Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN

Nama :
Nurul Hidayati (144012039)
Nuryani Dian Safitri (1440120040)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Konsep sumber hukum ketenagakerjaan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu metode pembelajaran bagi
mahasiswa sekolah tinggi D-III Keperawatan rustida krikilan.
Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku dan internet.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak tertentu. Oleh
karena itu, kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing
yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini.

Krikilan, 17 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan...............................................................................3

B. Asas dan Tujuan Hukum Ketenagakerjaan.....................................................................4

C. Sumber Hukum Ketenagakerjaan...................................................................................4

D. Pihak-Pihak Dalam Hukum Ketenagakerjaan...................................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................................10

A. Kesimpulan...................................................................................................................10

B. Saran..............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga kerja adalah pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik secara
individu maupun secara kelompok, sehingga mempunyai peranan yang sangat
signifikan dalam aktivitas perekonomian nasional, yaitu meningkatkan produktivitas
dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia, tenaga kerja di indonesia sebagai salah satu
penggerak tata kehidupan ekonomi dan merupakan sumber daya yang jumlahnya
cukup melimpah.
Indonesia ialah negara hukum, hal ini tentunya kita telah mengetahuinya
karena dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
khususnya Pasal 1 ayat (3) telah menyatakan demikian. Sebagai negara hukum segala
aspek kehidupan bangsa Indonesia diatur oleh hukum termasuk dalam hubungan
industrial yang menyangkut tenaga kerja. Pengaturan ini demi terpenuhinya hak para
tenaga kerja agar tidak terjadi eksploitasi dan pelanggaran terhadap Hak Asasi
Manusia tenaga kerja. Hukum ketenagakerjaan menurut Imam Soepomo diartikan
sebagai himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan
dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Pengertian itu identik dengan pengertian hukum perburuhan. Ruang lingkup hukum
ketegakerjaan saya lebih luas dari pada hukum perburuhan. Hukum ketenagakerjaan
dalam arti luas tidak hanya meliputi hubungan kerja dimana pekerjaan dilakukan di
bawah pimpinan pengusaha, tetapi juga pekerjaan yang dilakukan oleh swapekerja
yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab dan resiko sendiri. Di Indonesia
pengaturan tentang ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Disebutkan dalam undang-undang itu bahwa hukum
ketenagakerjaan ialah himpunan peraturan mengenai segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

B. Rumusan Masalah
- Apa definisi dari hukum ketenagakerjaan?
- Apa saja asas dan tujuan hukum ketenagakerjaan?
- Bagaimana sumber hukum ketenagakerjaan?
- Siapa saja pihak-pihak hukum ketenagakerjaan?

1
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang konsep sumber Hukum
Ketenagakerjaan
2. Tujuan khusus
- mahasiswa mampu mengetahui definisi dari hukum ketenagakerjaan
- Mahasiswa mampu mengetahui asas dan tujuan hukum ketenagakerjaan
- Mahasiswa mampu mengetahui sumber hukum ketenagakerjaan
- Mahasiswa mampu mengetahui pihak-pihak hukum ketenagakerjaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan


Istilah hukum ketenagakerjaan merupakan istilah baru dalam bidang ilmu
hukum pada umumnya dan bidang hukum perburuhan pada khususnya, karena istilah
itu timbul dari akibat dari tuntutan hukum perburuhan itu sendiri serta perkembangan
hukum nasional yang didasarkan pada sumber dari segala sumber hukum yaitu
pancasila dan UUD 1945. Hukum ketenagakerjaan berdasarkan definisi para ahli:
1. A.H. Nolenhaar
Hukum ketenagakerjaan atau arteidrecht adalah bidang dari hukum yang berlaku
yang pada pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan penguasa serta
antara tenaga kerja dengan tenaga kerja.
2. M.G. Levenbach
Hukum ketenagakerjaan adalah hukum yang berkaitan dengan hubungan kerja,
dimana pekerjaan itu dilakukan dibawah pimpinan denga keadaan penghidupan
yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja
3. Neh Van Esveld
Hukum Ketenagakerjaan Tidak hanya meliputi hubungan kerja, dimana pekerjaan
dilakukan dibawah pimpinan, tetapi meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh
semua pekerja yang melakuakn pekerjaan atas tanggung jawab dan resiko sendiri.
4. Mr. Smok
Hukum Ketenagakerjaan adalah hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang
dilakuakn dibawha pimpinan orang lain dan dengan penghiduan yang langsung
berkaitan dengan pekerjaan itu.
5. Prof. Imam Soepomo
Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis
yang berkenaan dengan kejadian dalam seorang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah.
6. Prof. Imam Soepomo dan M.G. Levenbach
Memberikan penjelasan bahwa hukum ketenagakerjaan dalam beberap hal telah
mulai berlaku juga sebelum terjadinya hubungan antar buruh dan majikan.

3
B. Asas dan Tujuan Hukum Ketenagakerjaan
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa pembangunan
ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional
lintas sektoral pusat dan daerah. Asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya
sesuai dengan asas pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi, asas adil, dan
merata. Hal ini dilakukan karena pembangunan ketenagakerjaan menyangkut
multidimensi dan terkait dengan berbagai pihak yaitu antara pemerintah, pengusaha,
dan pekerja atau buruh. Oleh karena itu pembangunan ketenagakerjaan dilakukan
secara terpadu dalam bentuk kerja sama yang saling mendorong. Jadi, asas hukum
ketenagakerjaan adalah asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral
pusat dan daerah.
Adapun tujuan dari Hukum Ketenagakerjaan yaitu sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa pembangunan Hukum
Ketenagakerjaan bertujuan:
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi.
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan.
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
C. Sumber Hukum Ketenagakerjaan
Sumber hukum pada dasarnya adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan
aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan yang
apabila dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata5 . Sumber hukum
ketenagakerjaan adalah tempat ditemukannya aturan-aturan mengenai masalah
ketenagakerjaan yang mendasarkan pada sumber hukum Indonesia di bidang
Ketenagakerjaan. Sumber hukum ketenagakerjaan berfungsi sebagai jaminan
kepastian dan keadilan bagi para pihak yang terlibat dalam hukum ketenagakerjaan,
yang diterapkan dalam bentuk peraturan-peraturan.
Sumber hukum ada dua macam, yaitu sumber hukum dalam arti materiil dan
sumber hukum dalam arti formil. Dalam hukum ketenagakerjaan, maka yang
dimaksud adalah sumber hukum ketenagakerjaan dalam arti formil, sebab sumber
hukum dalam arti materiil adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Sumber hukum ketenagakerjaan tersebut adalah:

4
1. Undang-Undang
Perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan mengalami banyak
perubahan yaitu ditandai dengan munculnya undang-undang baru yang
lebih dinamis dan tentunya banyak membawa kepentingan bagi
pekerja/buruh maupun pengusaha itu sendiri. Undang-undang tersebut
antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 131,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3889).
b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4279).
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial. Undang-undang ini mencabut:
- Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1227)
- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan
Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta (Lembaran Negara
Tahun 1964 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2686)
d. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4456)
2. Peraturan lain
Menurut Zainal Asikin dalam bukunya menyatakan bahwa, peraturan
lain yang dimaksud adalah peraturan yang lebih rendah kedudukannya
dengan undang-undang, peraturan tersebut antara lain:
a. Peraturan Pemerintah, peraturan ini ditetapkan oleh Presiden untuk
melaksanakan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang. Hal ini
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar
1945, yang menyatakan bahwa Presiden menetapkan Peraturan

5
Pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya.
b. Keputusan presiden merupakan keputusan yang ditetapkan oleh
Presiden yang berisi keputusan yang bersifat khusus atau mengatur
hal tertentu saja.
c. Peraturan atau keputusan instansi lain, di mana dalam bidang
ketenagakerjaan suatu instansi atau pejabat tertentu diberi
kekuasaan membuat peraturan atau keputusan tertentu yang
berlaku bagi umum.
3. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan perbuatan manusia yang dilaksanakan berulang kali
dalam hal yang sama, diterima oleh masyarakat dengan baik, sehingga
tindakan yang selalu berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai
hukum. Hukum kebiasaan seringkali bersumber dari norma atau kaidah
sosial. Kaidah sosial dalam masyarakat dibedakan menjadi norma agama,
norma kesusilaan, dan norma kesopanan.
Menurut Iman Soepomo dalam bukunya menyebutkan bahwa, kebiasaan
atau hukum tidak tertulis berkembang dengan baik karena dua faktor:
a. Pembentuk undang-undang atau peraturan perburuhan/ketenagakerjaan
tidak dapat dilakukan secepat perkembangan soal-soal
perburuhan/ketenagakerjaan yang harus diatur. Kemajuan dan
perubahan tidak dapat diikuti dengan saksama oleh perundang-
undangan. Keadaan yang demikian terdapat di mana-mana terutama di
Indonesia dimana perkembangan mengenai
perburuhan/ketenagakerjaan berjalan sangat cepat.
b. Peraturan-peraturan dari zaman Hindia Belanda dahulu sudah tidak
lagi dirasakan sesuai dengan rasa keadilan masyarakat dan aliran-aliran
yang tumbuh di seluruh dunia.
4. Putusan
Apabila aturan hukum yang berlaku dalam masyarakat dirasa masih
kurang lengkap, maka putusan pengadilan tidak hanya memberi bentuk
hukum pada kebiasaan, tetapi juga dapat dikatakan menentukan dan
menetapkan sebagian besar hukum itu sendiri.

