Anda di halaman 1dari 8

Tugas Personal 02

(Minggu 7 / Sesi 11)

Pengantar:

Tugas personal kedua akan mengambil bahan dari materi-materi yang dibahas pada minggu keenam
dan minggu ketujuh, baik yang berasal dari Lecturer Notes, materi ppt, buku yang menjadi bahan
referensi, dan peraturan perundangan yang terkait dengan materi minggu keenam dan ketujuh.

Jawablah tugas ini dengan dalam bentuk Essay dan cantumkanlah sumber jawaban kalian di setiap akhir
jawaban (misalnya jika dari buku, tulislah nama penulisnya, judul buku, tahun terbit dan halaman yang
dikutip. Jika dari sumber internet tulislah link sumber tersebut dan tanggal berapa kalian mengakses
sumber tersebut)

! Pada setiap halaman pertama (cover) dari lembar jawaban yang di submit harus mencantumkan nama
dan NIM mahasiswa.

Soal:
1. Hubungan kerja antara pekerja dan pemberi kerja baru terjadi sejak disepakatinya perjanjian kerja.
Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan diatur tentang 2 (dua) jenis perjanjian kerja. Sebutkan
dan jelaskan masing-masing perbedaan kedua jenis perjanjian kerja tersebut disertai dengan
contoh!

Jawaban :
Guna menentukan kapan dimulainya hubungan timbal balik antara pekerja dan pengusaha adalah saat
disepakatinya perjanjian kerja oleh kedua belah pihak. Saat terjadi kesepakatan antara pekerja dan
pemberi kerja maka pada saat itu pula timbullah suatu perikatan karena perjanjian. Pada pekerja timbul
hak dan kewajiban sedangkan disisi lain pada pemberi kerja juga timbul hak dan kewajiban. Perjanjian
kerja tersebut memiliki kekuatan berlaku sama seperti undang-undang (Dasar Hukum : Pasal 1338
KUHPerdata), asalkan telah dinyatakan sebagai perjanjian yang sah berdasarkan syarat sahnya
perjanjian. Salah satu syarat sahnya perjanjian kerja yang dibuat oleh pihak perusahaan/pengusaha
dengan buruh atau pekerja adalah telah disepakatinya perjanjian kerja diantara keduanya (Dasar Hukum
: Pasal 52 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Dalam hal pembuatan perjanjian kerja dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, namun baik lisan
maupun tulisan harus memenuhi syarat sahnya perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal
Pasal 52 ayat (1) huruf a-d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
a. Kesepakatan kedua belah pihak
b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum
c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

Syarat huruf a dan b adalah syarat subjektif dengan konsekuensinya apabila bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan maka harus diajukan pembatalan. Sepanjang tidak diajukan pembatalan
kepada Dinas Tenaga Kerja, maka perjanjian kerja tersebut dianggap sah dan mempunyai kekuatan
mengikat bagi kedua belah pihak (Vide : Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan)

Syarat huruf c dan d adalah syarat objektif sehingga konsekuensinya apabila bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan maka perjanjian kerja dianggap batal demi hukum. Artinya sepanjang
syarat pada huruf c dan d tidak terpenuhi maka dianggap perjanjian tersebut tidak pernah ada. (Vide :
Pasal 52 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)

Jenis Perjanjian Kerja dari segi waktu, berdasarkan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan ada 2 yaitu :
1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT)
2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT)

Perbedaan PKWT & PKWTT


Perbedaan PKWT PKWTT
Waktu Dibatasi waktu atau selesainya Tidak ada batasan waktu (sampai usia
pekerjaan pensiun atau bila pekerja meninggal
dunia)
PHK PHK demi hukum (otomatis batal PHK karena alasan tertentu harus
secara hukum) sesuai dengan yang melalui proses LPPHI
diperjanjikan, tidak harus melalui
proses LPPHI

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Kewajiban PHK sesuai ketetapan waktu yang Terjadi PHK, pengusaha wajib
Pengusaha diperjanjikan, tidak ada kewajiban memberikan pembayaran uang
perusahaan membayar uang pesangon pesangon dan uang penghargaan masa
dan uang penghargaan masa kerja kerja
Masa Percoban Tidak boleh ada masa percobaan Masa percobaan diperbolehkan
Jenis kontrak Perjanjian kerja harus tertulis dengan Perjanjian kerja dapat tidak tertulis
huruf latin dalam bahasa Indonesia atau lisan
Pengesahan Perjanjian kerja wajib di catatkan Perjanjian kerja tidak wajib di catatkan
kepada Dinas Tenaga Kerja kepada Dinas Tenaga Kerja

