Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PENCERNAAN: COLIK ABDOMEN DI RUANG AROFAH RS


MUHAMMADIYAH RODLIYAH ACHID MOGA PEMALANG

Lestari ana fanto fani

18.1469.S

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN 2021/2022
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Colik abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus sepanjang traktus
intestinal. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran usus ke depan tetapi peristaltiknya normal. Colik abdomen adalah nyeri perut
yang kadang timbul secara tiba tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi
kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal. Banyak ahli yang
mendefinisikan colik abdomen sebagai sebuah kondisi yang ditandai dengan kram
atau nyeri kolik hebat, yang mungkin disertai dengan mual dan muntah.
2. Etiologi
a. Mekanis
 Adhesi/ perlengketan pasca bedah (90% dari obstruksi mekanik)
 Karsinoma
 Volvulus
 Intususepsi
 Obstipasi
 Polip
 Striktur
b. Fungsional (non mekanik)
 Ileus paralitik
 Lesi medula spinalis
 Enteritis regional
 Ketidakseimbangan elektrolit
 Uremia
c. Etiologi yang lain yaitu :
 Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti
kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
 Kelainan mukosa visceral : tukak peptic, inflammatory bowel disease,
kulitis infeksi, esophagitis
 Obstruksi visceral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
 Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
 Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal
 Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dyspepsia fungsional.
 Ekstra abdominal : hespes trauma musculoskeletal, infark miokard dan
paru dan lainnya.

3. Manifestasi klinis

a. Mekanika sederhana – usus halus atas

Colik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah


empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.

b. Mekanika sederhana – usus halus bawah

Colik (kram) signifikan mid abdomen, distensi berat muntah sedikit atau
tidakKolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.

Mekanika sederhana – kolon

Kram (abdomen tengah samapi bawah), distensi muncul terakhir, kemudian


terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.

c. Obstruksi mekanik parsial

Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Corhn.

Gejalanya kram, nyeri abdomen, distensi ringan, dan diare. Bersama


granulomatosa usis pada penyakit corhn.

4. Patofisiologi

Penyebab kolik adalah adhesi, karisnoma, volvulus, obstipasi, dan striktur


sehingga menyebabkan inflamasi obstruksi dan perdarahan di abdomen. Dari hal
tersebut abdomen menjadi tidak nyaman dan menimbulkan rasa nyeri. Hal tersebut
dapat menimbulkan banyak masalah yang dapat menganggu pasien. Rasa sakit perut
somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum
dan melibatkan visera mesentrium yang berisi banyak ujung saraf somatik, yang
lebih dapat meneruskan rasa sakitnya dan lebih dapat melokalisai rasa sakit dari
pada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya
akan menyebabkan rasa sakit visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa sakit
somatik, setelah peritoneum terlibat. Rasa sakit somatik yang dalam akan disertai
olegh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Refleks
sakit perut dapat juga timbul karena adanya rangsangan pada nervus frenikus,
misalnya pada pneumonia. Rasa sakit yang berasal dari usus halus akan dirasakan di
daerah perut bagian atas dan epigastrium, sedangkan rasa sakit dari usus besar akan
dirasakan pada bagian bawah perut. Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus
terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada
mukosausus.

Implus aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan
ambang nyeri pada jaringan yang meradanag. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal,
dan berbatas tidak jelas serta sulit dilokalisai. Implus nyeri dari visera abdomen atas
(lambung, duodenum, panktreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medulla spinalis
pada segmen thorakalis 6, 7, 8 serta di rasakan di daerah epigastrium, implus nyeri
yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum treitz sampai fleksura
hepatika memasuki segmen thorakalis 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama.
Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang kadang menjalar ke labium atau
skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka implus nyeri dihantarkan
oleh serabut aferen somatis ke radiks spinals segmentalis.

Patofisiologi sakit perut yang berulang yang fungsional (tidak berhubungan


dengan kelainan organik). Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang
fungsional dengan penurunan ambang rasa nyeri. Berbagai faktor fisiologik dan
psikologik dapat berperan sebagai mediator dari rasa sakit perut berulang fungsional.
5. Patways
6. Pemeriksaan penunjang dan hasilnya
a. PemeriksaanUSG
b. Pemeriksaan abdomen: lokasinyeri
c. Pemeriksaan laboratorium: leukosit,HB
d. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalamusus.
e. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yangtertutup.
f. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar
serum amylase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
g. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosismetabolik.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian focus
a. Identitas klien
1) Nama
2) Umur jenis kelamin
3) Pekerjaan
4) Pendidikan
5) Alamat
6) Tanggal MRS
7) Diagnosis
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien
mengeluh nyeri oerut, defans muscular, muntah dan lain lain.
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan factor yang
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke rumah sakit.
 Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit tertentu seperti implamasi
peritoneum, appendicitis, diverkulitis, pankreasitis, colesititis, dan lain
lain.
 Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adanya penyakit keturunan
atau menular.
d. Pola pola fungsi kesehatan
 Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan perawatan diri.
 Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak
toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
 Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga
terjadi konstipasi.
 Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
 Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
 Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang
berulang.
 Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.
 Pola hubungan peran
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan
dengan proses penyakitnya.
 Pola penanggulangan stress
Meliputi : Penyebab stress, koping terhadap stress dan pemecahan masalah
 Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.

2. Pengkajian sekunder
a. Penampilan umum
Kaji penampilan umum klien yaitu dengan cara mengamati klien pada saat
pertama kali bertemu dengan klien.
b. Pemeriksaan fisik (head to toe)
 Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
 Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak
terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
 Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung
lainnya.
 Sistem persyarafan
Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
 Sistem gastrointestinal.
Pada system gastrointestinal didapatkan intoleranterhadap makanan /
nafsu makan berkurang, muntah.
- Inspeksi : Bentuk simetris
- Palpasi terdapat nyeri tekan superfisial pembuluh darah masa hepar
dan lian tidak teraba.
- Perfusi : terdengar redup atau suara tympani cairan atau masa
berkurang
- Auskultasi : bising usus (dengan menggunakan difragma stetoskop)
peristaltik usus meningkat
 Sistem genitourinaria/eliminasi
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.
c. Vital signs
Pengukuran yang terdiri dari tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dan laju pernafasan.
3. Diagnose keperawatan utama
a. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai
dengan nyeri perut, ekspresi wajah, penderita, postur tubuh, berhati hati dengan
abdomen, respon autonomic.
b. Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian)
ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang,
panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita.
c. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses
penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap
makanan.
4. Intervensi dan Rasionalisasi

Tujuan dan
Diagnosa
No Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
Hasil
1. Gangguan rasa Tujuan : a. Catat keluhan a. Nyeri tidak
nyaman (nyeri Nyeri nyeri, termasuk selalu ada tetapi
akut/kronis) berkurang lokasi lamanya. bila ada harus
berhubungan dengan Kriteria b. Observasi TTV dibandingkan
proses penyakitnya hasil : klien. dengan gejala
ditandai dengan -Klien c. Kaji ulang faktor nyeri pasien
nyeri perut, ekspresi menyatakan yang meningkatkan sebelumnya
wajah penderita, nyeri mulai atau menurunkan dimana dapat
postur tubuh, berkurang nyeri. membantu
berhati-hati dengan -Ekspresi d. Berikan makan siagnosa.
abdomen, respon wajah klien sedikit tapi sering b. Untuk
autonomik. tidak sesuai indikasi untuk mengetahui
menyeringai pasien. perkembangan
e. Identifikasi dan klien.
batasi makanan c. Membantu
yang menimbulkan dalam membuat
ketidaknyamanan. diagnosa dan
f. Kolaborasi dengan kebutuhan terapi.
tim medis dalam d. Makanan
pemberian terapi. mempunyai efek
penetralisir asam,
juga
menghancurkan
kandungan gaster.
Makan sedikit
mencegah distensi
dan haluaran
gastrin.
e. Makanan khusus
yang menyebabkan
distress bermacam-
macam antara
individu.
Penelitian
menunjukkan
merica dan kopi
berbahaya dapat
menimbulkan
dispepsia.
f. Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan.
2. Tujuan : a. Awasi respon a. Dapat menjadi
Ansietas
Cemas fisiologis seperti indikatif derajat
(cemas)
berkurang takipnea, palpitasi. takut yang dialami
berhubungan
Kriteria b. Catat petunjuk pasien tetapi dapat
dengan status
hasil : prilaku seperti juga berhubungan
kesehatan
- gelisah, mudah dengan kondisi
(ancaman
Menunjukka terangsang, kurang fisik.
kematian)
n rileks kontak mata. b. Indikator derajat
ditandai
-Klien tidak c. Dorong takut yang dialami
dengan klien
terlihat pernyataan takut dan pasien,misal :
terlihat gelisah,
gelisah ansietas : berikan pasien akan
perubahan
- umpan balik. merasa tak
tanda vital,
Menunjukka dDorong orang terkontrol terhaap
prilaku
n terdekat tinggal situasi atau
menyerang,
pemecahan dengan pasien. mencapai status
panik, kurang
masalah e.Kolaborasi dengan panik.
kontak mata,
tim medis dalam c. Membantu
ekspresi wajah
pemberian terapi pasien menerima
penderita.
perasaan dan
memberikan
kesempatan untuk
memperjelas
kesalahan konsep.
d. Membantu
menurunkan takut
melalui
pengalaman
menakutkan
menjadi seorang
diri.
e. Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan dan
memberikan rasa
tenang pada klien.
3. Resiko gangguan Tujuan: a. Kaji dan observasi a. Untuk
pemenuhan nutrisi Klien tidak TTV klien. mengetahui
berhubungan dengan merasa nyeri b. Dorong klien keadaan /
anoreksia (proses perut untuk makan perkembangan
penyakitnya) Kriteria makanannya sedikit klien.
ditandai dengan hasil : demi sedikit. b. Agar isi dalam
muntah, mual, nyeri -Klien tidak c. Berikan makan lambung tidak
perut,intoleran merasa mual sedikit tapi sering kosong atau
terhadap makanan. dan muntah. sesuai indikasi memperbaiki
-Klien pasien. keadaan sistem
toleran d. Kolaborasi pencernaan klien.
terhadap dengan tim gizi c. Makanan
makanannya dalam pemberian mempunyai efek
. diit. penetralisir asam,
juga
menghancurkan
kandungan gaster.
Makan sedikit
mencegah distensi
dan haluaran
gastrin.
d. Melakukan
fungsi independen
perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Bulechek, M gloria, Howark K Butcher, Joanne M Dochterman, Cheryl M Wagner. (2016) .


Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam. Singapura : Elsevier Inc.

Moorhead, S., Johnson, M., Dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.
Singapura: Elsevier Inc

Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11 Editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Reeves, C. J. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai