Anda di halaman 1dari 5

NAMA : GHINA SALSABILA

NIM : N1A118146

KELAS : 7K

MATA KULIAH : STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

 Buatlah resume hal-hal penting terkait UU No. 13 Tahun 2003

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan sesuai dengan Pasal 1 angka 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan adalah “Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.”
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.

Pada umumnya, hubungan kerja di undang undang ketenagakerjaan Pasal 1


angka 15 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa:
”Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja atau buruh
berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur-unsur pekerjaan, upah dan
perintah” dan “Hubungan kerja adalah suatu hubungan pengusaha dan pekerja yang
timbul dari perjanjian kerja yang diadakan untuk waktu tertentu namun waktu yang
tidak tertentu.”

Jika diidentifikasi lebih lanjut, setiap UU pada dasarnya memiliki tujuan dan
tujuan dari UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan maka dalam regulasi itu
sendiri terdapat 4 (empat) tujuan yang disebutkan pada Pasal 4 bahwa
pembangunan ketenagakerjaan bertujuan :

1. Memberdayakan dan Mendayagunakan Tenaga Kerja Secara Optimal dan


Manusiawi
Penjelasan Pasal 4 huruf a UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
adalah “Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja merupakan suatu
kegiatan yang terpadu untuk dapat memberikan kesempatan kerja seluas-
luasnya bagi tenaga kerja Indonesia. Melalui pemberdayaan dan
pendayagunaan ini diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat berpartisipasi
secara optimal dalam Pembangunan Nasional, namun dengan tetap
menjunjung nilai-nilai kemanusiaannya.”
2. Mewujudkan Pemerataan Kesempatan Kerja dan Penyediaan Tenaga Kerja
yang Sesuai dengan Kebutuhan Pembangunan Nasional dan Daerah
Penjelasan Pasal 4 huruf a UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
adalah : “Pemerataan kesempatan kerja harus diupayakan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pasar kerja
dengan memberikan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan
bagi seluruh tenaga kerja Indonesia sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.”
3. Memberikan Perlindungan Kepada Tenaga Kerja Dalam Mewujudkan
Kesejahteraan dan Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga Kerja dan
Keluarganya karena bidang ketenagakerjaan dianggap penting dan
menyangkut kepentingan umum, maka Pemerintah mengalihkannya dari
hukum privat menjadi hukum publik. Alasan lain adalah banyaknya masalah
ketenagakerjaan yang terjadi baik dalam maupun luar negeri. Salah satu
contoh adalah banyak kasus yang masuk ke Pengadilan Hubungan Industrial
(PHI) menyangkut penggunaan tenaga kerja asing. Setiap putusan badan
peradilan PHI akan menjadi evaluasi untuk kepentingan di bidang
ketenagakerjaan.

Selain tujuan dari UU No. 13 Tahun 2003, ada ketentuan Perjanjian Kerja dalam
Undang Undang Ketenagakerjaan UU No 13 Tahun 2003 yaitu Sesuai dengan Pasal
1313 KUH Perdata yang berbunyi “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.”
Dalam Pasal 1320 KUH Perdata terdapat syarat-syarat terjadinya suatu perjanjian yang
sah adalah:

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;


2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu pokok persoalan tertentu
4. Suatu sebab yang tidak dilarang
5. Hubungan kerja

Dari ketentuan pasal tersebut terlihat jelas bahwa perjanjian kerja yang dilakukan
antara pekerja/buruh dengan pengusaha semuanya tergantung kesepakatan kedua
belah pihak. Namun dengan batasan-batasan yang disebutkan dalam UU No. 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perjanjian kerja yang dilakukan harus
menunjukkan adanya kejelasan atas pekerjaan antara pekerja/buruh dengan
pengusaha.
Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian yang telah disepakati
dan ketentuan yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 maka terdapat unsur
dari hubungan kerja yaitu :

1. Adanya unsur service (pelayanan)


2. Adanya unsur time (waktu)
3. Adanya unsur pay (upah)

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 UU No. 13 tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan yaitu “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.” dan Pasal 6 UU No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yaitu “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan
yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.”

Tentang Status Karyawan

UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 mengatur perjanjian kerja antara


karyawan dengan perusahaan, yang akan menentukan yang bersangkutan dalam
perusahaan itu. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT) mengacu pada
karyawan kontrak. Perjanjiannya didasarkan pada jangka waktu tertentu atau
selesainya sebuah pekerjaan. Sedangkan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu
(PKWTT) merupakan perjanjian kerja untuk karyawan tetap. Pasal yang mengatur
perjanjian kerja untuk karyawan tetap dan karyawan kontrak yakni Pasal 56 – Pasal
60 UU Ketenagakerjaan. Di dalamnya juga dirinci mengenai jenis-jenis pekerjaan
yang boleh diserahkan kepada karyawan kontrak (PKWT).

Untuk karyawan kontrak, departemen HR harus selalu memperhatikan kapan


kontrak kerja berakhir. Untuk itu, aplikasi HRIS Gadjian menyediakan reminder
kontrak karyawan. Dengan reminder ini, HR punya cukup waktu untuk
mengkordinasikan keputusan perusahaan, apakah karyawan akan dihentikan
kontraknya, diperpanjang, atau diangkat sebagai karyawan tetap.

Tentang Upah

“Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi


penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”

Pemerintah kemudian menetapkan kebijakan-kebijakan pengupahan yang


meliputi upah minimum, upah kerja lembur, upah tidak masuk kerja karena
berhalangan, upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaan, upah karena menjalankan hak waktu istirahat, dan lain-lain.
Berdasarkan UU, upah tidak diberikan jika karyawan tidak melakukan
pekerjaannya. Namun, ada beberapa kondisi di mana perusahaan tetap wajib
menggaji karyawan yang tidak bekerja. Kondisi-kondisi tersebut, yaitu:

1. Karyawan sakit,
2. Karyawati sakit karena haid pada hari pertama dan kedua,
3. Karyawan menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya,
isteri melahirkan atau keguguran, suami/ isteri/ anak/ menantu/ orang tua/
mertua/ anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia,
4. Sedang menjalankan kewajiban terhadap negara,
5. Karyawan menjalankan ibadah agamanya,
6. Karyawan telah bersedia melakukan pekerjaan yang dijanjikan tetapi
pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun
halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha,
7. Karyawan melaksanakan hak istirahat,
8. Karyawan melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan
pengusaha,
9. Karyawan melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

Tentang Tenaga Kerja Asing

Pemerintah Indonesia pun mengatur tentang tenaga kerja asing melalui UU


Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. Bagi perusahaan yang ingin mempekerjakan
tenaga kerja asing, ada beberapa kewajiban yang perlu diketahui, antara lain:

1. Perusahaan wajib terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Menteri


Ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk. Sedangkan pemberi kerja
perseorangan (bukan perusahaan) dilarang sama sekali untuk
mempekerjakan tenaga kerja asing.
2. Perusahaan wajib memastikan tenaga kerja asing itu dipekerjakan dalam
jabatan dan waktu yang sesuai dengan Keputusan Menteri terkait hal
tersebut
3. Perusahaan wajib menunjuk tenaga kerja WNI sebagai tenaga pendamping
bagi tenaga kerja asing yang dipekerjakan, dengan tujuan alih teknologi dan
alih keahlian dari tenaga kerja asing tersebut
4. Perusahaan wajib melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga
kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga
kerja asing yang sedang dipekerjakan
5. Perusahaan wajib memulangkan tenaga kerja asing ke negara asalnya
setelah hubungan kerjanya berakhir
Tentang Lembur

Di dalam pasal 77 UU No 13 Tahun 2003 sendiri telah ditetapkan mengenai


waktu kerja karyawan yakni selama 40 jam/minggu. Dengan rincian 7 jam/hari untuk
6 hari kerja, atau 8 jam/hari untuk 5 hari kerja. Jika melebihi waktu tersebut, maka
perusahaan diwajibkan membayar upah lembur kepada para karyawan. Meskipun
demikian, undang-undang tersebut juga membatasi waktu kerja lembur para
karyawannya. Yakni maksimal selama 3 jam/harinya dan 14 jam/minggunya.
Penugasan mengenai lembur ini pun harus berdasarkan persetujuan dengan
karyawan yang bersangkutan.

Tentang Cuti Dan Istirahat

Perihal cuti dan istirahat sendiri sudah diatur dalam UU No 13 Tahun 2003 pada
pasal 79. Di dalam tersebut disebutkan bahwa perusahaan diwajibkan memberikan
waktu istirahat serta cuti bagi para karyawannya. Waktu istirahat tersebut
diantaranya istirahat per jam, mingguan, cuti tahunan, serta istirahat panjang bagi
karyawan yang telah bekerja selama 6 tahun secara terus menerus tanpa henti di
perusahaan yang sama.

Tentang Hak Karyawan Perempuan

Para karyawan perempuan sendiri pun sudah diatur hak nya dalam UU No 13
Tahun 2003. Pada pasal 81 dituliskan tentang hak karyawan perempuan saat
merasakan sakit untuk tidak bekerja pada hari pertama atau kedua saat haid
datang. Pasal 82 ayat 1 menjelaskan waktu istirahat untuk karyawan perempuan
yang melahirkan. Sedangkan pasal 82 ayat 2 menjelaskan hak waktu istirahat bagi
karyawati yang mengalami keguguran. Pasal 82 ayat 2, menjelaskan tentang hak
waktu istirahat bagi karyawati yang mengalami keguguran. Dan yang terakhir adalah
pasal 83 tentang kesempatan para karyawati untuk menyusui anaknya.

Anda mungkin juga menyukai