BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cipta Kerja . dimana dengan dilakukanya banyak perubahan terhadap pasal dalam
Undang-undang Lama dihapus dan diubah dengan pasal-pasal yang baru. Yang
2020 tentang Cipta Kerja merupakan omnibus law yang mengatur perubahan
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah dan
1
https://www.bkpm.go.id/id/publikasi/detail/berita/uu-cipta-kerja-berikan-jalan-mudah-
untuk-berinvestasi-di-indonesia, diakes pada 20 januari 2023 pada pukul 08.00 WIB
1
2
unsur yaitu orang yang bekerja dan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain2
Oleh sebab itu UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa hak atas pekerjaan
merupakan salah satu hak asasi manusia yang tidak dapat diabaikan.3
kedua belah pihak terikat hubungan Kerja tersebut. Hubungan kerja adalah
lahirnya hak dan kewajiban pada pekerja dan pengusaha. Perjanjian kerja dibagi
menajdi dua bagian yaitu (1) Perjanjian Kerja waktu tertentu (PKWT) dan (2)
hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan
melalui pengaturan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) ini adalah untuk
2
Maimun, , Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Jakarta: PT.Pradnya Paramita,
2003 hlm.13.
3
Asri Wijayanti,. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta
2013. Hlm. 6
3
terbatas waktunya4
menyebutkan :5
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapatdibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenisdan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan
selesaidalam waktu tertentu, yaitu sebagai berikut:
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yangsementara sifatnya;
b. pekerjaaan yang diperkirakan penyelesaiannyadalam waktu yang tidak
terlalu lama;
c. pekerjaan yang bersifat musiman;
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produkbaru, kegiatan baru, atau
produk tambahanyang masih dalam percobaan atau penjajakan;atau
e. pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannyabersifat tidak tetap.
dan pengusaha, dimana jangka waktunya tidak ditentukan, baik dalam perjanjian,
dalam Undang-Undang No 11 tahun 2020 tentang Cipta kerja pada pasal 59 ayat
3 disebutkan bahwa :6
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) demi hukum menjadi
4
Falentino Tampongangoy, “Penerapan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Di Indonesia”,
Lex Privatum, Vol. 1/No. 1/Jan-Mar/2003. Hlm. 148
5
Pasal 59 ayat 1 Undang-Undang No 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
6
Pasal 59 ayat 3 Undang-Undang No 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
4
ketenagakerjaan terjadi tanpa alasan yang jelas. Ketidak jelasan itu terjadi karena
ada beberapa pihak dalam siklus ketenagakerjaan yang masih tidak serius
menjalankan kegiatan usaha sebagaimana mestinya, saat ini kontrak kerja tidak
dan hak saling melengkapi satu dengan lainya agar Produksi Perusahaan dapat
masalah yang timbul seharusnya didiskusikan secara kekeluargaan agar tidak ada
pihak yang dirugikan atau memberikan penjelasan yang rasional sehingga ketika
suatu keputusan yang dibuat dalam hal ketenagakerjaa dapat dirasakan keadilanya
bagi semua pihak sebagaimana diatur dalam cipta kerja yang berlaku pada saat ini.
tanpa alasan yang jelas, tanpa adanya kesalahan yang jelas dari pekerja pada hal
dilakukan :7
(2) Dalam hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maksud
dan alasan pemutusan hubungan kerja diberitahukan oleh pengusaha
kepada pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
(3) Dalam hal pekerja/buruh telah diberitahu dan menolak pemutusan
hubungan kerja, penyelesaian pemutusan hubungan kerja wajib
dilakukan melalui perundingan bipartit antara pengusaha dengan
pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
(4) Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak mendapatkan kesepakatan, pemutusan hubungan kerja dilakukan
melalui tahap berikutnya sesuai dengan mekanisme penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
Serta PHK tidak boleh bertentangan dengan ketentuan diatas dan harus
dilakukan dengan prosedur yang berlaku seperti halnya Surat Peringatan Pertama
tanpa alasan yang jelas, kadang kala PHK yang dilakukan pengusaha tidak sesuai
setuju dengan PHk yang dilakukan oleh pengusaha, namun pekerja tersebut tetap
di lindungi oleh hukum. Hal ini sesuai dengan pasal 156 undang-undang No 13
Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan
kompensasi dari pengusaha jika terjadi PHK, kompensasi terdiri atas uang
pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang pengganti hak. Pengaturan
tentang Cipta Kerja, kemudian diatur lebih lanjut dalam Pasal 40 Peraturan
Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih
Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja, dalam
uang pesangon yang diatur pada Pasal 40 PP Nomor 35 Tahun 2021 yang mana
penghargaan masa kerja yang juga bisa diberikan ke pekerja yang terkena PHK.
Uang penggantian hak diatur dalam ayat 4. Dalam Perpu itu, ditetapkan pekerja
yang terkena PHK paling sedikit mendapatkan 1 bulan upah, yaitu berupa
pesangon untuk mereka yang masa kerjanya kurang dari 1 tahun. Hak paling besar
bisa didapatkan oleh pekerja yang sudah 24 tahun bekerja yaitu berupa pesangon
9 bulan gaji bagi mereka dengan masa kerja 8 tahun atau lebih dan penghargaan
10 bulan gaji untuk mereka dengan masa kerja 24 tahun atau lebih.8
8
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230102155102-4-402144/nih-hitungan-
pesangon-uang-penghargaan-masa-kerja-1-8-tahun, diakses pada 15 februari 2023 pada pukul
20.00 WIB
7
PHK secara sewenang-wenang tanpa kesalahan yang jelas dari pekerja. oleh sebab
itu hak pekerja yang di PHK harus dilindungi sesuai dengan Undang-undang.
32/Pdt.Sus-Phi/2022/Pn Mdn)”
B. Rumusan Masalah
permasalahan pokok dalam penulisan skripsi ini penulis rumuskan sebagai berikut
Phi/2022/Pn Mdn ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:
32/Pdt.Sus-Phi/2022/Pn Mdn
D. Manfaat Penulisan
praktis. Adapun kedua guna penelitian tersebut adalah antara lain sebagai
berikut :
1. Secara Teoritis
Manfaat penelitian ini antara lain untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi upaya pengembangan ilmu hukum pada umumnya, serta khususnya untuk
2. Secara Praktis
termasuk bagi masyarakat serta para pelaku bisnis didalam rangka peningkatan
dan efisiensi serta efektivitas bisnis, yang berkaitan dengan tenaga kerja, dan agar
PHK sepihak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memaksa dan bertujuan untuk membatasi kebebasan tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidup manusia atau dalam kelompok sosial 9. Hukum memiliki ciri khas
yang khusus sebagai norma, yaitu untuk melindungi, mengatur serta memberikan
kepentingan umum dan mengakibatkan kerugian baik bagi diri sendiri maupun
Ketentuan hukum atau peraturan yang berlaku pada suatu saat, waktu dan
tempat tertentu dan bukan ketentuan hukum pada masa lalu yang telah tidak
Terdapat pula definisi hukum yang dipengaruhi oleh latar belakang para
peraturan secara keseluruhan bagi tingkah laku dan perbuatan manusia yang
10
berada didalam masyarakat, yang dapat memaksa pelaksanaannya dan
peraturan hidup yang memiliki sifat memaksa dengan tujuan demi melindungi
masyarakat.”
yang kemudian hukum tersebut menjadi norma agendi, atau suatu peraturan
Dari definisi Hukum menurut para Ahli Hukum diatas, Penulis kemudian
dapat menyimpulkan bahwa Hukum adalah suatu alat yang digunakan pemerintah
dalam suatu Negara untuk mengatur tingkah laku setiap individu dalam
11
Van Kan, Inleiding tot de Rechtswetenschap, Kantorowich, The Definition of Law, hlm
201
12
ibid
13
Sugi Arto, “Pengertian, Dasar, Ruang Lingkup dan Sumber Hukum Tenaga Kerja –
General Knowledge (Pengetahuan Umum),” diakses pada tanggal 2 februari 2023 pada pukul
17.00 WIB
14
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan, Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan,
(Jakarta : Jambatan, 1972), Hlm. 1
12
dalam suatu Negara, yang bertujuan dan pada utamanya berfungsi sebagai
pengatur hubungan antara buruh dengan buruh serta antara penguasa atau
secara tertulis maupun secara tidak tertulis atau lisan, yang berkenaan atas
upah.”
kerja baik yang berada didalam hubungan kerja maupun diluar hubungan
kerja.”
