2201862543-Hendra Cindo
Pengantar:
Tugas personal kedua akan mengambil bahan dari materi-materi yang dibahas pada minggu keenam
dan minggu ketujuh, baik yang berasal dari Lecturer Notes, materi ppt, buku yang menjadi bahan
referensi, dan peraturan perundangan yang terkait dengan materi minggu keenam dan ketujuh.
Jawablah tugas ini dengan dalam bentuk Essay dan cantumkanlah sumber jawaban kalian di setiap
akhir jawaban (misalnya jika dari buku, tulislah nama penulisnya, judul buku, tahun terbit dan
halaman yang dikutip. Jika dari sumber internet tulislah link sumber tersebut dan tanggal berapa
kalian mengakses sumber tersebut)
! Pada setiap halaman pertama (cover) dari lembar jawaban yang di submit harus mencantumkan
nama dan NIM mahasiswa.
Soal:
1. Hubungan kerja antara pekerja dan pemberi kerja baru terjadi sejak disepakatinya perjanjian
kerja. Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan diatur tentang 2 (dua) jenis perjanjian kerja.
Sebutkan dan jelaskan masing-masing perbedaan kedua jenis perjanjian kerja tersebut disertai
dengan contoh !
2. Saat ini PT. PLN (Perusahaan Listrik Negara) memberikan mekanisme berlangganan listrik atau
membeli listrik dengan menggunakan cara prabayar, melalui Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
Prabayar (SPJBTL). Kontrak pembelian listrik ini sudah disiapkan oleh pihak PLN sebelumnya,
masyarakat tinggal menandatangi saja tanpa bisa melakukan negosiasi pada syarat-syarat yang
tercantum dalam perjanjian.
Berikan penjelasan dan analisa kalian apakah perjanjian semacam ini diperbolehkan oleh
undang-undang ?
== Selamat Mengerjakan ==
2. Jual beli adalah perjanjian konsensuil, dapat ditemukan dalam rumusan Pasal 1458 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi: “Jual beli itu diangggap telah terjadi antara
kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan
tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum
dibayar”. Perjanjian jual beli tenaga listrik itu sendiri mengikat kedua belah pihak yang
mengadakan perjanjian tersebut yakni antara PT. PLN dengan Pelanggan. Surat Perjanjian
Jual Beli Tenaga Listrik Prabayar merupakan perjanjian yang berisikan klausula-klasula baku
yang lebih dahulu disusun dan dituangkan ke dalam perjanjian oleh pihak PT. PLN. Klausula
baku adalah “Setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan
ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu
dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”. Secara
ekonomis perjanjian baku ini memang memiliki aspek positif karena pelaku usaha bertindak
sesuai dengan prinsip efisiensi dan menghemat biaya, namun di pihak lain, secara yuridis
perjanjian baku ini menimbulkan persoalan tersendiri karena kurang menguntungkan bagi
pihak konsumen. Untuk memperoleh pasokan listrik yang dibutuhkan, konsumen harus
menyetujui apa saja yang tertuang dalam perjanjian dan menandatanganinya. Konsep
perjanjian baku seperti ini, konsumen sering kali mengganggap dirugikan karena mereka
tidak ikut serta merumuskan baik bentuk dan isi kontrak yang akan diperjanjikan. Salah satu
ketentuan dalam surat perjanjian jual beli tenaga listrik prabayar menyatakan bahwa “Biaya
penyambungan yang telah dibayar oleh pihak kedua (konsumen) menjadi hak milik pihak
pertama (pelaku usaha) dan tidak dapat ditarik kembali oleh pihak kedua”. Ketentuan tersebut
menutup peluang bagi konsumen untuk menarik/meminta kembali uang yang diberikan
kepada pelaku usaha atas barang/jasa yang diberikannya kepada PT. PLN dengan alasan apa
pun, sedangkan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen justru melarang hal tersebut.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan hal
tersebut maka dalam pelaksanaannya perjanjian baku perlu diatur dengan peraturan yang
khusus. Salah satu upaya dalam memberikan perlindungan bagi konsumen adalah dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, sedikit banyak telah membuat lega masyarakat yang pada umumnya merupakan
konsumen. Salah satu upaya yang dilakukan UndangUndang Perlindungan Konsumen dalam
melindungi konsumen dan mengontrol perilaku pelaku usaha adalah dengan mengatur
ketentuan klausula baku di dalam dokumen dan/atau perjanjian. Hal ini dimaksudkan karena