KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN
POLIOMYELITIS
Selviana (1440120052)
Shela rindayani (1440120053)
DEFINISI
Poliomyelitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan
intimotorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut
akanterjadi kelumpuhan serta autropi otot
ETIOLOGI
a. Pemeriksaan lab :
• Pemeriksaan darah tepi perifer
• Cairan serebrospinal
• pemeriksaan serologik
• isolasi virus polio
b. Pemeriksaan radiology
c. Pemriksaan MRI
d. Pemeriksaan likuor
e. Pemeriksaan histologic korda spinalis dan batang otak
PENATALAKSAAN
a. Identitas
Penyakit ini paling banyak pada anak-anak dibawah 5 tahun dan juga bisa pada remaja
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Pada pasien dengan polio biasanya terdapat keluhan utama yaitu merasa lemas di sekujur
tubuhnya, dan tingkat kesadaran menurun
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Kemungkinan alasan pasien masuk RS adalah merasa lemas di sekujur tubuhnya
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien menyatakan bahwa pasien tiba-tiba merasa lemas disekujur tubuhnya,
dengan gejala awal demam (suhu 38, 9, kemudian disertai pusing, hingga sekarang tidak
mampu berdiri dan berjalan
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah klien pernah mengeluhkan gejala sakit kepala, kejang,
tremor, pusing, kelemahan dan perubahan dalam bicaranya
20.3% laboratorium:
1. Pemeriksaan
32.2%a. Pemeriksaan darah tepi perifer.
b. Cairan serebrospinal.
c. Pemeriksaan serologik.
30.5%
d.
16.9% Isolasi virus polio
2. Pemeriksaan radiology
3. Pemeriksaan MRI
4. Pemeriksaan likuor
5. Pemeriksaan histologic korda spinalis dan batang otak
DIAGNOSA KEP
Kriteria hasil: Menunjukan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis.
Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal.
Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien.
Intervensi:
• Observasi: Monitor posisi selang endotrakeal(ETT), terutama setelah mengbah posisi, Monitor
tekanan balon ETT setiap 4-8 jam
• Teraupetik: Kurangi tekanan balon secara periodik tiap shift, Pasang oropharingeal airway,
(OPA) untuk mencegah ETT tergigit, Cegah ETT terlipat (kinking)
• Edukasi: Jelaskan pasien atau keluarga tujuan dan prosedur pemasangan jalan nafas buatan
• Kolaborasi: Kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mucous plug yang tidak dapat dilakukan
penghisapan
b. Nyeri akut
Tujuan: memperlihatkan pengendalian nyeri (mengenali awitan nyeri, menggunakan
tindakan pencegahan, melaporkan nyeri dapat dikendalikan)
Kriteria hasil: Memperlihatkan teknik relasasi secara individual yang efektif ntuk mencapai
kenyamanan, Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10),
Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
Intervensi
• Observasi: Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas
nyeri, Identifikasi skala nyeri, Identifikasi respons nyeri non verbal
• Teraupetik: Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi
musik, terapi pijat), Fasilitasi istirahat dan tidur
• Edukasi: Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Jelaskan strategi meredakan
nyeri, Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
c. Gangguan Mobilitas Fisik
Tujuan: Memperlihatkan mobilitas, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1 – 5:
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan)
Intervensi:
• Observasi: Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Identifikasi toleransi
fisik melakukan ambulasi, Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
• Teraupetik: Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu, Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
• Edukasi: Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi, Anjurkan melakukan ambulasi dini,
Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda)
d. Intoleransi Aktivitas
Tujuan: Menolerensi aktivitas yang sering dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi
aktifitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik, energy psikomotorik, dan
perawatan diri
Intervensi:
• Observasi: Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan , Monitor
kelelahan fisik dan emosional, Monitor pola jam tidur
• Teraupetik: Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan), Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif, Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
• Edukasi: Anjurkan tirah baring, Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap , Ajarkan
strategi koping untuk mengurangi kelelahan
• Kolaborasi: Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
TERIMAKASIH