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Ciri-Ciri Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu :
PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerja / buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan
kerja yang bersifat tetap (Vide Pasal 1 ayat (2) Kepmenakertrans 100/2004)
1. Dapat secara lisan / tertulis
2. Dapat mensyaratkan masa percobaan satu kali maksimal 3 bulan

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Ciri-Ciri Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu :
1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu
pekerjaan tertentu.
2. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan Bahasa
Indonesia serta di daftarkan di Disnaker
3. Tidak dapat mensyaratkan masa percobaan
4. Tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap
5. Dapat di perpanjang atau diperbaharui
6. Perjanjian kerja waktu tertentu di dasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk
paling lama 2 tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu paling lama 1
tahun
7. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut
jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesainnya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan
paling lama 3 tahun
c. Pekerjaan yang bersifat musiman
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, produk tambahan
yang masih dalam percobaan/ penjajakan
8. Tidak mensyaratkan adanya uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja, jika terjadi PHK

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


LAWS6095 – Legal Aspect in Economic
2. Saat ini PT. PLN (Perusahaan Listrik Negara) memberikan mekanisme berlangganan listrik atau
membeli listrik dengan menggunakan cara prabayar, melalui Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
Prabayar (SPJBTL). Kontrak pembelian listrik ini sudah disiapkan oleh pihak PLN sebelumnya,
masyarakat tinggal menandatangi saja tanpa bisa melakukan negosiasi pada syarat-syarat yang
tercantum dalam perjanjian.

Berikan penjelasan dan analisa kalian apakah perjanjian semacam ini diperbolehkan oleh undang-
undang ?

Jawaban :
PT . PLN sebagai perusahaan penyedia listrik (penjual / kreditur) diperbolehkan membuat
perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Prabayar semacam tersebut kepada pembeli sebagai debitur.
Dalam dunia hukum, perjanjian yang dibuat seperti dalam kasus hukum dikenal dengan istilah
perjanjian baku sepihak. Perjanjian baku sepihak adalah perjanjian yang isinya ditentukan
oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat ini adalah
pihak kreditor yang lazimnya mempunyai posisi (ekonomi) kuat dibandingkan pihak
debitur.

Perjanjian baku yang dibuat secara sepihak tersebut mempunyai kegunaan utama untuk
mempercepat proses dalam pengadaan perjanjian. Dengan adanya perjanjian baku maka
antara debitur dan kreditur tidak perlu menyepakati satu per satu klausula yang
diperjanjikan, melainkan debitur hanya tinggal membaca perjanjian yang telah ada dan
menentukan sikap untuk menerima atau menolak isi perjanjian tersebut. Perjanjian baku
biasanya dibuat oleh perusahaan dan ditujukan kepada nasabah / debitur dalam jumlah
yang banyak. Perjanjian baku akan mengikat kedua belah pihak bagaikan undang-undang
apabila telah terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak, yang dibuktikan adanya
kebebasan dari konsumen dalam menandatangani perjanjian baku tersebut.

Dalam perjanjian baku, konsumen / debitur tidak diperbolehkan menyetujui sebagian


dari perjanjian melainkan harus menyetujui atau menolak seluruh isi perjanjian. Dalam hal
perjanjian baku bersifat “take it or leave it”. Dalam perjanjian baku tidak diperkenankan
untuk mengecualikan / tidak memberlakukan sebagian dari isi perjanjian. Pihak yang
kepadanya disodorkan kontrak baku tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk
bernegosiasi.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Perjanjian baku bersifat take it or leave it, menyetujui seluruhnya atau menolak seluruh
isi perjanjian tersebut. Dimana dalam perjanjian baku tidak ditemukan unsur negosiasi
terkait isi perjanjian tersebut. Dalam hal ini, sepanjang pelanggan PLN menyatakan
sepakat atas klausula dalam perjanjian tersebut maka perjanjian dapat diberlakukan.
Perjanjian baku tersebut sering kali menimbulkan perjanjian pincang atau berat sebelah,
sebab terlalu banyak kewajiban yang harus dilakukan oleh debitur (konsumen), namun
berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata sepanjang ada kata sepakat dari kedua pihak maka
perjanjian tersebut akan mengikat kedua belah pihak bagaikan undang-undang (Pasal 1338
KUHPerdata).

== Selamat Mengerjakan ==

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic

Anda mungkin juga menyukai