dalam 1 perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman
3. Jangka waktu pekerjaan sudah melebihi 2 tahun atau lebih
4. Perpanjangan jangka waktu perjanjian kerja melebihi batas waktu 7 hari sebelum
perjanjian kerja berakhir, atau perusahaan yang mempekerjakan pekerja PKWT tidak
memberitahukan maksud untuk memperpanjang jangka waktu PKWT secara tertulis
kepada pekerja bersangkutan
5. Pembaharuan PKWT diadakan melebihi masa tenggang 30 hari berakhirnya PKWT lama
dan/atau pembaruan PKWT tersebut dilakukan lebih dari 1 kali atau lewat 2 tahun

Dalam Pasal 15 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
KEP. 100/MEN/VI/2004, Perubahan PKWT menjadi PKWT terjadi apabila :

1. PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah menjadi
PKWTT sejak adanya hubungan kerja.
2. Dalam hal PKWT dibuat tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (2), atau Pasal 5 ayat (2), maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak adanya
hubungan kerja.
3. Dalam hal PKWT dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru
menyimpang dari ketentuan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3), maka PKWT berubah menjadi
PKWTT sejak dilakukan penyimpangan.
4. Dalam hal pembaharuan PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari
setelah berakhirnya perpanjangan PKWT dan tidak diperjanjikan lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak tidak
terpenuhinya syarat PKWT tersebut.
5. Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan
hubungan kerja PKWTT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) , ayat (3) dan
ayat (4) , maka hak-hak pekerja/buruh dan prosedur penyelesaian dilakukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan bagi PKWTT.

Menurut Pasal 60 ayat (1) UU No. 13 tahun 2003, PKWTT atau permanen dapat mensyaratkan
adanya masa percobaan yaitu 3 bulan. Maka masa kerja akan dihitung permanen sejak tanggal
selesainya masa percobaan. Masa kerja PKWTT saat diperpanjang dapat dilakukan secara lisan.
Namun menurut Pasal 63 ayat (1) UU No. 13 tahun 2003, Dalam hal perjanjian kerja waktu tidak
tertentu dibuat secara lisan, maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi
pekerja/buruh yang bersangkutan. Dilanjutkan pada Pasal 63 ayat (2) UU No. 13 tahun 2003,
Surat pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang kurangnya memuat
keterangan :
a. nama dan alamat pekerja/buruh;
b. tanggal mulai bekerja;
c. jenis pekerjaan; dan
d. besarnya upah.

Adapun contoh PKWTT adalah, pada contoh PKWT diatas, pekerja telah diberitahukan
mengenai lama masa kerja PKWT, sebelum kemudian akan diangkat menjadi PKWTT atau
karyawan tetap di perusahaan tersebut. Pihak HRD telah menginformasikan secara lisan dalam
waktu H-30 sebelum masa PKWT berakhir, dan telah menginfokan hak-hak tambahan sebagai
karyawan tetap serta kenaikan gaji yang akan diterima pekerja setelah pengangkatan PKWTT.
Tepat pada hari berakhirnya masa jabatan pekerja sebagai PKWT, pihak HRD memberikan
kembali surat pengangkatan pekerja tersebut sebagai PKWTT. Adapun surat tersebut berisi
keterangan bahwa pekerja telah berstatus sebagai karyawan tetap pada perusahaan tersebut, dan
dicantumkan pula lampiran berisi hak-hak karyawan tetap serta kenaikan gaji yang disepakati
pekerja dan disetujui oleh Direktur. Kemudian surat tersebut ditandatangani diatas materai oleh
kedua belah pihak.

Sumber :
- Modul Pembelajaran ADBI4336 - Modul 3

- UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan :


https://kemenperin.go.id/kompetensi/UU_13_2003.pdf

- Keputusan Menaker Nomor KEP.100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian


Kerja Waktu Tertentu : https://jdih.kemnaker.go.id/katalog-287-Keputusan%20Menteri.html

Anda mungkin juga menyukai