Anda di halaman 1dari 20

HUKUM

KETENAGAKERJAAN
Definisi
Hukum perburuhan atau
ketenagakerjaan (labour law) adalah
bagian dari hukum berkenaan dengan
pengaturan hubungan perburuhan baik
bersifat perseorangan maupun
kolektif.
 Menurut Molenaar, ( dlm Asikin, 1993 : 2)

Hukum perburuhan adalah bagian hukum yang berlaku, yang pokoknya


mengatur hubungan antara tenaga kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja dan
tenaga kerja

 Menurut M.G. Levenbach, ( dlm Manulang, 1995 : 1)

Hukum perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja,


yakni pekerja di bawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang
langsung bersangkutpaut dengan hubungan kerja itu.
 Menurut Soepomo, ( dlm Manulang 1992 : 2)

Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik tertulis maupun


tidak tertulis, yang berkenaan dengan kejadian saat seseorang bekerja pada
orang lain dengan menerima upah

 Menurut Daliyo, (1994 : 76)

Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik yang tertulis


maupun yang tidak tertulis yang mengatur hubungan kerja antara buruh dan
majikan. Buruh bekerja pada dan dibawah majikan dengan mendapat upah
sebagai balas jasanya.
 Menurut S. Mook,
Hukum Perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan
pekerjaan yang dilakukan, dibawah pimpinan orang lain
dengan segala keaddan penghidupan yang langsung
berhubungan dengan pekerjaan itu.

 Menurut N.E.H van Esveld,


Hukum Perburuhan adalah hukum yang mengatur, baik di
dalam hubungan kerja yaitu hubungan kerja itu dilakukan di
bawah pimpinan orang lain, maupun di luar hubungan kerja
yang pekerjaannya dilakukan atas tanggung jawab sendiri.
“Hukum ketenagakerjaan di Indonesia diatur di
dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.”
Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang segala
hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah kerja
Hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara tenaga kerja dengan pengusaha.
Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.

Hubungan kerja terdiri dari dua macam yaitu :

1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan
hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. Akibat dari perjanjian
tersebut, timbul hubungan kerja antara perusahaan dengan pegawai kontrak sehingga pegawai
kontrak akan terikat secara langsung dengan perusahaan tempatnya bekerja.

2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

PKWTT adalah perjanjian kerja yang mengikat karyawan tetap yang tidak memiliki masa
berlaku.
Tenaga kerja dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Tenaga Kerja Terdidik

Tenaga kerja yang mempunyai keahlian pada bidang tertentu atau khusus yang

diperoleh dari bidang pendidikan. Sebagai contoh: dosen, dokter, guru, pengacara,

akuntan dan sebagainya.

2. Tenaga Kerja Terlatih

Tenaga kerja yang memiliki keahlian pada bidang tertentu atau khusus yang diperoleh

dari pengalaman dan latihan. Sebagai contoh: supir, tukang jahit, montir dan sebagainya.
3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga kerja yang mengandalkan tenaga, tidak
memerlukan pendidikan maupun pelatihan terlebih dahulu.
Sebagai contoh: kuli, pembantu rumah tangga, buruh kasar
dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan ketenagakerjaan, pelaku usaha dan


tenaga kerja mengikatkan diri dalam suatu hubungan
hukum melalui ikatan atau perjanjian kerja yang sudah
disepakati oleh kedua belah pihak
HAK KARYAWAN

1. Hak Memperoleh Upah.


2. Hak Mendapatkan Kesempatan & Perlakuan yang sama.
3. Hak Mendapatkan Pelatihan Kerja.
4. Hak Penempatan Tenaga Kerja.
5. Hak Memiliki Waktu Kerja Yang Sama.
6. Hak Mendapatkan Kesehatan & Keselamatan Kerja.
7. Hak Mendapatkan Kesejahteraan.
8. Hak Ikut Serta Dalam Serikat Pekerja.
Kewajiban Karyawan
Kewajiban Karyawan terbagi menjadi tiga hal utama yaitu :
1. Kewajiban Ketaatan yaitu
Bahwa karyawan harus memiliki konsekwensi dan patuh pada peraturan
perusahaan yang telah ditetapkan.
contohmya melakukan abbsen, kerja yang baik.
2. Kewajiban Konfidensialitas yaitu
setiap karyawan berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan data-data di
perusahaan.
3. Kewajiban Loyalitas yaitu
Karyawan harus mendukung visi dan misi perusahaan dan memiliki loyalitas yang
tinggi terhadap perusahaan.
FASILITAS KETENAGAKERJAAN

1. Asuransi atau Jaminan Kesehatan


Asuransi atau jaminan kesehatan merupakan salah satu fasilitas utama yang
diberikan oleh perusahaan.
Dalam menjamin kesehatan karyawan, perusahaan ada yang menyediakan
jaminan kesehatan milik pemerintah yakni Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial ( BPJS) Kesehatan dan ada juga asuransi kesehatan swasta.

2. Cuti Tahunan
Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa setiap perusahaan
wajib memberikan jatah cuti 1 hari per bulannya pada karyawan
3. Cuti Sakit
Agar bisa memperoleh cuti sakit, tentu saja karyawan harus
melampirkan bukti berupa surat keterangan sakit yang diperoleh
dari tenaga kesehatan.

4. Cuti Hamil dan Melahirkan


Bagi karyawan wanita yang tengah hamil dan menanti waktu
kelahiran buah hatinya, perusahaan wajib memberikan jatah cuti
hamil dan melahirkan. Jatah waktu cutinya adalah selama 3
bulan, yang secara umum digunakan 1.5 bulan sebelum dan 1.5
bulan sesudah melahirkan.
5. Upah Lembur
Besaran upah lembur sendiri biasanya sesuai dengan kebijakan
perusahaan masing-masing. Jaminan Hari Tua atau JHT merupakan
dana yang bisa diperoleh oleh karyawan saat ia sudah memasuki usia
tidak produktif lagi.

6. Jaminan Kecelakaan Kerja


Secara umum, perusahaan di Indonesia pasti memfasilitasi
karyawannya dengan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan
akan mengucurkan dana untuk karyawan, jika sekiranya terjadi
kecelakaan yang disebabkan karena pekerjaannya.
Unsur-unsur hukum ketenagakerjaan :
1. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis.
2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan
pengusaha/majikan.
3. Adanya orang bekerja pada dan dibawah orang lain, dengan mendapat upah
sebagai bala jasa.
4. Mengatur perlindungan pekerja/buruh, meliputi masalah keadaan sakit, haid,
hamil, melahirkan, keberadaan organisasi pekerja/buruh, dsb.
Asas Hukum Ketenagakerjaan :

Pasal 3 UU No. 13/2003 :


Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan
dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.
Penjelasannya :
Asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan asas
pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi Pancasila serta asas
adil dan merata. Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak
dimensi dan keterkaitan dengan berbagai pihak antara pemerintah,
pengusaha dan pekerja/buruh. Oleh sebab itu, pembangunan
ketenagakerjaan dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk kerjasama
yang saling mendukung.
TUJUAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

1. Untuk mencapai/melaksanakan keadilan sosial dalam bidang ketenagakerjaan

bahwa hukum ketenagakerjaan harus menjaga ketertiban, keamanan dan keadilan bagi pihak-
pihak yang terkait dalam proses produksi untuk dapat mencapai ketenangan bekerja dan
kelangsungan berusaha.

2. Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pengusaha

hal ini dilatarbelakangi adanya pengalaman yang selama ini yang sering terjadi kesewenang-
wenangan pengusaha terhadap pekerja/buruh. Untuk itu diperlukan suatu perlindungan hukum
secara komprehensif dan konkret dari pemerintah.
SIFAT HUKUM KETENAGAKERJAAN

 Bersifat Hukum Privat ( Perdata)


karena mengatur hubunga orang-perorangan yaitu antara pekerja dengan
pengusaha.
 Bersifat Hukum Publik
karena dalam pelaksanaannya diperlukan campur tangan pemerintah,
Contoh :
1. Penetapan upah minimum
2. Perizinan yang menyangkut ketenagakerjaan
3. Masalah penyelesaian hubungan industrial
4. Adanya sanksi terhadap pelanggaran atau tindak pidana di bidang
ketenagakerjaan
SIFAT HUKUM KETENAGAKERJAAN

 Bersifat Imperatif/ dwingenrecht / memaksa


artinya hukum yang harus ditaati secara mutlak, tidak boleh dilanggar. Contoh :
1. Pasal 42 ayat (1) UU No. 13/2003 tentang izin penggunaan tenaga kerja yaitu
setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memilikiizin
tertulis dari Menteri atau pejabat yan ditunjuk.
2. Pasal 59 ayat (1) UU No. 13/2003 tentang pembuatan perjanjian kerja waktu
tertentu.

 Bersifat Fakultatif / regelendrecht/ mengatur


Contoh :
1. Pasal 51 ayat (1) UU No. 13/2003 tentang pembuatan perjanjian kerja bisa tertulis
dan tidak tertulis
2. Pasal 16 PP No. 8/1981 tentang kebebasan pengusaha untuk membayar gaji
ditempat yang lazim
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan
perusahaan/majikan.

Menurut pasal 61 UU 13/2003 jo. UU 11/2021 perjanjian kerja dapat berakhir, atau artinya
hubungan kerja berakhir, apabila:
1. Pekerja meninggal dunia
2. Jangka waktu kontrak kerja telah berakhir
3. Selesainya suatu pekerjaan tertentu
4. Adanya putusan pengadilan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
5. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan
berakhirnya hubungan kerja.

Anda mungkin juga menyukai