Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PASIEN DENGAN KECEMASAN DAN GANGGUAN CITRA TUBUH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa


Dosen Pembimbing : Siswoto Hadi P Amk.spd.msi

Disusun Oleh

Nuryani Dian Safitri (14.401.20.040)

Putri Nurul Atiqoh (14.401.20.042)

Selviana (14.401.20.052)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan pendahuluan ini yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan Kecemasan dan
Gangguan Citra Tubuh”. Laporan pendahuluan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa. Adapun tujuan dari penulisan Laporan pendahuluan ini sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi mahasiswa sekolah tinggi D-III Keperawatan Akademi Kesehatan
Rustida Krikilan.

Laporan pendahuluan ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku dan jurnal.
Dalam penyusunan Laporan pendahuluan ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak
tertentu. Oleh karena itu, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah membantu kami menyelesaikan Laporan pendahuluan ini.

Kami berharap agar tulisan ini dapat diterima dan dapat berguna bagi semua pihak. Kami
mengharapkan adanya kritik dan saran membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Krikilan, 14Februarir 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
A. MASALAH UTAMA
Kecemasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal
yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat
individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat
membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh dampak
psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas. (Yusuf AH, 2015)
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang.
Pengertian lain dari cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak
nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya. (Kusumawati, 2010). Sarwono (2012) menjelaskan
kecemasan merupakan takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya.
2. Penyebab
1. Faktor Predisposisi (pendukung)
Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Peristiwa traumatic
b. Konflik emosional
c. Gangguan konsep diri
d. Frutasi
e. Gangguan fisik
f. Pola mekanisme koping keluarga
g. Riwayat gangguan kecemasan
h. Medikasi
2. Faktor Presipitasi (pemungkin)
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :

1
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang. (Kusumawati,
2010)

Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012:
51) menjelaskan faktor-faktor yang menimbulakan kecemasan, seperti
pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai situasi yang sedang
dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam atau tidak memberikan
ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai kemampuan diri untuk
mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus
kepermasalahannya). Kemudian Adler dan Rodman (dalam M. Nur Ghufron
& Rini Risnawita, S, 2014: 145- 146) menyatakan terdapat dua faktor yang
dapat menimbulkan kecemasan, yaitu.

1. Pengalaman negatif pada masa lalu


Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-kanak,
yaitu timbulnya rasa tidak menyenangkan mengenai peristiwa yang dapat
terulang lagi pada masa mendatang, apabila individu menghadapi situasi
yang sama dan juga menimbulkan ketidaknyamanan, seperti pengalaman
pernah gagal dalam mengikuti tes.
2. Pikiran yang tidak rasional Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam
empat bentuk, yaitu :
a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami
kecemasan serta perasaan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan
dalam mengatasi permaslaahannya.
b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk
berperilaku sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu menjadikan

2
ukuran kesempurnaan sebagai sebuah target dan sumber yang dapat
memberikan inspirasi.
c. Persetujuan
d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini
terjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.
3. Jenis
Menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012: 53)
menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu.
1. Trait anxiety
Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi
diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya. Kecemasan
ini disebabkan oleh kepribadian individu yang memang memiliki potensi
cemas dibandingkan dengan individu yang lainnya.
2. State anxiety
State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada diri
individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan secara
sadar serta bersifat subjektif.
Sedangkan menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan
kecemasan dalam tiga jenis, yaitu.
1. Kecemasan neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak
diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id.
Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu
sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika
suatu insting dipuaskan.
2. Kecemasan moral
Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan
ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang
mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut
terhadap suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam realitas,

3
di masa lampau sang pribadi pernah mendapat hukuman karena melanggar
norma moral dan dapat dihukum kembali.
3. Kecemasan realistik
Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan
tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.
Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya
nyata yang berasal dari dunia luar.

