Pengantar:
Tugas personal kedua akan mengambil bahan dari materi-materi yang dibahas pada minggu keenam
dan minggu ketujuh, baik yang berasal dari Lecturer Notes, materi ppt, buku yang menjadi bahan
referensi, dan peraturan perundangan yang terkait dengan materi minggu keenam dan ketujuh.
Jawablah tugas ini dengan dalam bentuk Essay dan cantumkanlah sumber jawaban kalian di setiap akhir
jawaban (misalnya jika dari buku, tulislah nama penulisnya, judul buku, tahun terbit dan halaman yang
dikutip. Jika dari sumber internet tulislah link sumber tersebut dan tanggal berapa kalian mengakses
sumber tersebut)
! Pada setiap halaman pertama (cover) dari lembar jawaban yang di submit harus mencantumkan nama
dan NIM mahasiswa.
Soal:
1. Hubungan kerja antara pekerja dan pemberi kerja baru terjadi sejak disepakatinya perjanjian kerja.
Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan diatur tentang 2 (dua) jenis perjanjian kerja. Sebutkan
dan jelaskan masing-masing perbedaan kedua jenis perjanjian kerja tersebut disertai dengan
contoh!
Jawaban :
Guna menentukan kapan dimulainya hubungan timbal balik antara pekerja dan pengusaha adalah saat
disepakatinya perjanjian kerja oleh kedua belah pihak. Saat terjadi kesepakatan antara pekerja dan
pemberi kerja maka pada saat itu pula timbullah suatu perikatan karena perjanjian. Pada pekerja timbul
hak dan kewajiban sedangkan disisi lain pada pemberi kerja juga timbul hak dan kewajiban. Perjanjian
kerja tersebut memiliki kekuatan berlaku sama seperti undang-undang (Dasar Hukum : Pasal 1338
KUHPerdata), asalkan telah dinyatakan sebagai perjanjian yang sah berdasarkan syarat sahnya
perjanjian. Salah satu syarat sahnya perjanjian kerja yang dibuat oleh pihak perusahaan/pengusaha
dengan buruh atau pekerja adalah telah disepakatinya perjanjian kerja diantara keduanya (Dasar Hukum
: Pasal 52 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).
Syarat huruf a dan b adalah syarat subjektif dengan konsekuensinya apabila bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan maka harus diajukan pembatalan. Sepanjang tidak diajukan pembatalan
kepada Dinas Tenaga Kerja, maka perjanjian kerja tersebut dianggap sah dan mempunyai kekuatan
mengikat bagi kedua belah pihak (Vide : Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan)
Syarat huruf c dan d adalah syarat objektif sehingga konsekuensinya apabila bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan maka perjanjian kerja dianggap batal demi hukum. Artinya sepanjang
syarat pada huruf c dan d tidak terpenuhi maka dianggap perjanjian tersebut tidak pernah ada. (Vide :
Pasal 52 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)
Jenis Perjanjian Kerja dari segi waktu, berdasarkan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan ada 2 yaitu :
1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT)
2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT)
Berikan penjelasan dan analisa kalian apakah perjanjian semacam ini diperbolehkan oleh undang-
undang ?
Jawaban :
PT . PLN sebagai perusahaan penyedia listrik (penjual / kreditur) diperbolehkan membuat
perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Prabayar semacam tersebut kepada pembeli sebagai debitur.
Dalam dunia hukum, perjanjian yang dibuat seperti dalam kasus hukum dikenal dengan istilah
perjanjian baku sepihak. Perjanjian baku sepihak adalah perjanjian yang isinya ditentukan
oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat ini adalah
pihak kreditor yang lazimnya mempunyai posisi (ekonomi) kuat dibandingkan pihak
debitur.
Perjanjian baku yang dibuat secara sepihak tersebut mempunyai kegunaan utama untuk
mempercepat proses dalam pengadaan perjanjian. Dengan adanya perjanjian baku maka
antara debitur dan kreditur tidak perlu menyepakati satu per satu klausula yang
diperjanjikan, melainkan debitur hanya tinggal membaca perjanjian yang telah ada dan
menentukan sikap untuk menerima atau menolak isi perjanjian tersebut. Perjanjian baku
biasanya dibuat oleh perusahaan dan ditujukan kepada nasabah / debitur dalam jumlah
yang banyak. Perjanjian baku akan mengikat kedua belah pihak bagaikan undang-undang
apabila telah terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak, yang dibuktikan adanya
kebebasan dari konsumen dalam menandatangani perjanjian baku tersebut.
== Selamat Mengerjakan ==