15
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan, Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan, (Jakata
: Jambatan, 1972), Hlm. 6.
16
Abdussalam, Hukum Ketenagakerjaan (Hukum Perburuhan) yang telah direvisi,
(Jakarta : Restu Agung, 2009), Hlm. 8.
17
Soetikno, Hukum Perburuhan, ( Aksara. Jakarta, 1977), Hlm. 5.
13
menurut para Ahli Hukum yang tercatat diatas, Penulis dapat menyimpulkan
hukum dan perlindungan hukum bagi tenaga kerja, sehingga dapat mencegah
menegaskan hak dan kewajiban antara pemberi kerja dan penerima kerja demi
aturan hukum yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, dan peraturan itu berkaitan
18
ibid
14
kesejahteraan”;
pekerja atau karyawan. Jika hak pekerja tidak dipenuhi oleh pihak
19
H.R. Abdussalam, Hukum Ketenagakerjaan (Hukum Perburuhan) yang telah direvisi,
(Jakarta : Restu Agung, 2009), Hlm. 7
15
merata kepada setiap tenaga kerja diseluruh wilayah Negara Indonesia yang telah
disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan setiap individu yang berbeda-
beda.
Dalam Ketenagakerjaan ada beberapa Pihak yang erat kaitanya dan tidak
1. Pekerja/Buruh
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja denga menerima upah atau
imbalan dalam dalam bentuk lain. Sedangkan tenaga kerja adalah setiap orang
16
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik
yang disampaikan oleh Darza, tenaga kerja adalah bagian dari penduduk usia
kerja yang secara fisik dan mental mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk
kerja yaitu tenaga kerja yang beerja di dalam hubugan kerja, di bawah perintah
pemberi kerja (bisa perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya)
dan atasjasanya dalam bekerja yang bersangkutan menerima upah atau imbalan
Istilah buruh/pekerja secara yuridis sebenarnya adalah sama dan tidak ada
perbedaan. Kata pekerja dan buruh dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
2. Pekerja/Buruh Perempuan
Dalam pasal 76 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 ayat (1), (2), (3),
20
Darza Z. A, Kamus Istilah Bidang Ketenagakerjaan, ( Jakarta: Delima Baru, 2000),
hlm 114
17
perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai
5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur
Kondisi dan daya tahan tubuh perempuan secara medis juga lebih lemah
kemudahan.
3. Pekerja/Buruh Anak
Tenaga Kerja Asing (TKA) adalah warga negara asing pemegang visa
dengan maksud untuk bekerja di wilaayah Indonesia. Setiap pemberi kerja yang
akan memperkerjakan tenaga kerja asing, wajib memiliki izin tertulis dari instansi
Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan-jabatan tertentu dan waktu
tertentu.
5. Pengusaha
6. Organisasi Pengusaha
merupakan wakil pengusaha dalam lembaga kerja yang sama Tripartit, sebuah
21
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja
19
sedang yang diluar perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan
berlaku,
kepentingan anggotanya.
20
dalam perusahaan.
Organisasi buruh dapat terdiri dari serikat pekerja/serikat buruh, federasi serikat
8. Outsorsing
perusahaan alih daya (vendor) dengan perusahaan pengguna jasa yang diikat
tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, atau pekerjaan di luar usaha
pokok (core business) suatu perusahaan. Kegiatan tersebut dapat berupa, antara
tertentu.
tersebut tidak ada unsur upah/gaji. Yang ada adalah harga borongan.
22
Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, Gramedia Digital, Jakarta,
2013, hlm. 3.
22
Pengadilan Negeri.
5. Perjanjian atau perikatan yang dibuat secara sah oleh pemborong dengan
pasal 1320 yaitu semua perjanjian yanng dibuat secara sah akan mengikat
9. Pemerintah
berjalan dengan tertib dan lancar. Untuk itu pemerintah harus memastikan
4. Hubungan Kerja
a. Perjanjian Kerja
atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, serta hak dan kewajiban para
hubungan kerja bisa terjadi karena adanya perjanjian kerja, sehingga adanya
komposisi subjek hukum yang dapat menjadi pihak dalam perjanjian kerja yaitu:
23
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Ctk. Pertama, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.63
24
kerja, di mana hubungan kerja hanya terjadi ketika perjanjian kerja antara pekerja
dengan pengusaha. 24
Hal-hal yang disepakati dalam perjanjian kerja berupa kondisi, syarat-syarat kerja,
Peraturan yang dituangkan dalam perjanjian ini harus dibuat sesuai dengan
kesepakatan dari kedua belah pihak dan tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan yang berlaku. Sifat perjanjian kerja adalah mengikat kedua belah pihak.
kerja25. Kepada para pihak inilah diletakkan hak dan kewajiban. Dengan
pengertian ini maka subjek perjanjian kerja adalah pengusaha dan pekerja/
buruh26. Subjek hukum dalam perjanjian kerja pada hakikatnya adalah subjek
Objek perjanjian adalah isi dari perjanjian itu, yang menyangkut hak-hak dan
kewajiban para pihak yang membuat perjanjian itu 27.Yang menjadi objek dalam
perjanjian kerja adalah tenaga yang melekat pada diri pekerja 28. Atas dasar tenaga
24
R Abdul Budiono, Hukum Perburuhan, Ctk. Pertama, PT. Indeks, Jakarta Barat, 2009
hlm. 27.
25
Abdul R. Budiono, Hukum Perburuhan, (Jakarta : PT Indeks, 2009), Cet. Ke-1, hlm 36
26
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja : Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,
(Jakarta : PT RajaGrafindoPersada, 2007), Cet. Ke-1, hlm 49
27
Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2008), Cet. Ke- 7, hlm. 74
28
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta : Sinar Grafika,
2010), Ed. 1, Cet. 2, hlm. 41
25
berikut:
unsur tersebut merupakan syarat syahnya perjanjian secara umum. Unsur pertama
dan kedua adalah syarat yang berhubungan dengan subjek perjanjian. Apabila
syarat subjektif tidak terpenuhi atau bertentangan maka perjanjian kerja dapat
dibatalkan. Sementara itu, jika syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi maka
perjanjian kerja akan batal demi hukum sehingga tidak adanya akibat hukum
untuk pekerja dan perjanjian ini juga dianggap tidak pernah ada. 29
1. Pengertian PHK
pengakhiran hubungan kerja. Yang dapat terjadi karena telah berakhirnya waktu
mulanya hilang mata pencaharian, yang artinya pekerja atau buruh kehilangan
29
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Ctk. Kedua, PT. Pradnya Paramita,
2003, hlm. 42
26
kelangsungan hidupnya dan merasakan kesusahan akibat dari PHK itu sendiri.
Melihat fakta dilapangan bahwa mencari pekerjaan tidaklah mudah seperti yang
kondisi dunia usaha yang selalu flukuatif, sangatlah wajar jika pekerja/buruh
Menurut Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 Bab XII Pasal 150
disebutkan bahwa :
kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik
orang perorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik Negara, maupun usaha – usaha sosial dan usaha –
30
Mohd, Syaufi, Norma PerlindunganDalamHubungan Industrial, Jakarta, : Sarana
Bhakti Persada, 2009.hlm.76.
31
Halim, A. Ridwan, Hukum Perburuhan dalam Tanya Jawab, Cet. II, Gahlia Indonesia,
Jakarta, 1990, hlm. 136.
27
mengeluarkan biaya;
2. Alasan PHK
tertentu setelah diupayakan bahwa PHK tidak perlu terjadi. Dalam Pasal 151
hubungan kerja.
