Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM DAGANG

HUKUM KETENAGAKERJAAN

Disusun Oleh:

Sonia Niken Kasuma

Dosen Pengampu:
RAMIAH LUBIS, SH., MH

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

RADEN FATAH PALEMBANG 2023/2023KM,


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
2.1 Hukum Ketenagakerjaan .........................................................................3
2.2 Hukum Perburuhan ..................................................................................3
2.3 Sumber Hukum Ketenagkerjaan................................................................4
2.4 Perselisihan Hubungan Industrial .............................................................5
BAB III PENUTUP..........................................................................................6
Kesimpulan.......................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................7

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan waktu, kesehatan dan pemikiran yang baiksehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah Hukum Dagang ini sesuai dengan waktu yang kami
rencanakan. Makalah ini membahas tentang Hukum Ketenagakerjaan.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai


ketenagakerjaan.

Palembang, Desember 2023

Penulis

iii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang harus
dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti halnya indonesia. Jumlah
penduduk yang terus meningkat tanpa diikuti pertambahan lapangan pekerjaan
selalu menjadi pemicu menjamurnya pengangguran. Indonesia memiliki jumlah
penduduk sebesar 225 juta jiwa, menjadikan negara ini negara dengan penduduk
terpadat ke-4 di dunia. Pulau jawa merupakan salah satu daerah terpadat di dunia,
dengan lebih dari 107 juta jiwa tinggal di daerah dengan luas sebesar new york.
Indonesia memiliki budaya dan bahasa yang berhubungan namun berbeda.
Sedangkan asas ketenagakerjaan yang digunakan menurut abdussalam
adalah asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral
pusat dan daerah, sedangkan asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya
sesuai dengan asas pembangunan nasional. Pembangunan ketenagakerjaan
mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan dengan berbagai pihak yaitu antara
pemerintah, pengusaha dan pekerja atau buruh, oleh sebab itu pembangunan
ketenagakerjaan dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk kerjasama yang saling
mendukung. Hal tersebut sesuai dengan undang-undang no.3 tahun 2003 pasal 3
tentang ketenagakerjaan yang memuat adanya pelaksanaan pembangunan
ketenagakerjaan dapat terwujud dengan melibatkan peranan pemerintah,
pengusaha dan pekerja atau buruh.
B. Rumusan masalah
Dalam hukum perburuhan atau hukum ketenagakerjaan terdapat beberapa
elemen elemen dari hukum ketenagakerjaan yang harus dipahami, seperti tenaga
kerja, pekerja/buruh, pemberi kerja, pengusaha, perusahaan dan lain-lain. Istilah
dalam pengertian hal tersebut diatas dapat ditemui dalam peraturan perundangan-
undangan ketenagakerjaan.

Pasal 1 undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan


menyatakan ayat (2) “tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi

1
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat” dan ayat (3) “pekerja/buruh adalah
setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk
lain”.

Dengan hukum perburuhan sama juga dalam pengertian hukum itu sendiri,
yakni masih beragam sesuai dengan sudut pandang ahli hukum. Tidak satu pun
batas pengertian itu dapat memuaskan karena masing-masing ahli hukum
memiliki alasan tersendiri.

Mereka melihat hukum ketenagakerjaan dari berbagai sudut pandang yang


berbeda. Akibatnya, pengertiannya pun tentu berbeda antara ahli hukum yang satu
dan yang lainnya.

Sebelum membahas pengertian hukum perburuhan menurut para ahli


hukum, alangkah lebih baiknya kita melihat pengertian ketenagakerjaan dalam
undang-undang nomor 13 tahun 2003. Pasal 1 ayat (1) undang-undang tersebut
menyatakan, “ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.”

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hukum Ketenagakerjaan
A. Sejarah hukum ketenagakerjaan
a. Masa perbudakan.
Budak tidak mempunyai hak apapun, hanya kewajiban melakukan
pekerjaan, fasilitas hanya kebijaksanaan, tidak ada aturan tenaga
kerja/perburuhan, berakhir tahun1860
b. Masa pekerjaan rodi
Dibagi 3 golongan:
A. Rodi guvernemen
B. Rodi pembesar/pribadi
C. Rodi desa
Awalnya pembagian kerja (gotong royong), lebih kejam dari perbudakan, berakhir
tahun 1880
2. Pengertian Hukum Perburuhan
Menurut pendapat para ahli hukum dapat dirangkum sebagai berikut
1) Menurut molenaar, hukum perburuhan adalah bagian hukum yang berlaku,
yang pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan pengusaha, antara
tenaga kerja dan tenaga kerja.
2) Menurut mok, hukum perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh swapekerja yang melakukan pekerjaan atas
tanggung jawab dan risiko sendiri.
3) Menurut soetikno, hukum perburuhan adalah keseluruhan peraturan hukum
mengenai hubungan kerja yang mengakibatkan seseorang secara pribadi
ditempatkan dibawah perintah/pimpinan orang lain dan mengenai keadaan-
keadaan penghidupan yang langsung bersangkutpaut dengan hubungan kerja
tersebut.

3
4) Menurut imam sopomo, hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik
tertulis maupun tidak tertulis, yang berkenaan dengan kejadian saat seseorang
bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
5) Menurut M.G. Levenbach, hukum perburuhan adalah hukum yang berkenaan
dengan hubungan kerja, yakni pekerja di bawah pimpinan dan dengan keadaan
penghidupan yang langsung bersangkutpaut dengan hubungan kerja itu.
Mengingat istilah tenaga kerja mengandung pengertian yang sangat luas
dan untuk menghindari adanya kesalahan persepsi terhadap penggunaan istilah
lain yang kurang sesuai dengan tuntutan perkembangan hubungan industrial,
penulis berpendapat bahwa istilah hukum ketenagakerjaan lebih tepat
dibandingkan dengan istilah hukum perburuhan.
3. Sumber Hukum Tenaga Kerja
1. Undang-undang
(undang-undang yang dipergunakan sebagai pedoman dalam hukum tenaga kerja)
adalah :
a. Undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
b. undang-undang no.02 tahun 2004. : tentang penyelesaian perselisihan
hubungan industrial
c. undang-undang no.21 tahun 2003. Tentang pengawasan ketenagakerjaan
dalam industri dan perdagangan
d. undang-undang no. 39 tahun 2004. Tentang penempatan dan perlindungan
tenaga kerja indonesia di luar negeri
e. Undang-undang no. 1 tahun 2000 tentang pengesahan ilo convention no.
182 concerning the prohibition and immediate action for the elimination
of the worst forms of child labour (konvensi ilo no. 182 mengenai
pelarangan dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan
terburuk untuk anak)
f. Undang-undang no. 19 tahun 1999 tentang pengesahan ilo convention no.
105 concerning the abolition of forced labour (konvensi ilo mengenai
penghapusan kerja paksa)
g. undang-undang no. 03 tahun 1992 : tentang jaminan sosial tenaga kerja.

4
h. undang-undang no. 01 tahun 1970 : tentang keselamatan kerja.

2. Traktat/perjanjian
Kaitannya dengan masalah perburuhan, perjanjian yang merupakan
sumber hukum tenaga kerja ialah perjanjian kerja. Perjanjian kerja mempunyai
sifat kekuatan hukum mengikat dan berlaku seperti undang-undang pada pihak
yang membuatnya.
4. Perselisihan Hubungan Industrial
Penyisihan hubungan industrrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha dan gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan
mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.
Dengan demikian dalam perselisihan hubungan industrial di kenal 4 macam
perselisihan pokok yaitu :
1. Perselisihan hak adalah perselsihan yang timbul karena tidak dipenuhinya
hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
2. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam
hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pembuatan dan atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam
perjanjian kerja atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang
timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran
hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
4. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh adalah perselisihan
antara serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja.serikat buruh
lainnya hanya dalam satu perusahaan karena tidak adanya persesuaian

5
paham menganai keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikat
pekerjaan.

6
BAB III
KESIMPULAN
Mengingat istilah tenaga kerja mengandung pengertian yang sangat luas
dan untuk menghindari adanya kesalahan persepsi terhadap penggunaan istilah
lain yang kurang sesuai dengan tuntutan perkembangan hubungan industrial,
penulis berpendapat bahwa istilah hukum ketenagakerjaan lebih tepat
dibandingkan dengan istilah hukum perburuhan.
Berdasarkan uraian tersebut, jika dicermati hukum ketenagakerjaan memiliki
unsur-unsur sebagai berikut :
1) Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis.
2) Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha/majikan.
3) Mengatur perlindungan pekerja/buruh.
Hukum ketenagakerjaan adalah peraturan hukum yang mengatur
hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha/majikan dengan segala
konsekuensinya. Hal ini jelas bahwa hukum ketenagakerjaan tidak mencakup
pengaturan swapekerja (kerja dengan tanggung jawab/ risiko sendiri), kerja yang
dilakukan untuk orang atas dasar kesukarelaan, dan kerja seseorang pengurus atau
wakil suatu organisasi/perkumpulan. Perlu diingat bahwa ruang lingkup
ketenagakerjaan tidak sempit, terbatas, dan sederhana. Kenyataannya dalam
praktik sangat kompleks dan multidimensi. Oleh karena itu, ada benarnya jika
hukum ketenagakerjaan mengatur hubungan kerja yang harus diindahkan oleh
semua pihak dan perlu adanya perlindungan pihak ketiga, yaitu penguasa
(pemerintah) jika ada pihak-pihak yang dirugikan

7
DAFTAR PUSTAKA

Proyeksi laju partisipasi angkatan kerja di propinsi sumatra utara pada tahun 2012,
sumatra utara, 2012
Prof. Dr. H.r. abdussalam, sik, s.h., m.h., hukum ketenagakerjaan (hukum
perburuhan), jakarta, restu agung, 2008
Dwiyatno, agus dkk , reformasi birokrasi publik di indonesia, gadjah mada
university press, 2006
Panjaitan, krismena natalina, pembinaan karier ketenagakerjaan dalam perbankan,
semarang, universitas diponegoro, 2010
Kutut layung pambudi, s.h.
Undang-undang no.13 tahun 2003
Kepmenakertrans no. 100 tahun 2004
Permen no. 22 tahun 2009
Kepmen no.220 tahun 2004
Keppres no. 18 tahun 2000
Kepmen no.232 tahun 2003
Undang-undang no.21 tahun 2000

Anda mungkin juga menyukai