Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN

KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN
POLIOMYELITIS
Selviana (1440120052)
Shela rindayani (1440120053)
DEFINISI
Poliomyelitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan
intimotorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut
akanterjadi kelumpuhan serta autropi otot
ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini yaitu virus polio


yang masuk daam famili Picornavirus dari
genus Enterovirus. Virus ini dapat
ditemukan di rongga orofaring dan feses.
Penyakit ini dapat mewabah karena
sanitasi yang burk, jmlah penduduk yang
padat, adanya pencemaran lingkungan
oleh feses, dan pengadaan air bersih yang
kurang.
MANIFESTASI KLINIS
Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis  : setelah masa inkubasi 7-10 hari,
tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh
cukup baik
Poliomyelitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi
39,5 derajat C, sakit tenggorokkan
Poliomyelitis non paralitik
Gejala klinis:hamper sama dengan poliomyelitis
abortif,gejala ini timbul beberapa hari kadang-
kadang diikuti masa penyembuhan sementara
Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non
paralitik.Awalnya berupa gejala abortif diikuti
dengan membaiknya keadaan selama 1-7 hari
PATOFISIOLOGI

Poliomyelitis merupakan infeksi dari virus jenis enteroviral


yang dapat bermanifestasi dalam 4 bentuk yaitu, infeksi yang
tidak jelas, menetap, nonparalitik, dan paralitik. Poliovirus
merupakan RNA virus yang di transmisikan melalui rute oral-
fekal, melalui konsumsi dari air yang berkontaminasi feses
(kotoran manusia). Terdapat tiga jenis yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia. Masa inkubasi
membutuhkan waktu 5-35 hari. Apabila virus masuk kedalam
tubuh melaui jalur makan, akan menetap dan berkembang
biak di kelenjar getah bening nasofaring atau usus, dan
kemudian menyebar melalui darah keseluruh tubuh.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan lab :
• Pemeriksaan darah tepi perifer
• Cairan serebrospinal
• pemeriksaan serologik
• isolasi virus polio

b. Pemeriksaan radiology
c. Pemriksaan MRI
d. Pemeriksaan likuor  
e. Pemeriksaan histologic korda spinalis dan batang otak
PENATALAKSAAN

Tidak ada pengobatan spesifik terhadap poliomielitis.


Antibiotika, y-globulin dan vitamin tidak mempunyai efek.
Penatalaksanaan adalah simptomatis dan suportif.
PENGKAJIAN

a. Identitas
Penyakit ini paling banyak pada anak-anak dibawah 5 tahun dan juga bisa pada remaja
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Pada pasien dengan polio biasanya terdapat keluhan utama yaitu merasa lemas di sekujur
tubuhnya, dan tingkat kesadaran menurun
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Kemungkinan alasan pasien masuk RS adalah merasa lemas di sekujur tubuhnya
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien menyatakan bahwa pasien tiba-tiba merasa lemas disekujur tubuhnya,
dengan gejala awal demam (suhu 38, 9, kemudian disertai pusing, hingga sekarang tidak
mampu berdiri dan berjalan
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah klien pernah mengeluhkan gejala sakit kepala, kejang,
tremor, pusing, kelemahan dan perubahan dalam bicaranya

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Apakah sebelumnya keluarga ada yang mengalami kelumpuhan
secara mendadak atau poliomelitis.
e. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Biasanya pada pasien yang mengalami poliomyelitis kesadarannya menurun
b) Pada pasien poliomyelitis biasanya akan mengalami peningkatan suhu tubuh
(demam) disertai dengan nyeri kepala
f. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
Inspeksi : tidak terdapat benjolan, rambut lurus dan kulit kepala tampak kotor, kepala tampak
jatuh ke belakang(head drop)
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
b. Mata
Inspeksi : konjungtiva tidak anemis, mata cowong, perubahan pupil, terlihat mengantuk
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan.
c. Hidung
Inspeksi : terdapat pernapasan cuping hidung, influenza, gangguan pernafasan atau sirkulasi secara
mekanis
d. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering dan pucat, malaise, nyeri atau perubahan dalam bicara
e. Telinga
Inspeksi : riwayat perubahan pendengaran ada atau tidak sebelum muncul tanda gejala
poliomyelitis
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : tampak kesulitan menekuk leher, kekuatan otot leher lemah yang diperjelas dengan head
drop, kaku kuduk.
Palpasi : nyeri dan kaku otot belakang leher.
g. Wajah
Inspeksi : kemerahan di daerah muka dan tampak kusam
h. Dada
Inspeksi : bentuk dada normal, bentuk simetris, terjadi gagal nafas
Palpasi : terdapat nyeri tekan
Perkusi : terdengar suara redup
Auskultasi : terdengar bunyi napas vesikuler
i. Abdomen
Inspeksi : bentuk perut cekung, nausea, muntah
Auskultasi : bissing usus >15 kali/ menit
Perkusi : terdengar bunyi hipertympani
Palpasi : nyeri abdomen, distensi abdomen
j. Ekstremitas
Inspeksi : kelumpuhan secara mendadak, otot-otoh kaki & paha mengecil
Palpasi : rasa nyeri tulang belakang, nyeri pada otot yang syarafnya terkena poliomyelitis
k. Anus
Inspeksi : Tidak terdapat hemoroid
Pemeriksaan penunjang

20.3% laboratorium:
1. Pemeriksaan
32.2%a. Pemeriksaan darah tepi perifer.
b. Cairan serebrospinal.
c. Pemeriksaan serologik.
30.5%
d.
16.9% Isolasi virus polio

2. Pemeriksaan radiology
3. Pemeriksaan MRI
4. Pemeriksaan likuor
5. Pemeriksaan histologic korda spinalis dan batang otak
DIAGNOSA KEP

a. Pola Nafas Tidak Efektif


b. Nyeri Akut
c. Gangguan Mobilitas Fisik
d. Intoleransi aktivitas
INTERVENSI
a. Pola Nafas Tidak Efektif
Tujuan: Menunjukan pola nafas efektif, yang di buktikan oleh status pernapasan yang tidak
terganggu, ventilasi dan stattus pernapasan

Kriteria hasil: Menunjukan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis.
Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal.
Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien.

Intervensi:
• Observasi: Monitor posisi selang endotrakeal(ETT), terutama setelah mengbah posisi, Monitor
tekanan balon ETT setiap 4-8 jam
• Teraupetik: Kurangi tekanan balon secara periodik tiap shift, Pasang oropharingeal airway,
(OPA) untuk mencegah ETT tergigit, Cegah ETT terlipat (kinking)
• Edukasi: Jelaskan pasien atau keluarga tujuan dan prosedur pemasangan jalan nafas buatan
• Kolaborasi: Kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mucous plug yang tidak dapat dilakukan
penghisapan
b. Nyeri akut
Tujuan: memperlihatkan pengendalian nyeri (mengenali awitan nyeri, menggunakan
tindakan pencegahan, melaporkan nyeri dapat dikendalikan)

Kriteria hasil: Memperlihatkan teknik relasasi secara individual yang efektif ntuk mencapai
kenyamanan, Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10),
Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis

Intervensi
• Observasi: Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas
nyeri, Identifikasi skala nyeri, Identifikasi respons nyeri non verbal
• Teraupetik: Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi
musik, terapi pijat), Fasilitasi istirahat dan tidur
• Edukasi: Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Jelaskan strategi meredakan
nyeri, Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
c. Gangguan Mobilitas Fisik
Tujuan: Memperlihatkan mobilitas, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1 – 5:
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan)

Kriteria hasil: Memeperlihatkan mobilitas, Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri


dengan alat bantu, Berpindah dari dank e kursi atau kursi roda, Menyangga berat badan

Intervensi:
• Observasi: Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Identifikasi toleransi
fisik melakukan ambulasi, Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
• Teraupetik: Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu, Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
• Edukasi: Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi, Anjurkan melakukan ambulasi dini,
Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda)
d. Intoleransi Aktivitas
Tujuan: Menolerensi aktivitas yang sering dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi
aktifitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik, energy psikomotorik, dan
perawatan diri

Kriteria hasil: Mengindentifikasikan aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan


yang dpat mengakibatkan intoleransi aktivitas.
Berpatisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan penigkatan normal denyut
jantung, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal.

Intervensi:
• Observasi: Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan , Monitor
kelelahan fisik dan emosional, Monitor pola jam tidur
• Teraupetik: Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan), Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif, Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
• Edukasi: Anjurkan tirah baring, Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap , Ajarkan
strategi koping untuk mengurangi kelelahan
• Kolaborasi: Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai