BAB I
PENDAHULUAN
Pengaruh dari marsisme, buruh selalu dianggap membuat atau menghancurkan majikannya.
Menurut UU No. 13 tahun 2003, pekerja atau buruh adalah setiap orang yang mendapatkan
imbalan atau upah dalam bentuk lain (pasal 1 ayat 3).
Yang termasuk ikatan kerja adalah perusahaan serikat pekerja atau buruh adalah wakil dari
buruh-buruh yang sudah terhimpun di perusahaan.
Hak-hak menjadi serikat pekerja diatur dalam UUD 1945, telah diratifikasi oleh pemerintah,
konvensi ILO 1987 dan 1998.
Kedua konvensi tersebut dujadikan dasar oleh buruh untuk berorganisasi untuk mendirikan
serikat pekerja.
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa serikat buruh memiliki sifat bebas, terbuka,
demokratis dan bertanggung jawab:
1. Bebas artinya sebagai organisasi melaksanakan hak dan kewajiban serikat buruh dan tidak
mendapatkan tekanan dari pihak lain.
2. Terbuka artinya serikat buruh atau serikat pekerja dalam menerima anggota atau
memperjuangkan serikat buruh tidak membedakan agama, suku, bangsa dan jenis kelamin.
3. Mandiri artinya bahwa dalam mendirikan, mengembangkan organisasi, ditunjukan dengan
kekeuatan sendiri tidak dikendalikan oleh pihak lain diluar organisasi.
4. Demokratis artinya pemilihan pengurus dalam memperjuangkan hak dan kewajiban sesuai
dengan prinsip demokrasi
5. Bertanggung jawab artinya bahwa dalam mencapai tujuan dan melaksanakan serikat buruh,
bertanggung jawab kepada masyarakat dan Negara.
Menurut purwo sujipto hubungan hukum antara pemiik perusahaan dan pengurus perusahaan:
a. Hubungan perburuhan (subordinasi)
Antara pekerja dengan buruh yang memerintah dengan yang diperintah, meningkatkan
dirinya untuk menjalankan perusahaan (buruh), sedangkan meningkatkan upah buruh (buruh)
b. Hubungan pemberi kuasa
Pengusaha atau pemilik perusahaan sebagai pemberi kuasa sedangkan pimpinan perusahaan
sebagai penerima kuasa. Penerima kuasa meningkatkan atau menjalakan perintah pemberi
kuasa sedangkan pemberi kuasa berusaha meningkatkan upah penerima kuasa.
C. Organisasi Pengusaha
a. KADIN
Untuk meningkatkan peran serta pengusaha nasional dalam kegiatan pembangunan, maka
pemerintah melalui UU No.49 tahun 1973 maka memebentuk Kamar Dagang dan industry
(KADIN). KADIN adalah wadah bagi pengusaha Indonesia dan bergerak dalam bidang
perekonomian.
Tujuan KADIN adalah:
1. Membina dan mengembangkan kemampuan, kegiatan, dan kepentingan pengusaha Indonesia
di bidang usaha Negara, usaha koperasi dan usaha swasta dalam kedudukannya sebagai
pelaku-pelaku ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan ekonomi dan dunia
usaha nasional yang sehat dan tertib berdasarkan Pasal 33 UUD 1945.
2. Menciptakan dan mengembangkan iklim dunia usaha yang memungkinkan keikutsertaan
yang seluas-luasnya bagi pengusaha Indonesia sehingga dapat nerperan serta secara efektif
dalam pembangunan nasional.
b. APINDO
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) adalah organisasi pengusaha yang khusus
mengurus masalah yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan juga merupakan suatu wadah
kesatuan para pengusaha yang ikut serta untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam dunia
usaha melalui kerjasama yang terpadu dan serasi antara pemerintah, pengusaha dan pekerja.
APINDO lahir didasari atas peran dan tanggung jawabnya dalam pembangunan nasional
dalam rangka turut serta mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pengusaha
Indonesia harus ikut serta secara aktif mengembangkan peranannya sebagai kekuatan sosial
dan ekonomi
Tujuan APINDO menurut pasal 7 anggaran dasar adalah:
1. Mempersatukan dan membina pengusaha serta memberikan layanan kepentingannya didalam
bidang sosial ekonomi.
2. Menciptakan dan memelihara keseimbangan, ketenangan dan kegairahan kerja dalam
lapangan hubungan industrial dan ketenagakerjaan
3. Mengusahakan peningkatan produktivias kerja sebagai program peran serta aktif untuk
mewujudkan pembangunan nasional menuju kesejahteraan sosial, spiritual dan materiil.
4. Menciptakan adanya kesatuan pendapat dalam melaksanakan kebijaksanaan atau
ketenagakerjaan dari para pengusaha yang disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah.
D. Lemabaga Kerjasama atau Bipartied
Lembaga kerjasama:
1. Bipartied
Kerjasama yang hanya dilakukan oleh pengusaha dan pekerja
2. Tripartied
Kerjasama antara pengusaha, pekerja dan pemerintah. Bila terjadi masalah didalam hubungan
bipartied tidak dapat diselesaikan secara bipartied maka dapat diselesaikan secara tripartied.
Unsur-unsur tripartied:
1. Komunikasi
2. Konsultasi
3. Musyawarah
Jenis-jenis tripartied:
1. Tripartied Nasional
2. Tripartied Provinsi
3. Tripartied Kabupaten
4. Tripartied Kodya
5. Tripartied Sektoral
DAFTAR PUSTAKA
H. Manulang, Sendjun, 2001, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum KetenagaKerjaan Indonesia, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja