Pendahuluan:
Perlu kita ketahui bahwa dalam dunia ini kehidupan dan pekerjaan bak dua sisi
mata uang yang saling berhadapan, manusia bisa bertahan hidup ketika dia bisa
memenuhi kebutuhannya. Maka untuk memperoleh apa yang sudah menjadi kebutuhan
dalam hidupnya mereka harus bekerja, dari pekerjaan itu mereka mendapatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya yang sangat beragam.
Manusia akan melakukan segala hal untuk mendapatkan apa yang mereka
inginkan, begitu juga antara manusia dan pekerjaan yang mereka lakukan. Ada manusia
yang berinisiatif melakukan pekerjaannya sendiri dengan berwirausaha dalam
mengolah skill atau kemampuan yang mereka punya dan ada yang bekerja dengan
orang lain, ada juga yang bekerja dengan waktu yang tetap dan ada juga yang bekerja
dengan waktu yang tidak ditentukan. Semua itu kembali demi memenuhi kebutuhan
hidup mereka agar bisa bertahan hidup.
Berawal dari uraian pendahuluan diatas maka permasalahan yang akan saya
angkat dari tulisan ini yaitu : Perjanjian kerja waktu tertentu : Fenomena
perjuangan kerja kontrak bagi buruh di Indonesia
1
R. Joni Bambang S., 2013, Hukum Ketenagakerjaan, Pustaka Setia, Bandung, hlm. 75.
2
Pasal 56 ayat (2) Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Isu Hukum:
Kasus ini berawal ketika ditahun 2012 salah satu kompariot dari PT Adidas, yaitu PT
Framas secara sepih tanpa ada komunikasi dan aturan hukum yang berlaku memutus
hubungan sebanyak 300 pekerja dengan alasan para pekerja telah melebihi durasi
kontrak, padahal PT Framas telah melakukan 3 bulan kontrak kerja dan terus
memperpanjang status mereka sebagai buruh pekerja tidak tetap atau pekerja kontrak
per 3b bulan, selama lebih dari 3 tahun. Yang kemudian berbuntut kontrak mereka tidak
diperpanjang dan mereka tidak diberi pesangon serta kehilanggan pekerjaan. Tidak
hanya itu, para pejerja yang menjadi korban dari kontrak kerja berkepanjangan yang
tidak sesuai aturan hukum ketenagakerjaan tidak mendapat jaminan kesehatan,
keamanan dan kesejahteraan kerja. Keaadan semakin lebih buruk kala pekerja
mengetahui mereka dipecat secara tidak adil.
Ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh para pekerja selama mereka bekerja di
PT Framas seperti :
Dari 300 pekerja yang terkena PHK maka, hanya 40 orang pekerja saja yang
memutuskan untuk memperjuangkan nasib mereka karena dari pihak perusahaan yaitu
PT Framas terus menerus melakukan intimidasi dan tekanan.
3
Rahayu, 2009, Pengangkutan Orang, etd.eprints.ums.ac.id. Peraturan Pemerintah RI, Nomor 2
Tahun 2002 tentang Tata cara Perlindungan Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang berat.
4
Darwati dan Aziz Budiarto, Analisa Hukum Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Berdasarkan Undang –
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (studi kasus putusan PHI
No.46/PHI.G/2013/PN.JKT.PST). Lex Publica, Volume IV, Nomo3 1, Nopember 2017. Hlm. 692.
masih terdapat perusahaan yang tidak memerhatikan ketentuan
Undang-Undang Ketenagakerjaan,perusahaan tidak memenuhi
standar pengupahan.
b. Perlindungan jaminan sosial tenaga kerja diberikan demi
menunjang kinerja para pekerja / buruh maka dibuat upaya untuk
melindungi keselamatan kerja dan keamanan bagi tenaga kerja /
buruh atau biasa dikenal dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek). Jamsostek diatur didalam Pasal 99 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan
bahwa :
a. Setiap pekerja / buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh
jaminan sosial tenaga kerja,
b. Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku5.
Dalam hal ini penyelenggara Jamsostek adalah BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Program jaminan
sosial tenaga kerja terdiri dari berikut ini.
a. Jaminan berupa uang yang meliputi : 1) Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) 2) Jaminan Kematian (JK) 3) Jamninan Hari Tua (JHT)
b. Jaminan berupa pelayanan, yaitu Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK). Pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan dalam
perusahaan kecil sampai perusahaan menengah, bahkan perusahaan
skala besar terkadang terjadi pelanggaran BPJS Ketenagakerjaan
disebabkan karena beberapa faktor antara lain, para pekerja / buruh
tidak diikutsertakan kedalam program BPJS Ketenagakerjaan atau
apabila diikutsertakan tidak sepenuhnya mematuhi ketentuan
hukum.
5
Pasal 99 Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Dalam Pasal 5 Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan
yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan”. Dalam pasal
tersebut jelas memberikan perlindungan bahwa setiap tenaga kerja berhak atas
kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang
layak tanpa adanya diskriminasi jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran
politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan,
termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat. Kemudian
dalam Pasal 6 Undang-Undang Ketenagakerjaan mewajibkan bagi pengusaha
untuk memberikan hak dan kewajiban pekerja / buruh tanpa diskriminasi.
Perjanjian kerja waktu tertentu dimasyarakat lebih dikenal dengan
perjanjian kontrak kerja, atau perjanjian kerja tidak tetap. Status tenaga
kerjanya yaitu tenaga kontrak kerja/ tenaga kerja tidak tetap. Dalam Pasal 59
ayat (1) c disebutkan bahwa perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat dibuat
untuk jenis pekerjaan tertentu yang pekerjaan tersebut diperkirakan
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga)
tahun. Namun dapat dilihat dilapangan bahwa banyak perusahaan yang
menerapkan sistem kontrak kerja namun jangka waktu kontraknya melebihi
dari batas maksimal yaitu 3 tahun.
Dalam pelaksanaan dilapangan masih terdapat perusahaan yang tidak
memerhatikan ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan,perusahaan tidak
memenuhi standar pengupahan. Masih banyak para pekerja yang mendapat
upah dibawah standar upah minimum regional atau UMR dan juga masih
banyak pekerja yang tidak menerima rincian slip gaji yang diberikan
perusahaan saat gajian dibayarkan. Kenyataan dilapangan tersebut menunjukan
bahwa masih ada perusahaan yang tidak mengikuti aturan yang telah ditentukan
oleh Pemerintah. Padalah jelas dalam Pasal 90 ayat (1) yaitu “pengusaha
dilarang membayar upah leih rendah dari upah minimum sebagaimana
dimaksud Pasal 89”6.
Kesimpulan
Referensi:
6
Pasal 90 ayat (1), Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Prof. Dr. Lalu Husni, S.H., M.HUM., 2016, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan,
Jakarta, Raja Grafindo Persada
R. Joni Bambang, 2013, Hukum Ketenagakerjaan, Bandung, Pustaka Setia
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.