2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja
32
ibid
28
telah melakukan kesalahan berat yang mana putusan pengadilan dimaksud telah
memiliki kekuatan hukum yang tetap. Hal ini sebagaimana di atur dalam Pasal
berikut :
merugikan perusahaan;
undangan;
Dalam Pasal 158 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 juga
pelanggaran berat tersebut harus bisa dibuktikan dengan 3 pembuktian berikut ini:
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang
Jika dalam segala hal telah diupayakan, namun pemutusan hubungan kerja
berikut:
dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-
menerus;
d. Pekerja/buruh menikah;
menyusui bayinya;
31
bersama;
pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas
atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang
3. Jenis-Jenis PHK
yaitu PHK demi hukum, PHK oleh pengadilan, PHK oleh pekerja/buruh, dan
PHK oleh pengusaha. PHK yang terakhir ini tampaknya lebih dominan diatur
dalam ketentuan ketenagakerjaan. Hal ini karena PHK oleh pengusaha sering
Pemutusan hubungan kerja demi hukum ialah PHK yang terjadi dengan
tetapkan dalam perjanjian dan dalam peraturan undang – undang atau jika
“Pemutusan hubungan kerja demi hukum ialah PHK yang terjadi dengan
berdasarkan waktu yang telah disepakati tetapi juga karena telah selesainya
statusnya tidak sama dengan meninggalnya pengusaha titik Apabila pekerja atau
buruh meninggal dunia, akibat PHK demi hukum. namun tidak demikian halnya
jika pengusaha yang meninggal dunia. Jadi hubungan kerja tidak dapat berakhir
karena alasan pengusaha meninggal dunia sia dalam pasal 61 ayat 2 undang-
undang nomor 13 tahun 2003 demikian juga terhadap pengalihan hak atas
menjadi tanggung jawab pengusaha baru kecuali ditentukan lain dalam perjanjian
pengalihan dengan tidak mengurangi hak-hak pekerja atau buruh dalam kurung
undang-undang Nomor 2 Tahun 200 Dalam hal ini salah satu Pihak (pengusaha
kepada pengadilan.
pengunduran diri ialah PHK yang timbul karena kehendak pekerja atau buruh
Secara murni tanpa adanya rekayasa pihak lain. dalam praktek bentuknya adalah
pekerja atau buruh bangunkan diri dari perusahaan tempat ia bekerja. Teknisnya
dilakukan pekerja atau buruh secara tertulis dan atas kemauan sendiri tanpa
adanya indikasi tekanan atau intimidasi dari pengusaha itik jika terdapat indikasi
tekanan atau intimidasi dari pengusaha secara hukum bukan PHK oleh pekerja
atau buruh melainkan PHK oleh pengusaha. akibat hukumnya, maka pekerja atau
buruh berhak atas fakta ak sebagaimana diatur dalam pasal 156 undang-undang
Agar tindakan PHK oleh pekerja atau buruh tidak melawan hukum maka
pekerja atau buruh yang bersangkutan wajib memenuhi dua syarat yaitu harus ada
kerja sesuai pasal 1603 KUHP Perdata. Lebih lanjut, pasal 162 ayat 3 undang-
undang nomor 13 tahun 2003 mengatur syarat-syarat pengunduran diri yang harus
Sedangkan untuk PHK oleh pekerja atau buruh juga dapat dilakukan dengan
sebagai berikut: 44
c) Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3
buruh;
diperjanjikan; atau
industrial.
kesalahan yang dilakukan oleh pekerja atau buruh atau mungkin karena faktor-
faktor lain, seperti pengurangan tenaga kerja, perusahaan tutup karena merugikan
tidak bisa semau atau sekehendak pengusaha titik ke semuanya harus dilakukan
dengan dasar dan alasan yang kuat, sebagaimana diatur dalam pasal 158 undang-
undang nomor 13 tahun 2003 karena alasan pekerjaan atau buru telah melakukan
a) Melakukan penipuan dan pencurian, atau penggelapan barang dan atau uang
milik perusahaan;
perusahaan,
kerja;
c) Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang
orang saksi.
perselisihan, maka mekanisme dan prosedur PHK diatur sedemikian rupa agar
haknya sesuai dengan ketentuan. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : 150
Tahun 2000 didalam terdapat ketentuan tentang Hak – hak pekerja akibat PHK
a) Uang Pesangon
38
dengan uang jasa adalah uang penghargaan oleh pengusaha kepada pekerja
pekerja sebagai pengganti dari hak- hak yang belum diambil istirahat
hal lain yang ditetapkan oleh Panitia Daerah atau Panitia Pusat sebagai
Hak – hak pekerja atas uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan
sebagai berikut :
1. Jika PHK terjadi karena pekerja mengundurkan diri secara sepihak atas
paling sedikit 2 kali sesuai ketentuan pasal 22, uang pengahrgaan masa
39
kerja/jasa sesuai ketentuan pasal 23, dan ganti kerugian sesuai pasal 24,
4. Dalam hal PHK massal karena perusahaan tutup akibat efisiensi, maka
ketentuan pasal 22, uang penghargaan masa kerja sesuai dengan pasal 23,
dan ganti kerugian berdasarkan ketentuan pasal 24, kecuali kedua belah
kerja dan ganti kerugian sesuai pasal 22, 23, dan 24.
6. Dalam hal ini terjadi PHK karena perubahan status, atau perubahan
dengan alasan apapun, maka pekerja berhak atas uang pesangon sebesar
2 (dua) kali ketentuan pasal 22, uang penghargaan masa kerja sesuai
40
dengan ketentuan pasal 23, dan ganti kerugian sesuai pasal 24, kecuali
kerja, dan ganti kerugian akibat PHK karena perubahan status atau
pengusaha baru.
bahwa:
para pelaku dalam proses produksi barang dan/jasa yang terdiri dari unsur
perbedaan dengan yang ada di negara lain. Ciri-ciri itu adalah sebagai berikut:
a. Perselisihan hak,
34
R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, Bandung: Pustaka Setia, 2013, hlm. 289.
42
karena perselisihan ini terjadi akibat pelanggaran kesepakatan yang telah dibuat
oleh para pihak, termasuk didalamnya hal-hal yang sudah ditentukan dalam
b. Perselisihan Kepentingan,
kepentingan adalah :
negosiations”37
35
Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan dan
di Luar Pengadilan, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 43.
36
Dalam buku (Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui
Pengadilan dan di Luar Pengadilan, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 44.)
37
Ibid hlm. 45
43
jenis perselisihan yang paling banyak terjadi, pihak pengusaha dengan berbagai
menganggap bahwa pekerja tidak dapat lagi bekerja sesuai kebutuhan perusahaan,
tetapi PHK juga dapat dilakukan atas permohonan pekerja karena pihak
pekerja/serikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak \kewajiban
Hubungan Industrial.
perundingan dan apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari salah satu pihak
menolak untuk berunding atau telah dilakukan perundingan, tetapi tidak mencapai
bipartit gagal, maka salah satu atau kedua belah pihak mencatatkan
pencatatan dari salah satu pihak atau kedua belah pihak, instansi yang
39
Bagus Sarnawa dan Johan Erwin Isharyanto, Hukum Ketenagakerjaan, Yogyakarta:
Laboratorium Ilmu Hukum UMY, 2010, hlm. 177-178.
40
Asri Widjayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika,
2009, hlm. 86.
45
saran, dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.
hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam
41
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan: Suatu Pengantar, Jakarta: Pradnya Paramita, 2007,
hlm. 123.
46
oleh para pihak dan disaksikan oleh mediator serta didaftar di Pengadilan
42
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 111.
43
Asri Widjayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika,
2009, hlm. 187.
47
anjuran tertulis;
atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang
oleh Menteri, yang bertugas melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran
Berbeda dengan produk Mediasi dan Konsiliasi yang berupa anjuran dan
penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau para hakim yang
bertujuan mereka akan tunduk kepada atau menaati keputusan yang telah
diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih atau tunjuk
tersebut pada wasit yang telah dipilih oleh para pihak itu sendiri”.45
arbitrase pada saat itu adalah Pasal 377 HIR yang mengatur “jika orang indonesia
dan orang timur asing menghendaki perselisihan mereka diputuskan oleh juru
pisah, maka mereka wajib menuruti peraturan pengadilan perkara yang berlaku
BAB III
METODELOGI PENULISAN
masalah yang di bahas didalam penulisan skripsi ini. Adapun masalah penulisan
32/Pdt.Sus-Phi/2022/Pn Mdn
hukum yang menjawab isu-isu hukum yang dihadapi. 47 Adapun metode penelitian
undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
Kerja
berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan
ilmu hukum
Adapun sumber data primer yang diperoleh penulis adalah dari peraturan
47
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Bandung : PT Kharisma Putra
utama,2015, hlm. 133
48
Soerjono Suekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia-UI
Press cetakan ke-3 tahun 1984, hlm 54.
