NIM : N1A118146
KELAS : 7K
Jika diidentifikasi lebih lanjut, setiap UU pada dasarnya memiliki tujuan dan
tujuan dari UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan maka dalam regulasi itu
sendiri terdapat 4 (empat) tujuan yang disebutkan pada Pasal 4 bahwa
pembangunan ketenagakerjaan bertujuan :
Selain tujuan dari UU No. 13 Tahun 2003, ada ketentuan Perjanjian Kerja dalam
Undang Undang Ketenagakerjaan UU No 13 Tahun 2003 yaitu Sesuai dengan Pasal
1313 KUH Perdata yang berbunyi “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.”
Dalam Pasal 1320 KUH Perdata terdapat syarat-syarat terjadinya suatu perjanjian yang
sah adalah:
Dari ketentuan pasal tersebut terlihat jelas bahwa perjanjian kerja yang dilakukan
antara pekerja/buruh dengan pengusaha semuanya tergantung kesepakatan kedua
belah pihak. Namun dengan batasan-batasan yang disebutkan dalam UU No. 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perjanjian kerja yang dilakukan harus
menunjukkan adanya kejelasan atas pekerjaan antara pekerja/buruh dengan
pengusaha.
Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian yang telah disepakati
dan ketentuan yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 maka terdapat unsur
dari hubungan kerja yaitu :
Tentang Upah
1. Karyawan sakit,
2. Karyawati sakit karena haid pada hari pertama dan kedua,
3. Karyawan menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya,
isteri melahirkan atau keguguran, suami/ isteri/ anak/ menantu/ orang tua/
mertua/ anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia,
4. Sedang menjalankan kewajiban terhadap negara,
5. Karyawan menjalankan ibadah agamanya,
6. Karyawan telah bersedia melakukan pekerjaan yang dijanjikan tetapi
pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun
halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha,
7. Karyawan melaksanakan hak istirahat,
8. Karyawan melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan
pengusaha,
9. Karyawan melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.
Perihal cuti dan istirahat sendiri sudah diatur dalam UU No 13 Tahun 2003 pada
pasal 79. Di dalam tersebut disebutkan bahwa perusahaan diwajibkan memberikan
waktu istirahat serta cuti bagi para karyawannya. Waktu istirahat tersebut
diantaranya istirahat per jam, mingguan, cuti tahunan, serta istirahat panjang bagi
karyawan yang telah bekerja selama 6 tahun secara terus menerus tanpa henti di
perusahaan yang sama.
Para karyawan perempuan sendiri pun sudah diatur hak nya dalam UU No 13
Tahun 2003. Pada pasal 81 dituliskan tentang hak karyawan perempuan saat
merasakan sakit untuk tidak bekerja pada hari pertama atau kedua saat haid
datang. Pasal 82 ayat 1 menjelaskan waktu istirahat untuk karyawan perempuan
yang melahirkan. Sedangkan pasal 82 ayat 2 menjelaskan hak waktu istirahat bagi
karyawati yang mengalami keguguran. Pasal 82 ayat 2, menjelaskan tentang hak
waktu istirahat bagi karyawati yang mengalami keguguran. Dan yang terakhir adalah
pasal 83 tentang kesempatan para karyawati untuk menyusui anaknya.