6
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) baik tingkat
pusat ataupun daerah, putusan ini dapat dijadikan pedoman dalam
penyelesaian masalah ketenagakerjaan khususnya Lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial yang bersifat mengikat oleh Pengadilan
Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal para pihak agar
putusan tersebut dapat dijalankan (Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial).
5. Perjanjian
Perjanjian merupakan peristiwa dimana pihak yang satu berjanji
kepada pihak yang lainnya untuk melaksanakan sesuatu hal, sehingga
pihak-pihak yang bersangkutan terikat oleh isi perjanjian yang mereka
adakan, oleh karena itu aturan dalam perjanjian mempunyai kekuatan
hukum sebagai undang-undang.
Perjanjian kerja pada umumnya hanya berlaku antara pekerja/buruh
dengan pengusaha yang menyelenggarakannya dan orang lain atau pihak
lain tidak terikat. Pekerja/buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekeja
pada pengusaha dengan menerima upah dan pengusaha menyatakan
kesanggupan untuk mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar
upah.

D. Pihak-Pihak Dalam Hukum Ketenagakerjaan


Pihak-pihak yang terkait dalam hukum ketenagakerjaan tidak hanya pekerja/buruh
dan pengusaha/majikan saja. Melainkan juga badan-badan lain seperti organisasi
pekerja/buruh, organisasi pengusaha/majikan, dan badan-badan pemerintah.
1. Pekerja/buruh
Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, istilah buruh sangat dikenal dalam hukum perburuhan karena
sering digunakan sejak zaman penjajahan Belanda. Dahulu yang dimaksud dengan
buruh adalah orang-orang pekerja kasar seperti kuli, mandor, tukang, dan lain-lain
yang melakukan pekerjaan kasar sejenisnya dan disebut dengan Blue Collar,
sedangkan orang-orang yang melakukan pekerjaan halus oleh Pemerintah Hindia
Belanda disebut dengan istilah “karyawan/pegawai” dan disebut dengan White
Collar.

7
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa:“Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”.
2. Pengusaha
Sama halnya dengan istilah buruh, istilah majikan juga sangat dikenal sebelum
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Namun, istilah majikan sekarang sudah tidak dipergunakan lagi
dan diganti dengan pengusaha karena istilah majikan berkonotasi sebagai pihak
yang selalu berada di atas sebagai lawan atau kelompok penekan buruh, padahal
secara hukum antara buruh dan majikan mempunyai kedudukan yang sama.
Pengusaha berdasarkan Pasal 1 angka 5 Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan adalah:
a. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri.
b. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
c. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

Pengertian pengusaha sebagaimana ketentuan Pasal 1 angka 5 UndangUndang


Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengurus perusahaan (orang yang menjalankan perusahaan bukan miliknya)
termasuk dalam pengertian pengusaha, artinya pengurus perusahaan disamakan
dengan pengusaha (orang/pemilik perusahaan)

Lalu Husni dalam bukunya menyatakan bahwa, terdapat dua macam organisasi
pengusaha di Indonesia, yaitu:

a. KADIN
Kamar Dagang Industri (KADIN) adalah wadah bagi pengusaha Indonesia dan
bergerak dalam bidang ketenagakerjaan. Untuk meningkatkan peran serta
pengusaha nasional dalam kegiatan pembangunan maka pemerintah melalui
Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1973 membentuk KADIN.
b. APINDO

8
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) merupakan organisasi pengusaha
yang khusus mengurus masalah yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.
APINDO adalah suatu wadah kesatuan para pengusaha yang ikut serta untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial dalam dunia usaha melalui kerjasama yang
terpadu dan serasi antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja, serta lahir atas
dasar peran dan tanggung jawabnya dalam pembangunan nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
3. Pemerintah
Campur tangan pemerintah dalam hukum ketenagakerjaan mempunyai peran yang
sangat penting. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan hubungan
ketenagakerjaan yang adil, karena jika antara pekerja dan pengusaha yang
memiliki perbedaan secara sosial ekonomi diserahan sepenuhnya kepada para
pihak maka tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hubungan ketenagakerjaan
akan sulit tercapai karena pihak yang kuat akan selalu ingin menguasai yang
lemah.
Pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan hukum di bidang ketenagakerjaan
akan menjamin pelaksanaan hak-hak normatif pekerja yang pada gilirannya
mempunyai dampak terhadap stabilitas usaha. Selain itu pengawasan
ketenagakerjaan juga akan dapat membidik pengusaha dan pekerja untuk selalu
taat menjalankan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sehingga akan
tercipta suasana kerja yang harmonis.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah hukum ketenagakerjaan merupakan istilah baru dalam bidang ilmu
hukum pada umumnya dan bidang hukum perburuhan pada khususnya, karena istilah
itu timbul dari akibat dari tuntutan hukum perburuhan itu sendiri serta perkembangan
hukum nasional yang didasarkan pada sumber dari segala sumber hukum yaitu
pancasila dan UUD 1945.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan. Untuk
kedepannya penulis akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail dengan
sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan penulis.

10
11
DAFTAR PUSTAKA
H. Manulang, Sendjun, 2001, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia,
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum KetenagaKerjaan Indonesia, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada

iii

Anda mungkin juga menyukai