PKWT dapat diadakan untuk pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak
tetap. PKWT dapat dilaksanakan terhadap pekerjaan yang didasarkan atas jangka waktu,
atau selesainya suatu pekerjaan tertentu, atau pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan
sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap, dengan rincian sebagai berikut:
1. Pasal 5 ayat (1) PP 35/2021 mengatur PKWT berdasarkan jangka waktu, yaitu:
a. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama,
b. Pekerjaan yang bersifat musiman, atau
c. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
2. Pasal 5 ayat (2) PP 35/2021 mengatur PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan
tertentu, yaitu:
1. Musim/cuaca atau hanya dapat dilakukan pada musim tertentu atau cuaca tertentu
2. Kondisi tertentu atau pekerjaan tambahan yang dilakukan untuk memenuhi pesanan
atau target tertentu.
Tidak. Pasal 4 ayat (2) PP 35/2021 menegaskan larangan diterapkannya PKWT untuk
pekerjaan yang jenis atau kegiatannya bersifat tetap. PKWT hanya dapat diterapkan pada
pekerjaan yang selesai pada jangka waktu tertentu.
ADAKAH SYARAT DAPAT BISA MEMPEKERJAKAN PEKERJA SECARA KONTRAK ATAU PKWT
Selain harus dipastikan bahwa PKWT hanya dapat diadakan untuk pekerjaan yang jenis dan
sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap, aturan baru PP 35/2021 dalam pasal 14
menyebut kewajiban perusahaan untuk mencatatkan PKWT, dengan ketentuan:
Pada Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang menjadi pihak dalam perjanjian adalah pekerja
secara pribadi dan langsung dengan pengusaha
PKWT tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. Dalam hal disyaratkan masa
percobaan kerja, masa percobaan kerja yang disyaratkan tersebut batal demi hukum dan
masa percobaan kerja tersebut tetap dihitung sebagai masa kerja (pasal 12 PP 35/2021).
BERAPA LAMA JANGKA WAKTU PKWT
1. PKWT yang berdasarkan jangka waktu berlaku selama maksimal 5 tahun, PKWT dapat
diperpanjang beberapa kali apabila pekerjaan yang dilaksanakan belum selesai,
dengan ketentuan jangka waktu keseluruhan PKWT serta perpanjangannya tidak
lebih dari 5 tahun (pasal 8 PP 35/2021).
2. PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan tertentu didasarkan atas kesepakatan
para pihak. Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT belum
dapat diselesaikan maka jangka waktu PKWT dilakukan perpanjangan sampai batas
waktu tertentu hingga selesainya pekerjaan. (pasal 9 PP 35/2021).
3. PKWT berdasarkan pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau kegiatannya
bersifat tidak tetap dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian, dengan
ketentuan pekerja bekerja kurang dari 21 (dua puluh satu) hari dalam 1 (satu) bulan.
Dalam hal Pekerja/Buruh bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3 (tiga)
bulan berturut-turut atau lebih maka Perjanjian Kerja harian menjadi tidak berlaku
dan Hubungan Kerja antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh demi hukum berubah
berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu/PKWTT atau menjadi pekerja
tetap (Pasal 10 ayat (3) dan (4).
Ya. PKWT yang berdasarkan jangka waktu PKWT dapat diperpanjang beberapa kali apabila
pekerjaan yang dilaksanakan belum selesai, dengan ketentuan jangka waktu keseluruhan
PKWT serta perpanjangannya tidak lebih dari 5 tahun (pasal 8 PP 35/2021).
Isi dari perjanjian kerja bersifat mengatur hubungan individual antara pekerja dengan
perusahaan/pengusaha, contohnya : kedudukan atau jabatan, gaji/upah pekerja, tunjangan
serta fasilitas apa yang didapat pekerja dan hal-hal lain yang bersifat mengatur hubungan
kerja secara pribadi. Menurut pasal 13 PP 35/2021, PKWT paling sedikit memuat:
Pasal 51 ayat (1) UU 13/2003 dan pasal 2 ayat (2) PP 35/2021 menyebut perjanjian kerja
dibuat secara tertulis atau lisan baik untuk perjanjian kerja waktu tertentu ataupun waktu
tidak tertentu. Aturan ini mencabut aturan lama dalam pasal 57 ayat (2) Undang-undang No.