Sedangkan menurut (Prabowo, 2014)

1. Kcemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan
masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sediri.
2. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa sesuatu
yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
3. Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respon takut dan distress.
4. Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena kehilangan
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
(Prabowo, 2014)
4. Rentang respon
1. Ansietas ringan :Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi belajar serta menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang : Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang

4
mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah.
3. Ansietas berat : Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada suatu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror,
serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik
meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan berhubungan dengan
orang lain, persepsi menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.
5. Proses terjadinya masalah
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa:
a. Peristiwa traumatik, yang daapt memicu terjadinya kecemasan
berkitan dengan krisis yang dilami individu baik krisis yang dialami
individu baik krisis perkembangan maupun situasional.
b. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frusatasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau ola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konfllik yang

5
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepin dapat
menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan. (Kusumawati, 2010)
2. Faktor Presipitasi
Stressor presipitas adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi:
1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya:
hamil)
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internl dan eksternal
1) Sumber internal, kesulitan dalam hubungann interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik jug dapat mengancam
harga diri.
2) Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekrjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
(Kusumawati, 2010)

6. Tanda dan gejala

6
Menurut Nurhalimah (2016)tanda dan gejala Ansietas
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah
tersinggung
b. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut
c. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak orang
d. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsensstrasi dan daya ingat
f. Adanya keluhan somatik, mis rasa sakit pada otot dan tulang belakang,
pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak napas, mengalami
gangguan pencernaan berkemih atau sakit kepala.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami
ansietas,
antara lain sebagai berikut:
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
5. Gangguan konsntrasi dan daya ingat.

Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,


pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya. (Prabowo,
2014)

7. Akibat
Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklsifikasikan dalam dua
jenis:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk mlakukan aktivitas hidup
sehari-hari. Pada ancaman ini stressor yang berasal dari sumber eksternal
adalah faktor-faktor yang dpat menyebabkan gangguan fisik (misal: infeksi

7
virus, polusi udara). Sedangkan yang menjadi sumber internalnya adalah
kegagalan mekanisme fisiologi tubuh (misal: sistem jantung, sistem imun,
pengaturan suhu dan perubahan fisiologis selama kehamilan).
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorag dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang. Ancaman yang berasal dari
sumber eksternal yaitu kehilangan orang yang berarti (meninggl, perceraian,
pindah kerja), dan ancaman yang berasal dari suber internal berupa gangguan
interpersonal di rumah, tempat kerja atau menerima peran baru. (Prabowo,
2014)
8. Mekanisme koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat pasien berperilaku patologis atau tidak. Mekanisme
koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat, dan panik membutuhkan banyak
energi. Mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu:
1. Task Oriented Reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan
yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini dalah individu mencoba
menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif
ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi
kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stress
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.
2. Ego Oriented Reaction atau reaksi berorientasi pada ego.
Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme
ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut
mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu
untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menili penggunaan

8
mekanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu
dievalusi hal-hal berikut:
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan
mekanisme pertahanan pasien
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap
kemajuan kesehatan pasien
d. Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan.
(Prabowo, 2014)
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial atau psikoreligius.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Cukup olahraga
d. Tidak merokok
e. Tidak minum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neurotransmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat
otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai
adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate,
dan alprazolam.
3. Terapi somatic

9
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai
gejala atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara
lain:
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat
dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa
putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan
koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi
kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudan memperbaiki
kembali (re- konstruksi) kepribadian yang telah mengalami
goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihakn fungsu kognitif
pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional,
konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat
menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor
penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai
faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi

10
berbaga problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
(Kusumawati, 2010)

10. Pohon Masalah

Kerusakan Interaksi Sosial Effect

Cor Problem
Gangguan suasana perasaan :
cemas

Causa
Koping individu tidak efektif

11. Diagnose Keperawatan


Diagnose keperawatan yang muncul pada pasien semas disesuaikan
dengan etiologi pasien tersebut. Di bawah ini kemungkinan diagnose
keperawatan yang muncul pada pasien cemas adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
2. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu
inefektif
12. Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan Tindakan Keperawatan


Tujuan umum :
Cemas berkurang dan hilang pada
psien
TUK 1 : Bina hubungan saling percaya.
Pasien mampu mengenal ansietas. Dalam membina hubungan saling
percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi. Tindakan yang

