Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN COLIC ABDOMEN PADA Tn.

D
DI RUANG IGD RSUD dr. GUNAWAN MANGUNKUSUMO AMBARAWA

Disusun oleh :

Fetti Nur Diyanti / 119041

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES TELOGOREJO SEMARANG

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Colic Abdomen


1.1 Definisi Colic Abdomen
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakanseperti
perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial
ataupun total dari organ tubuh berongga atau organ yang terlibattersebut dipengaruhi
peristaltik.
Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur yaitu (Mahadevan, 2005):
1. Nyeri abdomen visera
Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau penegangan kapsul dari
organ padat. Penyebab yang jarang berupa iskemi atauinflamasi ketika jaringan
mengalami kongesti sehingga mensensitisasi ujung saraf nyeri visera dan menurunkan
ambang batas nyerinya. Nyeri inisering merupakan manifestasi awal dari beberapa
penyakit atau beruparasa tidak nyaman yang samar-samar hingga kolik. Jika organ
yang terlibatdipengaruhi oleh gerakan peristaltik, maka nyeri sering
dideskripsikansebagai intermiten, kram atau kolik.Pada nyeri ini, karena serabut saraf
nyeri bilateral, tidak bermielin danmemasuki korda spinalis pada tingkat yang
beragam, maka nyeri abdomen visera ini biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi dan
dirasakan dibagiantengah tubuh. Nyeri visera berasal dari regio abdomen yang
merujuk padaasal organ secara embrionik. Struktur foregut seperti lambung,
duodenum, liver, traktus biliaris dan pankreas menghasilkan nyeri abdomen atas,
sering dirasakan sebagai nyeri regio epigastrium. Struktur midgut seperti jejunum,
ileum, apendiks, dan kolon asenden menyebabkan nyeri periumbilikus. Sedangkan
struktur hindgut seperti kolon transversal, kolondesendens dan sistem genitourinary
menyebabkan nyeri abdomen bagian bawah.
2. Nyeri abdomen parietal (somatik) 
Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia, inflamasiatau
penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf aferen yang bermielinisasi
mentransmisikan stimulus nyeri ke akar ganglion dorsal pada sisi dan dermatomal
yang sama dari asal nyeri. Karena alasan inilah nyeri parietal berlawanan dengan nyeri
visera, sering dapat dilokalisasiterhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini
dipersepsikan berupa tajam,seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk dan pergerakan
dapat memicunyeri tersebut. Kondisi ini mengakibatkan dalam pemeriksaan fisik
dapatdicari tanda berupa rasa lembut, guarding, nyeri pantul dan kaku padaabdomen
yang dipalpasi. Tampilan klinis dari appendicitis dapat berupanyeri visera dan
somatik. Nyeri pada apendisitis awal sering berupa nyeri periumbilikus (visera) tapi
terlokalisasi di regio kuadran kanan bawahketika inflamasi menyebar ke peritoneum
(parietal).

3. Nyeri alih 
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari organ yang sakit. Nyeri ini
dihasilkan dari jalur-jalur neuron aferen sentral yang berasal dari lokasi yang berbeda.
Contohnya adalah pasien dengan pneumonia mungkin merasakan nyeri abdomen karena
distribusi neuron T9 terbagi oleh paru-paru dan abdomen. Contoh lainnya yaitu nyeri
epigastrium yang berhubungan dengan Infark miokard, nyeri di bahu
yang berhubungan dengan iritasi diafragma (contoh, rupture limpa), nyeri
infrascapular yang berhubungan dengan penyakit biliar dan nyeri testicular yang
berhubungan dengan obstruksi uretra.

1.2 Etiologi
1. Mekanis
1. Adhesi/perlengketan pasca bedah.
2. Karsinoma.
3. Volvulus.
4. Intusesupsi.
5. Obstipasi.
6. Polip.
7. Striktur.

2. Fungsional (non mekanik)


1. Ileus paralitik
2. Lesi medulla spinalis.
3. Enteritis regional.
4. Ketidakseimbangan elektrolit.
5. Uremia.

3. Etiologi lain yang mungkin bisa muncul, yaitu :


1) Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, appendicitis, diverti kulitis,
pankreanitis, kolesistitis.
2) Kelainan mukosa visceral.
3) Obstruksi visceral.
4) Regangan kapsula organ
5) Gangguan vaskuler
6) Gangguan motilitas
7) Ekstra abdominal.

1.3 Manifestasi klinis Colic Abdomen


Obstruksi memiliki karakteristik berupa pasial atau komplit dengansederhana atau
strangulasi. Manifestasinya dapat berupa (Mahadevan, 2009):

1. Nyeri perut (karakteristik pada kebanyakan pasien.


2. Nyeri, sering digambarkan sebagai kram dan intermiten, yang lebihmenonjolpada
obstruksi sederhana.
3. Seringkali, tampilan klinis dapat memberikan petunjuk kepada perkiraanlokasidan
sifat obstruksi. Nyeri berlangsung selama beberapa hari, yang menjadi progresif dan
dengan distensi perut, mungkin khas untuk obstruksi yang lebih distal.
4. Perubahan karakter nyeri dapat menunjukkan perkembangan komplikasi yang lebih
serius (misalnya, nyeri konstan usus strangulasi atau iskemik).
5. Mual
6. Muntah, yang lebih berhubungan dengan obstruksi proksimal
7. Diare (temuan awal)
8. Sembelit (sebuah temuan akhir) yang dibuktikan dengan tidak adanyagerakanusus
atau buang angin.
9. Demam dan takikardia, terjadi belakangan dan mungkin terkait dengan strangulasi.
10. Riwayat operasi abdomen atau pelvis dahulu
11. Riwayat keganasan (terutama ovarium dan usus)

1.4 Patofisiologi Colic Abdomen


Penyebab dari colic adalah menyebabkan inflamasi obstruksi dan perdarahan pada
abdomen. Dari hal ini abdomen menjadi tidak nyamandan menimbulkan rasa nyeri. Dari
hal ini sendiri dapat menimbulkan banyak masalah-masalah lain yang dapat muncul
pada pasien colic abdomen.

1.5 PathwayColicAbdomen
1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid
yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitisdanpeningkatan
kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

1.7 Penatalaksanaan

Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi cairan secara agresif,
dekompresi usus halus, pemberian analgetik dan antiemeticdengan indikasi klinis,
antibiotik dan konsultasi operasi yang dini. Dekompresi dilakukan dengan cara memasang selang
NGT untuk dilakukan suction terhadap isis GI dan untuk mencegah aspirasi. Tidak lupa juga
untuk selalu memonitor jalan napas, pernapasan dan sirkulasi (Mahadevan, 2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan


pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari klien guna mengetahui berbagai
permasalahan yang ada.
1. Identitas
2. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama :
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien sehingga menyebabkan klien
datang untuk mencari bantuan kesehatan (Aziz, 2013).

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Bagaimana awal mula gejala timbul, lokasi, kualitas, dan factor yang
mempengaruhi dan juga yang memperberat keluhan sehingga di bawa ke RS.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti ini dan apakah kloen menderita HT
atau penyakit keturunna lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan
saat ini.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apakah penyakit keturunan atau
menular.
3. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Apakah ada perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan
sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.

2. Pola Aktivitas Latihan


Hal ini penting untuk dikaji sehingga perawat megetahui aktivitas yang
dilakukan klien saat sehat. Apakah ada kelemahan atau kelelahan.
(Anywati,2012)

3. Pola Nutrisi dan metabolic


Apakah terjadi gangguan nutrisi karena klien merasakan nyeri sehingga tidak
toleran terhdapa makanann dan klien selalu ingin muntah.

4. Pola Istirahat dan tidur


5. Pola Toleransi dan Koping Terhadap Stress
Tanyakan tentang mekanisme koping yang digunakan pada saat terjadinya masalah atau
kebiasaan menggunakan mekanisme koping serta tingkat intoleransi stress yang pernah
dimiliki (Aziz, 2013).
6. Konsep Diri
Tanyakan tentang persepsi diri klien dari masalah-masalah yang ada, seperti
perasaan cemas, takut atau penilaian terhadap diri, mulai dari peran, ideal, konsep
gambaran, dan identitas diri (Aziz, 2013).

7. Pola Seksual dan Reproduksi


Tanyakan tentang periode menstruasi terakhir (PMT), masalah menstruasi
hormonal, masalah pap semear, pemeriksaan payudara (perempuan)/ testis (laki-laki)
sendiri tiap bulan, dan masalh seksual yang berhubungan dengan penyakit(Aziz,
2013).

8. .Pola Hubungan dan Peran


Tanyakan pekerjaan, status pekerjaan, ketidakmampuan bekerja, hubungan
dengan klien hingga keluarga, dan peran yang dilakukan (Aziz, 2013).

9. Pola Nilai dan Keyakinan


Tanyaklan tentang pantangan dalam agama selama sakit serta kebutuhan adanya
rohaniawan, dll (Aziz, 2013)

3. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehastan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat akibat proses penyakitnya.
2. Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tetapi
apabila derajat nyeri hebat aka nada kemungkinan klien sesak.

3. Sistem kardiovaskuler.
Bisa terjadi takikardia dan disritmia atau adanya penyakit yang lainnya.

4. Sistem persyarafan
Nyeri abdomen, pusing atau sakit kepala karena sinar

5. Sistem gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal ini didapatkan intoleran terhadap makanan/ nafsu makan
menurun dan muntah.

6. Sistem eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi akibat dari intoleran terhadap makanan.

4. Diagnose Keperawatan
4.1. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan asam lambung
Intervensi :
1) Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
2) Ajarkan prinsip manajemen nyeri.
3) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
4) Berikan lingkungan yang nyaman untuk pasien.
5) Kolaborasi untuk pemberian analgetik.

6) Observasi skala nyeri.


7) Observasi tanda-tanda vital.

4.2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake inadekuat


Intervensi:
1) Kaji asupan nutrisi pasien
2) Monitor adanya penurunan BB
3) Monitor frekuensi mual dan muntah.
4) Observasi BB .
5) Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering
6) Anjurkan pasien untuk makan selagi hangat.
7) Kolaborasi untuk pemberian anti emetic.

5. Rencana Keperawatan
- Dx 1 :
Tujuan umum:

Nyeri pasien dapat berkurang setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam.

Tujuan khusus:

Terjadi penurunan asam lambung setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24jam.

Kriteria hasil:

a Dapat mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,dapat menggunakan tehnik nonfarmakologi


untuk mengurangi nyeri)
b Melaporkan bahwa nyeri sudah berkurang dengan dilakukan management nyeri.
c Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
- Intervensi :

1 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, frekuensi, kualitas,


factor presipitasi.

2 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.


3 Gunakan tehnik komunikasi terapiutik untuk mengetahui pengalaman nyeri.
4 Ajarkan tentang tehnik non farmakologi dengan bantuan relaksasi dan distrakasi.
5 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu runagan,pencahayaan,
dan kebisingan.
6 Observasi TTV
7 Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti nyeri.

- Rasional :

1 Pengkajian nyeri secara komprehensif dapat mengetahui seberapa nyeri pasien saat ini.
2 Reaksi nonverbal menunjukan intensitas nyeri yang dirasakan pasien.
3 Komunikasi terapiutik dapat membuat pasien merasa tenang dan ,membantumenbgurangi
rasa nyeri.

4 Relaksasi dan distraksi dapat membantu mengurangi nyeri dengan mengalihkan perhatian
pasien.
5 Lingkungan dapat mempengaruhi nyeri pasien seperti suhu dingin dapat meningkatkan
nyeri pada pasien, lingkungan yang ramai dapat meningkatkan nyeri pasien
6 Jika nyeri bertambah nadi dan tekanan darah akan meningkat.
7 Pemberian obat anti nyeri dapat membantu pasien dalam mengurangi nyeri.

- Dx 2 :

Tujuan umum:

Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24
jam.

Tujuan khusus:
Asupan nutrisi pasien dapat sesuai kebutuhan tubuh setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 1x24jam.

Kriteria Hasil:

1. Nafsu makan bertambah


2. Mual dan muntah berkurang
3. Makan habis 1 porsi

- Intervensi :

1 Kaji status nutrisi pasien ( ada tidaknya penghambat pemenuhan nutrisi seperti
mual,muntah,anoreksia)

2 Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan seperti makan dalam porsi kecil
tapi seringpemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
3 Berikan penyuluhan yang tepat terhadap pasien gastritis tentang kebutuhan nutrisi yang
tepat dan sesuai.
4 Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, faktor yang menyebabkan mual.
5 Anjurkan pasien untuk makan selagi hangat.

- Rasional :

1 Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi pasien sehingga dapat
menentukan intervensi yang diberikan

2 peningkatan intake makanan dapat membantu mempertahankan kondisi klien agar tetap
stabil dan mencegahkeaadaan malnutrisi.

3 Dengan memberikan penyuluhan kepada pasien diharapkan dapat membantu untuk


memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
4 Pengkajian tentang frekuensi mual, durasi dan tingkat keparahan mual dapat menentukan
intervensi selanjutnya.

5 Dengan menganjurkan pasien untuk makan selagi hangat dapat mengurangi rasa mual

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (1995), Buku Saku Diagnosa Keperawatan dan Dokumentasi, edisi 4,
Alih Bahasa Yasman Asih. Jakarta : EGC

Long, C. Barbara (1996). Essential Of Medical – Surgical Nursing A Nursing Process


Approcach. C.V Mosby Company St Louis, USA.

Mahadevan, S. V (2005). An Introduction to Clinical Emergency Medicine. Cambridge


University Press : New York

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth, Edisi.8


Vol.3. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa Monica
Ester, Jakarta :EGC

Daniell Jane Charett. 1995. Oncologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih Bahasa
Imade Kariasa, Jakarta : EGC
Theodore R. Schrock, M. D.1992. Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med Adji Dharma,
dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran Jakarta : EGC

Thomas F Nelson, Jr M. D.1996. Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr.
Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta : EGC

Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta :
EGC; 2001

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998

Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih


Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994

Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001

Anda mungkin juga menyukai