51
yang berkaitan dengan hukum. Agar diperoleh informasi yang terbaru dan
internet dan juga media informasi lainnya yang berkaitan dengan perumusan
Metode analisa data yang digunakan dalam penulisan ini adalah yuridis
BAB IV
PEMBAHASAN
Kerja
perselisihan, maka mekanisme dan prosedur PHK diatur sedemikian rupa agar
haknya sesuai dengan ketentuan. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : 150
Tahun 2000 didalam terdapat ketentuan tentang Hak – hak pekerja akibat PHK
a) Uang Pesangon
dengan uang jasa adalah uang penghargaan oleh pengusaha kepada pekerja
pekerja sebagai pengganti dari hak- hak yang belum diambil istirahat
hal lain yang ditetapkan oleh Panitia Daerah atau Panitia Pusat sebagai
Hak – hak pekerja atas uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan
sebagai berikut :
8. Jika PHK terjadi karena pekerja mengundurkan diri secara sepihak atas
paling sedikit 2 kali sesuai ketentuan pasal 22, uang pengahrgaan masa
54
kerja/jasa sesuai ketentuan pasal 23, dan ganti kerugian sesuai pasal 24,
10. Dalam hal PHK massal karena perusahaan tutup akibat mengalami
11. Dalam hal PHK massal karena perusahaan tutup akibat efisiensi, maka
ketentuan pasal 22, uang penghargaan masa kerja sesuai dengan pasal 23,
dan ganti kerugian berdasarkan ketentuan pasal 24, kecuali kedua belah
12. Dalam hal terjadi PHK karena perubahan status, atau perubahan
kerja dan ganti kerugian sesuai pasal 22, 23, dan 24.
13. Dalam hal ini terjadi PHK karena perubahan status, atau perubahan
dengan alasan apapun, maka pekerja berhak atas uang pesangon sebesar
2 (dua) kali ketentuan pasal 22, uang penghargaan masa kerja sesuai
55
dengan ketentuan pasal 23, dan ganti kerugian sesuai pasal 24, kecuali
kerja, dan ganti kerugian akibat PHK karena perubahan status atau
pengusaha baru.
wenang Harus harus dicari dulu solusi agar PHK tidak dilakukan dan dapat dicari
tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan dan kemudian isinya diubah dalam
Undang-undang No 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang mana pada pasal (37)
Pasal 151
(2) Dalam hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maksud dan
(4) Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
hubungan industrial.
Serdang
terletak pada Pengadilan Negeri Medan sebagaimana Putusan yang dibahas oleh
Penulis.
Hubungan Industrial dalam pasal 2 dijelaskan bahwa, dari berbagai tipe, bentuk
a. Perselisihan Hak
kelebihan jam kerja, pembayaran upah lebih rendah dari UMP atau tentang
b. Perselisihan Kepentingan
Perselisihan antara serikat pekerja/ serikat buruh lainnya hanya dalam satu
bahwa :
menerus;
59
perundang - undangan;
bersama;
dikanulkan Majelis Hakim dan dimuat dalam Putusan Pengadilan Yang dimaksud
Pasal 40 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan Pasal 52 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat, Dan Pemutusan
60
Hubungan Kerja, Jo. Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang cipta kerja
Mdn yang mana dalam proses persidangan memuat unsur-unsur sebagai berikut:
A. Kasus Posisi
YUSTI RISMA SARI, Yusti Risma Sari, Perempuan, Tempat tanggal lahir
Tanjung Morawa 30 oktober 1995, Kewarganegaraan Indonesia, berlamat di
Dusun XII Desa Buntu Bedimbar Kec. Tanjung Morawa, kab. Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara, dalam hal ini diwakili oleh Nicholas Sutrisman, S.H.,
M.H., Tua Raja Marpaung, S.H., M.H., Ruben Sandi Yoga Utama Panggabean,
S.H., M.H., Berfikir Zebua, S.H., masing-masing Advokat dan Konsultan hukum
pada Kantor Lembaga Bantuan Hukum Buruh Provinsi Sumatera Utara yang
berkedudukan di Jl. Sekip Gg. Suropati No. 5, Kelurahan Sei Putih Timur 1,
Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan
surat kuasa khusus tanggal 04 Januari 2021, selanjutnya disebut PENGGUGAT;
Lawan
PT. UNIVERSAL GLOVES, yang beralamat di Jl. Pertahanan Kec. Medan
Patumbak kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, yang selanjutnya disebut
TERGUGAT ;
2. Duduk Perkara
( Tiga Juta Lima Ratus Ribu Rupiah ) setiap bulannya dan ditempatkan
3) Bahwa tiba tiba pada tanggal 23 Desember 2020 Penggugat yang ingin
berikut :
4. Putusan Pengadilan
MENGADILI;
DALAM EKSEPSI
64
negeri Medan;
ketentuan Pasal 36 huruf ( k) dan Pasal 40 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan
2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja Dan
11 tahun 2020 tentang cipta kerja sebesar Rp. 24.500.000 (dua puluh empat
juta lima ratus ribu rupiah), dengan rincian sebagai berikut: Masa Kerja 7
(tujuh) tahun
yang berbadan Hukum adalah Klusula sebab akibat, yang mana berarti terjadinya
PHK diakibat suatu tindakan yang dirasa perushaan merupakan suatu kesalahan
yang tidak termaafkan, sementara pekerja merasa dia tidak melakukan perbuatan
Dasar Pertibangan hakim harus memuat unsur-unsur diatas agar apa yang
menjadi amar Putusan Hakim tidak menjadi suatu produk hukum yang gagal atau
atau dengan kata lain uraian diatas merupakan dasar pertimbangan yang penting
bagi hakim dengan istilah itikad baik yang diatur dalam pasal 1338 KUPerdata.
Dan itu telah dilalaui penggugat dan tergugat akan tetapi tidak menemukan jalan
keluar. Dasar bagi hakim untuk memutus perkara perdata pada umumnya sejalan
dengan Petitum serta posita yang dimuat dalam gugatan sebagaimana yang telah
diuraikan penulis diatas, akan menjadi uraian kontra yang akan di uraikan tergugat
Bahwa setelah dibaca sangat jelas uraian yang dibuat penggugat dalam gugatanya
sangat sesuai, yaitu adanya hubungan kerja antara penggugat dan tergugat yaitu
perjanjian kerja dan pengugat merasa dirugikan karena tidak ada keadilan yang
diberikan pemberi kerja kepada penggugat sehingga eksepsi dari tergugat ditolak
66
Tergugat
Dan itu juga diperkuat dengan keterangan saksi Sehaty Harefa yang menerangkan
bahwa
perusahaan PT. UG melalui surat undangan secara bipartit, tetapi tidak ada
yang berarti Perusahan dengan itikat tidak baik, dalam hal membicarakn hal-hal
(PKWTT)
Berdasarkan bukti tersebut dapat dihitung waktu atau lamanya penggugat bekerja
di tempat tergugat.
Nomor 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,
bekerja di perusahaan tergugat, hal itu dapat dilihat dari bukti yang diajukan oleh
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat, Dan Pemutusan
Nomor 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,
Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat, Dan Pemutusan Hubungan Kerja ayat 2 bagian:
“h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan)
Ayat (3) Uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan Upah;
Bahwa berdasrkan uraian dan fakta yang dimuat dalam putusan dan
patut dan berdasarlah Majelis Hakim memutus perkara tersebut sebagaimana yang
dimuat Hakim dalam Amar Putusan tersebut. Sehingga peraturan yang dibuat
diberlakukan bagi semua pihak, sehingga keadilan dapat dirasakan Pekerja dengan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang Ganti Rugi, yang
Nomor 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,
2. Bahwa dalam pertimbangan hakim , harus berisi Upaya-upaya apa saja yang
dirasa yang dirasa harus dilakukan untuk mencegah terjadinya PHK, seperti
B. SARAN
bekerja