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyebut PKWT yang dibuat tidak tertulis
demi hukum beralih menjadi PKWTT.
Meski tidak ada kewajiban adanya perjanjian kerja tertulis, sangat penting agar perjanjian
kerja baik PKWT maupun PKWTT untuk dibuat secara tertulis agar memudahkan bagi proses
administrasi baik pengusaha maupun pekerja. Hal ini juga mengantisipasi jika timbul
masalah hukum atau jika terjadi perbedaan pendapat, maka dokumen tertulis merupakan
alat bukti yang sah. Jika hanya berupa lisan saja, sangat rentan terjadi perbedaan penafsiran
masing-masing pihak sesuai kepentingannya dan akan sulit dibuktikan.
APABILA DIBUAT SECARA TERTULIS, APAKAH PKWT DAPAT DIBUAT DALAM BAHASA ASING
Ya. Pasal 57 UU No. 13/2003 pasca perubahan dengan UU Cipta Kerja menyebut PKWT
dibuat secara tertulis harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin. Dalam hal
perjanjian kerja waktu tertentu dibuat dalam bahasa asing harus dicantumkan pula
terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Apabila kemudian terdapat perbedaan penafsiran
antara keduanya, yang berlaku adalah perjanjian kerja waktu tertentu yang dibuat dalam
bahasa Indonesia.
Ya. Aturan tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 62 UU 13/2003 tidak dihapus oleh
UU Cipta Kerja dan masih berlaku hingga saat ini. Pasal 62 UU 13/2003 menegaskan apabila
salah satu pihak (baik pekerja maupun pengusaha) mengakhiri hubungan kerja secara
sepihak sebelum berakhirnya jangka waktu, diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak
lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai jangka waktu perjanjian kerja berakhir.
Ya. Pasal 61 A UU 13/2003 jo. pasal 15 ayat PP 35/2021 memberi kewajiban bagi pengusaha
untuk memberikan uang kompensasi kepada pekerja yang hubungan kerjanya berdasarkan
PKWT, dengan ketentuan:
BERAPA UANG KOMPESNSAI YANG BERHAK DITERIMA OLEH PEKERJA DENGAN PKWT
Upah sebagaimana yang digunakan sebagai dasar perhitungan pembayaran uang kompensasi
terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap. Dalam hal upah di perusahaan tidak
menggunakan komponen upah pokok dan tunjangan tetap, maka dasar perhitungannya
adalah upah tanpa tunjangan. Dalam hal upah di perusahaan terdiri atas upah pokok dan
tunjangan tidak tetap, maka dasar perhitungannya adalah upah pokok.
SAYA PEKERJA PKWT SEJAK SEBELUM ADANYA UNDANG-UNDANGA CIPTA KERJA NO. 11
TAHUN 2020 HINGGA SAAT INI, APAKAH SAYA BERHAK ATAS UANG KOMPENSASI
Ya. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih
Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja mengatur ketentuan
masa peralihan uang kompensasi pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja pada 2 November 2020. Pasal 64 PP 35/2021 menyebutkan
besaran uang kompensasi untuk PKWT sebelum diundangkannya UU No. 11 tahun 2020,
perhitungannya dimulai sejak 2 November 2020 hingga PKWT berakhir.
Contoh: anda bekerja sejak 2 Januari 2020 hingga berakhir pada 2 Januari 2022 (atau masa
kerja 24 bulan). Namun masa kerja yang digunakan untuk menghitung uang kompensasi
anda, yakni sejak 2 November 2020 hingga 2 Januari 2022 (atau masa kerja 14 bulan).
PKWTT
APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU (PKWTT)
Hubungan kerja yang bersifat tetap ini, tidak ada batasan waktu (bisa sampai usia pensiun
atau bila pekerja meninggal dunia). Perjanjian kerja untuk pekerja PKWTT bisa tertulis atau
lisan (pasal 2 ayat (2) PP 35/2021) selain itu hanya jenis perjanjian ini yang dapat
mensyaratkan adanya masa percobaan (pasal 58 ayat (1) UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun
2003 dan pasal 12 ayat (1) PP 35/2021)
APA SAJA ISI DARI PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU (PKWTT)
Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh
(pasal 50 UU 13/2003). Yang mana isi dari perjanjian antara kedua belah pihak diatur secara
detail dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Pasal 54 ayat (1) UU 13/2003, perjanjian kerja yang dibuat tertulis, sekurang-
kurangnya memuat:
Selain itu ketentuan dalam perjanjian kerja juga tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perusahaan dan perjanjian kerja bersama yang berlaku di perusahaan. Dan dapat juga
ditambahkan dengan ketentuan yang telah ada dalam peraturan perusahaan dan perjanjian
kerja bersama tersebut, yang dianggap penting untuk masuk dalam perjanjian kerja.
ADAKAH SYARAT YANG HARUS DILALUI PEKERJA UNTUK MEMILIKI PKWTT ATAU MENJADI
PEKERJA TETAP
Mengenai hal ini tidak diatur secara khusus dalam aturan perundang-undangan. Pasal 3 PP
35/2021 hanya menegaskan agar PKWTT dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam prakteknya pekerja dengan status PKWTT akan melakukan
perjanjian kontrak kerja dengan perusahaan dengan memberlakukan masa percobaan. Untuk
jangka waktu masa percobaan yang boleh dikenakan adalah maksimal selama 3 bulan (pasal
58 ayat (1) dan 60 ayat (1) UU 13/2003).
Jika perusahaan memutuskan untuk menetapkan pekerja dalam masa percobaan sebagai
pekerja tetap, maka perusahaan wajib memperbaharui kontrak kerja pekerja tersebut
menjadi pekerja tetap. Namun harus diperhatikan bahwa masa percobaan yang demikian
bukanlah syarat wajib. Dalam aturan perundang-undangan disebut “dapat mensyaratkan”
artinya perusahaan dapat langsung membuat PKWTT dengan pekerjanya tanpa melalui masa
percobaan tersebut.
SAYA SUDAH 5 TAHUN BEKERJA SEBAGAI PEKERJA KONTRAK, APAKAH SAYA TETAP
MELALUI MASA PERCOBAAN APABILA INGIN MENJADI PEKERJA TETAP
Tidak. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa
percobaan kerja. Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja pada perjanjian kerja waktu
tertentu/PKWT (kontrak) maka masa percobaan kerja yang disyaratkan tersebut batal demi
hukum dan masa kerja tetap dihitung ke dalam masa kerja sebagai PKWT (pasal 58 UU
13/2003 dan pasal 12 PP 35/2021)
Pasal 60 ayat (1) UU 13/2003 menegaskan bahwa PKWTT dapat mensyaratkan masa
percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan.
APAKAH PERUSAHAAN DAPAT MENSYARATKAN MASA PERCOBAAN LEBIH DARI 3 BULAN
Tidak. Menurut aturan dalam Pasal 60 ayat (1) UU 13/2003, 3 bulan merupakan jangka
waktu masa percobaan yang maksimal atau artinya dilarang mengadakan masa percobaan
lebih dari jangka waktu tersebut.
Pasal 60 ayat (2) UU 13/2003 menegaskan larangan membayar upah di bawah ketentuan
upah minimum yang berlaku bagi pekerja dalam masa percobaan kerja.
Tidak. PKWTT merupakan perjanjian kerja yang mengikat hubungan kerja yang bersifat tetap
dan tidak ada batasan waktu pada perjanjian kerja jenis ini, bisa saja sampai pekerja
mencapai usia pensiun atau bila pekerja meninggal dunia. Perjanjian kerja yang memiliki
jangka waktu disebut sebagai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau lebih dikenal
dengan perjanjian kerja kontrak.
Jika melihat tabel perbandingan dibawah ini, maka manfaat yang didapat oleh pekerja
dengan status kerja PKWTT lebih baik dari segi jaminan kerja dalam hubungan kerja,
dibandingkan dengan pekerja dengan status kerja PKWT.
SERING TERJADI PEKERJA TETAP (PKWTT) TIDAK MEMILIKI PERJANJIAN KERJA SECARA
TERTULIS HANYA SURAT PENGANGKATAN, APAKAH HAL TERSEBUT MENYALAHI ATURAN ?
Pasal 51 ayat (1) UU 13/2003 dan pasal 2 ayat (2) PP 35/2021 menyebut perjanjian kerja
dibuat secara tertulis atau lisan baik untuk perjanjian kerja waktu tertentu ataupun waktu
tidak tertentu. Meski demikian untuk perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) yang
dibuat secara lisan terdapat ketentuan wajib bagi pengusaha yakni untuk membuat surat
pengangkatan bagi pekerja/buruh yang bersangkutan (Pasal 63 ayat (1) UU 13/2003)
Lebih lanjut dalam Pasal 63 ayat (2) UU 13/2003 disebutkan surat pengangkatan tersebut
minimal harus memuat keterangan sebagai berikut:
Meski tidak ada kewajiban adanya perjanjian kerja tertulis, sangat penting agar perjanjian
kerja baik PKWT maupun PKWTT untuk dibuat secara tertulis agar memudahkan bagi proses
administrasi baik pengusaha maupun pekerja. Hal ini juga mengantisipasi jika timbul
masalah hukum atau jika terjadi perbedaan pendapat, maka dokumen tertulis merupakan
alat bukti yang sah. Jika hanya berupa lisan saja, sangat rentan terjadi perbedaan penafsiran
masing-masing pihak sesuai kepentingannya dan akan sulit dibuktikan.
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
Dengan ditandatanganinya Perjanjian Kerja ini berarti PIHAK KEDUA telah mengetahui dan
patuh terhadap Peraturan Perusahaan atau peraturan-peraturan lain yang berlaku di PIHAK
PERTAMA.
Demi kepentingan PIHAK PERTAMA dalam hal pengaturan kerja lembur maka PIHAK KEDUA
menyatakan kesediaannya untuk memenuhi peraturan tersebut sesuai ketentuan yang
berlaku.
Pasal 2
PIHAK PERTAMA memberi pekerjaan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA mengakui
menerima pekerjaan dari PIHAK PERTAMA.
Dalam perjanjian kontrak kerja ini, PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan sebagai Senior
Sales & Marketing di lokasi PIHAK PERTAMA yang berlokasi di Sunset Road 45, Kuta, Kab.
Badung, Bali 80361
Pekerjaan sebagaimana disebut pada ayat 2 (dua) pasal ini dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA
selama 1 (satu) tahun, terhitung mulai tanggal Dua, bulan Delapan, tahun Dua Ribu Dua
Puluh Satu (02-08-2021) sampai dengan tanggal Satu, bulan Delapan, tahun Dua Ribu Dua
Puluh Dua (01-08-2022).
Apabila masa kontrak telah selesai sesuai tanggal berakhirnya kontrak maka hubungan kerja
berakhir tanpa ada kewajiban PIHAK PERTAMA memberikan uang pesangon, uang jasa
ataupun uang ganti kerugian lainnya kepada PIHAK KEDUA. Apabila diperlukan, kontrak
dapat diperpanjang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan ditentukan kemudian.
Selama masa berjalannya kontrak, PIHAK KEDUA dapat sewaktu-waktu mengundurkan diri
dengan pemberitahuan lebih dahulu 1 (satu) tahun kepada PIHAK PERTAMA; sedangkan
PIHAK PERTAMA dapat sewaktu-waktu memutuskan Perjanjian ini secara sepihak dan
memberhentikan PIHAK KEDUA.
Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja menjelang berakhirnya masa kontrak,
PIHAK PERTAMA wajib melakukan
penilaian kinerja terhadap PIHAK KEDUA.
Pasal 3
Pasal 4
SANKSI
Pasal 5
WAKTU DAN TEMPAT KERJA
PIHAK KEDUA wajib mentaati waktu kerja sebagai berikut:
Senin - Jumat pukul 08.00 – 17.00 WITA
Istirahat pukul 12.00 – 13.00 WITA
Pasal 6
LAIN-LAIN
Hal-hal yang belum tercantum di dalam Perjanjian ini, akan diatur kemudian.
Segala perubahan terhadap sebagian atau seluruh pasal-pasal dalam Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu ini hanya dapat dilakukan dengan persetujuan kedua belah pihak.
Perjanjian ini dibuat bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum.
Demikianlah Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini dibuat oleh kedua belah pihak dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani tanpa adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun.