Anda di halaman 1dari 9

Perjanjian kerja waktu tertentu : Fenomena perjuangan sistem kontrak kerja

bagi buruh di Indonesia

Nur Shabrina 18040704013/ 2018B

Pendahuluan:

Perlu kita ketahui bahwa dalam dunia ini kehidupan dan pekerjaan bak dua sisi
mata uang yang saling berhadapan, manusia bisa bertahan hidup ketika dia bisa
memenuhi kebutuhannya. Maka untuk memperoleh apa yang sudah menjadi kebutuhan
dalam hidupnya mereka harus bekerja, dari pekerjaan itu mereka mendapatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya yang sangat beragam.

Manusia akan melakukan segala hal untuk mendapatkan apa yang mereka
inginkan, begitu juga antara manusia dan pekerjaan yang mereka lakukan. Ada manusia
yang berinisiatif melakukan pekerjaannya sendiri dengan berwirausaha dalam
mengolah skill atau kemampuan yang mereka punya dan ada yang bekerja dengan
orang lain, ada juga yang bekerja dengan waktu yang tetap dan ada juga yang bekerja
dengan waktu yang tidak ditentukan. Semua itu kembali demi memenuhi kebutuhan
hidup mereka agar bisa bertahan hidup.

Di Indonesia fenomena mengenai ketenagakerjaan sangatlah besar dan bukan


merupakan hal yang tabu lagi untuk di dengar semua kalangan, terjadinya sebuah
fenomena menimbulkan adanya suatu permasalahan atau konflik dan penyelesaiannya.
Akan tetapi untuk saat ini mengenai fenomena tenaga kerja di Indonesia lebih banyak
adanya permasalahan daripada penyelesaiannya. Fenomena permasalahan tersebut
seperti adanya PHK atau pemutuhan hubungan kerja yang tidak sesuaiaturan hukum,
kesenjangan antara buruh dan pemberi kerja, tidak terpenuhinya antara hak dan
kewajiban bagi buruh dan perjanjian yang tidak ditepati.

Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan


bahawa hukum ketenagakerjaan adalah kumpulan peraturan tentang segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
Secara yuridis, buruh adalah memang bebas oleh karena prinsip negara kita
menyatakan bahwa tidak seorangpun diperbudak atau diperhamba.1

Kemudian dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


ketenagakerjaan mengatur tentang pekerja, buruh dan pengusaha serta pemberi kerja.
Adapun perjanjian kerja waktu tertentu diatur dalam pasal 56 ayat (2) Undang-undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, disebutkan dalam pasal tersebut
bahwa perjanjian kerja waktu tertentu didasarkan atas:

a. Jangka waktu; atau


b. Selesainya suatu pekerjaan tertentu.2

Perjanjian kerja waktu tertentu, di Indonesia mayoritas besar menggunakan


sistem kontrak kerja, karena dalam hal ini Indonesia meruakan negara yang
memiliki populasi penduduk terpadat nomor empat di dunia yang menyebabkan
Indonesia membutuhkan ketersediaan jumlah lapangan kerja yang memadai namun
melihat kenyataanya jumlah ketersediaan lapangan kerja tidak sepadan dengan
banyaknya para pencari kerja yang terus menerus bersaing memperebutkan
pekerjaan tersebut dan adanya pengangguran juga relatif banyak. Dampak inilah
yang membuat tenaga kerja yang di kontrak bertambah pesat pun juga banyak
pengusaha di Indonesia yang lebih memilih untuk menerapkan sistem kontrak atau
kerja dengan waktu yang telah ditentukan. Selain dapat mengurangi jumlah
pengangguran. Tetapi dalam sistem ini hanya pihak perusahaan saja yang
diuntungkan dan buruh dirugikan karena perusahaan mengambil keuntungan tanpa
melihat dari sisi pekerja atau para buruh dan kebanyakan perusahaan sebagian besar
melakukan penyimpangan aturan dalam undang-undang ketenagakerjaan.