11
harus dilakukan dalam membina
hubungan saling percaya adalah
sebagai berikut.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu,
dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
TUK 2 : Bantu pasien mengenal ansietas.
Pasien mampu mengatasi ansietas 1) Bantu pasien untuk
melalui teknik relaksasi. mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya.
2) Bantu pasien menjelaskan situasi
yang menimbulkan ansietas.
3) Bantu pasien mengenal penyebab
ansietas.
4) Bantu pasien menyadari perilaku
akibat ansietas.
TUK 3 : Ajarkan pasien teknik relaksasi
Pasien mampu memperagakan dan untuk meningkatkan kontrol dan rasa
menggunakan teknik relaksasi untuk percaya diri.
mengatasi ansietas. 1) Pengalihan situasi.
2) Latihan relaksasi dengan tarik
napas dalam, mengerutkan, dan
mengendurkan otot-otot.
3) Hipnotis diri sendiri (latihan lima
jari).
Motivasi pasien melakukan teknik
relaksasi setiap kali ansietas muncul.

12
13
A. MASALAH UTAMA
Gangguan Citra Tubuh
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak
terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran,
fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus-menerus (anting,
make up, pakaian, kursi roda, dan sebagainya) baik masa lalu maupun sekarang. Citra
tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri. Citra tubuh harus realistis karena
semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia akan lebih bebas dan
merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu
terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan
menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya. (AH Yusuf, 2015)
Citra tubuh adalah jumlah dari sikap sadar dan bawah sadar seseorang terhadap
tubuh sendiri. Hal ini termasuk persepsi sekarang dan masa lalu serta perasaan
tentang ukuran, fungsi, bentuk/penampilan, dan potensi. Citra tubuh terus berubah
saat persepsi dan pengalaman baru terjadi dalam kehidupan. Eksistensi tubuh menjadi
penting dalam mengembangkan citra tubuh seseorang. (Stuart,2013).
Gangguan Citra tubuh (body image) adalah perubahan persepsi tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan
objek seseorang. Gangguan ini biasanya terjadi kapan saja seperti penurunan atau
peningkatan berat badan yang tidakdiinginkan, perubahan bentuktubuh, kehilangan
anggota tubuh, timbul jerawat dan sakit. Jika seseorang mengalami gangguan citra
tubuh dapat dilihat dari tanda dan gejalanya, yaitu menolak melihat dan menyentuh
bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan yang terjadi atau yang akan
terjadi, menolak menjelaskan perubahan tubuh persepsi negatif pada tubuh,
mengungkapkan keputusan, mengungkapkan ketakutan. (M. David Nugroho, Ahmad
Rizal, 2017)
2. Penyebab
Menurut Stuart & Sundeen (dalam Suhron muhammad, 2016) munculnya stresor
yang dapat mengganggu integritas body image, stresor itu dapat berupa:

14
a. Operasi
Mastektomi, amputasi, luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri.
Demikian pula tindakan korelasi seperti operasi pelastik.
b. Kegagalan fungsi tubuh Hemiplegi,
buta tuli dapat mengakibatkan depresonalisasi yaitu tidak mengakui atau asing
terhadap bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi syaraf
c. Perubahan tubuh
Berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan
perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang
seseorang menanggapinya dengan respon positif dan negatif, ketidak puasan
dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.

d. Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. amputasi, trauma, luka bakar)


e. Perubahan fungsi (kehamilan,kelumpuhan)
f. Perubahan fungsi kognitif Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem
nilai transisi perkembangan
g. Gangguan psikososial Efek tindakan/pengobatan (mis. pembedahan,
kemoterapi, terapi tubuh)
3. Jenis
1. Depresi
Remaja yang memiliki gangguan citra tubuh atau body image disorder lebih
mungkin mengalami depresi, kecemasan, dan kecenderungan pemikiran dan/atau
percobaan bunuh diri. Hal ini dapat terjadi jika dibandingkan dengan kelompok
remaja yang bisa menerima penampilan tubuh mereka apa adanya.
2. Body Dysmorphia Disorder
Body dysmorphia disorder (BDD) adalah obsesi citra tubuh yang ditandai
dengan kekhawatiran terus menerus hingga merasa ‘cacat’ secara fisik. Orang
dengan ganguan ini sering kali mempermasalahkan kekurangan pada dirinya yang
sangat kecil tetapi justru dibesar-besarkan.
3. Anoreksia Nervosa
Banyak orang yang mengira bahwa anoreksia adalah kondisi yang dialami
oleh satu individu secara sukarela. Anoreksia adalah gangguan jiwa yang paling

15
mematikan, membawa peningkatan risiko kematian hingga enam kali lipat –
empat kali risiko kematian akibat depresi berat. Kemungkinannya bahkan lebih
buruk bagi orang-orang pertama kali didiagnosis dengan anoreksia saat berusia
20-an.
4. Bulimia Nervosa
Pengidap bulimia menunjukkan kehilangan kontrol saat makan dalam porsi
besar di waktu singkat, kemudian mengerahkan segala kemampuan diri untuk
membuang asupan kalori dengan memaksakan muntah, olahraga mati-matian,
atau penyalahgunaan obat pencahar.
Perilaku ini kemudian tumbuh menjadi siklus berulang yang mengontrol
banyak aspek kehidupan pengidapnya dan membawa sejumlah dampak buruk,
baik secara emosional maupun fisik. Pengidap bulimia biasanya memiliki berat
tubuh normal, atau bisa sedikit kelebihan berat badan.
Gejala emosional bulimia termasuk rendah diri amat parah yang berkaitan
dengan citra tubuh, perasaan tidak bisa mengontrol diri, merasa bersalah atau
malu terhadap aktivitas makan, dan penarikan diri dari lingkungan sekitar
4. Rentang respon
Karena Konsep diri terdiri dari lima komponen yaitu ideal diri,harga diri, peran,
identitas dan salah satunya body image. Rentang individu terhadap konsep diri
berflukuatsi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif sampai maladaptif,
berikut rentang respon menurut struart dalam buku principles and practice of
psychiatric nursing 2001:

Keterangan:
a) Aktualisasi diri: pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

16
b) Konsep diri positif: apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal–hal positif maupun yang negative dari
dirinya.
c) Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa
lebih rendah dari orang lain.
d) Identitas kacau: kegagalan individu mengintegrasikan aspek–aspek identitas masa
kanak–kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
e) Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain. (Yusuf AH, 2015)
Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa: Respon
penyesuaian Menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian,
pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan) Respon mal-adatip
Lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan bentuk atau
keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak, berbicara
tentang perasaan tidak berharga atau perubahan.
5. Proses terjadinya masalah
1. Faktor Predisposisi
Citra tubuh
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang
atau penyakit).
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
2. Faktor Presipitasi
a. Trauma.
b. Ketegangan peran.
c. Transisi peran perkembangan.
d. Transisi peran situasi.
e. Transisi peran sehat-sakit.

17
2. Tanda dan gejala

Pasien dengan gangguan citra tubuh dapat diketahui bila menunjukkan tAnda dan
gejala sebagai berikut:

a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah


b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh
d. Persepsi negatif pada tubuh
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusasaan
g. Mengungkapkan ketakutan. (Nurhalimah, 2016)

Data obyektif yang dapat diobservasi:

a. Perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan fungsi
b. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
c. Menolak melihat bagian tubuh
d. Menolak menyentuh bagian tubuh
e. Aktifitas social menurun

Data Subyektif :Data subyektif didapat dari hasil wawancara,pasien dengan gangguan
citra tubuh biasanya mengungkapkan

a. Penolakkan terhadap :
1. Perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi
2. Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
3. Interaksi dengan orang lain
4. Perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
b. Keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu
c. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi
d. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang
Menurut Dalami tahun 2018, tanda dan gejala gangguan citra tubuh antara lain:
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
b. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi/ akan terjadi.

18
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh dan persepsi negative pada tubuh.
d. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
e. Mengungkapkan keputusasaan.
f. Mengungkapkan ketakutan
3. Akibat
a. Perubahan penampilan peran Mekanisme: berubah atau berhentinya fungsi peran
seseorang yang disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri
rendah.
b. Keputusan
c. Mikanisme: merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuannya karena
menganggap dirinya tidak mampu
d. Menarik diri
e. Mikanisme: perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan oarang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas berada di
lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari harga diri rendah
4. Mekanisme koping
1. Pertahanan jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti
kerja keras, nonton, dan lain-lain.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti
ikut kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.
c. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti
kompetisi pencapaian akademik.
d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan
obat.
2. Pertahanan jangka panjang
a. Penutupan identitas Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan
potensi diri individu.

19
b. Identitas negatif Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai-nilai harapan masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego
a. Fantasi
b. Disosiasi
c. Isolasi
d. Proyeksi
e. Displacement
f. Marah/amuk pada diri sendiri. (Yusuf, AH 2015)

1) Konstruktif
a) Berfokus pada masalah : negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat/saran
b) Berfokus pada kognitif : perbandingan yang positif, penggantian rewards,
antisipasi.
2) Destruktif
Berfokus pada emosi : Denial, proyeksi, represi, kompensasi, isolasi
5. Penatalaksanaan

6. Pohon Masalah

HDR efek

Gangguan citra tubuh Masalah utama

Post Operasi Causa

20
7. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah : Gangguan Citra Tubuh (Body Image,
Distured)
8. Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan Tindakan Keperwatan


Tujuan umum :
Kepercayaan diri pasien kembali normal
TUK 1 : Mengidentifikasi kemampuan dan
Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki
kemampuan dan aspek positif yang pasien.
dimiliki. 1) Mendiskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan dan
aspek positif seperti kegiatan pasien di
rumah, serta adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan
hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
TUK 2 : Membantu pasien dapat menilai
Pasien dapat menilai kemampuan yang kemampuan yang dapat digunakan.
dapat digunakan. 1) Mendiskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini setelah mengalami
bencana.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan
memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien.
3) Perlihatkan respons yang kondusif
dan menjadi pendengar yang aktif.
TUK 3 : Membantu pasien dapat

21
memilih/menetapkan kegiatan sesuai
Pasien dapat menetapkan/memilih dengan kemampuan.
kegiatan yang sesuai kemampuan. 1) Mendiskusikan dengan pasien
beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
dan dipilih sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari.
2) Bantu pasien menetapkan aktivitas
yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, aktivitas yang memerlukan
bantuan minimal dari keluarga, dan
aktivitas yang perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat
pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan
aktivitas yang dapat dilakukan pasien.
Susun bersama pasien dan buat daftar
aktivitas atau kegiatan sehari-hari
pasien.
TUK 4 : Melatih kegiatan pasien yang sudah
Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan.
sudah dipilih, sesuai kemampuan. 1) Mendiskusikan dengan pasien untuk
menetapkan urutan kegiatan (yang
sudah dipilih pasien) yang akan
dilatihkan.
2) Bersama pasien dan keluarga
memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien.
3) Berikan dukungan dan pujian yang
nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
TUK 5 : Membantu pasien dapat merencanakan
Pasien dapat merencanakan kegiatan kegiatan sesuai kemampuannya.

22
yang sudah dilatihnya. 1) Memberi kesempatan pada pasien
untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
2) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan
yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
4) Susun daftar aktivitas yang sudah
dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
5) Berikan kesempatan mengungkapkan
perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan.
6) Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktivitas yang
dilakukan pasien.

23
DAFTAR PUSTAKA

Annisa Fitri & Ifdil. 2016. Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia).
Universitas Negeri Padang. Konselor. Vol. 5 No. 2

Irman,Violina, dkk. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Jiwa 1. Padang : UNP
Press.
Kusumawati. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Laraia, 2016, Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Elsevier.


Nurhalimah. 2016. “Modul Bahan Ajar Cetak Keperwatan Jiwa”. Jakarta. Pusdik SDM
Kesehatan

Pardede & Hulu. 2016. Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operatif. Jurnal Keperawatan.

Prabowo. 2014. Konsep dan Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha


Medika

Yusuf, AH dkk. 2015. “Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa”. Jakarta: Salembang
Medika

24

Anda mungkin juga menyukai