Berawal dari uraian pendahuluan diatas maka permasalahan yang akan saya
angkat dari tulisan ini yaitu : Perjanjian kerja waktu tertentu : Fenomena
perjuangan kerja kontrak bagi buruh di Indonesia

1
R. Joni Bambang S., 2013, Hukum Ketenagakerjaan, Pustaka Setia, Bandung, hlm. 75.
2
Pasal 56 ayat (2) Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Isu Hukum:

Pelanggaran kontrak kerja yang dilakukan oleh PT Framas Indonesia

Kasus ini berawal ketika ditahun 2012 salah satu kompariot dari PT Adidas, yaitu PT
Framas secara sepih tanpa ada komunikasi dan aturan hukum yang berlaku memutus
hubungan sebanyak 300 pekerja dengan alasan para pekerja telah melebihi durasi
kontrak, padahal PT Framas telah melakukan 3 bulan kontrak kerja dan terus
memperpanjang status mereka sebagai buruh pekerja tidak tetap atau pekerja kontrak
per 3b bulan, selama lebih dari 3 tahun. Yang kemudian berbuntut kontrak mereka tidak
diperpanjang dan mereka tidak diberi pesangon serta kehilanggan pekerjaan. Tidak
hanya itu, para pejerja yang menjadi korban dari kontrak kerja berkepanjangan yang
tidak sesuai aturan hukum ketenagakerjaan tidak mendapat jaminan kesehatan,
keamanan dan kesejahteraan kerja. Keaadan semakin lebih buruk kala pekerja
mengetahui mereka dipecat secara tidak adil.

Ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh para pekerja selama mereka bekerja di
PT Framas seperti :

a. Buruh perempuan tidak diberikan cuti haid


b. Buruh di intimidasi jika tidak mau bekerja lembur
c. Poliklinik yang sangat buruk dan jauh bagi para pekerja
d. Buruh yang aktif dalam serikat pekerja (SP) di intimidasi, dimutasi dan di PHK
secara sepihak

Dari 300 pekerja yang terkena PHK maka, hanya 40 orang pekerja saja yang
memutuskan untuk memperjuangkan nasib mereka karena dari pihak perusahaan yaitu
PT Framas terus menerus melakukan intimidasi dan tekanan.

Hasil dan pembahasan:

1. Pengertian kontrak kerja


Kontrak kerja adalah suatu perjanjian di antara pekerja dan pengusaha secara
lisan atau tulisan, baik untuk waktu tertentu mapun untuk waktu yang tidak
tentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dankewajiban. Setiap perusahaan
wajib untuk memberikan kontrak kerja di hari pertama calon karyawan bekerja.
Dalam kontrak kerja biasanya tertulis dengan jelas pekerja yang memiliki hak
dalam mendapat kebijakan perusahaan yang sesuai dengan undang-undang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No 13 Tahun 2003 yang masih berlaku
hingga saat ini. Dalam Undang-undang tersebut memuat mengenai prosedur
kerja dan kode disiplin yang ditetapkan oleh perusahaan.
Kemudian syarat sah kontrak kerja menurut undang-undang pada pasal 1601a
KUHPer dapat disebut yang dinamakan kontrak kerja harus memenuhi kriteria
persyaratan-persyaratan berikut:
1. Terdapat pekerja dan pemberi kerja
2. Pelaksanaan kerja
3. Waktu tertentu
4. Upah yang diterima
5. Kesepakatan
6. Kewenangan
7. Objek yang diatur harus jelas
2. Perlindungan hukum tenaga kontrak kerja dalam perjanjian kerja
waktu tertentu di Indonesia
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan
terhadap subjek hukum Pengertian perlindungan hukum adalah suatu
perlindungan yang diberikan terhadap subjek hukum dalam bentuk perangkat
hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai
suatu gambaran dari fungsi hukum yaitu konsep dimana hukum dapat
memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan
kedamaian3. Pemerintah bertanggung jawab dalam memberikan perlindungan,
kesejahteraan dan keadilan kepada seluruh rakyat Indonesia sebagaimana
dirumuskan dalam alenia keempat pembukaan Undang-Undang Dasar R.I
Tahun 1945. Selanjutnya dicantumkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Dasar
1945, bahwa negara Indonesia adalah Negara Hukum, sehingga segala usaha
yang dilakukan oleh negara dalam memberikan perlindungan hukum kepada
rakyat Indonesia haruslah berdasarkan hukum.4
Adapun beberapa perlindungan hukum yang harus diterima oleh pekerja
saat berada dilpangan kerja seperti :
a. Perlindungan upah diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Upah merupakan
kewajiban yang harus diberikan oleh pengusaha kepada buruh /
tenaga kerja sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah diselesaikan
oleh buruh / pekerja. Kebijakan mengenai pengupahan ditetapkan
oleh Pemerintah sebagai lembaga eksekutif yang melindungi
pekerja / buruh (Pasal 88 ayat 2). Dalam Pasal 88 ayat (3) disebutkan
bahwa kewajiban pengusaha untuk membayar upah kepada tenaga
kerjanya meliputi : a. Upah minimum, b. Upah kerja lembur, c.
Upah tidak masuk kerja karena berhalangan, d. Upah tidak masuk
kerja karena kegiatan lain di luar pekerjaannya, e. Upah karena
menjalankan hak waktu istirahat kerjanya, f. Bentuk dan cara
pembayaran upah, g. Denda dan potongan upah, h. Hal-hal yang
dapat diperhitungkan dengan upah, i. Struktur dan skala upah, j.
Upah untuk membayarkan pesangon, dan k. Upah untuk
perhitungan pajak penghasilan. Dalam pelaksanaan dilapangan

3
Rahayu, 2009, Pengangkutan Orang, etd.eprints.ums.ac.id. Peraturan Pemerintah RI, Nomor 2
Tahun 2002 tentang Tata cara Perlindungan Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang berat.
4
Darwati dan Aziz Budiarto, Analisa Hukum Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Berdasarkan Undang –
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (studi kasus putusan PHI
No.46/PHI.G/2013/PN.JKT.PST). Lex Publica, Volume IV, Nomo3 1, Nopember 2017. Hlm. 692.
masih terdapat perusahaan yang tidak memerhatikan ketentuan
Undang-Undang Ketenagakerjaan,perusahaan tidak memenuhi
standar pengupahan.
b. Perlindungan jaminan sosial tenaga kerja diberikan demi
menunjang kinerja para pekerja / buruh maka dibuat upaya untuk
melindungi keselamatan kerja dan keamanan bagi tenaga kerja /
buruh atau biasa dikenal dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek). Jamsostek diatur didalam Pasal 99 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan
bahwa :
a. Setiap pekerja / buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh
jaminan sosial tenaga kerja,
b. Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku5.
Dalam hal ini penyelenggara Jamsostek adalah BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Program jaminan
sosial tenaga kerja terdiri dari berikut ini.
a. Jaminan berupa uang yang meliputi : 1) Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) 2) Jaminan Kematian (JK) 3) Jamninan Hari Tua (JHT)
b. Jaminan berupa pelayanan, yaitu Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK). Pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan dalam
perusahaan kecil sampai perusahaan menengah, bahkan perusahaan
skala besar terkadang terjadi pelanggaran BPJS Ketenagakerjaan
disebabkan karena beberapa faktor antara lain, para pekerja / buruh
tidak diikutsertakan kedalam program BPJS Ketenagakerjaan atau
apabila diikutsertakan tidak sepenuhnya mematuhi ketentuan
hukum.

5
Pasal 99 Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Dalam Pasal 5 Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan
yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan”. Dalam pasal
tersebut jelas memberikan perlindungan bahwa setiap tenaga kerja berhak atas
kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang
layak tanpa adanya diskriminasi jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran
politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan,
termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat. Kemudian
dalam Pasal 6 Undang-Undang Ketenagakerjaan mewajibkan bagi pengusaha
untuk memberikan hak dan kewajiban pekerja / buruh tanpa diskriminasi.
Perjanjian kerja waktu tertentu dimasyarakat lebih dikenal dengan
perjanjian kontrak kerja, atau perjanjian kerja tidak tetap. Status tenaga
kerjanya yaitu tenaga kontrak kerja/ tenaga kerja tidak tetap. Dalam Pasal 59
ayat (1) c disebutkan bahwa perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat dibuat
untuk jenis pekerjaan tertentu yang pekerjaan tersebut diperkirakan
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga)
tahun. Namun dapat dilihat dilapangan bahwa banyak perusahaan yang
menerapkan sistem kontrak kerja namun jangka waktu kontraknya melebihi
dari batas maksimal yaitu 3 tahun.
Dalam pelaksanaan dilapangan masih terdapat perusahaan yang tidak
memerhatikan ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan,perusahaan tidak
memenuhi standar pengupahan. Masih banyak para pekerja yang mendapat
upah dibawah standar upah minimum regional atau UMR dan juga masih
banyak pekerja yang tidak menerima rincian slip gaji yang diberikan
perusahaan saat gajian dibayarkan. Kenyataan dilapangan tersebut menunjukan
bahwa masih ada perusahaan yang tidak mengikuti aturan yang telah ditentukan
oleh Pemerintah. Padalah jelas dalam Pasal 90 ayat (1) yaitu “pengusaha
dilarang membayar upah leih rendah dari upah minimum sebagaimana
dimaksud Pasal 89”6.

Kesimpulan

Perjanjian kerja waktu tertentu banyak digunakan oleh perusahaan - perusahaan


karena dianggap lebih menguntungkan bagi perusahaan. Kebanyakan dari perusahaan
menghendaki perjanjian kerja waktu tertentu bagi karyawannya karena untuk
menghindari pesangon apa bila terjadi pemutusan hubungan kerja. Kurangnya
konsistensi dari perusahaan dalam penerapan perjanjian kerja waktu tertentu, seperti
perjanjian kerja yang melebihi 3 tahun, kemudian jenis pekerjannya yaitu pekerjaan
yang terus menerus, bukan jenis pekerjaan yang sekali selesai atau musiman. Semua
ketentuan tersebut dilanggar oleh kebanyakan perusahaan demi keuntungan
perusahaan. Dalam hal ini tenaga kerja berada dalam posisi yang lemah dalam
memperjuangkan segala hak yang seharusnya menjadi miliknya. Banyak sekali
tekanan dan intimidasi yang sering para buruh terima ketika menyuarakan
pendapatnya. Hal ini membuat penderitaan buruh semakin menjadi-jadi oleh karena itu
perlunya pengawasan dari pihak pemerintah dan keseriusisan dalam menangani kasus
pelanggaran ketentuan UU ketenagakerjaan kepada perusahaan serta memberi sanski
atau hukuman yang seadil-adilnya agar kejadian seperti ini tidak akan terus bertambah.

Referensi:

Muhammad Wildan, 2017, Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Kontrak Dalam


Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol. 12. No. 4
Darwati dan Aziz Budiarto, 2017, Analisa Hukum Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Berdasarkan UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lex
Publica, Volume IV, Nomor 31
Nuridin dan Tiyas Vika Widyastuti, 2017, Pelaksanaan Hak Normatif Tenaga
Outsourcing di Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja, , Brebes, Diya Media Group

6
Pasal 90 ayat (1), Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Prof. Dr. Lalu Husni, S.H., M.HUM., 2016, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan,
Jakarta, Raja Grafindo Persada
R. Joni Bambang, 2013, Hukum Ketenagakerjaan, Bandung, Pustaka Setia
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai